Upload
danghanh
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA BELAJAR ANAK
HIPERAKTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh:
Aprilia Putri Wening
NIM: 121134179
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA BELAJAR ANAK
HIPERAKTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh:
Aprilia Putri Wening
NIM: 121134179
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA BELAJAR ANAK
HIPERAKTIF
Oleh:
Aprilia Putri Wening
NIM: 121134179
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. Tanggal, 27 Januari 2016
Pembimbing II
Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi. Tanggal 27 Januari 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA BELAJAR ANAK HIPERAKTIF
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Aprilia Putri Wening
NIM: 121134179
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 18 Februari 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ………………
Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ………………
Anggota 1 : Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. ………………
Anggota 2 : Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. ………………
Anggota 3 : Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. ………………
Yogyakarta, 18 Februari 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Rohandi, Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Halaman persembahan ini dipersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, Ibu dan Bapak, Mas Yuhananda Aditama, Dek
Risang, Trusti, Lisa, Dwi, Cahya, Marco, Bu Eny dan Bu Brigitta, Dativa,
Priskila, Ega, semua narasumber, Mbak Ratna, Mbak Nana, Rangga, Paul, Aldi,
Mercy, Kezia, dan semua orang yang sudah membantu dan mendukung penelitian
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu.”
(Matius 7:7)
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”
(Amsal 23:18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Februari 2016
Penulis,
Aprilia Putri Wening
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,
Nama : Aprilia Putri Wening
Nomor Mahasiswa : 121134179
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA BELAJAR ANAK HIPERAKTIF
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, untuk
kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 18 Februari 2016
Yang menyatakan,
Aprilia Putri Wening
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA BELAJAR ANAK HIPERAKTIF
Aprilia Putri Wening
NIM: 121134179
Anak hiperaktif memiliki kesempatan belajar yang sama seperti anak-anak
pada umumnya. Untuk dapat belajar bersama anak-anak reguler di sekolah, guru
perlu mengetahui gaya belajar anak hiperaktif. Tujuan dari penelitian ini adalah:
(1) mengetahui gambaran persepsi guru terhadap anak hiperaktif, (2) mengetahui
gambaran persepsi guru terhadap gaya belajar anak hiperaktif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara tidak terstruktur,
observasi, dan dokumentasi. Informasi yang dikumpulkan berasal dari partisipan
yang memiliki keterkaitan dengan anak hiperaktif, yaitu wali kelas II, guru
pendamping umum, guru pendamping pribadi, dan orang tua. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data, kesimpulan
dan verifikasi.
Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya kemiripan persepsi guru
terhadap anak hiperaktif. Namun, guru memiliki persepsi yang berbeda terhadap
gaya belajar anak hiperaktif. Wali kelas memiliki persepsi bahwa anak memiliki
gaya belajar kinestetik. Guru pendamping umum, guru pendamping pribadi, dan
ayah memiliki persepsi bahwa si anak memiliki gaya belajar visual. Sedangkan
ibu memiliki persepsi bahwa si anak memiliki gaya belajar auditori. Perbedaan
persepsi tersebut terjadi karena guru belum mengenali keadaan si anak secara
lebih dalam dan guru belum memahami teori tentang gaya belajar anak.
Kata kunci: persepsi, hiperaktif, gaya belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
TEACHERS’ PERSPECTION TOWARDS LEARNING STYLES OF A
HYPERACTIVE CHILD
Aprilia Putri Wening
NIM: 121134179
Hyperactive child have same learning opportunities as children in
general. Teachers need to know his learning styles to learn with children in
school regularly. The aim of this research is: (1) to provide an overview to the
teacher's perception of hyperactive child, and (2) to provide an overview to the
teacher's perception of a hyperactive child learning styles.
This research type is qualitative research. Data collection techniques used
in this research is unstructured interview, observation and documentation. The
information collected from participants that linked to hyperactive child, there are
homeroom teacher II, general assistant teacher, personal assistant teacher, and
parents. The data analysis technique used in this research is data reduction, data
display, conclusion and verification.
This research’s results reveal the similarity presence of teacher's
perception on hyperactive child. However, teachers have a different perception on
the hyperactive child's learning style. Homeroom teacher has a perception that
the child has a kinesthetic learning style. General assistant teacher, personal
assistant teacher, and his father have a perception that the child has a visual
learning style. While his mother has a perception that the child has a auditory
learning style. Differences in perception occurred because teachers have not
recognized the state of children more deeply and teachers do not yet understand
the theory of children's learning style.
Keywords: perception, hyperactivity, learning styles
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Segala ucapan puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus
Kristus, karena kasihnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA BELAJAR ANAK HIPERAKTIF.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap jajaran Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih kepada Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,
M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Sanata Dharma dan Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua
Prodi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Terlebih penulis
mengucapkan terima kasih kepada Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D ., selaku
dosen pembimbing I dan Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku
dosen pembimbing II yang telah membimbing proses penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap guru dan
karyawan sekolah SD Perahu dan SD Bina Anggara yang telah bersedia bekerja
sama dalam proses penyusunan skripsi ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
bapak dan ibu, Mas Yuhan, Dek Risang, teman-teman kelompok payung, Dek
Paul, Dek Rangga, Dek Aldi, Dek Mercy, Dek Kezia, Mbak Ratna, Mbak Nana,
Tiva, Priskila, dan Ega yang tidak pernah lelah untuk mensuport dan memberi
semangat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati
menerima ide, kritik, maupun saran yang membangun.
Yogyakarta, 18 Februari 2016
Penulis,
Aprilia Putri Wening
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iv
HALAMAN MOTTO..............................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..............................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT..............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................4
1.3 Pembatasan Masalah..........................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian...............................................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian.............................................................................................4
1.7 Definisi Operasional...........................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................7
2.1 Kajian Pustaka...................................................................................................7
2.1.1 Persepsi....................................................................................................7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.1.1 Pengertian Persepsi...........................................................................7
2.1.2 Hiperaktif.................................................................................................9
2.1.2.1 Pengertian Hiperaktif..........................................................................9
2.1.2.2 Diagnosis Gejala Hiperaktif.............................................................10
2.1.2.3 Ciri-Ciri Anak Hiperaktif.................................................................12
2.1.3 Gaya Belajar...........................................................................................13
2.1.3.1 Pengertian Gaya Belajar...................................................................13
2.1.3.2 Macam-Macam Gaya Belajar...........................................................14
2.2 Penelitian yang Relevan..................................................................................18
2.3 Kerangka Teori...............................................................................................19
2.4 Pertanyaan Penelitian......................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................21
3.1 Jenis Penelitian................................................................................................21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................22
3.3 Partisipan Penelitian........................................................................................23
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data......................................................23
3.5 Instrumen Penelitian.......................................................................................24
3.6 Keabsahan Data...............................................................................................26
3.6.1 Uji Kredibilitas........................................................................................26
3.6.2 Pengujian Transferabilitas.......................................................................28
3.7 Teknik Analisis Data.......................................................................................28
3.7.1 Reduksi Data...........................................................................................28
3.7.2 Display Data............................................................................................29
3.7.3 Kesimpulan dan Verifikasi......................................................................29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................30
4.1 Hasil Penelitian...............................................................................................30
4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian............................................30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian...............................................................32
4.2 Pembahasan.....................................................................................................48
4.3 Temuan Lain dalam Penelitian.......................................................................58
BAB V PENUTUP................................................................................................59
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................59
5.2 Keterbatasan Penelitian...................................................................................60
5.3 Saran................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Temuan dalam Penelitian...................................................................58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1. Tabel Jadwal Penelitian.....................................................................22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Teks Anekdot......................................................................................64
Lampiran 2 Hasil Triangulasi Data........................................................................67
Lampiran 3 Pemetaan.............................................................................................71
Lampiran 4 Memo Tertulis....................................................................................72
Lampiran 5 Biodata Peneliti ..................................................................................73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
operasional. Latar belakang penelitian membahas alasan mengapa peneliti
melakukan penelitian ini. Identifikasi masalah penelitian merupakan pengenalan
terhadap masalah yang ada dalam penelitian. Pembatasan masalah merupakan
ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Sedangkan rumusan masalah
merupakan pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian
memuat keinginan atau harapan yang ingin dicapai peneliti, manfaat penelitian
berisikan kegunaan yang didapat setelah melakukan penelitian, dan definisi
operasional berisikan istilah-istilah untuk mempermudah pembaca.
1.1. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah mereka yang memerlukan
penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Fadhli (2010:16)
menjelaskan bahwa ada dua macam anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang
mengalami kelainan dan gangguan pada mentalnya serta anak yang mengalami
kelainan dan gangguan fisik. ABK yang mengalami gangguan pada mentalnya
adalah autis, asperger disorder, retardasi mental, hiperaktif, sindroma X yang
rapuh, dan skizofernia. Sementara itu anak yang mengalami gangguan pada
fisiknya adalah apraxia, sensory integration, dyslexia, diskalkulia, disgrafia,
gangguan bicara dan bahasa, gangguan artikulasi pada anak, gagap, clumsy,
gangguan pendengaran, dan penyakit seliak. Setelah mengetahui berbagai macam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
anak berkebutuhan khusus tersebut, peneliti akan memfokuskan pada anak
hiperaktif.
Anak hiperaktif merupakan anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit and Hyperactivity
Disorder (ADHD) (Zaviera, 2014:11). Gangguan perilaku ini ditandai dengan
pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas kontrol, serta gerakan yang
berlebihan melebihi gerakan yang dilakukan anak pada umumnya (Wiyani, 2014).
Anak-anak pada usia sekolah dasar memiliki kecenderungan banyak bergerak dan
sangat aktif. Namun yang membedakan anak hiperaktif dengan anak lainnya
adalah tingkah anak hiperaktif muncul setiap saat, di segala kondisi, dan dengan
setting yang berbeda-beda (Priyatna, 2010).
Anak hiperaktif juga memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan anak-
anak lainnya untuk memperoleh pendidikan, sehingga pemerintah melaksanakan
sekolah inklusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus terkhusus hiperaktif untuk
mendapatkan kesempatan belajar. Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang di
dalamnya terdapat anak-anak berkebutuhan khusus (Chatib & Said, 2012:22).
Salah satu contoh sekolah inklusi adalah SD Perahu di mana anak-anak yang
mengalami hiperaktivitas dapat merasakan kesempatan yang sama untuk belajar
di sekolah reguler. Tentunya guru harus mengetahui bagaimana gaya belajar anak
hiperaktif. Informasi mengenai gaya belajar anak hiperaktif dapat diperoleh dari
persepsi atau pandangan guru terhadap anak hiperaktif.
Persepsi menurut Walgito (2010) merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera. Persepsi juga disebut dengan proses sensoris. Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
persepsi tidak lepas dari proses penginderaan. Proses pengideraan adalah proses
pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan ini akan berlangsung setiap
saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat-alat indera. Melalui
proses tersebut seseorang dapat merasakan dan memahami apa yang diamati,
didengar, dan dirasakan. Dengan demikian, guru dapat mengetahui gaya belajar
anak hiperaktif melalui proses persepsi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di salah satu SD Perahu mulai bulan
Juli hingga Desember 2015, peneliti menemukan seorang anak kelas II bernama
Fito yang diduga mengalami hiperaktif. Peneliti mendapatkan informasi bahwa
Fito adalah anak hiperaktif melalui wawancara dengan wali kelas II, guru
pendamping umum yang disediakan oleh sekolah, dan guru pendamping pribadi.
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan kedua orang tua Fito untuk
menyeimbangkan data yang peneliti peroleh dari para guru.
Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap
Fito. Saat pertama kali peneliti bertemu dengan Fito, sepintas peneliti melihat
bahwa anak tersebut cukup tenang dan tidak menampakkan perbedaan yang
mencolok dengan teman-teman satu kelasnya. Namun setelah pelajaran
berlangsung, peneliti mulai melihat tingkah Fito yang cenderung berbeda dan
berlebihan dibanding dengan teman-temannya. Peneliti juga menyebarkan lembar
observasi kepada wali kelas II, guru pendamping umum, dan guru pendamping
pribadi terkait perilaku si anak. Berdasarkan lembar observasi tersebut, peneliti
melihat para guru memiliki pandangan bahwa Fito merupakan anak hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dari latar belakang tersebut, peneliti ingin mengangkat hal tentang persepsi
guru terhadap gaya belajar anak hiperaktif.
1.2. Identifikasi Masalah
Adanya anak hiperaktif di SD Perahu dan belum diketahui persepsi guru
terhadap gaya belajar anak hiperaktif.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di latar belakang, maka peneliti
membatasi masalah tersebut oleh persepsi guru terhadap gaya belajar anak
hiperaktif.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.4.1. Bagaimana persepsi guru terhadap anak hiperaktif?
1.4.2. Bagaimana persepsi guru terhadap gaya belajar anak hiperaktif?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.5.1. Mengetahui gambaran persepsi guru terhadap anak hiperaktif.
1.5.2. Mengetahui gambaran persepsi guru terhadap gaya belajar anak
hiperaktif.
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini memberikan sumbangan kepada
dunia pendidikan tentang anak hiperaktif. Selain itu menambah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
wawasan mengenai persepsi guru terhadap anak hiperaktif dan
gaya belajar anak hiperaktif.
1.6.2. Manfaat Praktis
1.6.2.1. Bagi Peneliti
Proses dari penelitian ini memberikan pengalaman langsung dalam
melakukan penelitian tentang hal tersebut sedangkan hasil dari
penelitian ini diharapkan menambah wawasan mengenai persepsi
guru terhadap gaya belajar anak hiperaktif.
1.6.2.2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan guru dalam
menangani anak hiperaktif berdasarkan gaya belajarnya.
1.6.2.3. Bagi Orang Tua yang Memiliki Anak Hiperaktif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang
tua yang memiliki anak hiperaktif. Selain itu, dapat digunakan
sebagai penambah pengetahuan orang tua dalam mendidik dan
membimbing anaknya yang mengalami hiperaktivitas.
1.6.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang persepsi guru
terhadap gaya belajar anak hiperaktif atau penelitian yang sejenis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.7. Definisi Operasional
Pada penelitian ini, peneliti akan memberikan pengertian-pengertian agar
tidak terjadi kesalah pahaman, maka definisi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.7.1. Persepsi adalah proses penginterpretasian, penafsiran, atau
pemahaman terhadap stimulus dari panca indera.
1.7.2. Hiperaktif adalah gangguan pada seseorang yang sulit mengkontrol
perilakunya, sehingga seseorang tersebut melakukan aktivitasnya secara
berlebihan.
1.7.3. Gaya belajar merupakan bagaimana anak dapat menyerap dan
mengolah informasi yang diterima dengan caranya masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai landasan teori yang digunakan dalam
penelitian. Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka
berpikir, dan pertanyaan penelitian. Kajian pustaka dalam bab ini membahas
tentang persepsi, hiperaktif yang meliputi pengertian, diagnosis gejala, dan ciri-
ciri hiperaktif. Sementara itu untuk penelitian yang relevan, peneliti mengadopsi
dari beberapa jurnal yang relevan.
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Persepsi
2.1.1.1. Pengertian Persepsi
Sunaryo (2013:94) mengungkapkan persepsi adalah proses diterimanya
rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu
mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati baik
yang berasal dari dalam maupun luar individu. Selain itu, Aditomo (2008:77)
menjelaskan persepsi adalah tindakan menyusun informasi dari organ-organ
sensorik menjadi suatu keseluruan yang bisa dipahami. Berdasarkan pendapat
para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses
seseorang dalam memahami dan menerjemahkan sesuatu yang ditangkap oleh
panca indera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Ada dua macam persepsi yang dipaparkan oleh Sunaryo (2013:94):
1. Eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsangan yang datang dari luar diri individu.
2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan
yang berasal dari diri sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah
individu itu sendiri.
Berdasarkan macam-macam persepsi tersebut, peneliti akan menggali external
perception dari partisipan penelitian tentang gaya belajar anak hiperaktif. Sobur
(2011 : 447) menjelaskan ada beberapa proses persepsi, yaitu:
1. Seleksi
Seleksi merupakan proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan
dari luar. Intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi
Interpretasi merupakan proses pengorganisasian informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, motivasi, kepribadian dan
kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang
untuk melakukan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah
laku sebagai reaksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2.1.2. Hiperaktif
2.1.2.1. Pengertian Hiperaktif
Pengertian hiperaktivitas menurut Marlina, (2008: 5) adalah tidak bisa
diam, yaitu perilaku yang mempunyai kecendrungan melakukan suatu aktivitas
yang berlebihan, baik motorik maupun verbal. Hiperaktif bisa disebut juga dengan
gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktivitas (GPPH) atau attention
deficit hyperactivity disorder, yang disingkat ADHD.
Menurut Barkley (Wood, 2007:78) ADHD adalah sebuah gangguan di
mana respons menjadi terhalang dan mengalami fungsi ganda pelaksana yang
mengarah pada kurangnya pengaturan diri, lemahnya kemampuan untuk mengatur
perilaku untuk tujuan sekarang dan masa depan, serta sulit beradaptasi secara
sosial dan perilaku dengan tuntutan lingkungan. Maksud dari pernyataan Barkley
tersebut adalah seorang ADHD memiliki gangguan dalam mengkontrol
perilakunya, sehingga sulit menyesuaikan perilakunya sesuai dengan tuntutan
lingkungan.
Chaerani (2005:22-23) mengungkapkan ada beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang memiliki perilaku hiperaktif: (1) faktor neurologik,
proses persalinan dengan cara ekstraksi forcep, bayi yang lahir dengan berat
badan dibawah 2500 gram, ibu melahirkan terlalu muda, ibu yang merokok dan
minum minuman keras; (2) faktor genetik, sekitar 25-35% dari orang tua dan
saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak; (3) faktor
makanan, zat pewarna, pengawet dan kekuarangan vitamin; (4) faktor psiko sosial
dan lingkungan. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Zaviera (2014:52-53)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yang menjelaskan bahwa berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak
dijumpai di lingkungan sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan dan
kelahiran, atau hal-hal lain yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan
otak berperan penting sebagai faktor penyebab hiperaktif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hiperaktif
adalah gangguan pada seseorang yang sulit mengkontrol perilakunya, sehingga
seseorang tersebut melakukan aktivitasnya secara berlebihan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor genetik, neurologik, sosial, dan
makanan.
2.1.2.2. Diagnosis Gejala Hiperaktif
Thompson (2010) mengungkapkan ada tiga kriteria diagnosis hiperaktif yaitu
tidak perhatian (inatensi), kesulitan menunda respon (impulsif), dan hiperaktifitas
yang terlihat berlebihan dibandingkan anak-anak lain yang sebaya. Seorang anak
dikatakan tidak perhatian ketika anak tersebut umumnya memiliki kesulitan
berkonsentrasi pada tugas-tugas sekolah dan cenderung berpindah dari satu tugas
ke tugas lainnya serta cepat kehilangan motivasi jika merasa tugas tersebut
membosankan. Anak dikatakan impulsif apabila mereka bertingkah tanpa
membayangkan atau memikirkan akibatnya, sehingga anak tersebut sering
dianggap nakal (Wender, 2000). Sedangkan anak dikatakan hiperaktif apabila
sering menunjukkan tanda-tanda hiperaktivitas, termasuk tingkah laku seperti
mengetuk-ngetuk tangan atau kaki, bicara tanpa henti, dan sulit duduk diam lebih
dari beberapa detik. Zaviera (2014:11) menambahkan, gejala hiperaktif pada anak
biasanya timbul sebelum usia tujuh tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Hampir sama dengan penjelasan Thompson, Wood (2007:103) menjelaskan
gejala hiperaktif tipe sulit berkonsentrasi adalah sebagai berikut: (1) kerap gagal
memberikan perhatian pada segala rincian atau ceroboh dalam mengerjakan
pekerjaan rumah, tugas, atau aktivitas lainnya; (2) sering kesulitan memusatkan
perhatian saat mengerjakan tugas atau bermain; (3) sering tampak tidak
mendengarkan saat diajak berbicara secara langsung; (4) kerap tidak mengikuti
petunjuk atau gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah, tugas, atau kegiatan di
tempat kerjaan; (5) kerap memiliki kesulitan dalam mengorganisasi tugas dan
aktivitas; (6) sering menghidari, tidak menyukai, atau enggan terlibat dalam
pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan pikiran; (7) sering kehilangan barang-
barang keperluan sehari-hari; (8) kerap dikacaukan oleh
stimuli/rangsangan/pengaruh dari luar; (9) kerap lupa pada aktivitas sehari-hari.
Sementara itu Zaviera (2014:12) menyebutkan ada tiga tipe hiperaktif, yaitu
tipe sulit berkonsentrasi, tipe hiperaktif impulsif, dan tipe kombinasi. Sementara
itu, gejala anak hiperaktif dengan tipe hiperaktif-impulsif adalah sebagai berikut:
(1) sering menggerak-gerakan tangan atau kaki ketika duduk atau sering
menggeliat; (2) sering meninggalkan tempat duduknya; (3) sering berlari-lari atau
memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya; (4) sering tidak
mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang; (5) selalu bergerak,
seolah-olah tubuhnya digerakkan oleh mesin; (6) sering terlalu banyak bicara; (7)
sering terlalu cepat memberi jawaban ketika ditanya, padahal pertanyaan belum
selesai; (8) sering sulit menunggu giliran; (9) sering memotong atau menyela
pembicaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Ketiga teori di atas sama dengan yang diungkapkan oleh Diagnosis and
Statistic Manual (DSM-IV), di mana anak dapat dikatakan hiperaktif apabila
memenuhi kriteria inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Menurut DSM-IV, anak
dapat diduga mengalami hiperaktivitas apabila selama enam bulan pengamatan,
anak tersebut menunjukkan minimal enam perilaku yang termasuk di dalam
kriteria inatensi, hiperaktif dan impulsif.
2.1.2.3. Ciri-Ciri Anak Hiperaktif
Zaviera (2014:15) menjelaskan ada tujuh ciri anak hiperaktif, yaitu tidak
fokus, menentang, destruktif, tidak kenal lelah, tanpa tujuan, tidak sabar dan usil,
intelektualitas rendah. Ciri yang pertama adalah tidak fokus. Anak dengan
gangguan hiperaktivitas tidak bisa berkonsentrasi lebih dari lima menit.
Selanjutnya, Batshaw dan Pereet (Delphie, 2006:74) menambahkan bahwa anak
hiperaktif paling lama bisa tinggal di tempat duduknya sekitar 5 sampai 10 menit
Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan
perhatiannya kepada hal lain. Tidak hanya itu, anak dengan gangguan
hiperaktvitas tidak memliki fokus yang jelas. Dia berbicara semaunya berdasarkan
apa yang ingin diutarakan tanpa ada maksud jelas sehingga kalimatnya sering sulit
dipahami. Biasanya anak selalu cuek ketika dipanggil.
Ciri yang kedua adalah menentang, di mana anak dengan gangguan
hiperaktivitas umumnya memiliki sikap tidak mau dinasehati. Penolakannya juga
bisa ditujukan dengan sikap tidak acuh. Setelah itu ciri yang ketiga dari anak
hiperaktif adalah destruktif. Anak hiperaktif biasanya merusak barang yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
disekitarnya. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-
barang yang mudah dipegang dan dirusak.
Selanjutnya, anak hiperaktif tidak kenal lelah. Hal tersebut ditunjukkan
dengan perilaku bergerak kesana kemari sepanjang hari, lompat, lari, berguling,
dan sebagainya. Penderita hiperaktif tidak memiliki tujuan, ia juga tidak sabar dan
senang bersikap usil terhadap teman-temannya usil. Ciri yang terakhir dari anak
hiperaktif adalah memiliki intelektualitas rendah. Seringkali intelektualitas anak
dengan gangguan hiperaktivitas berada dibawah rata-rata anak normal.
2.1.3. Gaya Belajar
2.1.3.1. Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar menurut Ghufron dan Rini (2013:42) adalah sebuah pendekatan
yang menjelaskan bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh
masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses dan menguasai informasi
yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Sedangkan Porter dan
Hernacki (2006), mengungkapkan bahwa gaya belajar seseorang adalah gabungan
dari bagaimana seseorang menyerap dan mengolah suatu informasi. Selain itu
gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di
sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Anak akan lebih mudah menerima
materi jika belajar menggunakan gaya belajarnya sendiri. Gaya belajar anak satu
dengan anak yang lain berbeda. Guru perlu mengetahui gaya belajar dari masing-
masing anak didiknya agar dapat memadukan gaya mengajarnya dengan gaya
belajar anak didiknya. Suyono dan Hariyanto (2012:147) mengungkapkan bahwa
dengan mengetahui gaya belajar setiap anak, guru akan mampu mengkondisikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kelas sedemikian rupa sebagai respon terhadap kebutuhan setiap individu
anaknya.
Maksud dari pernyataan Suyono dan Hariyanto di atas adalah anak akan
mendapat kebutuhan belajar yang cukup saat pembelajaran, apabila seorang guru
dapat mengenali gaya belajarnya dan memberikan tindakan sesuai dengan gaya
belajarnya. Anak yang belajar dengan menggunakan gaya belajarnya sendiri akan
merasa lebih nyaman saat melakukan aktivitas kognitifnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gaya belajar merupakan bagaimana
cara anak dapat menyerap dan mengolah informasi yang diterima dengan caranya
masing-masing. Anak perlu mengetahui gaya belajar mana yang sesuai dengan
dirinya agar lebih mudah melakukan proses menyerap dan mengolah materi yang
didapat. Begitu juga dengan guru. Guru perlu mengetahui gaya belajar masing-
masing anaknya agar dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang digunakan
sehingga anak mudah memahami materi yang diajarkan.
2.1.3.2. Macam-Macam Gaya Belajar
Porter dan Hernacki (Suyono dan Hariyanto, 2012:148) menjelaskan bahwa
ada tiga macam pokok gaya belajar anak, yaitu gaya belajar visual, auditori, dan
kinestetik.
1. Bandler dan Grinder memberikan penjelasan bahwa gaya belajar visual lebih
mudah mengakses gambar, mengingat gambar, bentuk dan warna, hubungan
ruang, masalah dua dan tiga dimensi (Zahar, 2009: 23). Dapat dikatakan anak
dengan gaya belajar visual lebih mudah untuk menangkap informasi dari luar
dengan cara melihat objek yang tertangkap oleh indera pengelihatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pembelajaran dengan menunjukkan gambar, video, grafik, mind map, dan
model dapat memudahkan anak untuk memperoleh informasi.
2. Gaya belajar auditori lebih mudah mencerna informasi dengan berbicara,
menyuarakan, dan mendengar (Bandler dan Grinder dalam Prihadi, 2008:68).
Apabila gaya belajar anak termasuk dalam gaya auditori, maka metode
ceramah, tanya jawab, dan juga diskusi sangat efektif diterapkan kepada
mereka. Dalam pembelajaran di kelas sangat memungkinkan anak belajar
dengan menggunakan radio pendidikan atau kaset pembelajaran.
3. Gaya belajar kinestetik berhubungan dengan koordinasi, gerakan, irama,
tanggapan emosionil, dan kenyamanan fisik (Bandler dan Grinder dalam
Prihadi, 2008:68). Gaya belajar tersebut memungkinkan anak untuk belajar
dengan cara menggerakkan bagian-bagian tubuhnya. Untuk
memaksimalkannya, guru dapat melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan anak beraktivitas dengan seluruh anggota tubuhnya. Misalnya
dengan berjalan-jalan, menggerak-gerakkan anggota badan, atau melakukan
eksperimen yang memerlukan aktivitas fisik.
Porter dan Hernacki mengungkapkan, gaya belajar visual dapat dideteksi
melalui kebiasaan anak ketika belajar antara lain: (1) anak lebih mudah mengingat
apa yang dilihat daripada yang didengar, (2) mudah mengingat dengan hal-hal
yang terkait visual, (3) memiliki hobi membaca, cepat, dan tekun ketika
membaca, (4) lebih suka membaca secara mandiri daripada dibacakan, (5) karena
tidak begitu senang mendengarkan esensi pembicaraannya, maka anak cenderung
berbicara cepat, (6) mudah lupa dengan instruksi verbal, kecuali jika dituliskan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(7) sering lupa menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain, (8) dapat
mengeja kata demi kata dengan baik, (9) menjawab pertanyaan hanya dengan
jawaban singkat, (10) mempunyai kebiasaan rapi dan juga teratur, (11)
beranggapan bahwa penampilan itu penting, (12) memiliki kemampuan dalam
perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik, (13) memperhatikan hal-
hal kecil, (14) biasanya tidak terganggu dengan suara ribut, (15) lebih suka
melakukan demonstrasi daripada pidato, (16) terbiasa melakukan check dan re-
check sebelum membuat simpulan, (17) lebih menyukai seni rupa daripada seni
musik, (18) sering mencoret-coret tanpa arti.
Selanjutnya gaya belajar auditori dapat diketahui dari kebiasaan belajar anak,
antara lain sebagai berikut: (1) belajar dengan mendengarkan dan lebih mengingat
materi yang disampaikan melalui diskusi, (2) sering bicara sendiri saat belajar
atau bekerja, (3) bersuara ketika membaca, (4) berbicara dengan irama, (5) pada
umumnya menjadi pembicara yang fasih, (6) menggerakkan bibir ketika
membaca atau menulis, (7) suka berbicara, berdiskusi, dan berbicara panjang
lebar, (8) kesulitan dalam menulis, tetapi lancar dalam bercerita, (9) dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara, (10) sulit
berkonsentrasi dan mudah terganggu dengan suara berisik, (11) bermasalah
dengan pekerjaan yang terkait dengan visualisasi, (12) lebih menyukai humor
secara lisan daripada membaca dari komik, (13) cenderung menyukai seni musik
daripada seni rupa.
Gaya belajar yang terakhir adalah gaya belajar kinestetik. Anak dapat
dideteksi mempunyai gaya belajar kinestetik jika saat belajar menujukkan tanda-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tanda sebagai berikut: (1) melakukan aktivitas yang melibatkan fisik, (2)
mengungkapkan sesuatu menggunakan bahasa tubuh, (3) menggunakan jari
sebagai penuntun ketika membaca, (4) menghafalkan sesuatu dengan berjalan dan
melihat, (5) menanggapi perhatian fisik, (6) gelisah ketika terlalu banyak duduk
diam, (7) mencari perhatian orang lain dengan cara menyentuh, (8) melakukan
sebuah aksi/tindakan setelah mengeluarkan kata-kata, (9) ingin melakukan segala
seusatu, (10) mendekatkan tubuh ketika berbicara dengan orang lain, (11)
berbicara dengan perlahan, (12) sukar mengingat letak suatu tempat, kecuali jika
pernah mendatangi tempat tersebut, (13) menyukai permainan yang membuat
tubuhnya bergerak.
Ketiga gaya tersebut dilandasi oleh pandangan neuro linguistik, di mana
pandangan tersebut mengasumsikan bahwa setiap anak memiliki gaya
dominannya sendiri. Dalam kenyataannya banyak didapati gaya belajar anak yang
merupakan kombinasi dari gaya visual, auditori, dan kinestetik (VAK).
Flemming (Suyono dan Hariyanto, 2012:153) mengungkapkan bahwa ada
pengembangan gaya VAK menjadi VARK, di mana Flemming menyisipkan huruf
R. Huruf R tersebut mengartikan anak menyukai baca dan tulis dalam gaya
belajarnya (reading/writing). Dengan demikian terciptalah empat tipe belajar yang
mengasumsikan bahwa setiap anak cenderung memiliki tipe belajar
gabungan/kombinasi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa gaya belajar pada
anak sangat beragam. Anak yang belajar atau mengikuti proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan gaya mereka sendiri akan lebih mudah dalam menerima dan memahami
materi yang diberikan oleh gurunya.
2.2. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Kurniawati, Kasiyati, dan Amsyarudin
(2014), berjudul “Persepsi Guru Kelas Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di
SD Payakumbuh. Populasi penelitian tersebut adalah 34 guru kelas SD
Payakumbuh yang tersebar di lima sekolah. Penelitian tersebut memperlihatkan
hasil bahwa 50,7% guru kelas memahami anak berkebutuhan khusus, 58,2% guru
memperhatikan kehadiran anak berkebutuhan khusus di sekolah, 58,8% dari anak-
anak berkebutuhan khusus melakukan interaksi sosial dengan para guru, 53,4%
anak berkebutuhan khusus melakukan interaksi dengan teman sebaya, 40,8% guru
memiliki pendapat bahwa anak mengalami gangguan dalam prestasi belajar.
Penelitian yang kedua berjudul “Penanganan Anak Hiperaktif Melalui Metode
Sensory Integrative Therapy” ditulis oleh Tin Suharmini (2004). Dari penelitian
tersebut dijelaskan bahwa metode sensory integrative therapy merupakan cara
untuk mengembangkan konsentrasi, mengontrol tingkah laku, dan melatih
kemampuan sosial anak hiperaktif. Metode tersebut dikemas dalam tiga terapi
yaitu Pretend Play, Music Therapy, dan Behavior Modification. Dalam penelitian
tersebut juga disebutkan problem anak hiperaktif. Problem tersebut antara lain
problem motorik, problem perilaku sosial dan tidak mau diam, meledak-ledak,
mendebat, dan tidak mau memenuhi perintah orang lain.
Penelitian yang ketiga yaitu “Visual, Auditori, Kinaesthetic Learning Styles
and Their Impact on English Language Teaching”, ditulis oleh Gilakjani (2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tujuan penelitian untuk meningkatkan kesadaran fakultas dan memahami
pengaruh dari gaya belajar dalam proses pengajaran. Penelitian tersebut
mengungkapkan setiap mahasiswa EFL Iran memiliki gaya belajar yang berbeda-
beda. Ada tiga gaya belajar umum yang sudah dikenal secara umum yaitu gaya
belajar visual, auditori, dan kinestetik. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari
seratus mahasiswa telah mengisi kuesioner untuk menentukan gaya belajar
mereka dan didapatkan bahwa 50% mahasiswa menyukai gaya belajar visual,
35% menyukai gaya belajar auditori, dan 15% menyukai gaya belajar kinestetik.
Ketiga penelitian tersebut memiliki relevansi terhadap penelitian yang peneliti
lakukan. Penelitian pertama meneliti tentang persepsi guru terhadap anak
berkebutuhan khusus. Penelitian kedua meneliti tentang metode terapi yang akan
dilakukan untuk anak hiperaktif. Dari penelitian tersebut juga disebutkan beberapa
permasalahan dari anak hiperaktif yaitu permasalahan motorik, perilaku, dan
konsentrasi. Sedangkan penelitian yang ketiga meneliti tentang gaya belajar.
2.3. Kerangka Berpikir
Anak hiperaktif memiliki kesempatan yang sama seperti anak-anak lainnya
untuk mendapatkan pendidikan. Dengan demikian, pemerintah menyelenggarakan
sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang di dalamnya terdapat
anak-anak berkebutuhan khusus. Adanya sekolah inklusi, memberikan
kesempatan kepada anak-anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti proses
pembelajaran bersama anak-anak reguler. Untuk menunjang pembelajaran anak
hiperaktif di sekolah inklusi, guru perlu mengenali gaya belajar yang ada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
anak tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti persepsi guru
terhadap gaya belajar anak hiperaktif.
2.4. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
tema skripsi. Hal tersebut disebabkan karena peneliti menggunakan metode
wawancara tidak terstruktur, sehingga peneliti hanya memberikan pertanyaan
sesuai garis besar dan partisipan dapat memberikan jawaban seluas-luasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai tujuh hal yang akan dibahas oleh peneliti.
Tujuh hal tersebut adalah jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, partisipan,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, keabsahan data, dan teknik
analisis data. Jenis penelitian akan memuat tentang jenis penelitan yang dipilih
oleh peneliti. Tempat dan waktu penelitian akan menjelaskan di mana penelitian
berlangsung. Partisipan menjelaskan semua subyek dan obyek yang terlibat dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi
terstruktur, angket terbuka, dan dokumentasi. Instrumen penelitian memuat
peneliti sendiri sebagai alat dalam penelitian. Keabsahan data akan memuat
tentang uji kredibilitas dan pengujian transferbilitas. Sedangkan analisis data
menjelaskan bagaimana data yang diperoleh akan diolah.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan peneliti gunakan adalah jenis penelitian kualitatif.
Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo, 2011:23) “Penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.” Peneliti meneliti
bagaimana persepsi guru terhadap cara belajar anak hiperaktif dengan
menggambarkan data yang didapat melalui penjabaran kata-kata. Selain itu,
menurut Sugiyono (2014:1) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah, di mana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif,
karena penelitian kualitatif menafsirkan suatu fenomena seperti yang ada pada
anak hiperaktif di SD Perahu. Peneliti memilih jenis penelitian ini juga dengan
didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui persepsi guru terhadap
cara belajar anak hiperaktif. Melalui penelitian ini, peneliti berusaha untuk
memaparkan, menggambarkan, dan mendeskripsikan persepsi guru terhadap gaya
belajar anak hiperaktif.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian akan dilaksanakan di SD Perahu. Waktu penelitian dapat
dilihat secara rinci melalui tabel berikut:
Gambar 3.1. Tabel Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Penelitian
Waktu Penelitian
Juli
Agustu
s
Sep
tember
Okto
ber
Novem
ber
Desem
ber
Januari
Feb
ruari
1 Observasi
keadaan
lapangan
2 Pengumpulan
data
(observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi)
3 Menyusun
proposal
4 Pengecekan
data dan
proposal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
5 Pengolahan
data
6 Penyusunan
laporan
7 Ujian skripsi
3.3. Partisipan Penelitian
Ada lima partisipan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Partisipan utama
yang diperlukan dalam penelitan ini adalah anak hiperaktif kelas II di SD Perahu,
yang namanya telah disamarkan menjadi Fito. Selain Fito, terdapat partisipan lain
yang juga penting keberadaannya untuk memberikan informasi mengenai Fito, di
antaranya yaitu wali kelas II, guru pendamping umum, guru pendamping pribadi,
dan kedua orang tua Fito.
Pemilihan guru sebagai partisipan diawali dengan melakukan pengamatan
langsung dan bertanya kepada kepala sekolah. Peneliti melakukan pengamatan
supaya peneliti dapat mengetahui sejauh mana peneliti memahami Fito.
Sedangkan pemilihan guru pendamping umum dan guru pendamping pribadi
sebagai partisipan dilakukan dengan alasan guru-guru tersebut sudah
berpengalaman dan cukup mengenali Fito.
Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terhadap kedua orang tua Fito.
Tujuan peneliti melakukan wawancara dengan kedua orang tua anak adalah untuk
mengetahui bagaimana gaya belajarnya saat di rumah dan untuk menyeimbangkan
data yang diperoleh dari para guru.
3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur, observasi, dan dokumentasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Sedangkan instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah
lembar observasi, dan juga perekam. Peneliti menerapkan kegiatan wawancara
kepada setiap partisipan, mulai dari wali kelas II, guru pendamping umum, guru
pendamping pribadi, dan kedua orang tua.
Basrowi dan Suwandi (2008:144) menyebutkan bahwa wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara dam hanya menggunakan garis-garis besar yang akan
ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur digunakan agar peneliti dapat
mengembangkan pertanyaan terhadap jawaban yang diberikan oleh partisipan,
sehingga data yang diperoleh semakin mendalam.
Tidak hanya wawancara, peneliti juga melakukan dokumentasi dengan
merekam percakapan antara peneliti dan responden saat melakukan wawancara.
instrumen yang digunakan untuk dokumentasi tersebut adalah perekam suara.
Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap Fito selama dua kali.
Dalam kegiatan ini, peneliti tidak sendirian melakukan kegiatan observasi.
Peneliti meminta bantuan wali kelas, guru pendamping umum, dan juga
pendamping pribadi untuk melakukan observasi terhadap si anak. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang berpedoman pada
DSM IV. Lembar observasi tersebut berguna untuk mengetahui bahwa seseorang
yang diamati mengalamai hiperaktif atau tidak.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti melakukan
kegiatan penelitian secara langsung mulai dari tahap persiapan hingga saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
eksekusi. Raco (2010:78) menjelaskan, untuk menjadi instrumen penelitian yang
baik, peneliti harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang topik yang akan
diteliti, memiliki wawasan yang luas, dan menguasai metode yang akan
digunakan dalam penelitian.
Sebelum terjun ke lapangan, peneliti melakukan beberapa persiapan. Salah
satunya adalah peneliti mencari dan membaca beberapa buku referensi terkait
dengan tema penelitian. Hal tersebut peneliti lakukan untuk menambah wawasan
peneliti terkait tentang apa itu hiperaktif dan juga peneliti menambah pengetahuan
tentang gaya belajar anak. Wawasan tentang apa yang peneliti baca tersebut
sangat berpengaruh pada saat peneliti melakukan wawancara terhadap para
partisipan penelitian.
Peneliti tidak cukup hanya memahami teori saja, tetapi juga harus memiliki
kemampuan yang lainnya. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti
berusaha untuk bersikap responsif terhadap lingkungan di SD Perahu, maupun
saat melakukan wawancara dengan Bu Asih di Bina Anggara. Di samping itu,
peneliti juga berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dan menjalin hubungan
yang baik terhadap beberapa partisipan penelitian. Dalam mengajukan pertanyaan
wawancara, peneliti tetap harus menghargai dan menjaga perasaan partisipan,
terutama saat melakukan wawancara dengan orang tua.
Dalam melakukan pengambilan data, khususnya wawancara, peneliti
mendapatkan sedikit kesulitan ketika wali kelas II dan guru pendamping pribadi
hanya menjawab pertanyaan wawancara dengan jawaban singkat. Peneliti
mengatasi kesulitan tersebut dengan membuat wawancara menjadi lebih santai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dan tidak banyak memberikan tekanan kepada partisipan. Selain itu apabila
peneliti melihat bahwa partisipan kesulitan mencerna pertanyaan wawancara,
maka peneliti bersedia untuk menjelaskan maksud pertanyaan dengan bahasa
yang lebih mudah dipahami.
3.6. Keabsahan Data
3.6.1. Uji Kredibilitas
Moleong (Prastowo, 2014:266) mengungkapkan uji kredibilitas mempunyai
dua fungsi dalam penelitian kualitatif yaitu untuk melaksanakan pemeriksaan
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai dan
menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian
terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti. Ada tiga teknik yang digunakan
dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, yaitu dengan perpanjangan
pengamatan, triangulasi, dan menggunakan bahan referensi.
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan adalah tahap di mana peneliti mengecek
kembali apakah data yang telah diberikan oleh narasumber merupakan data
yang sudah benar atau tidak (Sugiyono, 2014:123). Peneliti melakukan
observasi langsung terhadap Fito sebanyak dua kali ketika berada di
sekolah, dan sekali saat berada di rumahnya, sembari melakukan wawancara
dengan kedua orang tuanya.
Selain perpanjangan pengamatan, peneliti juga melakukan wawancara
kepada wali kelas dan guru pendamping pribadi juga sebanyak dua kali.
Peneliti melakukan observasi terhadap Fito sebanyak dua kali untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mengamati perilaku Fito apakah sesuai dengan karakteristik anak hiperaktif.
Observasi yang kedua lebih ditekankan untuk mengamati gaya belajar Fito
di kelas, sesuai atau tidak dengan pernyataan yang diungkapkan wali kelas
II.
Sementara itu, peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas II
dan guru pendamping pribadi sebanyak dua kali untuk mengkonfirmasi
lebih lanjut terhadap data yang telah dikemukakan pada wawancara
pertama. Selain itu, peneliti juga ingin melihat ada atau tidaknya
perkembangan terbaru yang ditunjukkan oleh anak untuk kelengkapan data
penelitian.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330). Ada empat macam
triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu,
dan triangulasi penyidik. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber.
Prastowo (2014:269) mengungkapkan bahwa triangulasi sumber adalah cara
pemeriksaan kredibilitas data dengan melalui beberapa sumber.
Peneliti melakukan triangulasi penyidik dengan cara menanyakan
beberapa hal yang sama pada saat wawancara terhadap beberapa sumber.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber adalah wali kelas II, guru
pendamping umum, guru pendamping pribadi, dan orang tua. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
triangulasi ini, maka dapat diketahui partisipan memiliki pandangan yang
sama atau tidak.
3. Bahan Referensi
Bahan referensi dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai rujukan
berdasarkan teori-teori yang ada untuk memperkuat data-data yang
diperoleh peneliti. Selain itu bahan referensi juga merupakan bahan-bahan
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan (Prastowo,
2014:273). Bahan referensi yang ada dalam penelitian ini adalah rekaman
hasil wawancara, transkrip hasil wawancara, dan lembar observasi yang
telah diisi oleh partisipan penelitian.
3.6.2. Pengujian Transferabilitas
Sugiyono mengungkapkan nilai transferabilitas berkenaan dengan hingga
mana hasil penelitian dapat diterapkan dalam situasi lain (Prastowo,2014:273).
Pengujian transferbilitas dilakukan agar pembaca dapat memahami hasil dari
penelitian kualitatif. Maka dari itu peneliti harus memberikan uraian yang rinci,
jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
3.7. Teknik Analisis Data
Ada beberapa aktivitas yang dilakukan dalam menganalisis data. Miles and
Huberman (Sugiyono, 2015: 336) menjelaskan ada tiga kegiatan yang dilakukan
dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, kesimpulan dan verifikasi.
3.7.1. Reduksi Data
Peneliti melakukan kegiatan reduksi data dengan merangkum catatan-
catatan lapangan yang masih mentah dan memilih hal yang pokok, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
peneliti dapat menemukan data yang valid. Selain itu peneliti juga melakukan
pengecekan ulang dan membuat pengkodean kepada setiap satuan agar dapat
ditelusuri sumbernya.
3.7.2. Display Data
Kegiatan display data dilakukan dengan menampilkan keseluruhan hasil
dari penelitian, baik berupa uraian, bagan, dan matriks dari hasil reduksi data.
Pada tahap ini peneliti peneliti mengkategorikan dan data berdasarkan tema.
3.7.3. Membuat Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah melakukan display data, peneliti merumuskan kesimpulan
berdasarkan data yang telah diperoleh. Kesimpulan dalam peneiltian kualitatif
diharapkan merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Selanjutnya, peneliti
menyampaikan atau melaporkan hasil penelitian secara lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas dua hal, yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Hasil
penelitian meliputi tentang partisipan penelitian, setting penelitian, dan deskripsi
partisipan penelitian. Deskripsi partisipan penelitian terdiri dari latar belakang
informan yang disebut partisipan. Penelitian ini melibatkan empat partisipan.
Sedangkan pembahasan dalam penelitian ini berisi kesimpulan tentang seluruh
kegiatan yang dilakukan peneliti selama proses penelitian dan sesuai dengan hasil
triangulasi data.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian
SD Perahu merupakan salah satu sekolah yang didirikan oleh salah satu
tokoh pendidikan di Indonesia pada tahun 1922. SD tersebut terletak di sebelah
timur jalan raya di pusat kota. Bangunan yang terdapat di SD Perahu merupakan
bangunan cagar budaya.
Sebelum memasuki wilayah SD Perahu, ada sebuah pendopo yang cukup
luas milik yayasan SD tersebut. Di depan pendopo tersebut terdapat sebuah
patung besar tokoh pendidikan Indonesia. Sementara di sebelah barat SD terdapat
sebuah bangunan taman kanak-kanak (TK) dan di sebelah selatan terdapat sebuah
sekolah menengah pertama (SMP) yang masih satu kompleks dan juga satu
yayasan dengan SD Perahu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
SD Perahu sendiri memiliki lapangan yang cukup luas untuk kegiatan
olahraga, upacara, dan juga lain-lain. Selain itu terdapat sebuah kolam ikan
berukuran sedang dengan desain kolam menyerupai peta Indonesia dan juga
beberapa tanaman hijau yang tumbuh di sekitar halaman sekolah.
SD Perahu juga merupakan sekolah inklusi yang sangat mengedepankan
nilai-nilai budaya nasional dan daerah. Terdapat beberapa slogan yang tertempel
di dinding SD tersebut ditulis dengan Bahasa Jawa. Sekolah ini memiliki enam
kelas yaitu dari kelas I hingga kelas VI. Memiliki satu ruang pamong (ruang guru)
dan juga satu ruang kepala bagian dan adminstrasi (ruang kepala sekolah dan tata
usaha). Terdapat satu ruang drumband, satu ruang perpustakaan, satu ruang
musik, satu ruang agama, satu laboratorium IPA, satu ruang komputer, dua kamar
mandi, dan satu kantin sehat.
Peneliti melaksanakan penelitian di kelas II dengan jumlah anak 19 yang
terdiri dari 12 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Di kelas ini terdapat beberapa
anak berkebutuhan khusus, di antaranya yaitu hiperaktif, slow learner dan tuna
rungu. Informasi tersebut peneliti dapatkan dari data yang diperlihatkan oleh
sekolah, mengamati papan data anak di kelas, dan mengamati keadaan kelas di
mana beberapa anak mempunyai guru pendamping yang menemani mereka
selama belajar di dalam kelas. Selain itu, peneliti juga menjalin komunikasi
dengan beberapa pendamping untuk memperoleh informasi tersebut.
Partisipan dalam penelitian ini ada lima. Partisipan utama dalam penelitian
ini adalah Fito, yang merupakan salah satu anak dengan hiperaktivitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Sedangkan tiga partisipan lainnya yaitu guru kelas II, guru pendamping umum,
guru pendamping pribadi yang mendampingi Fito selama melakukan kegiatan di
sekolah. Selain guru, peneliti juga mewawancarai kedua orang tua Fito yang
dilakukan di rumah Fito.
4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian
4.1.2.1 Partisipan I (Anak Hiperaktif)
Latar Belakang Partisipan
Partisipan awal dalam penelitian ini adalah Fito. Fito adalah seorang anak
kelas II berjenis kelamin laki-laki. Usia Fito saat ini adalah delapan tahun. Fito
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia tinggal di salah satu daerah yang
juga terletak di pusat kota. Beberapa kali peneliti mengamati bahwa Fito ketika
pulang sekolah dijemput oleh ayahnya. Peneliti juga mendapatkan informasi dari
guru pendampingnya bahwa Fito pernah melakukan terapi untuk mengurangi
hiperaktivitasnya. Untuk membuktikan bahwa Fito memang anak hiperaktif,
sekolah sudah memiliki data psikologis atau assessment yang menyatakan bahwa
Fito adalah anak hiperaktif.
Fito mempunyai banyak kegiatan dan hobi yang sering ia lakukan baik di
sekolah maupun di rumah. Fito senang sekali membaca majalah atau koran, ia
juga senang sekali menonton televisi atau saat ini dia paling senang melihat iklan
di youtube dan menirukannya. Selain itu Fito juga suka menyanyi dan bergaya
seperti foto model. Hal tersebut terlihat dengan banyaknya foto-foto Fito yang
tertempel di dinding rumah dengan pose yang photogenic.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pokok Permasalahan
Pada saat mengamati perilaku Fito di dalam kelas, peneliti melihat bahwa
Fito memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas yang berlebihan
dibanding dengan teman-temannya yang lainnya. Ia terlihat sering berjalan
mondar-mandir keluar dari tempat duduknya.
Selain itu pada saat melakukan penelitian pertama kali, peneliti mengamati
tingkah laku Fito yang cenderung berbeda dibandingkan dengan teman-teman di
kelasnya. Ketika memasuki ruang kelas II, perilaku Fito yang mencolok dan
langsung tertangkap oleh mata adalah saat Fito menempelkan badan dan
tangannya pada dinding bagian belakang kelas. Ia melakukan hal tersebut seolah-
olah ia adalah seekor cicak yang sedang berjalan di atas dinding. Ia juga terlihat
mendorong-dorong tangannya pada dinding tersebut. Fito baru berhenti
melakukan hal tersebut ketika pendampingnya menghampiri dan membimbingnya
untuk duduk tenang.
Perilaku mencolok Fito kedua yang tertangkap oleh peneliti adalah, Fito
senang sekali menyanyi di dalam kelas. Hal yang membuat aktivitas tersebut
menjadi mencolok adalah, Fito menyanyi ketika suasana kelas sedang tenang. Ia
menganggap pensilnya yang dipegangnya sebagai microphone, menggerak-
gerakan kepala, tangan, kaki, dan seluruh badannya sehingga ia bertingkah seperti
seorang penyanyi profesional yang sedang menyanyi di atas panggung.
Seringkali Fito melakukan tindakan-tindakan yang sedikit mengganggu
seperti menyemburkan air liur ke sekelilingnya. Peneliti juga melihat bahwa Fito
memiliki masalah dengan konsentrasinya. Pada saat mengikuti pembelajaran di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dalam kelas Fito tidak bisa duduk tenang dalam waktu yang lama. Seringkali
peneliti melihat bahwa Fito senang sekali memutar-mutar badannya hingga
menghadap ke belakang dan kemudian meletakkan kepalanya di meja yang ada di
depannya. Fito melakukan hal tersebut secara berulang-ulang sehingga
pendampingnya harus berulang kali menenangkan Fito. Tidak jarang Fito
menggigit-gigit tempat pensil dan memasukkan rautan pensil ke dalam mulutnya.
Pada saat kegiatan pembelajaran, peneliti sempat mengamati cara Fito
dalam menerima materi yang diajarkan oleh guru. Peneliti melihat bahwa Fito
lebih fokus dengan lembar kerja anak yang ada di hadapannya. Ketika guru
sedang menerangkan pelajaran, Fito justru mengambil informasi dengan membaca
LKS yang ia letakkan di atas mejanya. Fito terlihat tidak begitu tertarik dengan
penjelasan guru di depan kelas, seolah-olah membaca LKS lebih menarik baginya.
Sesekali pendamping pribadi yang duduk di sebelahnya ikut mengontrol Fito
dalam mengikuti pembelajaran yaitu dengan memberikan instruksi singkat. Misal
“ambil pensilnya” atau “tulis di sini”. Peneliti melihat bahwa Fito lebih dapat
mengikuti instruksi singkat daripada penjelasan panjang yang diberikan oleh guru
di depan kelas.
4.1.2.2 Partisipan II (Guru Kelas II)
Latar Belakang Partisipan
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak dua kali.
Wawancara yang pertama dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2015. Wawancara
tersebut dilakukan di ruang kelas II setelah kegiatan belajar mengajar di SD
Perahu berakhir, yaitu pada pukul 12:08. Sedangkan wawancara yang kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dilakukan pada tanggal 16 November 2015. Wawancara tersebut dilakukan di
teras depan kelas II, setelah partisipan selesai memberikan les kepada anak kelas
II, yaitu pada pukul 12:34.
Partisipan II pada penelitian ini adalah seorang guru laki-laki yang
menjadi wali kelas II. Guru tersebut bernama Pak Akbar. Beliau adalah guru baru
di SD Perahu. Sebelum mengajar di SD Perahu, Pak Akbar pernah menempuh
pendidikan di salah satu universitas swasta dengan jurusan PGSD. Beliau belum
pernah mengajar sebelumnya, sehingga menjadi guru di SD Perahu adalah
pengalaman pertamanya.
Pada saat melakukan wawancara pertama kali, beliau baru menjadi guru di
sekolah tersebut selama dua minggu. Di masa dua minggu awal beliau menjadi
seorang guru, Pak Akbar masih belum banyak mengenal mengenai anak kelas II
yang berada di bawah tanggung jawabnya, terutama Fito. Hal tersebut terlihat
dari cara beliau menjawab pertanyaan wawancara dengan banyaknya kalimat
“kurang tahu” ketika peneliti menanyakan tentang Fito. Misalnya saat peneliti
menanyakan tentang terapi si Fito, Pak Akbar menjawab “O… kalo terapinya
saya kurang tau e..”. Lalu ketika peneliti bertanya bagaimana Fito ketika
mengikuti pelajaran Pak Akbar, beliau hanya menjawab “Semua pendampingnya
yang tahu. Dia nurut sama pendampingnya”.
Pokok Permasalahan
Pada saat melakukan wawancara pertama, peneliti kurang dapat menggali
informasi mengenai Fito dari Pak Akbar, dikarenakan Pak Akbar belum banyak
memahami kondisi anak didiknya. Pada wawancara yang kedua, peneliti kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bertanya hiperaktif itu seperti apa. Pak Akbar menjelaskan bahwa “Hiperaktif itu
kondisi yang.. apa ya.. yang secara tiba-tiba. Kadang bocah, anak itu dari awal
mengikuti pelajaran itu tenang, tapi pas ditengah-tengah mungkin e... Ya itu,
mungkinnya itu saya juga kurang tahu apa penyebabnya”. Beliau kemudian
menambahkan “Tiba-tiba.. e.. apa ya? Teriak-teriak gitu yang mengganggu. Itu
yang saya belum tau. Itunya itu apa. Mungkinnya. Hal yang menyebabkan si anak
yang dari awal mengikuti pelajaran dari pertama itu bisa.. anteng, tenang. Tapi
kok tiba-tiba teriak-teriak gitu.”
Berdasarkan hasil wawancara, Pak Akbar juga menyebutkan beberapa ciri-
ciri Fito yang menunjukkan bahwa anak tersebut adalah anak hiperaktif. “Iya.
Kalo tadi pas pertengahan itu teriak-teriak. padahal dari awal itu udah bisa itu.
Tapi entah kenapa tadi teriak-teriak. Hampir mau itu.. mau keluar.” Selain itu,
Pak Akbar menjelaskan bahwa nilai-nilai mata pelajaran Fito masih di bawah
KKM “Nilainya Fito. Ya, kalo nilainya ya, masih itu, ya masih ada beberapa
yang di bawah KKM”. Saat di sekolah, Fito fokus dan konsentrasi mengikuti
pembelajaran hanya di waktu pagi hari “Paling cuman pagi”.
Terkait hal tersebut, peneliti juga menanyakan bagaimana persepsi Pak
Akbar mengenai gaya belajar Fito. Ketika melakukan wawanca pertama dengan
Pak Akbar, peneliti bertanya bagaimana gaya belajar Fito dan Pak Akbar
menjawab “Fito itu … e… itu kalo kadang suka lari sana lari sini, tapi intinya
membacanya lancar”. Setelah itu, peneliti bermaksud menanyakan termasuk ke
dalam tipe apakah gaya belajar Fito, apakah visual, kinestetik, atau auditori dan
kemudian Pak Agung menjawab “Em…cenderung ke visual sih mbak”. Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kembali meminta penjelasan terkait jawaban Pak Akbar tersebut. Namun ketika
peneliti meminta untuk memberikan contoh hal di mana si anak memiliki gaya
belajar visual, Pak Akbar justru menjawab “Misalnya…e….olahraga itu.
Kegiatan olahraga”. Kemudian peneliti meminta konfirmasi ulang dengan
melakukan wawancara yang kedua. Pada saat wawancara kedua, peneliti berusaha
untuk menjelaskan lebih dahulu mengenai tiga macam gaya belajar yaitu visual
itu dengan melihat, auditori dengan mendengar, dan kinestetik dengan gerakan
kepada Pak Akbar. Kemudian Pak Akbar menjawab dengan “kalo Fito itu
kayaknya gerak. Jadi kayak apa ya? Apa ya kalo gerak itu? Ya, ada gaya-
gayanya gitu”.
Selanjutnya peneliti menanyakan hal apa yang membuktikan bahwa Fito
memiliki gaya belajar yang cenderung menggunakan banyak gerakan dalam
mempermudah menangkap informasi. Dari pertanyaan yang disampaikan peneliti
tersebut, Pak Akbar menjawab “Kalo Fito... Yo, itu. mungkin gambar-gambar
yang menarik. Misalnya kalo jalan-jalan waktu istirahat lihat tas temennya, yang
gambarnya mungkin menurut dia unik atau apa, mampir dulu diliat”.
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Pak Akbar, peneliti
menyimpulkan bahwa Pak Akbar memiliki pandangan bahwa gaya belajar Fito
adalah kinestetik. Pernyataan yang diungkapkan Pak Akbar dalam wawancara
pertama dan kedua, menunjukkan bahwa Pak Akbar belum memahami teori gaya
belajar. Beliau belum dapat membedakan antara gaya belajar kinestetik dan
visual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
4.1.2.3 Partisipan III (Guru Pendamping Umum Sekolah)
Latar Belakang Partisipan
Peneliti melakukan wawancara bersama partisipan II sebanyak sekali.
Namun sebelumnya, peneliti pernah beberapa kali bertemu dan berkomunikasi
dengan partisipan di SD Perahu untuk melakukan pembicaraan singkat mengenai
beberapa anak-anak hiperaktif yang ada di SD Perahu. Peneliti melakukan
wawancara dengan partisipan pada tanggal 17 November 2015, pukul 09:30
ketika beliau sedang berada di Bina Anggara yang merupakan salah satu sekolah
untuk anak-anak autis.
Partisipan II memiliki nama Bu Asih. Beliau adalah seorang guru
pendamping umum yang bekerja di SD Perahu. Selain bekerja di SD Perahu,
beliau juga menjadi guru di Bina Anggara. Setiap hari Senin sampai Kamis, guru
berada di Bina Anggara. Sedangkan hari Jumat dan Sabtu guru mendampingi anak
di SD Perahu. Ketika wawancara dengan Bu Asih di salah satu kelas di Bina
Anggara, peneliti mengamati bahwa beliau beberapa kali menanggapi anak-anak
autis yang berusaha mendekatinya. Bu Asih menanggapi anak-anak autis tersebut
dengan instruksi singkat berbahasa Inggris, tetapi mudah dipahami oleh anak.
Pengalaman mengajarnya sudah sangat banyak. Beliau sudah menjadi guru
selama sebelas tahun, dimulai dari tahun 2004. Sebelum mengajar dan menangani
anak-anak berkebutuhan khusus, beliau sudah menempuh Pendidikan Luar Biasa.
Bu Asih merupakan guru pendamping umum di SD Perahu. Beliau tidak
hanya mendampingi Fito, tetapi juga mendampingi anak-anak berkebutuhan
khusus lain yang juga bersekolah di SD Fito. Namun, walaupun begitu, Bu Asih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sudah mengenal Fito sejak awal Fito bersekolah di SD Perahu. Selain itu, dalam
wawancara Bu Asih mengatakan bahwa Fito pernah menjalani terapi di Bina
Anggara, sehingga sekarang mulai terlihat ada perubahan dari perilaku Fito ke
arah yang lebih baik. Bu Asih juga mengatakan bahwa beliau pernah sekali
berbicara dengan ayah dari Fito untuk membicarakan kemajuan yang ditunjukkan
oleh Fito.
Pokok Permasalahan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Asih, peneliti mendapatkan
informasi bahwa Fito sudah pernah diterapi di Bina Anggara. Sudah ada
peningkatan yang terdapat pada perilaku Fito. Hanya saja Fito masih memiliki
masalah dengan kontrol bicaranya. Bu Asih mengatakan “kalo dia itu nganu..
Kalo dulu kan memang kemana-mana gak mau duduk ya. Tapi sekarang sudah
dengan bimbingan, sudah mulai mau duduk dengan pendampingnya. Tapi yang
belum bisa itu sejenis eee... Bicaranya. Dia bicaraaa terusss tidak mau berhenti.
Itu...”. Bu Asih juga mengatakan bahwa Fito, juga masih belum dapat
mendengarkan guru dengan baik saat proses pembelajaran. Fito tidak terlalu
tertarik dengan penjelasan guru di depan kelas, ketika jarak guru sangat jauh
darinya. Fito lebih bisa menerima informasi atau materi dengan instruksi singkat
dengan pendampingan secara personal.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti sempat bertemu dan berbincang-
bincang dengan Bu Asih terkait dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang ada
di SD Perahu. Peneliti menanyakan apakah ada anak hiperaktif di sekolah tersebut
dan kemudian Bu Asih mengatakan ada, yaitu Fito. Bu Asih dalam wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
memiliki pandangan terhadap anak hiperaktif. Beliau mengatakan “Ya.. Hiperaktif
itu bisa, e.... Apanya.. E... Dia gak bisa... E... Apaaa... Mungkin e suatu perilaku
yang tidak biasa ya jadi misalnya perilaku tidak mau berhenti... Kemudian nanti
tidak hanya perilaku itu saja, tapi perilaku yang misalnya bicaranya juga itu bisa
termasuk. Ituu..”
Sama halnya dengan Pak Akbar. Peneliti juga ingin mengetahui persepsi
Bu Asih mengenai gaya belajar Fito. Bu Asih menjelaskan bahwa “Ya masing-
masing anak punya gaya belajarnya. Nah artinya gaya itu ya punya em... Pola
belajarnya. Ada yang visual, ada yang mendengarkan, ada dengan... Ehemmm..
Apa.. Gerak gitu ya. Jadi kalo Fito itu bisa dia dari me...melihat. Dia pinter
sebenarnya”.
Bu Asih menjelaskan hal yang dapat membantu Fito untuk mempermudah
menyerap informasi adalah dengan membaca buku, karena Fito termasuk anak
yang pandai dan sudah lancar dalam membaca. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan Bu Asih yang mengatakan “Bisa juga dengan buku-buku yang
menarik bagi dia. Dengan buku bergambar atau buku... Dia pinter kok.. Dari
pertama.. Dari pertama saya dan... Saya ketemu Fito itu, Fito udah pinter mbaca.
Cuma belum bisa menulis.”. Kemudian Bu Asih juga mengatakan bahwa Fito
memiliki hobi membaca, yang membawa pengaruh terhadap gaya belajarnya.
Dari hasil wawancara dengan Bu Asih, peneliti melihat bahwa Bu Asih
memiliki pandangan bahwa gaya belajar yang sesuai dengan Fito adalah visual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
4.1.2.4 Partisipan IV (Guru Pendamping Pribadi)
Latar Belakang Partisipan
Peneliti melakukan wawancara dengan pasrtisipan III sebanyak dua kali.
Sebelumnya, peneliti sudah beberapa kali bertemu dengan partisipan III, tetapi
baru melakukan wawancara yang pertama untuk mencari data F pada tanggal 16
November 2015. Wawancara yang pertama dilakukan di ruang kelas II pada saat
jam istirahat, yaitu pada pukul 09:01. Sedangkan wawancara kedua dilakukan
pada tanggal 17 November 2015, di teras depan kelas II, pada pukul 12.30.
Wawancara II yang peneliti lakukan bersama dengan partisipan III sangat singkat,
guna melengkapi data yang kurang dari hasil wawancara I.
Dari hasil wawancara dengan partisipan IV, peneliti mendapatkan
informasi bahwa partisipan adalah seorang guru pendamping pribadi yang
disediakan SD Perahu untuk mendampingi Fito. Beliau bernama Mas Dera.
Karena merupakan guru pendamping pribadi maka Mas Dera lebih fokus
melakukan pendampingan hanya kepada Fito. Ketika melakukan wawancara yang
pertama, Mas Dera mengusulkan untuk melakukan wawancara di ruang kelas saja.
Alasannya adalah agar ia dapat mendampingi Fito yang tiba-tiba duduk
menyendiri di kursinya. Sembari melakukan wawancara, Mas Dera sempat
beberapa kali juga melakukan interaksi dengan Fito dan melakukan kontak fisik
dengan Fito, misalnya menepuk-nepuk perlahan pundak atau punggung Fito.
Ada beberapa pendamping yang disediakan SD Perahu untuk
mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sana, tetapi
yang berkesempatan untuk mendampingi Fito adalah Mas Dera. Saat peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
bertanya bagaimana Mas Dera bisa mendampingi Fito, beliau menjawab “Ituuuu
dapat info itu dari teman saya guru sini juga. Nah itu suruh ndampingi si Fito itu.
Yaudah saya terima aja hehehe..” sehingga partisipan bisa mendampingi Fito
karena mendapatkan informasi dari temannya yang juga merupakan seorang guru
di SD Perahu. Partisipan sendiri sudah bekerja di SD Perahu dan mendampingi
Fito selama kurang lebih satu setengah tahun. Sebelumnya beliau belum pernah
bekerja. Sehingga bekerja di SD Perahu merupakan pengalaman pertamanya.
Sebelum bekerja di SD Perahu, Mas Dera pernah menempuh pendidikan di salah
satu universitas swasta di kota dan mengambil jurusan PGSD.
Pokok Permasalahan
Mas Dera sudah menangani Fito selama satu setengah tahun. Selama
mendampingi Fito, kesulitan yang dirasakan Mas Dera terjadi saat awal-awal
mendampingi Fito, di mana Fito sangat sulit untuk duduk tenang. Menurut Mas
Dera, Fito pernah mengikuti terapi, tetapi entah dengan alasan apa, orang tuanya
berhenti untuk mengikutkan terapi. Ketika peneliti melakukan kroscek kepada
guru pendamping umum dan juga orang tua Fito, peneliti mendapat informasi
bahwa Fito sampai saat ini masih melakukan terapi.
Peneliti melihat Mas Dera memiliki persepsi sendiri terhadap Fito sebagai
anak hiperaktif saat melakukan wawancara. Hiperaktif menurut Mas Dera adalah
“Hiperaktif itu... em... apa ya? Suka main sendiri”. Ia kemudian menambahkan
“He’em. sama apa itu? Suka rame sendiri. Kadang main tangan sendiri, seperti
itu”. Selain itu, Mas Dera menyebutkan beberapa ciri anak hiperaktif, “Ituuu...
Tangannya gerak-gerak sendiri. Terus kadang-kadang tu suka nggak tau kenapa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
emosi sendiri, ngomong sendiri gitu.. Teriak-teriak jugaaa..”. Menindaklanjuti
pernyataan Mas Dera tersebut, peneliti bertanya apa yang menyebabkan Fito
berteriak-teriak di kelas. Mas Dera menjelaskan bahwa Fito bosan mengikuti
pelajaran “Hehehe ya itu tu mungkin karna udah merasa bosannnnn apa
kecapekaaaan”. Terkait hal tersebut, Mas Dera juga menambahkan bahwa Fito
kurang fokus saat mengikuti pelajaran “Itu gimana ya? Sedikit-sedikit pikirannya
tu kemanaaaa. Kepingen jalan-jalan. Kepingin apa itu? Tau-tau ngomong sendiri.
Ke toko manaaa... Ke itu manaaa.. Jadi konsentrasinya kurang.”
Ketika peneliti menyinggung tentang gaya belajar Fito, Mas Dera
mengatakan bahwa Fito suka bermain. Namun, Mas Dera menjelaskan bahwa
bermain yang dimaksud adalah melakukan kegiatan seperti membuat prakarya.
Saat peneliti bertanya bagaimana Mas Dera melihat gaya belajar anak,
pendamping Fito tersebut tampak kesulitan menemukan kata-kata yang tepat
untuk menjawab pertanyaan peneliti. “Gaya belajar ya? Em...keminatannya
nganu... siswa”. Pada saat wawancara kedua, Mas Dera memperjelas
pernyataannya mengenai gaya belajar. “Itu emmmm... Gimana ya? Keseriusan
siswanya itu dalam belajar. Nah itu... Terus... Hehehe. Keminatan dalam
belajar”. Lebih lanjut lagi, peneliti menggali informasi lebih dalam dengan
menanyakan hal lain yang Fito suka dan dapat membantu Fito dalam memahami
informasi. Mas Dera menjawab pertanyaan peneliti tersebut dengan memberikan
pernyataan “Mungkin membaca majalah. Suka liat iklan di TV juga. Suka itu”.
Peneliti juga bertanya, masuk ke dalam tipe manakah gaya belajar Fito. Pada saat
mengajukan pertanyaan tersebut, peneliti harus menjelaskan lebih dahulu apa arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dari gaya belajar visual, kinestetik, dan auditori, baru setelah itu Mas Dera dapat
menjawab pertanyaan peneliti. ”Melihat ya..” begitu ungkap Mas Dera. Selain itu
Mas Dera juga mengatakan bahwa membaca majalah, menonton televisi, dan
menggambar merupakan hobi Fito.
Peneliti menyimpulkan, Mas Dera memiliki persespsi bahwa Fito lebih
cocok dengan gaya belajar melihat.
4.1.2.5 Partisipan V (Orang Tua)
Latar Belakang Partisipan
Wawancara peneliti dengan orang tua Fito dilaksanakan satu kali pada
tanggal 26 November 2015 pukul 19:36 hingga 20:05. Dari kegiatan wawancara
tersebut peneliti mendapat data bahwa ayah Fito atau bisa dipanggil dengan Pak
Romi adalah seorang wiraswasta. Sedangkan istrinya yang Ibu Ita adalah seorang
ibu rumah tangga. Selain itu mereka berdua juga menjalankan bisnis kos-kosan.
Kedua orang tua Fito bertempat tinggal di salah satu rumah yang berada di
pusat kota. Mereka tinggal bersama kedua anaknya yaitu Fito dan adiknya.
Selama wawancara, orang tua Fito membiarkan Fito untuk bertemu dan membaur
dengan peneliti.
Peneliti melihat bahwa ada hubungan yang akrab antara orang tua dengan
anak. Di waktu yang sama, peneliti juga memperhatikan bahwa ayah Fito sangat
sabar saat membimbing kedua putranya saat beraktivitas, tak jarang peneliti
melihat ayah Fito memberikan Fito sebuah pelukan. Begitu pula ibu Fito yang
juga terlihat mendidik anaknya dengan baik, misalnya beliau memberitahu cara
kepada Fito kalau pergi ke kamar mandi, pintunya harus ditutup, atau setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
buang air kecil harus disiram. Selain itu, ibu Fito mengaku bahwa ia sangat
bangga kepada Fito. Hal tersebut terekam dalam wawancara di mana beliau
mengatakan “Karena anak saya memang istimewa. Saya selalu bersyukur. Saya
selalu berterimakasih. Bangga saya pokoknya punya anak kayak Fito itu hehehe”.
Pokok Permasalahan
Menurut orang tua Fito, di rumah Fito termasuk anak yang aktif. Kedua
orang tuanya mengungkapkan bahwa Fito paling tidak bisa tenang di tempat yang
sama. Ketika di tanya tentang apakah Fito adalah anak hiperaktif, kedua orang
tuanya menyatakan setuju jika anak mereka adalah anak hiperaktif. “Kalo
hiperaktif iya”, begitu ungkap ayah Fito. Kemudian beliau menambahkan bahwa
assessment psikologi Fito menunjukkan bahwa Fito memiliki kecenderungan
syndrom spektrum autis. Selanjutnya, ibu Fito juga turut memberikan pendapat
mengenai persepsinya terhadap anak hiperaktif. Fito memang hiperaktif tetapi
kadarnya sudah berkurang banyak.
Ketika peneliti bertanya mengenai apa itu hiperaktif, ayah Fito
menyebutkan bahwa hiperaktif adalah sangat aktif atau terlalu aktif. Sedangkan
ibunya menyebutkan bahwa hiperaktif adalah tidak dapat diam sama sekali. Selain
itu, berdasarkan hasil dari wawancara, peneliti mendapatkan beberapa data
mengenai ciri-ciri atau karakteristik anak hiperaktif. Ayah Fito mengungkapkan,
ciri-ciri yang terdapat pada Fito adalah gelisah, tidak mau masuk kelas, tidak bisa
diam di satu tempat, tangan dan kakinya bergerak-gerak tanpa maksud. Tak jarang
Fito berlari-larian di halaman sekolah dan di rumah, “dia muterrrr gitu.. nggak
bisa diem” Fito juga tidak pernah merasa lelah ataupun sakit. “Dulu nggak..nggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
mau..berenang sepuluh jam nggak capek”, begitu ungkapnya. Hal senada juga
diungkapkan Bu Ita, “Dia dulu mau berendam di air gitu badannya fit.
Nggak...nggak...ada yang namanya flu, masuk angin”. Kemudian beliau
menambahkan bahwa saat ini Fito sudah menunjukkan perkembangan yaitu sudah
lebih peka terhadap rasa sakit dan rasa lelah.
Hal yang mendasari perkembangan Fito tersebut adalah konsumsi susu.
Setelah melakukan terapi, orang tua Fito menghentikan konsumsi susu terhadap
Fito, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hiperaktivitasnya. Selain
tidak mengkonsumsi susu, Fito juga tidak boleh mengkonsumsi banyak makanan
seperti telur, coklat, dan lain-lain dikarenakan ada 35 alergi yang menyerang
tubuhnya.
Selain permasalahan tersebut, Fito juga memiliki masalah dengan motorik
halusnya. Pak Romi mengatakan bahwa motorik halusnya masih kurang.
Kemudian Bu Ita memperjelas dengan mengatakan bahwa cara Fito memegang
pensil kurang tekanan. Saat diwawancara ibu dari Fito tersebut memperagakan
cara Fito memegang pensil di mana jari-jarinya tidak memberikan tekanan saat
menggengam. Untuk melatih motorik halusnya, orang tua Fito memasukkan Fito
ke sekolah Bina Anggara untuk diterapi. Berdasrkan hasil wawancara, ayah Fito
menyebutkan ada bermacam-macam bentuk terapi yang diikuti oleh Fito seperti
membuat kalung dari manik-manik, latihan komunikasi, konsentrasi dan
pengendalian diri. Namun, setelah melakukan terapi tersebut sudah ada
perkembangan yang ditunjukkan oleh Fito.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana Fito
belajar ketika di rumah. Orang tua Fito mengaku bahwa di rumah Fito tidak
pernah belajar. Ia hanya mau belajar ketika ia berada di sekolah, seakan-akan
rumah bukanlah tempat ia untuk belajar. Bahkan ibunya menjelaskan bawa Fito
pernah memberontak dan berteriak-teriak ketika diajak belajar di rumah. Sehingga
mereka tidak tahu bagaimana proses belajar Fito. Mereka menceritakan bahwa
sewaktu Fito berumur 2,5 tahun, anak tersebut sudah dapat membaca padahal
tidak ada yang mengajari. Kemudian ketika peneliti menanyakan apa itu gaya
belajar, sang ayah menjawab bahwa gaya belajar adalah “cara...cara kita
me..mengetahui sesuatu. Me..mempelajari sesuatu”. Beliau menambahkan bahwa
gaya belajar Fito adalah visual. Ketika peneliti bertanya bagaimana dengan gaya
belajar kinestetik, ayah Fito menyatakan kurang. “Kurang. Dia lebih ini.. Visual..
Memang kelebihannya di itu. Karena memang sukanya...sukanya kan yang itu
nonton iklan tivi. Kadang iklan koran juga. Itu dia lebih..malah lebih detail
daripada kita-kita hehe”. Beliau mengungkapkan hal tersebut karena memang hal
yang paling dilakukan Fito di rumah adalah menonton TV, melihat tayangan di
youtube, dan membaca koran atau majalah.
Ibu Fito memiliki pendapat yang berbeda, bahwa gaya belajar yang sesuai
dengan Fito adalah dengan ucapan. Beliau mengungkapkan “Ho’o. Daripada ini
ya.. Soale dia lebih cepet kalo dikasih tau..” Sehingga gaya belajar yang sesuai
adalah auditori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4.2 Pembahasan
Peneliti melakukan penelitian di kelas II dengan jumlah anak 19, terdiri dari
12 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Informasi tersebut peneliti peroleh
berdasarkan pengamatan dari papan data anak di kelas II. Pada saat peneliti
melakukan observasi di kelas tersebut, peneliti menemukan ada satu anak
hiperaktif, berjenis kelamin laki-laki bernama Fito. Saat ini usia anak tersebut
delapan tahun. Orang tua Fito menyekolahkan di sebuah sekolah inklusi, yaitu di
SD Perahu.
Peneliti melakukan peneitian dari bulan Juli hingga Desember. Kegiatan
pengambilan data yang meliputi wawancara dan observasi dilakukan setiap hari
Sabtu selama lima bulan. Observasi dilakukan peneliti sebanyak dua kali, yaitu
pada tanggal 8 Agustus 2015 dan tanggal 16 November 2015.
Penelitian ini melibatkan lima partisipan, yaitu Fito sebagai partisipan utama,
kemudian guru kelas II, guru pendamping umum sekolah, dan guru pendamping
pribadi. Penelitian melakukan observasi terhadap Fito dan melakukan wawancara
kepada guru kelas II, guru pendamping umum, guru pendamping pribadi, dan
orang tua untuk mengetahui persepsi guru mengenai anak hiperaktif dan gaya
belajar anak hiperaktif.
Fito merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Secara fisik, Fito tidak
terlihat berbeda jika dibandingkan dengan anak-anak yang lainnya. Dari dokumen
psikologis, Fito dinyatakan sebagai anak hiperaktif, sehingga orang tuanya
memutuskan untuk melakukan terapi pada Fito di salah satu sekolah untuk anak
berkebutuhan khusus. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan pendamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pribadi Fito, terapi tersebut sudah dihentikan oleh orang tuanya. Guru kelas Fito,
mengatakan bahwa Fito mendapatkan kasih sayang yang besar dari ayahnya. Hal
tersebut terbukti saat beberapa kali peneliti melihat ayah Fito datang ke sekolah
untuk menjemput Fito.
Pertama kali peneliti bertemu dengan Fito, saat peneliti akan mengobservasi si
anak pada hari Sabtu, tanggal 8 Agustus 2015. Dalam penelitian ini, peneliti tidak
dapat melakukan wawancara dengan Fito dikarenakan peneliti melihat Fito adalah
pribadi yang cenderung tertutup. Ketika peneliti masuk kelas untuk
mengobservasi Fito yang kedua kalinya pada hari Senin, tanggal 16 November
2015, Peneliti melihat ada sedikit perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh Fito.
Peneliti yang saat itu mengambil tempat duduk tepat di belakang Fito, mengamati
bahwa ketika di pagi hari, di beberapa menit awal mengikuti pembelajaran, Fito
terlihat duduk tenang. Ia tidak lagi menunjukkan gerakan-gerakan yang
mengundang perhatian orang lain. Ia mengikuti pembelajaran dengan duduk
tenang bersama seorang guru pendamping yang duduk di sebelahnya. Meskipun
di menit-menit pertengahan, Fito mulai terlihat gelisah.
Ada beberapa perilaku Fito yang menunjukkan bahwa Fito memiliki
karakteristik inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Karakteristik inatensi ditunjukkan
Fito dengan beberapa perilaku. Pertama, Fito sulit berkonsentrasi yang terlihat di
menit-menit pertengahan kegiatan pembelajaran. Kedua, tampak tidak
mendengarkan saat diajak berbicara. Hal ini terlihat ketika peneliti beberapa kali
menyapa Fito, tetapi Fito hanya menengok dengan wajah datar tanpa respon
apapun. Peneliti juga beberapa kali pernah mendekati Fito untuk bersalaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mengobrol. Fito sepintas menengok dan membalas jabat tangan, tetapi ketika
diberikan pertanyaan, ia tidak pernah menjawab dan justru sibuk dengan
dunianya.
Ketiga, Fito menghindari aktivitas berpikir. Hal tersebut peneliti ketahui dari
pernyataan Ibu Fito yang mengatakan bahwa Fito sering kali enggan mengerjakan
soal sampai selesai. Ibu Fito menambahkan bahwa ketika diberi soal, Fito
sebenranya dapat mengerjakannya dengan benar, tetapi ia tidak mau mengisi atau
menjawab soal dengan jawaban yang benar. Keempat, Fito sering tidak mengikuti
perintah dan gagal menyelesaikan tugas sekolah. Hal tersebut ditunjukkan ketika
proses pembelajaran berlangsung, Fito jarang langsung mengerjakan tugas yang
diberikan oleh wali kelas, kecuali dengan instruksi singkat yang mudah dipahami.
Kelima, perhatian Fito mudah sekali teralih saat berada di kelas. Keenam, Fito
terlihat tidak teratur dalam mengerjakan tugasnya sehingga harus didampingi oleh
pendamping pribadi.
Selain karakteristik inatensi, Fito juga menunjukkan karakteristik hiperaktif
dan impulsif. Pertama, Fito seringkali terlihat gelisah. Hal tersebut terjadi saat ia
sudah merasa jenuh mengikuti kegiatan belajar di kelas. Ia mulai menggerak-
gerakkan tangannya. Kepala dan pandangan Fito mulai bergerak-gerak ke kanan,
kiri, atas, dan sesekali mengintip ke arah jendela yang ada di sebelahnya sehingga
tidak fokus ke lembar kerja siswa yang ada di atas mejanya. Kedua, saat belajar di
kelas Fito sering kali meninggalkan tempat duduk sehingga harus selalu dikontrol
oleh pendampingnya. Ketiga, Fito seringkali berlari dan menaiki kursi di kelas.
Keempat, saat bermain Fito harus selalu didampingi oleh Mas Dera, karena ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tidak bisa tenang saat bermain. Kelima, Fito sangat sering melakukan aktivitas
motorik secara berlebihan baik di sekolah maupun di rumah. Misalnya, berjalan
mondar-mondair di ruang tamu dan berlari-lari tanpa tujuan yang jelas. Perilaku
yang keenam adalah, ia senang sekali berbicara. Bahkan terkadang ia berbicara
tanpa henti. Fito juga pernah beberapa kali berteriak-teriak di dalam kelas ketia ia
sudah jenuh mengikuti pembelajaran.
Selain peneliti, Pak Akbar, Mas Dera, dan Bu Asih juga melakukan observasi.
Berdasarkan hasil observasi, Pak Akbar dan Mas Dera memiliki pandangan yang
sama. Peneliti mendapatkan data enam karakteristik inatensi, hiperaktif dan
impulsif yang ditunjukkan oleh Fito. Menurut Pak Akbar dan Mas Dera,
karakteristik inatensi ditunjukkan dengan ciri-ciri: (1) sulit memberikan perhatian
pada detail pekerjaan, tugas sekoalh, atau aktivitas lain, (2) sulit berkonsentrasi
saat mengerjakan tugas atau bermain, (3) tampak tidak mendengarkan jika diajak
bicara, (4)sering tidak mengikuti perintah dan gagal dalam menyelesaikan tugas
sekolah, (5) menghindari aktivitas mental/berpikir, (6) perhatian mudah teralih,
(7) sering lupa.
Karakteristik hiperaktif dan impulsif yang terlihat oleh Pak Akbar dan Mas
Dera adalah: (1) sering gelisah, (2) berlari dan memanjat secara berlebihan dalam
situasi yang tidak tepat, (3) melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, (4)
sering berbicara berlebihan, (5) sering menjawab tanpa berpikir sebelum
pertanyaan selesai diberikan, (6) sering menyela pembicaraan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Bu Asih memiliki pandangan yang hampir sama dengan Pak Akbar dan Mas
Dera saat mengobservasi Fito. Bu Asih juga memiliki pandangan bahwa Fito
mempunyai tujuh karakteristik inatensi, yaitu: (1) sulit memberikan perhatian
pada detail pekerjaan, tugas sekoalh, atau aktivitas lain, (2) sulit berkonsentrasi
saat mengerjakan tugas atau bermain, (3) tampak tidak mendengarkan jika diajak
bicara, (4) tidak teratur dalam melakukan tugas, (5) menghindari aktivitas
mental/berpikir, (6) perhatian mudah teralih, (7) sering lupa.
Sementara itu, untuk karakteristik hiperaktif dan impulsif, apa yang diamati
oleh Bu Asih sama dengan apa yang diamati oleh Pak Akbar dan Mas Dera, di
mana Fito memiliki perilaku sebagai berikut: (1) sering gelisah, (2) berlari dan
memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat, (3) melakukan
aktivitas motorik secara berlebihan, (4) sering berbicara berlebihan, (5) sering
menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai diberikan, (6) sering
menyela pembicaraan orang lain.
Dari hasil observasi yang berpedoman pada DSM-IV tersebut peneliti dapat
melihat ada dugaan bahwa Fito memiliki kecenderungan atau dapat didiagnosa
mengalami hiperaktivitas. Zaviera (2014:27) mengungkapkan bahwa seseorang
dapat didiagnosa mengalami hiperaktivitas apabila menunjukkan masing-masing
minimal enam perilaku pada karakteristik inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
Selain dengan observasi, peneliti juga melakukan wawancara untuk
mengetahui persepsi guru terhadap anak hiperaktif, peneliti pertama kali
melakukan wawancara dengan Pak Akbar. Dalam wawancara Pak Akbar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengatakan bahwa hiperaktif adalah kondisi anak yang secara tiba-tiba
perilakunya tidak terkendali. Pak Akbar menceritakan bahwa Fito dapat bersikap
tenang di menit-menit awal pelajaran. Namun, saat pertengahan pembelajaran
tiba-tiba Fito berteriak-teriak. Pak Akbar mengaku belum mengetahui apa yang
menyebabkan Fito dapat bersikap demikian.
Setelah melakukan wawancara dengan Pak Akbar, peneliti melakukan
wawancara dengan guru pendamping pribadi, yaitu Mas Dera. Ketika peneliti
bertanya tentang apa itu hiperaktif, Mas Dera menjelaskan bahwa anak hiperaktif
itu senang bermain sendiri, banyak bicara atau ramai sendiri, dan senang memain-
mainkan tangannya tanpa tujuan yang jelas. Hampir sama dengan Mas Dera, Bu
Asih yang merupakan guru pendamping umum pun memiliki pandangan yang
mirip terkait anak hiperaktif. Menurut Bu Asih, hiperaktif adalah perilaku yang
tidak biasa di mana anak tidak mau berhenti melakukan sesuatu. Beliau
menambahkan bahwa tidak hanya perilaku dari si anak saja yang berlebihan,
tetapi juga bicaranya. Kemudian bu Asih juga mengungkapkan bahwa Fito
memiliki konsentrasi yang lemah saat mengikuti pelajaran. Di hari yang berbeda
peneliti juga melakukan wawancara dengan kedua orang tua Fito. Sang ayah
mengungkapkan bahwa hiperaktif itu perilaku yang sangat aktif dan terlalu aktif.
Kemudian pernyataan tersebut didukung oleh sang ibu memberikan pernyataan
bahwa anak hiperaktif tidak dapat diam sama sekali. Pandangan partisipan di atas
terhadap anak hiperaktif sesuai dengan teori yang ditulis oleh Marlina (2008: 5)
bahwa anak hiperaktif adalah “tidak bisa diam, yaitu perilaku yang mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
kecendrungan melakukan suatu aktivitas yang berlebihan, baik motorik maupun
verbal”.
Setelah mengetahui persepsi guru terhadap anak hiperaktif, peneliti juga
melakukan wawancara dengan partisipan untuk mengetahui persepsinya terhadap
gaya belajar yang terdapat pada anak hiperaktif. Peneliti pertama kali melakukan
wawancara dengan Pak Akbar. Menurut Pak Akbar, gaya belajar adalah cara
menyampaikan materi sebuah pelajaran. Berbeda dengan Mas Dera selaku guru
pendamping pribadi Fito. Saat menjelaskan pengertian gaya belajar, ia nampak
kesulitan untuk menemukan kata-kata yang sesuai. Beliau mengungkapkan bahwa
gaya belajar adalah keseriusan siswa dan keminatan siswa dalam belajar. Pada
hari selanjutnya, peneliti melakukan wawancara kepada Bu Asih. Beliau memiliki
pandangan bahwa gaya belajar adalah pola siswa dalam belajar. Beliau
menambahkan ada tiga tipe gaya belajar anak yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
Berbeda lagi dengan ayah Fito yang menjelaskan bahwa gaya belajar adalah cara
seseorang mengetahui dan mempelajari sesuatu.
Menurut teori gaya belajar yang ditulis oleh Ghufron dan Rini (2013:42), gaya
belajar adalah sebuah pendekatan yang menjelaskan bagaimana individu belajar
atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada
proses dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang
berbeda. Berdasarkan pendapat para partisipan diatas, terdapat perbedaan persepsi
wali kelas II terhadap teori gaya belajar. Pernyataan Bu Asih sesuai dengan Porter
dan Hernacki (Suyono dan Hariyanto, 2012:148) yang menjelaskan bahwa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
tiga macam pokok gaya belajar anak, yaitu gaya belajar visual, auditori, dan
kinestetik.
Dalam melakukan wawancara, peneliti juga menggali informasi tentang
persepsi guru terhadap tipe gaya belajar yang sesuai dengan anak hiperaktif. Saat
melakukan wawancara dengan Pak Akbar, beliau mengungkapkan bahwa gaya
belajar yang sesuai dengan Fito adalah visual. Ketika peneliti meminta penjelasan
tentang bukti yang mendukung bahwa Fito memiliki gaya belajar vsiaul, Pak
Akbar melanjutkan bahwa Fito menyukai kegiatan olahraga dan gerakan. Pada
wawancara pertama saat peneliti menanyakan bagaimana gaya belajar Fito, Pak
Agung menjawab bahwa Fito senang berlari-lari, tetapi dalam membaca Fito
sudah lancar.
Gaya belajar visual adalah cara anak belajar dengan mengakses gambar,
mengingat gambar, bentuk dan warna, hubungan ruang, masalah dua dan tiga
dimensi (Bandler dan Grinder dalam Zahar, 2009: 23) Sedangkan Bandler dan
Grinder (Prihadi, 2008:68) mengungkapkan gaya belajar kinestetik berhubungan
dengan koordinasi, gerakan, irama, tanggapan emosionil, dan kenyamanan fisik.
Merujuk dari pernyataan wali kelas II tersebut, gaya belajar yang sesuai dengan
Fito adalah kinestetik karena Fito cenderung menyukai gerakan. Hanya saja, wali
kelas II tersebut belum dapat membedakan antara gaya belajar visual dan
kinestetik. Hal tersebut dikarenakan wali kelas belum memahami teori-teori gaya
belajar.
Berbeda dengan Bu Asih. Guru pendamping umum tersebut, memiliki cara
pandang yang berbeda terhadap gaya belajar Fito sebagai anak hiperaktif. Bu Asih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mengatakan bahwa masing-masing anak memiliki gaya belajarnya masing-
masing. Beliau menjelaskan bahwa gaya belajar itu adalah sebuah pola belajar si
anak. Kemudian Bu Asih mengkaitkan dengan Fito. Beliau berpendapat bahwa
gaya belajar Fito lebih cenderung melihat. Hal tersebut didukung dengan
pernyataannya yang demikian “Kalo dia lebih ke visual ya. Nek kalo mulai
sekarang ya belajar mendengarkan”. Beliau bercerita bahwa Fito adalah anak
yang pintar. Fito sudah bisa membaca dengan lancar. Oleh karena itu beliau
menambahkan bahwa cara yang tepat agar Fito lebih mudah menyerap informasi
adalah dengan membaca buku-buku yang menarik.
Mas Dera, sebagai guru pendamping pribadi memiliki pandangan yang sama
dengan Bu Asih. Ketika ditanya mengenai bagaimana gaya belajar anak yang
didampinginya, beliau menjawab bahwa gaya belajar Fito adalah dengan melihat.
“Melihat ya..” begitu ungkapnya. Selain itu, dalam wawancara Mas Dera juga
menyebutkan hal yang membantu Fito dalam belajar adalah dengan membaca
majalah dan menonton iklan di televisi.
Selanjutnya ayah Fito berpendapat bahwa gaya belajar adalah cara seseorang
mengetahui dan mempelajari sesuatu. Ia menyebutkan bahwa gaya belajar yang
sesuai dengan Fito adalah visual. Peneliti sempat bertanya bagaimana gaya belajar
Fito, apakah dengan gerakan seperti yang dikatakan oleh wali kelasnya. Ayah Fito
menjawab “Kurang. Dia lebih ini.. Visual..”
Data yang diperoleh peneliti dari guru pendamping umum, guru pendamping
pribadi, dan ayah anak terkait dengan gaya belajar anak tersebut, memiliki
kesamaan dengan teori yang ditulis oleh Porter dan Hernacki (Suyono dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Hariyanto,2012; 148) mengungkapkan, gaya belajar visual dapat dideteksi melalui
kebiasaan anak ketika belajar antara lain: (1) anak lebih mudah mengingat apa
yang dilihat daripada yang didengar, (2) mudah mengingat dengan hal-hal yang
terkait visual, (3) memiliki hobi membaca, cepat, dan tekun ketika membaca, (4)
lebih suka membaca secara mandiri daripada dibacakan, (5) karena tidak begitu
senang mendengarkan esensi pembicaraannya, maka anak cenderung berbicara
cepat.
Berbeda dengan suaminya, ibu Fito menjelaskan bahwa gaya belajar anaknya
adalah ucapan dan lebih cepat memahami materi apabila diberitahu secara verbal.
“Ho’o. Daripada ini ya.. Soale dia lebih cepet kalo dikasih tau.”. Pernyataan
tersebut sesuai dengan teori bahwa gaya belajar auditori lebih mudah mencerna
informasi dengan berbicara, menyuarakan, dan mendengar (Bandler dan Grinder
dalam Prihadi, 2008:68).
Hasil wawancara yang diperoleh peneliti tersebut menjelaskan ada kemiripan
persepsi guru terhadap anak hiperaktif. Sedangkan guru memiliki persepsi yang
berbeda terhadap gaya belajar anak hiperaktif. Persepsi guru yang terbentuk
terhadap gaya belajar anak hiperaktif tersebut adalah eksternal perception. Sesuai
dengan teori Sunaryo (2013:94) tentang macam-macam persepsi yang
mengungkapkan bahwa Eksternal perception adalah persepsi yang terjadi karena
adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. Berdasarkan teori tersebut
dapat disimpulkan bahwa persepsi guru yang terbentuk dipengaruhi oleh
rangsangan dari luar, seperti apa yang mereka lihat dan rasakan dari diri anak
hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4.3 Temuan Lain dalam Penelitian
Selama melakukan penelitian, peneliti menemukan temuan baru yang dapat
diteliti lebih lanjut. Temuan terbaru tersebut terkait hobi Fito yang mempengaruhi
gaya belajarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendamping umum,
guru pendamping pribadi, dan orang tua, peneliti mendapatkan data bahwa Fito
memiliki hobi membaca buku atau majalah atau koran, melihat video, dan iklan di
televisi.
Menurut partisipan-partisipan penelitian tersebut, hobi Fito tersebut secara
tidak langsung mempermudah Fito untuk menyerap dan memahami informasi
dari luar. Temuan baru tersebut dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini:
Gambar 4.1 Temuan dalam Penelitian
Hobi anak
Gaya belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB V
PENUTUP
Bab V ini berisi tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian, dan
saran. Kesimpulan berisi tentang rangkuman dari keseluruhan kegiatan penelitian.
Keterbatasan penelitian berisi tentang keterbatasan yang peneliti temui selama
melakukan kegiatan penelitian. Sedangkan saran berisi saran dari peneliti bagi
peneliti selanjutnya, bagi guru, dan bagi orang tua.
5.1 Kesimpulan
Persepsi yang dimiliki oleh partisipan penelitian terhadap anak hiperaktif
terbentuk berdasarkan apa yang mereka lihat atau tangkap dari diri Fito. Persepsi
guru kelas, guru pendamping umum, guru pendamping pribadi, dan orang tua
terhadap anak hiperaktif memiliki kemiripan. Menurut ketiga guru yang mengajar
dan mendampingi, Fito terlihat sering berjalan mondar-mandir di dalam kelas,
melakukan gerakan yang berlebihan dibandingkan teman-teman satu kelasnya.
Selain itu Fito juga terlihat memiliki gangguan terhadap konsentrasinya saat
belajar. Ia sering terlihat tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh gurunya.
Saat belajar Fito lebih tertarik untuk belajar dengan membaca buku atau LKS
yang ada di depannya dengan instruksi singkat dari guru pendamping pribadi.
Kedua orang tua Fito juga berpendapat bahwa Fito tidak dapat tenang jika berada
di rumah. Ia sering berlari-larian di area sekitar rumah.
Terkait dengan gaya belajar Fito, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, terdapat perbedaan persepsi antara partisipan penelitian. Menurut
wali kelas II, Fito cenderung memiliki gaya belajar kinestetik. Kemudian guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pendamping umum, guru pendamping pribadi, dan juga ayah Fito menyatakan
bahwa anak tersebut memiliki gaya belajar visual. Sedangkan menurut ibu Fito, si
anak memiliki gaya belajar auditori. Perbedaan persepsi tersebut kemungkinan
disebabkan karena guru tersebut belum mengenali keadaan anak hiperaktif secara
mendalam dan guru belum memahami teori tentang gaya belajar.
Temuan baru yang ditemukan dalam penelitian ini menjadikan cerminan bagi
peneliti sebagai calon guru. Peneliti yang nantinya akan menjadi seorang guru
perlu mengenali gaya belajar anak hiperaktif sehingga saat memberikan materi
pelajaran dapat memberikan metode pengajaran yang sesuai dengan gaya
belajaranya. Selain itu sebagai guru nantinya perlu memberikan perhatian khusus
dengan memfasilitasi anak sesuai dengan gaya belajarnya, sehingga anak semakin
termotivasi dalam belajar.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kesulitan peneliti untuk memperoleh
informasi yang akurat dari wali kelas II, karena wali kelas belum terlalu
mengenali kondisi anak dan belum paham mengenai hiperaktif. Selain itu, peneliti
masih merupakan pemula dalam melakukan penelitian ini, sehingga masih banyak
kekurangan saat melakukan pengambilan data.
5.3 Saran
Mengingat penelitian ini masih terbatas baik sumber maupun sampel, maka
penelitian masih perlu dikembangkan baik terhadap anak yang sama oleh peneliti
yang berbeda atau oleh peneliti yang sama terhadap anak yang berbeda dengan
kondisi sejenis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR REFERENSI
Aditomo, Anindito. 2008. Pengantar Psikologi Lintas Budaya Buku Teks Utama
dalam Kelas Psikologi Lintas Budaya Tingkat Awal. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta
Chaerani, N. (2005). Biarkan Anak Bicara. Jakarta: Penerbit Republika
Chatib, M dan Said, A. (2012). Sekolah Anak-Anak Juara. Bandung: Kaifa
Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT
Refika Aditama
Fadhli, A. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Ghufron dan Rini. (2013). Gaya Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gilakjani, A. (2012). Visual, Auditori, Kinaesthetic Learning Styles and Their
Impacts on English Language Teaching. Journal of Studies in Education,
volume 2, no. 1, 104-113. http://brainbutter.com.au/wp/wp-
content/uploads/2013/01/Visual-Auditori-Kinaesthetic-.pdf (diakses pada
tanggal 8-01-2016)
Kurniawati, dkk. (2014). Persepsi Guru Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di
SD Payakumbuh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, volume 3, nomor 1,
109-118. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu (diakses pada tanggal
8-01-2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Moleong, L. J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Prastowo, Andi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif
Rancangan Penelitian.
Prastowo, Andi. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional.
Prihadi, E. (2008). My Potency. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Priyatna, A. (2010). Not A Little Monster. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Raco, J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Jakarta: Grasindo
Sobur. (2011). Psikologi Umum, CV Pustaka Setia, Bandung : 446 – 497
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suharmini, T. (2004). Penanganan Anak Hiperaktif Melalui Metode Sensory
Integrative Therapy. Jurnal Rehabilitasi & Remediasi, JRR tahun 14,
nomor 2., 121-131. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/scan0033_0.pdf
(diakses pada tanggal 08-01-2016)
Sunaryo. (2013). Psikologi untuk Keperawatan. Ed 2. Jakarta: Kedokteran EGC.
Suyono & Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Thompson, J. (2010). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Esensi
Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Wiyani, N. A. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Wood, D. (2007). Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Jogjakarta: Kata Hati
Zahar, I. (2009). Belajar Matematikaku. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Zaviera, F. (2014). Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Kata Hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 1
Teks Anekdot
Nama : Fido
Usia : 8 tahun
Lokasi : SD Perahu
Observer : Aprilia Putri Wening
Observasi terhadap Fido dilakukan selama tiga kali. Sebelum melakukan
observasi, peneliti terlebih dahulu meminta ijin kepada kepala sekolah dan juga
wali kelas II untuk mengobservasi anak hiperaktif. Setelah mendapatkan ijin, wali
kelas II menunjukkan anak hiperaktif kepada peneliti untuk diobservasi.
Observasi yang pertama bertempat di ruang kelas II SD Perahu pada tanggal 8
Agustus 2015, mulai dari pukul 07:30 hingga pukul 09:00. Selama observasi,
peneliti melihat tingkah Fido yang cenderung berbeda dari teman-temannya.
Observasi yang kedua dilakukan pada tanggal 16 November 2015, masih
bertempat di ruang kelas II SD Perahu, pukul 07:30 hingga waktu istirahat pukul
09:00. Peneliti melakukan observasi pada saat pelajaran Bahasa Jawa. Dari situ
peneliti mengamati Fido yang duduk persis di depan peneliti, lebih tertarik
membaca LKS yang ada di mejanya daripada mendengarkan guru yang sedang
menjelaskan materi. Anak tersebut hanya dapat tenang di sepuluh menit awal,
selebihnya ia terlihat gelisah dan tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran.
Kepala dan mata anak tersebut bergerak-gerak melihat ke arah jendela yang ada di
sebelahnya. Ia juga memanjat kursi tempat ia duduk dan membalikkan badan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
arah belakang. Pada saat itu, peneliti juga melihat Fido senang sekali menggerak-
gerakkan tangannya ke arah atas dan samping tanpa alasan yang jelas. Peneliti
juga mendengar ia menyanyikan lagu atau soundtrack iklan yang ada di televisi.
Kemudian observasi terpotong karena si anak harus mengikuti pelajaran komputer
di laboratorium komputer. Pada saat istirahat, peneliti melakukan wawancara
singkat bersama pendamping peribadi Fido. Pada saat melakukan wawancara
tersebut, peneliti sembari mengamati Fido yang juga berada di sebelah guru
pendamping pribadinya. Ia terlihat cukup lekat dan patuh terhadap
pendampingnya.
Observasi yang ketiga dilakukan di rumah si anak, pada tanggal 26
November 2015, pukul 19:36-20:05. Peneliti melakukan observasi yang ketiga
bersamaan dengan melakukan wawancara bersama kedua orang tua Fido. Saat
melakukan wawancara tersebut, orang tua dari Fido menyuruh Fido untuk keluar
dari kamar dan membaur bersama peneliti, sehingga peneliti dapat mengamati
Fido secara langsung. Saat di rumah Fido terlihat sering keluar masuk dari kamar
ke ruangan yang lain di dalam rumahnya. Semakin malam, Fido terlihat sedikit
lebih tenang. Ia terlihat tidur-tiduran di dalam kamar orang tuanya. Sesekali Fido
terlihat berjalan ke arah peneliti seolah mencari-cari perhatian.
Berdasarkan hasil wawancara, orang tua Fido menyatakan bahwa Fido
memiliki kecenderungan syndrom spektrum autis. Namun mereka juga
mengiyakan bahwa Fido juga merupakan anak hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Sedangkan berdasarkan hasil observasi wali kelas II, guru pendamping umum,
dan guru pendamping pribadi menggunakan angket assessment hiperaktif, ketiga
guru tersebut menilai bahwa Fido merupakan anak hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 2
TABEL HASIL TRIANGULASI
Persepsi Wali
Kelas II
Guru
Pendamping
Pribadi
Guru
Pendampi
ng Umum
Ayah Ibu
1. Hiper-
aktif
Hiperaktif
itu kondisi
yang.. apa
ya.. yang
secara tiba-
tiba.
Kadang
bocah, anak
itu dari
awal
mengikuti
pelajaran
itu tenang,
tapi pas di
tengah-
tengah
mungkin e...
Ya itu,
mungkinnya
itu saya
juga kurang
tahu apa
penyebabny
a. Tiba-
Hiperaktif
itu... em...
apa ya?
Suka main
sendiri.
He’em.
sama apa
itu? Suka
rame
sendiri.
Kadang
main
tangan
sendiri,
seperti itu.
Ya..
Hiperaktif
itu bisa,
e....
Apanya..
E... Dia
gak bisa...
E...
Apaaa...
Mungkin e
suatu
perilaku
yang tidak
biasa ya
jadi
misalnya
perilaku
tidak mau
berhenti...
Kemudian
nanti tidak
hanya
perilaku
itu saja,
Ya, sangat
aktif itu.
terlalu
aktif.
Kalo
dulu..bener-
bener...
bener-bener
nggak bisa
diem.
Sekarang
udah
mendingan.
Kalo
hiperaktif,
iya..
memang
nggak..
nggak bisa
diem.
Iya..jadi
kayak
nggak bisa
diem sama
sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
tiba.. e.. apa
ya? Teriak-
teriak gitu
yang
menggangg
u....
tapi
perilaku
yang
misalnya
bicaranya
juga itu
bisa
termasuk.
Ituu..
2. Gaya
Belajar
Gaya
belajar itu
menurut
saya cara
penyampaia
n guru
terhadap
materi yang
diberikan
kepada
siswa. Cara
menyampai
kan
materinya
ya dengan
e....bahasa
yangg
mudah
dimengerti
anak. Jadi
pake kata-
kata
Itu
emmmm...
Gimana ya?
Keseriusan
siswanya itu
dalam
belajar.
Nah itu...
Terus...
Hehehe
Keminatan
dalam
belajar.
Ya
masing-
masing
anak
punya
gaya
belajarnya
. Nah
artinya
gaya itu
ya punya
em... Pola
belajarnya
. Ada yang
visual, ada
yang
mendenga
rkan, ada
dengan...
Ehemmm..
Apa..
Gerak gitu
Yaaa...
cara...cara
kita
me..menget
ahui
sesuatu.
Me..mempel
ajari
sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
e...yang
anak-anak
tau. Jadi
tidak
memake
e....kata
yang
e....yang
misalnya
yang sulit.
ya.
2.a.
Kinestetik
Kalo Fido
itu
kayaknya
gerak.
2.b.
Visual
Melihat ya.. Jadi kalo
Fido itu
bisa dia
dari
me...melih
at. Dia
pinter
sebenarny
a.. Jadi
dia
membaca,
menulisny
a itu.
Kalo
menurut
saya.. dia
memang
melihat.
Harus
semua jadi.
Kan kayak
iklan itu
jadi ada
suara ada
gambar..
Kurang.
Dia lebih
ini.. Visual..
2.c. Audio Ucapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mungkin
ya?
Ho’o.
Daripada
ini ya..
Soale dia
lebih cepet
kalo
dikasih tau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 3
Pemetaan
Wali
Kelas II
Guru Pen-
damping
Pribadi
Guru Pen-
damping
Umum
Ayah Ibu
Persepsi Terhadap Anak Hiperaktif
Gaya Belajar
Kinestetik
Contohnya:
Olahraga atau
gerakan
Visual
Contohnya:
Membaca dan
melihat video
Auditori
Contohnya:
Mendengarkan
ucapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 4
Memo Tertulis
Penelitian ini melibatkan enam partisipan. Namun karena peneliti ingin
mengetahui persepsi guru terhadap gaya belajar anak hiperaktif, maka peneliti
tidak melakukan waawncara kepada Fito dan hanya melakukan wawancara
kepada lima partisipan, yaitu wali kelas II, Guru Pendamping Umum, Guru
Pendamping Pribadi, ayah, dan ibu siswa.
Berdasarkan hasil wawancara, peneliti melihat adanya persepsi guru
terhadap anak hiperaktif. Mereka berpendapat bahwa anak hiperaktif adalah anak
yang tidak dapat diam, berlebihan dalam tingkah dan verbalnya. Persepsi mereka
terbentuk berdasarkan apa yang mereka amati dari perilaku Fito.
Setelah mengetahui persepsi mereka tentang anak hiperaktif, peneliti dapat
melihat persepsi mereka terhadap gaya belajar Fito. Wali kelas II memiliki
persepsi bahwa Fito menyukai pelajaran yang melibatkan gerakan tubuh seperti
olahraga. Sedangkan Guru Pendamping Umum memiliki persepsi bahwa Fito
lebih dapat menangkap pelajaran dengan cara membaca karena Fito sudah lancar
membaca. Hampir sama dengan Guru Pendamping Umum, Guru Pendamping
Pribadi mengungkapkan bahwa Fito biasa menangkap informasi dari membaca
majalah, koran, dan juga melihat iklan-iklan di televisi. Ayah memiliki persepsi
bahwa si anak cenderung memiliki gaya belajar visual yang dibuktikan bahwa si
anak senang membaca dan melihat video. Si ibu memiliki persepsi bahwa si anak
cepat menangkap informasi dengan mendengarkan ucapan, sehingga gaya belajar
si anak masuk dalam tipe audio. Dari pendapat kelima partisipan di atas, terdapat
perbedaan persepsi terhadap gaya belajar anak hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BIODATA PENELITI
Aprilia Putri Wening lahir di Sleman
tanggal 12 April 1994. Peneliti telah menempuh
jenjang pendidikan formal pada tahun 1998 – 2000
di TK Budya Wacana Yogyakarta, kemudian
peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah
dasar pada tahun 2000-2006 di SD Budya Wacana
Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan di
SD, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP tahun
2006-2009 di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Peneliti kembali
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta tahun 2009 – 2012. Setelah lulus SMA,
peneliti mendaftarkan diri sebagai mahasiswa PGSD
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan nomor induk
siswa 121134179. Selama menempuh pendidikan di USD,
peneliti pernah mengikuti UKM Paduan Suara Mahasiswa
Cantus Firmus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI