15
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.Si PERPAJAKAN MATA KULIAH PERPAJAKAN PENGANTAR PERPAJAKAN MODUL 1 PENYUSUN Nurlis, SE,AK,MSI

perpajakan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi

Citation preview

Page 1: perpajakan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

MATA KULIAH PERPAJAKAN

PENGANTAR PERPAJAKAN

MODUL 1

PENYUSUN

Nurlis, SE,AK,MSI

Program Kelas KaryawanFakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana

Jakarta

Page 2: perpajakan

Pengantar Perpajakan

1. Pengertian Pajak

2. Fungsi Pajak

3. Hambatan pemungutan pajak

4. Syarat pemungutan pajak

5. Tarif pajak

6. Kududukan hukum

7. Material dan hukum formil

8. Pengelompokan pajak

9. Timbul dan berakhirnya hutang pajak

10. Tata cara pemungutan pajak

PENGERTIAN PAJAK

Pengertian Pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang uudang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (kontra

prestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

Dengan demikian pengertian pajak mempunyai unsur-unsur :

1. Iuran dari rakyat kepada Negara

2. Berdasarkan undang undang

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 mengenai Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah terakhir dengan

UU nomor 28 tahun 2007 (yang mulai berlaku sejak 01 Januari 2008) :

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 3: perpajakan

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

FUNGSI PAJAK

Fungsi Pajak ada dua, yaitu :

1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagi sumber dana dari pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya

2. Fungsi mengatur

Sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah

dalam bidang social dan ekonomi

Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras

Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif

Tarif pajak export sebesar 0% untuk mendorong export produk

Indonesia di pasaran dunia.

HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK

Hambatan pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi :

1. Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang anatar lain disebabkan

oleh :

Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

Sistim perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat

Sistim control tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 4: perpajakan

2. Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung

ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya

antara lain :

Tax avoidance, usaha meringankan pajak dengan tidak melanggar

unadang undang

Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar

undang undang (menggelapkan pajak)

SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

Untuk menghindari timbulnya hambatan dan perlawanan, maka pemungutan pajak

harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil :

Pengenaan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing

Memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan,

penundaan pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis

pertimbangan pajak

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang undang (syarat yuridis)

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan

hukum untuk menyatakan keadialan, baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)

Pemungutaan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi dan

perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 5: perpajakan

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga

lebih rendah dari pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi

oleh undang undang perpajakan yang baru :

Contoh :

Bea Materai disederhanakan dari 167 macam menjadi 2 macam tariff

Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tariff, yaitu

10%

Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untk perseorangan

disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan

maupun perseorangan (orang pribadi).

TARIF PAJAK

Ada 4 macam tariff pajak :

1. Tarif sebanding / proporsional

Tarif berupa prosentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai

pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya

nilai yang dikenai pajak.

Contoh :

Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan

Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%

2. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai

pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

Contoh :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 6: perpajakan

Bersarkan uandang undang nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Materai,

Besarnya tariff bea materai untk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal

berapapun adalah Rp 1.000,-

3. Tarif progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenakan

pajak semakin besar.

Contoh : Pasal 17 UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (yang mulai

berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009).

Lapisan penghasilan kena pajak dan tariff pajak bagi wajib pajak oaring pribadi :

s/d Rp 50.000.000 5%

Diatas Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- 15%

Diatas Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- 25%

Diatas Rp 500.000.000,- 30%

4. Tarif degresif

Persentase tariff yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak

semakin besar.

KEDUDUKAN HUKUM

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH., Hukum Pajak mempunyai kedudukan

diantara hukum hukum sebagai berikut :

1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu

lainnya.

2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum

ini dappat dirinci lagi sebagai berikut

Hukum Tata Negara

Hukum Tata Usaha (Hukum Administratif)

Hukum Pajak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 7: perpajakan

Hukum Pidana

HUKUM MATERIIL DAN HUKUM FORMIL

Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak

dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak yaitu :

1. Hukum pajak materiil

Memuat norma norma yang menerangkan antara lain :

keadaaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (obyek pajak),

siapa yang dikenakan pajak (subyek pajak)

berapa besar pajak yang dikenakan (tariff)

segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya hutang pajak, dan

hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak

2. Hukum pajak formil

Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi

kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat

antara lain :

Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan penetapan suatu

hutang pajak

Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap wajib pajak

mengenai keadaaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan hutang

pajak.

Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggaran pembukuan/pencatatan,

dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.

Contoh : UU Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 8: perpajakan

PENGELOMPOKAN PAJAK

1. Menurut Golongannya

Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak

Penghasilan.

Pajak Tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankanatau

dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut sifatnya

Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkalatau berdasarkan pada

subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh Pajak

Penghasilan

Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3. Menurut lembaga pemungutnya

Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN dan PPn BM,

PBB, Bea Materai

Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak dareha teriri atas :

Pajak Propinsi. Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di

Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Pajak Kabupaten /Kota. Contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.

TIMBUL DAN BERAKHIRNYA HUANG PAJAK

Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya hutang pajak :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 9: perpajakan

1. Ajaran Formil

Hutang pajak timbul karena dikeluarkan nya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Ajaran ini diterapkan pada official assessment system.

2. Ajaran Materiil

Hutang pajak timbul karena berlakunya undang undang. Seseorang dikenai pajak

karena suatu keadaandan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment

system.

Hapusnya hutang pajak dapat disebabkan beberapa hal :

1. Pembayaran

2. Konpensasi

3. Daluarsa

4. Pembebasan dan penghapusan

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK

1. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dalat dilakukan berdsarkan 3 stelsel :

a. Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan yang nyata),

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Kebaikan

stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan

kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode

(setelah penghasilan riil diketahui)

b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama

dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 10: perpajakan

ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan. Kebaikan

stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus

menunggu akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang

dibayar tidak berdasarkan pada keadaaan yang sesungguhnya.

c. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel

anggapan. Pada awal tahun , besarnya pajak dihitung berdasarkan

berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak

disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak

menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka

wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya

bias diminta kembali. Mekanisme stelsel campuran ini juga berlaku dalam

penghitungan dan pembayaran PPh Badan di Indonesia.

2. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas domisili (asa tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak

yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan dari dalam negeri

maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas kebangsaaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang

yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di

Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri.

3. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assessment System

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 11: perpajakan

Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untukmenentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak. Ciri cirinya :

Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus

Wajib pajak bersifat pasif

Hutang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.Ciri

cirinya:

Wewenag untuk menentukan besarny apajak terutang ada pada

wajib pajak sendiri

Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

Fiskus tidak ikut mengatur tapi mengawasi.

c. With Holding System

Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri cirinya :

wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga, selain fiskus dan wajib pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, Perjapakan, Andi Yokyakarta, Edisi Revisi 2008

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN

Page 12: perpajakan

_____________, 2007, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28

Tahun 2007.

_____________, 2008, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN