Upload
lamkien
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa dampak positif maupun
negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan
produktif. Disisi lain, besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah
penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan
pendapatan/penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan lingkungan
yang tidak ramah terhadap penduduk lansia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Komposisi penduduk tua
bertambah dengan pesat baik di negara maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan
oleh penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka
harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan. Proses
terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi,
sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
semakin baik. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan seper tampak
pada gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa baik secara global, Asia dan
Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena
jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7 persen.
GAMBAR I.PERKEMBANGAN PENDUDUK LANSIA DI DUNIA
SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017
Sumber : United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2017).
World Population Prospects: The 2017 Revision, custom data acquired via website.
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk
lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta),
tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta).
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa dampak positif maupun
negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan
produktif. Disisi lain, besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah
penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan
pendapatan/penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan lingkungan
yang tidak ramah terhadap penduduk lansia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Komposisi penduduk tua
bertambah dengan pesat baik di negara maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan
oleh penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka
harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan. Proses
terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi,
sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
semakin baik. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan seper tampak
pada gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa baik secara global, Asia dan
Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena
jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7 persen.
GAMBAR I.PERKEMBANGAN PENDUDUK DI DUNIA
SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017
Berdasarkan data proyeksi penduduk,
diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta
jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%).
Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun
2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta),
tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035
(48,19 juta).
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika
mempunyai populasi lansia di atas tujuh
persen (Soeweno). Gambar di bawah
memperlihatkan persentase lansia di
Indonesia tahun 2017 telah mencapai 9,03%
dari keseluruhan penduduk. Selain itu, terlihat
pula bahwa persentase penduduk 0-4 tahun
lebih rendah dibanding persentase penduduk
5-9 tahun. Sementara persentase penduduk
produkt i f 10-44 tahun terbesar j ika
dibandingkan kelompok umur lainnya.
15-59 th
2030202520102015
12,9%11,1%
9,5%8,1%
2030202520102015
63,6%63,9%64,1%64%
2030202520102015
23,4%25%26,4%
27,9%
60+ th
IND
ON
ESIA
ASI
AD
UN
IA
0-14 th
2030202520102015
17,1%15%
13,1%11,6%
2030202520102015
61,8%62,7%63,4%63,8%
2030202520102015
21,1%22,4%23,5%24,6%
60+ th
15-59 th
0-14 th
2030202520102015
16,4%14,9%
13,5%12,3%
2030202520102015
59,9%60,4%61%61,6%
2030202520102015
23,7%24,6%25,5%26,1%
60+ th
15-59 th
0-14 th
Sumber: UN, Departement of Economic and Social Affairs, Population Division (2017).World Population Prospects, the 2017 Revision, custom data acquired via website.
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh persen
(Soeweno). Gambar di bawah memperlihatkan persentase lansia di Indonesia tahun 2017 telah
mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk. Selain itu, terlihat pula bahwa persentase penduduk
0-4 tahun lebih rendah dibanding persentase penduduk 5-9 tahun. Sementara persentase
penduduk produktif 10-44 tahun terbesar jika dibandingkan kelompok umur lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua (ageing
population).
GAMBAR II.STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2017
Sumber : Pusat Data dan Informasi
Dari gambar di bawah menunjukkan bahwa belum seluruh provinsi Indonesia berstruktur tua. Ada
19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Dari gambar di
bawah dapat dilihaat tiga provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta
(13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi dengan
persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%).
GAMBAR III.PRESENTASE PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017
Sumber : Pusat Data dan Informasi, 2015
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua
(ageing population).
GAMBAR II.STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2017
Sumber : Pusat Data dan Informasi
Dari gambar di bawah menunjukkan bahwa belum seluruh provinsi Indonesia berstruktur tua. Ada
19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Dari gambar di
bawah dapat dilihaat tiga provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta
(13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi dengan
persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%).
GAMBAR III.PRESENTASE PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017
Sumber : Pusat Data dan Informasi, 2015
tahun5-9
9,11
0-4 tahun
100%
tahun tahun tahun10-44 45-59 60+
9,06 56,18 16,62 9,03
Angka harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini terlihat dengan
keberadaan penduduk lansia perempuan yang lebih banyak dari pada lansia laki-laki seperti
tampak pada gambar di bawah ini.
Angka beban ketergantungan mencerminkan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh
penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lansia dengan asumsi bahwa penduduk lansia
tersebut secara ekonomi bukanlah lansia yang produktif. Rasio ketergantungan penduduk lansia
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 13,28 artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif harus menanggung sekitar 14 orang penduduk lansia. Perkembangan rasio
ketergantungan penduduk lansia dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 tidak ada
perubahan yang signikan seperti tampak pada gambar di bawah ini.
GAMBAR IV.PRESENTASE PENDUDUK LANSIA MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2017
Sumber : Pusat Data dan Informasi
GAMBAR V.RASIO KETERGANTUNGAN PENDUDUK LANSIA TAHUN 2012-2015
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
Keberadaan anggota rumah tangga lain utamanya pasangan hidup lansia sangat berarti untuk
menemani dan menghabiskan sisa perjalanan hidup. Pada tahun 2015 separuh lebih penduduk
lansia masih memiliki pasangan hidup, yaitu sebesar 59,78% penduduk lansia masih berstatus cerai
mati. Hanya sedikit penduduk lansia yang cerai hidup dan belum kawin (dibawah 5%).
+
8,54%
9,53%
9,03%
Angka harapan hidup perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki, hal ini terlihat dengan
keberadaan penduduk lansia perempuan yang
lebih banyak dari pada lansia laki-laki seperti
tampak pada gambar di samping.
GAMBAR VI.PRESENTASE PENDUDUK LANSIA MENURUT STATUS PERKAWINAN DI INDONESIA TAHUN 2015
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
Peran penduduk lansia dalam rumah tangga pada dasarnya adalah sebagai agen transfer
pengetahuan kepada generasi berikutnya dan seyogyanya peran tersebut tidak membebani para
penduduk lansia. Dalam suatu rumah tangga penduduk lansia dapat berperan sebagai kepala
rumah tangga (KRT), istri/pasangan, orang tua KRT atau famili. Dari peran tersebut peran sebagai
KRT adalah yang paling berat sebab KRT adalah orang yang bertanggung jawab atas pemenuhan
kebutuhan sehari-hari di rumah tangga. Kedudukan KRT juga sangat penting dalam menentukan
kelangsungan dan keberadaan rumah tangga. KRT harus bertanggung jawab secara ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumah tangga maupun harus mengatur, memimpin,
serta berperan sebagain mengambil keputusan. Sebagian besar penduduk lansia berperan sebagai
KRT yaitu 61,80% seperti tampak pada gambar di bawah ini.
GAMBAR VII.PRESENTASE PENDUDUK LANSIA MENURUT STATUS KEANGGOTAAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA TAHUN 2015
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
0,68%0,68%
+
Belum Kawin
KawinCerai Hidup
CeraiMati
1,14%1,14%
0,92%0,92%
82,78%82,78%
39,25%
59,78%59,78%
1,44%1,44%
3,22%3,22%
2,38%2,38%
15,10%15,10%
56,39%56,39%
36,92%36,92%
STATUS PERKAWINAN
2015
2,05 2,85 1,16
17,0525,59
7,48
19,1
35,8
0,38
61,8
35,76
90,99
Kepala Rumah Tangga Istri/Suami Mertua/Orang Tua Lainnya
+
Pola komposisi perkawinan yang
berkebalikan antara penduduk lansia
laki-laki dan penduduk lansia
perempuan, yaitu pada status kawin
dan bercerai. Persentase lansia laki-
laki kawin lebih tinggi daripada
persentase perempuan kawin, yaitu
82,78% disbanding 39,25%. Untuk
kelompok cerai mati, persentasi laki-
laki yang berstatus cerai mati lebih
r endah da r i pada pe r s en t a s e
perempuan yang cerai mati, yaitu
berturut turut 15,10% disbanding
56,39%, hal ini mengindikasikan
bahwa penduduk lansia perempuan
cenderung dapat hidup mandiri
dibanding penduduk lansia laki-laki.
Salah satu kelompok masyarakat yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan adalah
penduduk lanjut usia. Penduduk lanjut usia secara biologis akan mengalami proses penuaan secara
terus menerus, dengan ditandai menurunnya daya tahan sik sehingga rentan terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Jenis dari keluhan kesehatan dapat mencerminkan kondisi lingkungan tempat tinggal penduduk
secara umum. Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami ganguan
kesehatan atau kejiwaan, baik karena gangguan/penyakit yang sering dialami penduduk seperti
panas, pilek, diare, pusing, sakit kepala, maupun karena penyakit akut, penyakit kronis,
kecelakaan, kriminalitas atau keluhan lainnya. Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan
terganggunya aktivitas sehari-hari.
Keluhan kesehatan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, akan menghambat upaya peningkatan
kesejahteraan. Keluhan kesehatan yang mengganggu kegiatan sehari-hari inilah yang disebut
sebagai kondisi sakit akibat daya tahan tubuh yang menurun menyebabkan kondisi tubuh lebih
rentan terhadap penyakit.
Pada tahun 2015 angka kesakitan lansia sebesar 28,62%, artinya bahwa dari setiap 100 orang
lansia terdapat sekitar 28 orang diantaranya mengalami sakit. Bila dilihat berdasarkan tipe daerah,
derajat kesehatan lansia yang tinggal di perkotaan cenderung lebih baik daripada lansia yang
tinggal di perdesaan seperti tampak pada gambar di bawah ini.
GAMBAR VIII.ANGKA KESAKITAN LANSIA MENURUT TIPE DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2013-2015
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
Waktu yang diperlukan seseorang dalam rangka proses penyembuhan dari sakitnya bervariasi.
Tingkat keparahan penyakit dan daya tahan tubuh seseorang mempengaruhi lamanya menderita
sakit. Semakin lama seseorang menderita sakit menunjukkan bahwa sakit yang dideritanya cukup
parah, begitu pula sebaliknya.
26,89%26,89%2015
23,25%23,25%2014
23,12%23,12%2013
Perkotaan
30,14%30,14%2015
26,59%26,59%2014
26,24%26,24%2013
Perdesaan
28,62%28,62%2015
25,05%25,05%2014
24,8%24,8%2013
Perkotaan & Perdesaan
Sebagian besar penduduk lansia
penduduk lansia mengalami sakit
tidak lebih dari seminggu, yaitu
lama sakit 1-3 hari sebesar 36,44%
dan 4-7 hari sebesar 35,05%.
Sementara itu, peduduk lansia
yang menderita sakit lebih dari tiga
minggu mas ih cukup besar
(14,5%).
GAMBAR IX.PRESENTASE PENDUDUK LANSIA SAKIT YANG DIRAWAT INAP DI INDONESIA TAHUN 2015
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
Berbagai upaya dilakukan penduduk untuk menjaga kesehatan lansia, baik oleh lansia yang sakit
secara mandiri maupun oleh keluarganya yang masih sehat. Upaya menjaga kesehatan yang dapat
dilakukan di antaranya adalah dengan berobat sendiri, berobat jalan, maupun rawat inap. Masih
banyak lansia yang tidak berobat jalan yaitu sebesar 27,84%. Sebagian besar yang menjadi alasan
penduduk lansia tidak mau berobat jalan adalah dengan mengobati sendiri sebesar 54,06%.
GAMBAR X.PRESENTASE LANSIA SAKIT YANG TIDAK BEROBAT JALAN DAN ALASANNYA TAHUN 2015
+
1-3 4-7 8-14 15-21 22+
35,2
237
,57
36,4
4
35,4
634
,68
35,0
5
9 9,33
9,18
5,01
4,67
4,83
15,3
213
,76
14,5
99,0557,11
26,067,78
19,22
51,99
20,97
7,81
51,12
54,06
23,027,8
25,59% 29,6%
PERKOTAAN PERDESAAN PERKOTAAN & PERDESAAN
27,84%
Lainnya
Merasa tidak perlu
Mengobati sendiri
Tidak ada biaya
Alasan :
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
Berobat jalan dapat dilakukan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern
atau tradisonal tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan.
Dari gambar di bawah terlihat tiga tempat yang paling banyak didatangi oleh penduduk lansia
untuk berobat jalan yaitu praktek dokter/bidan (43,11%), Puskesmas (25,97%) dan Rumah Sakit
Pemerintah (12,72%). Dari gambar di bawah juga tampak pola yang sama antara perkotaan dan
perdesaan dalam hal tempat/fasilitas berobat jalan yang diakses penduduk lansia, seperti tampak
pada tabel di bawah.
TABEL I.PRESENTASE PENDUDUK LANSIA SAKIT YANG BEROBAT JALAN DAN TEMPAT BEROBAT JALANMENURUT TIPE DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2015
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
Persentase penduduk lansia yang pernah di rawat inap dalam setahun terakhir hanya 7,17%. Pada
gambar di bawah terlihat bahwa persentase penduduk lansia di daerah perkotaan yang pernah
di rawat inap lebih tinggi daripada persentase lansia di daerah perdesaan.
Tipe Daerah
Lansia
Berobat
Jalan
RS
Pemer intahRS Swasta
Praktek
dokter/
Bidan
Klinik/
Praktek
Dokter
Bersama
Puskesmas/
PustuUKBM
Praktek
BatraLainnya
Perkotaan 74,41 17,55 11,24 36,44 13,22 23,72 1,65 2,97 1,66
Perdesaan 70,40 8,72 4,68 48,63 7,66 27,83 3,93 3,39 2,63
Perkotaan dan
Perdesaan72,16 12,72 7,65 43,11 10,17 25,97 2,90 3,20 2,19
Masa tua jika tidak dijaga dengan baik dapat mengakibatkan ancaman nyawa, sehingga segala
upaya memang harus dirubah, salah satunya dengan perilaku hidup sehat (PHBS), yang
merupakan program pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama
lansia adalah perilaku merokok. Persentase penduduk lansia yang merokok pada tahun 2015
masih cukup tinggi yaitu sebesar 26,04. Bila menurut tipe daerah, persentase merokok di daerah
perdesaan (29,11%) lebih tinggi disbanding perkotaan (22,54%). Sedangkan menurut jenis
kelamin, persentase penduduk lansia laki-laki yang merokok jauh lebih besar (52,47%) dari pada
lansia perempuan (2,47%).
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
GAMBAR XI.ANGKA KESAKITAN LANSIA MENURUT TIPE DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2013-2015
Puskesmas Santun Lansia merupakan puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan lengkap
kepada penduduk lansia yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Tujuan
program Puskesmas Santun Lansia adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan penduduk lanjut usia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat. Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Santun Lansia sebanyak 824 Puskesmas.
GAMBAR XII.PRESENTASE PENDUDUK LANSIA YANG MEROKOK DALAM SEBULAN TERAKHIR MENURUT TIPE DAERAH DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2015
Sumber : Badan Pusat Statitik, SUSENAS 2015
GAMBAR XIII.JUMLAH PUSKESMAS SANTUN LANSIA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2015
Sumber : Kementerian Kesehatan Tahun 2015
LANSIAINFOGRAFIS
0,68%0,68%
+
Belum Kawin
KawinCerai Hidup
CeraiMati
1,14%1,14%
0,92%0,92%
82,78%82,78%
39,25%
59,78%59,78%
1,44%1,44%
3,22%3,22%
2,38%2,38%
15,10%15,10%
56,39%56,39%
36,92%36,92%
STATUS PERKAWINAN
2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, SUSENAS 2015
PROPORSI PENDUDUK LANSIA INDONESIA
15-59 th
2030202520102015
12,9%11,1%
9,5%8,1%
2030202520102015
63,6%63,9%64,1%64%
2030202520102015
23,4%25%26,4%
27,9%
60+ th
IND
ON
ESIA
ASI
AD
UN
IA
0-14 th
2030202520102015
17,1%15%
13,1%11,6%
2030202520102015
61,8%62,7%63,4%63,8%
2030202520102015
21,1%22,4%23,5%24,6%
60+ th
15-59 th
0-14 th
2030202520102015
16,4%14,9%
13,5%12,3%
2030202520102015
59,9%60,4%61%61,6%
2030202520102015
23,7%24,6%25,5%26,1%
60+ th
15-59 th
0-14 th
Sumber: UN, Departement of Economic and Social Affairs, Population Division (2017).World Population Prospects, the 2017 Revision, custom data acquired via website.
tahun5-9
9,11
0-4 tahun
100%
tahun tahun tahun10-44 45-59 60+
9,06 56,18 16,62 9,03
6,6013,81
12,59
12,25
10,71
10,42
5,58
5,26
4,35
4,33
3,20
Kalteng
Riau
Kep. Riau
Papbar
Papua
DIY
Jateng
Jatim
Bali
Sulut
TERBANYAK (%)
TERKECIL (%)
13,81
12,59 12,25
10,71
10,42
3,20
4,33
4,35
5,58
Sumber: Pusat Data dan Informasi
PENDUDUK LANSIA INDONESIA 2017 (%)
STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDOONESIA 2017 (%)
+
8,54%
9,53%
9,03%
PENDUDUK LANSIA INDONESIA 2017
Sumber: Pusat Data dan Informasi
2,05 2,85 1,16
17,0525,59
7,48
19,1
35,8
0,38
61,8
35,76
90,99
Kepala Rumah Tangga Istri/Suami Mertua/Orang Tua Lainnya
Sumber: Badan Pusat Statistik, SUSENAS 2015
ANGKA KESAKITAN LANSIA INDONESIA
26,89%26,89%2015
23,25%23,25%2014
23,12%23,12%2013
Perkotaan
30,14%30,14%2015
26,59%26,59%2014
26,24%26,24%2013
Perdesaan
28,62%28,62%2015
25,05%25,05%2014
24,8%24,8%2013
Perkotaan & Perdesaan
STATUS KEANGGOTAAN LANSIADALAM RUMAH TANGGA TAHUN 2015 (%)
+
74,41% 70,4%
PERKOTAAN PERDESAAN PERKOTAAN &PERDESAAN
72,16%
3,933,392,63
12,72
7,65
43,11
10,17
25,97
2,93,22,19
17,55
11,24
36,44
13,22
23,72
1,652,9721,6
8,724,68
48,63
7,66
27,83
99,0557,11
26,067,78
19,22
51,99
20,97
7,81
51,12
54,06
23,027,8
25,59% 29,6%
PERKOTAAN PERDESAAN PERKOTAAN & PERDESAAN
27,84%
Lainnya
Merasa tidak perlu
Mengobati sendiri
Tidak ada biaya
Alasan :
LANSIA SAKIT BEROBAT JALAN TAHUN 2015 (%)
Pusat Data dan Informasi, 2017
PERBANDINGAN JML PKM SANTUN LANSIA DAN PERSEN JML LANSIA
Tempat Berobat Jalan:
Puskesmas/Pustu
UKBM
Praktek Batra
Lainnya
RS Pemerintah
RS Swasta
Praktek Dokter/Bidan
Klinik/Praktek Dokter
LANSIA SAKIT YANG PERNAH RAWAT INAP TAHUN 2015 (%)
158
PUSKESMAS SANTUN LANSIA
131
100
96
73
47
32
29
26
20
19
16
13
158
12
10
8
7
7
6
6
5
2
8,1
11,5
13,4
6,8
11,8
5,3
6,5
7,7
6,5
6,3
4,0
10,3
7,3
7,5
8,8
6,5
5,3
4,8
9,7
5,2
6,6
6,8
4,0
8,8
7,8
7,1
7,0
6,8
6,5
6,3
6,3
5,5
5,2
2,8
JabarJatimDIY
Sumut
BantenJambiNTB
Bengkulu
AcehKep.Riau
BaliSulteng
NTTSulsel
DKI JktKaltara
RiauSulut
kaltimMaluku
Papbar
SumbarLampung
GorontaloSumselKalbarKalselSultraSulbarMalut
KaltengPapua
1
Jateng
Kep. Babel
JUMLAH LANSIA (%)2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, SUSENAS 2015
LANSIA TIDAK BEROBAT JALAN
LANSIA RAWAT INAP SETAHUN TERAKHIR
TAHUN 2015
LAMANYA LANSIA SAKITTAHUN 2015
1-3
+
4-7 8-14 15-21 22+
35,2
237
,57
36,4
4
35,4
634
,68
35,0
5
9 9,33
9,18
5,01
4,67
4,83
15,3
213
,76
14,5