Upload
vandieu
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA
PENDIDIKAN FORMAL 12 TAHUN
(Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten
Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
MAKHSUS
NIM 109015000131
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIYAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Makhsus
Nim : 109015000131
Jurusan : Pendidikan IPS (Geografi)
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini berjudul “PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG
PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL 12 TAHUN (Studi Kasus
Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten
Tangerang)” merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata
satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Januari 2014
Makhsus
NIM. 109015000131
iii
ABSTRAK
Makhsus (109015000131). Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya
Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa
Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang). Skripsi, Program
Studi Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas
Ilmu Tarbiyahdan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang persepsi
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan formal 12 tahun studi kasus
Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang.
Yang dimaksud persepsi adalah proses yang menggabungkan dan
mengorganisasi data-data inderakita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari pola pikir masyarakat di
sekeliling (lingkungan), dan persepsi ini bisa berkembang menjadi pola pikir, dan
selanjutnya menjadi jalan hidup dalam masyarakat yang menunjukan bahwa
masyarakat memiliki persepsi positif dan persepsi negatif tentang pentingnya
pendidikan formal 12 tahun.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kampung Pejamuran,
Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang yang berjumlah 690
jiwa dan yang menjadi sampel penelitian ini sejumlah 40 jiwa masyarakat,
dengan menggunakan purposive sampling. Metode penelitian menggunakan
metode penelitian diskriptif kualitatif. Tehnik pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan tehnik observasi, wawancara dan angket untuk mengetahui
persepsi masyarakat tentang pendidikan.
Temuan data yang ada dilapangan melalui observasi memperlihatkan
bahwa masyarakat pejamuran memiliki kehidupan yang membudaya dan
memiliki alam yang asri, serta memiliki keadaan ekonomi dengan hirarki yang
beragam. Selain itu dari hasil wawancara ditemukan terdapat persepsi negatif
yang ditunjukan oleh masyarakat kampung pejamuran. Bahkan lebih beragam
lagi hasil temuannya ketika dilapangan setelah menyebar angket yang
menunjukan bahwa terdapat 47,5% persepsi positif, 52,5% persepsi negatif yang
ditunjukan oleh masyarakat kampung pejamuran. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa terdapat persepsi persepsi negatif 52,5% dan persepsi positif 47,5% yang
berkembang didalam persepsi dan polapikir masyarakat kampung pejamuran.
Diindikasi terdapat persepsi negatif dan positif yang ditemukan oleh peneliti
didalam pola pikir masyarakat kampung pejamuran tentang pentingnya
pendidikan formal 12 tahun dikampung pejamuran,desa pasilian, kecamatan
kronjo.
Kata Kunci :Persepsi, Pendidikan
iv
ABSTRARCT
Makhsus (109015000131) Perception of People About the Infortance
12 Years of Formal Education (Case Study at Pejamuran Village of Kronjo,
Pasilian District, Tangerang Region). Thesis, Geography Studies Program
Departement of EdukationSosial Sciences, Tarbiyah and Teaching Faculty
State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The aim of this research is to get the information about the people’s
perception in the matter of the importance 12 years of formal education. This
research is a Case Study in Pejamuran village of Pasilian, Kronjo district,
Tangerang region.
Perception is a process of combining and organizing our senses data to be
developed so we can realize the way of thinking of the people around us. Then,
this way of thinking will grow to become the way of life in the society which will
show that the society is having the positive perception or negative perception
about education.
The population in this research is the people of Pejamuran village of
Pasilian, Kronjodistirct, Tangerang region which is having the total number of
690 lives. And the sample of the research is 40 people taken by Purposive
Sampling Method. The method of the research is Qualitative Descriptive Method.
The technique of the data collection uses Observation technique in the forms of
Interview and Questionnaire.The data found on the field from the observation
shows that Pejamuran people have natural area with cultural and various
economical lives. In the other side, based on the result of the interview, Pejamuran
people have negative perception. This negative perception is more clearly defined
after the result of the questionnaire is studied. It shows that the people of
Pejamuran have 47,5% Positive perceptiona and 52,5% Negative perception.
Keyword : Perception, Edukation
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian pendidikan ini
dengan baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kitaNabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, parasahabatnya, dan
para pengikutnya.
Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidkan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan IPS Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan penelitian pendidikan ini, penulis menyadari sepenuhnya
masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang
penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis
sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS,
beserta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
3. Bapak. Drs, Muhammad Arif, M.Pd, sebagai pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan ilmu dan waktunya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian pendidikan ini.
4. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sebagai dosen Penasihat Akademik
yang banyak membantu serta membimbing penulis selama mengikuti
perkuliahan di Universitas ini.
vi
5. Para dosen yang mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
khususnya yang mengajar di Jurusan Pendidikan IPS. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
6. Kepada seluruh staf perpustakaan umum dan fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
7. Bapak. H.Nasiri selaku kepala Desa Pasilian beserta para stafnya. Saya
mengucapkan terima kasih juga kepada seluruh stap Balai Desa yang
tidak bias saya sebutkan satu persatu, tapi tidak mengurangi rasa
terima kasih dan rasa hormatsaya.
8. Kepada orang tua, serta kakak tersayang, terimakasih atas segaladoa,
perhatian, motivasi dan kasih sayang.
9. Kepada sahabat-sahabat Wahyu Dwijayanto (Dj), Ajami Solihin
(Jamong), Agus Suherman (Cikal), Akbar Fauzi (Kober), Halikin
(Jorge), Rini Suhartini ,Lutfi (syuex), Fadli Yajid (pajid), Abdil Ajiz
(Gagap), Abduh Abdurrahman, Muhammad MahbubJaelani (Mbub),
Fakhrurrozi. Yang telah memberikan motivasi, waktu, tenaga, dan
kesempatan untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan IPS
angkatan 2009 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Wahyu Dwijayanto, Lutfi, Abdul Aziz, Akbar Fauzi, mahbub, dll.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan
adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.
Jakarta, 7 Januari 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan…………………………………………….. i
Halaman Pernyataan……………………………………………… ii
Abstraksi…………………………………………………………… iii
Kata pengantar…………………………………………………… . vi
Daftar Isi………………………………………………………….. vii
Daftar Label……………………………………………………… ix
Daftar Lampiran…………………………………………… …….. x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..……………………………… 1
B. Identifikasi ……………………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah…………………………………… 5
D. Rumusan Masalah……………………………………… 5
E. Tujuan dan Manfaat…………………………………… 5
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGKAJIAN HIPOTESIS
A. DiskripsiTeoritik
1. Hakikat Persepsi……………………………………… 7
2. Hakikat Pendidikan…………………………………… 10
3. Hakikat Masyarakat…………………………………… 16
B. Hasil Penelitian yang Relevan…………………………… 21
C. Kerangka Berpikir………………………………………… 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
viii
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………… 25
B. Latar Penelitian…………………………………………… 26
C. Metodologi Penelitian……………………………………… 27
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data……… 28
E. Pemeriksaan Keabsahan Data……………………………… 37
F. Analisi data ………………………………………………. 38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Data……………………………………………… 39
B. Pembahasan ……………………………………………… 48
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………… 52
B. Implikasi ………………………………………………… 52
C. Saran ……………………………………………………… 53
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 54
LAMPIRAN- LAMPIRAN………………………………………… 56
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Tingkat Pendidikan KronjoTahun 2011……… .. 3
Tabel 1.2 Data Tingkat Ekonomi Kampung PejamuranTahun 2013 3
Table 1.3 Data Tingkat Pendidikan Kampung Pejamuran Tahun
2013…………………………………………………… 4
Table 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………………………… 23
Table 3.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi…………………………… 27
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket………………………………………… 33
Tabel 4.1 Data Tingkat Pendidikan KronjoTahun 2011……… .. 38
Tabel 4.2 Data Tingkat Ekonomi Kampung PejamuranTahun 2013 39
Tabel 4.3 Persentase Kebutuhan Masyarakat Kampung Pejamuran
Terhadap Pendidikan Formal 12 Tahun………………… 43
Tabel 4.4 Persentase Persepsi Masyarakat Kampung Pejamuran
Terhadap Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun…... 43
Tabel 4.5 Persentase Persepsi Anak-anak Masyarakat Kampung
Pejamuran Berhak Mendapatkan Pendidikan Formal 12
Tahun………………………………………………… 44
Table 4.6 Persentase persepsi anak-anak masyarakat kampung
pejamuran mempunyai sikap bertanggung jawab hasil dari
proses pendidikan formal 12 tahun…………………… 44
x
Table 4.7 Persentase persepsi masyarakat kampung pejamuranterhadap
anak-anak harus menempuh jalur pendidikan formal 12
tahun……………………………………… 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi………………………………… 56
Lampiran 2 Angket Penelitian………………………………….. 57
Lampiran 3 Data Hasi l Angket Penelitian……………………… 58
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Kepala desa………………… 59
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Sekertaris Kepala desa…….. 60
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Ketua Badan Permusyawaratan
Desa………………………………………………... 61
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat…………. 62
Lampiran 8 Pedoman Wawancara Tokoh Pendidikan…………. 63
Lampiran 9 Pedoman Wawancara Bapak Asim……………….. 64
Lampiran 10 Pedoman Wawancara Bapak Sukeni……………… 65
Lampiran 11 Pedoman Wawancara Ibu Jalalah…………………. 66
Lampiran 12 Pedoman Wawancara Ibu Nafsiah………………… 67
Lampiran 13 Pedoman Wawancara Ibu Jumenah……………….. 68
Lampiran 14 Transkrip Wawancara Kepala Desa……………… 70
Lampiran 15 Transkrip Wawancara Sekertaris Kepala Desa….. 73
Lampiran 16 Transkrip Wawancara Ketua Badan Permusyawaratan
Desa………………………………………………… 76
Lampiran 17 Transkrip Wawancara Tokoh Masyarakat…………. 79
Lampiran 18 Transkrip Wawancara Tokoh Pendidikan…………. 82
xii
Lampiran 19 Transkrip Wawancara Bapak Asim………………. 85
Lampiran 20 Transkrip Wawancara Bapak Sukeni……………… 87
Lampiran 21 Transkrip Wawancara Ibu Jalalah………………… 89
Lampiran 22 Transkrip Wawancara Ibu Nafsiah………………… 91
Lampiran 23 Transkrip Wawancara Ibu Jumenah……………….. 93
Lampiran 24 Data Penduduk 2013 dari Badan Permuswaratan
Desa………………………………………………… 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan dimasyarakat tidaklah luput dari polemik pola
pikir ataupun persepsi yang menjadi sandaran kehidupan yang dimiliki
masyarakat dalam mengenal lingkungan sekitar mereka.
“Persepsi menurut Abdurrahman Saleh adalah proses yang
menggabungkan dan mengorganisasi data-data indera kita (penginderaan)
untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di
sekeliling”.1
Menurut M.Alisuf Sabri bahwa persepsi atau tanggapan adalah
sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau
kesannya di dalam jiwa kita. Hal itu dimungkinkan oleh kesanggupan
chemis dari jiwa kita. Bekas jejak/kesan yang tertinggal pada kita itu dapat
kita timbulkan kembali (reproduksi) sebagai tanggapan.2
Menurut Muhammad Said dan Junimar Affan bahwa Persepsi
adalah proses yang membeda-bedakan rangsangan yang masuk
untuk selanjutnya diberikan maknanya dengan bantuan beberapa
faktor. Proses itu dimulai dengan masuknya beberapa ransangan
melalui panca indra kita yang jumlahnya sekarang lebih dari lima
(panca) rangsangan-rangsangan itu ke pusat-pusat pengelolahan
untuk kemudian diberi makna.3
Menurut Bagus takwin bahwa dalam psikologi, persepsi secara
umum merupakan perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan
informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses
perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi
tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih dan diatur
adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial.4
1Abdul Rahman Shaleh,PsikologiSuatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2004), h.110. 2 M. Alisuf Sabri, pengantar psikologi umum dan perkembangan,(jakarta, pedoman ilmu
jaya 2010) cet.5,hal 60. 3 Muh.Said dan Junimar Affan, psikologi dari zaman ke zaman, (bandung, jemmars
bandung 1990) edisi kedua, hal 45. 4 Bagus takwin, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam sarlito W.
Sarwono dan eko A.meinarno (ed.), PSIKOLOGI SOSIAL,, (salemba humanika), hal 24.
2
Persepsi merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk
mengetahui dan mengeveauasi orang lain. Dengan proses itu, kita
membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk di dasarkan
pada pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu
tentang rangsangan-rangsangan yang relevan.5
Dari penjelasan diatas bahwa persepsi itu bisa mempengaruhi pola
pikir secara efektif dikeluarkan oleh jiwa kita dari proses persepsi tersebut.
Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali hal-hal yang
berhubungan dengan pendidikan dan begitu pula faktor-faktor yang
mempengaruhi arti penting pendidikan seperti bervariasinya masalah yang
ada dalam proses pendidikan dari sekiditnya minat anak melanjutkan
sekolahnya, mementingkan pekerjaan di bandingkan melanjutkan tingkat
pendidikan, menilai izajah hanya menjadi prasyarat untuk melamar
pekerjaan bukan hasil dari proses pendidikan yang hakikinya. Sangat
ironis memang, tapi hal ini yang menjadi kenyataan betapa rendahnya arti
pendidikan di mata masyarakat.
Masyarakat khususnya orang tua mempunyai pandangan bahwa
pendidikan adalah hal yang tidak penting, akan tetapi hal itu dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan orang tua yang rendah dan ekonomi yang kurang
mendukung, sehingga pentingnya pendidikan hanya digambarkan untuk
pekerjaan saja. Yaitu, bagaimana mencari uang ataupun membantu
pendapatan orang tua, dan faktor lain yang mempengaruhi pandangan
masyarakat tentang anak putus sekolah terhadap pendidikan adalah
rendahnya kualitas ekonomi serta pengaruh lingkungan sekitar seperti
pergaulan dengan orang dewasa, merokok sehingga memberi dampak
negatif terhadap arti penting pendidikan.
5ibid, hal 25.
3
Suatu data ini akan menunjukan bahwa adanya keterpurukan
pendidikan di daerah kampung pejamuran, seperti pada tabel ini:
Tabel 1.1
Data tingkat pendidikan dikampung pejamuran Tahun 2010
Desa Pasilian Tingkat Pendidikan
Jumlah SD SLTP SLTA D III Sarjana
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kampung
Pejamuran 242
224 110 0 4 580
Sumber dari : Badan Permusyarawatan Desa (BPD) data Tahun 2010.
Dari data di atas kampung pejmuran data tingkat pendidikan SD
242 orang, SLTP 224 orang, SLTA 110 orang, DIII tidak terdapat dan
Sarjana 4 orang. Sehingga memang ironis pendidikan di kampung
Pejamuran ini yang sedikit sekali masyarakat yang anaknya melanjutkan
ke tingkat perguruan tinggi, tapi angka tertinggi per-tama dan ke-dua
pekerja ada pada tingkat pendidikan SD dan SLTP.6
Tabel 1.2
Data Tingkat Ekonomi Kampung Pejamuran Tahun 2013
RT
Tingkat Keadaan Ekonomi
kampung pejamuran JUMLAH KET
RENDAH SEDANG TINGGI
01 72 Jiwa 40 Jiwa 25 Jiwa 137 Jiwa
02 67 Jiwa 52 Jiwa 37 Jiwa 156 Jiwa
03 57 Jiwa 48 Jiwa 23 Jiwa 128 Jiwa
04 73 Jiwa 53 Jiwa 31 Jiwa 157 Jiwa
05 49 Jiwa 43 Jiwa 20 Jiwa 112 Jiwa
6 Sumber dari : Badan Permusyarawatan Desa (BPD) data Tahun 2010.
4
Table 1.3
Data Tingkat Pendidikan Kampung Pejamuran 2013
RT RW
Tingkat Pendidikan Akhir Masyarakat Kampung Pejamuran
SD/MI SMP/MTS SMA/MA/SMK D3 S 1
01 01 63 jiwa 43 jiwa 27 jiwa - 4 jiwa
02 01 73 jiwa 37 jiwa 45 jiwa - 1 jiwa
03 01 53 jiwa 41 jiwa 34 jiwa - -
04 01 60 jiwa 45 jiwa 50 jiwa - 2 jiwa
05 01 46 jiwa 29 jiwa 35 jiwa - 2 jiwa
Sumber dari : Badan Permusyarawatan Desa (BPD) pembaharuan dan
pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti.7
Arti pendidikan dimasyarakat sangat begitu ironis memang jika
kita tidak lakukan evaluasi pendidikan terhadap masyarakat maka akan
menjadi apa anak bangsa generasi selanjutnya.
Dari latar belakang di atas maka peneliti tergugah hatinya karna
peneliti sangat ingin meneliti masalah tersebut sehingga peneliti
mengambil judul dalam penelitiannya yaitu ”Persepsi Masyarakat Tentang
Pentingnya pendidikan formal 12 tahun” (Studi Kasus Kampung
Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang).
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan kegiatan mendeteksi, melacak dan
menjelaskan aspek permasalahan di dalam area penelitian. Maka
sedikitnya dapat diindentifikasi masalah seberapa penting persepsi
masyarakat tentang pentingnya pendidikan sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan formal 12 tahun masyarakat kampung pejamuran
yang rendah dan kondisi ekonomi yang kurang mendukung.
7Penulis ketua Badan Permusyawaratan Desa Pailian Bpk.Jamanuri. Sumber dari : Badan
Permusyarawatan Desa (BPD) pembaharuan dan pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti.
5
2. Kondisi tingkat pendapatan masyarakat kampung pejamuran pada
umumnya masyarakat ekonomi rendah.
3. Cukup banyak anak usia pendidikan dikampung pejamuran lebih
memilih untuk mencari uang dan membantu pekerjaan orang tua.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi diatas selanjutnya peneliti menfokuskan
dan membatasi terhadap masalah persepsi masyarakat tentang pendidikan
formal 12 tahun dikampung Pejamuran.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah seperti diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bagaimanakah
persepsi masyarakat Kampung Pejamuran tentang pentingnya pendidikan
formal 12 tahun ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang persepsi masyarakat Kampung Pejamuran tentang pentingnya
pendidikan formal 12 tahun.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Manfaat penyusunan laporan penelitian bagi peneliti, adalah:
a) Merupakan bukti telah ditemukan masalah baru dalam
masalah pendidikan diKampung Pejamuran, Desa Pasilian
Kecamatan Kronjo.
b) Untuk menunjukan hasil temuannya dan memberikan
informasi supaya dikenal oleh banyak pihak dan membuat
hasil penelitian menjadi lebih ada makna.
6
2) Bagi pembaca, dengan adanya informasi dari penelitian ini dari
suatu masalah yang terungkap dan diharapkan bermanfaat bagi
para pembaca untuk menambah wawasannya.
3) Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini menjadi contoh dan
lebih baik dan sejalan lagi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Masyarakat Kampung Pejamuran, diharapkan dapat
memberi arah dan motivasi untuk menjadi manusia cerdas dan
berpendidikan yang berguna bagi bangsa dan negara.
2) Bagi PEMDA, diharapkan dapat menjadi masukan dalam
merumuskan kebijakan pendidikan yang adil dan merata bagi
seluruh masyarakat.
3) Bagi UIN JKT, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Persepsi
a. Pengertian Persepsi
“Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”.1
“Persepsi menurut Abdurrahman Saleh adalah proses yang
menggabungkan dan mengorganisasi data-data indera kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita
dapat menyadari di sekeliling”.2
Menurut M.Alisuf Sabri bahwa persepsi atau tanggapan
adalah sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal
jejaknya atau kesannya di dalam jiwa kita. Hal itu dimungkinkan
oleh kesanggupan chemis dari jiwa kita. Bekas jejak/kesan yang
tertinggal pada kita itu dapat kita timbulkan kembali (reproduksi)
sebagai tanggapan.3
Menurut Muhammad Said dan Junimar Affan bahwa Persepsi
adalah proses yang membeda-bedakan rangsangan yang masuk
untuk selanjutnya diberikan maknanya dengan bantuan beberapa
faktor. Proses itu dimulai dengan masuknya beberapa ransangan
melalui panca indra kita yang jumlahnya sekarang lebih dari
lima (panca) rangsangan-rangsangan itu ke pusat-pusat
pengelolahan untuk kemudian diberi makna.4
Menurut Bagus takwin bahwa dalam psikologi, persepsi
secara umum merupakan perolehan, penafsiran, pemilihan, dan
pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan
1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed, 3. Cet 2, h. 863. 2Abdul Rahman Shaleh,PsikologiSuatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2004), h.110. 3 M. Alisuf Sabri, pengantar psikologi umum dan perkembangan,(jakarta, pedoman ilmu
jaya 2010) cet.5,hal 60. 4 Muh.Said dan Junimar Affan, psikologi dari zaman ke zaman, (bandung, jemmars
bandung 1990) edisi kedua, hal 45.
8
sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan
informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh,
ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indrawi dari
lingkungan sosial.5
Persepsi merupakan proses yang berlangsung pada diri kita
untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses itu,
kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk
di dasarkan pada pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap
kita terdahulu tentang rangsangan-rangsangan yang relevan.6
Menurut M.Said dan Junimar Affan Proses terbentuknya
persepsi dimulai masuknya berbagai jenis rangsangan melalui
panca indra yang jumlahnya sekarang lebih dari lima (panca).
Rangsangan-rangsangan itu diteruskan kepusat-pusat
pengolahannya untuk kemudian diberi makna. Rangsangan
rangsangan itu berbagai jenis dan bentuknya serta berbagai pula
titik tempat yang dirangsangnya.7
b. Aspek Persepsi
Dalam persepsi terdapat aspek-aspek yang bisa dipengaruhi oleh
proses persepsi tersebut, aspek persepsi menurut McDowwell & Newel
yaitu:
1) Kognisi
Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan cara
berpikir, mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima
oleh panca indera, pengalaman atau yang pernah dilihat
dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock menambahkan bahwa
aspek kognitif didasarkan atas konsep suatu informasi, aspek
kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa
yang dipelajari.
2) Afeksi
Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek
kognitif. Aspek afektif ini mencakup cara individu dalam
merasakan, mengekspresikan emosi terhadap stimulus
berdasarkan nilai-nilai dalam dirinya yang kemudian
mempengaruhi persepsinya.8
5 Bagus takwin, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam sarlito W.
Sarwono dan eko A.meinarno (ed.), PSIKOLOGI SOSIAL,, (salemba humanika), hal 24. 6ibid, hal 25. 7 Said.los. cit.hal 46. 8 Takwin.los.cit.hal 26.
9
c. Faktor-Faktor Persepsi
Persepsi dalam prosesnya itu dipengaruhi dengan beberapa faktor-
faktor yang membuat proses persepsi itu tumbuh. Menurut Sarlito
W.Sarwono bahwa perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal
di bawah ini:
1) Perhatian
Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang
ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan
perhatian kita pada perhatian kita pada suatu objek atau dua
objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengenan
orang lainnya, menyebabakan perbedaan persepsi antara
mereka.9
2) Set
Set adalah harapan seseoranag akan rangsangan yang akan
timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis
“star” terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di
saat mana ia harus mulai berlari, perbedaan set dapat
menyebabkan perbedaan persepsi.10
3) Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada
diri seseorang, orang tersebut akan mempengaruhi persepsi.
Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda
akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.11
4) Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat
berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di
Amerika serikat ( Bruner dan Godman, 1947, Carter dan
Schooler, 1949 ) menunjukan bahwa anak-anak yang
berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang
logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala
ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari
keluarga kaya.12
5) Ciri kepribadian
Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi seperti
dua orang yang bekerja di kantor yang sama berada di
bawah pengawas satu orang atasan, orang yang pemalu dan
orang yang tinggi kepercayaaan dirinya akan berbeda dalam
mempersepsikan atasannya.13
9 Sarlito W.Sarwono ,pengantar umum psikologi,(jakarta,bulan bintang,2003), cet 9, hal
45-46. 10Ibid. 11Ibid. 12Ibid. 13Ibid.
10
Perbedaan persepsi itu adalah dipengaruhi oleh beebrapa
faktor baik dari perhatian, set, kebutuhan, sisitem nilai dan ciri
kepribadian.
2. Hakikat Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Menurut Ngalim Purwanto bahwa sebelum kita tinjau lebih lanjut
apa yang di maksud dengan pendidikan, terlebih dahulu perlu kiranya
diterangkan dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu
paedagogie (pendidikan) dan paedagogiek (ilmu
pendidikan).Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan
mendidik.14
“Menurut Prof. Zahara Idris bahwa Mendidik dan pendidikan
adalah dua hal yang saling berkaitan dari segi bahasa, tetapi kalau kita
mendidik berarti kita melakukan suatu kegiatan tindakan. kegiatan
mendidik menunjukan adanya yang mendidik di datu pihak dan yang
dididik da lain pihak”.15
Menurtu para ahli tentang pendidikan menyebutkan:
1. John Dewey: pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan funda mental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia.
2. S.A. Brata, dkk.: pendidikan ialah usaha yang sengaja
diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung
untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai
kedewasaan.
3. Rousseau: pendidikan adalah memberikan kita pembekalan
yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa.
4. Ki Hajar Dewantara: mendidik ialah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.
14 M. Ngalim Purwanto, ilmu pendidikan teoritis dan praktis,(bandung, remadja
karya,1988) cet.4,hal1. 15 Zahara idris, dasar-dasar pendidikan ,(bandung, angkasa, 2008) , HAL 9.
11
5. Dalam GBHN: pendidikan pada hakekatnya adalah usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
6. Prof. Zahara Idris( dasar-dasar pendidikan): pendidikan
ialah serangkai kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara
manusia biasa dengan si anak didik secara tatap muka atau
dengan menggunakan media dalam rangka memberikan
bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti
supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin, agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung
jawab. Potensi di sini ialah potensi fisik, emosi, sosial,
sikap, moral, pengetahuan dan keterampilan.16
b. Tujuan Pendidikan
Setiap sistem pasti mempunyai suatu tujuan yang menjadi titik tolak
keberhasilan, pendidikan juga mempunyai tujuan pendidikan yang
sistematis.
Menurut M.Ngalim Purwanto bahwa Pemerintah Indonesia
telah menggariskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan
pengajaran itu di dalam Undang-undang nomor 12 tahun 1945,
terutama pasal 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3: tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk
manusia susila yang capak dan warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
tanah air.
Pasal 4: pendidikan dan pengjaran berdasarkan atas asas-
asas yang termaktub dalam “pancasila” Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan
indonesia.
Di dalam GBHN 1983 – 1988 tujuan pendidikan
dinyatakan sebagai berikut: pendidikan nasional berdasarkan
pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Mahaesa, kecerdasaan dan keterampilan,
mempertimbangkan budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.17
Di dalam bukunya Beknopte Theoretische Peadagogik,
langeveld mengutarakan macam-macam tujuan pendidikan
sebagai berikut:
16Ibid.h,10-11. 17 Purwanto,op. cit, hal35-36.
12
1) Tujuan umum pendidikan
Tujuan umum juga di sebut tujuan sempurna, tujuan
terakhir, atau tujuan bulat. Tujuan umum ialah tujuan di
dalam pendidikan, yang seharusnya yang menjadi tujuan
orang tua atau lain-lain pendidik, yang telah di tetapkan
oleh pendidik dan selalu di hubungkan dengan kenyataan-
kenytaan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan di
hubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk
mencapai tujuan umum itu.18
2) Tujuan-tujuan tak sempurna pendidikan
Tujuan sementara ini merupakan tempat-tempat perhentian
sementara pada jalan yang menuju ke tujuan umum seperti :
anak-anak di latih untuk belajar kebersihan, belajar
berbicara, belajar berbelanja, belajar bermain-main bersama
teman-temannya dan lain-lain.19
3) Tujuan-tujuan perantara pendidikan
Tujuan ini di tentukan tergantung pada tujuan-tujuan
sementara umpamanya: tujuan sementara ialah si anak harus
belajar membaca dan menulis. Setelah ditentukan untuk apa
anak belajar membaca dan menulis itu, dapatlah sekarang
macam kemungkinan untuk mencapainya itu di pandang
sebagai tujuan perantara seperti metode mengajar dan
metode membaca.20
4) Tujuan insidental pendidikan
Tujuan ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang
merupakan saat-saat yang terlepas pada jalan yang menuju
kepada tujuan umum.21
c. Pendidikan Seumur Hidup
Menurut M.Ngalim Purwanto bahwa dalam GBHN (ketetapan
MPR-RI Nomor: IV/MPR/1978) dinyatakan : pendidikan
berlangsungseumur hidup dan di laksanakan di dalam lingkungan rumah
tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. 22
Dari penjelasan diatas Maksudnya bahwa setiap manusia Indonesia
di harapakan untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya dan di lain
pihak masyarakat dan pemerintah diharapakan untuk dapat menciptakan
yang manantang untuk belajar. Prinsip ini berarti, bahwa masa sekolah
18Ibid.hal,25. 19Ibid.hal,26-27 20Ibid. 21Ibid. 22 Zaraha idris, dasar-dasar kependidikan. (bandung, Angkasa 1981, hal 57.
13
bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan
hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung sepanjang
hidup.
Menurut M.Ngalim Purwanto bahwa Konsep pendidikan seumur
hidup merumuskan suatu asas, bahwa pendidikan adalah suatu
proses yang berlangsung terus (kontinu) dari bayi sampai
meninggal dunia. ada beracam-macam dasar pikiran yang
menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup itu sangat penting.
Dasar pikiran tersebut ditinjau dari beberapa segi antara lain
seperti berikut:
1) Tinjauan ideologis
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang
sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan
peningkatan pengetahuan dan keterampilanya, pendidikan
seumur hidup akan memungkinkan seseorang
mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan
kebutuhan hidupnya.23
2) Tinjauan ekonomi
Cara yang paling efektif untuk ke luar dari lingkungan setan
kemelaratan yang menyebabkan kebodohan ialah melalui
pendidikan. Pendidikan seumur hidup memungkinkan
seorang untuk :
a) Meningkatkan produktivitasnya
b) Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang
dimilikinya.
c) Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih
menyenangkan dan sehat.
d) Memiliki motovasi dalam mengasuh dan mendidik
anak-anaknya secara tepat, sehingga peranan pendidikan
keluarga menjadi sangat besar dan penting.24
3) Tinjauan sosiologi
Banyak orang tua di negara yang sedang berkembangan
kurang menyadari pentingnya pendidikan formal bagi anak-
anaknya. Oleh karena itu banyak anak-anak mereka kurang
mendapatkan pendidikan formal, putus sekolah atau tidak
bersekolah sama sekali. Maka pendidikan seumur hidup
kepada orang tua akan merupakan pemecahan atas masalah
tersebut.25
4) Tinjauan politis
Pada negara demokratis hendaknya seluruh rakyat
menyadari pentingnya memilih, dan memahami fungsi
pemerintah, DPR , MPR, dan lain-lain. Oleh karena itu
pendidikan kewarga negara perlu di berikan kepada setiap
23 Purwanto, op.cit.,.hal,60-61. 24 Purwanto, ibid hal-60. 25Ibid.
14
orang. Maka inilah yang menjadi tugas pendidikan seumur
hidup.26
5) Tinjauan teknologis
Dunia dilanda ekplosi ilmu pengetahuan dan teknologi. Para
sarjana, guru, teknisi, dan pemimpin di negara yang sedang
berkembang perlu memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan mereka, seperti yang dilakukan sejawat
mereka di negara maju.27
6) Tinjauan psikologis dan pedagogik
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
mempunyai pengaruh besar terhadap konsep, teknik, dan
metode pendidikan. Di samping itu perkembangan tersebut
menyebabkan makin luas, dalam, dan kompleksnya ilmu
penegetahuan, sehingga tidak mungkin lagi di ajarkan
seluruhnya kepada anak didik di sekolah. Sebab itu tugas
pendidikan formal yang utama sekarang ialah mengajarkan
bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat
dalam diri anak untuk dalam diri anak untuk belajar terus
sepanjang hidupnya.28
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
penolong kita untuk hidup yang sejahtera dan menjauhkan kita dari
kehidupan miskin, semakin tinggi pendidikan orang lain maka dia akan
mudah untuk mendapatkan pekerjaan dan kesejahteraan hidup sudah
menjadi hak manusia untuk mendapatkan pendidikan karena manusia
harus mampu berkembang dan mengembangkan dirinya dan pengetahuan.
Jadi, pendidikan seumur hidup adalah untuk menciptakan generasi-
generasi yang mampu untuk bersaing dalam perkembangan jaman yang
selalu berkembang secara cepat.
3. Hakikat Masyarakat
a. Pengertian Masyarakat
“Masyarakat adalah istilah yang paling lazim dipakai untuk
menyebutkan kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan
ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari, adalah masyarakat.”29
26Ibid.hal 61 27Ibid. 28Ibid. 29 koentjaraningrat, pengantar ilmu antropologi ,(jakarta, rineka cipta,2002) cet.8,hal
143.
15
Menurut Koentjaraningrat istilah masyarakat berasal dari bahasa
Arab yaitu syaraka yag berarti “ikut serta, berpartisipasi”.
Sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang
berasal dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Masyarakat
adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan
istilah ilmiah saling berinteraksi. Pola tersebut harus bersifat
menetap dan kontinyu, dengan kata lain pola tersebut harus
sudah menjadi adat istiadat yang khas. Masyarakat adalah
memang sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau
dengan istilah ilmiah “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia
dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat
saling berinteraksi. Adanya prasarana untuk berinteraksi
memang menyebabkan bahwa warga dari satu kolektif manusia
itu akan saling berinteraksi.30 Masyarakat secara khusus di
definisikan : masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu bersifat
kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.31
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi,
tinggal dalam suatu wilayah dalam waktu yang lama serta
melakukan kegiatan secara bersama.
b. Lapisan Masyarakat
1) Kelas-kelas Masyarakat
Didalam masyarakata terdapat pula yang menggunakan
istilah kelas baik kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan
atas unsur ekonomi ataupun lapisan yang berdasarkan atas
kehormatan dinamakan kelompok kedudukan.
Max Webber mengadakan pembedaan antara dasar
ekonomis dengan dasar kedudukan sosial, tetapi tetap
menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Joseph
Schumpeter mengatakan bahwa kelas-kelas dalam
masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk
menyesuainkan masyarakat dengan keperluan-keperluan
yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala
kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan
benar apabila diketahui riwayat terjadinya.32
“Menurut Soejono Sukamto bahwa ukuran atau kriekteria
yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-
30Ibid. Hal ,144. 31Ibid. Hal ,148. 32 Soejono soekanto, Sosiologi suatu pengantar, (rajawalipres:jakarta, 2012) cet-44.h.
205
16
anggota masyarakat kedalam suatu lapisan masyarakat adalah
sebagai berikut : ukuran kekanyaan, ukuran kekuasaan, ukuran
kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.” 33
Dari penjelasan diatas diambil kesimpulan bahwa ukuran-
ukuran baik kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu
pengetahuan itu amat menentukan sebagai dasar timbulnya
sistem lapisan lapisan dalam masyarakat tertentu.
2) Unsur-unsur Lapisan Masyarakat
Menurut Soejono Sukamto bahwa hal yang mewujudkan
unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat
adalah kedudukan (status) dan peran (role). Kedudukan dan
peranan merupakan unsur-unsur yang baku dalam sistem
lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. 34
Untuk mendapatkan gambaran yang mendalam, kedua hal
tersebut akan dibicarakan tersendiri dibawah ini.
a) Kedudukan
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi
seorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan
sosial artinya tempat seseorang secra umum dalam
masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam
arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-
hak serta kewajiban-kewajibannya.35
b) Peranan
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan.
Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukan dia
menjalankan suatu peran. Peranan yang melekat
pada diri seorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang
dalam masyarakat merupakan unsur statis yang
menunjukan tempat individu pada organisasi
masyarakat. Peran lebih menunjukan fungsi,
penyesuainyan diri dan sebagai sutu proses.36
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Masyarakat
Didalam masyarakat akan terjadinya proses perubahan yang
dimana proses tersebut akan dihadapkan dalam dua faktor yaitu
33Ibid.h.208. 34Ibid.h.209. 35Ibid.h.210. 36Ibid.
17
faktor-faktor yang mendukung perubahan dan faktor-faktor yang
tidak mendukung perubahan.
Menurut Soejono Soekamto bahwa faktor-faktor akan
diterangkan dibawah ini :
1) Faktor-faktor yang mendukung perubahan
Masyarakat
a) Kontak dengan budaya lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah
difusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-
unsur kebudayaan lain dari individu kepada
individu lain, dan dari satu masyarakat ke
masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia
mampu menghimpun penemuan-penemuan baru
yang telah dihasilkan.37
b) Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan
kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-
nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam
membuka pikirannya serta mnerima hal-hal baru
dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah.
Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat
berpikir secara obyektif, yang akan memberikan
kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakat akan dapat memnuhi kebutuhan-
kebutuhan zaman atau tidak.38
c) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan
keinginan-keinginan untuk maju.
Apabila sikap tersebut melembaga dalam
masyarakat, masyarakat merupakan pendorong
bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah
merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan
baru.39
d) Toleransi
Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang
menyimpang, yang bukan merupakan delik.40
e) Sistem terbuka lapisan masyarakat (open
stratification).
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan
kepada para individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri.41
37Ibid.h. 283. 38Ibid.h.285. 39Ibid. 40Ibid. 41Ibid.
18
f) Penduduk yang Heterogen
Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok-
kelompok sosial yang mempunyai latar belakang
kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan
seterusnya, mudah terjadinya pertentangan-
pertentangan yang mengundang kegoncangan-
kegoncangan. Keadaan demikian menjadi
pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan
dalam masyarakat.42
g) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-
bidang kehidupan tertentu
Ketidakpuasan berlangsung terlalu lama dalam
sebuah masyarakat berkemungkinan besar akan
mendatangkan revolusi.43
h) Orientasi ke masa depan44
i) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar
untuk memperbaiki hidupnya.45
2) Faktor-faktor yang menghalangi perubahan
masyarakat
a) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah
masyarakat tidak mengetahui perkembangan-
perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat
lain mungkin akan memperkanya kebudayaan
sendiri.46
b) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Hal ini mungkin disebabkan hidup masyarakat
tersebut terasing dan tertutup atau mungkin karena
lama dijajah oleh masyarakat lain.47
c) Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan
masa lampau serta anggapan bahwa tradisi secara
mutlak tak dapat diubah.48
d) Adanya kepantingan-kepentingan yang telah
tertanam dengan kuat atau vasted interest
Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal
sistem lapisan, pasti akan ada sekelompok orang
yang menikmati kedudukan perubahan-
perubahan.49
42Ibid. 43Ibid. 44Ibid.h.286. 45Ibid. 46Ibid. 47Ibid. 48Ibid. 49Ibid.
19
e) Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada
integrasi kebudayaan
Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi
semua unsur suatu kebudayaan bersifat
sempurna.50
f) Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau
sikap yang tertutup
Mereka sangat muncurigai sesuatu yang berasal dari
Barat karena tidak pernah bisa melupakan
pengalaman-pengalaman pahit selama
penjajahan.51
g) Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur
kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebgai
usaha yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat tersebut.52
h) Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku
bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi
segala kebutuhan pokoknya.53
i) Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan
tidak mungkin diperbaharui.54
Dari keterangan diatas disimpulkan bahwa pola masyarakat
yang tertutup akan mengakibatkan para warga masyarakat
terkukung pola-pola pemikiran oleh tradisi, lama perkembangan
pendidikan diakibatkan masyarakat tertutup dari berbagai
perubahan-perubahan sehingga pengetahuan masyarakat sulit
didapat, mengagung-agungkan tradisi lama akan menghambat
proses perubahan masyarakat menjadi lebih baru karena
mempertahankan tradisi dan paradigma lama, terdapat sebagian
kelompok sukar sekali untuk melepaskan kedudukannya untuk
peroses perubahan, maksudnya adalah mengkhawatirkan unsur-
unsur luar akan mempengaruhi pada masyarakat tertentu, unsur-
unsur luar tidak bisa diterima karena bencinya suatu daerah
terhadap unsur luar akibat penjajahan, perubahan ketika behadapan
50Ibid. 51Ibid. 52Ibid. 53Ibid.
54Ibid.h.288.
20
dengan paradigma masyarakat yang rohaniah maka akan sangat
terhambat prosesnya karena rohaniah tidak gampang dimasuki
dengan ideologi baru dan kebiasaan yang sudah berakar dalam
masyarakat maka perubahan akan terhambat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Anni Setyawati. Fakultas Tarbiyah Institute Agama Islam Negri
Walisongo Semarang 2011. Judul skripsi: Hubungan Persepsi
Masyarakat Tentang Pendidikan Agama islam Terhadap Minat
Menyekolahkan Anak diMadrasah Diniyah Desa Magelung
Kecamatan Kaliwung Kabupaten Kendal
Penelitian ini menunjukan bahwa : (1) persepsi masyarakat
Magelung memiliki tanggapan positif tentang pendidikan agama Islam
mengenai dasar dantujuan pendidikan agama Islam tersebut.
Pendidikan agama ini diharapkan masyarakat dapat menumbuhkan
dan meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anak-anaknya
tentang pendidikan agama sehingga menjadi anak yang beriman dan
bertaqwa. (2) minat masyarakat Desa Magelung menyekolahkan anak
di Madarsah Diniyah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor
internal yang meliputi: motivasi, kebutuhan dan sikap terhadap obyek.
Sedangkan faktor eksternalnya meliputi: lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan srana fasilitas seperti gedung sekolah dan
letaknya, tempat tinggal dan letaknya dan sebagainya. Hal ini dapat
menunjang minat masyarakat menyekolahkan anaknya di Madarsah
Diniyah. (3) terdapat hubungan positif antara persepsi masyarakat
tentang pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan
anaknya di Madrasah Diniyah, ditunjukan oleh koefesien kolerasi 1xy
= 0,434, kemudian dikonsultasikan dengan harga 1tabel pada tarap
signifikan 1% = 0,254 dan 5% = 0,195. Hal ini berarti 1hitung lebih
besar daripada 1tabel menunjukan kolerasi antara x dan y signifikan.
Hal ini menunjukan adanya hubungan persepsi masyarakat tentang
21
pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan anak di
Madrasah Diniyah.
2. Mastari. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara 2012. Judul
Skripsi: Gambaran Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap
Pendidikan Inkluisi Studi Terhadap Beberapa Kecamatan Di Kota
Medan.
Penelitian ini menggunakan sampel 133 orang yang mewakili
masyarakat Kota Medan. Teknik sampel yang digunakan adalah
cluster random sampling, yaitu dari 21 Kecamatan di Kota Medan
diambil 5 Kecamatan secara random, dari setiap Kecamatan yang
dipilih diambil lagi 1 keluarahan secara random. Alat ukur yang
digunakan berupa Skala Persepsi terhadap Pendidikan Inklusi yang
dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan lima elemen pendidikan
inklusi yang dikemukakan oleh Sapon-Shevin (dalam Direktori PLB,
2004). Uji daya beda aitem pada skala menggunakan koefisien
korelasi Pearson Product Moment dan uji reliabilitas alat ukur
dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbrach dengan nilai
sebesar 0,978. Hasil penelitian menyebutkan bahwa masyarakat Kota
Medan yang memiliki persepsi positif terhadap pendidikan inklusi
sebanyak 47,36% (63 orang), masyarakat yang memiliki persepsi yang
negatif sebanyak 45,86% (61 orang) dan subjek yang tidak
tergolongkan yaitu 6,76% (9 orang).
Diindikasi perbedaan penilitian yang terdahulu dengan
penelitian yang sekarang adalah jika dipenelitian pertama terhadap
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan.
Bagimanakah persepsi masyarakat Desa Magelung tentang pendidikan
agama Islam, bagaimanakah minat masyarakat Desa Magelung
menyekolahkan anak di Madarsah Diniyah Magelang dan adakah
hubungan antara persepsi masyarakat tentang pendidikan agama Islam
terhadap minat menyekolahkan anak di Madarsah Diniyah.
permasalahan tersebut dibahas melalui penelitian lapangan yang
dilaksanakan di Desa Magelung. Berbeda dengan penelitian yang ke
22
dua yang membahas Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran persepsi
masyarakat Kota Medan terhadap pendidikan inklusi. Dari penelitian
yang terdahulu perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah
terhadap obyek penelitiannya yang dilakukan oleh peneliti sekarang
penelitian dilakukan untuk membahas tentang perkembangan persepsi
masyarakat kampung pejamuran tentang pendidikan formal 12 tahun.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dari variabel “ persepsi” dengan “pentingnya
pendidikan formal 12 tahun”. Secara sederhana peneliti mempunyai kerangka
berpikir bahwa “ di duga adanya dua macam persepsi yaitu positif dan negatif
pada masyarakat tentang pentingnya pendidikan”. Untuk memudahkan kerangka
berpikir di lukiskan dalam bentuk bagan untuk melukiskan keterkaitan logis
antara variabel-variabel penelitian.
Persepsi
masyarakat Temuan penelitian
Hasil
penelitian
dan
kesimpulan
Temuan penelitian
Pendidikan
Formal 12 tahun
Faktor yang
mempengaruhi
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah cara yang secara sistematis dapat
memecahkan masalah penelitian dan untuk mendapatkan hasiln penelitian yang
baik, sehingga peneliti harus menentukan metodologi penelitian yang sesuai
dengan masalah dan tujuan penelitian yang ingin di capai. Adapun metodologi
penelitian mencakup metode dan desain penelitian, polulasi dan sampel, tehnik
pengumpulan data dan tehnik analisis data.
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni s/d Januari 2013 di kampung
Pejamuran, Ds.Pasilian, Kec.Kronjo, Kab.Tangerang. maka peneliti
menjadwalkan penelitiannya sebagai berikut:
Tabel 3.1
No
Jadwal Kegiatan
Bulan ke:
1 2 3 4 5 6 7
1 Penyusunan proposal √
2 Seminar proposal √
3 Pembuatan instrumen penelitian √
4 Izin penelitian √
5 Pengumpulan data √
6 Analisis data √
7 Mendeskrisikan hasil penelitian √
8 Hasil penelitian √
9 Seminar hasil penelitian √
10 Perbaikan pelaporan √
11 Laporan penelitian √
24
B. Latar Penelitian
Latar penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian.
Dari penjelasan waktu dan tempat penelitian diatas maka peneliti akan
menjabarkan latar penelitian yang akan dilakukan karena didalam penelitian
kualitatif tempat penelitian atau dengan kata lain disebut latar atau seting
penelitian secara rinci antara lain:
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah di
kampung pejamuran yang terdapat dibagian utara dari kabupaten
tangerang. Kampung pejamuran adalah daerah bagian dari Desa Pasilaian
Kecamatan Kronjo yang terbagi dalam lima RT dalam satu Kejaroan
kampung pejamuran ada dikilometer 7 dari daerah balaraja dengan
morfologi yang agraris karena masih banyak terdapat tanah-tanah terbuka
yang dibuat lahan pertanian daerah pejamuran pula memiliki dataran
rendah yang dekat dengan pantai pulau cangkir yang termasuk dalam
daerah pantura (pantai utara).
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan peneliti adalah daerah dikejaroan
01 yang terdriri dari 5 (lima) RT sekitar kampung pejamuran di wilayah
tempat tinggal warga masyarakat kampung pejamuran.
3. Aktivitas dan tokoh yang akan diteliti
Aktivitas yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi
terhadap region tempat tinggal sekitar warga masyarakat kampung
pejamuran, dilakukannya wawancara kepada pihak yang dianggap oleh
peneliti sebagai orang yang baik untuk menjadi nara sumber dengan
pertimbangan diskusi teman sejawat yaitu : kepada Bapak H.Nasiri
sebagai Kepala Desa Pasilian, Bapak Sukemi sebagai Sekertaris Desa
pasilian, Bapak Jamanuri sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa
Pasilian (BPD), Bapak H.Sopiyan sebagai Tokoh Masyarakat dan warga
05 kampung pejamuran.Bapak Drs.H.Khaeiruddin sebagai Tokoh
Pendidikan dan warga 02 kampung pejamuran, Bapak Sukeni sebagai
warga 02 yang keluarganya tidak bisa melanjutkan sekolahnya hanya
25
sampai di sekolah dasar, Ibu Napsiah sebagai warga 05 yang keluarganya
semua bekerja dan tidak ada yang sampai jenjang pendidikan sekolah
menengah atas, Ibu jumenah sebagai warga 01 yang keluarganya hanya
mampu belajar sampai ke tingkat sekolah dasar, Bapak Asim sebagai
warga 04 yang keluarganya semua bekerja tidak ada yang melanjutkan ke
tingkat menengah atas, Ibu jalalah warga 05 yang termasuk keluarga yang
tidak mampu memberikan pendidikan kepada anaknya di tingkat sekolah
dasar. Nama-nama tersebut itu adalah yang menjadi nara sumber dari
penelitian, setelah itu peneliti akan memberikan angket kepada 40 jiwa
dari keseluruhan warga masyarakat kampung pejamuran yang jumlahnya
adalah 690 jiwa. Hal tersebut semua dilakukan untuk mendapat atau
mengumpulkan data yang akan diolah dengan pengolahan data yang akan
dijabarkan dan akan diananlisi serta dari analisi tersebut akan
mendapatkan hasil dari penelitian yang dilkukan peneliti.
C. Metode Penelitian
Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan
agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat
dari sudut metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang
akan lebih proporsional. Oleh sebab itu peneliti memilih metode penelitian
penelitian diskriptif.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata bahwa penelitian deskriptif adalah
suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian
ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,
kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian deskriptif
tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan variabel-
variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.1
Menurut Suryabrata Sumadi bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah
untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Secara harifah,
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011),h. 72.
26
pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian kejadian.
Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam
cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling
hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan atau membuat makna dan
implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal
tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.2
Jadi dari kesimpula diatas bahwa penelitian diskriptif kualitatif adalah
jenis penelitian yang mengkaji fenomena-fenomena yang ada pada suatu region
atau tempat yang berisi data didapat dari data manusia baik lisan ataupun
tulisan serta prilaku yang diamati.
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data. Maka peneliti
memilih beberapa tehnik pengumpulan data dengan :
1. Observasi partisipasi
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Jadi,
mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas
si peneliti.
“Menurut Suryabrata dan Sumadi bahwa observasi partisipasi adalah
metode pengumpulan data penelitian melalui pengamatan kedan
pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam
kesaharian responden.”3
Menurut Danim bahwa ada beberapa strategi bagi peneliti (observer)
berperan dalam kegiatan subjek (participation), salah satunya yaitu: atas
kesepakatan antara peneliti dengan subjek peneliti terlibat secara lengkap
dan secara utuh berperan serta dalam kegiatan-kegiatan subjek, dengan
hanya sedikit perbedaan antara peneliti dan subjek penelitian.4
Peneliti mempersiapkan alat bantu dalam penelitian yaitu berupa kisi-
kisi pedoman observasi :
2Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian.. (Jakarta: Rajawali Press, 2012) Ed. 1-23, h. 75-
76. 3Ibid,hal-122. 4Ibid, hal- 125.
27
Tabel 3.2
Aspek yang diamati checklist (√)
1. Alamat/lokasi kampung pejamuran.
2. Tingkat pendidikan masyarakat kampung
pejamuran.
3. Ketersediaan unit pendidikan atau sekolah
di wilayah kampung pejamuran.
4. Keterjangkauan biaya pendidikan
masyarakat kampung pejamuran.
5. Data warga pejamuran yang bekerluarga
dengan pendidikan rendah.
1. .............
2. .............
3. .............
4. ..............
5. ..............
Dari alat bantu tersebut peneliti akan melakukan pengolahan data
observasi partisipan dengan menggunakan metode deskriptif.
“Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariyah bahwa tahap
diskriptif disebut pula tahap orientasi, yang menggambarkan penelitian
berada pada tahap mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar,
dirasakan dan ditanyakan sehingga segala yang diketahuinya serba
sepintas.”5
Dari penjelasan diatas bahwa setelah peneliti melakukan observasi
maka peneliti melakukan pengolahan data dengan metode diskriptif
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran dengan obyek penelitian.
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara dilakukan kepada responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti. Peneliti akan melakukan wawancara kepada
masyarakat Kampung Pejamuran dengan sampel yang sudah ditentukan
oleh peneliti yaitu :
a. Bapak H.Nasiri sebagai Bapak Kepala Desa Pasilian.
b. Bapak Sukemi sebagai sekertaris Desa Pasilian.
c. Bapak Jamanuri sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa
(BPD).
5 Djaman, op cit.h 222.
28
d. Bapak H.Sopiyan sebagai Tokoh Masyarakat dan warga 05
kampung pejamuran.
e. Bapak Drs.H.Khaeiruddin sebagai Tokoh Pendidikan dan warga
02 kampung pejamuran.
f. Bapak Sukeni sebagai warga 02 yang keluarganya tidak bisa
melanjutkan sekolahnya hanya sampai di sekolah dasar.
g. Bapak Napsiah sebagai warga 05 yang keluarganya semua
bekerja dan tidak ada yang sampai jenjang pendidikan sekolah
menengah atas.
h. Ibu jumenah sebagai warga 01 yang keluarganya hanya mampu
belajar sampai ke tingkat sekolah dasar.
i. Bapak Asim sebagai warga 04 yang keluarganya semua bekerja
tidak ada yang melanjutkan ke tingkat menengah atas.
j. Ibu jalalah warga 05 yang termasuk keluarga yang tidak mampu
memberikan pendidikan kepada anaknya di tingkat sekolah
dasar.
Sampel yang dipilih oleh peneliti ini dengan tujuan supaya
memperoleh data terkait dengan penelitian. Jadi, peneliti menggunakan
tehnik wawancara untuk mendapatkan data yang mendalami situasi dan
mengetahui informasi untuk mewakili data yang di butuhkan untuk
menjawab rumusan masalah.
“Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariyah Wawancara tidak
berstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus
masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam
percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi responden.”6
Menurut Lexi J.Meleong bahwa Wawancara seperti ini digunakan
untuk menemukan informasi yang bukan baku atau tunggal. Hasil dari
wawancara semacam ini menekankan pengecualian, penyimpangan,
6Ibid, hal-132.
29
penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru,
pandangan ahli, atau perspektif tunggal.7
Dari prosedur pengumpulan data dengan wawancara tersebut
peneliti membuat alat bantu yaitu berupa pedoman wawancara antara
lain sebagai berikut :
a. Pedoman wawancara Kepala Desa Pasilian dengan nara sumber
Bpk.H.Nasiri.
1) Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?
2) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan
masyarakat kampung pejamuran ?
3) Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
4) Apakah pendidikan dasar formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?
5) Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun
di kampung pejamuran ?
6) Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7) Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
b. Pedoman wawancara Sekertaris Kepala Desa dengan nara sumber
Bpk.Sukemmi
1) Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?
2) Apakah pendidikan fromal 12 tahun bisa membuat kedewasaan
masyarakat kampung pejamuran ?
3) Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
4) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi
masyarakat kampung pejamuran ?
7 Lexy J.Meleong,metologi penelitian kualitatif.(bandung, Rosda karya 2010) edisi
revisi,cet.27,hal-190.
30
5) Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
6) Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7) Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
c. Pedoman wawancara ketua Badan Permusyawaratan Desa Pasilian
dengan nara sumber Bpk.Jamanuri.
1) Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?
2) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan
masyarakat kampung pejamuran ?
3) Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
4) Apakah pendidikan dasar formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?
5) Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
6) Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7) Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
d. Pedoman wawancara Tokoh Masyarakat dengan nara sumber
H.Sopyan.
1) Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?
2) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan
masyarakat kampung pejamuran ?
3) Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
4) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi
masyarakat kampung pejamuran ?
31
5) Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
6) Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7) Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
e. Pedoman wawancara tokoh pendidikan dengan nara sumber
Drs. H. Khaerudddin.
1) Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?
2) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan
masyarakat kampung pejamuran ?
3) Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
4) Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi
masyarakat kampung pejamuran ?
5) Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
6) Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7) Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
f. Pedoman wawancara masyarakat kampung pejamuran dengan nara
sumber yaitu: BapakSukeni, Ibu Napsiyah, Ibu Jumena, Bapak Asim
dan Ibu.Jalalah
1) Barapakan lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat kampung
pejamuran ?
2) Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?
3) Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?
4) Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa
membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
32
5) Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?
6) Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun
di kampung pejamuran ?
7) Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8) Apa pesan ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
9) Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
Dari alat bantu tersebut peneliti mengumpulkan data dan akan
dilakukan pengolahan data melalui analisis domain untuk mendapatkan
gambaran secara umum dan menyeluruh.
Menurut Dr.Iskandar.M.Pd bahwa analisi domain adalah sebuah
analisis yang dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan
menyeluruh dari objek penelitian. Dalam analisis domain peneliti
menentukan domain-domain yang akan diteliti melalui fenomena-
fenomena lapangan yang berhubungan dengan aktifitas, tempat, subjek,
dan aktifitas dilapangan.8
3. Angket
Peneliti menggunakan angket untuk mengetahui sejauh mana objek
terhadap masalah yang diteliti. angket dilakukan secara tertulis, dengan
memberikan daftar pernyataan dalam bentuk tertutup, pernyataan-
pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal
dipilih oleh responden. Angket tersebut berkaitan dengan persepsi
Masyarakat Kampung Pejamuran terhadap pendidikan, yang
sebelumnya telah disusun oleh peneliti dan kemudian responden
diminta untuk menjawab pernyataan tersebut.
“Menurut Suharsimi Arikunto bahwa angket adalah sejumlah
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui.”9
8 Iskandar, op.cit.hal 144. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka
cipta 2006) cet.13,h.151.
33
Dalam hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancangan
penyusunan alat bantu yang dikenal dengan istilah kisi-kisi angket.
Menurut pengertiannya kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukan
hubungan antara hal-hal yang disebut dalam baris dengan hal-hal yang
disebut dalam kolom.
“Menurut Suharsimi Arikunto bahwa kisi-kisi penyusunan
instrumen menunjukan kaitan antara variabel yang diteliti dengan
sumber data yang akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen
yang disusun.”10
Dari pengumpulan data dari angket maka peneliti membuat sebuah
alat bantu yaitu angket sebuah kisi-kisi angket tersebut yaitu :
Tabel 3.3
10Ibid, h.162.
No Pernyataan Arternatif
Jawaban
Ya Tidak
1 Saya merasa butuh terhadap pendidikan formal 12 tahun
2 pendidikan formal 12 tahun penting bagi warga
masyarakat kampung pejamuran
3 Anak-anak saya berhak mendapatkan pendidikan
formal 12 tahun
4 Anak-anak saya mempunyai sikap bertanggung jawab
dari proses pendidikan formal 12 tahun
5 Anak-anak saya harus menempuh jalur pendidikan
formal 12 tahun
34
Dari alat bantu tersebut maka akan didapatkan data sesuai apa yang
diinginkan peneliti selanjutnya peneliti akan mengolah data tersebut antara lain
dengan :
a. persentase
menurut Anas Soejono bahwa data yang diperoleh dari penyebaran angket
diolah dengan cara statistik melalui tabel Distribusi Frekuensi Relatif, juga
dinamakan tabel presentase. Dikatakan frekuensi relatif sebab frekuensi
yang disajikan disini bukanlah frekuensi yang sebenarnya, melainkan
frekuensi yang dituangkan atau disajikan dalam prosentase untuk
memperoleh frekuensi relatif (angka presenan).
Angka presentase diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah
responden dan dikalikan 100% dengan rumus statistik presentasi sebagai
berikut: P=F/N x 100%
Keterangan:
P = presentasi jawaban
F = frekuensi
N= Jumlah frekuensi/banyaknya individu11
b. Tabulating
“Menurut Suharsimi Arikunto bahwa tabulating atau penyusunan dalam
bentuk tabel merupakan tahap kelanjutan dalam proses analisis data, lewat
tabulasi ini data lapangan akan tampak ringkasan dan tersusun dalam suatu
tabel yang baik sehingga dapat dengan mudah dipahami.”12
c. Scoring
“ Menurut Suharsimi Arikunto bahwa Scoring bertujuan untuk
mendapatkan gambaran terhadap pertanyaan angket yang telah dijawab oleh
responden akan ditabulasikan dengan skor nilai pada setiap itemnya, dengan
jawaban huruf diubah menjadi nilai angka.”13
Dari keterangan diatas peneliti membuat pedoman scoring untuk setiap
alternatif jawaban yaitu:
1) Alternatif jawaban ya mempunyai bobot nilai 2
2) Alternatif jawaban tidak mempunyai bobot nilai 1
11Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Persada, 1994), Cet
Ke 5,h. 40-41 12Suharsimi, Op.Cit.h.236. 13Ibid.,
35
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Setelah data di peroleh dilapangan baik dengan observasi partisipan,
wawancara tidak terstruktur dan angket. Maka data tersebut oleh peneliti
dilakukan pengecekan data kembali dengan satu tujuan agar mendapatkan data
yang akurat dan terpercaya. Sehingga peneliti menemtukan untuk pengecekan
keabsahan data itu dengan triangulangsi.
Menurut Dr. Iskandar.M.Pd bahwa triangulasi adalah tehnik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap suatu
data. Menurut Moleong penelitian yang menggunakan tehnik triangulasi
dalam pemeriksaan melalui sumbernya artinya membandingkan atau
mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, tehnik
triangulasi dimanfaatkan sebagai pengecekan keabsahan data yang
peneliti temukan dari hasil wawancara peneliti dengan informan kunci
dibandingkan dengan hasil wawancara dengan beberapa orang informan
lainnya kemudian kemudian peneliti mengkomfirmasikan dengan studi
dokumentasi yang berhubungan dengan peneliti serta hasil pengamatan
peneliti dilapangan sehingga kemurnian dan keabsahan data terjamin.14
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa data yang diperoleh oleh
peneliti dilapangan itu dilakukan pengecekan kembali untuk mendapatkan data
yang valid dan reabilitas. Maka dilakuan pengecekan ulang dengan menguji
kembali proses pengumpul data peneliti ke lapangan kembali dengan tujuan
mendapatkan kepastian dari data yang didapat.
F. Analisis Data
Analisis data adalah sebuah penanalisaan peneliti terhadap data yang
dihasilkan, oleh sebab itu keharusan peneliti melakukan analisis data. Maka
peneliti memilih analisis data penelitian diskriptif untuk menganalisis data yang
didapat.
Menurut Suharsimi Arikunto bahwa bagi penelitian diskripsi yang
menggunakan model-model analisis statistika, pada umumnya justru
bingung karena kurang atau belum tahu rumus apa yang digunakan, atau
bagimana cara mengolah atau menganalisis data. Sebetulnya proses
pengolahan datanya juga sederhana dan dapat dinalar secara gambling.
Apabila datanya telah terkumpul , maka lalu diklasifikasikan menjadi dua
kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan
14Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (jakarta: Gaung Persada Pres, 2009),hal.
154.
36
data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata. Data yang berbentuk kata-
kata tersebut disisihkan sementara, karena akan sangat berguna untuk
menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data
kualitatif. Data yang diperoleh dari angketdijumlahkan atau dikelompokan
sesuai dengan bentuk instrument yang digunakan. Jika pilihan jawaban
dari angketitu dijumlahkan. Menjumlahkan saja belum berarti tugasnya
selesai. Peneliti perlu menjelaskan atau mengelompokan, hal-hal apa saja
yang dijawab.15
15Suharsimi, Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
(Jakarta: Rineka cipta 2006) cet.13. hal.239
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data-data hasil penelitian persepsi masyarakat tentang pentingnya
pendidikan dalam studi kasus masyarakata Kampung Pejamuran, Desa
Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang diperoleh melalui
observasi partisipan, wawancara tidak tersetrutur dan angket. Observasi
partisipan peneliti lakukan didaerah Kampung pejamuran yang terdiri dari 5
RT dalam 1 Kejaroan (RW), wawancara yang tidak terstruktur peneliti lakukan
kesejumlah masyarakat Kampung Pejamuran yang dianggap peneliti adalah
nara sumber yang cocok untuk menggali data yang di butuhkan oleh peneliti
yaitu kepada Kepala Desa Pasilian, Sekertaris Desa Pasilian, Ketua Badan
Permusyarawatan Desa, Tokoh masyarakat, Tokoh pendidikan, dan masyarakat
yang terlihat paling yang rendah tingkat ekonomi dan pendidikannya serta
angket yang diberikan kepada 40 jiwa masyarakat Kampung Pejamuran.
1. Kondisi Fisik dan Non fisik Masyarakat Kampung Pejamuaran
Dari data observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan alat bantu
berupa pedoman observasi peneliti memaparkan hasil dari observasi
tersebut berupa : Alamat/lokasi kampung pejamuran itu di kilometer 7 dari
daerah Kecamatan balaraja dengan melalui daerah sentiong, merak,
ceplak, palis, kemuning, kali malang, bedeng, tonjong, cayur, bakung,
cimentul, kadang gede dan pejamuran. Lokasi dari kampung pejamuran
ada di sebelah ujung utara dari kabupaten tangerang yang terbagi pada
lima RT dalam satu Kejaroan. Morfologi daerah kampung pejamuran
adalah daerah yang agraris dan dekat dengan pantai yang ada didaerah
tersebut adalah pantai pulau cangkir.
Lingkungan sosial masyarakat kampung pejamuran masih terjaga
dengan baik dalam hidup yang rukun tampa adanya perdebatan antara
masyarakatnya. Kondisi ekonomi masyarakat kampung pejamuran sangat
beragam. Masyarakat kampung pejamuran sebagian besar adalah petani
dan buruh pabrik. Karena daerah kampung pejamuran adalah termasuk
38
daerah yang agraris yang masih banyak lahan terbuka dan belum ada
bangunan-bangunan mewah berdiri ditanah kampung pejamuran.
Dari observasi pula peneliti mendapatkan data-data warga yang
dianggap oleh peneliti sebagai nara sumber untuk pengumpulan data
wawancara.
Data kondisi ekonomi masyarakat kampung pejamuran yang
diperoleh peneliti
Tabel 4.1
RT
Tingkat Ekonomi Masyarakat
Kampung Pejnuran JUMLAH KET
RENDAH SEDANG TINGGI
01 72 jiwa 40 jiwa 25 jiwa 137 jiwa
02 67 jiwa 52 jiwa 37 jiwa 156 jiwa
03 57 jiwa 48 jiwa 23 jiwa 128 jiwa
04 73 jiwa 53 jiwa 31 jiwa 157 jiwa
05 49 jiwa 43 jiwa 20 jiwa 112 jiwa
Dari data tabel diatas bisa terlihat jika dari jumlah total masyarakat
kampung pejamuran yang berjumlah 690 jiwa dari stratifikasi ekonomi
terlihat 318 jiwa dalam keadaan ekonomi yang rendah, dan 236 jiwa yang
keadaan ekonominya sedang dan 136 jiwa yang keadaan ekonominya
tinggi. Terlihat jelas jenjang keadaan ekonomi yang berbeda dan rendah
sekitar 46,1 % jiwa dalam keadaan ekonomi rendah, 34,2 % jiwa dalam
keadaan ekonomi sedang dan 19,7 % jiwa dalam keadaan ekonomi tinggi.
Keadaan budaya masyarakat kampung pejamuran masih sebagian
besar diselimuti budaya animisme dan dinamisme. Terlihat masih adanya
kepercanyaan takhayul dan roh-roh nenek moyang. Tingkat pendidikan
masyarakat kampung pejamuran sangat ironis karena banyaknya anak-
anak yang putus sekolah karena keadaan ekonomi yang rendah.
39
Data kondisi pendidikan masyarakat kampung pejamuran yang
diperoleh peneliti
Tabel 4.2
RT RW Tingkat Pendidikan Akhir Masyarakat Kampung Pejamuran
SD/MI SMP/MTS SMA/MA/SMK D3 S 1
01 01 63 jiwa 43 jiwa 27 jiwa - 4 jiwa
02 01 73 jiwa 37 jiwa 45 jiwa - 1 jiwa
03 01 53 jiwa 41 jiwa 34 jiwa - -
04 01 60 jiwa 45 jiwa 50 jiwa - 2 jiwa
05 01 46 jiwa 29 jiwa 35 jiwa - 2 jiwa
Keadaan pendidikan lulusan masyarakat kampung pejamuran yang
jumlah penduduknya 690 jiwa lulusan tingkat SD/MI 42,75% jiwa, lulusan
tingkat SMP/MTS 28,3 % jiwa, lulusan tingkat SMA/MA/SMK 27,7 jiwa
dan lulusan tingkat Sarjana 1,3 % jiwa dari jumlah penduduk 690 jiwa
masyarakat kampung pejamuran.
Ketersediaan unit pendidikan atau sekolah diwilayah kampung
pejamuran terbilang sudah terdapat lembaga pendidikan seperti
tersedianya satu lembaga sekolah dasar yaitu SDN PASILIAN 1 dan 2 ,
satu lembaga Madrasah Ibtidaiyah yaitu Madrasah Ibtidaiyah
Darurrahmah Pondok Pesantren Darurrahmah dan satu lembaga Madrasah
Aliyah yaitu Madrasah Aliyah Negeri Kronjo.
2. Perkembangan Persepsi Tentang Arti Pendidikan Formal 12 Tahun
Masyarakat Kampung Pejamuran.
Kehidupan era globalilsasi adalah suatu kehidupan yang
mengalami perubahan cepat terjadi semakin cepat, kompetitif dan beragam
dengan kata lain dari waktu ke waktu akan menjadi semakin kompleks.
Seperti perkembangan masyarakat kampung pejamuran yang semakin
berjalan dari waktu ke waktu semakin menimbulkan beragam dalam
mempersepsikan pendidikan didalam pola pikir masyarakat kampung
pejamuran. Akan tetapi sikap dan perkembangan persepsi masyarakat
40
pejamuran seperti keluarga Bapak Sukeni warga 02 yang keluarganya
tidak melanjutkan sekolahnya hanya sampai di sekolah dasar dengan
alasan banyak orang pintar tapi tidak benar. Jadi, tidak usah mempertinggi
pendidikan karena semakin tinggi pendidikan maka semakin pintar dan
membuat anak saya semakin tidak benar.
Berbeda dengan keluarga Ibu Nafsiah warga 05 yang keluarganya
semua bekerja dan tidak ada yang sampai jenjang pendidikan sekolah
menengah atas. Ibu nafsiah tidak memberi pendidikan yang tinggi kepada
anak-anaknya karena paradigma ibu nafsiah adalah anak yang berbakti
kepada orang tua bukan menempuh jalur pendidikan setinggi-tingginya
tetapi membantu orang tua mencari uang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dengan kata lain sekolah tidak perlu menempuh jalur
pendidikan tinggi cukup mempunyai ijazah dan jika ada peluang bekerja
maka anak yang berbakti kepada orang tua itu harus bekerja untuk mencari
uang serta membantu orang tua. Sangat ironis dengan fakta ini, hal
tersebut sama dengan apa yang keluarga ibu jalalah lakukan dengan
memberhentikan anaknya ketika bersekolah ditingkat menengah atas
diberhentikan dikarenakan ada panggilan kerja dipabrik sebagai buruh
pabrik.
Perkembangan persepsi tentang pendidikan juga dirasakan dengan
pola pikir dari bapak Asim sebagai warga 04 yang keluarganya semuanya
diberdayakan untuk mencari kerja dan keluarganya tidak ada yang
melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah atas. Pola pikir
Bapak Asim adalah mencari uang lebih penting dari pada belajar karena
dengan uang kita bisa memenuhi kebutuhan hidup dari pada kita
menyekolahkan anak dengan mengeluarkan banyak uang sedangkan kita
dalam keadaan membutuhkan uang dalam menghidupi diri kita sebagai
warga 04 yang keluarganya semuanya diberdayakan untuk mencari kerja
dan keluarganya tidak ada yang melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah
menengah atas. Hal tersebut adalah pola pikir yang berkembang dalam
masyarakat pejamuran.
41
Pernyataan dan pola pikir tersebut jelas tidak benar karena
pendidikan merupakan faktor dan hal yang terpenting yang harus dipenuhi
oleh setiap manusia, karena pendidikan dapat membawa manusia ke jalan
yang lebih baik dan membawa dalam proses perubahan. Tanpa pendidikan,
manusia senantiasa tidak memiliki nilai, baik dalam masyarakat maupun
dunia kerja. Oleh sebab itu, pendidikan harus diterapkan sedini mungkin
untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan.
Pendidikan itu untuk mewujudkan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga
sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan, selain salah satu dasar
utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melawati generasi.
Perkembangan Persepsi masyarakat pejamuran terhadap
pentingnya arti pendidikan, bahwasaya pendidikan tidak dapat mengubah
sifat-sifat pembawaan dan pendidikan hanya untuk mendapatkan ijazah
untuk memperbaiki ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai buruh
pabrik. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, maka dalam pendidikan kita
terdapat degradasi pola pikir terhadap pendidikan atau dengan kata lain
berkembang persepsi negatif terhadap pendidikan . Dalam ilmu
pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis.
Keberagaman kebudayaan dan pola pikir setiap individu
masyarakat merupakan fakta empiris yang tak terpungkiri. Bahwa
pendidikan yang kita anggap penting itu bagi masyarakat hanyalah hal
yang tabu dan tak begitu penting.
3. Persepsi Masyarakat Pejamuran tentang Pendidikan
Dari keseluruhan jumlah penduduk masyarakat kampung
pejamuran yang berjumlah 690 orang peneliti mengambil Sampel yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah 40 jiwa dari jumlah
seluruh masyarakat kampung pejamuran yang terdiri dari 690 jiwa, karena
42
penelitian kulitatif melihat proses sampling sebagi parameter populasi
yang dinamis, khusus, phasic dibandingkan statis atau apriori. Ketika ada
aturan statistik tentang probabilitas ukuran sampel, hanya ada petunjuk
untuk ukuran sampel berdasarkan tujuan. Sampel berdasarkan konsep ini
dapat berkisar antara n=1 sampai n=40 atau lebih (McMillan dan
Schumacher).1 Sampel tersebut diambil secara purposive sampling,
populasi dan sampling yang ditentukan oleh peneliti adalah purposive
sampling (subjek berdasarkan tujuan) yang biasa digunakan dalam
penelitian kualitatif dalam memilih dan menentukan subjek penelitian.
Dengan dasar sampel tersebut maka peneliti memilih dan menentukan
subyek penelitian dengan 10 orang subyek untuk pengumpulan data
dengan wawancara dan 40 orang subyek untuk pengumpulan data angket
penelitian.
Purposive sampling adalah tekhnik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya
orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan
atau mungkin dianggap sebagai objek sosial yang diteliti.2
Selanjutnya, untuk mendapatkan gambaran mengenai
perkembangan persepsi masyarakat kampung pejamuran terhadap
pendidikan dengan menggunakan angket yang berisi 6 pernyataan masing-
masing diberikan empat alternatif jawaban yaitu: ya diberi nilai:2 dan
tidak diberi nilai:1 Setelah data diperoleh berdasarkan angket yang
diberikan kepada warga masyarakat kampung pejamuran, maka langkah
yang pertama dilakukan adalah mencari angka persentase dalam bentuk
tabel dengan menggunakan tekhnik persentase sebagai berikut: P = F/N x
100%3
1 Djam’an Satori dan Aan Komariyah. Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung:
Alfabeta,2012) cet-4.h.58 2Sugiono, penelitian pendidikan: pendekatan kualitatif, kuantitatis dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h.300 3Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Persada, 1994), Cet Ke
5,h. 40-41
43
Berikut adalah hasil analisis kualitatif persentase mengenai
persepsi masyarakat kampung pejamuran terhadap pendidikan, 6
pernyataan yang diberikan kepada 40 jiwa masyarakat kampung
pejamuran. Berikut adalah tabel persentase persepsi masyarakat kampung
pejamuran terhadap pendidikan formal 12 tahun:
Tabel 4.3
Persentase persepsi kebutuhan masyarakat kampung pejamuran
terhadap pendidikan Formal 12 tahun
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 18 45%
2 Tidak 22 55%
Jumlah 40 100%
Dari tabel 1.7 diatas menunjukan bahwa dari keseluruhan sampel
penelitian yang diberikan lewat angket terhadap masyarakat kampung
pejamuran itu 45% bahwa merasa butuh terhadap pendidikan formal 12
tahun dan 55% lainnya menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan
terhadap pendidikan formal 12 tahun.
Tabel 4.4
Persentase persepsi masyarakat kampung pejamuran terhadap
pentingnya pendidikan dasar wajib belajar 12 tahun
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 19 47,5%
2 Tidak 21 52,5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel 1.8 diatas menunjukan bahwa dari keseluruhan sampel
penelitian melalui angket penelitian yang diberikan kepada masyarakat
kampung pejamuran tersebut memiliki persepsi penting terhadap
pendidikan formal 12 tahun 47,5% menunjukan persepsi positif setuju
44
dengan pentingnya pendidikan formal 12 tahun, 52,5% menunjukan
persepsi negatif dengan tidak setuju terhadap pendidikan formal 12 tahun.
Tabel 4.5
Persentase persepsi anak-anak masyarakat kampung pejamuran
berhak mendapatkan pendidikan formal 12 tahun.
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 30 75%
2 Tidak 10 25%
Jumlah 40 100%
Dari tabel 1.9 diatas menunujukan bahwa seluruh masyarakat
kampung pejamuran tersebut berpersepsi terhadap berhaknya anak-anak
mereka menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun menunujukan 75%
menyakatan positif terhadap berhaknya anak-anak mereka menempuh jalur
pendidikan formal 12 tahun, 25% menunjukan negatif terhadap berhaknya
anak-anak mereka menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun.
Tabel 4.6
Persentase persepsi anak-anak masyarakat kampung pejamuran
mempunyai sikap bertanggung jawab hasil dari proses pendidikan
formal 12 tahun
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 13 32,5%
2 Tidak 27 67.5%
Jumlah 40 100%
Dari tabel 1.10 diatas menunjukan bahwa seluruh masyarakat
kampung pejamuran terhadap persepsi anak-anak mereka mempunyai
sikap bertanggung jawab yang tercipta dari proses pendidikan formal 12
tahun, menunujukan 32,5% menunjukan positif, 67,5% menujukan
negatif.
45
Tabel 4.7
Persentase persepsi masyarakat kampung pejamuran terhadap anak-
anak harus menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 28 70%
2 Tidak 12 30%
Jumlah 40 100%
Dari tabel 1.11 diatas menunujukan bahwa seluruh sampel
penelitian melalui angket penelitian yang diberikan kepada masyarakat
kampung pejamuran terhadap persepsi mereka tentang anak-anak harus
menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun, menunjukan 70%
menyatakan positif terhadap pernyataan bahwa anak-anak mereka untuk
menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun dan 30% menunjukan bahwa
negatif terhadap pernyataan bahwa anak-anak menempuh jalur pendidikan
formal 12 tahun.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Interpretasi Persepsi Masyarakat Kampung Pejamuran terhadap
pendidikan formal 12 tahun
Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan yang dinamis, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik
atau tidak cocok dan ada yang cocok, perubahan yang terbatas atau pun
luas, dan ada perubahan yang cepat ataupun yang cepat.Semua hal tersebut
dialami dalam kehidupan masyarat kampung pejamuran.
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil
penelitian dari masyarakat kampung pejamuran berdasarkan tabel 1.7 hasil
analisis dari persent terhadap masyarakat kampung pejamuran itu 45%
bahwa merasa butuh terhadap pendidikan formal 12 tahun dan 55%
lainnya menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan terhadap
pendidikan formal 12 tahun.
46
Analisi prosentase tabel 1.8 tentang persepsi penting terhadap
pendidikan formal 12 tahun 47,5% menunjukan persepsi positif setuju
dengan pentingnya pendidikan formal 12 tahun, 52,5% menunjukan
persepsi negatif dengan tidak setuju terhadap pendidikan formal 12 tahun.
Dari analisis persepsi tersebut peneliti juga ingin menggambarkan
apakah masyarakat kampung pejamuran itu berhak anak-anak semua
menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun. Maka berdasarkan table 1.9
persentase persepsi semua masyarakat kampung pejamuran jalur
pendidikan tinggi menunujukan bahwa seluruh masyarakat kampung
pejamuran berpersepsi terhadap berhaknya anak-anak mereka menempuh
jalur pendidikan formal 12 tahun menunujukan 75% menyakatan positif
terhadap berhaknya anak-anak mereka menempuh jalur pendidikan formal
12 tahun, 25% menunjukan negatif terhadap berhaknya anak-anak mereka
menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun.
Dari hasil analisis tabel 1.10 terhadap persepsi anak-anak mereka
mempunyai sikap bertanggung jawab yang tercipta dari proses pendidikan
formal 12 tahun, menunujukan 32,5% menunjukan positif bahwa anak-
anak mempunyai sikap bertanggung jawab , 67,5% menujukan negatif
bahwa anak-anak mempunyai sikap bertanggung jawab.
Dari hasil data tabel 1.11 diatas peneliti ingin menggambarkan
terhadap persepsi mereka tentang anak-anak harus menempuh jalur
pendidikan formal 12 tahun, menunjukan 70% menyatakan positif
terhadap pernyataan bahwa anak-anak mereka untuk menempuh jalur
pendidikan formal 12 tahun dan 30% menunjukan bahwa negatif terhadap
pernyataan bahwa anak-anak menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun.
Dari semua analisis presentase diatas tersebut peneliti mengambil
hasil dari penelitian terhadap pentingnya pendidikan formal 12 tahun
dikampung pejamuran ini menghasilkan bahwa terdapatnya persepsi
positif 47,5% dan persepsi negatif 52,5% yang berkembang didalam
persepsi dan pola pikir masyarakat kampung pejamuran. didindikasi
terdapat persepsi negatif dan positif yang ditemukan oleh peneliti didalam
47
pola pikir masyarakat kampung pejamuran tentang pentingnya pendidikan
dikampung pejamuran, desa pasilian kecamatan kronjo.
Triangulasi data yang dilakukan untuk mendapatkan data yang
akurat maka peneliti melakukan penyebara data penelitian pertama pada
tanggal 28 september 2013 hari sabtu, setelah itu peneliti membuat
triangulasi karna merasa data belum sempurna pada tanggal 1 oktober
2013 hari selasa, setelah itu peneliti melakukan triangulasi ke-2 karna
merasa peneliti data sedikit lagi akan sempurna pada tanggal 7 oktober
2013 hari senin, dan setelah data peneliti merasa data sempurna peneliti
ingin mencoba kembali pada triangulasi ke-3 untuk mengkukuhkan bahwa
data valid pada tanggal 10 oktober 2013 hari kamis dan ternyata data yang
didapat 10 oktober 2013 pada triangulasi ke-3 itu dianggap peneliti data
sempurna maka data yang dihasilkan dan dipaparkan dalam penelitian ini
diambil dari data triangulasi ke-3 pada tanggal 10 oktober 2013.
2. Pembahasan Konsep Penelitian
a. Pembahasan Konsep Persepsi
Pembahasan konsep penelitian ini adalah pembahasan antara
keterkaitan temuan yang diperoleh peneliti dengan teori atau konsep-
konsep yang melndasi variable-variabel penelitian.
Persepsi menurut Abdurrahman Saleh adalah proses yang
menggabungkan dan mengorganisasi data-data indera kita (penginderaan)
untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di
sekeliling.4
Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan perolehan,
penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial
dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan
pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh,
4Abdul Rahman Shaleh,PsikologiSuatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2004), h.110.
48
ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan
sosial.5
Dari konsep persepsi bisa disimpulkan bahwa ini sesuai dengan
apa yang menjadi paradigma atau pola pikir yang berkembang terhadap
warga masyarakat kampung pejamuran tentang pentingnya pendidikan
formal 12 tahun. seperti analisis data tab yang menunjukan Berdasarkan
hasil analisis persentase Analisi prosentase tentang persepsi penting
terhadap pendidikan formal 12 tahun 47,5% menunjukan persepsi positif
setuju dengan pentingnya pendidikan formal 12 tahun, 52,5% menunjukan
persepsi negatif dengan tidak setuju terhadap pendidikan formal 12 tahun.
b. Pembahasan Konsep Pendidikan
Dalam hakikat pendidikan beberapa ahli mengungkapkan hakikat
pendidikan mengandung pengertiaan John Dewey: pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan funda mental secara intelektual
dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
Menurut S.A. Brata,dkk.: pendidikan ialah usaha yang sengaja
diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung untuk membantu
anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
Menurut Rousseau:pendidikan adalah memberikan kita
pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa.
Menurut Ki Hajar Dewantara: mendidik ialah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.6
Dalam GBHN:pendidkan pada hakekatnya adalah usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup.7
5 Bagus takwin, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam sarlito W.
Sarwono dan eko A.meinarno (ed.), PSIKOLOGI SOSIAL,, (salemba humanika), hal 24. 6Ibid. 7Ibid.h,10.
49
Menurut Prof. Zahara Idris (dasar-dasar pendidikan) : pendidikan
ialah serangkai kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara
manusia biasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan
menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap
perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi
manusia dewasa yang bertanggung jawab. Potensi di sini ialah
potensi fisik, emosi, sosial, sikap, moral, pengetahuan dan
keterampilan.8
Dari analisis persepsi tersebut peneliti juga ingin menggambarkan
apakah masyarakat kampung pejamuran itu berhak anak-anak semua
menempuh jalur pendidikan wajib belajar 12 tahun. Maka berdasarkan
persentase persepsi semua masyarakat kampung pejamuran jalur
pendidikan tinggi menunujukan bahwa seluruh masyarakat kampung
pejamuran berpersepsi terhadap berhaknya anak-anak mereka menempuh
jalur pendidikan formal 12 tahun menunujukan 75% menyakatan positif
terhadap berhaknya anak-anak mereka menempuh jalur pendidikan formal
belajar 12 tahun, 25% menunjukan negatif terhadap berhaknya anak-anak
mereka menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun.
Dari hasil analisis terhadap persepsi anak-anak mereka mempunyai
sikap bertanggung jawab yang tercipta dari proses pendidikan formal 12
tahun, menunujukan 32,5% menunjukan positif bahwa anak-anak
mempunyai sikap bertanggung jawab , 67,5% menujukan negatif bahwa
anak-anak mempunyai sikap bertanggung jawab.
Dari hasil analisi menggambarkan terhadap persepsi mereka
tentang anak-anak harus menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun,
menunjukan 70% menyatakan positif terhadap pernyataan bahwa anak-
anak mereka untuk menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun dan 30%
menunjukan bahwa negatif terhadap pernyataan bahwa anak-anak
menempuh jalur pendidikan formal 12 tahun.
Dari data diatas disimpulkan bahwa konsep hakikat pendidikan itu
tidak terrealisasikan secara sempurna dalam kultur budaya dalam
perkembangan masyarakat kampung pejamuran dengan baik tak seperti
konsep hakikat pendidikan yang semestinya.
8Ibid.h,11.
50
Budaya menurut Melville J.Herkovits dan Bronislaw Malinovski
mengemukakan bahwa budaya adalah segala sesuatu yang terdapat
didalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu.9 Menurut E.B Taylor mengatakan
bahwa budaya adalah koplek yang mencangkup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan lain kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatakan oleh
manusia sebagai masyarakat.10
3. Keterkaitan dan Komparasi Hasil Temuan Penelitian
Keterkaitan dan komparasi hasil temuan penelitian ini adalah
pembahasan tentang ketrkaitan dan komparasi temuan penelitian dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan yang dikaji oleh penelitian
sebelumnya.
Penelitian pertama menghasilkan dan menunjukan bahwa : (1)
persepsi masyarakat Magelung memiliki tanggapan positif tentang
pendidikan agama Islam mengenai dasar dantujuan pendidikan agama
Islam tersebut. Pendidikan agama ini diharapkan masyarakat dapat
menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anak-
anaknya tentang pendidikan agama sehingga menjadi anak yang beriman
dan bertaqwa. (2) minat masyarakat Desa Magelung menyekolahkan anak
di Madarsah Diniyah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor
internal yang meliputi: motivasi, kebutuhan dan sikap terhadap obyek.
Sedangkan faktor eksternalnya meliputi: lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan srana fasilitas seperti gedung sekolah dan letaknya, tempat
tinggal dan letaknya dan sebagainya. Hal ini dapat menunjang minat
masyarakat menyekolahkan anaknya di Madarsah Diniyah. (3) terdapat
hubungan positif antara persepsi masyarakat tentang pendidikan agama
Islam terhadap minat menyekolahkan anaknya di Madrasah Diniyah,
ditunjukan oleh koefesien kolerasi 1xy = 0,434, kemudian dikonsultasikan
dengan harga 1tabel pada tarap signifikan 1% = 0,254 dan 5% = 0,195. Hal
9Sole Soemarjdan, setangkai bunga sosiologi, (Jakarta: Yayasan Badan penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1964),hlm.115. 10Soejono soekamto, Sosiologi sebuah pengantar (Jakarta: Rajawali pres, 2012),hlm.150.
51
ini berarti 1hitung lebih besar daripada 1tabel menunjukan kolerasi antara x dan
y signifikan. Hal ini menunjukan adanya hubungan persepsi masyarakat
tentang pendidikan agama Islam terhadap minat menyekolahkan anak di
Madrasah Diniyah. Dari hasil penelitian pertama diatas tersebut
disimpulkan bahwa ada indikasi terdapat persepsi positif dalam
masyarakat magelung.
Penelitian kedua yang menghasil penelitian menyebutkan bahwa
masyarakat Kota Medan yang memiliki persepsi positif terhadap
pendidikan inklusi sebanyak 47,36% (63 orang), masyarakat yang
memiliki persepsi yang negatif sebanyak 45,86% (61 orang) dan subjek
yang tidak tergolongkan yaitu 6,76% (9 orang). Dari hasil penelitian kedua
diatas disimpulkan bahwa terdapat persepsi negatif dan positif yang
terdapat dalam masyarakat kota medan.
Hasil penelitian sekarang yang dilakukan oleh peneliti hasil dari
penelitian terhadap pentingnya pendidikan formal 12 tahun dikampung
pejamuran ini menghasilkan bahwa terdapatnya persepsi positif 47,5% dan
persepsi negatif 52,5% yang berkembang didalam persepsi dan pola pikir
masyarakat kampung pejamuran. didindikasi terdapat persepsi negatif dan
positif yang ditemukan oleh peneliti didalam pola pikir masyarakat
kampung pejamuran tentang pentingnya pendidikan dikampung
pejamuran, desa pasilian kecamatan kronjo.
Keterkaitan hasil penelitian terdahulu dengan sekarang adalah
sebagai pelengkap dan sebagai informasi yang memperkuat dengan
menyatakan bahwa terdapatnya benang merah dengan kata lain terdapat
singkronisasi disuatu daerah dalam mempersepsiskan pendidikan dalam
pola pikir dan budaya yang sama sehingga peneliti mengindikasikan dan
memberi gambaran bahwa hakikat pendidikan itu tidak terrealisasikan
dengan menyeluruh dipelosok negri bangsa Indonesia yang kita cinta ini.
52
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah bagaimanakah persepsi masyarakat
Kampung Pejamuran tentang pentingnya pendidikan di BAB I. maka
peneliti akan memberikan jawaban berupa temua dalam perkembangan
persepsi pentingnya pendidikan dimasyarakat kampong pejamuran.
Kehidupan era globalilsasi adalah suatu kehidupan yang mengalami
perubahan cepat terjadi semakin cepat, kompetitif dan beragam dengan
kata lain dari waktu ke waktu akan menjadi semakin kompleks. Seperti
perkembangan masyarakat kampung pejamuran yang semakin berjalan
dari waktu ke waktu semakin menimbulkan yang beragam dalam
mempersepsikan pendidikan didalam pola pikir masyarakat kampung
pejamuran.
Hasil dari penelitian terhadap pentingnya pendidikan formal 12
tahun dikampung pejamuran ini menghasilkan kesimpulan bahwa
terdapatnya persepsi positif 47,5% dan persepsi negatif 52,5% yang
berkembang didalam persepsi dan pola pikir masyarakat kampung
pejamuran. didindikasi terdapat persepsi negatif dan positif yang
ditemukan oleh peneliti didalam pola pikir masyarakat kampung
pejamuran tentang pentingnya pendidikan dikampung pejamuran, desa
pasilian kecamatan kronjo.
B. Implikasi
Implikasidari penelitian ini menghasilkan sebagai berikut :
1. Perkembangan persepsi negatif didalam pola pikir masyarakat
ini harus segera diluruskan karena sangat berimbas terhadap
kelanjutan pendidikan Indonesia yang akan datang.
2. Sosialisasi pentingnya pendidikan terhadap masyarakat itu
harus dilakukan karena ditakutkan budaya negatif terhadap
pendidikan semakin membudaya.
53
3. Perkembangan dan perbaikan pendidikan secara terencana dan
sistematis melalui sosialisasi, pelatihan guru, dan studi
kelanjutan.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, saran penulis mengenai
penelitian ini adalah
1. Bagi masyarakat kampung pejamuran, harus memiliki motivasi
untuk bisa menempuh jalur pendidikan tinggi dan dapat
memberi untuk menjadi manusia cerdas yang berguna bagi
bangsa dan negara.
2. Bagi Dinas Pendidkan, diharapkan dapat memberikan solusi
dan jalan keluar atas pola pikir negatif terhadap yang sangat
berbalik lurus dengan prinsip pendidikanyang sudah tertanam
dibumi Indonesia ini agar persepsi negative itu tidak
membudaya dalam pola pikir masyarakat.
3. Bagi PEMDA, diharapkan dapat menjadi masukan dalam
merumuskan kebijakan pendidikan yang adil dan merata bagi
seluruh masyarakat dan tanpa deskriminasi.
4. Bagi mahasiswa, tantangan pendidikan dimasa yang akan
datang ini harus segera diluruskan sebelum membudaya karena
tugas mahasiswa sebgai asset Negara dan kewajiban kita
bersama untuk bekerja sama dan bergotong royaong
mencerdaskan bangsa.
54
DAFTAR PUSTAKA
M. Alisuf Sabri. 2010. Pengantar psikologi umum dan perkembangan. Jakarta:
pedoman ilmu jaya.
Muh.Said dan Junimar Affan. 1990. Psikologi dari zaman ke zama. Bandung:
jemmars bandung.
Bagus takwin, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam sarlito
W. Sarwono dan eko A.meinarno (ed.), PSIKOLOGI
SOSIAL,,.salemba humanika.
H.muhammadasrori. 2008. Psikologi pembelajaran. Bandung: wacana prima.
M. Ngalim Purwanto.1988. Ilmu pendidikan teoritis dan praktis.Bandung:
Remadja karya..
Zahara idris. 2008. Dasar-dasar pendidikan.Bandung: angkasa.
Badan Permusyawatan Desa. 2010 dan 2013. Data Penduduk Kampung
Pejamuran.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Abdul Rahman Shaleh. 2004. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Kencana.
Muh.Said dan Junimar Affan. 1990. Psikologi dari Zaman ke Zaman. Bandung:
Jemmars bandung.
Sarlito W.Sarwono.2003. Pengantar umum psikologi. Jakarta: bulan bintang
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka cipta.
Soejono soekanto.2012. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawalipres.
R.Iskandar, M.Pd. 2009. Metodologi penelitian kualitatif . Jakarta: Gaung
Persada.
Nana Syaodih Sukmadinata.2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi.2012. Metode Penelitian.. Jakarta: Rajawali Press.
Djam’an Satori dan Aan Komariyah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2010. Penelitian pendidikan: pendekatan kualitatif, kuantitatis dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
55
Sudjana.2005. Metode stastistika. Bandung: Tarsito.
Lexy J.Meleong. 2010. Metologi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda karya.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka cipta Anas Sudjono.1994. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Persada.
Nasution. 2012. Metode Research (penelitian ilmiah) usul tesis-desain penelitian-
hipotesis-validitas-sampling-populasi-pbservasi-wawancara-angket.
Jakarta: Bumi aksara.
Sole Soemardja.1964. Stangkai Bunga Sosiologi. Jakarat: Yayasan Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Anni Setyawati. 2011. Hubungan Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan
Agama islam Terhadap Minat Menyekolahkan Anak diMadrasah
Diniyah Desa Magelung Kecamatan Kaliwung Kabupaten Kendal.
Fakultas Tarbiyah Institute Agama Islam Negri Walisongo Semarang
Mastari. 2012. Gambaran Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap
Pendidikan Inkluisi Studi Terhadap Beberapa Kecamatan Di Kota
Medan. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
56
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati
perkembangan persepsi masyarakat Kampung Pejamuran tentang pendidikan
dengan cara di checklist (√) dan aspek yang diamati meliputi:
A. Tujuan :
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik
maupun non fisik Masyarakat Kampung Pejamuran.
B. Aspek yang diamati :
Aspek yang diamati checklist (√)
1. Alamat/lokasi kampung pejamuran.
2. Tingkat pendidikan masyarakat kampung
pejamuran.
3. Ketersediaan unit pendidikan atau sekolah di
wilayah kampung pejamuran.
4. Keterjangkauan biaya pendidikan masyarakat
kampung pejamuran.
5. Data warga pejamuran yang bekerluarga dengan
pendidikan rendah.
1. .............
2. .............
3. .............
4. ..............
5. ..............
57
Lampiran 2
ANGKET PENELITIAN
“Persepsi Masyarakat Kampung Pejamuran Tentang Pentingnya Pendidikan
Formal 12 Tahun Di Kampung Pejamuran”
Nama :
Umur :
Petunjuk Pengisian Angket
1. Tulislah identitas anda di tempat yang telah disediakan
2. Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur dan ikhlas
3. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
persepsi anda, dengan keterangan sebagai berikut:
Ya : Persepsi Positif
Tidak : Persepsi Negatif
4. Kerjakan setiap nomor dan jangan terlewatkan satu nomor pun
5. Atas bantuan dan perhatian anda, saya ucapkan terimakasih.
No Pernyataan Arternatif
Jawaban
Ya Tidak
1 Saya merasa butuh terhadap pendidikan formal 12 tahun
2 pendidikan formal 12 tahun penting bagi warga
masyarakat kampung pejamuran
3 Anak-anak saya berhak mendapatkan pendidikan formal
12 tahun
4 Anak-anak saya mempunyai sikap bertanggung jawab dari
proses pendidikan formal 12 tahun
5 Anak-anak saya harus menempuh jalur pendidikan formal
12 tahun
58
Lampiran 3
Persentase Total Persepsi Masyarakat Kampung Pejamuran, Ds.Pasilian,
Kec.Kronjo, Kab.Tangerang
Terhadap Pendidikan Formal 12 tahun
Responden
Pernyataan Total
Rata-rata
1 2 3 4 5
1 2 1 2 2 1 8 0.2
2 2 1 2 2 1 8 0.2
3 2 1 2 2 1 8 0.2
4 2 1 2 2 1 8 0.2
5 2 1 2 2 1 8 0.2
6 2 1 2 2 1 8 0.2
7 2 1 2 2 1 8 0.2
8 2 1 2 2 1 8 0.2
9 2 1 2 2 1 8 0.2
10 2 1 2 2 1 8 0.2
11 2 1 2 2 1 8 0.2
12 2 1 2 2 1 8 0.2
13 2 1 2 2 2 9 0.225
14 2 1 2 1 2 8 0.2
15 2 1 2 1 2 8 0.2
16 2 1 2 1 2 8 0.2
17 2 1 2 1 2 8 0.2
18 2 1 2 1 2 8 0.2
19 1 1 2 1 2 7 0.175
20 1 1 2 1 2 7 0.175
21 1 1 2 1 2 7 0.175
22 1 2 2 1 2 8 0.2
23 1 2 2 1 2 8 0.2
24 1 2 2 1 2 8 0.2
25 1 2 2 1 2 8 0.2
26 1 2 2 1 2 8 0.2
27 1 2 2 1 2 8 0.2
28 1 2 2 1 2 8 0.2
29 1 2 2 1 2 8 0.2
30 1 2 2 1 2 8 0.2
31 1 2 1 1 2 7 0.175
32 1 2 1 1 2 7 0.175
33 1 2 1 1 2 7 0.175
34 1 2 1 1 2 7 0.175
35 1 2 1 1 2 7 0.175
59
36 1 2 1 1 2 7 0.175
37 1 2 1 1 2 7 0.175
38 1 2 1 1 2 7 0.175
39 1 2 1 1 2 7 0.175
40 1 2 1 1 2 7 0.175
jumlah frekuensi 58 59 70 53 68 308 7.7
60
Lampiran 4
Pedoman wawancara
Dengan Kepala Desa Pasilian
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : H.Nasiri
Tempat : Balai Desa Pasilian
Hari/Tanggal : Senin, 16 September 2013
1.Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
2. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat
kampung pejamuran ?
3. Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi
masyarakat kampung pejamuran?
4. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat
kampung pejamuran ?
5. Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung
pejamuran ?
6. Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7. Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
61
Lampiran 5
Transkrip wawancara
Dengan Sekertaris Kepala Desa
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Sukemmi
Tempat : Balai Desa Pasilian
Hari/tanggal : Senin 16 September 2013
1.Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
2. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat
kampung pejamuran ?
3. Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi
masyarakat kampung pejamuran?
4. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat
kampung pejamuran ?
5. Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung
pejamuran ?
6. Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7. Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
62
Lampiran 6
Transkrip Wawancara
Dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Jamanuri
Tempat : Balai Desa Pasilian
Hari/Tanggal : Selasa, 17 September 2013
1. Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
2. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat
kampung pejamuran ?
3. Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi
masyarakat kampung pejamuran?
4. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat
kampung pejamuran ?
5. Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung
pejamuran ?
6. Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7. Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
63
Lampiran 7
Transkrip Wawancara
Dengan Tokoh Masyarakat
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Ust. H.Sopiyan
Tempat : Pondok Pesantren Nurul Ilmi (Kediaman bpk H.Sopiyan )
Hari : Rabu, 18 September 2013
1. Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
2. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat
kampung pejamuran ?
3. Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi
masyarakat kampung pejamuran?
4. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat
kampung pejamuran ?
5. Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung
pejamuran ?
6. Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7. Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
64
Lampiran 8
Pedoman Wawancara
Dengan Tokoh pendidikan Kampung Pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Drs.H.Khairuddin
Tempat : Kediaman Rumah Drs.H.Khairuddin
Hari/Tangal : Kamis, 19 September 2013
1. Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
2. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat kedewasaan masyarakat
kampung pejamuran ?
3. Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu tingkat ekonomi
masyarakat kampung pejamuran?
4. Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan potensi masyarakat
kampung pejamuran ?
5. Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12 tahun di kampung
pejamuran ?
6. Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
7. Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
65
Lampiran 9
Pedoman Wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Asim
Tempat : Kediaman Bapak Asim
Hari : Sabtu, 21 September 2013
1. Barapakah lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat kampung
pejamuran ?
2. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
3. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?
4. Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa
membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
5. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?
6. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
7. Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa pesan ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
9. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
66
Lampiran 10
Pedoman Wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Sukeni
Tempat : Kediaman Bapak Sukeni
Hari/Tanggal : Senin, 23 September 2013
1. Barapakah lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat kampung
pejamuran ?
2. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
3. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?
4. Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa
membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
5. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?
6. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
7. Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa pesan ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
9. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
67
Lampiran 11
Pedoman Wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Jalalah
Tempat : Kediaman Ibu Jalalah
Hari/Tanggal : Selasa, 24 September 2013
1. Barapakah lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat kampung
pejamuran ?
2. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
3. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?
4. Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa
membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
5. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?
6. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
7. Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa pesan ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
9. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
68
Lampiran 12
Pedoman Wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Nafsiah
Tempat : Kediaman Ibu Nafsiah
Hari/Tanggal : Rabu, 25 September 2013
1. Barapakah lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat kampung
pejamuran ?
2. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
3. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?
4. Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa
membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
5. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?
6. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
7. Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa pesan ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
9. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
69
Lampiran 13
Pedoman Wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Jumenah
Tempat : Kediaman Ibu Jumenah
Hari/Tanggal : Kamis, 26 September 2013
1. Barapakah lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat kampung
pejamuran ?
2. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
3. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?
4. Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa
membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?
5. Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
mengembangkan potensi masyarakat kampung pejamuran ?
6. Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12 tahun di
kampung pejamuran ?
7. Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
8. Apa pesan ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
9. Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?
70
Lampiran 14
Transkrip wawancara
Dengan Kepala Desa Pasilian
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : H.Nasiri
Tempat : Balai Desa Pasilian
Hari/Tanggal : Senin, 16 September 2013
1. Pripun persepsi bapak maring masyarakat griya pejamuran ?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Menurut kula mah masyarakat griya pejamuran pun iki hidup ing dalem
kerukunan.
(Terjemahan: Menurut saya masyarakat kampung pejamuran hidup dalam
kerukunan.)
2. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gawe dewasa masyarakat griya
pejamuran?
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?).
Otomatis bangkit ngegawe dewasa asbabe saking pendidikan iku uwong
nuntun ing dedalan pikiran dewasa gena masa depan lan entekaken
masalah.
(Terjemahan: secara otomatis mampu membuat masyarakat berpikir dewasa
secara pikiran untuk masa depan dan menyelesaikan masalah dengan adanya
pendidikan tersebut).
3. Ape kalawan maring pendidikan formal 12 tahun bangkit ngebantu tingkat
ekonomi masyarakat griya pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?).
71
Yang kabeh sekolah mah pastine kaduwean saking ijazah, kelawan ijazah
iku kabeh bisa ngelamar bangkit saking pegawean.
(Terjemahan: jika kita sekolah maka kita mendapatkan ijazah, dengan ijazah
tersebut kita bisa melamar untuk mendapatkan pekerjaan).
4. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken potensi masyarakat
kampung pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Insyallah bangkit.
(Terjemahan: Insyaallah bisa).
5. Primen persepsi bapak maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Ingsahutune wajib gena masyarakat griya kampung pejamuran.
(Terjemahan: sesungguhnya wajib untuk masyarakat kampung pejamuran).
6. Ape kritik bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?)
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik).
7. Ape pesan bapak maring masyarakat kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?).
Pesan kula maring kampung pejamuran pun iki yaiku tetep jaga lan
lestarikaken maring rasa damai serto rukun karo sekabehe kampung-
kampung tetangga maring tengen lan kiwene, wis cukup kula gaen pesen
iku.
(Terjamahan: pesan saya untuk kampung pejamuran ini yaitu tetap jaga dan
lestarikan rasa damai serta rukun dengan semua kampung-kampung tetangga
dari sebelah kanan dan kiri, cukup itu pesan saya.).
8. Ape harepan bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
72
Herapan kula maring masyarakat kampung pejamuran pun iki yaiku jadi
kampung sing aman lan menjaga maring kehormatan kampunge dewek, aja
ngisin-ngisinaken desa dewek saking perlakuan boten bagus.
(Terjemahan: Harapan saya dengan masyarakat kampung pejamuran ini
yaitu menjadi kampung yang aman dan menjaga kehormatan kangpung
sendiri, jangan membuat malu desa sendiri dari perbuatan tidak baik).
73
Lampiran 15
Transkrip wawancara
Dengan Sekertaris Kepala Desa
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Sukemmi
Tempat : Balai Desa Pasilian
Hari/Tanggal : Senin 16 September 2013
1. Pripun persepsi bapak maring masyarakat griya pejamuran ?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Menurut kula mah masyarakat griya pejamuran pun iki hidup ing dalem
kerukunan.
(Terjemahan: Menurut saya masyarakat kampung pejamuran hidup dalam
kerukunan.)
2. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gawe dewasa masyarakat griya
pejamuran?
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?).
Otomatis bangkit ngegawe dewasa asbabe saking pendidikan iku uwong
nuntun ing dedalan pikiran dewasa gena masa depan lan entekaken
masalah.
(Terjemahan: secara otomatis mampu membuat masyarakat berpikir dewasa
secara pikiran untuk masa depan dan menyelesaikan masalah dengan adanya
pendidikan tersebut).
3. Ape kalawan maring pendidikan formal 12 tahun bangkit ngebantu tingkat
ekonomi masyarakat griya pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?).
74
Yang kabeh sekolah mah pastine kaduwean saking ijazah, kelawan ijazah
iku kabeh bisa ngelamar bangkit saking pegawean.
(Terjemahan: jika kita sekolah maka kita mendapatkan ijazah, dengan ijazah
tersebut kita bisa melamar untuk mendapatkan pekerjaan).
4. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken potensi masyarakat
kampung pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Insyallah bangkit.
(Terjemahan: Insyaallah bisa).
5. Primen persepsi bapak maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Ingsahutune wajib gena masyarakat griya kampung pejamuran.
(Terjemahan: sesungguhnya wajib untuk masyarakat kampung pejamuran).
6. Ape kritik bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?)
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik).
7. Ape pesan bapak maring masyarakat kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?).
Pesan kula maring kampung pejamuran pun iki yaiku tetep jaga lan
lestarikaken maring rasa damai serto rukun karo sekabehe kampung-
kampung tetangga maring tengen lan kiwene, wis cukup kula gaen pesen
iku.
(Terjamahan: pesan saya untuk kampung pejamuran ini yaitu tetap jaga dan
lestarikan rasa damai serta rukun dengan semua kampung-kampung tetangga
dari sebelah kanan dan kiri, cukup itu pesan saya.).
8. Ape harepan bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
75
Herapan kula maring masyarakat kampung pejamuran pun iki yaiku jadi
kampung sing aman lan menjaga maring kehormatan kampunge dewek, aja
ngisin-ngisinaken desa dewek saking perlakuan boten bagus.
(Terjemahan: Harapan saya dengan masyarakat kampung pejamuran ini
yaitu menjadi kampung yang aman dan menjaga kehormatan kangpung
sendiri, jangan membuat malu desa sendiri dari perbuatan tidak baik).
76
Lampiran 16
Transkrip Wawancara
Dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Jamanuri
Tempat : Balai Desa Pasilian
Hari/Tanggal : Selasa, 17 September 2013
1. Pripun persepsi bapak maring masyarakat griya pejamuran ?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Menurut kula mah masyarakat griya pejamuran pun iki hidup ing dalem
kerukunan.
(Terjemahan: Menurut saya masyarakat kampung pejamuran hidup dalam
kerukunan.)
2. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gawe dewasa masyarakat griya
pejamuran?
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?).
Otomatis bangkit ngegawe dewasa asbabe saking pendidikan iku uwong
nuntun ing dedalan pikiran dewasa gena masa depan lan entekaken
masalah.
(Terjemahan: secara otomatis mampu membuat masyarakat berpikir dewasa
secara pikiran untuk masa depan dan menyelesaikan masalah dengan adanya
pendidikan tersebut).
77
3. Ape kalawan maring pendidikan formal 12 tahun bangkit ngebantu tingkat
ekonomi masyarakat griya pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?).
Yang kabeh sekolah mah pastine kaduwean saking ijazah, kelawan ijazah
iku kabeh bisa ngelamar bangkit saking pegawean.
(Terjemahan: jika kita sekolah maka kita mendapatkan ijazah, dengan ijazah
tersebut kita bisa melamar untuk mendapatkan pekerjaan).
4. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken potensi masyarakat
kampung pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Insyallah bangkit.
(Terjemahan: Insyaallah bisa).
5. Primen persepsi bapak maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Ingsahutune wajib gena masyarakat griya kampung pejamuran.
(Terjemahan: sesungguhnya wajib untuk masyarakat kampung pejamuran).
6. Ape kritik bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?)
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik).
7. Ape pesan bapak maring masyarakat kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?).
Pesan kula maring kampung pejamuran pun iki yaiku tetep jaga lan
lestarikaken maring rasa damai serto rukun karo sekabehe kampung-
kampung tetangga maring tengen lan kiwene, wis cukup kula gaen pesen
iku.
78
(Terjamahan: pesan saya untuk kampung pejamuran ini yaitu tetap jaga dan
lestarikan rasa damai serta rukun dengan semua kampung-kampung tetangga
dari sebelah kanan dan kiri, cukup itu pesan saya.).
8. Ape harepan bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
Herapan kula maring masyarakat kampung pejamuran pun iki yaiku jadi
kampung sing aman lan menjaga maring kehormatan kampunge dewek, aja
ngisin-ngisinaken desa dewek saking perlakuan boten bagus.
(Terjemahan: Harapan saya dengan masyarakat kampung pejamuran ini
yaitu menjadi kampung yang aman dan menjaga kehormatan kangpung
sendiri, jangan membuat malu desa sendiri dari perbuatan tidak baik).
79
Lampiran 17
Transkrip Wawancara
Dengan Tokoh Masyarakat
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Ust. H.Sopiyan
Tempat : Pondok Pesantren Nurul Ilmi (Kediaman bpk H.Sopiyan )
Hari/Tanggal : Rabu 18 September 2013
1. Pripun persepsi bapak maring masyarakat griya pejamuran ?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Menurut kula mah masyarakat griya pejamuran pun iki hidup ing dalem
kerukunan.
(Terjemahan: Menurut saya masyarakat kampung pejamuran hidup dalam
kerukunan.)
2. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gawe dewasa masyarakat griya
pejamuran?
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?).
Otomatis bangkit ngegawe dewasa asbabe saking pendidikan iku uwong
nuntun ing dedalan pikiran dewasa gena masa depan lan entekaken
masalah.
(Terjemahan: secara otomatis mampu membuat masyarakat berpikir dewasa
secara pikiran untuk masa depan dan menyelesaikan masalah dengan adanya
pendidikan tersebut).
3. Ape kalawan maring pendidikan formal 12 tahun bangkit ngebantu tingkat
ekonomi masyarakat griya pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?).
80
Yang kabeh sekolah mah pastine kaduwean saking ijazah, kelawan ijazah
iku kabeh bisa ngelamar bangkit saking pegawean.
(Terjemahan: jika kita sekolah maka kita mendapatkan ijazah, dengan ijazah
tersebut kita bisa melamar untuk mendapatkan pekerjaan).
4. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken potensi masyarakat
kampung pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Insyallah bangkit.
(Terjemahan: Insyaallah bisa).
5. Primen persepsi bapak maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Ingsahutune wajib gena masyarakat griya kampung pejamuran.
(Terjemahan: sesungguhnya wajib untuk masyarakat kampung pejamuran).
6. Ape kritik bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?)
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik).
7. Ape pesan bapak maring masyarakat kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?).
Pesan kula maring kampung pejamuran pun iki yaiku tetep jaga lan
lestarikaken maring rasa damai serto rukun karo sekabehe kampung-
kampung tetangga maring tengen lan kiwene, wis cukup kula gaen pesen
iku.
(Terjamahan: pesan saya untuk kampung pejamuran ini yaitu tetap jaga dan
lestarikan rasa damai serta rukun dengan semua kampung-kampung tetangga
dari sebelah kanan dan kiri, cukup itu pesan saya.).
8. Ape harepan bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
81
Herapan kula maring masyarakat kampung pejamuran pun iki yaiku jadi
kampung sing aman lan menjaga maring kehormatan kampunge dewek, aja
ngisin-ngisinaken desa dewek saking perlakuan boten bagus.
(Terjemahan: Harapan saya dengan masyarakat kampung pejamuran ini
yaitu menjadi kampung yang aman dan menjaga kehormatan kangpung
sendiri, jangan membuat malu desa sendiri dari perbuatan tidak baik).
82
Lampiran 18
Transkrip Wawancara
Dengan Tokoh pendidikan Kampung Pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Drs.H.Khairuddin
Tempat : Kediaman Rumah Drs.H.Khairuddin
Hari/Tanggal : kamis, 19 September 2013
1. Pripun persepsi bapak maring masyarakat griya pejamuran ?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Menurut kula mah masyarakat griya pejamuran pun iki hidup ing dalem
kerukunan.
(Terjemahan: Menurut saya masyarakat kampung pejamuran hidup dalam
kerukunan.)
2. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gawe dewasa masyarakat griya
pejamuran?
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa membuat
kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?).
Otomatis bangkit ngegawe dewasa asbabe saking pendidikan iku uwong
nuntun ing dedalan pikiran dewasa gena masa depan lan entekaken
masalah.
(Terjemahan: secara otomatis mampu membuat masyarakat berpikir dewasa
secara pikiran untuk masa depan dan menyelesaikan masalah dengan adanya
pendidikan tersebut).
3. Ape kalawan maring pendidikan formal 12 tahun bangkit ngebantu tingkat
ekonomi masyarakat griya pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah dengan pendidikan formal 12 tahun bisa membantu
tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?).
83
Yang kabeh sekolah mah pastine kaduwean saking ijazah, kelawan ijazah
iku kabeh bisa ngelamar bangkit saking pegawean.
(Terjemahan: jika kita sekolah maka kita mendapatkan ijazah, dengan ijazah
tersebut kita bisa melamar untuk mendapatkan pekerjaan).
4. Ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken potensi masyarakat
kampung pejamuran?.
(Terjemahan: Apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Insyallah bangkit.
(Terjemahan: Insyaallah bisa).
5. Primen persepsi bapak maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi anda terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Ingsahutune wajib gena masyarakat griya kampung pejamuran.
(Terjemahan: sesungguhnya wajib untuk masyarakat kampung pejamuran).
6. Ape kritik bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?)
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik).
7. Ape pesan bapak maring masyarakat kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran ?).
Pesan kula maring kampung pejamuran pun iki yaiku tetep jaga lan
lestarikaken maring rasa damai serto rukun karo sekabehe kampung-
kampung tetangga maring tengen lan kiwene, wis cukup kula gaen pesen
iku.
(Terjamahan: pesan saya untuk kampung pejamuran ini yaitu tetap jaga dan
lestarikan rasa damai serta rukun dengan semua kampung-kampung tetangga
dari sebelah kanan dan kiri, cukup itu pesan saya.).
8. Ape harepan bapak maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa harapan anda terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
84
Herapan kula maring masyarakat kampung pejamuran pun iki yaiku jadi
kampung sing aman lan menjaga maring kehormatan kampunge dewek, aja
ngisin-ngisinaken desa dewek saking perlakuan boten bagus.
(Terjemahan: Harapan saya dengan masyarakat kampung pejamuran ini
yaitu menjadi kampung yang aman dan menjaga kehormatan kangpung
sendiri, jangan membuat malu desa sendiri dari perbuatan tidak baik).
85
Lampiran 19
Transkrip Wawancara
Dengan Masyarakat Kampung Pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Asim
Tempat : Kediaman Bapak Asim
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 September 2013
1) Sepira suene bapak/ibu jadi warga masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Barapakan lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat
kampung pejamuran ?)
2) Primen persepsi bapak/ ibu maring masyarakat griya kampung pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Aman lan tentram.
(Terjemahan: aman dan tentram)
3) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gewa dewasa
masyarakat griya pejamuran?
(Terjemnahan:Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?)
Lah boten pengaruh ape-ape.
(Terjemah: tidak apa pengaruh).
4) Jare bapak/ibu ape kelawan pendidikan formal 12 tahun bangkit bantu
ekonomi masyarakat griya pejamuran?
(Terjmehan: Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun
bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?)
Bangkit lamun masyarakate mah megawe manfaat klawan ijazah.
(Terjemahan: bisa jika masyarakatnya megawe manfaat dengan ijazah.
5) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken
potensi masyarakat griya pejamuran?
86
Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Mbuh gah sing maune belajare ning sekolahe serius doing. Anatapi yang sing
cuman sekolah doing mah ora kayane mah.
(Terjemahan: bisa jika ketika sekolah dia serius akan tapi tidak bagi mereka
yang tidak serius).
6) Pripun persepsi bapak/ibu maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap formal belajar 12 tahun
di kampung pejamuran ?).
Boten bangkit penting.
(Terjemahan: tidak begitu penting)
7) Ape kritik bapak/ibu maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik)
8) Opo harepan bapake maring pendidikan ning kampung pejamuran ?
(Terjemahan: Apa harapan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Hareapan kula mah sekolah iku gratis kabeh lan bisa mah digajih kaya negeri
luar kah.
(Terjemahan: harapan saya sekolah itu gratis semua dan kalau bisa digajih
seperti diluar negeri).
9) Opo pesan bapak maring pendidikan kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Boten pesan opo-opo
(Terjemahan: tidak ada pesan apa-apa).
87
Lampiran 19
Transkrip wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Sukeni
Tempat : Kediaman Bapak Sukeni
Hari/Tanggal : Senin 23 September 2013
1) Sepira suene bapak/ibu jadi warga masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Barapakan lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat
kampung pejamuran ?)
2) Primen persepsi bapak/ ibu maring masyarakat griya kampung pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Aman lan tentram.
(Terjemahan: aman dan tentram)
3) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gewa dewasa
masyarakat griya pejamuran?
(Terjemnahan:Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?)
Lah boten pengaruh ape-ape.
(Terjemah: tidak apa pengaruh).
4) Jare bapak/ibu ape kelawan pendidikan formal 12 tahun bangkit bantu
ekonomi masyarakat griya pejamuran?
(Terjmehan: Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun
bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?)
Bangkit lamun masyarakate mah megawe manfaat klawan ijazah.
(Terjemahan: bisa jika masyarakatnya megawe manfaat dengan ijazah.
5) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken
potensi masyarakat griya pejamuran?
88
Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Mbuh gah sing maune belajare ning sekolahe serius doing. Anatapi yang sing
cuman sekolah doing mah ora kayane mah.
(Terjemahan: bisa jika ketika sekolah dia serius akan tapi tidak bagi mereka
yang tidak serius).
6) Pripun persepsi bapak/ibu maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Boten bangkit penting.
(Terjemahan: tidak begitu penting)
7) Ape kritik bapak/ibu maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik)
8) Opo harepan bapake maring pendidikan ning kampung pejamuran ?
(Terjemahan: Apa harapan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Hareapan kula mah sekolah iku gratis kabeh lan bisa mah digajih kaya negeri
luar kah.
(Terjemahan: harapan saya sekolah itu gratis semua dan kalau bisa digajih
seperti diluar negeri).
9) Opo pesan bapak maring pendidikan kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Boten pesan opo-opo
(Terjemahan: tidak ada pesan apa-apa).
89
Lampiran 20
Transkrip Wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Jalalah
Tempat : Kediaman Ibu Jalalah
Hari/Tanggal : Selasa, 24 September 2013
1) Sepira suene bapak/ibu jadi warga masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Barapakan lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat
kampung pejamuran ?)
2) Primen persepsi bapak/ ibu maring masyarakat griya kampung pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Aman lan tentram.
(Terjemahan: aman dan tentram)
3) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gewa dewasa
masyarakat griya pejamuran?
(Terjemnahan:Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?)
Lah boten pengaruh ape-ape.
(Terjemah: tidak apa pengaruh).
4) Jare bapak/ibu ape kelawan pendidikan formal 12 tahun bangkit bantu
ekonomi masyarakat griya pejamuran?
(Terjmehan: Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun
bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?)
Bangkit lamun masyarakate mah megawe manfaat klawan ijazah.
(Terjemahan: bisa jika masyarakatnya megawe manfaat dengan ijazah.
90
5) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken
potensi masyarakat griya pejamuran?
Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Mbuh gah sing maune belajare ning sekolahe serius doing. Anatapi yang sing
cuman sekolah doing mah ora kayane mah.
(Terjemahan: bisa jika ketika sekolah dia serius akan tapi tidak bagi mereka
yang tidak serius).
6) Pripun persepsi bapak/ibu maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Boten bangkit penting.
(Terjemahan: tidak begitu penting)
7) Ape kritik bapak/ibu maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik)
8) Opo harepan bapak/ ibu maring pendidikan ning kampung pejamuran ?
(Terjemahan: Apa harapan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Hareapan kula mah sekolah iku gratis kabeh lan bisa mah digajih kaya negeri
luar kah.
(Terjemahan: harapan saya sekolah itu gratis semua dan kalau bisa digajih
seperti diluar negeri).
9) Opo pesan bapak/ibu maring pendidikan kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Boten pesan opo-opo
(Terjemahan: tidak ada pesan apa-apa).
91
Lampiran 21
Transkrip Wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Nafsiah
Tempat : Kediaman Ibu Jalalah
Hari/Tanggal : Rabu, 25 September 2013
1) Sepira suene bapak/ibu jadi warga masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Barapakan lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat
kampung pejamuran ?)
2) Primen persepsi bapak/ ibu maring masyarakat griya kampung pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Aman lan tentram.
(Terjemahan: aman dan tentram)
3) Jare bapak/ibu ape pendidikan dasar wajib belajar 12 tahun bangkit gewa
dewasa masyarakat griya pejamuran?
(Terjemnahan:Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?)
Lah boten pengaruh ape-ape.
(Terjemah: tidak apa pengaruh).
4) Jare bapak/ibu ape kelawan pendidikan formal 12 tahun bangkit bantu
ekonomi masyarakat griya pejamuran?
(Terjmehan: Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun
bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?)
Bangkit lamun masyarakate mah megawe manfaat klawan ijazah.
(Terjemahan: bisa jika masyarakatnya megawe manfaat dengan ijazah.
5) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken
potensi masyarakat griya pejamuran?
92
Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Mbuh gah sing maune belajare ning sekolahe serius doing. Anatapi yang sing
cuman sekolah doing mah ora kayane mah.
(Terjemahan: bisa jika ketika sekolah dia serius akan tapi tidak bagi mereka
yang tidak serius).
6) Pripun persepsi bapak/ibu maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Boten bangkit penting.
(Terjemahan: tidak begitu penting)
7) Ape kritik bapak/ibu maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik)
8) Opo harepan bapak/ ibu maring pendidikan ning kampung pejamuran ?
(Terjemahan: Apa harapan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Hareapan kula mah sekolah iku gratis kabeh lan bisa mah digajih kaya negeri
luar kah.
(Terjemahan: harapan saya sekolah itu gratis semua dan kalau bisa digajih
seperti diluar negeri).
9) Opo pesan bapak/ibu maring pendidikan kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Boten pesan opo-opo
(Terjemahan: tidak ada pesan apa-apa).
93
Lampiran 22
Transkrip Wawancara
Dengan masyarakat kampung pejamuran
Interviewer : Makhsus
NIM : 109015000131
Nama Responden : Jumena
Tempat : Kediaman Ibu Jumena
Hari : Kamis, 26 September 2013
1) Sepira suene bapak/ibu jadi warga masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Barapakan lama ibu / bapak menjadi warga masyarakat
kampung pejamuran ?)
2) Primen persepsi bapak/ ibu maring masyarakat griya kampung pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap masyarakat kampung
pejamuran ?)
Aman lan tentram.
(Terjemahan: aman dan tentram)
3) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit gewa dewasa
masyarakat griya pejamuran?
(Terjemnahan:Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa
membuat kedewasaan masyarakat kampung pejamuran ?)
Lah boten pengaruh ape-ape.
(Terjemah: tidak apa pengaruh).
4) Jare bapak/ibu ape kelawan pendidikan dasar wajib belajar 12 tahun bangkit
bantu ekonomi masyarakat griya pejamuran?
(Terjmehan: Menurut ibu/bapak apakah dengan pendidikan formal 12 tahun
bisa membantu tingkat ekonomi masyarakat kampung pejamuran?)
Bangkit lamun masyarakate mah megawe manfaat klawan ijazah.
(Terjemahan: bisa jika masyarakatnya megawe manfaat dengan ijazah.
5) Jare bapak/ibu ape pendidikan formal 12 tahun bangkit ngembangaken
potensi masyarakat griya pejamuran?
94
Menurut ibu/bapak apakah pendidikan formal 12 tahun bisa mengembangkan
potensi masyarakat kampung pejamuran ?).
Mbuh gah sing maune belajare ning sekolahe serius doing. Anatapi yang sing
cuman sekolah doing mah ora kayane mah.
(Terjemahan: bisa jika ketika sekolah dia serius akan tapi tidak bagi mereka
yang tidak serius).
6) Pripun persepsi bapak/ibu maring pendidikan formal 12 tahun ning griya
pejamuran?
(Terjemahan: Bagaimana persepsi ibu/bapak terhadap pendidikan formal 12
tahun di kampung pejamuran ?).
Boten bangkit penting.
(Terjemahan: tidak begitu penting)
7) Ape kritik bapak/ibu maring masyarakat griya pejamuran?
(Terjemahan: Apa kritik ibu/bapak terhadap masyarakat kampung pejamuran
?).
Boten kritik ape-ape.
(Terjemahan: tidak ada kritik)
8) Opo harepan bapak/ ibu maring pendidikan ning kampung pejamuran ?
(Terjemahan: Apa harapan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Hareapan kula mah sekolah iku gratis kabeh lan bisa mah digajih kaya negeri
luar kah.
(Terjemahan: harapan saya sekolah itu gratis semua dan kalau bisa digajih
seperti diluar negeri).
9) Opo pesan bapak/ibu maring pendidikan kampung pejamuran?
(Terjemahan: Apa pesan bapak terhadap pendidikan kampung pejamuran ?)
Boten pesan opo-opo
(Terjemahan: tidak ada pesan apa-apa).
95
Lampiran 23
PEMERINTHAN KABUPATEN TANGERANG
BADAN PERMUSYARATAN DESA
DESA PASILIAN KECAMATAN KRONJO
Sekertariat Jalan Raya Kronjo – Balaraja Desa Pasilian Kecamatan Kronjo Tangerang
15550
Data penduduk kp.pejamuran, ds.pasilian, kec.kronjo, kab.Tangerang,
prov.Banten yang terdiri dari 5 (lima ) RT dalam 1 (satu) kejaroan.ronjo, 27
September 2013
Ketua Badan Permusyawaratan Desa Pasilian
JAMANURI.
RT RW TINGKAT PENDIDIKAN AKHIR TINGKAT
EKONOMI
JUMLAH K
E
T SD/M
I
SMP/
MTS
SMA/M
A/SMK
D
3
S 1 S 2 REN
DAH
SED
AN
G
TIN
GGI
01 01 63
jiwa
43
jiwa
27 jiwa - 4
jiwa
- 72
jiwa
40
jiwa
25
jiwa
137 jiwa
02 01 73
jiwa
37
jiwa
45 jiwa - 1
jiwa
- 67
jiwa
52
jiwa
37
jiwa
156 jiwa
03 01 53
jiwa
41
jiwa
34 jiwa - - - 57
jiwa
48
jiwa
23
jiwa
128 jiwa
04 01 60
jiwa
45
jiwa
50 jiwa - 2
jiwa
- 73
jiwa
53
jiwa
31
jiwa
157 jiwa
05 01 46
jiwa
29
jiwa
35 jiwa - 2
jiwa
- 49
jiwa
43
jiwa
20
jiwa
112 jiwa