Upload
trannhu
View
226
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
Penerapan Teori Uses and Gratification Dalam Program Acara
Televisi “Golempang” di Bandung TV
Studi Deskriptif Analisis mengenai penerapan teori uses and gratification dalam
program acara talk show “ Golempang ” di Bandung TV
SKRIPSI
Diajukan sebagi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
Nama :Mahesa Herlambang Nalan
NPM :10080001088
Bidang Kajian Hubungan Masyarakat
FAKULTAS ILMU KOMU0NIKASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2006
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : PENERAPAN TEORI USES AND GRATIFICATION DALAM
PROGRAM ACARA GOLEMPANG DI BANDUNG TV
SUB JUDUL : STUDI DESKRIPTIF ANALISIS MENGENAI PENERAPAN
TEORI USES AND GRATIFICATION DALAM
PROGRAM ACARA TALK SHOW “GOLEMPANG DI
BANDUNG TV
Nama : Mahesa Herlambang Nalan
NPM : 10080001088
Bidang Kajian : Hubungan Masyarakat
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Ema Khotimah, Dra., S.Pd., M.Si Nova Yuliati., Dra.
Mengetahui
Ketua Bidang Kajian Hubungan Masyarakat
Oji Kurniadi, Drs.,M.Si
i
ABSTRAK
Talk show sebagai acara bincang – bincang yang memadukan antara seni panggung dan teknik wawancara jurnalistik, dilakukan dengan suasana santai serta pertanyaan yang diajukan bersifat non formal pemandu acara talk show memiliki peran ganda, yakni sebagai pembawa acara dan menjadi pewawancara. Narasumber yang dihadirkan beragam sesuai dengan bidang keahlian masing – masing. Dalam sebuah acara talk show terdapat unsur –unsur yang dapat dikomunikasikan, diantaranya daya tarik narasumber, daya tarik presenter, maupun daya tarik materi acara.
Tanggapan penonton tentang program acara “Golempang” di Bandung TV, merupakan judul dari skripsi ini dimana mempunyai tujuan penelitian diantaranya mengetahui tentang lingkungan sosial demografi penonton program acara Golempang di Bandung TV, mengetahui pemenuhan kebutuhan penonton oleh program acara Golempang di Bandung TV dan untuk mengetahui pendapat penonton tentang program acara Golempang di Bandung TV Sedangkan Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat dengan cara menyebarkan angket, wawancara dan studi kepustakaan. teknik pengambilan sample, purposive sampling .
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : Program acara “Golempang” Bandung TV lebih banyak dikonsumsi oleh penonton yang berusia 31 s/d 36 tahun (audiens dewasa) mayoritas beragama islam, dengan status rata – rata sudah menikah (berumah tangga), audiens adalah dosen – dosen STSI Bandung dengan latarbelakang pendidikan strata 1 dan 2, selain itu target audiens “Golempang” adalah orang – orang sunda walaupun ada sebagian kecil yang bersuku bangsa selain sunda hal ini disebabkan keingintahuan mereka akan sebuah acara seni dan budaya sunda di kota Bandung. Kebutuhan penonton program acara “Golempang” di Bandung TV belum terpenuhi dengan baik hal ini disebabkan kerena adanya perbedaan kepentingan antara program acara yang disiarkan oleh Bandung TV dengan apa yang dibutuhkan penontonnya, ketidakpuasan penonton terhadap program acara “Golempang” dapat dilihat dari narasumber yang ditampilkan kurang relevan dengan topik yang sedang dibahas dan argumentasi yang kurang jelas, pembuka acara, penutup acara, dan penataan studio (setting studio) kurang menarik, serta pengambilan gambar yang kurang akurat, dan keterbatasan keahlian presenter dalam melakukan wawancara dalam sebuah acara talk show.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Tidak ada kata lain yang pantas penulis ucapkan selain
Alhamdulillahirobbil’Alamiin dan puji syukur setinggi - tingginya penulis
panjatkan ke khadirot ALLAH SWT, karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dalam memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Bandung.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha memecahkan masalah yang
penulis harapkan ada manfaatnya khususnya bagi penulis bagi pembaca pada
umumnya. Masalah yang dibahas berjudul “Tanggapan Penonton Tentang
Program Acara “Golempang” di Bandung TV”. Dalam proses mengerjakan skripsi
ini, penulis banyak mendapat tantangan serta kendala namun berkat dorongan,
semangat, bimbingan serta petunjuk dari berbagai pihak maka pada akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis ucapkan terima kasih yang tiada terkira kepada orang – orang yang
telah membantu penulis selama ini,
1. Bapak DR. Yusuf Hamdan, Drs, Msi. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi, yang telah berkenan memberi izin pada penelitian ini dan atas
semangat yang diberikan pada penulis.
iii
2. Ibu DR. Hj. Neni Yulianita, Dra., M.S. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi (periode 2004 – 2006) yang telah memberikan perizinan dan
kesempatan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
3. Bapak Oji kurniadi, Drs., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Bidang Kajian Ilmu
Hubungan Masyarakat yang telah memberikan berbagai dorongan moril,
kesempatan dan kemudahan dalam menyusun shkripsi ini.
4. Ibu Sri Setiawati, Dra., M.Si. Selaku Ketua Bidang Kajian Hubungan
Masyarakat (periode 2004 – 2006) atas kesabarannya mendengar keluh
kesah penulis dan memberikan pandangan serta dorongan pada penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Ema Khotimah, Dra., S.Pd. M.Si Selaku pembimbing I penulis yang
sangat keras mengarahkan dan merubah pandangan penulis terhadap proses
pembuatan sebuah skripsi, meskipun sering penulis merasakan
ketidaksanggupan terhadap saran yang diarahkannya, namun berkat
bimbingannya penulis dapat berfikir dan bersikap lebih tangguh untuk mau
mengerti dan menyusun karya ilmiah ini dengan baik
6. Ibu Nova Yuliati, Dra. Selaku pembimbing kedua II atas kebaikannya yang
telah membimbing penulis dengan kecermatan dan ketelitian serta keluasan
pandangan yang diberikan kepada penulis
7. Ibu DR. Atie Rachmiati, Dra,.M.Si selaku Dosen Wali Akademik yang
telah banyak membantu, membimbing dan memberian kemudahan kepada
iv
penulis sejak awal mengikuti perkuliahan hingga terselesaikannya tugas
akhir ini.
8. Segenap Pimpinan Fakultas Ilmu Komunikasi beserta seluruh staf pengajar
dan administrasi yang telah banyak membantu penulis selama menempuh
pendidikan di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung
9. Bpk Komang Darmayasa, selaku Direktur Pelaksana PT Bandung Media
Televisi Indonesia, Bpk IGM Wisnu Arta, selaku Direktur HRD Bandung
TV yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian ini.
10. Bapak Mugi Gurewis selaku produser program acara “Golempang” yang
telah membantu penulis dalam memberikan data yang penulis perlukan
dalam penyusunan skripsi ini
11. Bapak dan Ibu Dosen – Dosen STSI atas bantuan kerjasamanya dan
waktunya dalam menjawab angket – angket penel;itian yang dijadikan
sebagai data dan masukan yang diperlukan dalam mendukung penyusunan
skripsi ini
12. Terkhusus untuk Lina Marliana H dan Arthur S Nalan, ibu dan bapak yang
sangat penulis cintai yang tidak henti –hentinya memberikan dorogan, doa
dan nasihat kepada penulis hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini dan keluarga penulis, yang selalu mendukung dan menyayangi
penulis
v
13. Adik tercinta Ziad Bestari Nalan (beuteukok jigong) yang penulis sayangi.
Atas dorongan, hiburan, keceriaan dan semangat yang diberikan hingga
akhirnya skripsi ini selesai.
14. Uwa Tatat yang telah sangat banyak berjasa membantu penulis dengan
kesabaran dan pengertiannya ikut membantu penulis dalam proses
penyusuan skripsi
15. Untuk sahabat – sahabatku tercinta barudak Animasi01 : Adhi prast, Adit
kasep, Acca meuh, Gorilla isal, Erik nocturno, Zaenal, Juju odat,
Yumanda, Umi mahmudah, Adjeng, Lia A, Abi Laksita, Mitha uno, Fanny
(neng Nathalie), Yuli (neng franciska), Lina (neng stephany). Barudak
Fj2k Family : Udhe bear, krisna momon, Razky acong, Annas W, Eki
Nurnikmat. Barudak Padyangan KMB : senior Padyangan 6, kang Erik
(OperetOZ) Arsal, Aja Bagja, Baksil, Fian, Lingga, Galih, Imam sas, Giles
dll. Band Kuburan : Memet, Deni, Aum, Raka, Toto, Handy, Rully, Wuri,
Iqbal, Ijal, Elmo, Miki.
16. Untuk teman – teman Fikom 2001 kelas B : Dian mbon, Indri Baliung,
Rahma..t, Irni, Dini, Sekar, Annissa, Husna, Lucky Marissa, Gilang (Jamie
aditya), Eko bangun, irfan hehe, tresna ndut, etc.
17. Rekan – Rekan kerjaku di Telkom Flexi, BEM Fikom (2001 – 2005),
DAM Fikom (2002 – 2005), Hima Humas periode 2004-2005, dan Teman
vi
– teman di 8eh radio ITB 108 FM, The edutainment Radio station in
Bandung.
18. Orang – orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
berjasa bagi penyusunan skripsi ini.
Akhir kata semoga uraian skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan
sumbangsih bagi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Hubungan Masyarakat pada
khususnya dan juga semoga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya,
Amin. “Hidup ini Indah”, “Jauhi Narkoba Utamakan Keluarga”, dan Semoga
Sukses”
Waalaikumsalam. Wr. Wb
Bandung, Agustus 2006
Penulis,
Mahesa Herlambang Nalan
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………...... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………… 5
1.3 Identifikasi Masalah……………………….. 5
1.4 Tujuan Penelitian ………………………….. 6
1.5 Alasan Pemilihan Masalah………………… 6
1.6 Pembatasan Masalah……………………… 7
1.7 Pengertian Istilah…………………………. 8
1.8 Kerangka Pemikiran………………………. 9
1.9 Operasional Variabel……………………… 11
1.10 Metode Penelitian dan teknik Pengumpulan Data
1.10.1 Metode Penelitian………………… 12
1.10.2 Teknik Pengumpulan Data……….. 13
1.11 Populasi dan Sampel
1.11.1 Populasi…………………………… 14
1.11.2 Sampel…………………………….. 15
1.12 Organisasi Karangan……………………… 16
viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Massa………………. 18
2.2 Teori Uses and Gratification………………… 20
2.3 Elemen Komunikasi Massa
2.2.1 Tinjauan Tentang Komunikator……… 27
2.2.2 Tinjauan Tentang Pesan……………… 30
2.2.3 Tinjauan Tentang Media…………….. 31
2.2.4 Tinjauan Tentang Khalayak (Audience).. 32
2. 4 Tinjauan Televisi………………………………. 33
2.5 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa
2.5.1 Fungsi Informasi……………………… 36
2.5.2 Fungsi Hiburan………………………. 37
2.5.3 Fungsi Penyebaran Nilai – Nilai…….. 38
2.6 Program Televisi.............................................. 39
2.6.1 Pengertian Talk Show………………... 40
2.6.2 Tujuan Talk Show……………………. 41
2.6.3 Rumus Talk Sow……………………... 41
2.6.4 Presenter Talk show………………….. 43
2.6.5 Daya Tarik Isi Materi Acara…………. 43
2.6.6 Ragam Pertanyaan Talk Show……….. 45
2.6.7 Tipe Narasumber………………………. 46
ix
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1 Sejarah Singkat Bandung TV………………….. 48
3.1.1 Rasional………………………………… 49
3.1.2 Maksud dan Tujuan…………………….. 51
3.2 Spirit, Visi dan Misi Bandung TV
3.2.1 Spirit……………………………………. 52
3.2.2 Visi……………………………………… 53
3.2.3 Misi…………………………………….. 53
3.2.4 Strategi………………………………….. 54
3.2.5 Ijin Frekuensi…………………………… 54
3.2.6 Jaringan dan Peralatan Transmisi……… 55
3.2.7 Gedung Perkantoran……………………. 56
3.3 Orientasi Program dan Khalayak……………….. 57
3.4 Latar belakang “Golempang” ………………….. 57
3.4.1 Tujuan Program acara…………………… 59
3.4.2 Metode Penyajian……………………….. 59
3.4.3 Kelompok Kerja Produksi………………. 60
3.4.4 Satuan Kerja Produksi…………………… 62
3.4.5 Struktur Produksi………………………… 62
x
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS PENELITIAN
4.1 Analisis Data Responden……………………… 64
4.2 Analisis Data Penelitian..................................... 73
4.2.1 Lingkungan Sosial Demografi Penonton.. 73
4.2.2 Kebutuhan Penonton…………………… 83
4.2.3 Pendapat Penonton……………………... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……………………………………….. 129
5.2 Saran ……………………………………………… 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 : Jenis Kelamin Responden……………………… 65
2 : Informasi Program Acara……………………… 66
3 : Frekuensi Menonton…………………………... 69
4 : 4 episode periode bulan Maret 2006…………… 71
Lingkungan Sosial Demografi Penonton
5 : Usia penonton………………………………….. 74
6 : Agama………………………………………….. 76
7 : Status…………………………………………... 78
8 : Pendidikan formal terakhir…………………….. 79
9 : Suku Bangsa……………………………………. 81
Kebutuhan Penonton
10 : Kebutuhan Informasi…………………………… 84
11 : Kebutuhan Hiburan…………………………….. 86
12 : Kebutuhan Nilai – nilai…………………………. 89
Pendapat Penonton
Topik Program Acara
13 : : Topik program acara menarik untuk disimak dan diikuti…… 91
14 : Topik program acara sesuai dengan kebutuhan masyarakat….. 93
15 : Topik program bermanfaat bagi penonton…………………….94
xii
Daya tarik pembicara
16 : Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode
kadaharan tradisional sunda…………………………………… 97
17 : Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode Novel
senja di langit majapahit………………………………………. 98
18 : Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode
lahirnya Koran sunda…………………………………………. 99
19 : Kemampuan pembicara dalam mengusai materi pada episode
kamekaran tari jaipongan di tatar sunda………………………. 101
20 : Penampilan pembicara yang dihadirkan pada program acara
“Golempang” di Bandung TV…………………………………. 102
21 : Kejelasan argumentasi yang dikemukakan pembicara pada program
acara “Golempang” di Bandung TV…………………………… 104
22 : Kesesuaian pembicara dalam menyampaikan materi dengan topik
yang sedang dibahas…………………………………………… 106
23 : kemampuan pembicara bersifat terbuka (dinamis) dalam menerima
pendapat orang lain …………………………………………… 108
Daya tarik materi acara
24 : Tune animasi (musik dan gambar pembuka) ……………… 110
25 : Keahlian presenter dalam melakukan wawancara………….. 112
xiii
26 : Pengetahuan presenter dalam menguasai materi acara
wawancara………………………………………………. 115
27 : Kemampuan presenter dalam menggali informasi dari
pembicara……………………………………………….. 117
28 : Penataan studio (setting studio) …………………………. 120
29 : Sudut pengambilan gambar yang ditampilkan…………… 122
30 : Penggunaan bahasa sunda………………………………… 125
31 : Clossing (penutup acara) berupa uraian – uraian tentang topik yang
dibahas…………………………………………………….. 127
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 : Angket
2 : Coding Book
3 : Coding Sheet
4 : Surat Pengajuan Masalah
5 : Surat Ijin Riset
6 : Surat Izin Penyebaran angket
7 : Struktur Organisasi PT. Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung
TV)
8 : Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI
menanyangkan langsung upacara tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 17 pada
tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran
percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang
menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke – 4 dari stadion
utama Gelora Bung karno (Mila Day, 2004 : 16)
Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selama 27 tahun
penonton televisi Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah
pada tahun 1989, pemerintah memberi izin operasi kepada kelompok usaha
bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta
pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI.
Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri
media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat
terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul
hampir secara serentak lima stasiun swasta baru (Metro, Trans, TV-7, Lativi dan
Global TV) serta beberapa televisi daerah (Riau TV, Jak TV, Jawa TV, Bali TV,
Bandung TV, DLL) yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi
2
lokal. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan
beberapa program televisi.
Bandung TV hadir sebagai perwujudan kreativitas seni budaya masyarakat
sunda dalam menemukan jati diri melalui media televisi. Media televisi dipilih
dengan asumsi televisi sebagai perwujudan audio visual memiliki pengaruh besar
terhadap perilaku masyarakat sebagai suatu komunitas konsumsi. (company profile
Bandung TV)
Munculnya stasiun – stasiun televisi lokal di Indonesia seperti halnya
Bandung TV adalah suatu fenomena yang baru, mereka hadir dengan visi, misi
dan identitas yang berbeda satu sama lain. Dan seiring dengan berkembangnya
gaya hidup manusia yang sarat dengan pembaharuan atau modernisasi, maka
masing – masing stasiun televisi lokal saling berlomba menyajikan program –
program acara terbaik, teraktual dan mampu memberikan program – program yang
diinginkan oleh masyarakat yang tidak terlepas dari seni dan budaya yang mereka
tonjolkan dalam setiap pembuatan program acaranya.
Target audience stasiun penyiaran lokal di daerah tentu saja masyarakat
lokal setempat. Selain itu, pengelola program media penyiaran daerah dapat
bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk memproduksi acara dengan setting
berdasarkan kebutuhan daerah setempat, misalnya mengemas sebuah talk show.
Program acara memiliki peranan penting dalam proses pemberian
informasi kepada masyarakat. Program acara dewasa ini suatu hal yang sangat
3
penting bagi stasiun televisi. Stasiun televisi swasta yang berskala nasional
maupun lokal berlomba – lomba menyajikan sajian program acaranya yang
berbagai macam jenisnya.
Menurut Vane-Gross (1994) dalam bukunya “Programming for tv, radio
and cable“, menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya
tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik disini
adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennnya. Menurut Vane-
Gross : the programmers must select the appeal trough which the audience will be
reached (programmer harus memilih daya tarik yang meruupakan cara untuk
meraih audien)
Sebagai wadah kreativitas masyarakat sunda, Bandung TV, televisi lokal
pertama di Bandung menitikberatkan program acaranya pada upaya pencerahan
masyarakat dalam segala aspek kehidupan dan fondasi seni budaya sunda. Hal
tersebut diwujudkan dengan 70% program acara budaya lokal (seni budaya sunda),
20% nasional dan 10% program internasional. (company profile Bandung TV)
Program acara “Golempang” adalah program acara talk show yang
dikemas dengan bahasa daerah sunda, yang membahas suatu topik dimana
pemirsanya dapat berinteraksi melalui telepon Golempang disiarkan secara
langsung 2 kali dalam satu minggunya setiap hari senin dan kamis, dimulai dari
pukul 21:00 s/d 22:00 WIB. Dalam program acara “Golempang” ini menggunakan
bahasa sunda sebagai bahasa pengantarnya, topik – topik yang dibahas dalam
4
setiap episodenya adalah kegiatan masyarakat Bandung pada khususnya dan Jawa
Barat pada umumnya dan tentu saja berkaitan dengan kegiatan seni dan budaya
sunda.
Dari fenomena yang ada Bandung TV melalui program acara
“Golempang” belum memenuhi harapan para penontonnya hal ini dapat diketahui
dari wawancara penulis dengan orang - orang yang telah menonton program acara
“Golempang”, menurut mereka pengemasan acara seadanya mulai dari setting
studio (tata letak), sudut pengambilan gambar yang kurang akurat, kurang
relevannya topik – topik yang dibahas, kehadiran narasumber yang kurang ahli di
bidangnya dan lain sebagainya. (programmer dan satuan kerja produksi) program
acara Golempang belum dapat mengemas program acara “Golempang” yang
berorientasi kepada seni dan budaya sunda dengan baik
Audien atau penonton inilah yang sesungguhnya memegang kekuasaan
mutlak atas televisi. Harapan yang sangat besar penonton terhadap program acara
“Golempang” yaitu program acara ini dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan
penontonnya yang rindu akan sebuah acara tentang seni dan budaya sunda
Pemenuhan kebutuhan informasi akan pengetahuan serta harapan peonton setelah
menonton program acara Golempang sehingga menghasilkan suatu kepuasan
penonton merupakan sasaran dari setiap acara yang disiarkan dan mereka
merupakan faktor yang ikut menentukan berhasil tidaknya suatu program acara.
5
Khalayak pemirsa memberikan umpan baliknya setelah mengikuti acara
tadi. Dari umpan balik sudah menunjukan suatu pertanda keberhasilan acara
Golempang, disamping itu merupakan suatu masukan berharga karena dapat
digunakan sebagai bahan pengkajian dalam rangka penyempurnaan.
Dari paparan diatas membuat keinginan penulis untuk mengetahui
bagaimana tanggapan para penonton mengenai program acara televisi
“Golempang“ di Bandung TV. Bandung TV sebagai pencerahan segala aspek
kehidupan masyarakat dengan fondasi budaya, dalam hal ini adalah seni dan
budaya sunda. Namun demikian hadirnya televisi Lokal seperti Bandung TV
merupakan daya tarik diharapkan mampu membuka wawasan di kalangan
masyarakat yang sudah rindu akan budaya Indung dalam hal ini budaya sunda
yang sudah lama mereka tinggalkan.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan penulis di atas, maka dapatlah
dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
“ Bagaimana penerapan teori uses and gratification dalam program acara
“Golempang” di Bandung TV ? “
6
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan penulisan di atas, maka masalah
tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana lingkungan sosial demografi (segmentasi) penonton program
acara Golempang di Bandung TV ?
2. Bagaimana pemenuhan kebutuhan penonton oleh program acara
Golempang di Bandung TV?
3. Bagaimana pendapat penonton tentang program acara Golempang di
Bandung TV ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjabaran pertanyaan penelitian tersebut di atas maka tujuan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui lingkungan sosial demografi (segmentasi) penonton
program acara Golempang di Bandung TV
2. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan penonton oleh program acara
Golempang di Bandung TV
3. Untuk mengetahui pendapat penonton tentang program acara Golempang
di Bandung TV
7
1.5 Alasan Pemilihan Masalah
1. PT Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV) sebagai stasiun
televisi lokal swasta pertama di Bandung. selain Bandung TV memiliki
visi dan misi pencerahan segala aspek kehidupan masyarakat dengan
fondasi budaya. Melalui program acara “Golempang” dapat mewakili
Bandung TV dalam membentuk citra sebagai televisi lokal yang berbudaya
lokal
2. Ketidakpuasan penonton dan kurang terpenuhinya kebutuhan penonton
akan budaya sunda yang ditampilkan pada program acara “Golempang” di
Bandung TV
3. Kerinduan masyarakat Bandung dan Jawa Barat pada umumnya akan
kebudayaan sunda menjadikan Bandung TV membuat program – program
acara yang mempresentasikan seni budaya Sunda.
I.6 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam memahami
permasalahan yang diangkat, serta untuk menghindari adanya kesimpangsiuran
dalam pemahaman, maka penulis membuat batasan-batasan terhadap masalah
yang akan diteliti, sebagai berikut :
1. Objek penelitian PT Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV)
Jln Sumatera no 19. Bandung.
8
2. Masalah yang diteliti disini adalah penerapan teori uses and
gratification dalam program acara “Golempang” yang disiarkan di
televisi lokal (Bandung TV) yang berlangsung dua kali dalam
seminggu (senin dan kamis) dimulai pada pukul 21.00 s/d 22.00 WIB
3. Golempang adalah sebuah acara yang berdurasi 60 menit (live
interactive), formatnya adalah talkshow dan dapat dideskripsikan
sebagai program acara talkshow yang dikemas dalam bahasa daerah
Sunda, yang membahas suatu topik dimana pemirsa dapat berinteraksi
didalamnya melalui line telepon
4. Penelitian ini memfokuskan 4 episode selama satu bulan (tanggal 13
s/d 23 Maret 2006)
5. Responden pada penelitian ini adalah dosen Sekolah Seni Tinggi
Indonesia (STSI) Bandung
6. Penelitian ini tidak meneliti pengaruh atau efek dari program acara “
Golempang “ tersebut
9
1.7 Pengertian Istilah
1. Tanggapan adalah suatu penerapan dan pengungkapan kembali segala
sesuatu yang dilihat, dialami, dan dirasakan oleh panca indera berupa
komentar, penelitian, pendapat, saran atau kritik (Assegaf, 1983 : 33 )
2. Audience (penonton) adalah orang – orang yang menjadi sasaran
komunikasi, baik dalam bentuk kelompok yang berkumpul di suatu tempat,
maupun dalam keadaan terpencar – pencar, tetapi sama – sama terpikat
perhatiannya oleh suatu pesan dari media massa (Kamus Komunikasi,
1989)
3. Programme (acara) adalah Rancangan produksi siaran radio atau televisi
4. Talk show adalah “ wawancara santai dan kadang – kadang diselingi
dengan musik atau lawak yang juga diperlukan pewawancara/penyiar/
announcer untuk memimpin jalannnya acara (Wahyudi, 1994 : 8)
5. Atau program acara yang bentuk formatnya berupa dialog antara
komunikator sebagai moderator dan komunikan sebagai nara sumber/
tokoh – tokoh yang sedang membicarakan suatu masalah (Muis, 1997 : 54)
6. Perangkat audiovisual adalah suatu media yang bercukupan terbatas yang
dimiliki dan sepenuhnya dikendalikan oleh pihak tertentu yang diarahkan
kepada khalayak yang bersifat terbatas pula (Kasali, 1999 : 178)
10
I.8 Kerangka Pemikiran
Teori Uses and Gratification pertamakali diperkenalkan oleh Herbert
Blumer dan Elihu Katz. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenalkan pada tahun
1974 dalam bukunya The Uses of Mass Communications : current perspectives on
gratification research. Teori uses and gratification milik Blumer dan katz ini
mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari
sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya,
teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan
alternative untuk memuaskan kebutuhannya.
Menurut para pendirinya Elihu Katz, Jay G Blumer dan Michael
Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula kenutuhan secara psikologis
dan social, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber –
sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau
keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan
akibat akibat lain, barangkali termasuk juga yang kita inginkan (Katz, Blumer,
Gurevicth, 1974 : 20).
Teori uses and gratification ini lebih menekankan pada pendekatan
manusiawi di dalam melihat media artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang
untuk memperlakukan media. Blumer dan katz percaya bahwa tidak hanya satu
11
jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya
bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat
teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana
(lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan
berdampak pada dirinya. Teori uses and gratifications beroperasi dalam beberapa
cara yang bisa dilihat dalam bagan di bawah ini :
(Blumer dan Katz, 1974 : 22)
Lingkungan sosial dapat dilihat dari ciri – ciri demografis, afiliasi
kelompok dan ciri kepribadian. Kebutuhan khalayak adalah kebutuhan kognitif
yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, nilai – nilai dan
hiburan Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai
lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk
penyelidikan kita. Sumber pemuas kebutuhan dalam program acara talk show
Golempang yaitu daya tarik komunikator, topik pembicaraan dan materi acara.
LingkunganSosial
Kebutuhankhalayak
Sumber Pemuas Kebutuhan
PenggunaanMedia Massa
FungsiMedia
12
1.9 Operasional Variabel
Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris maka harus
dioperasionalisasikan menjadi variabel. Operasionalisasi variabel dalam penelitian
ini adalah :
Variabel : Tanggapan penonton mengenai program acara Golempang
di Bandung TV
Indikator I : Lingkungan sosial demografi (segmentasi) penonton
Alat ukur : Usia
Status
Pendidikan tertinggi
Agama
Suku
Indikator II : Kebutuhan penonton
Alat ukur : Kebutuhan informasi
Kebutuhan nilai nilai
Kebutuhan hiburan
Indikator III : Pendapat penonton
Alat ukur : Daya tarik pembicara
Topik pembicaraan
Materi acara
13
1.10 Metode dan Teknik Penelitian
1.10.1 Metode Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif. Menurut Jalaludin Rakhmat, yang dimaksud dengan
metode deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis
fakta – fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual
dan cermat (Rakhmat, 1995:22)
Metode deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak
menjelaskan hubungan dan tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi
(Rakhmat, 1995:24)
Adapun tujuan metode deskriptif yaitu :
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dan melukiskan gejala yang
ada
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek –
praktek yang berlaku
3. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat,1989:25)
14
1.10.2 Teknik Penelitian
Usaha untuk mengadakan analisa masalah ini, adalaah berdasarkan data
yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik – teknik sebagai berikut :
1. Angket yaitu suatu cara yang digunakan untuk menghimpun informasi
atau keterangan mngenai hal – hal yang diketahui oleh responden
menurut apa yang ia alami atau diketahui (Faisal, 1995:52). Penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dengan angket yang berisi
daftar pertanyaan tertulis, baik pertanyaan terbuka ataupun pertanyaan
tertutup ditujukan kepada responden yang telah digunakan dengan
menggunakan teknik purporsif sampling
2. Wawancara adalah pertanyaan yang ditujukan kepada responden
secara lisan (pengumpulan data bertatap muka dengan responden).
Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah opinion interview,
yakni wawancara yang bertujuan untuk mngungkapkan pendapat untuk
dijadikan data untuk memperoleh informasi mengenai hal – hal yang
berkaitan dengan penelitian (Faisal, 1995:52)
3. Studi kepustakaan yaitu mencari data penunjang untuk penelitian dari
buku – buku ilmiah atau dari hasil penelitian seseorang, laporan –
laporan yang ada hubungannya dengan penelitian
15
1.11 Populasi dan Sampel
1.11.1 Populasi
Populasi yaitu jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri – cirinya
akan diduga. Dalam setiap penelitian populasi dipilih erat hubungannya dengan
masalah yang dipelajari (Singarimbun dan Effendy, 1985 : 108). Target populasi
juga berarti kumpulan objek yang diteliti dan sesuai dengan masalah yang dibahas,
objek penelitian bisa berupa orang, lembaga, kelompok, kata – kata dan lain – lain
(Singarimbun, 1989 : 106). Adapun yang menjadi target populasi dalam
penelitian ini adalah dosen Sekolah Seni Tinggi Indonesia (STSI) Bandung dan
jumlah populasinya adalah 115 orang dengan asumsi awal mereka pernah
menonton program acara “ Golempang “ di Bandung TV.
1.11.2 Sampel
Sample memiliki ciri – ciri esensial dari populasi sehingga dapat dianggap
cukup representative (Nasution, 1992 : 113). Penulis menggunakan teknik
pengambilan sample, purposive sampling yaitu memilih orang – orang tertentu
karena dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap dan berdasarkan kriteria khusus yang ditentukan peneliti (Rakhmat, 1984 :
81). Dikarenakan program acara “Golempang” merupakan sebuah acara televisi
yang memaparkan masalah – masalah tentang seni dan budaya sunda. Dalam hal
ini kriteria yang ditentukan penulis yaitu berdasarkan pengetahuan secara umum
tentang seni dan budaya sunda. Maka penulis memilih dosen STSI Bandung
16
sebagai responden dalam penelitian ini karena mereka pernah menonton program
acara “Golempang“ dan memliki latar belakang dan dianggap tahu secara umum
tentang seni dan budaya sunda.
Berkenaan dengan ketentuan pengambilan sample yang akan diteliti
menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya ‘Metodologi Research’ menyatakan “
sebenarnya tidak ada ketepatan yang mutlak berapa persen suatu sample harus
diambil dari populasi ” (Hadi, 1981 : 71). Dari total populasi yang berjumlah 115
orang, penulis mengambil sample 50% dari total populasi yang berarti sebanyak
60 orang dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung untuk dijadikan
respondennya.
1.11 Organisasi karangan
Secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari 5 bab dengan organisasi
karangan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,
Masalah Penelitian, Pertanyan Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Alasan Pemilihan Masalah, Pembatasan Masalah, Kerangka Pemikiran,operasional
variable, Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan, Populasi dan Sampel.
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini penulis mengemukakan pembahasan secara teoritis
tinjauan mengenai pengertian Komunikasi Massa, teori Uses and Gratification,
Elemen Komunikasi Massa, Tinjauan Televisi, Fungsi Televisi sebagai Media
Massa, Program Televisi.
BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini terdiri dari perkenalan dan sekilas perusahaan yaitu sejarah
singkat PT Media Televisi Bandung (Bandung TV), Spirit,Visi, Misi dan Strategi
PT Bandung Media Televisi Indonesia, Orientasi Program dan khalayak, Latar
Belakang Program Acara Talk show “Golempang”.
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN
Hasil penelitian dan pembahasan secara mendalam terdiri atas analisis
sumber data responden dan analisis data penelitian secara Deskriptif Analisis yang
didasarkan data kuantitatif
BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran untuk pengembangan ilmu dan
pengembangan praktis.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia
perlu berkomunikasi
Dalam hidup bermasyarakat, orang tidak pernah berkomunikasi dengan
orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini
akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang
kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu menurut Dr. Everett Kleinjan dari
East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari
kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka
ia perlu berkomunikasi.
Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright,
dalam Liliweri.1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan
menimbulkan efek tertentu.
19
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitter
(Rakhmat, seperti disitir komala, dalam karlinah dkk. 1999), yakni: komunikasi
massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa adalah pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa
itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan
kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri
oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa,
maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media
massa adalah radio siaran, dan televisi keduanya dikenal dengan sebagai media
elektronik: surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak: serta
media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop
Komunikasi massa bagi Djalaluddin Rakhmat adalah sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan “dapat” dalam definisi ini menekankan pengertian bahwa sebenarnya penerima komunikasi massa pada saat tertentu tidaklah essensial. Yang terpenting adalah kemampuan organisasi social dalam memproduksi pesan itu kembali dan mengirimnya sebagai rangsangan kepada sejumlah orang dalam tempat yang terpisah (Rakhmat 1996;189)
Proses komunikasi massa terjadi dalam proses yang rumit, karena terdiri
dari berbagai komponen pertama sumber pesan yang akan dipilih untuk diberikan
kepada komunikan. Dalam penyampaiannya diperlukan perumusan pemberian
bentuk dimaksudkan untuk mempermudah diterimanya pesan tersebut dengan
20
melalui bentuk bahasa, tanda – tanda atau lambang – lambang tertentu pesan
disampaikan melalui media kemudian komunikan menangkap tanda atau lmbang
tersebut, apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator sama maknanya
dengan pesan – pesan yang diterima oleh komunikan maka tujuan komunikasi
tercapai bila terjadi dengan tidaknya adanya persamaan arti pesan yang dimaksud
oleh komunikator dengan komunikan.
2.2 Teori Uses and Gratification
Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan
teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam
bukunya The Uses of Mass Communications : current perspectives on
gratification research. Teori uses and gratification milik Blumer dan katz ini
mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari
sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya,
teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan
alternative untuk memuaskan kebutuhannya.
Dalam buku “ilmu, teori dan filsafat komunikasi” karangan Prof. Onong
Uchjana Effendy., M. A .Menurut para pendirinya Elihu Katz, Jay G Blumer dan
Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula keutuhan secara
21
psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau
sumber – sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan
(atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan
akibat akibat lain, barangkali termasuk juga yang kita inginkan (Katz, Blumer,
Gurevicth, 1974). Mereka merumuskan asumsi – asumsi dasar teori :
1. Khalayak dianggap aktif ; artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mngeitkan pemuas kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak
3. Media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada khalayak yang bersangkutan
4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mngerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus dutangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Blumer dan Katz, 1974 dalam Effendy, 2003 : 289)
Teori uses and gratification ini lebih menekankan pada pendekatan
manusiawi di dalam melihat media artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang
untuk memperlakukan media. Blumer dan katz percaya bahwa tidak hanya satu
jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya
bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat
teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana
(lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan
22
berdampak pada dirinya. Teori uses and gratifications beroperasi dalam beberapa
cara yang bisa dilihat dalam bagan di bawah ini :
(Blumer dan Katz, 1974 dalam Nurudin, 2003 : 183)
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “ilmu teori dan filsafat
komunikasi” Model ini memulai dengan lingkungan sosial (social environment)
yang menentukan kebutuhan kita. Menurut Morissan, M.A. dalam bukunya
“Media Penyiaran : strategi mengelola radio dan televisi”, 2005. Lingkungan
sosial berdasarkan demografi pada dasarnya adalah lingkungan yang didasarkan
pada peta kependudukan misalnya : usia, jenis kelamin, besarnya anggota
keluarga, pendidikan tertinggi yang dicapai, jenis pekerjaan audien, tingkat
penghasilan agama, suku dan sebagainya. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Usia : biasanya audien dibedakan menurut usia anak – anak, remaja, dewasa dan orang tua.
2. Jenis Kelamin : tidak semua program dapat dibedakan menurut segmen ini. Program drama komedi misalnya, jarang dibedakan menurut segmentasi audien berdasarkan jenis kelamin (gender). Tetapi program – program tertentu seperti program oleh raga (biasanya disukai audien laki – laki), infotainment (wanita), sinetron (wanita), program memasak (wanita), program berita (laki-laki) dapat menggunakan segemen ini. Pada umumnya wanita lebih banyak menonton televisi darpada pria. Saat ini, jumlah penduduk pria dan wanita di Indonesia tidak jauh berbeda
LingkunganSosial
Kebutuhankhalayak
Sumber Pemuas Kebutuhan
PenggunaanMedia Massa
FungsiMedia
23
3. Pekerjaan : audien yang memiliki jenis pekerjaan tertentu umumnya mengkonsumsi barang – barang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Selera merekapun umumnya jauh berbeda dalam mengkonsumsi program. Kalangan eksekutif lebih menyukai program yang dapat mendorong daya pikir mereka atau membantu mereka dalam mengambil keputusan misalnya program berita atau film – film tertentu. sementara kalangan pekerja kasar lebih menyukai musik dangdut.
4. Pendidikan : audien dapat pula dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang dicapai. Pendidikan yang berhasil diselesaikan audien biasanya menentukan pendapatan dan kelas sosial mereka. Selain itu pendidikan juga menentukan tingkat intelektualitas seseorang. Pada gilirannya, tingkat intelektualitas ini akan menentukan pilihan barang – barang, jenis hiburan dan program radio atau televisi yang diikutinya. Tingkat pendidikan biasanya terkait pula dengan tingkat pekerjaannya walaupun tidak selalu. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung membaca secara rutin surat kabar dan majalah – majalah tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Biasanya bacaannya agak berat, memerlukan pemikiran – pemikiran dan analisa, menyukai konsep – konsep baru dan tertantang untuk menggali hal – hal baru. Sebaliknya, mereka yang hanya berhasil mencapai sekolah dasar umumnya akan mencari bacaan – bacaan yang ringan, mudah dipahami, banyak gambar atau foto, berjudul besar dengan permasalahan sehari hari yang dekat dengan kehidupannya.
5. Agama : belakangan ini agama telah digunakan untuk memasarkan berbagai macam produk. Segemntasi audien berdasarkan agama telah digunakan untuk membuat program – program tertentu misalnya sinetron religius, ceramah agama dan sebaginya. Program yang berbau agama ini dapat digunakan untuk memasarkan produk – produk yang erat dengan agama. Namun, dengan demikian segmentasi cara ini umumnya sangat sensitifdan memerlukan keseriusan dalam menjalani hubungan dengan konsumennya. Segmentasi berdasarkan agamna hanya dapat diterapkan pada komoditi tertentu yang pasarnya amat sensitif terhadap simbol – simbol agama
6. Suku dan kebangsaan : pengelola media penyiaran dapat pula melakukan segemntasi audien berdasarkan suku dan kebangsaan sepanjang suku – suku itu memiliki perbedaan yang mencolok dalam hal – kebiasaan – kebiasaan dan kebutuhan – kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku – suku lainnya. Selain itu, tentu saja segmentnya cukup besar, potensial dan memiliki daya beli yang tinggi. Suku – suku tertentu biasanya memiliki ciri khas dalam soal makanan, pakaian dan cara berkomunikasi. (Morissan, 2005 : 151-153)
24
Selain itu, lingkungan sosial tersebut meliputi ciri – ciri afiliasi kelompok dan
ciri – ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs)
dikategorisasikan sebagai cognitive needs, effective needs, personal intergrative
needs dan escapist needs
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.
2. Affective needs (kebutuhan afektif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman – pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional
3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integrative) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal – hal tersebut diperoleh dari hasrat dan harga diri
4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal – hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi
5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman (Effendy, 2003:294)
Pada umumnya setiap individu memiliki kebutuhan mendasar terhadap
interaksi sosial. Berdasarkan pengalamannya, seseorang mengaharapkan bahwa
konsumsi atau penggunaan media tertentu, akan memberikan sejumlah pemenuhan
bagi kebutuhannya. Hal ini akan membuatnya menonton acara televisi tertentu,
membaca artikel tertentu dalam majalah dan sebagainya. Dalam beberapa kasus
aktivitas ini dapat menghasilkan suatu pemenuhan kebutuhan, namun pada saat
25
yang bersamaan aktivitas ini juga menciptakan ketergantungan pada media massa
tertentu. Dengan demikian, penggunaan media massa oleh individu telah
memberikan fungsi alternatif bagi interaksi sosial sesungguhnya.
Versi lain dari pendekatan uses and gratification ini pada buku karangan
Morissan, M.A “Media Penyiaran” (2005), dikemukakan Karl Erik Rosengren
(1974) yang menyatakan bahwa :
1. Kebutuhan mendasar tertentu dalam interaksi dengan berbagai kombinasi antara karakteristik intra dan ekstra individu dan juga dengan struktur masyarakat termasuk struktur media menghasilkan berbagai kombinasi persoalan individu dan juga persepsi mengenai solusi bagi persoalan tertentu
2. Kombinasi persoalan dan solusinya menunjukkan berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan yang menghasilkan perbedaan pola konsumsi media dan perbedaan pola perilaku lainnya yang menyebabkan perbedaan pola pemenuhan yang dapat mempengaruhi kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu yang sekaligus akan mempengaruhi pula struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi masyarakat (Morissan, 2005 : 25)
Dengan demikian menurut Rosengren, kebutuhan individu dianggap sebagai
titik awal. Kebutuhan ini kemudian berinteraksi dengan karakteristik individu
bersangkutan dan kondisi – kondisi lingkungan sosialnya yang pada akhirnya
menimbulkan persoalan. Tingkat kerumitan persoalan akan berbeda antara satu
individu dengan individu lainnya. Hal serupa berlaku pula dalam persepsi
mengenai bagaimana persoalan tersebut dapat terselesaikan.
Persoalan yang dimiliki individu akan mendorongnya untuk memiliki motif
tertentu yang akan menimbulkan tindakan pada bentuk konsumsi media atau
perilaku yang berbeda pula. Sejumlah orang akan mencari sesuatu yang
26
menghibur, lainnya memilih informasi dan sejumlah lainnya bahkan tidak
menggunakan media sama sekali. Perbedaan pola merupakan hasil proses ini.
Keseluruhan proses ini menunjukkan uses and gratification dapat mempengaruhi
masyarakat dan media yang beroperasi di dalamnya
2.3 Elemen Komunikasi Massa
Dalam buku “komunikasi massa suatu pengantar” karangan Elvinaro dan
lukiati, 2004. Everett M Rogers mengatakan bahwa dalam kegiatan komunikasi
ada empat elemen yang harus diperhatikan, yaitu source, message, channel dan
receiver. Kemudian komponen tersebut dirinci kembali menjadi lima bagian oleh
Wilbur Scramm, yaitu; source (sumber), encoder (komunikator), signal
(sinyal/tanda), decoder (komunikan), destination (tujuan). Kelima komponen
tersebut sesuai dengan paradigma Harold D Laswell yakni who- says what- in
which channel- to whom- with what effect. Komponen – komponen tersebut
merupakan suatu syarat yang harus ada dalam suatu proses komunikasi, baik pada
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa
Sebagaimana telah dijelaskan, komunikasi massa pada dasarnya
merupakan proses komunikasi satu arah, artinya komunikasi berlangsung dari
komunikator (sumber) melalui media kepada komunikan (khalayak). Dalam
komunikasi antar persona tidak demikian halnya, karena pesan mengalir dari
komunikator. Walaupun komunikasi massa dalam prosesnya bersifat satu arah,
27
namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut menentukan
lancarnya proses komunikasi tersebut. Komponen dalam komunikasi massa
ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi lainnya. Proses komunikasi
massa lebih kompleks karena setiap komponenya mempunyai karakteristik
tertentu.
2.3.1 Tinjauan tentang Komunikator
Sebagaimana telah diuraikan, dalam proses komunikasi diperlukan adanya
komponen – komponen yang menunjang kelangsungannya, yang meliputi
komunikator, pesan, komunikan, dan media. Contoh yang sederhana, pembicara
(komunikator), kata-kata (pesan), hubungan telepon (media), dan penerima
(komunikan). Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya
langsung seseorang, tetapi dibuat melalui usaha – usaha yang terorganisasikan dari
beberapa partisipan, diproduksi secara massal dan didistribusikan kepada massa
Untuk mencari atau mememukan komunikator dalam proses yang begitu
kompleks bukan masalah yang mudah, bahkan mungkin sangat sulit dan tidak
biasa dilakukan sembarangan.
Jeremy Tunstall mendefinisikan komunikator sebagai petugas
nonadninistratif (non clerical) di dalam organisasi – organisasi komunikasi orang
– orang bekerja dalam memilih, menyusun dan merencanakan program – program,
cerita – cerita dan pesan – pesan lainnya akhirnya disebarkan kepada khalayak
(Tunstall, 1990)
28
Adapun menurut Hafied Cangara definisi komunikator adalah pihak yang
mengirim pesan kepada khalayak. Karena itu komunikator biasa disebut pengirim,
sumber, source atau encoder. (Cangara, 2000 : 89). Ditinjau dari komponen
komunikator, menurut Onong Uchjana Effendy., M.A dalam bukunya ilmu, teori
dan filsafat komunikasi, terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu
kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator
(source attractiveness )
1. Kepercayaan kepada Komunikator (Source Credibility)Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan bisa tidaknya ia dipercaya. Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli menunjukan bahwa kepercayaan yang besar akan meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang rendah akan menyebabkan berkurangnya daya perubahan yang diharapakan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima oleh komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Apabila komunikator dianggap sebagai ahli dalam suatu bidang, misalnya ahli dalam bidang ekonomi atau memiliki status sosial atau jabatan profesi yang lebih tinggi, maka pesan yang disampaikan mempunyai daya pengaruh yang lebih besar. (Effendy 1989 : 30)
2. Daya tarik komunikator (Source Attractiveness) Wilbur Scramm mengatakan bahwa apabila kita berkomunikasi, berarti kita sedang mengusahakan kesamaan makna antar komunikator dengan komunikan. Seorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk mengubah sikap komunikan melalui mekanisme daya tarik, artinya komunikan merasa bahwa komunikator dapat dianggap mempunyai persamaan dengan komunikan, sehingga komunikan bersedia mengikuti pesan yang disampaikan oleh komunikator. Yang dimaksud dengan kesamaan antara komunikator dan komunikan disini khususnya adalah kesamaan ideologis dan demografis. Ideologi merupakan hal yang lebih penting daripada demografi. Perasaan yang sama antara komunikator dengan komunikan akan menyebabkan komunikasi berjalan lancar. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan akan menimbulkan rasa simpati kepada komunikator. Seorang komunikator komunikasi massa akan sukses dalam menyampaikan pesannya jika ia dapat menyesuaikan diri dengan komunikan dalam hal kecakapan,
29
pengalaman, kemampuan berfikir, dan sebagainya. (Effendy, 1989 : 41 - 42)
Seorang komunikator adalah orang yang memberikan infiormasi atau
pesan kepada orang lain atau suatu kelompok tertentu yang bertujuan untuk
mempengaruhinya, tugas yang paling pokok dari komunikator adalah
membimbing komunikan untuk percaya, bahwa ia adalah orang yang
berkemampuan dalam subjek yang didukungnya, disamping itu pula mempunyai
integritas dan goodwill terhadap komunikasi, seorang komunikator dalam
melakukan komunikasi memiliki kredibilitas yaitu “seperangkat persepsi
komunikate tentang sifat – sifat komunikator“ (Effendy, 1996 : 257)
1. Keahlian (ekspertise) adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang sedang dibicarakan, komunikator yang dinilai tinggi pada keahliannya dianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak berpengalaman dan tertarik. Tentu sebaliknya komunikator dinilai rendah jika keahliannya dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu atau bodoh.
2. kepercayaan (trustworthiness) kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya (Rakhmat, 1996 : 256)
Kemudian Kohler dan Anator dan juga Appelbaum memberikan 4 komponen
dan kredibilitas antara lain :
1. Dinamisme adalah komunikator memiliki bila ia dipandang sebagai orang yang periang bersemangat, aktif, dan tegas serta berani, sebaliknya komunikator yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu – ragu, lesu dan lemas dalam komunikasi dinamisme memperkokoh kesan, keahlian dan kepercayaan
2. Sosiabilitas adalah kesan kaomunikate tentang komuniator sebagi orang yang pariang dan senang bergaul
30
3. Ko Orientasi merupakan kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok yang kita senangi yang bisa mewakili nilai kita
4. Kharisma dipergunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mngendalikan komunkate seperti magnet menarik berita – berita disekitarnya (Rakhmat, 1996 : 260)
Dengan demikian , orang yang menyampaikan pesan yaitu komunikator
ikut menentukan berhasilnya komunikasi, seseorang komunikator harus
merupakan orang yang memiliki keahlian dan mempunyai kepercayaan bagi
komunikan dalam menyampaikan sesuatu.
2.3.2 Tinjauan Tentang Pesan
Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat
umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung
pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya. Disini dimensi seni
tampak sangat berperan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Severin dan Tankard
(1992) bahwa :
komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art)dan sebagian ilmu (science). Tanpa dimensi seni menata pesan, tidak mungkin media surat kabar, majalah, radio siaran, televisi, dan film dapat memikat perhatian khalayak, yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan dan perilaku komunikan (Severin dan Tankard, 1992)
Dalam hal menyampaikan isi pesan secara tepat dan jelas ada 9 hal yang
harus diperhatikan yaitu sebagi berikut :
1. Pesan isi harus cukup jelas (clear) bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit – belit, topik denotasi yang menyimpang dan tuntas
2. Pesan itu harus mengandung kebenaran yang sudah diuji (correct) pesanitu berdasarkan fakta tidak mengada – ada dan tidak diragukan
31
3. Pesan itu singkat atau ringkas (concise) ringkas dan padat dan dapat disusun dengan kalimat pendek, to the poin tanpa mengurangi arti sesungguhnya
4. Pesan itu mencangkup keseluruhan (comprehensive) ruang lingkup pesan mencakup bagian – bagian yang terpenting patut diketahui komunikan
5. Pesan itu nyata (conkret) dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data dan fakta yang ada tidak sekedar issue dan kabar angin
6. Pesan itu lengkap (complete) dan disusun secara sistematis 7. Pesan itu menarik menyakinkan menarik karena bertautan dengan dirinya
sendiri sesuai dengan radio 8. Pesan itu disampaikan dengan sopan harus dipertimbangkan kadar
kepribadiannya, kebiasaan, pola hidup dan nilai – nilai komunikan bila sangat menentukan sekali bagaimana orang bisa bersikap terbuka
9. Pesan itu sangat mantap (consistent) artinya tidak mengandung pertentangan antara bagian yang satu dengan yang lainnya, konsistensi ini sangat perlu untuk bisa menyakinkan komunikan kita (Siahaan, 1991 : 62-64)
Kesembilan hal diatas adalah menciptakan pengertian baik dan tepat anatar
komunikator dengan komunikan, pesan komunikasi harus disampaikan sebaik
mungkin agar komunikan dapat mengerti dan memahami maksud dan tujuan isi
pesan tersebut dan menerimanya dengan sikap terbuka
2.3.3 Media
Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa
yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian
khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous)
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, maka media yang paling dominant dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan – pesan yang diterima panca indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan (Cangara, 2000 : 131)
32
Para sarjana sepakat bahwa jenis – jenis media yang digolongkan dalam
media massa adalah pers, radio siaran, televisi dan film. Media massa inilah yang
paling sering menimbulkan masalah dalam semua bidang kehidupan, yang
semakin lama semakin kompleks kerena perkembangan teknologi sehingga,
senantiasa memerlukan pengkajian yang seksama. Sifat media yang akan
digunakan untuk menyampaikan pesan – pesan komunikasi massa harus benar –
benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang
akan diterpa.
2.3.4 Tinjauan Tentang Khalayak (Audience)
Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa ini sangat beragam,
dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku atau ratusan pembaca jurnal
ilmiah.
khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komuniasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuan (Cangara, 2000 : 151)
Istilah “audience media” berlaku universal dan secara sederhana dapat
diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa
berbagai media atau komponen isinya (Mc Quail, 1987 : 201). Lebih lanjut Mc
Quail (1987 : 203) menjelaskan konsep alternatif tentang audien:
33
1. Audien sebagai sekumpulan penonton, pembaca, pendengar dan pemirsa kumpulan inilah yang disebut audien dalam bentuknya yang penting dikenali dan versi yang diterapkan dalam hamper seluruh penelitian tentang media
2. Audien sebagai massa, pandangan audien sebagai massa ini ditekankan berdasarkan akurasi yang besar, heterogenitas, penyebaran serta lamanya organisasi sosial dan komposisi yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten
3. Audien sebagi publik atau kelompok sosial, unsur penting dalam versi audien ini adalah praksistensi dan kelompok sosial yang aktif, interaktif, dan sebagian besar otonom yang dilayani oleh media terkait tetapi keberadaannya tidak tergantung kepada media
4. Audien sebagai pasar, perkembangan ekonomi mnyebabkan timbul konsep audien sebagai pasar, dalam konsep ini produk media merupakan komoditi atau jasa yang ditawarkan untuk dijual kepada sekumpulan konsumen terkait yang potensial, yang bersaing dengan produk media lainnya
Adapun audience (khalayak) dapat dikarakteristikkan lebih lanjut sebagai
berikut :
1. Kelompok atau publik. Sejalan dengan suatu pengelompokkan sosial yang ada dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelompok sosial, politik, budaya dan sebagainya
2. Kelompok kepuasan. Terbentuk atau dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu akan informasi atau akan kepuasan emosional dan afeksi tertentu
3. Kelompok penggemar atau budaya cita rasa, terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau daya tarik tertentu akan kepribadian tertentu atau cita rasa budaya atau intelektualitas tertentu
4. Audien medium berasal dan dari dipertahankan kebiasaan atau loyalitas pada sumber media terkait, misalnya surat kabar, majalah, siaran radio atau televisi (Mc Quail, 1987 : 206)
2.4 Tinjauan Televisi
Televisi terdiri dari istilah “ tele“ (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan
“visi“ (vision) yang berarti penglihatan segi “jauhnya“-nya oleh gambar dengan
demikian televisi yang dalam bahasa inggrisnya “television“ diartikan dengan
34
gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat “lain“ melalui sebuah perangkat
penerima (kamus komunikasi: 1989).
Kata televisi diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui
transmisi atau pancaran dan dapat juga dipancarkan melalui kabel (televisi kabel)
dalam situasi transmisi/pancaran gmbar dan suara yang dihasilkan oleh elektronika
diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan
pemancar. Gelombang elektromagnetik oleh system antene yang menyalurkan ke
pesawat penerima di pesawat televisi gelombang elektromagnetik diubah menjadi
gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layer monitor televisi. Bila dilihat
lebih jauh, televisi siaran akan menghasilkan siaran televisi (audio visual) di
sukung dua unsur utama yaitu :
1. Perangkat keras (hard ware)
2. Perangkat lunak (soft ware)
Perangkat keras disini terdiri dari studio televisi transmisi/ pemancar dan
pesawat penerima televisi. Ketiga unsur perangkat ini disebut trilogy. Menurut Drs
J.B. Wahyudi, dalam bukunya “ Media Komunikasi Massa Televisi “, menyatakan
dalam organisasi penyiaran / badan penyiaran khususnya pada televisi siaran harus
didukung oleh individu – individu yang memiliki :
1. Keahlian di bidang masing – masing 2. Tanggung jawab profesi 3. Kreativitas 4. Sifat untuk kerjasama, tidak boleh egoistis 5. Kepemimpinan yang bijaksana, tegas tetapi tidak kaku 6. Kesadaran pada fungsi masing – masing
35
7. Satu tekad untuk mencapai tujuan yang baik yang telah ditetapkan bersama, atau yang telah ditetapkan oleh pemerintah
8. Memiliki pandangan jauh ke depan di bidang perangkat keras (Wahyudi, 1996 : 52)
Televisi siaran yang didukung oleh teknologi canggih harus dikelola secara
professional. Setiap individu yang bekerja di stasiun televisi harus mengetahui
sifat – sifat dari media televisi yang sangat kompleks demikian pula perangkat
kerasnya yang selalu berubah setiap saat karena kemajuan teknologi elektronika
dengan demikian akan terjamin jangkauan siaran televisi dan benar – benar
mencerminkan sifat yang dimiliki oleh media massa televisi.
Siaran televisi sesuai dengan sifatnya yang dapat diikuti secara audio visual
(suara dan gambar) secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat maka siaran
televisi tidak akan memuaskan semua lapisan masyarakat. Siaran televisi dapat
membuat kagum dan memukau sebagian penontonnya, tetapi sebaliknya siaran
televisi dapat membuat jengkel dan rasa tidak puas bagi penonton lainnya. Suatu
program mungkin disukai oleh kelompok masyarakat terdidik namun program itu
akan ditinggalkan oleh kelompok masyarakat lainnya.
2.5 Fungsi Televisi sebagai Media Massa
Menurut Alo Liliweri, bahwa Media Massa merupakan sifat, instrument
komunikasi massa yang telah memberi peluang pada kita untuk merekam
mentransmisikan berbagai pengalaman dan informasi secara cepat dan meluas
untuk mencapi suatu khalayak yang heterogen (Liliweri, 1991 : 41)
36
Adapun media massa dapat dibedakan ke dalam media elektronik seperti
televisi, radio, film dan media cetak .
Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tanyangan televisi mereka Sebagai dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agge, et. Al. 2001 : 279)
Salah satu medium komunikasi massa televisi mempunyai beberapa fungsi
dasar yang membedakan dengan medium komunikasi massa lainnya.
2.5.1 Fungsi Informasi
Dalam buku “komunikasi massa suatu pengantar” karangan Drs Elvirano
A M.Si dan Dra. Lukiati Komala E, M.Si. menurut Karlinah, dalam Karlinah, dkk.
(1999).
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebaran informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersnagkutan sesuai dengan kepentingan khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus akan informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya (Karlinah, dalam Karlinah, dkk. (1999).
Sebagian informasi didapat buikan dari sekolah, atau tempat bekerja
melainkan dari media. Kita belajar musik, politik ekonomi, hokum, seni, sosiologi,
psikologi, komunikasi, dan hal lain dari media. Kita belajar keterampilan
menggunakan computer, memasak, menjahit dan sebagainya dari media. Kita
mngenal tempat – tempat bersejarah yang ada di dunia juga dai media elektronik
(terutama film) dan media cetak yaitu buku – buku sejarah
37
Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, mendengarkan
radio siaran atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi
tentang persitiwa yang terjadi di muka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa
yang dilakukan, dicapkan atau dilihat orang lain.
2.5.2 Fungsi Hiburan
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media
menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang menjalankan
fungsi hiburan, hampir tiga per empat bentuk siaran televisi setiap hari
menrupakan tanyangan hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati
acara hiburan. memang ada beberapa televisi dan radio siaran yang memuat 100%
berita. Tetapi televisi dan radio siaran lainnya menyajikan berita kurang dari 5%.
Majalah pun demikian halnya. Ada yang banyak memuat hiburan , ada pula yang
sedikit memuat hiburan. bahkan ada beberapa majalah yang hanya menampilkan
berita seperti Time dan News Week, Tempo, Gatra, dan Garda.
Fungsi hiburan bagi sebuah media elektronik mendukung posisi yang
paling tinggi dibandingkan dengan fungsi – fungsi yang lain. Masalahnya,
masyarakat kita memang masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. dalam
sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu. Misalnya,
suami istri kerja seharian, anak sekolah. Karena dalam kesehariannya mereka
capek dengan aktivitas masing – masing, maka ketika malam hari mereka berada
di rumah punya kemungkinan besar menjadikan televisi sebagai media hiburan.
38
paling tidak, untuk hiburan karena dalam aktivitas hariannya telah membuat lelah.
Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena mereka akan bisa melihat
bersama – sama, bercanda, menikmati acara televisi. Melalui berbagai program
acara yang ditanyangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang
dikehendakinya.
Berdasarkan penelitian siaran langsung olah raga yang ditanyangkan media
televisi dan media massa telah meningkatkan jumlah penonton yang menaikkan
olah raga. Pertanyaan ini diperkuat oleh pendapat seorang ahli sosiologi John
Tulamin dan Charles Page yang menyatakan bahwa “meningkatnya olah raga
secara luar biasa sebagai hiburan massa setelah berakhirya perang dunia II,
sebagian besar merupakan hasil televisi” (Rakhmat, pada Karlinah dalam
Karlinah, dkk. 1999). Fungsi media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain
tujuannya adalah mengurangi keterangan pemikiran khalayak. Karerna dengan
membaca berita – berita ringan atau melihat televisi dapat membuat pikiran
khalayak segar kembali.
2.5.3 Fungsi Penyebaran Nilai – Nilai
Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut socialization
(sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana inidividu mengadopsi
perilaku dan nilai kelompok . media massa yang mewakili gambaran masyarakat
yang ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita
bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan
39
lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk
menirunya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja belajar tentang
perilaku berpacaran dari menonton film dan acara televisi yang mengisahkan
tentang pacaran, termasuk pecaran yang agak liberal atau bebas.
Diantara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya
sosialisasi (penyebaraan nilai nilai) pada anak muda, terutama anak – anak yang
telah melampaui usia 16 tahun, yang banyak menghabiskan waktunya menonton
televisi dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat
memperiongatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan
salurannya terutama untuk sosialisasi (penyebaran nilai – nilai). Sebagai contoh
maraknya tanyangan kekerasan di stasiun televisi yang membuat anak muda
berfikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan persoalan
hidup.
2.6 Program Televisi
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja
bisa dijadikan program untuk ditanyangkan di televisi selama program itu menarik
dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesususilaan, hukum
dan peraturan yang berlaku. Pengelolaan stasiun penyiaran dituntut untuk
memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang
menarik
40
Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar
berdasarkan jenisnya yaitu: 1) program informasi (berita) dan; 2) program hiburan
(entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu
berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera
disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta,
gossip, opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu,
musik drama permainan (game show) dan pertunjukan
Menurut Edwin T Vane dan Lynne S Gross (1994) dalam bukunya “programming for TV, Radio and Cable” menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) disini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiencenya. Menurut Vane-Gross: the programmers must select the appeal through which the audience will be reached (programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audience). (Vane-Gross : 1994.)
2.6.1 Pengertian Talk Show
Talk show dalam pengertian sempit diartikan acara yang memadukan unsur
seni panggung dan teknik wawancara jurnalistik, wawancara dilakukan di tengah
atau di sela – sela pertujukkan, baik musik lawak dengan suasana santai
Dalam pengertian luas, talk show bebarti acara perbincangan yang
bertujuan untuk tukar menukar pendapat serta diselingi show yang relevansinya
dengan topik perbincangan dimana penuaji acara bertindak sebagai pengantar dan
sekaligus mengambil penonton aktif tanpa menarik kesimpulan
Istilah talk show untuk pertama kali digunakan dalam acara “Tonightshow” yang disiarkan jaringan telavisi NBC pada September 1954. acara talk show ini dipandu oleh pembawa acara Gene Rayburn yang mengadakan dialog dengan Steve Allen (pemain piano) dan Shictch
41
Hendersen (pemimpin orkestra). Pembicaraan dalam acara ini cukup santai, diselingi dengan canda. Sajian musik serta dialog diperagakan saling bergantian dengan demikian, bentuk atau formal penyajian selain berupa show yang dapat jugaa berupa dialog yang bersifat santai (Wahyudi, 1996:135)
Nama talk show baru diberikan pada 29 Juli 1957 oleh aktor film kawakan
Franklin Pangborn, yang bertindak sebagai pembawa acara pada suatu mata acara
yang berjudul “the jack paar show” Franklin Pangborn mengawali acara ini
dengan mengatakan,” This is an hour and 45 minutes night and I cant figure it
out. Really , its telethone, but I cant figure who its for the format was still simple,
it was almost entirely a talk show…” (Aylessworth dalam Wahyudi 1996:136)
2.6.2 Tujuan Talk Show
Dalam sebuah penanyangan acara talk show tujuan adalah yang melatar
belakangi acara tersebut disiarkan dan dapat diterima penonton. Adapun tujuan
daripada talk show adalah
1. Memberikan informasi tentang gaya hidup tokoh yang ditampilkan pada khalayak penonton
2. Meminta pendapat atau opini tokoh yang ditampilkan atas masalah yang berhubungan dengan topik yang aktual
3. Menghimbau pada penonton untuk berbuat sesuatu atas masalah atau topik yang terjadi, suatu komentar yang keluar dari tokoh tersebut
4. Menjadi bahan cerita atau human interst mengenai kebiasaan tokoh yang menarik untuk diketahui penonton
5. Memeberikan bahan biografi mngenai tokoh yang ditampilkan penonton (Kuswandi, 1993:109)
2.6.3 Rumus Talk Show
Rumus yang kerap digunakan pada acara talk show adalah “A + B = C”
atau, accuracy + balance = credibility artinya mengalirkan suatu acara talk show
42
dengan menghubungi narasumber satu per satu (atau sekaligus), maka kriteria
akurat (accuracy) harus diutamakan. Akurat disini berarti tepat dan sebenar –
benarnya dalam memiliki narasumber yang akan dimintai komentar opini saran
dan sebagainya. Balance artinya seimbang. Dalam dunia jurnalistik dikenal
dengan istilah “cover both side story“ atau mudahnya diartikan sebagai peliputan,
pemberitaan yang mengcover kedua sisi. Inilah perwujudan dari Balance, sehingga
berita, wawancara, atau liputan menjadi semakin seimbang karena menegcover
kedua sisi. Jika unsur accuracy dan balance sudah dapat dilaksanakan dengan
baik, maka nilai program talk show akan menjadi credible (credibility) khalayak
penonton akan semakin percaya dengan materi acara yang ditampilkan seimbang,
didukung oleh narasumber yang akurat (Fadli, 2001:19)
Rumus “A + B = C” untuk program talk show dapat menjadikan suasana
acara menjadi netral, karena masing – masing pihak yakni pewawancara
narasumber, serta penonton telah diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
opininya. Keberfihakkan dalam talk show baik sengaja maupun tidak sengaja
karena sikap emosi terhadap atau dua pertanyaan yang digencarkan pewawancara
kepada narasumber dapat serta diminimalkan
Selain rumusan talk show diatas, faktor clarity (kejelasan) dapat dijadikan
ukuran apakah khalayak penonton mengerti isi dan maksud naskah yang disiarkan
kejelasan ini bukan dalam pengertian teknis suara, melainkan kejelasan mengenai
topik dalam penulisan dan kosakata yang diucapkan, hingga mudah untuk
43
dipahami. Faktor ini memiliki peran yang penting dalam acara talk show. Karena
dapat menghindari sikap pewawancara untuk bertanya secara terus – menerus
tanpa alur pertanyaan yang jelas kepada narasumber, dimana akhirnya
menciptakan kondisi tidak paham kepada penonton terhadap isi naskah yang
dibahas.
2.6.4 Presenter Dalam Talk show
Presenter merupakan salah satu bagian dari pelaku penyiaran , jika
kaitannya dengan acara pemberitaan maka presenter adalah pembaca berita
melalui paket informasi (Soemandoyo, 1999 : 335). Presenter adalah kepribadian
suatu stasiun TV pada hakekatnya sebagai medium dialog media TV dengan
pemirsa (Ishadi, 1999 : 164) presenter memiliki posisi sangat penting sehingga
untuk menjadi presenter, Ishadi dalam bukunya “Dunia Penyiaran” menuturkan
beberapa persyaratan menjadi seorang penyiar di media TV yaitu :
1. pertama – tama harus memiliki gelar sarjana atau diberikan kepada mereka yang memilki pengalaman atau pengetahuan spesifik
2. mempunyai pengetahuan dan atau kehlian dalam bidang jurnalistik 3. mempunyai sikap ekstrovet, mudah bergaul dan memiliki dasar mampu
bicara di hadapan umum 4. mempunyai volume broadcast voice, mempunyai (appearance) yang
mendukung dan kira – kira memilki TV genik (Ishadi, 1999 : 164)
2.6.5 Daya tarik Isi Materi Program Acara
Dalam upaya menarik perhatian dan memenuhi kebutuhan informasi
penonton, program acara “Golempang” harus menyajikan topik – topik yang
menarik dan bervariasi
44
Mengingat format acara “Golempang” memiliki fungsi untuk mengundang
pendapat, peristiwa realita yang terjadi di masyarakat secara disajikan melalui
media massa secara periode hal ini selaras dengan Wahyudi mengatakan hal daya
tarik pesan dalam rangka menarik perhatian para khalayak J.B Wahyudi,
mengatakan “biasanya berita yang harus mengandung nilai berita tinggi seperti
persitiwa atau pendapat atau realita yang terjadi itu memiliki nilai penting yang
menarik sekaligus, nilai penting, nilai menarik, dan nilai kebaruan atau aktualitas”
(wahyudi, 1994 : 32)
Soewardi idris dalam bukunya “Jurnalistik TV” yang menyatakan “
betapa besarnya pengaruh gambar dalam siaran TV, dampak Film atau gambar tidak dapat diperbaiki dengan kata – kata (the impact of strong film is not neutralizal by words) gambar penunjang itu dapat berupa film (bersuara/tidak) foto – foto ataupun grafis yang dibuat pelukis – pelukis TV mereka yang bekerja di bidang pemberitaan TV haruslah selalu memikirkan gambar – gambar itu akan berfungsi sebagai pelengkap informasi dan memberi kesan yang lebih sempurna bagi penonton (Idris, 1987 : 3)
Selain itu Wahyudi mengatakan bahwa “ materi acara yang disajikan harus
berorientasi kepada selera khalayak dan suatu materi acara tidak boleh monoton
dan statis, karena siaran yang monoton akan menimbulkan kebosanan khalayak”
(Wahyudi, 1994 : 3)
set construction secara sederhana yaitu bangunan latar belakang untuk
keperluan pengambulan gambar. Pada prakteknya set construction tidak selalu
berwujud bangunan dekorasi seperti yang kita banyangkan terbentuk tata ruang
45
yang besar. Set construction lebih menitikberatkan bagaimana gambar mendukung
dan mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur acara dengan baik.
2.6.6 Ragam Pertanyaan Talk Show
Ragam pertanyaan – pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber
merupakan pertanyaan – pertanyaan yang memancing jawaban dari narasumber,
dimana jawaban ini merupakan informasi yang benar – benar diperlukan dan
diinginkan khalayak diantara adalah
1. Pertanyaan terbuka Pertanyaan yang memberikan kesempaatan kepada narasumber untuk memberikan sikap kemungkinan jawaaban. Biasanya dimulai dengan kata Tanya (siapa, mengapa, apa, dimana, yang mana, berapa, kapan dan bagaimana)
2. Pertanyaan terutup Pertanyan yang hanya memberikan pilihan jawaban dari srangkaian tanggapan, biasanya dimulai dengan kata kerja. Untuk pertanyaan ini jawaban yang mungkin hanyalah “ya” atau “tidak”
3. Pertanyaan langsung Pertanyaan yang mengarah langsung kepada target, sifatnya segera dan jelas, untuk memperoleh pengungkapan apa yang ingin diketahui
4. Pertanyaan tidak langsung Pertanyaan yang menyembunyikan apa yang sebenarnya ingin diketahui oleh pewawancara. Lebih memingkinkan untuk menghasilkan jawaban yang jujur
5. Pertanyaan pilihan ganda Pertanyaan yang menyediakan kemungkinan satu rangkaian jawaban, yang menguarangi kemungkinan jawaban kurang penting dari narasumber yang berusaha mengelak / terlalu diplomatis
6. Pertanyaan mengarahkan Pertanyaan ini mengandung saran, dimana pendapat pewawancara sendiri atau pokok pembicaraan dapat diketahui
7. Pertanyaan reflektif Pertanyaan yang digunakan pewawancara untuk mendorong responden agar mau memberikan komentar lebih lanjut
46
8. Pertanyaan pengandaian Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mendorong narasumber berfikir kedepan
9. Pertanyaan netral Pertanyaan yang tidak secra eksplisit atau implisit menyarankan jawaban yang diinginkan
10. Pertanyaan mengiringi Pertanyaan yang direkayasaa dengan mengisyaratkan jawaban yang diinginkan
11. Pertanyaan yang membebani Pertanyaan yang direkayasa dengan mengisyaratkan jawaban yang diinginkan juga merupakan bentuk pertanyaan mengiringi yang sering menjengkelkan pertanyaan jenis ini terkadang menguntungkan, kerena mampu “memeksa” narasumber untuk segera memberikan pendapat (Stokkink dalam Fadli, 2001:41)
Dengan ragam pertanyaan ini, maka pewawancara dapat membuat suasana
wawancara menjadi interaktif, karena pendapat mengenai klarifikasi dan
konfrontasi dan narasumber dapat tergali menjadi sebuah informasi yang berguna
bagi penonton. Dengan demikian tujuan daripada wawancara dapat tercapai
dengan baik
2.6.7 Tipe Narasumber Talk Show
Setiap narasumber mempunyai hak untuk mengoreksi, melengkapi
merunurutkan dan menuntaskan pertanyaan yang digunakan akan tetapi tidak
jarang jawaban mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan, berbagai tipe yang
dimiliki narasumber, adalah :
1. Sempurna (perfect)Tipe narsumber special, yang memiliki kapabilitas dan kredibilitas yang tidak diragukan, baik dari segi akademis, pengalaman sampai pada “nama baik”
47
2. Biasa (Usual) Tipe narasumber yang kalau memberikan jawaban jarang atau behkan tidak ada yang baru. Atau tipe narsumber yang tidak punya nama tetapi memiliki pendapat yang cukup baik
3. Normatif Tipe narsumber, yang kalau memberian jawaban selalu normative tidak berani menyimpang dari arus opini umum, bukan vokalis jawaban bukan sesuatu yang baru dan cenderung menyelamatan diri.
4. Bad temper Tipe narasumber yang sama sekali tidak dapat diajak untuk mengembangkan topik diskusi. Setiap pertanyaan yang disampaikan hanya dijawab dengan beberapa kata seperti “iya, benar”, “tidak selalu begitu”, “biasa juga”, “setuju” dan jawaaban “pelit” lainnya. Hal ini dilakukan bukan karena tidak paham akan pertanyaan yang diajukan akan tetapi dengan kesadaran atau bisa juga karena ketakutan dan kecurigaannya
5. Timer Tipe narasumber yang selalu menentukan panjang pendeknya wawancara (Fadli, 2001:130)
Berbagai tipe narasumber, dapat memudahkan pewawancara dalam
mengenali karakter pribadi narasumber, pertanyaan dan cara pendekatan dalam
wawancara dapat disesuaikan dengan tipe yang mereka miliki. Dengan demikian
pelaksanaan wawancara tidak akan berlangsung dalam suasana kontra, akibat
ketidaktahuaan atau kekurangpahaman pewawancara mengenai karakter tokoh
yang diwawancara.
48
BAB III
DESKRIPSI PT BANDUNG MEDIA TELEVISI INDONESIA
3.1 Sejarah Singkat PT Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV)
Bandung adalah sejarah tanah sunda dengan budaya yang berkembang
pesat sejak pertengahan abad ke 5. suatu tradisi budaya nusantara yang
berkembang seiring dengan perkembangan jati diri bangsa Indonesia
Sejarah tanah sunda menjadi komponen penting bagi terwujudnya ikatan
tatar sunda, suatu ikatan sejarah adanya kesamaan religi, kesadaran akan nilai –
nilai pandangan hidup yang nyunda sekaligus sejarah kota bandung sebagai daerah
heroic dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia
Di tengah revolusi teknologi yang melanda masyarakat, Bandung TV hadir
sebagai perwujudan kreativitas seni budaya masyarakat sunda dalam menemukan
jati diri melalui media televisi. Media televisi dipilih dengan asumsi televisi
sebagai perwujudan audio visual memiliki pengaruh besar terhadap perilaku
masyarakat sebagai suatu komunitas kosumsi
Sebagai wadah kreativitas masyarakat sunda, Bandung TV, televisi local
pertama di Bandung menitik beratkan program acaranya pada upaya pencerahan
masyarakat dalam segala aspek kehidupan dengan fondasi seni budaya. Titik berat
ini dipilih karena seni budaya merupakan poros kehidupan yang mengerakkan
dimensi sosial dan ekonomi masyarakat.
49
PT Bandung Media Televisi Indonesia berdiri sejak November 2003
sebagai perseroan terbatas, yang kemudian baru dapat direalisasikan opersionalnya
pada Oktober 2004
Bandung TV sebagai stasiun televisi lokal yang mempunyai motto “ Jati
Diri Pasundan“, lebih mengedepankan aspek budaya Sunda yang diselingi dengan
acara bermuatan lokal (local content), maksudnya adalah dengan memasukkan
segala macam muatan lokal baik dari segi berita, bahasa, hingga tayangan film
atau sinetron yang berlatar belakang budaya setempat.
Stasiun televisi yang mulai mengudara pada tanggal 3 Januari 2005 ini
berada di kanal frekuensi 38 UHF, dengan jangkauan siaran meliputi wilayah
Bnadung, Cimahi, Padaralang, dan Cianjur. (company profile Bandung TV, 2005)
3.1.1 Rasional
Kehadiran Bandung TV dilatar belakangi oleh beberapa pertimbangan
berikut. Pertama, kehadiran beberaapa stasuin televisi swasta nasional semula
diharapkan mampu menyediakan pilihan informasi dan hiburan secara lebih
variatif, namun ketatnya persaingan antar stasiun dalam merebut perhatian
khalayak telah mendorong munculnya acara yang semata – mata mengejar rating
dan menafikan akal sehat. Duplikasi acara pun terjadi dengan amat kentara. Gejala
ini selain mempersempit ruang kreativitas juga membatasi hak publik untuk
mendapatkan informasi, pendidikan dan hiburan yang bermanfaat bagi
50
pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan kekuatan bangsa serta
mengamalkan nilai – nilai agama dan budaya.
Kedua, peluang demokratisasi kehidupan social politik yang lahir
menyertai penerapan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintah daerah dan kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam
menumbuhkan industri penyiaran di daerah sebagaimana diatur di dalam Undang
– undang Nomor 32 Tahun 2002 tidak bisa diabaikan lagi. Peluang ini bernilai
strategis baik untuk kepentingan “melindungi“ entitas budaya warga Bandung
khususnya dan Jawa Barat pada umumnya yang kaya akan khasanah budaya dan
kearifan lokal naamun menghadapi keterbataasaan saluran untuk
mengaktualisasikan diri maupun untuk kepentingan pengembangan kehidupan
yang bertumpu pada potensi alam, wisata, kependudukan, social, budaya dan
geopolitik yang diperuntukkan bagi sebesar – besarnya kemakmuran warga
Bandung khususnya dan Jawa Barat umumnya.
Ketiga, menjadi saluran bagi kreativitas warga Bandung khususnya dan
Jawa Barat umumnya, sekaligus menjadi bagian dari pranata sosial yang berperan
memelihara dan mengembangkan budaya dan kehidupan warga Bandung
khususnya Jawa Barat pada umumnya dari serbuan arus penyereagaman global,
yang didesain menurut selera Jakarta sedemikian rupa sehingga seakan – akan
tertawa saja harus menirukan orang Jakarta. Padahal, sebagaimana daerah lainnya
di Jawa Barat, Bandung memiliki khasanah budaya yang diyakini mampu
51
menawarkan oase bagi kemunculan kreativitas antara lain melalui revitalitasasi
nilai – nilai dan kearifan sosial dalam konteks negara – negara Indonesia.
Oleh karena itu, selain menjanjikan informasi, hiburan dan pendidikan
yang kontekstual, kemunculan Bandung TV sebagai televisi lokal pertama di Jawa
Barat akan menawarkan pilihan acara yang lebih variatif sesuai potensi, selera dan
kebutuhan khalayak di kota Bandung. Kebutuhan dan selera warga kota diyakini
sebagai élan vital dunia penyiaran di daerah dalam mewujudkan keseimbangan
informasi antar daerah serta antara daerah dan pusat. Sebagai media pemberdayaan
Bandung TV diharapkan menjadi bagian penting dalam upaya peningkatan
kemelekwacanaan dan prakarsa sendiri (teledemokrasi) warga Bandung khususnya
dan Jawa Barat pada umumnya guna ikut serta membangun daerah dan bangsanya.
(company profile Bandung TV, 2005)
3.1.2 Maksud dan Tujuan
1. Menyelengarakan penyiaran yang berlandaskan budaya komunikasi warga
Bandung dan Jawa Barat yang menempatkan cara komunikasi sama
pentingnya dengan isi komunikasi
2. Menegakkan ajen inajen budaya sunda yang adiluhung sebagai landasan
peningkatan harkat dan martabat warga Bandung dan Jawa Barat secara
keseluruhan dalam segala lapangan kehidupan.
Menyediakan pilihan informasi, hiburan, dan pendidikan menjadi motivasi bagi
khalayak Jawa Barat terutama di kota Bandung untuk memberdayakan diri dan
52
bersama – sama dengan anggota masyarakat lainnya membangun bangsa dan
Negara Indonesia. (company profile Bandung TV, 2005)
3.2 Spirit,Visi, Misi dan Strategi PT Bandung Media Televisi Indonesia
3.2.1 Spirit
Spirit yang membidani kehadiran Bandung TV adalah sebagai berikut :
1. Amanah, memanfaatkan spectrum frekuensi sebagai dominant public yang
terbatas secara beranggung jawab sebagai sumbangan nyata dalam
memajukan kehidupan serta memelihara dan mengembangkan budaya
warga Bandung dan Jawa Barat sebagai bagian dari upaya memperkukuh
integrasi nasional, membina watak dan jati diri bangsa yang beriman dan
bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan
umum dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis,
adil dan sejahtera.
2. Etis, menjunjung tinggi norma agama dan nilai – nilai budaya di dalam
mengukur baik buruk dan layak tidaknya materi siaran sehingga setiap
“tontonan menjadi tuntutan“ bagi khalayak, antara lain dengan memegang
teguh budaya komunikasi yang berlandaskan prinsip caina herang laukna
beunang, hade ku omong goring ku omong, hade tata hade titi hade diduga
peryoga sebagai upaya menegakkan pranata social warga Bandung dan
Jawa Barat secara keseluruhan yang silih asah, silih asoh dan silih asuh.
53
3. Sinergis, menempatkan diri, menjalin hubungan dan memandang elemen
system penyiaran lain yang ada di Jawa Barat layaknya sebagai sebuah
orkresta bagi tercapainya asas, tujuan, fungsi dan arah penyiaran nasional
sebagai upaya mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum di
dalam Undang – Undang Dasar 1945
4. Egalitarian, menjunjung tinggi kesederajatan khalayak dan mitra kerja
sehingga setiap gagasan dan kepentingan dapat ditimbangi secara jujur dan
adil dalam suasana yang demokrasi sehingga tercapai kebaikan bersama.
(company profile Bandung TV, 2005)
3.2.2 Visi
Sebagai media elektronik yang bergerak di bidang pertelivisian terutama
menjadi televisi lokal pertama di kota Bandung. Bandung TV memiliki visi yaitu
pencerahan segala aspek kehidupan masyarakat dengan fondasi budaya, Bandung
TV hadir dengan lambang bunga Wijaya Kusuma, suatu lambang kejayaan tradisi
seni budaya
3.2.3 Misi
Meyediakan informasi, pendidikan dan hiburan bagi penguatan ajen inajen
budaya warga Bandung dan Jawa Barat melalui sajian yang bermakna bagi
pemaknaan dan aktualisasi potensi insani, serta menjadi inspirasi bagi penciptaan
akses terhadap perkembangan manusia yang utuh, kesejahteraan, dan keadilan
secara berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan ekologi manusia serta
54
menempatkan informasi dan prakarsa yang kreatif sebagai kekuatan utamanya
dengan melakukan upaya – upaya berikut :
1. Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, dan hiburan khususnya
kepada warga Kota Bandung dan warga Jawa Barat lainnya ynag
terjangkau siaran
2. Mengembangkan jati diri dan nilai budaya warga serta memperbaikai taraf
hidup seluruh warga Bandung dan Jawa Barat melalui kegiatan research
and development yang mendasari perancangan program Bandung TV
3. Melaksanakan control social melalui berbagai acara liputan dan investigasi
yang cermat dan professional
4. Turut serta membangun kompetensi sosial warga baik terbentuknya
kehidupan sosial yang harmonis melalui tayangan yang interaktif
berlandaskan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamana,
keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kemerdekaan, dan tanggung
jawab.
3.2.4 Strategi
1. Mengedepankan sajian dengan muatan local tanpa mengabaikan orientasi
kebudayaan nasional, sehingga mendorong terbentuknya orientasi
bukultural metropolitan superorientation (orientasi kebangsaan yang
didasarkan atas apresiasi terhadap budaya daerah)
55
2. Mengangkat agenda publik secara berimbang dengan melibatkan peran
serta masyarakat setempat sebagai warga Negara
3. Mendorong peningkatan fungsi yang melekat pada infrstuktur sosial politik
di daerah bagi perluasan peran serta masyarakat dalam pembangunan
daerah tanpa mengorbankan indenpedensi dan keharusan menjaga jarak
yang sama dengan semua kekuatan sosial politik yang ada dengan
menyajikan materi siaran yang mengandung pembelajaran social,
pemberdayaan masyarak, membangun kompetensi dan kesalehan social
warga guna mempercepaat pencapaian visi Jawa Barat sebagai propinsi
termaju Indonesia dan mitra terdepan ibukota Negara tahun 2010.
(company profile Bandung TV, 2005)
3.2.5 Ijin Frekuensi
Proses perijinan frekuensi telah menempuh prosedur yang ditetapkan
namun sebagian tahapan tengah ditempuh
3.2.6 Jaringan dan Peralatan Transmisi
Pada tahap pertama bandung TV akan mengudara dengan menggunakan
saluran UHF pada frekuensi 38 UHF yang ditunjang oleh satu buah pemancar
berkekuatan 2 KW. Dengan dukungan stasiun pemancar tersebut, siaran Bandung
TV diharapkan pada tahap awal sudah dapat menjangkau wilayah kota Bandung
dan sebagian wilayah kabupaten Bandung, dengan batas jangkauan sebagai berikut
Sebelah Utara : Cisarua
56
Sebelah Selatan : Pangalengan, Soreang, Ciwidey
Sebelah Timur : Cileunyi
Sebelah Barat : Padalarang
3.2.7 Gedung Perkantoran
1. Studio dan Kantor penyiaran : Jalan Sumatera no 19 kelurahan Braga
Kecamatan Sumur Bandung, Jawa Barat 40011
Telp 022-70785618, 707856119 Fax. 022-4205467
Web : bandungtv.tv – bandungtv.com
E-mail : [email protected] – [email protected]
2. Marketing : Jalan Baranangsiang, komplek ITC Kosambi, Blok F5
Telp. 022-4222157, email : [email protected]
Perwakilan
Jakarta : Jl.Palmerah Barat 21 F. Telp. 021-5357602. Fax. 021-5357605
Surabaya : Ruko Bintoro, JL. Taman Ketampon No.22-23 Surabaya
Telp.0325633456, Fax. 031-5675240
Bali : JL. Kebo Iwa 63 A – P.O.Box 3788 Denpasar – 80116, Telp. 0361-
427372, Fax. 0361 – 426949
(company profile Bandung TV, 2005)
57
3.3 Orientasi Program dan khalayak
Program yang ditayangkan akan mencerminkan posisi Bandung TV
sebagai TV niaga. Positioning ini dimaksudkan bukan hanya untuk membedakan
Bandung TV dari stasiun televisi yang sudah ada dan dapat dijangkau di wilayah
Bandung dan Jawa Barat, tetapi juga memenuhi kebutuhan warga dan para
pengguna jasa di Bandung akan informasi tentang jenis barang dan jasa sehingga
makin mengairahkan kehidupan Bandung sebagai kota jasa dan Jawa Barat secara
keseluruhan sebagai mitra terdepan ibu kota Negara.
Mengingat keterbatasan jangkauan siaran, Bandung TV akan membidik
penonton di kota Bandung khususnya dan Jawa Barat pada umumnya sebagai
khalayak strategis, sehingga program acara informasi, pendidikan, dan hiburan
akan berorientasi pada kebutuhan khas penduduk kota yang kritis dan multikultur
dengan khasanah budaya lokal yang kaya dan unik. (company profile Bandung TV,
2005)
3. 4 Latar Belakang Program Acara Talk show “Golempang”
Jawa barat dilihat dari sudut budaya kaya akan nuansa. Sejak sebutan
“Paris Van Java” melekat di kota Bandung semua itu menunjukkan satu hal bahwa
jawa barat kayak akan potensi seni dan budayanya. Maka, tak heran bila tempo
dulu Jawa Barat khususnya Bandung sebagai pusat budaya, disebut sebagai tempat
yang “ Geunah, Mereunah Turmaninah”.
58
Bagaimana dengan sekarang, derap pembangunan, perubahan waktu dan
perilaku sosial masyarakatnya, telah membawa Jawa barat khususnya kota
Bandung ke titik persoalan yang pelik. Dari sudut budaya misalnya, kesadaran
pendatang khususnya dari luar Jawa Barat, telah melahirkan pluraritas subkultur
yang selain memperkaya budaya setempat juga membawa akses makin
tersumbatnya identitas budaya setempat apalagi pengaruh kultur global yang
dibawa lewat media teknologi dan informasi yang canggih, dan lebarnya khalayak
yang dibidik, membuat identitas budaya Jawa Barat semakin terdesak. Sementara
subkultur – subkultur Jawa Barat penuh varisasi itu pun kurang mendapat
perhatian proposisi dan adil sehingga pluralitas diantara mereka, kurang
teraktualisasikan dengan baik. Akibatnya, identitas seni, nilai dan perilaku, bukan
saja cenderung semakin homogen, melainkan juga semakin tergusur karena
hilangnya kesadaran budaya masyarakat yang semakin kosmopolit dan
meninggalkan jejak – jejak sejarah masa lalunya
Atas dasar itulah program acara Talk show “ Golempang” dibuat dalam
waktu yang belum terlalu lama, program talk show ini akan mengangkat wilayah
seni dan budaya. Program acara “Golempang” adalah program acara talk show
yang dikemas dengan bahasa daerah sunda, yang membahas suatu topik dimana
pemirsanya dapat berinteraksi melalui telepon Golempang disiarkan secara
langsung dua kali dalam satu minggunya setiap hari senin dan kamis, dimulai dari
pukul 21:00 s/d 22:00 WIB. Dalam program acara “Golempang” ini menggunakan
59
bahasa sunda sebagai bahasa pengantarnya, topik – topik pembicaraan yang
dibahas dalam setiap episodenya adalah kegiatan masyarakat Bandung pada
khususnya dan Jawa Barat pada umumnya dan tentu saja berkaitan dengan
kegiatan seni dan budaya sunda.
3.4.1 Tujuan program acara Talk show “Golempang”
Adapun yang menjadi tujuan program acara talk show “Golempang” di
Bandung TV yaitu :
1. Membangun kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya seni dan
budaya untuk memelihara dan mengembangkan seni dan budaya sunda
2. Mengangkat isu – isu publik, khususnya yang berkaitan dengan Public
service dalam bidang seni dan budaya
3. Menampung aspirasi masyarakat untuk dijadikan bahan inspirasi dan
kebijakan dalam bidang seni dan budaya
3.4.2 Metode Penyajian Talk show “Golempang”
Golempang sebagai salah satu ragam acara non news Bandung TV
memiliki bentuk penyajian Talk show, berupa bincang – bincang yang
menekankan kepada pengetahuan akan seni dan budaya sunda dari narasumber
yang ditampilkan. Acara ini disajikan secara langsung dan interaktif dari studio
Bandung TV namun adakalanya tidak disajikan secara langsung dan harus
melewati proses taping terlebih dahulu, dikarenakan kondisi dari narasumber yang
tidak memungkinkan atau sedang berhalangan.
60
Metode penyajian program acara talk show “Golempang” terbagi ke dalam
4 segmen yaitu :
1. Segmen pertama yaitu : opening acara yang dibuka oleh presenter, beliau
memaparkan topik yang akan dibahas, sekaligus memperkenalkan
narasumber yang telah hadir di studio.
2. Segmen kedua yaitu : narasumber memaparkan materinya sekaligus
presenter melakukan wawancara terhadap narasumber
3. Segmen ketiga yaitu : presenter membuka line telepon atau memberikan
kesempatan kepada penonton yang ingin berinteraksi dengan narasumber.
Sekaligus narsumber menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diajukan
oleh penonton
4. segmen keempat yaitu : closing (penutup acara) berupa kesimpulan dari
uraian – uraian topik yang dibahas narasumber oleh presenter
3.4.3 Kelompok Kerja Produksi program acara talk show “Golempang”
Menurut Drs Darwanto SS dalam bukunya “produksi acara televisi” ,
1991. Kelompok kerja produksi ini merupakan satuan kerja yang akan menangani
kerja produksi secara bersama – sama (kolektif). Sampai hasil karyanya
dinyatakan layak untuk disiarkan. Meskipun mereka berkerja di bidang tugas
yang berbeda, tetapi semuanya hanya mempunyai satu tujuan, tujuan untuk
menghasilkan karya produksi yang nantinya akan digunakan sebagai acara siaran
dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kerena itu sebelum melangkah
61
kepelaksanaan produksi, semua anggota kerabat kerja harus mendapat informasi
secukupnya, sehingga semua kegiatan yang mereka lakukan sesuai dengan rencana
produksinya. Demikian pula mereka harus melakukan melalui berbagai tahapan
dan setiap tahapan dan setiap tahapan mereka melaksanakan tugasnya sesuai
dengan rencana yang telah disepakati bersama – sama.
Dari gambaran diatas menunjukan bahwa proses perjalanan produksi
memerlukan waktu panjang dan berliku – liku, dan diantara kerabat kerja harus
mampu menjalin kerjasama yang benar – benar homogen, karena itu harus mampu
menciptakan suatu satuan kerja yang “ one well coordinated unit “ di samping itu
proses produksinya mempunyai prosedur tersendiri, meskipun tidak semua stasiun
penyiaran mempunyai prosedur yang sama, hal ini tergantung dari kondisi stasiun
masing – masing, khususnya yang menyangkut masalah peralatan serta jumlah
tenaga yang tersedia, sehingga perlu dilakukan penyesuaian, meskipun demikian
prinsip dasarnya sama dan yang paling penting adalah tanpa melupakan tujuan
yang ingin dicapai agar dapat menghasilkan acara siaran dan bermanfaat bagi
khalayak.
Kelompok kerja produksi dibagi menjadi 4 satuan kerja yang terdiri dari: 1. Satuan kerja produksi/ siaran 2. Satuan kerja fasilitas produksi 3. Satuan kerja operator teknik 4. Satuan kerja teknisi (Darwonto SS, 1991)
62
3.4.5 Satuan kerja Produksi/ Siaran
Setiap anggota satuan kerja produksi/ siaran, disamping bertugas dalam
ruang lingkup tanggug jawab yang berbeda, namun wajib membantu
mengembangkan ide – ide yang ada dan agar dapat divisualisasikan dengan baik
dan jelas, sesuai dengan tuntutan perencanaannya.
Untuk masing – masing stasiun penyiaran anggota dari satuan kerja produksi sangat beragam, tetapi secara umum terdiri dari :
1. Kepala siaran2. Produser3. Pengarah acara 4. Penulis naskah 5. Pembaca berita 6. Pewawancara7. Penyiar kesinambungan (Darwonto SS, 1991)
3.4.6 Struktur Produksi Program Acara talk show “Golempang”
Iklim kerja yang tercipta pada setiap program acara apa pun di media
massa elektronik adalah cepat, dinamis, kreatif, dan professional, sesuai dengan
sifat jurnalistik yang mengutamakan kecepatan personel dari program acara TV,
khususnya terbentuk dalam sebauh tim produksi yang tidak melibatkan jumlah
personil yang banyak. Adapun satuan kerja produksi program acara talk show
“Golempang” di Bandung TV yaitu :
1. Kepala siaran (Pemimpi Redaksi) : Bpk Uus Tiarsa 2. Produser : Mugi Gurewis 3. Pengarah acara : Krisna 4. Penulis naskah : Ugie E 5. Pembawa acara : Dian Hendrayana 6. Staf Teknisi
63
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini akan diuraikan analisis hasil penelitian mengenai
tanggapan penonton terhadap program acara talk show “Golempang” di Bandung
TV. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pnelitian ini meliputi
penyebaran kuesioner berbentuk angket, wawancara, observasi dan studi
kepustakaan. Data hasil penyebaran angket merupakan data utama yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini sedangkan wawancara, observasi dan studi
kepustakaan akan digunakan sebagai data penunjang untuk memperkuat serta
memperdalam hasil yang diperoleh dari angket tersebut.
Jumlah angket yang dibagikan kepada responden sebanyak 60 kuesioner,
dari 5 pertanyaan mengenai data responden, 27 pertanyaan mengenai data
penelitian. Jumlah keseluruhan pertanyaan yang diajukan melalui angket adalah
sebanyak 32 pertanyan. Pertanyaan yang dijadikan data penelitian dalam angket
pada intinya merupakan turunan dari operasional variable yang diselaraskan
dengan tujuan penelitian.
4.1 Analisis Data Responden
Tabel 1 sampai dengan table 5 merupakan data – data responden yang
dipilih sebagai sampel penelitian dalam memberikan tanggapan terhadap program
acara talk show “Golempang” di Bandung TV. Data penelitian tersebut diambil
64
dosen STSI Bandung sebagai responden. Data responden meliputi jenis kelamin
responden, keterangan menonton, informasi tentang program acara “Golempang”
dan frekuensi menonton responden, 4 episode di bulan Maret 2006.
4.1.1 Jenis kelamin responden
Tabel 1
Jenis Kelamin Responden
NO Keterangan Frekuensi %
1 Pria 43 72
2 Wanita 17 28
Jumlah 60 100
n : 60 Sumber : angket
Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa, penonton program
acara talk show “Golempang” di Bandung TV dapat dilihat jumlah responden pria
lebih banyak daripada responden wanita dari 60 orang yang dijadikan sebagai
responden dalam penelitian ini, dari hasil data yang penulis peroleh menunjukkan
43 orang atau (72%) adalah pria dan 17 orang atau (28%) adalah wanita.
Dari data diatas dapat kita simpulkan 43 orang pria atau (72%) menonton
program acara talk show “Golempang” di Bandung TV lebih besar daripada
65
wanita. “pria dengan wanita secara struktur genesis memiliki perbedaan misalnya
tingkat kecerdasan, kemampuan, sensasi dan emosi, kemudian system hormonal,
tidak saja mempengaruhi mekanisme biologis tetapi juga proses
psikologisnya”(Rakhmat, 2000 : 34)
Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan pandangan yang dilakukan oleh
responden pria dan wanita tentang tema – tema masalah yang dibicarakan, dengan
setiap tema yang dibicarakan selalu menarik perhatian responden pria.
4.1.2 Informasi program acara “Golempang” di Bandung TV
Tabel 2
Informasi program acara “Golempang”
NO Keterangan Frekuensi %
1 Iklan Bandung TV 53 88
2 Teman 7 12
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data diatas dapat dilihat bahwa, mayoritas responden mengetahui
informasi mengenai program acara talk show “Golempang” di Bandung TV,
sebanyak 53 orang atau (88%), responden mengatakan mengetahui informasi
66
tentang program acara talk show “Golempang” dari iklan yang ditayangkan di
Bandung TV dan sebanyak 7 orang atau (12%) responden mengatakan mengetahui
adanya program acara talk show “Golempang’ di Bandung TV dari temannya atau
koleganya. Sedangkan untuk jawaban media cetak dan lainnya reponden tidak ada
yang menjawab disebabkan karena Bandung TV tidak memasang iklan untuk
program acara “Golempang” di media cetak.
“Iklan adalah cara yang efektif untuk menyebar pesan – pesan yang
disampaikan suatu perusahaan, untuk memberitahu kepada masyarakat yang dituju
(Kotler, 1992 : 280).
Dari data diatas dapat kita simpulkan sebanyak 53 orang atau (88%),
sehingga Informasi yang disebarkan pihak Bandung TV melalui iklan – iklan
mengenai program – program acaranya yang ditanyangkan pada saat on air
(siaran). Sama halnya dengan iklan program acara talk show “Golempang”, hal ini
membuat penonton program acara talk show “Golempang” sebagian besar
mengetahui program acara tersebut dari iklan yang ditanyangkan di Bandung TV.
Sebanyak 7 orang atau (12%) responden mengatakan mengetahui adanya
program acara talk show “Golempang’ di Bandung TV dari temannya, hal ini
disebabkan oleh proses komunikasi yang dilakukan diantara mereka sehingga
responden mengetahui informasi tentang “Golempang” tersebut yaitu melalui
komunikasi antar persona.
67
Komunikasi antar persona atau dikenal juga dengan komunikasi pribadi
adalah komunikasi yang berlangsung antara seseorang dengan orang lain, biasanya
melibatkan dua pihak dengan jarak yang dekat, komunikasi antar persona ada yang
menggunakan media (seperti telepon, televisi, radio) dan ada pula yang tidak
menggunakan media. Menurut Devito yang dikutip Liliweri menyatakan bahwa,
“Komunikasi antar persona merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung” (Liliweri,
1997 :12)
Dapat dirumuskan bahwa ciri – ciri komunikasi antar persona menurut
Liliweri (1997:13-14) adalah sebagai berikut :
1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka) 2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu 3. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai
identitas yang belum tentu jelas 4. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja 5. Kerap kali berbalas balasan 6. mempersyaratkan adanya hubungan yang paling sedikit dua orang,
serta hubungan harus bebars, bervariasi, adanya keterpengaruhan 7. Harus membuahkan hasil 8. Menggunakan berbagai lambang – lambang barmakna
Dalam komunikasi antar persona masing masing pihak menyadari dirinya
sebagai pribadi yang dapat menerima dan dapat juga menyampaikan pesan,
sehingga terjadi suatu dialog antar pribadi yang satu dengan pribadi yang lainnya.
Jadi dalam komunikasi antar persona masing – masing pihak berkomunikasi
secara aktif.
68
4.1.3 Frekuensi menonton program acara “Golempang” di Bandung TV
Pernyataan ini akan memberikan konstribusi yang mendasar bagi penulis
apakah program acara sering atau tidak pernah disaksikan responden untuk lebih
jelasnya kita dapat melihat tabel di bawah ini.
Tabel 3
Frekuensi menonton program acara “Golempang”
NO Keterangan Frekuensi %
1 4 – 5 Kali 5 9
2 2 – 3 Kali 9 15
3 Tidak tentu 46 76
Jumlah 60 100 n : 60 sumber : angket
Dari data diatas menunjukkan bahwa frekuensi menonton responden
program acara talk show “Golempang” di Bandung TV yaitu dari frekuensi
menonton responden selama satu bulan sebanyak 5 orang atau (9%) memilih 4-5
kali menonton, lalu sebanyak 9 orang atau (15%) memilih 2-3 kali menonton
selama satu bulan dan sisanya sebanyak 46 orang atau (76%) memilih menonton
tidak tentu.
Dari data diatas dapat kita simpulkan seiring dengan pernyataan Jalaludin
Rakhmat yang menjelaskan hal yang disajikan berkali – kali, bila disertai dengan
sedikit variasi akan lebih menarik perhatian. Disini unsur “Familiarity” (yang
69
sudah kita kenal) berpadu dengan unsur – unsur “Novelty” (yang baru kita kenal),
(Rakhmat,1996 : 53)
Dalam hal ini membuktikan bahwa responden sebagian besar sebanyak 46
orang atau (76%) menjawab tidak tentu dalam menonton program acara talk show
“Golempang” di Bandung TV dan tidak ada responden yang menjawab tidak
pernah menonton. Namun sebagian besar dari mereka dalam satu bulan pasti
menonton program acara talk show “Golempang” di Bandung TV dan akan lebih
baik lagi apabila acara “Golempang” di Bandung TV disajikan lebih sering dengan
variasi – variasi yang lebih menarik perhatian penontonnya.
4.1.4 4 episode pada bulan Maret 2006
Pernyataan ini akan memberikan informasi tentang responden menonton
salah satu episode program acara talk show “Golempang” di Bandung TV selama
periode di bulan Maret 2006. dan dapat kita lihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4
4 episode pada bulan Maret 2006
NO Keterangan Frekuensi %
1 Kadaharan tradisional sunda 21 35
2 Buku senja di langit majapahit 4 7
3 Lahirnya Koran sunda 11 18
4 Kamekaran tari jaipongan di 24 40
70
tatar sunda
Jumlah 60 100n : 60 sumber : angket
Dari data menunjukkan bahwa responden yang menjawab salah satu topik
program acara talk show “Golempang” di Bandung TV yaitu “Kadaharan
tradisional sunda” sebanyak 21 orang atau (35%), “Buku senja di langit
majapahit” sebanyak 4 orang atau (7%), “lahirnya Koran sunda” sebanyak 11
orang atau (18%) dan sebanyak 24 orang atau (40%) orang menjawab “kamekaran
tari jaipongan di tatar sunda”.
Sehingga dapat kita simpulkan sebagian besar responden menonton
episode “kamekaran tari jaipongan di tatar sunda” sebanyak 40% dan “episode
kadaharan tradisional sunda” sebanyak 35% dan sisanya responden menonton
“lahirnya Koran sunda” 18% dan yang terakhir episode “buku senja di langit
majapahit”sebanyak 7%.
4.2 Analisis Data Penelitian
Setelah penulis membahas analisis data responden, selanjutnya
dikemukakan mengenai data penelitian yang pertanyaannya mencakup tentang
lingkungan sosial demografi penonton, kebutuhan penonton, dan pendapat
penonton mengenai daya tarik program acara talk show “Golempang” di Bandung
TV. Pembahasannya sebagai berikut :
71
4.2.1 Lingkungan sosial demografi (segmentasi) penonton
Pada tabel 6 sampai dengan 10 membahas mengenai lingkungan sosial
demografi penonton program acara talk show “ Golempang ” di Bandung TV. Hal
ini berkaitan dengan data mengenai latarbelakang lingkungan sosial demografi
(segmentasi) penonton
4.2.1.1 Usia penonton
Usia merupakan salah satu faktor demografi (segmentasi) penonton yang
sangat penting, faktor ini akan memperlihatkan perbedaan minat dan persepsi
komunikan ke dalam beberapa kelompok, hal tersebut dapat terlihat pada tabel di
bawah ini
Tabel 5
Usia Penonton
n : 60 sumber : angket
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, mayoritas usia penonton
program acara talk show “Golempang” di Bandung TV sebanyak 43 orang (71%)
NO Keterangan Frekuensi %
1 26 – 30 Tahun 2 4
2 31 – 35 Tahun 15 25
3 36 Tahun keatas 43 71
Jumlah 60 100
72
yang berusia 36 tahun keatas, disusul 15 orang (25%) yang berusia 31 sampai
dengan 35 tahun dan sebanyak 2 orang (4%) yang berusia 26 sampai dengan 30
tahun.
Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa faktor usia sangat
berpengaruh pada persepsi seseorang karena “persepsi merupakan pengalaman
tentang objek, peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan
mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan” walaupun begitu, menafsirkan
makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi,
ekspetasi, motivasi dan memori” (Desiderato, investigasi behaviour 1976 : 129
dikritisi Rakhmat, 2000 : 51)
“ Usia : biasanya audien dibedakan menurut usia anak – anak, remaja,
dewasa dan orang tua” (Morissan, 2005 : 151-153). Lingkungan sosial demografi
penonton program acara talk show “Golempang” di Bandung TV, dilihat dari
faktor usia audien sebagian besar mereka yang berusia 36 tahun keatas lebih
banyak peluang untuk menonton program acara tersebut, hal ini juga menunjukkan
bahwa sehubungan dengan usia responden yang diketegorikan tingkat usia dewasa
yang pasti luas dan banyak pengalamannya dan konsumsi untuk program acara
talk show “Golempang” di Bandung TV memang untuk kalangan penonton
dewasa. Dan dapat diketahui tidak adanya responden yang yang menjawab usia 15
– 20 tahun dan 21 – 25 disebabkan program acara talk show “Golempang di
Bandung TV kurang diminati oleh penonton remaja.
73
4.2.1.2 Agama penonton
Pernyataan responden mengenai agama yang dianut, termasuk ke dalam
faktor demografi penonton dan di Indonesia terbagi dalam beberapa agama yang
mayoritas adalah agama Islam, seperti terlihat pada tabel 5 di bawah ini
Tabel 6
Agama
NO Keterangan Frekuensi %
1 Islam 60 100
Jumlah 60 100 n : 60 sumber : angket
Hasil angket menunjukkan bahwa 60 orang atau (100%) responden
beragama Islam, sehingga dapat diketahui bahwa Lingkungan sosial demografi
penonton (audience) program acara talk show “Golempang” dilihat dari faktor
agama, responden mayoritas beragama Islam.
Agama : belakangan ini agama telah digunakan untuk memasarkan berbagai macam produk. Segemntasi audien berdasarkan agama telah digunakan untuk membuat program – program tertentu misalnya sinetron religius, ceramah agama dan sebaginya. Program yang berbau agama ini dapat digunakan untuk memasarkan produk – produk yang erat dengan agama. Namun, dengan demikian segmentasi cara ini umumnya sangat sensitif dan memerlukan keseriusan dalam menjalani hubungan dengan konsumennya. Segmentasi berdasarkan agamna hanya dapat diterapkan pada komoditi tertentu yang pasarnya amat sensitif terhadap simbol – simbol agama (Morissan, 2005 : 151-153).
Namun program acara talk show “Golempang” bukan sebuah acara televisi
tentang ajaran suatu agama atau program acara yang berbau agama melainkan
74
sebuah program acara talk show tentang seni dan budaya sunda, namun data yang
diperoleh semua responden sebanyak 60 orang (100%) responden beragama islam.
“Fakta lain menjelaskan bahwa agama Islam dianut lebih dari 95% orang
Indonesia termasuk orang sunda. sedangkan sunda wiwitan berarti Sunda asal atau
Sunda asli (Danasasmita, 1986 : 4 – 5)”
Selain itu dilihat dari jawaban responden mengenai agama yang dianut,
maka ini sesuai dengan mayoritas penduduk di Indonesia beragama islam tetapi
tidak menutup kemungkinan responden dari agama – agama yang lain dapat
menonton program acara “Golempang” di Bandung TV
4.2.1.3 Status penonton
Pernyataan responden mengenai status responden saat ini termasuk ke
dalam faktor demografi penonton, dalam hal ini dapat kita lihat pada tabel di
bawah ini
Tabel 7
Status Penonton
NO Keterangan Frekuensi %
1 Tidak menikah 5 9
2 Menikah 55 91
Jumlah 60 100 n : 60 sumber : angket
75
Data diatas menunjukkan status penonton program acara talk show
“Golempang” Bandung TV, sebanyak 55 orang atau (91%) memiliki status sudah
menikah dan 5 orang atau (9%) responden memiliki status tidak menikah atau
belum menikah.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 55 orang atau (91%)
memiliki status sudah menikah maka dari itu “Golempang” adalah sebuah
program acara yang lebih banyak dikonsumsi oleh kalangan penonton yang sudah
menikah (berumah tangga) dan perlu diketahui pula sebanyak 5 orang atau (9%)
responden memiliki status tidak menikah atau belum menikah. Namun program
acara “Golempang” ini layak dikonsumsi oleh setiap orang dengan status tidak
menikah atau belum menikah.
4.2.1.4 Pendidikan formal terakhir penonton
Pendidikan merupakan faktor dalam demografi penonton, faktor ini dapat
memperlihatkan tingkat pendidikan responden yang menonton program acara talk
show “Golempang” di Bandung TV, dalam penelitian ini tingkat pendidikan
Diploma 3, Strata 1, Strata 2, Strata 3 dan lainnya. Dan dapat kita lihat pada tabel
di bawah ini
76
Tabel 8
Pendidikan formal penonton
NO Keterangan Frekuensi %
1 Diploma 3 7 11
2 Strata 1 29 49
3 Strata 2 24 40
Jumlah 60 100 n : 60 sumber : angket
Berdasarkan data diatas, pendidikan formal terakhir penonton program
acara talk show “Golempang” sebanyak 7 orang atau (11%) berpendidikan
diploma 3, 29 orang atau (49%) berpendidikan strata 1 dan 24 orang atau (40%)
yang berpendidikan terakhir strata 2. dan tidak ada responden yang menjawab
strata 3 dan lainnya.
Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa 29 orang atau (49%)
berpendidikan strata 1 dan 24 orang atau (40%) yang berpendidikan terakhir strata
2. latar belakang pendidikan kerap mempengaruhi sikap, karena” sikap yang
terbentuk bukan hanya sekedar rekaman masa lalu tetapi juga menentukan pro dan
kontra terhadap sesuatu menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan;
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindarkan”
(Sherrif & Sherif, An Outline of Social Psykology 1956. dikritisi Rakhmat, 2000 :
40)
77
“ Pendidikan : audien dapat pula dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang dicapai. Pendidikan yang berhasil diselesaikan audien biasanya menentukan pendapatan dan kelas sosial mereka. Selain itu pendidikan juga menentukan tingkat intelektualitas seseorang. Pada gilirannya, tingkat intelektualitas ini akan menentukan pilihan barang – barang, jenis hiburan dan program radio atau televisi yang diikutinya. Tingkat pendidikan biasanya terkait pula dengan tingkat pekerjaannya walaupun tidak selalu. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung membaca secara rutin surat kabar dan majalah – majalah tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Biasanya bacaannya agak berat, memerlukan pemikiran – pemikiran dan analisa, menyukai konsep – konsep baru dan tertantang untuk menggali hal – hal baru. Sebaliknya, mereka yang hanya berhasil mencapai sekolah dasar umumnya akan mencari bacaan – bacaan yang ringan, mudah dipahami, banyak gambar atau foto, berjudul besar dengan permasalahan sehari hari yang dekat dengan kehidupannya. “ (Morissan, 2005 : 151-153).
Dari data demografi Pendidikan audien program acara talk show
“Golempang” di Bandung TV yang menjadi responden pada penelitian ini adalah
dosen – dosen dari STSI Bandung yang memiliki latar belakang pendidikan Strata
1 dan Strata 2.
4.2.1.5 Suku bangsa penonton
Suku bangsa penonton termasuk ke dalam faktor demografi penonton yang
dapat memberikan konstribusi kepada penulis untuk mengetahui apakah program
acara “Golempang” di Bandung TV pernah ditonton oleh suku -suku bangsa yang
ada di Indonesia seperti sunda, jawa, minang, batak dan lainnya, sehingga dapat
kita lihat di bawah ini
78
Tabel 9
Suku bangsa penonton
NO Keterangan Frekuensi %
1 Sunda 57 95
2 Jawa 3 5
Jumlah 60 100 n : 60 sumber : angket
Data diatas menunjukkan penonton program acara “Golempang“ di
Bandung TV sebagian besar sebanyak 57 orang atau (95%) dari mereka suku
bangsa sunda dan sisanya sebanyak 3 orang atau (5%), mereka suku bangsa jawa.
Dari dara diatas dapat kita simpulkan bahwa responden sebanyak 57 orang
atau (95%) adalah suku bangsa sunda.
Suku dan kebangsaan : pengelola media penyiaran dapat pula melakukan segementasi audien berdasarkan suku dan kebangsaan sepanjang suku – suku itu memiliki perbedaan yang mencolok dalam hal – kebiasaan – kebiasaan dan kebutuhan – kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku – suku lainnya. Selain itu, tentu saja segmentnya cukup besar, potensial dan memiliki daya beli yang tinggi. Suku – suku tertentu biasanya memiliki ciri khas dalam soal makanan, pakaian dan cara berkomunikasi. (Morissan, 2005 : 151-153)
Pengelola media penyiaran melakukan segementasi audien berdasarkan
demografi suku dan kebangsaan dalam membuat suatu program acara, sama
halnya dengan Bandung TV, yang hadir di kota Bandung dan berada di daerah
Jawa Barat, yang penduduk mayoritasnya adalah suku sunda. Maka mereka lebih
79
mengedepankan membuat program – program acara yang bernuansa seni dan
budaya sunda.
Penghuni Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok etnis,
yaitu :
1. Kelompok etnis sunda, mendiami wilayah Priangan dan sekitarnya sepanjang pantai Selatan sampai Ujungkulon
2. Kelompok etnis Jawa, mendiami wilayah Cirebon dan sekitarnya sepanjang pantai Utara sampai Banten
3. Kelompok etnis Melayu Betawi, mendiami wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, termasuk Betawi dan pinggiran Bogor Jawa Barat yang selama ini dianggap sebagai tanah pasundan, sebenernya penduduknya cukup majemuk (Tesis,” Sanghyang Raja Uyeg” Arthur S Nalan, 1994 : 33)
Etnis sunda pun sebenarnya memiliki berbagai perbedaan disebabkan letak
geografisnya (dataran rendah dan dataran tinggi). Sehingga muncul julukan orang
pakeleran (orang pesisir) dan orang pakidulan (orang gunung). Orang pakeleran
untuk menunjukan penduduk yang berdomisili di daerah sepanjang pantai utara
Jawa barat, sedangkan orang pakidulan dan orang gunung untuk menunjukan
penduduk yang berdomisili di daerah tengah dan selatan Jawa Barat
Adapun sebanyak 3 orang atau (5%), mereka suku bangsa jawa. Dikutip
dari wawancara dengan responden yang menjawab menonton program acara
“Golempang” di Bandung TV lebih disebabkan rasa ingin tahu mereka akan
informasi tentang seni dan budaya sunda di kota Bandung dan Jawa barat pada
umumnya (wawancara)
Tidak adanya responden yang menjawab suku bangsa minang dan batak
maupun suku bangsa lainnya disebabkan tidak ada responden yang bersuku
80
minang dan batak, lalu selain letak geografis Bandung TV yang berada di daerah
Jawa Barat dan program acara talk show “Golempang” di Bandung TV ini
merupakan sebuah acara talk show tentang seni dan budaya sunda sehingga suku
lain kurang berminat untuk menonton program acara ini.
4.2.2 Kebutuhan penonton
Pada tabel 11 sampai dengan 13 membahas tentang kebutuhan penonton
program acara talk show “Golempang” di Bandung TV. Diantaranya kebutuhan
akan informasi, hiburan dan nilai – nilai tentang seni dan budaya sunda.
4.2.2.1 Kebutuhan informasi
Fungsi media massa dalam memberikan informasi merupakan hal sangat
penting demi kepuasan penontonnya, dari tabel di bawah ini dapat kita lihat
keberhasilan program acara talk show “Golempang” dalam memenuhi kebutuhan
informasi kepada penontonnya
Tabel 10
Kebutuhan informasi
NO Keterangan Frekuensi %
1 Memenuhi 26 43
2 Kurang memenuhi 32 53
3 Tidak memenuhi 2 4
Jumlah 60 100 n : 60 sumber : angket
81
Dari data diatas dihasilkan, responden sebanyak 26 orang atau (43%)
menjawab memenuhi, lalu responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak
32 orang atau (53%) dan 2 orang atau (4%) menjawab tidak memenuhi.
“Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebaran informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersnagkutan sesuai dengan kepentingan khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus akan informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya” (Karlinah, dalam Karlinah, dkk. (1999).
Data diatas dapat disimpulkan bahwa penonton program acara talk show
“Golempang” sebanyak 43% menjawab memenuhi Namun ada pula sebagian
besar responden sebanyak 53% merasa acara tersebut kurang memenuhi
kebutuhan mereka akan informasi seni dan budaya sunda. Hal ini disebabkan
program acara “Golempang” belum bisa memanjakan penontonnya melalui
informasi yang mereka berikan, khalayak media massa akan menonton sebuah
program acara televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang
peristiwa yang terjadi di muka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang
dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain.
Selain itu responden yang menyatakan tidak terpenuhinya kebutuhan
informasinya, kerena adanya perbedaan kepentingan antara program acara yang
disiarkan oleh Bandung TV dengan apa yang dibutuhkan penontonnya. Jika
informasi yang disampaikan mampu memuaskan berbagai pertanyaan yang
mungkin muncul di benak pemirsa, maka acara itu telah mencapai tujuannya. Ada
82
dua macam kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan informasi yang baik
yaitu :
1. Penting (important), suatu informasi dapat dikatakan penting jika informasi tersebut memiliki dampak terhadap penonton. Informasi yang baik biasanya adalah informasi yang bersentuhan langsung dengan kehidupan pemirsa.
2. Menarik, beberapa informasi dipilih kalena hal – hal tersebut akan menarik perhatian sebagian atau seluruh pemirsa. Adapaun yang dimaksud dengan informasi yang menarik adalah jika informasi yang disampaikan itu mampu membangkitkan kekaguman, rasa lucu atau humor, atau informasi mengenai pilihan hidup. Tugas stasiun televisi adalah memberikan fakta kepada pemirsa, dan informasi itu tidak boleh berat sebelah (Morissan, 2005 : 33-34)
Dalam hal ini sebagai media elektronik yang memiliki fungsi memberi
kebutuhan informasi, Bandung TV melalui program acara talk show “Golempang”
tentunya memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi
penontonnya.
4.2.2.2 Kebutuhan hiburan
Fungsi media massa dalam memberikan hiburan merupakan hal sangat
penting demi kepuasan penontonnya, kerena media massa tidak terlepas dari unsur
hiburan dari tabel di bawah ini dapat kita lihat keberhasilan program acara talk
show “Golempang” dalam memenuhi kebutuhan akan hiburan kepada
penontonnya
83
Table 11
Kebutuhan hiburan
NO Keterangan Frekuensi %
1 Memenuhi 18 30
2 Kurang memenuhi 39 65
3 Tidak memenuhi 3 5
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Pada tabel tentang pemenuhan kebutuhan hiburan tentang seni dan budaya
sunda pada program acara talk show “Golempang” di Bandung TV bahwa
responden yang menyatakan memenuhi sebanyak 18 orang atau (30%), kurang
memenuhi 39 orang atau (65%) dan responden yang menjawab tidak memenuhi
sebanyak 3 orang atau (5%).
Fungsi hiburan bagi sebuah media elektronik mendukung posisi yang
paling tinggi dibandingkan dengan fungsi – fungsi yang lain. Masalahnya,
masyarakat kita memang masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. dalam
sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu.
Berdasarkan penelitian siaran langsung olah raga yang ditanyangkan media
televisi dan media massa telah meningkatkan jumlah penonton yang menaikkan
84
olah raga. Pertanyaan ini diperkuat oleh pendapat seorang ahli sosiologi John
Tulamin dan Charles Page yang menyatakan bahwa “meningkatnya olah raga
secara luar biasa sebagai hiburan massa setelah berakhirya perang dunia II,
sebagian besar merupakan hasil televisi” (Rakhmat, pada Karlinah dalam
Karlinah, dkk. 1999). Fungsi media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain
tujuannya adalah mengurangi keterangan pemikiran khalayak. Karena dengan
membaca berita – berita ringan atau melihat televisi dapat membuat pikiran
khalayak segar kembali.
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagi jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja
yang bisa dijadikan program untuk ditanyangkan di televisi selama program acara
itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan,
hokum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk
memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program
menarik.
Berbagai jenis program itu dikelompokkan menjadi dua besar berdasarkan
jenisnya yaitu :
1. Program informasi (berita) yang kemudian dibagi menjdi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi fakta, gossip dan opini.
2. Program hiburan (entertainment) terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukkan. (Morissan, 2005 : 100)
85
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak kurang memenuhi 39
orang (65%) dan responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 3 orang
(5%), sehingga dapat kita ketahui Bandung TV melalui program acara
“Golempang” belum memenuhi kebutuhan akan hiburan tentang seni dan budaya
sunda penontonnya. Hal ini disebabkan sebagian besar dari responden merasa
unsur hiburan pada program acara “Golempang” itu sangat sedikit dan selain itu
program acara “Golempang” bukan sebuah program hiburan (entertainment)
melainkan program informasi (berita) yang unsur hiburannya lebih sedikit
dibandingkan dengan unsur informasinya.
4.2.2.3 Kebutuhan nilai – nilai
Fungsi nilai – nilai merupakan salah satu fungsi media massa yang sangat
penting demi kepuasan penontonnya, dalam hal ini program acara talk show
“Golempang” memenuhi kebutuhan akan nilai – nilai seni dan budaya sunda, dan
dapat kita lihat dari tabel di bawah ini
86
Tabel 12
Kebutuhan nilai – nilai
NO Keterangan Frekuensi %
1 Memenuhi 23 38
2 Kurang memenuhi 37 62
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Pada tabel tentang pemenuhan kebutuhan nilai nilai seni dan budaya sunda
pada program acara talk show “Golempang” di Bandung TV bahwa responden
yang menyatakan memenuhi sebanyak 23 orang atau (38%), kurang memenuhi
sebanyak 37 orang atau (62%) dan tidak ada responden yang menjawab tidak
memenuhi.
Fungsi penyebaran nilai - nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut
socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu
mengadopsi perilaku dan nilai kelompok . media massa yang mewakili gambaran
masyarakat yang ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan
kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.
Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati
dan harapan untuk menirunya.
87
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang lebih banyak
menjawab kurang memenuhi sebanyak 62% atau 37 orang dari total 60 responden.
Hal ini disebabkan Bandung TV sebagai media elektronik melalui program acara
“Golempang” belum berhasil dalam menyebarkan nilai – nilai seni dan budaya
sunda. dalam hal ini program acara “Golempang” belum berhasil
mensosialisasikan menyebarkan nilai – nilai seni dan budaya sunda kepada
penontonnya.
4.2.3 Pendapat penonton
Pada tabel 14 sampai dengan 32 membahas tentang pendapat penonton
mengenai program acara Talk show “ Golempang “ di Bandung TV yang terbagi
menjadi Topik Program Acara, Daya Tarik Pembicara dan Daya Tarik Materi
acara
4.2.3.1 Topik Program Acara
Pada tabel 12 sampai dengan 16 membahas tentang pendapat penonton
mengenai topik program acara talk show “ Golempang “ di Bandung TV,
diantaranya tentang topik program acara yang menarik untuk disimak, topik
program acara yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan topik yang
bermanfaat bagi masyarakat atau penontonnya
88
4.2.3.1.1 Topik program acara menarik untuk disimak dan diikuti
Topik yang dijadikan bahan pembicaraan dalam sebuah program acara
sangat penting, topik yang menarik dapat menarik perhatian penonton untuk
disimak dan diikuti. Dapat kita lihat di bawah ini
Table 13
Topik program acara menarik untuk disimak dan diikuti
NO Keterangan Frekuensi %
1 Menarik 45 75
2 Kurang menarik 15 25
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari tabel 14 menunjukkan bahwa responden menjawab topik program
acara sudah menarik untuk disimak dan diikuti yaitu sebanyak 45 orang atau
(75%) menjawab menarik, 15 orang atau (25%) menjawab kurang menarik dan
tidak ada responden yang menjawab tidak menarik.
Dari data diatas dapat disimpulkan sebagian besar responden sebanyak
75% orang menyatakan menarik. Sehingga topik program acara talk show
“Golempang” di Bandung TV berhasil membuat penontonnya tertarik untuk
menyimak dan mengikuti program acara tersebut.
89
Dalam hal menyampaikan isi pesan secara tepat dan jelas, hal yang harus
diperhatikan yaitu sebagi berikut :
1. Pesan isi harus cukup jelas (clear) bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit – belit, topik denotasi yang menyimpang dan tuntas
2. Pesan itu harus mengandung kebenaran yang sudah diuji (correct) pesanitu berdasarkan fakta tidak mengada – ada dan tidak diragukan
3. Pesan itu singkat atau ringkas (concise) ringkas dan padat dan dapat disusun dengan kalimat pendek, to the poin tanpa mengurangi arti sesungguhnya
4. Pesan itu lengkap (complete) dan disusun secara sistematis 5. Pesan itu menarik menyakinkan menarik karena bertautan dengan dirinya
sendiri sesuai dengan radio (Siahaan, 1991 : 62-64)
Mengingat format acara talk show merupakan bagian dari siaran berita
maka acara “Golempang” memiliki fungsi untuk menginformasikan pendapat,
persitiwa, realita yang kontriversial yang mengandung nilai berita dan nilai
kebaharuan (aktual) yang terjadi di masyarakat secara faktual yang diinginkan
melalui media massa secara periodic.
Namun perlu diketahui pula adanya responden yang menyatakan kurang
menarik sebanyak 25% terhadap topik pembicaraan program acara talk show
“Golempang” di Bandung TV maka dari itu program acara “Golempang” harus
selalu mengadakan perbaikan dan menghadirkan topik – topik yang menarik
sehingga penonton akan terus menyaksikan acara tersebut.
90
4.2.3.1.2 Topik program acara sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Topik program acara sesuai dengan kebutuhan masyarakat adalah target
dari sebuah program acara yang dijadikan sebagai senjata untuk menarik perhatian
penontonnya sehingga penonton tertarik untuk menonton program acara tersebut.
Hal hal dapat kita lihat pada pada tabel bawah ini
Tabel 14
Topik program acara sesuai dengan kebutuhan masyarakat
NO Keterangan Frekuensi %
1 Sesuai 31 52
2 Kurang sesuai 29 48
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari tabel 15 menunjukkan bahwa responden menjawab bahwa topik
program acara sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sebanyak 31 orang atau
(52%) menjawab sesuai, sebanyak 29 orang atau (48%) menjawab kurang sesuai
dan tidak ada responden yang menjawab tidak sesuai.
“ Cognitive needs (kebutuhan kognitif) kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.” (Effendy, 2003:294)
91
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 52% responden
menjawab topik program acara “Golempang” sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan
menguasai lingkungan dan juga memuaskan rasa penasaran kita dan mendorong
untuk penyelidikan kita.
4.2.3.1.4. Topik program bermanfaat bagi penonton
Topik sebuah program acara dinyatakan berhasil apabila program acara
tersebut dirasakan bermanfaat bagi penontonnya sehingga layak untuk disimak dan
diikuti, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 15
Topik program bermanfaat bagi penonton
NO Keterangan Frekuensi %
1 Bermanfaat 57 95
2 Kurang bermanfaat 3 5
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari tabel 16 menunjukkan bahwa responden menjawab bahwa topik
program acara bermanfaat bagi penontonnya sebanyak 57 orang atau (95%)
92
menjawab bermanfaat, sebanyak 3 orang atau (5%) kurang bermanfaat dan tidak
ada responden yang menjawab tidak bermanfaat
Dari data diatas dapat disimpulkan sebagian besar responden sebanyak
95% menyatakan bermanfaat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Severin dan
Tankard (1992) bahwa :
“komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art)dan sebagian ilmu (science). Tanpa dimensi seni menata pesan, tidak mungkin media surat kabar, majalah, radio siaran, televisi, dan film dapat memikat perhatian khalayak, yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan dan perilaku komunikan” (Severin dan Tankard, 1992)
Sehingga topik program acara talk show “Golempang” di Bandung TV
dinyatakan bermanfaat bagi penontonnya sehingga berhasil membuat penontonnya
tertarik untuk menyimak dan mengikuti program acara tersebut.
Selain itu agar topik pembicaraan dirasakan bermanfaat bagi penontonnya
bisa terpenuhi apabila terpenuhinya beberapa syarat sebuah topik pembicaraan
yang dikemas menjadi sebuah pesan yang baik yaitu :
1. Pesan itu mencangkup keseluruhan (comprehensive) ruang lingkup pesan mencakup bagian – bagian yang terpenting patut diketahui komunikan
2. Pesan itu nyata (conkret) dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data dan fakta yang ada tidak sekedar issue dan kabar angin
3. Pesan itu disampaikan dengan sopan harus dipertimbangkan kadar kepribadiannya, kebiasaan, pola hidup dan nilai – nilai komunikan bila sangat menentukan sekali bagaimana orang bisa bersikap terbuka
4. Pesan itu sangat mantap (consistent) artinya tidak mengandung pertentangan antara bagian yang satu dengan yang lainnya, konsistensi ini sangat perlu untuk bisa menyakinkan komunikan kita (Siahaan, 1991 : 62-64)
93
4.2.3.2 Daya tarik pembicara
Pada tabel 17 sampai dengan 24 membahas tentang daya tarik pembicara
program acara talk show “ Golempang “ di Bandung TV. Adapun untuk tabel 17
sampai dengan 20 akan membahas tentang kemampuan pembicara, dan tabel 21
sampai dengan 24 akan membahas tentang penampilan (kharisma) pembicara yang
ditampilkan, kejelasan argumentasi yang dikemukakan pembicara, penyampaian
topik yang sesuai dengan meteri yang sedang dibahas dan sikap pembicara dalam
menerima pendapat orang lain.
Namun perlu diketahui untuk tabel 17 sampai dengan 20, jumlah
responden didasarkan pada tabel 5, jadi untuk tabel 17 jumlah respondennya
adalah 21 orang atau (35%), untuk tabel 18 jumlah respondennya adalah 4 orang
atau (7%), untuk tabel 19 jumlah respondennya adalah 11 orang atau (18%) dan
untuk tabel 20 jumlah respondennya adalah 24 orang atau (40%) dari total 60
orang yang menjadi responden.
4.2.3.2.1 Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode
kadaharan sunda
Pada tabel 17 akan menjelaskan kemampuan pembicara dalam menguasai
materi yang akan dibahas atau didiskusikan pada episode kadaharan sunda. Hal
tersebut dapat kita lihat pada tabel di bawah ini
94
Tabel 16
Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode kadaharan
tradisional sunda
NO Keterangan Frekuensi %
1 Mampu 13 62
2 Kurang mampu 8 32
Jumlah 21 100
n : 21 sumber : angket
Dari tabel diatas menunjukkan dari jumlah 21 orang responden yang
menjawab mampu sebanyak 13 orang (21%), responden yang kurang mampu
sebanyak 8 orang (14%) dan tidak ada responden yang menjawab tidak mampu.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 14% menjawab kurang mampu
dari jumlah 35% responden hal ini disebabkan oleh kurangnya contoh – contoh
kadaharan tradisional sunda yang ditampilkan dan keterbatasan waktu yang
diberikan sehingga paparan narasumber tidak maksimal.
Namun pada umumnya pembicara - pembicara yang ditampilkan pada
episode kadaharan tradisional sunda diantaranya yaitu H Dodo, Ibu Tuti dadang
(juru masak) dan Ano Karsono (tradisi), responden menjawab secara umum
mereka mampu menguasai materi yang didiskusikan secara keseluruhan dengan
95
baik hal ini disebabkan karena “Golempang” menghadirkan pembicara yang sesuai
dengan bidangnya atau yang ada hubungannya dengan topik yang sedang dibahas
4.2.3.2.2 Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode
Novel senja di langit majapahit
Pada tabel 18 akan menjelaskan kemampuan pembicara dalam menguasai
materi yang akan didiskusikan pada episode buku senja di langit majapahit. Untuk
lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 17
Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode Novel senja di
langit majapahit
NO Keterangan Frekuensi %
1 Mampu 4 100
Jumlah 4 100
n : 4 sumber : angket
Dari data di atas meskipun jumlah responden yang menjawab pernah
menonton episode Buku senja di langit majapahit hanya 4 orang atau (7%), data
tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden menjawab mampu, sehingga
dapat kita simpulkan pembicara pada episode novel Senja di langit majapahit yaitu
Dyah pitaloka selaku pengarang novel dan Hermawan (sastrawan) secara umum
mereka mampu menguasai materi yang disajikan secara keseluruhan dengan baik.
96
4.2.3.2.3 Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode
Lahirnya koran sunda
Pada tabel 19 akan menjelaskan kemampuan pembicara dalam menguasai
materi yang akan dibahas atau didiskusikan pada episode Lahirnya koran sunda.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 18
Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode lahirnya
Koran sunda
NO Keterangan Frekuensi %
1 Mampu 8 72
2 Kurang mampu 3 28
Jumlah 11 100
n : 11 sumber : angket
Dari data diatas menunjukkan dari jumlah 11 orang atau (18%) bahwa
kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode lahirnya koran
sunda yaitu sebanyak 8 orang responden atau (13%) menjawab mampu 3 orang
responden atau (5%) menjawab kurang mampu, dan tidak ada responden yang
menjawab tidak mampu.
97
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 8 orang responden atau (13%)
menjawab mampu dan sebanyak 3 orang responden atau (5%) menjawab kurang
mampu hal ini disebabkan oleh tidak adanya faktor pelengkap tentang Koran
sunda seperti informasi yang memuat tentang profile Koran sunda tersebut
Dapat kita ketahui pula bahwa Bapak Uu Rukmana (Pim – Umum) koran
sunda dan Bapak Chaedar Alwasiah (dosen UPI) selaku pembicara pada episode
lahirnya koran sunda secara umum mereka mampu menguasai materi yang
didiskusikan secara keseluruhan dengan baik hal ini disebabkan bapak Uu
Rukmana adalah pimpinan umum dari koran sunda yang mengetahui dan
memahami tentang seluk – beluk koran sunda dan bapak Chaedar Alwasiah
sebagai seorang dosen sekaligus pemerhati koran sunda.
4.2.3.2.4 Kemampuan pembicara dalam menguasai materi pada episode
kamekaran tari jaipongan di tatar sunda
Pada tabel 20 akan menjelaskan kemampuan pembicara dalam menguasai
materi yang akan dibahas atau didiskusikan pada episode Lahirnya koran sunda.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini
98
Tabel 19
Kemampuan pembicara dalam mengusai materi pada episode kamekaran
tari jaipongan di tatar sunda
NO Keterangan Frekuensi %
1 Mampu 22 92
2 Kurang mampu 2 8
Jumlah 24 100
n : 24 sumber : angket
Dari data diatas menunjukkan pembicara dalam menguasai materi pada
episode kamekaran tradisional tari jaipongan di tatar sunda, sebanyak 22 orang
atau (36%) responden menjawab mampu, sebanyak 2 orang atau (4%) menjawab
kurang mampu, dan tidak ada responden yang menjawab tidak mampu.
Dapat disimpulkan bahwa dari pembicara yang ditampilkan pada episode
kamekaran tari jaipongan di tatar sunda yaitu Bapak Gugum Gumbira, Elly Somali
dan Yeti M (penari senior) secara umum mampu menguasai materi yang disajikan
secara keseluruhan dengan baik ini disebabkan mereka adalah ahli - ahli di bidang
tari jaipongan.
99
4.2.3.2.5 Penampilan pembicara yang dihadirkan pada program acara
“Golempang” di Bandung TV
Pada tabel 21 menjelaskan tentang karakter pembicara yang ditampilkan
pada program acara “Golempang” di Bandung TV. Untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat dari tabel di bawah ini
Tabel 20
Penampilan pembicara yang dihadirkan pada program acara “Golempang”
di Bandung TV
NO Keterangan Frekuensi %
1 Sesuai 26 44
2 Kurang sesuai 34 56
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data diatas menunjukkan penampilan pembicara yang dihadirkan pada
program acara “Golempang” di Bandung TV, sebanyak 26 orang responden (44%)
menjawab sesuai, sebanyak 34 orang responden (56%) menjawab kurang sesuai
dan tidak ada responden menjawab tidak sesuai.
Dapat disimpulkan bahwa penampilan pembicara pada program acara
“Golempang” kurang sesuai, ini dapat kita lihat dari sebanyak 56% responden
100
menjawab tidak sesuai. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan penampilan yang
dimiliki oleh setiap pembicara yang ditampilkan, dan ketidaksesuaian ini terjadi
karena seringkali narasumber yang ditampilkan kurang relevan dengan topik yang
sedang dibahas pada program acara “Golempang” di Bandung TV.
“Kharisma dipergunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang
dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunkate seperti magnet
menarik berita – berita disekitarnya” (Rakhmat, 1996 : 260). Perbedaan
penampilan ini dapat menyebabkan perbedaan kharisma padahal kharisma ini yang
dapat dipergunakan untuk menarik dan mengendalikan penonton untuk menonton
program acara “Golempang” di Bandung TV.
4.2.3.2.6 Kejelasan argumentasi yang dikemukakan pembicara pada
program acara “Golempang” di Bandung TV
Pada tabel 22 menjelaskan tentang kejelasan argumantasi pembicara pada
program acara “Golempang” di Bandung TV. Untuk lebih jesanya dapat kita lihat
dari tabel di bawah ini
101
Tabel 21
Kejelasan argumentasi yang dikemukakan pembicara pada program acara
“Golempang” di Bandung TV
NO Keterangan Frekuensi %
1 Jelas 13 22
2 Kurang jelas 47 78
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data diatas menunjukkan bahwa kejelasan argumentasi yang
dikemukakan pembicara pada program acara “Golempang” di Bandung TV,
sebanyak 13 orang responden atau (22%) menjawab jelas, sebanyak 47 orang atau
(78%) menjawab kurang jelas dan tidak ada responden yang menjawab tidak jelas.
Dapat kita simpulkan bahwa kejelasan argumentasi pembicara yang
dikemukakan pembicara dalam program acara “Golempang” kurang jelas hal ini
dapat kita lihat dari sebagian responden menjawab kurang jelas sebanyak 78%.ini
disebabkan pembicara kurang berhasil memberikan argumennya secara jelas
tentang materi topik yang sedang didiskusikan kepada penontonnya, selain itu
pula dipengaruhi oleh waktu yang terbatas, keterbatasan kemampuan pembicara
memilih atau memberikan argumentasinya dalam waktu yang singkat merupakan
102
salah satu faktor yang mengakibatkan argumentasi yang diberikan narasumber
menjadi kurang jelas
Jeremy Tunstall mendefinisikan komunikator sebagai petugas
nonadninistratif (non clerical) di dalam organisasi – organisasi komunikasi orang
– orang bekerja dalam memilih, menyusun dan merencanakan program – program,
cerita – cerita dan pesan – pesan lainnya akhirnya disebarkan kepada khalayak
(Tunstall, 1990).
Sesuai dengan apa yang didefinisikan oleh Jeremy Tunstall bahwa seorang
komunikator berkomunikasi dengan orang – orang dalam memilih cerita – cerita
dan pesan – pesan lainnya akhirnya disebarkan kepada khalayak maka dari itu
kejelasan suatu argumentasi yang dikemukakakan pembicara dalam program acara
“Golempang” di Bandung TV sangatlah penting karena sudah menjadi tugas bagi
seorang komunikator memberikan argumennya secara jelas untuk kepuasan
penontonnya dan untuk keberhasilan program acara tersebut
4.2.3.2.7 Kesesuaian argumen pembicara dalam menyampaikan materi
dengan topik yang sedang dibahas
Pada tabel 23 menjelaskan tentang kesesuaian pembicara dengan materi
yang topik yang sedang dibahas, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di
bawah ini.
103
Tabel 22
Kesesuaian argumen pembicara dalam menyampaikan materi dengan topik
yang sedang dibahas
NO Keterangan Frekuensi %
1 Sesuai 36 60
2 Kurang sesuai 34 40
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data diatas menunjukkan bahwa kesesuaian pembicara dalam
menyampaikan materi dengan topik yang dibahas pada program acara
“Golempang” di Bandung TV, sebanyak 36 orang responden atau (60%)
menjawab sesuai, sebanyak 34 orang atau (40%) menjawab kurang sesuai dan
tidak ada responden yang menjawab tidak sesuai
Pada program acara “Golempang” ini dapat kita simpulkan bahwa
pembicara mampu menyampaikan materi yang sesuai dengan topik yang sedang
dibahas hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan bahwa responden
menjawab sesuai sebanyak 60 % responden.
Namun perlu kita ketahui pula masih ada responden sebanyak 40% yang
menjawab pembicara kurang sesuai dalam menyampaikan materi yang sesuai
104
dengan topik yang sedang dibicarakan. Kurang sesuainya pembicara dalam
menyampaikan materi dengan topik yang sedang dibahas disebabkan oleh
keterbatasan wawasan narasumber, kurang tepatnya narasumber yang ditampilkan
dengan topik yang sedang dibahas dan improvisasi yang kurang sesuai.
“Keahlian (ekspertise) adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang sedang dibicarakan, komunikator yang dinilai tinggi pada keahliannya dianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak berpengalaman dan tertarik. Tentu sebaliknya komunikator dinilai rendah jika keahliannya dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu atau bodoh”. (Rakhmat, 1996 : 256)
Kesesuaian pembicara dalam menyampaikan materi dengan topik yang
sedang dibahas berkaitan dengan keahlian yaitu kesan yang yang dibentuk
komunikan tentang kemampuan komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian
dianggap cerdas, mampu ahli dalam menjaga kesesuaian pada saat membawakan
materi dengan topik yang sedang dibahas atau dibicarakan.
4.2.3.2.8 Kemampuan pembicara bersifat terbuka (dinamis) dalam
menerima pendapat orang lain
Pada tabel 24 menjelaskan tentang kemampuan pembicara bersifat terbuka
(dinamis) dalam menerima pendapat orang lain untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat pada tabel di bawah ini.
105
Table 23
Kemampuan pembicara bersifat terbuka (dinamis) dalam menerima
pendapat orang lain
NO Keterangan Frekuensi %
1 Mampu 31 52
2 Kurang mampu 29 48
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data menunjukkan bahwa kemampuan pembicara bersifat terbuka
(dinamis) dalam menerima pendapat orang lain, sebanyak 31 orang responden atau
(52%) menjawab mampu, sebanyak 29 orang atau (48%) menjawab kurang
mampu, dan tidak ada responden yang menjawab tidak mampu.
Dari data yang penulis peroleh sebanyak 52% responden, dapat
disimpulkan pembicara pada program acara “Golempang” dalam menyampaikan
pesan mampu bersifat terbuka dalam menerima pendapat orang lain.
“Dinamisme adalah komunikator memiliki bila ia dipandang sebagai orang yang periang bersemangat, aktif, dan tegas serta berani, sebaliknya komunikator yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu – ragu, lesu dan lemas dalam komunikasi dinamisme memperkokoh kesan, keahlian dan kepercayaan”. (Rakhmat, 1996 : 260)
106
Dinamisme (keterbukaan) dari seorang komunikator (pembicara) dalam
menerima pendapat orang lain dipandang sebagai orang yang bersemangat, aktif
dan tegas serta berani. Adapun bagi pembicara sebuah program acara talk show
seperti halnya “Golempang” sangatlah penting, sehingga penonton memiliki
penilaian tersendiri mengenai kredibilitas mereka sebagai pembicara.
4.2.3.3 Daya tarik materi acara
Pada tabel 25 sampai dengan 32 akan menjelaskan daya tarik materi
program acara talk show “Golempang” di Bandung TV diantaranya Tune Animasi
(musik dan gambar), keahlian presenter dalam melakukan wawancara,
pengetahuan presenter dalam menguasai materi acara wawancara, kemampuan
presenter dalam menggali informasi dari pembicara, penataan studio (setting
studio), pengambilan sudut gambar, penggunaan bahasa sunda dan penutup acara
(clossing). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel – tabel di bawah ini
4.2.3.3.1 Tune Animasi (musik dan gambar pembuka)
Pada tabel 25 ini menjelaskan tentang Tune Animasi (musik dan gambar
pembuka) pada program acara talk show “Golempang” di Bandung TV. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini
107
Tabel 24
Tune animasi (musik dan gambar pembuka)
NO Keterangan Frekuensi %
1 Menarik 16 26
2 Kurang menarik 40 66
3 Tidak menarik 4 7
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data diatas mengenai tune animasi (musik dan gambar pembuka),
menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang atau (16%) responden menjawab menarik,
sebanyak 40 orang atau (66%) menjawab kurang menarik, dan 4 orang atau (7%)
menjawab tidak menarik.
Dapat diketahui tune animasi program acara “Golempang” belum berhasil
menarik perhatian penontonnya hal ini dapat terlihat dari responden yang
menjawab kurang menarik sebanyak 66% ditambah lagi dengan 7% responden
yang menjawab tidak menarik. hal ini disebabkan oleh keterbatasan wawasan
sumber daya manusia dalam hal ini adalah desainer komunikasi visualnya yang
dimiliki oleh program acara “Golempang” di Bandung TV (wawancara)
108
Daya tarik tune animasi dirasakan penting untuk menambah daya tarik
program acara talk show “Golempang” di Bandung TV, hal ini seperti yang
diungkapkan Soewardi idris dalam bukunya “Jurnalistik TV” yang menyatakan
“betapa besarnya pengaruh gambar dalam siaran TV, dampak Film atau gambar tidak dapat diperbaiki dengan kata – kata (the impact of strong film is not neutralizal by words) gambar penunjang itu dapat berupa film (bersuara/tidak) foto – foto ataupun grafis yang dibuat pelukis – pelukis TV mereka yang bekerja di bidang pemberitaan TV haruslah selalu memikirkan gambar – gambar itu akan berfungsi sebagai pelengkap informasi dan memberi kesan yang lebih sempurna bagi penonton” (Idris, 1987 : 3)
Daya tarik tune animasi dapat memberikan ketertarikan penonton untuk
menyimak acara “Golempang”, namun dengan banyaknya responden menjawab
kurang menarik membuat tune animasi tidak sebagus yang diharapkan. Namun
perubahan yang mendasar pada tune animasi program acara “Golempang” di
Bandung TV dirasakan sangat perlu karena tune animasi ini merupakan daya tarik
awal yang ditempatkan pada pembuka acara (openning) “Golempang” yang dapat
menarik perhatian penonton untuk menonton acara tersebut.
4.2.3.3.2 Keahlian presenter dalam melakukan wawancara
Pada tabel 26 ini akan menjelaskan tentang keahlian presenter dalam
melakukan wawancara kepada para pembicara yang hadir dalam program acara
talk show “Golempang” di Bandung TV. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari
tabel di bawah ini
109
Tabel 25
Keahlian presenter dalam melakukan wawancara
NO Keterangan Frekuensi %
1 Ahli 20 34
2 Kurang ahli 40 66
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Data diatas mengenai keahlian presenter dalam melakukan wawancara
menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang atau (34%) responden menjawab ahli,
sebayak 40 orang atau (66%) menjawab kurang ahli, dan tidak ada responden yang
menjawab tidak ahli.
Presenter program acara “Golempang” belum ahli dalam menciptakan
suasana interaktif ketika melakukan wawancara hal ini dapat kita lihat dari data
yang diperoleh sebanyak 66% menjawab kurang ahli. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan keahlian presenter dalam melakukan wawancara dan kurangnya
persiapan presenter ketika akan memulai sebuah wawancara.
Presenter adalah kepribadian suatu stasiun TV pada hakekatnya sebagai
medium dialog media TV dengan pemirsa (Ishadi, 1999 : 164), Wilson dan
110
Goodall (1991) mengemukakan tiga tujuan yang saling berhubungan dari
pembukaan wawancara :
1. Untuk membuat pembicara merasa disambut dan santai 2. Memberikan pembicara perasaan bahwa kedatangannya bermanfaat 3. Membahas beberapa topik utama (Wilson dan Goodall,1991)
Untuk seorang prersenter dalam melakukan wawancara harus memenuhi
tiga tujuan diatas guna mencapai keberhasilan dalam menciptakan suasana
interaktif dalam melakukan wawancara pada sebuah program acara talk show.
Selain itu ragam pertanyaan – pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber
merupakan pertanyaan – pertanyaan yang memancing jawaban dari narasumber,
dimana jawaban ini merupakan informasi yang benar – benar diperlukan dan
diinginkan khalayak diantara adalah
1. Pertanyaan terbuka Pertanyaan yang memberikan kesempaatan kepada narasumber untuk memberikan sikap kemungkinan jawaaban. Biasanya dimulai dengan kata Tanya (siapa, mengapa, apa, dimana, yang mana, berapa, kapan dan bagaimana)
2. Pertanyaan terutup Pertanyan yang hanya memberikan pilihan jawaban dari srangkaian tanggapan, biasanya dimulai dengan kata kerja. Untuk pertanyaan ini jawaban yang mungkin hanyalah “ya” atau “tidak”
3. Pertanyaan langsung Pertanyaan yang mengarah langsung kepada target, sifatnya segera dan jelas, untuk memperoleh pengungkapan apa yang ingin diketahui
4. Pertanyaan tidak langsung Pertanyaan yang menyembunyikan apa yang sebenarnya ingin diketahui oleh pewawancara. Lebih memingkinkan untuk menghasilkan jawaban yang jujur
5. Pertanyaan pilihan ganda Pertanyaan yang menyediakan kemungkinan satu rangkaian jawaban, yang menguarangi kemungkinan jawaban kurang penting dari narasumber yang berusaha mengelak / terlalu diplomatis
111
6. Pertanyaan mengarahkan Pertanyaan ini mengandung saran, dimana pendapat pewawancara sendiri atau pokok pembicaraan dapat diketahui
7. Pertanyaan reflektif Pertanyaan yang digunakan pewawancara untuk mendorong responden agar mau memberikan komentar lebih lanjut
8. Pertanyaan pengandaian Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mendorong narasumber berfikir kedepan
9. Pertanyaan netral Pertanyaan yang tidak secra eksplisit atau implisit menyarankan jawaban yang diinginkan
10. Pertanyaan mengiringi Pertanyaan yang direkayasaa dengan mengisyaratkan jawaban yang diinginkan
11. Pertanyaan yang membebani Pertanyaan yang direkayasa dengan mengisyaratkan jawaban yang diinginkan juga merupakan bentuk pertanyaan mengiringi yang sering menjengkelkan pertanyaan jenis ini terkadang menguntungkan, kerena mampu “memaksa” narasumber untuk segera memberikan pendapat (Stokkink dalam Fadli, 2001:41)
Dengan ragam pertanyaan ini, maka pewawancara dapat membuat suasana
wawancara menjadi interaktif, karena pendapat mengenai klarifikasi dan
konfrontasi dan narasumber dapat tergali menjadi sebuah informasi yang berguna
bagi penonton. Dengan demikian tujuan daripada wawancara dapat tercapai
dengan baik
4.2.3.3.3 Pengetahuan presenter dalam menguasai materi acara wawancara
Pada tabel 27 ini akan menjelaskan tentang pengetahuan presenter dalam
menguasai materi acara wawancara, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada
tabel di bawah ini
112
Tabel 26
Pengetahuan presenter dalam menguasai materi acara wawancara
NO Keterangan Frekuensi %
1 Menguasai 31 52
2 Kurang menguasai 34 56
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Data diatas mengenai pengetahuan presenter dalam menguasai materi acara
menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang atau (52%) menjawab menguasai,
sebanayk 34 orang atau (56%) menjawab kurang menguasai, dan tidak ada
responden yang menjawab tidak menguasai.
Dari data diatas disimpulkan bahwa responden sebanyak 56% menjawab
presenter kurang menguasai dan 52% responden menjawab presenter menguasai
materi wawancara pada program acara talk show “Golempang” di Bandung TV.
Sebanyak 56% menjawab presenter kurang menguasai meteri wawancara
disebabkan oleh keterbatasan wawasan presenter terhadap materi acara yang
sedang didiskusikan. Presenter memiliki posisi sangat penting sehingga untuk
menjadi presenter, Ishadi dalam bukunya “Dunia Penyiaran” menuturkan beberapa
persyaratan menjadi seorang penyiar di media TV yaitu :
113
1. Pertama – tama harus memiliki gelar sarjana atau diberikan kepada mereka yang memilki pengalaman atau pengetahuan spesifik
2. Mempunyai pengetahuan dan atau kehlian dalam bidang jurnalistik 3. Mempunyai sikap ekstrovet, mudah bergaul dan memiliki dasar mampu
bicara di hadapan umum 4. Mempunyai volume broadcast voice, mempunyai (appearance) yang
mendukung dan kira – kira memilki TV genik (Ishadi, 1999 : 164)
Dari empat persyaratan diatas sangat menjadi latar belakang menentukan
pengetahuan presenter dalam menguasai materi acara wawancara pada sebuah
program acara diantaranya seorang presenter harus memiliki pengetahuan dan atau
keahlian dalam bidang jurnalistik dan sikap ekstrovet, mudah bergaul dan
memiliki dasar mampu berbicara di hadapan umum. Apabila persyaratan tersebut
sudah terpenuhi maka akan memudahkan presenter dalam melakukan wawancara
dan menguasai materi wawancara.
4.2.3.3.4 Kemampuan presenter dalam menggali informasi dari pembicara
Pada tabel 28 akan menjelaskan tentang kemampuan presenter dalam
menggali informasi dari pembicara pada program acara talk show “Golempang” di
Bandung TV, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 27
Kemampuan presenter dalam menggali informasi dari pembicara
NO Keterangan Frekuensi %
1 Mampu 27 45
114
2 Kurang mampu 33 55
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari tabel diatas mengenai kemampuan presenter dalam menggali
informasi dari pembicara menunjukkan bahwa sebanyak 27 orang atau (45%)
menjawab mampu, sebanyak 33 orang atau (55%) menjawab kurang mampu dan
tidak ada responden yang menjawab tidak ahli.
Dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 55% menjawab
kurang mampu dalam menggali informasi dari pembicara. Hal ini disebabkan oleh
pertanyaan – pertanyaan yang diajukan presenter kepada narasumber cenderung
klise sehingga jawaban dari narasumber yang diterima tidak memuaskan dan
terkesan seadanya. Hal ini senada dengan pernyataan Sutisno, antara lain “seorang
pembawa acara merupakan perwakilan dari penonton dalam menggali, mengejar,
membujuk, dan mengerakkan secara halus sehingga narasumber bersedia
mengetengahkan segala yang ingin diketahui penonton” (Sutisno, 1993 : 59)
Ada beberapa langkah yang dapat digunakan presenter guna menggali
informasi dari pembicara. Langkah pertama dalam perencanaan wawancara guna
menggali informasi dari pembicara adalah menentukan topik yang akan dibahas.
Setelah memilih topik, presenter bisa melakukan urutan sebenarnya dari
pertanyaan – pertanyaan. Dalam hal ini, urutan corong sering berguna :
115
“pewawancara (presenter) mulai dengan pertanyaan yang luas dan secara bertahap
diikuti dengan pertanyaan – pertanyaan yang lebih spesifik” (Kahn dan Cannell,
1968). Maka dari itu pewawancara (presenter) akan lebih mudah menggali
informasi dari pembicara atau pihak yang diwawancarai.
Langkah selanjutnya adalah kenali tipe narasumber atau pembicara. Setiap
narasumber mempunyai hak untuk mengoreksi, melengkapi merunurutkan dan
menuntaskan pertanyaan yang digunakan akan tetapi tidak jarang jawaban mereka
tidak sesuai dengan yang diharapkan, berbagai tipe yang dimiliki narasumber,
adalah :
1. Sempurna (perfect)Tipe narsumber special, yang memiliki kapabilitas dan kredibilitas yang tidak diragukan, baik dari segi akademis, pengalaman sampai pada “nama baik”
2. Biasa (Usual) Tipe narasumber yang kalau memberikan jawaban jarang atau behkan tidak ada yang baru. Atau tipe narsumber yang tidak punya nama tetapi memiliki pendapat yang cukup baik
3. Normatif Tipe narsumber, yang kalau memberian jawaban selalu normative tidak berani menyimpang dari arus opini umum, bukan vokalis jawaban bukan sesuatu yang baru dan cenderung menyelamatan diri.
4. Bad temper Tipe narasumber yang sama sekali tidak dapat diajak untuk mengembangkan topik diskusi. Setiap pertanyaan yang disampaikan hanya dijawab dengan beberapa kata seperti “iya, benar”, “tidak selalu begitu”, “biasa juga”, “setuju” dan jawaaban “pelit” lainnya. Hal ini dilakukan bukan karena tidak paham akan pertanyaan yang diajukan akan tetapi dengan kesadaran atau bisa juga karena ketakutan dan kecurigaannya
5. Timer
116
Tipe narasumber yang selalu menentukan panjang pendeknya wawancara (Fadli, 2001:130)
Berbagai tipe narasumber, dapat memudahkan pewawancara dalam
mengenali karakter pribadi narasumber, pertanyaan dan cara pendekatan dalam
wawancara dapat disesuaikan dengan tipe yang mereka miliki. Dengan demikian
pelaksanaan wawancara tidak akan berlangsung dalam suasana kontra, akibat
ketidaktahuaan atau kekurangpahaman pewawancara mengenai karakter tokoh
yang diwawancarai.
4.2.3.3.5 Penataan studio
Pada tabel 29 akan menjelaskan tentang penataan studio (setting studio)
program acara talk show “Golempang” di Bandung TV, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 28
Penataan studio (setting studio)
NO Keterangan Frekuensi %
1 menarik 12 20
2 Kurang menarik 46 80
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
117
Dari data diatas mengenai setting studio (penataan studio) program acara
talk show “Golempang” di Bandung TV, sebanyak 12 responden atau (20%)
menjawab menarik sebanyak 46 orang responden atau (80%) menjawab kurang
menarik, dan tidak ada responden yang menjawab tidak menarik.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 80% responden yang
menjawab penataan studio (setting studio) kurang menarik. hal ini disebabkan oleh
penata artistik yang kurang ahli sehingga penataan studio dalam program acara
talk show “Golempang” yang terkesan seadanya
Setting studio merupakan hal yang sangat penting dalam suatu acara dialog
pada media televisi, hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian penonton,
seperti yang dikatakan oleh Roekamy dalam bukunya “Dasar – dasar persuasi”,
yaitu salah satu usaha untuk menumbuhkan stimuli – stimuli dengan jalan
penyajian, intensitas, dan objek “ objek perangsang yang memiliki intensitas
dalam warna suara, dan wangian akan lebih menarik, warna – warna dengan
kombinasi yang harmonis pun dapat mengerakkan emosi atau mnyejukkan pikiran
(Roekamy, 1992 : 31)
Dengan men setting kembali studio secara keseluruhan ke dalam bentuk
konsep yang baru baik aspek visual, suasana, konsep warna, sound dan segala
sesuatu yang mendukung hasil akhir sebuah studio siaran.
Selain itu diperlukan juga pemahaman mengenai set construction secara
sederhana yaitu bangunan latar belakang untuk keperluan pengambilan gambar.
118
Pada prakteknya set construction tidak selalu berwujud bangunan dekorasi seperti
yang kita banyangkan terbentuk tata ruang yang besar. Set construction lebih
menitikberatkan bagaimana gambar mendukung dan mempertegas latar peristiwa
sehingga mengantarkan alur acara dengan baik.
4.2.3.3.6 Sudut pengambilan gambar yang ditampilkan
Pada tabel 30 akan menjelaskan tentang sudut pengambilan gambar yang
ditampilkan pada program acara talk show “Golempang” di Bandung TV, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 29
Sudut pengambilan gambar yang ditampilkan
NO Keterangan Frekuensi %
1 Akurat 6 10
2 Kurang akurat 52 86
3 Tidak akurat 2 4
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data diatas mengenai sudut pengambilan gambar yang ditampilkan
menunjukkan bahwa 6 orang responden atau (10%) menjawab akurat, sebanyak 52
119
orang responden atau (86%) menjawab kurang akurat, dan sebanyak 2 orang
responden atau (4%) menjawab tidak akurat.
Dapat kita simpulkan bahwa sudut pengambilan gambar pada program
acara talk show “Golempang” di Bandung TV kurang akurat ini terlihat dari
responden yang menjawab kurang akurat sebanyak 86% seperti dikatakan oleh
Wahyudi, bahwa : “kejelasan suara dan gambar merupakan suatu yang sangat
penting di dalam acara televisi, agar penonton dapat menikmatinya dengan baik
pula” (Wahyudi, 1988 : 105).
Data diatas menunjukkan bahwa Bandung TV belum berhasil dalam
mengemas program acara “Golempang” selain itu ini tidak terlepas dari sumber
daya yang dimiliki Bandung TV belum handal dan professional, ada beberapa hal
yang menyebabkan belum berhasilnya produksi sebuah program acara dapat
dilihat dari sudut pengambilan gambar diantaranya adalah kemampuan seorang
kameramen dan pengarah acara.
Seorang kameramen merupakan tangan kanan seorang pengarah acara,
karena itu harus mempunyai hubungan batin yang kuat diantara mereka, agar
memudahkan mencernakan dan menginterprestasikan rasa seni yang dimiliki oleh
pengarah acara, sebab dengan jalan demikian akan membantu memudahkan di
dalam melaksanakan tugasnya. Demikian juga sebagai seorang kamerawan harus
mempunyai rasa seni, khususnya didalam seni komposisi gambar, dengan cara
seni yang dimiliki hasilnya mempunyai nilai – nilai statistik yang tinggi.
120
Pengarah acara adalah seorang yang berpengalaman dan merupakan
spesialis dalam tugasnya dan selalu mempertanggungjawabkan hasil karyanya dari
segi artistic maupun dari segi produksinya kepada seorang produser. Di dalam
stasiun penyiaran yang kecil, biasanya tugas seorang produser dirangkap oleh
pengarah acara, hal ini ditempuh semata-mata hanya masalah efisiensi saja.
Didalam tugasnya ia bertindak sebagai pimpinan dan panuutan dari seluruh
kerabat kerjanya, karena itu harus selalu bertindak secara konseptual. Karena
begitu banyak orang yang berada di bawah koordinasi seorang pengarah acara
maka diperlukan sejumlah persyaratan untuk dapat menjadi seorang pengarah
acara yaitu antara lain
1. memiliki pengetahuan dasar tentang kamera video2. memiliki pengetahuan dasar penggunaan switcher3. memiliki pengetahuan tentang screen direction4. memiliki pengetahuan dasar tentang audio broadcast5. memiliki pengetahuan dasar tentang lighting video6. memiliki pengetahuan dasar editing7. memiliki pengetahuan dasar tentang equipment8. mampu menggabungkan aspek teknis dan seni (morrisan, 2005 :
273 – 274 )
Kelancaran program acara sangat menentukan dukungan dan kesiapan
masing – masing unsur pendukung yang disebutkan diatas. Masing – masing unsur
pendukung harus terdiri dari orang – orang yang memiliki keahlian (skill). Masing
– masing unsur pendukung itu harus memahami istilah standar agar dapat
berkomunikasi dengan baik dan lancar tanpa menimbulkan kesalahpahaman
121
4.2.3.3.7 Penggunaan bahasa sunda
Pada tabel 31 akan menjelaskan tentang penggunaan bahasa sunda yang
dijadikan sebagai behasa pengantar pada program acara talk show “Golempang” di
Bandung TV, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 30
Penggunaan bahasa sunda
NO Keterangan Frekuensi %
1 Dapat dimengerti 46 76
2 kurang dimengerti 14 24
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data diatas mengenai penggunaan bahasa sunda dalam program acara
talk show “Golempang” di Bandung TV menunjukkan bahwa sebanyak 46 orang
atau (76%) responden menjawab mengerti, sebanyak 14 orang atau (24%)
responden menjawab kurang mengerti dan tidak ada responden yang menjawab
tidak mengerti.
Dari tebel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
mengatakan bahwa bahasa sunda sebagai bahasa pengantar dapat dimengerti. Data
menunjukkan 76% menyatakan bahasa sunda yang digunakan dapat dimengerti,
122
namun ada responden sebanyak 24% menyatakan bahasa sunda yang digunakan
kurang dimengerti, hal ini disebabkan responden merasa ada kata – kata dari
bahasa sunda yang kurang dimengerti.
Perlu kita ketahui di Jawa Barat memiliki dua pembagian bahasa, yakni :
1. Bahasa sunda lulugu (umum) artinya bahasa sunda umum yang dipakai dan dipahami sebagai bahasa sehari – hari serta dikenal luas oleh masyarakat pada umumnya
2. Bahasa sunda wewengkon (daerah setempat) artuinya hanya dipakai dan dipahami sebagai bahasa sehari – hari di suatu daerah saja. (Tesis,” Sanghyang Raja Uyeg” Arthur S Nalan, 1994 : 33)
Dalam hal ini latar belakang responden sebagai orang sunda yang dapat kita
lihat dari hasil tabel 8 yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah
orang sunda dan mereka mengerti bahasa sunda.
4.2.3.3.8 Clossing (penutup acara) berupa uraian – uraian tentang topik yang
dibahas
Pada tabel 32 membahas tentang kepuasan penonton akan clossing
(penutup acara) program acara talk show “Golempang” di Bandung TV, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
123
Tabel 31
Clossing (penutup acara) berupa uraian – uraian tentang topik yang dibahas
NO Keterangan Frekuensi %
1 Puas 17 28
2 Kurang puas 43 72
Jumlah 60 100
n : 60 sumber : angket
Dari data diatas mengenai Clossing (penutup acara) berupa uraian – uraian
kesimpulan tentang topik yang dibahas menunjukkan bahwa sebanyak 17 orang
atau (28%) responden menjawab puas, sebanyak 43 orang atau (72%) menjawab
kurang puas dan tidak ada responden yang menjawab tidak puas.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 72% responden
menjawab kurang puas akan clossing (penutup acara) program acara talk show
“Golempang”. Seperti apa yang dikatakan oleh MO. Palapah. dan Atang
Syamsudin dalam bukunya studi ilmu komunikasi, mereka mengatakan “jika kita
menonton televisi semenjak dari siaran pembukaan sampai dengan siaran penutup,
maka kita akan memperoleh keanekaragaman siaran mengenai aneka ragam
peristiwa dengan jelas dan dapat dimengerti (Palapah, Syamsudin. 1983).
124
Uraian – uraian kesimpulan tentang topik yang dibahas hal ini disebabkan
oleh kemungkinan adanya kesimpulan yang tidak menyenangkan atau sekurang –
kurangnya tidak memuaskan menunjukkan pentingnya mengakhiri wawancara
secara terampil. Terlalu sering wawancara berakhir tiba – tiba karena kekurangan
waktu, dan kedua belah pihak merasa harus mengakhiri wawancara . hampir setiap
wawancara memenfaatkan ringkasan wawancara. Ringkasan itu dapat berkisar dari
pertanyaan singkat hingga ke tinjauan topik – topik yang didiskusikan.
Dalam hal ini diperlukan pula keterampilan presenter program acara talk
show “Golempang” di Bandung TV dalam meringkas hasil wawancara tersebut
kedalam uraian berupa kesimpulan guna memuaskan penontonnya.
125
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengisian angket, wawancara dan
tinjauan pusataka serta uraian pembahasan data yang telah dikemukakan, maka
penulis menarik beberapa kesimpulan dan mengemukakan beberapa saran yang
diharapkan dapat memenuhi tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB IV yaitu analisis data deskriptif mengenai
hasil angket penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Program acara “Golempang” Bandung TV lebih banyak dikonsumsi oleh
penonton yang berusia 31 s/d 36 tahun keatas yang termasuk kedalam audiens
dewasa, penonton dapat diketahui mayoritas beragama islam, dengan status rata –
rata sudah menikah (berumah tangga), dan dikarenakan audiens adalah dosen –
dosen STSI Bandung maka latar belakang pendidikan mereka adalah strata 1 dan
strata 2, selain itu “Golempang” adalah sebuah acara yang disiarkan oleh Bandung
TV yang bermuatan seni dan budaya sunda maka target audiens mereka adalah
orang – orang sunda walaupun ada sebagian kecil yang bersuku bangsa selain
sunda hal ini disebabkan keingintahuan mereka akan sebuah acara seni dan budaya
sunda di kota Bandung.
126
2. Kebutuhan penonton program acara “Golempang” di Bandung TV belum
terpenuhi dengan baik hal ini disebabkan kerena adanya perbedaan kepentingan
antara program acara yang disiarkan oleh Bandung TV dengan apa yang
dibutuhkan penontonnya, “Golempang” adalah program informasi (berita) yang
unsur hiburannya lebih sedikit dibandingkan dengan unsur informasinya, dan
program acara ini belum berhasil mensosialisasikan menyebarkan nilai – nilai seni
dan budaya sunda kepada penontonnya.
3. Topik program acara, Daya Tarik Pembicara dan Daya Tarik Materi acara
“Golempang” umum sudah sesuai dan menarik perhatian penontonnya namun
seringkali narasumber yang ditampilkan kurang relevan dengan topik yang sedang
dibahas dan argumentasi yang kurang jelas. pembuka acara dan penutup acara
yang belum menarik, ditambah lagi dengan penataan studio (setting studio) kurang
menarik, pengambilan gambar yang kurang akurat, dan keterbatasan keahlian
presenter dalam melakukan wawancara dalam sebuah acara talk show.
Penggunaan bahasa sunda pada program acara “Golempang” sebagai bahasa
pengantar menjadi daya tarik tersendiri dalam melestarikan dan memenuhi
kebutuhan seni budaya sunda.
127
5.2 Saran – saran
Dengan memperhatikan hasil yang diperoleh dalam penelitian yang telah
dilakukan, maka berikut ini disampaikan saran – saran sebagai berikut :
Daya tarik program acara “Golempang” secara umum, yaitu diantaranya acara
“Golempang” perlu ditata ulang sehingga lebih memperlihatkan profesionalisme
entertainment yang mengakar pada tradisinya terutama mengangkat tema – tema
kesenian yang ada di masyarakat jawa barat. Pembawa acara (presenter)
diharapkan agar dipilih wanita yang masih muda agar lebih menarik, presenter
selalu menyiapkan diri dalam materi wawancara. Narasumber disarankan
terseleksi sesuai dengan tema dan bidangnya. cepat tanggap terhadap pertanyaan –
pertanyaan yang diajukan karena dibatasi oleh waktu dan pembicara lebih variatif
Latar tempat (setting studio) perlu ditata kembali, jangan duduk (sila), lebih baik
memakai kursi agar lebih menarik dan bisa disesuaikan dengan materi bahasan
tidak menutup kemungkinan dilakukan di lokasi habitatnya, komitmen
menggunakan bahasa sunda dan sumber daya manusia produksi acara lebih
profesional
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, Prof.,DR., Ilmu Komunikasi, sebuah pengantar ringkas, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003
Ardianto, Elvinaro, Drs.,M.Si dan Komala Erdinaya, Lukiati, Dra.,M.Si.,
Komunikasi Massa, suatu pengantar, Simbiosa Rekatama Media, 2005
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
edisi kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1996.
Effendi, Onong Uchana, Prof.,M.A., Kamus Komunikasi, CV. Mandar Maju,
Bandung, 1989
---------------------------------------------------, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi ,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
Ekadjati, Edi S, Kebudayaan Sunda, suatu pendekatan sejarah, Pustaka Jaya,
Jakarta, 1995
Faisal, Sanapiah., Format – Format Penelitian Sosial, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003.
Hofman, Ruedi. Dasar – Dasar Apresiasi Program TV, PT Grasindo, Jakarta,
1999
Idris, Soewardi, Jurnalistik TV, Erlangga, Jakarta, 1987
Kasali, Rhenald, Manajemen Public Relations,PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
2003
Koentjaraningrat, Prof. DR., Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, cetakan
ketiga, Djambatan, Jakarta Pusat, 1986
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa, sebuah analisis media televisi, Jakarta ,
Rimeka Cipta, 1996.
Liliweri, Alo, Komunikasi Antarpribadi, PT Citra Aditya, Bakti, Bandung,1997
Mc Quail, Denis, Teori Komunikasi Massa, (edisi kedua), Erlangga, Jakarta, 1989
Singarimbun, Nasri. 1989. Metode Penelitian. Jakarta, LP3S
Morissan M.A, Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2005
--------------------------------- Media Penyiaran, strategi mengelola radio dan
televisi, Ramdina Perkasa, Tangerang. 2005
Mustapa, R.H. Hasan., diterjemahkan oleh Sastrawijaya, Maryati, Adat Istiadat
Sunda, Alumni, Bandung, 1991
Nurudin, Komunikasi Massa, Gespur, Malang, 2003.
Rakhmat, Jalaludin. 2003, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung
--------------------------------- Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2002
Roekamy, R. Drs., Dasar – Dasar Persuasi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
1992.
Wahyudi, JB. 1996. Media Komunikasi Massa Televisi (edisi revisi) PT Alumni
Bandung
-------------------------------- 1994 Dasar – Dasar Manajemen Penyiaran (cetakan
pertama). PT Alumni, Bandung.
Tubbs, Strewart L & Moss, Silvia, Human Communication, Konteks – Konteks
Komunikasi, Dedi Mulyana. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001
Sumber lain :
Company Profile PT Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV)
Tesis,” Sanghyang Raja Uyeg” Arthur S Nalan, 1994
Makalah, Drs Darwanto ss, “Produksi Acara TV”, 1991
ANGKET PENELITIAN
TANGGAPAN PENONTON TENTANG PROGRAM ACARA TALK SHOW
“GOLEMPANG“ DI BANDUNG TV
Terimakasih anda telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi angket ini. Bantuan
anda sangat berarti bagi penelitian ini, namun sebelum mengisi angket ini bacalah
terlebih dahulu petunjuk pengisian di bawah ini
Petunjuk Pengisian Angket :
1. Bacalah dengan baik semua pertanyaan pada angket ini
2. Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan
pendapat anda
3. kajujuran anda dalam mengisi angket ini sangat berguna bagi penelitian
4. Terimakasih atas kerjasamanya
I. Data Responden
1. Jenis kelamin anda :
a. Pria b. Wanita
2. Darimanakah anda mengetahui acara “ Golempang “ sehingga tertarik untuk
menontonnya :
a. Bandung TV (iklan Bandung TV)
b. Iklan di media cetak
c. Teman
d. Lainnya, sebutkan…………….
3. Berapa kali anda menonton acara “ Golempang “ di Bandung TV
a. 6-7 kali dalam sebulan
b. 4-5 kali dalam sebulan
c. 2-3 kali dalam sebulan
d. tidak tentu
e. tidak pernah menonton
4. Apabila anda menonton salah satu topik program acara talk show “Golempang”
dalam 4 episode pada bulan maret 2006 di Bandung TV, topik mana yang paling
menarik?
a. Kadaharan tradisional sunda c. Lahirnya Koran Sunda
b. Buku senja di langit majapahit d. Kamekaran tari jaipongan di tatar sunda
II. Data Penelitian
A. Lingkungan sosial demografi penonton acara “ Golempang “ di Bandung TV
5. Berapa Usia anda saat ini ?
a. 15 – 20 tahun c. 26 – 30 tahun e. 36 tahun keatas
b. 21 – 25 tahun d. 31 – 35 tahun
6. Agama anda :
a. Islam b. Kristen Protestan c. Hindu d. Budha e. Kristen Katolik
7. Status Anda saat ini :
a. Tidak menikah b. Menikah
8. Pendidikan formal terakhir yang anda capai :
a. Diploma 3 c. Strata 2 e. Lainnya, sebutkan……………..
b. Strata 1 d. Strata 3
9. Suku Bangsa anda :
a. Sunda c. Minang e. Lainnya, sebutkan……………
b. Jawa d. Batak
B. Kebutuhan penonton program acara talk show “ Golempang “
10. Apakah program acara talk show “Golempang” memenuhi kebutuhan anda akan
informasi tentang seni dan budaya sunda ?
a. memenuhi b. kurang memenuhi c. tidak memenuhi
11. Apakah program acara talk show “Golempang” memenuhi kebutuhan anda akan
hiburan tentang seni dan budaya sunda ?
a. memenuhi b. kurang memenuhi c. tidak memenuhi
12. Apakah program acara talk show “Golempang” memenuhi kebutuhan anda akan
nilai – nilai tentang seni dan budaya sunda ?
a. memenuhi b. kurang memenuhi c. tidak memenuhi
C. Pendapat penonton
Topik Program Acara
13. Apakah topik program acara talk show “Golempang” di Bandung TV menarik
untuk disimak atau diikuti ?
a. menarik b. kurang menarik c. tidak menarik
14. Apakah topik program acara talk show “Golempang” di Bandung TV sesuai
dengan kebutuhan masyarakat ?
a. sesuai b. kurang sesuai c. tidak sesuai
15. Apakah topik program acara talk show “Golempang” di Bandung TV bermanfaat
bagi anda ?
a. bermanfaat b. kurang bermanfaat c. tidak bermanfaat
Daya Tarik Pembicara
(pertanyaan di bawah ini disesuaikan pada jawaban no 14)
16. Menurut anda apakah pembicara pada episode kadaharan tradisional Sunda yaitu
H dodo, Ibu Tuti Dadang (juru masak) dan Ano Karsono (tardisi) mampu
menguasai materi yang disajikan secara keseluruhan dengan baik ?
a. mampu b. kurang mampu c. tidak mampu
17. Menurut anda apakah pembicara pada episode buku senja di langit majapahit
yaitu Dyah pitaloka (pengarang novel) dan Hermawan aksan (sastrawan) mampu
menguasai materi yang disajikan secara keseluruhan dengan baik ?
a. mampu b. kurang mampu c. tidak mampu
18. Menurut anda apakah pembicara pada episode lahirnya Koran Sunda oleh Bpk Uu
Rukmana (pim – umum koran sunda) dan Bpk Chaedar Alwasiah (dosen UPI)
mampu menguasai materi yang disajikan secara keseluruhan dengan baik ?
a. mampu b. kurang mampu c. tidak mampu
19. Menurut anda apakah pembicara pada episode kamekaran jaipongan di tatar sunda
yaitu Bpk Gugum Gumbira, Elly Somali dan Yeti M (penari) mampu menguasai
materi yang disajikan secara keseluruhan dengan baik ?
a. mampu b. kurang mampu c. tidak mampu
20. Menurut anda bagaimana penampilan pembicara yang dihadirkan program acara
talk show “Golempang” di bandung TV ?
a. sesuai b. kurang sesuai c. tidak sesuai
21. Menurut anda bagaimana kejelasan argumentasi yang dikemukakan pembicara
dalam program acara talk show “Golempang” di Bandung TV?
a. jelas b. kurang jelas c. tidak jelas
22. Apakah pembicara program acara talk show “Golempang” dalam menyampaikan
materi sesuai dengan topik yang sedang dibahas?
a. sesuai b. kurang sesuai c. tidak sesuai
23. Apakah sikap pembicara program acara talk show “Golempang” dalam
menyampaikan pesan mampu bersifat terbuka dalam menerima pendapat orang
lain (dinamis) ?
a. mampu b. kurang mampu c. tidak mampu
Daya Tarik Materi Acara
24. Menurut anda Apakah “tune animasi” (musik dan gambar pembuka) pada
Openning (pembuka acara) program acara talk show “Golempang“ di Bandung
TV menarik untuk disimak sehingga menarik perhatian anda?
a. menarik b. kurang menarik c. tidak menarik
25. Apakah pembawa acara (presenter) program acara “Golempang” ahli dalam
melakukan wawancara ?
a. ahli, dalam menciptakan suasana interaktif
b. kurang ahli dalam menciptakan suasana interaktif
c. tidak ahli dalam menciptakn suasana interaktif
26. Menurut anda bagaimana pengetahuan presenter dalam menguasai materi acara
wawancara pada program acara talk show “Golempang” di Bandung TV ?
a. menguasai b. kurang menguasai c. tidak menguasai
27. Menurut anda bagaimana kemampuan presenter dalam menggali informasi dari
narasumber (pembicara) melalui pertanyaan yang diajukan dalam wawancara ?
a. mampu b. kurang mampu c. tidak mampu
28 Menurut anda bagaiamana penataan studio (setting studio) pada program acara
talk show “Golempang di Bandung TV ?
a. menarik b. kurang menarik c. tidak menarik
29. Bagaimana menurut anda mengenai sudut pengambilan gambar yang ditampilkan
pada program acara talk show “Golempang” di Bandung TV?
a. akurat b. kurang akurat c. tidak akurat
30. Apakah penggunaan bahasa sunda pada program acara “Golempang” di Bandung
TV dapat anda mengerti?
a. mengerti b. kurang mengerti c. tidak mengerti
31. Apakah anda puas akan Clossing (penutup acara) berupa uraian – uraian solusi
tentang masalah (topik) yang dibahas pembicara program acara talk show
“Golempang” di Bandung TV?
a. puas b. kurang puas c. tidak puas
32. Bisa anda kemukakan saran atau pendapat anda yang menyangkut semua tentang
penanyangan program acara talk show “ Golempang “ di Bandung TV ?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Coding Book
No
Pertanyaan
Keterangan Arti kode Kode Bobot
Nilai
1 - 2
3
4
5
Nomor responden
Jenis kelamin
Informasi program acara
“Golempang”
Frekuensi menonton program
acara “Golempang”
--
a. Pria
b. Wanita
a. Bandung TV
(Iklan
Bandung TV
b. Iklan media
cetak
c. Teman
d. Lainnya,
sebutkan…
a. 6-7 kali
dalam
sebulan
b. 4-5 kali
dalam
sebulan
c. 2-3 kali
dalam
sebulan
d. Tidak tentu
e. Tidak pernah
menonton
--
1
2
1
2
3
4
1
2
3
4
5
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
6
7
8
9
Menonton salah satu topik
program acara talk show
“Golempang” dalam 4 episode
pada bulan maret 2006 di
Bandung TV
Topik mana yang paling
menarik
Usia Penonton
Agama
a. Ya
b. Tidak
a. Kadaharan
tradisional
sunda
b. Buku senja di
langit
majapahit
c. Lahirnya
Koran sunda
d. Kamekaran
tari jaipongan
di tatar sunda
a. 15- 20 tahun
b. 21- 25 tahun
c. 26-30 tahun
d. 31-35 tahun
e. 36 tahun
keatas
a. Islam
b. Kristen
Protestan
c. Hindu
d. Budha
1
2
1
2
3
4
1
2
3
4
5
1
2
3
4
--
--
--
--
--
--
5
4
3
2
1
5
4
3
2
10
11
12
13
14
Status penonton
Pendidikan formal terakhir
Suku bangsa
Pemenuhan kebutuhan informasi
tentang seni dan budaya sunda
Pemenuhan kebutuhan akan
hiburan tentang seni dan budaya
sunda
e. Kristen
katolik
a. Menikah
b. Tidak
menikah
a. Diploma 3
b. Strata 1
c. Strata 2
d. Strata 3
e. Lainnya,
sebutkan…
a. Sunda
b. Jawa
c. Minang
d. Batak
e. Lainnya,
sebutkan…
a. Memenuhi
b. Kurang
memenuhi
c. Tidak
memenuhi
a. Memenuhi
b. Kurang
memenuhi
c. Tidak
5
1
2
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
1
2
3
1
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
3
2
1
3
2
1
15
16
17
18
19
Topik program acara talk show
“Golempang” menarik untuk
disimak dan diikuti
Topik program acara talk show
sesuia dengan kebutuhan
masyarakat
Topik program acara bermanfaat
bagi penonton
Kemampuan pembicara dalam
menguasai materi pada episode
kadaharan tradisional sunda
Kemampuan pembicara dalam
menguasai materi pada episode
buku senja di langit majapahit
memenuhi
a. Menarik
b. Kurang
menarik
c. Tidak
menarik
a. Sesuai
b. Kurang
sesuai
c. Tidak sesuai
a. Bermanfaat
b. Kurang
bermanfaat
c. Tidak
bermanfaat
a. Mampu
b. Kurang
mampu
c. Tidak
mampu
a. Mampu
b. Kurang
mampu
c. Tidak
mampu
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
20
21
22
23
24
25
Kemampuan pembicara dalam
menguasai materi pada episode
lahirnya Koran sunda
Kemampuan pembicara dalam
menguasai materi pada
kamekaran tari jaipongan di
tatar sunda
Karakter pembicara yang
ditampilkan dalam program
acara talk show “Golempang” di
Bandung TV
Kejelasan argumentasi yang
dikemukakan pembicara dalam
program acara talk show
“Golempang” di Bandung TV
Kesesuaian pembicara dalam
menyampaikan materi sesuai
dengan topik yang sedang
dibahas
Kemampuan pembicara bersifat
terbuka (dinamis) dalam
menerima pendapat orang lain
a. Mampu
b. Kurang
mampu
c. Tidak
mampu
a. Mampu
b. Kurang
mampu
c. Tidak
mampu
a. Sesuai
b. Kurang
sesuai
c. Tidak sesuai
a. Jelas
b. Kurang jelas
c. Tidak jelas
a. Sesuai
b. Kurang
sesuai
c. Tidak sesuai
a. Mampu
b. Kurang
mampu
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
26
27
28
Tune Animasi (musik dan
gambar pembuka)
Keahlian presenter dalam
melakukan wawancara
Pengetahuan presenter dalam
menguasai materi acara
c. Tidak
mampu
a. Menarik
b. Kurang
menarik
c. Tidak
menarik
a. ahli, dalam
menciptakan
suasana
interaktif
b. kurang ahli,
dalam
menciptakan
suasana
interaktif
c. tidak ahli
dalam
menciptakan
suasana
interaktif
a. Menguasai
b. Kurang
Menguasai
c. Tidak
menguuasai
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
29
30
31
32
Kemampuan presenter dalam
menggali informasi dari
narasumber (pembicara) melalui
pertanyaan yang diajukan dalam
wawancara
Penataan studio (setting studio)
Sudut pengambilan gambar yang
ditampilkan
Penggunaan bahasa sunda
Kepuasaan penonton akan
(Clossing) penutup acara berupa
uraian – uraian solusi tentang
masalah (topik) yang dibahas
a. Mampu
b. Kurang
mampu
c. Tidak
mampu
a. Akurat
b. Kurang
akurat
c. Tidak akurat
a. Mengerti
b. Kurang
mengerti
c. Tidak
mengerti
a. Mengerti
b. Kurang
mengerti
c. Tidak
mengerti
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
CO
DIN
G S
HE
ET
PEN
DA
PAT
PEN
ON
TON
N
O R
ES
DA
TA R
ES
LIN
GK
UN
GA
N
SOSI
AL
DEM
OG
RA
FI
KEB
UTU
HA
N
PEN
ON
TON
TO
PIK
AC
AR
A
DA
YA T
AR
IK P
EMB
ICA
RA
D
AYA
TA
RIK
MA
TER
I AC
AR
A
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
0
1 1
1 4
2 1
5 4
3 5
2 2
2 3
3 3
0 0
3 0
2 2
3 3
2 2
2 2
2 2
3 2
0 2
1 1
4 3
2 5
2 4
5 3
3 3
3 3
3 0
0 3
0 3
2 3
3 3
3 3
3 3
2 2
3 0
3 1
1 4
3 2
5 1
5 5
3 2
2 3
3 3
0 0
3 0
2 3
3 2
3 2
3 3
2 2
3 3
0 4
1 1
4 4
1 5
1 4
5 3
2 3
3 2
3 0
0 0
3 3
3 2
2 2
3 3
3 2
2 3
2 0
5 1
3 4
1 2
5 5
4 5
1 1
2 3
3 3
3 0
0 0
2 2
3 2
2 2
3 2
2 3
3 3
0 6
1 1
4 1
1 5
1 3
5 2
2 2
3 2
3 3
0 0
0 2
3 2
2 2
3 3
3 2
2 3
3 0
7 1
1 4
1 1
5 1
4 5
2 1
2 2
2 2
3 0
0 0
2 2
2 2
1 3
2 2
1 1
3 2
0 8
1 1
4 1
1 5
1 3
5 2
2 2
3 2
3 0
0 0
3 2
2 2
2 2
2 3
2 2
2 3
2 0
9 1
1 4
1 1
5 1
4 5
2 2
3 3
3 3
3 0
0 0
3 2
2 2
2 3
3 3
2 2
3 3
1 0
1 1
4 4
1 5
1 4
4 2
3 3
3 2
3 0
0 0
3 3
3 2
3 2
3 2
2 2
2 2
2 1
1 1
1 4
1 1
5 1
3 5
2 2
3 3
3 3
2 0
0 0
3 2
3 3
3 2
3 3
3 3
3 2
1 2
1 3
4 4
1 5
1 3
5 2
3 2
3 3
3 0
0 0
3 3
2 2
3 2
3 2
2 3
3 3
3 1
3 1
1 4
1 1
5 1
3 5
1 1
2 3
3 3
2 0
0 0
2 2
2 2
3 2
2 2
3 2
3 2
1 4
1 1
2 1
1 5
1 5
5 3
2 3
3 3
3 2
0 0
0 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
3 1
5 1
3 4
1 1
5 1
3 5
3 3
3 3
2 3
0 0
0 0
2 2
2 3
3 3
3 3
3 2
3 3
1 6
1 1
3 1
1 5
1 3
5 2
2 2
2 2
3 2
0 0
0 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 3
2 1
7 1
1 4
3 2
5 1
3 4
3 2
3 3
2 3
0 0
2 0
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
3 2
1 8
1 1
4 1
2 5
1 3
5 3
3 3
3 3
3 0
0 0
3 3
3 3
3 2
3 3
3 2
2 3
2 1
9 2
1 4
1 2
5 1
4 5
3 3
2 3
2 3
3 0
0 0
3 2
3 3
3 3
3 3
3 3
2 3
2 0
1 1
4 2
2 1
4 5
2 2
2 2
3 3
3 0
3 0
0 2
2 3
3 3
2 3
3 2
2 3
3 2
1 1
1 3
4 1
5 1
3 5
3 3
3 3
3 3
0 0
0 3
3 2
2 3
2 3
3 3
2 2
3 3
2 2
1 1
3 4
1 5
1 5
5 3
3 2
3 3
3 0
0 0
3 3
3 3
3 2
3 3
3 2
2 3
3 2
3 1
1 2
4 1
5 1
4 5
2 1
3 3
3 3
0 0
0 3
3 2
3 2
3 2
2 2
2 2
3 3
2 4
1 1
4 4
2 5
1 4
5 2
2 2
3 2
3 0
0 0
3 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
5 1
1 4
3 1
5 1
3 5
2 2
2 2
2 3
0 0
3 0
3 2
3 3
3 2
2 2
2 2
3 2
2 6
1 1
4 4
2 5
1 4
5 3
3 2
3 2
3 0
0 0
2 3
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
7 1
1 2
3 2
5 2
4 5
3 2
2 2
3 3
0 0
2 0
2 2
2 2
2 2
2 2
1 1
2 3
2 8
1 3
5 4
1 5
1 5
5 2
2 2
2 2
3 0
0 0
3 2
2 2
3 2
2 2
2 2
2 3
2 2
9 2
1 4
4 1
5 1
3 5
3 3
3 3
3 3
3 0
0 0
3 3
3 3
2 3
3 3
2 2
3 2
3 0
2 1
4 3
2 5
1 3
4 2
3 2
3 2
3 3
0 0
0 2
2 3
2 2
2 2
3 2
2 2
3 3
1 2
1 4
4 1
5 1
4 5
2 2
3 3
2 3
0 0
0 3
2 2
3 3
3 2
3 2
3 2
2 2
3 2
2 1
4 1
1 5
1 4
5 3
3 3
3 2
3 2
0 0
0 2
2 2
3 2
2 3
3 3
2 3
2 3
3 2
1 4
1 1
5 1
3 5
3 2
3 2
3 3
2 0
0 0
3 2
2 2
2 2
2 2
2 2
3 2
CO
DIN
G S
HE
ET
(LA
NJU
TA
N) PE
ND
APA
T PE
NO
NTO
N
NO
RES
D
ATA
RES
LI
NG
KU
NG
AN
SO
SIA
L D
EMO
GR
AFI
K
EBU
TUH
AN
PE
NO
NTO
N
TOPI
K A
CA
RA
D
AYA
TA
RIK
PEM
BIC
AR
A
DA
YA T
AR
IK M
ATE
RI A
CA
RA
3 4
2 1
4 4
1 5
1 4
5 2
2 2
2 3
3 0
0 0
3 3
3 3
3 2
2 3
3 2
2 3
2 3
5 2
3 4
4 1
5 1
3 5
3 3
2 3
3 3
0 0
0 3
2 3
2 2
2 2
2 3
3 2
2 3
3 6
1 1
4 3
1 5
1 4
5 2
2 2
3 2
3 0
0 3
0 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 3
7 2
1 4
4 1
5 1
4 5
2 2
2 3
3 3
0 0
0 3
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
3 8
2 1
4 1
1 5
1 4
5 3
2 3
2 2
3 3
0 0
0 3
3 3
3 2
3 2
3 2
2 3
3 3
9 2
1 4
1 1
5 1
4 5
2 2
2 3
2 3
3 0
0 0
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
4 0
1 3
4 4
2 5
2 3
5 3
2 2
3 3
3 0
0 0
3 3
2 3
3 2
2 2
3 2
2 3
2 4
1 1
1 4
4 1
5 1
3 5
2 2
2 2
2 2
0 0
0 3
2 2
2 3
1 2
2 2
2 2
2 2
4 2
2 1
3 3
2 5
1 3
5 2
2 2
2 2
2 0
0 3
0 2
2 2
2 2
3 3
3 2
2 3
3 4
3 1
1 3
4 3
5 1
4 5
3 3
3 3
2 3
0 0
0 3
2 2
2 3
3 2
2 3
3 2
3 2
4 4
2 1
3 1
2 5
1 4
5 2
2 3
3 3
3 2
0 0
0 2
3 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 4
5 1
1 3
1 1
5 1
3 5
2 2
2 3
3 3
2 0
0 0
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
4 6
1 1
4 1
1 5
1 4
5 2
2 2
2 3
3 0
3 0
0 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 3
2 4
7 2
1 4
1 1
5 1
3 5
2 2
2 2
2 2
3 0
0 0
2 2
2 3
2 2
2 2
2 3
3 2
4 8
1 1
4 2
1 5
1 4
5 3
2 3
2 3
3 0
0 3
0 2
3 3
2 3
2 2
2 2
2 3
2 4
9 1
1 4
2 3
5 2
4 5
2 2
2 3
3 3
0 3
0 0
2 2
3 3
3 2
3 3
2 2
3 3
5 0
1 1
3 4
1 5
1 3
5 3
3 3
3 3
3 0
0 0
3 3
2 2
3 2
3 3
3 2
2 3
2 5
1 1
1 3
4 1
5 1
5 5
3 3
2 3
3 3
0 0
0 3
3 3
3 3
2 3
3 3
2 2
3 3
5 2
1 1
2 4
1 5
1 4
5 2
2 2
3 2
3 0
0 0
3 3
2 3
2 3
2 2
2 2
2 3
3 5
3 1
1 4
4 2
5 1
4 5
2 2
2 3
2 3
0 0
0 3
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
5 4
1 1
4 3
1 5
1 3
5 2
2 2
2 2
3 0
0 3
3 2
2 2
2 3
2 2
2 2
2 3
2 5
5 1
1 4
4 2
5 1
4 5
3 3
2 3
2 3
0 0
0 3
3 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
5 6
1 1
2 3
2 5
2 4
5 3
2 2
2 3
3 0
0 2
0 2
2 2
2 2
1 2
2 1
1 2
3 5
7 1
3 5
4 1
5 1
5 5
2 2
2 2
2 3
0 0
0 3
2 2
2 3
2 2
2 2
2 2
3 2
5 8
2 1
4 4
1 5
1 4
5 3
3 3
3 3
3 3
0 0
0 3
3 3
3 2
3 3
3 2
2 3
2 5
9 2
1 4
4 1
5 1
4 5
2 2
3 3
2 3
0 0
0 3
2 2
3 3
3 2
3 2
3 2
2 2
6 0
2 1
4 3
1 5
1 4
5 3
3 3
3 2
3 2
0 0
0 2
2 2
3 2
2 3
3 3
2 3
2
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mahesa Herlambang Nalan
Tempat/tgl Lahir : Bandung, 27 Oktober 1983
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Parakan Asih no 7. Soekarno Hatta Bandung
40266
Telepon : Hp. 0818202519 / 70659767
E-Mail : [email protected]
Pendidkan Formal
2001 – Sekarang : Universitas Islam Bandung (UNISBA)
Fakultas Ilmu Komunikasi
Hubungan Masyarakat
1999 – 2001 : SMA Pasundan 1 Bandung
1996 – 1999 : SMP Negeri 34 Bandung
1990 – 1996 : SDN Cijagra 1 Bandung
1989 – 1990 : TK Pertiwi Bandung