Upload
ilham-doank
View
30
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
materi
Citation preview
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
MATA KULIAH PERPAJAKAN
PENGANTAR PERPAJAKAN
MODUL 1
PENYUSUN
Nurlis, SE,AK,MSI
Program Kelas KaryawanFakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana
Jakarta
Pengantar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
2. Fungsi Pajak
3. Hambatan pemungutan pajak
4. Syarat pemungutan pajak
5. Tarif pajak
6. Kududukan hukum
7. Material dan hukum formil
8. Pengelompokan pajak
9. Timbul dan berakhirnya hutang pajak
10. Tata cara pemungutan pajak
PENGERTIAN PAJAK
Pengertian Pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang uudang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Dengan demikian pengertian pajak mempunyai unsur-unsur :
1. Iuran dari rakyat kepada Negara
2. Berdasarkan undang undang
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 mengenai Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
UU nomor 28 tahun 2007 (yang mulai berlaku sejak 01 Januari 2008) :
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
FUNGSI PAJAK
Fungsi Pajak ada dua, yaitu :
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagi sumber dana dari pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya
2. Fungsi mengatur
Sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang social dan ekonomi
Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras
Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif
Tarif pajak export sebesar 0% untuk mendorong export produk
Indonesia di pasaran dunia.
HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK
Hambatan pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi :
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang anatar lain disebabkan
oleh :
Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
Sistim perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat
Sistim control tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya
antara lain :
Tax avoidance, usaha meringankan pajak dengan tidak melanggar
unadang undang
Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang undang (menggelapkan pajak)
SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK
Untuk menghindari timbulnya hambatan dan perlawanan, maka pemungutan pajak
harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut :
1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang undang dan
pelaksanaan pemungutan harus adil :
Pengenaan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing
Memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan,
penundaan pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis
pertimbangan pajak
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang undang (syarat yuridis)
Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan
hukum untuk menyatakan keadialan, baik bagi negara maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutaan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi dan
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga
lebih rendah dari pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi
oleh undang undang perpajakan yang baru :
Contoh :
Bea Materai disederhanakan dari 167 macam menjadi 2 macam tariff
Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tariff, yaitu
10%
Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan
maupun perseorangan (orang pribadi).
TARIF PAJAK
Ada 4 macam tariff pajak :
1. Tarif sebanding / proporsional
Tarif berupa prosentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya
nilai yang dikenai pajak.
Contoh :
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
Bersarkan uandang undang nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Materai,
Besarnya tariff bea materai untk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal
berapapun adalah Rp 1.000,-
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenakan
pajak semakin besar.
Contoh : Pasal 17 UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (yang mulai
berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009).
Lapisan penghasilan kena pajak dan tariff pajak bagi wajib pajak oaring pribadi :
s/d Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- 15%
Diatas Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- 25%
Diatas Rp 500.000.000,- 30%
4. Tarif degresif
Persentase tariff yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
KEDUDUKAN HUKUM
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH., Hukum Pajak mempunyai kedudukan
diantara hukum hukum sebagai berikut :
1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya.
2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum
ini dappat dirinci lagi sebagai berikut
Hukum Tata Negara
Hukum Tata Usaha (Hukum Administratif)
Hukum Pajak
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
Hukum Pidana
HUKUM MATERIIL DAN HUKUM FORMIL
Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak
dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak yaitu :
1. Hukum pajak materiil
Memuat norma norma yang menerangkan antara lain :
keadaaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (obyek pajak),
siapa yang dikenakan pajak (subyek pajak)
berapa besar pajak yang dikenakan (tariff)
segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya hutang pajak, dan
hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak
2. Hukum pajak formil
Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat
antara lain :
Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan penetapan suatu
hutang pajak
Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap wajib pajak
mengenai keadaaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan hutang
pajak.
Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggaran pembukuan/pencatatan,
dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.
Contoh : UU Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
PENGELOMPOKAN PAJAK
1. Menurut Golongannya
Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak
Penghasilan.
Pajak Tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankanatau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifatnya
Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkalatau berdasarkan pada
subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh Pajak
Penghasilan
Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut lembaga pemungutnya
Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : PPh, PPN dan PPn BM,
PBB, Bea Materai
Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak dareha teriri atas :
Pajak Propinsi. Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Pajak Kabupaten /Kota. Contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.
TIMBUL DAN BERAKHIRNYA HUANG PAJAK
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya hutang pajak :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
1. Ajaran Formil
Hutang pajak timbul karena dikeluarkan nya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Ajaran ini diterapkan pada official assessment system.
2. Ajaran Materiil
Hutang pajak timbul karena berlakunya undang undang. Seseorang dikenai pajak
karena suatu keadaandan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment
system.
Hapusnya hutang pajak dapat disebabkan beberapa hal :
1. Pembayaran
2. Konpensasi
3. Daluarsa
4. Pembebasan dan penghapusan
TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK
1. Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dalat dilakukan berdsarkan 3 stelsel :
a. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Kebaikan
stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode
(setelah penghasilan riil diketahui)
b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan. Kebaikan
stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus
menunggu akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang
dibayar tidak berdasarkan pada keadaaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel
anggapan. Pada awal tahun , besarnya pajak dihitung berdasarkan
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak
menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka
wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya
bias diminta kembali. Mekanisme stelsel campuran ini juga berlaku dalam
penghitungan dan pembayaran PPh Badan di Indonesia.
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas domisili (asa tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan dari dalam negeri
maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
c. Asas kebangsaaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang
yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untukmenentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak. Ciri cirinya :
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada fiskus
Wajib pajak bersifat pasif
Hutang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.Ciri
cirinya:
Wewenag untuk menentukan besarny apajak terutang ada pada
wajib pajak sendiri
Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
Fiskus tidak ikut mengatur tapi mengawasi.
c. With Holding System
Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri cirinya :
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, selain fiskus dan wajib pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, Perjapakan, Andi Yokyakarta, Edisi Revisi 2008
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN
_____________, 2007, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28
Tahun 2007.
_____________, 2008, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dra. Nurlis Ak. M.SiPERPAJAKAN