53
PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Baharudin Yoga Pranata 178114067 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI

FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK

DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Baharudin Yoga Pranata

178114067

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

i

HALAMAN JUDUL

PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI

FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK

DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Baharudin Yoga Pranata

178114067

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI

FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK

DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR

Skripsi yang disusun oleh :

Baharudin Yoga Prnata

NIM : 178114067

Telah disetujui oleh

Pembimbing

(apt. Aris Widayati, M.Si., Ph.D.) Tanggal : 19 Juli 2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

Pengesahan Skripsi Berjudul

PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI

FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK

DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR

Oleh :

Baharudin Yoga Pranata

NIM : 178114067

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Pada Tanggal :

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Yustina Sri Hartati

Panitia Penguji Tanda Tangan

1. apt. Aris Widayati, M.Si., Ph. D. Penguji 1 …………..

2. apt. Dra. T.B. Titien Siwi H., M.Kes., Ph.D., Penguji 2 …………..

3. apt. Putu Dyana Cristasani, M. Sc. Penguji 3 …………..

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ASUS
Typewriter
8 Juni 2021
Page 5: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan daengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak termuat

dalam karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pati, 21 April 2021

Penulis

Baharudin Yoga Pranata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Baharudin Yoga Pranata

Nomor Mahasiswa : 178114067

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI

FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK

DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR

Beserta dengan perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangakalan data,

mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya ataupun

memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis. Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Pati, tanggal 21 April 2021

Yang Menyatakan,

Baharudin Yoga Pranata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

vi

ABSTRAK

Potensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam

bidang kesehatan sangat besar. Pembangunan e-Health pada sektor e-pharmacy

berupa sistem peresepan elektronik (e-prescribing) yang mampu menurunkan

angka kejadian medication error. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

persepsi, pengalaman, dan harapan petugas Instalasi Farmasi tentang peresepan

elektronik terhadap pengurangan potensi medication error (ME).

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode

pengambilan sampel dilakukan secara sampling jenuh. Metode pengumpulan data

yaitu wawancara dibantu dengan Pedoman Wawancara. Data hasil wawancara

diekstraksi kontennya untuk menggambarkan variabel penelitian.

Hasil penelitian mengungkap tiga hal utama berikut ini. 1) Persepsi

responden terhadap peresepan elektronik yaitu mengurangi kejadian ME namun

tidak seluruh fase ME dapat teratasi. 2) Pengalaman responden menggunakan

peresepan elektronik yaitu mudah dan nyaman. Namun dari aspek sistem,

kemungkinan salah pilih obat tinggi, dan beberapa orang akan sulit

mengoperasikan, serta sistem tidak mendeteksi ME pada fase dispensing dan

administrasi. 3) Responden berharap peresepan elektronik segera

diimplementasikan di semua unit dengan penambahan fitur.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari persepsi dan

pengalaman tenaga kesehatan terkait, penerapan peresepan elektronik berpotensi

mengurangi kejadian ME. Sebaiknya diperlukan dukungan dari manajemen

Rumah Sakit untuk mengimplementasikan peresepan elektronik dengan

penyempurnaan sistem untuk meminimalisir kejadian ME.

Kata Kunci : e-health/e-pharmacy, e-resep, medication error, peresepan

elektronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

vii

ABSTRACT

The potential information and communication technology (ICT) usage in

the health sector is enormous. The development of e-Health in the pharmacy is

electronic prescribing system which is able to reduce medication error. This study

aims to reveal the pharmacy officer’s perceptions, experiences, and expectations

about electronic prescribing to reduce medication error (ME).

The type of research is descriptive with a qualitative approach. Sampling

method was saturated sampling. Data collection method is interviews with

Interview Guide. Interview results were extracted to describe the research

variables.

The results of study reveal three main things. 1) Respondents' perception

of electronic prescribing is reducing of ME but not all ME phases can be resolved.

2) Respondents' experience is easy to use. However, system lead choosing the

wrong drug is high, and some people will be difficult to operate, and system

does’t detect ME in dispensing and administration phases. 3) Respondents hope

that electronic prescribing will be implemented in all units with additional

features.

From the results of this study, it can be concluded perception and

experience of health workers, using electronic prescribing reduces ME. Support

from Hospital management is needed to implement electronic prescribing with

system improvements to minimize ME.

Keywords: e-health / e-pharmacy, e-prescription, medication error, electronic

prescribing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ....................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7

KESIMPULAN ..................................................................................................... 17

SARAN ................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

LAMPIRAN .......................................................................................................... 23

BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik responden ............................................................................. 8

Tabel II. Jawaban responden tentang pengertian Medication Error (ME) ............. 9

Tabel III. Tahap yang berpotensi terjadi Medication Error menurut responden .. 10

Tabel IV. Persepsi responden terhadap peresepan elektronik dalam mengurangi

Medication Error .................................................................................................. 12

Tabel V. Pengalaman penggunaan peresepan elektronik untuk mengurangi

Medication Error .................................................................................................. 15

Tabel VI. Harapan terhadap peresepan elektronik ................................................ 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................. 23

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin dan Pengambilan Data ................................. 24

Lampiran 3. Surat Jawaban Permohonan Ijin dan Pengambilan Data .................. 25

Lampiran 4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ........................................ 26

Lampiran 5. Informed Consent ............................................................................. 28

Lampiran 6. Pedoman Wawancara ....................................................................... 29

Lampiran 7. Hasil Wawancara Responden ........................................................... 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

1

PENDAHULUAN

Potensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam

bidang kesehatan atau yang disebut e-Health sangat besar. World Health

Organization (WHO) menyatakan agar negara anggota mulai merencanakan

pembangunan e-Health di masing – masing negara (Sunjaya, 2019). Fasilitas e-

Health yang terintegrasi harus tersedia untuk meningkatkan akses, kualitas, dan

keamanan dalam pelayanan kesehatan (World Health Organization, 2005).

Pembangunan e-Health mencakup beberapa sector salah satunya yaitu

pengembangan pada sector e-pharmacy. Dalam hal ini penggunaan teknologi

canggih untuk pelayanan resep dilakukan melalui sistem peresepan elektronik (e-

prescribing) (Adrizal, Sriwajyuni and Aldi, 2019).

Menurut Oktarlina et al. (2019), sistem peresepan elektronik di Indonesia

belum berkembang pesat dan hanya terdapat pada rumah sakit yang menjadi

rujukan utama (Oktarlina et al., 2019). Sistem peresepan elektronik dapat

dihubungkan dengan akses pada informasi mengenai farmasi, riwayat pengobatan

pasien, catatan medis, hasil lab, diagnosis klinis, dan status pasien yang

memungkinkan seluruh tenaga kesehatan mampu berkomunikasi untuk proses

pengobatan pasien. Penerapan peresepan elektronik perlu didukung untuk

meningkatkan kepuasan pelayanan terhadap waktu tunggu, menurunkan

terjadinya medication error atau, prescribing error (Oktarlina et al., 2019). Selain

itu penggunaan peresepan elektronik mampu mengurangi kesalahan yang

dilakukan oleh dokter dan apoteker dalam hal penulisan resep dan pelayanan resep

(Farida et al., 2017).

The Institute of Medicine (IOM) melaporkan bahwa 32-69% dari

medication error terjadi dan hal tersebut mampu dicegah untuk mengurangi biaya

pelayanan yang dikeluarkan pasien (Widiastuti and Dwiprahasto, 2013). Studi lain

di Inggris mengenai medication error menunjukkan bahwa ditemukan kesalahan

berkisar 10-12% atau sebanyak 517.415 laporan kejadian kesalahan pengobatan

yang diterima dari Inggris dan Wales dari Januari 2005 dan Desember 2010

(Gloria, Yuwono and Ngudiantoro, 2017). Berdasarkan data nasional, Indonesia

memiliki prevalensi medication error sebesar 24,8% yang dihimpun dari 10 besar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

2

insiden di rumah sakit (Gloria, Yuwono and Ngudiantoro, 2017). Berdasarkan

penelitian – penelitian terdahulu menunjukkan tingginya medication error yang

terjadi pada peresepan kovensional. Penelitian di sebuah rumah sakit pendidikan

menunjukkan bahwa terjadi kesalahan penulisan resep (prescribing error)

sebanyak 4 resep per 1000 resep (Farida et al., 2017). Studi menurut Farida et al.

(2017) kesalahan peresepan (prescribing error) disebabkan tidak ada dosis obat

sebesar 39%, tidak menuliskan bentuk sediaan sebesar 84%, tidak tepat aturan

pakai sebesar 34%, tidak ada rute pemberian sebesar 49%, dan tidak ada jumlah

pemberian sebesar 18% (Farida et al., 2017). Selain itu Abramson et al. (cit.,

Porterfield, 2014) menyatakan kejadian kesalahan peresepan (prescribing error)

mengalami pegurangan dari 35,7 % per 100 resep konvensional menjadi 12,2 %

per 100 resep setelah satu tahun pelaksanaan peresepan elektronik (Porterfield,

Engelbert and Coustasse, 2014).

Pengurangan potensi medication error ini membuat semua rumah sakit

mengembangkan sistem peresepan elektronik. Suatu sistem yang sudah diterapkan

perlu dikaji pada sisi penggunanya. Hal ini untuk mengkaji apa sistem sudah

bekerja dengan baik, adakah yang perlu ditingkatkan dan faktor yang mendukung

untuk keberhasilan implementasi (Devine et al., 2010). Gambaran mengenai

persepsi petugas yang menggunakan peresepan elektronik dibutuhkan untuk

mendeskripsikan implementasi peresepan elektronik. Selain itu gambaran

terhadap tempat kerja menentukan produktivitas seseorang dalam mengerjakan

suatu perkerjaan untuk menyelesaikan permasalahan (Bili, Resmawan and

Kondorura, 2018). Kedua gambaran tersebut diharapkan mampu menumbuhkan

harapan terhadap penggunaan sistem peresepan elektronik dalam mengatasi

medication error.

Sebuah penelitian mengungkap bahwa sistem peresepan elektronik

memberikan kepuasan kepada pengguna dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk

menyiapkan setiap resep sebesar 53% hingga 63%. Lebih dari 70% staf pada

bagian farmasi setuju bahwa keselamatan pasien meningkat karena penggunaan

peresepan elektronik (Woan, Phang and Lay, 2009). Penelitian Hellstrom et.al.

(cit. Widiastuti and Dwiprahasto, 2013) di Swedia menunjukkan bahwa mayoritas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

3

responden menganggap sistem peresepan elektronik mudah digunakan (88%),

membuat pelayanan menjadi lebih baik (92%), dan menghemat waktu pelayanan

(83%) dibanding dengan resep yang ditulis manual (Widiastuti and Dwiprahasto,

2013). Tenaga medis juga menyatakan puas terhadap penggunaan resep elektronik

(Bulut, Yıldız and Kaya, 2019). Penelitian Tampa’i (2012) menyatakan bahwa

91% responden memiliki kepuasan kategori sedang atau cukup puas dan 67%

merasa puas kategori tinggi terhadap ketepatan waktu karena penerapan peresepan

elektronik (Tampa’i, Satibi and Pramudji, 2012).

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian untuk

mengungkap persepsi, pengalaman, dan harapan petugas Instalasi Farmasi tentang

peresepan elektronik terhadap pengurangan potensi medication error. Penelitian

ini akan dilakukan di Rumah Sakit Harapan Magelang yang telah melakukan uji

coba penggunaan persepan elektronik di bagian Unit Gawat Darurat selama

beberapa tahun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

pertimbangan untuk peningkatan pelayanan dengan peresepan elektronik di rumah

sakit tempat penelitian dan dapat menjadi rujukan informasi bagi rumah sakit lain

yang akan menerapkan peresepan elektronik.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional yang dikerjakan dengan

rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini akan

menjelaskan secara realistis dan objektif terhadap kondisi sebenarnya tanpa

adanya intervensi dari peneliti (Prihatsanti, Suryanto and Hendriani, 2018).

Fenomena yang akan diamati melalui penelitian ini adalah persepsi, pengalaman,

dan harapan petugas instalasi farmasi dalam menggunakan peresepan elektronik

untuk mengatasi potensi medication error.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Harapan Magelang yang telah

melakukan uji coba implementasi peresepan elektronik. Waktu yang digunakan

untuk pengambilan data adalah Bulan Februari - Maret 2021.

Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh unsur atau elemen yang menjadi objek

penelitian yang akan diteliti (Masturoh and Anggita, 2018). Populasi dalam

penelitian ini adalah petugas Instalasi Farmasi di rumah sakit yang terlibat

langsung dalam pelayanan resep.

2. Sampel penelitian

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan (Masturoh and

Anggita, 2018). Sampel penelitian ini adalah petugas Instalasi Farmasi yang

melakukan pelayanan resep melalui sistem peresepan elektronik di Rumah

Sakit Harapan Magelang, baik apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian

(TTK). Kriteria inklusi subyek pada penelitian ini adalah: 1) petugas di

Instalasi Farmasi yang melakukan pelayanan resep menggunakan sistem

peresepan elektronik, 2) bersedia secara sukarela menjadi responden pada

penelitian ini dengan menandatangani informed consent. Pengambilan data

dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, sehingga tidak memerlukan

jumlah sampel minimal, tapi berdasarkan kecukupan data yang diperoleh

untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan. Pegambilan data dianggap

selesai bila data sudah terpenuhi, namun bila informasi masih bervariasi dan

masih belum tergali maka masih memerlukan informan tambahan (Masturoh

and Anggita, 2018). Metode sampling yang digunakan yaitu sampling jenuh.

Metode ini dilakukan jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Masturoh and Anggita, 2018). Melalui penelitian ini, diperoleh responden

sebanyak 10 responden. Responden tersebut diambil dari seluruh petugas di

Instalasi Farmasi yang pernah mengikuti ujicoba implementasi peresepan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

5

elektronik. Dari 10 responden, hanya 8 responden yang bersedia untuk

terlibat dalam penelitian ini.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(Notoadmojo, 2012). Terdapat Pedoman Wawancara untuk membantu dalam

melakukan wawancara sehingga tercapai satu tujuan yaitu mengambarkan

persepsi, pengalaman, dan harapan Petugas Instalasi Farmasi dalam menggunakan

peresepan elektronik untuk mengatasi potensi medication error. Pedoman

Wawancara disiapkan untuk membantu peneliti dalam menyusun kerangka

wawancara meliputi pendahuluan, pertanyaan pembuka, pertanyaan kunci.

Terdapat lembar informed-consent yang digunakan untuk menyatakan kesediaan

diri dari Petugas Instalasi Farmasi untuk berpartisipasi secara sukarela dalam

penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara.

Wawancara merupakan proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan

informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek

penelitian (Emzir, 2010). Teknik ini dipilih untuk menggali hal yang lebih

mendalam mengenai persepsi, pengalaman, dan harapan Petugas Instalasi

Farmasi dalam menggunakan peresepan elektronik untuk meminimalisir

medication error. Tipe wawancara yang dipilih yaitu wawancara terstruktur, yang

dipandu dengan instrumen penelitian yang berupa Panduan Wawancara. Melalui

wawancara, peneliti dapat memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

informan (Masturoh and Anggita, 2018). Namun, dikarenakan pandemi COVID –

19 maka tidak memungkinkan melakukan wawancara secara tatap muka,

sehingga dialihkan dengan menggunakan sistem daring melalui telepon.

Wawancara direkam berdasarkan persetujuan responden. Pewawancara juga

mencatat jawaban respoden pada notulen wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

6

Uji Validasi Instrumen Penelitian

Pengujian yang dilakukan pada instrument penelitian ini yaitu uji validitas isi.

Validitas isi adalah preses penilaian kesesuaian isi instrumen dengan

permasalahan yang diteliti. Validasi isi dapat dilakukan dengan penilaian oleh

orang yang ahli pada bidang yang bersangkutan (professional judgment)

(Masturoh and Anggita, 2018). Ahli tersebut akan menentukan apakah alat ukur

sudah memadai untuk dijadikan sebagai alat ukur dari permasalahan yang diteliti.

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil wawancara yang berupa rekaman di transkrip secara verbatim. Hasil

wawancara diolah dengan melakukan ekstraksi data untuk memilih, dan

menyederhanakan data yang muncul (Masturoh and Anggita, 2018). Ekstraksi

data dilakukan untuk memilah sesuai dengan kebutuhan dalam menjawab

permasalahan atau variable penelitian. Hasil ekstraksi data ditampilkan dalam

tabel untuk dikelompokkan sesuai dengan tiga pertanyaan, yaitu menjurus kepada

persepsi, pengalaman, dan harapan petugas Instalsi Farmasi dalam menggunakan

peresepan elektronik untuk mengatasi potensi medication error. Kemudian, data

yang telah dikelompokkan disimpulkan menjadi suatu tema (kalimat/frasa

singkat) untuk mewakili gambaran persepsi, pengalaman, dan harapan petugas

Instalsi Farmasi dalam menggunakan peresepan elektronik untuk mengatasi

potensi medication error. Setiap tema dicari “quote”-nya atau penggalan pendapat

responden yang sesuai dan mendukung tema tersebut.

Ijin Penelitian dan Ethical Clearance

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Universitas Gadjah Mada

(UGM) Yogyakarta dengan Ref. Nomor : KE/FK/1326/EC/2020. Penelitian ini

juga telah mendapatkan ijin dari Direktur Rumah Sakit Harapan Magelang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Jumlah responden yang bersedia dilibatkan dan diwawancarai pada

penelitian ini sebanyak delapan orang. Karakteristik responden pada penelitian ini

ditinjau dari usia, pendidikan terakhir, posisi dalam pekerjaan, dan lama bekerja

yang ditampilkan pada Tabel I.

Pada rentang usia 21 – 30 tahun terdapat lima orang dan 31 – 40 tahun

sebanyak tiga orang. Pada rentang usia tersebut digolongkan dalam usia produktif.

Usia produktif adalah usia seseorang dapat berpenghasilan untuk mencukupi

kebutuhan hidup dan kehidupannya. Pada usia ini, seseorang akan memiliki

kreatifitas tinggi terhadap pekerjaan sebab didukung oleh pengetahuan dan

wawasan yang lebih baik serta tanggungjawab yang tinggi terhadap tugas yang

diberikan (Ukkas, 2017). Hasil ini menunjukkan bahwa responden berada pada

usia produktif yang memungkinkan bekerja dengan lebih baik dan mampu

berpikir kritis dalam menghadapi masalah. Selain itu, pada usia produktif akan

memiliki kepekaan terhadap adanya perubahan teknologi dan mudah beradaptasi

dengan perubahan tersebut.

Pada karakteristik pendidikan terakhir dari responden terdapat lima orang

yang berpendidikan terakhir Diploma, dua orang untuk Profesi Apoteker, dan satu

orang untuk Strata Dua. Seseorang dengan pendidikan formal yang semakin tinggi

cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi, terutama di bidang yang

ditekuninya selain hasil dari mengembangkan dirinya dan dalam hal

menyelesaikan persoalan (Notoadmojo, 2003). Selain itu, melalui pendidikan

seseorang mampu mengembangkan kearah yang diinginkan oleh organisasi

sehingga semakin tinggi pendidikannya diharapkan kemampuan sumber daya

manusia juga semakin tinggi (Dewi, Suwendra and Yulianthini, 2016).

Seorang apoteker harus memiliki semangat belajar berkelanjutan karena

informasi, teknologi, dan ilmu kesehatan terutama obat dan penyakit terus

berkembang dari waktu ke waktu. Apoteker perlu meningkatkan kepekaan dalam

perkembangan tersebut. Kemampuan tersebut diharapkan mampu menunjang

dalam pelayanan kefarmasian dengan menggunakan teknologi terkini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

8

Berdasarkan hasil penelitian terdapat salah satu responden yang sudah menempuh

pendidikan strata dua, hal ini dapat mendukung penigkatan kinerja Instalasi

Farmasi dan koleganya dalam pelayanan kesehatan, terutama terkait penerapan

TIK untuk pelayanan kefarmasian.

Apabila ditinjau dari lama bekerja mayoritas responden bekerja selama 1 –

3 tahun dan terdapat salah satu responden yang menjabat sebagai Kepala Bagian

Kefarmasian. Lama bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman dan kinerja

seseorang. Semakin lama masa kerja dan jabatan penting yang disandangnya,

maka semakin banyak pula pengalaman dan ketrampilan yang dapat mendukung

pekerjaan mereka, sehingga produktivitas akan meningkat.

Tabel I. Karakteristik responden

Karakteristik Frekuensi

N=8

Jenis Kelamin

Laki – laki 1

Perempuan 7

Usia

21 - 30 tahun 5

31 – 40 tahun 3

Pendidikan Terakhir

Diploma 5

S1 0

Profesi Apoteker 2

S2 1

Posisi dalam Pekerjaan

Tenaga Teknis Kefarmasian 5

Apoteker 3

Lama Bekerja

1 – 3 tahun 5

4 – 6 tahun 2

7 – 9 tahun 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

9

Pengetahuan Mengenai Medication Error

Wawancara diawali dengan pertanyaan mengenai pendapat responden

tetang Medication Error. Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui seberapa

dalam responden mengetahui tentang tema yang akan dibahas. Dapat dikatakan

bahwa seluruh responden memahami Medication Error sebagai kesalahan

pengobatan yang mampu merugikan serta membahayakan bagi pasien yang

sebenarnya dapat dicegah. Pernyataan tersebut sesuai dengan definisi Medication

Error menurut The United States National Coordinating Council for Medication

Error Reporting and Prevention bahwa Medication Error adalah segala peristiwa

yang mampu dicegah dimana proses pengobatan berada dalam kendali tenaga

kesehatan yang mengarah pada penggunaan obat yang tepat atau membahayakan

pasien. Kejadian tersebut berkaitan dengan praktik professional, prosedur, dan

sistem termasuk peresepan, komunikasi, pelabelan produk, pengemasan, tata

nama, peracikan, dispensing, distribusi, administrasi, edukasi, monitoring, dan

penggunaan (WHO, 2016).

Tabel II. Jawaban responden tentang pengertian Medication Error (ME)

Variasi jawaban responden tentang pengertian ME

Medication error merupakan kesalahan dalam penulisan resep, pemberian resep atau

yang berhubungan dengan resep

Medication error merupakan kesalahan dalam pengobatan yang bisa dicegah

Medication error merupakan kesalahan yang bisa terjadi ketika proses pelayanan bisa

terjadi karena SDMnya atau dari system komputernya.

Medication error merupakan kejadian kesalahan pemberian obat yang tidak hanya

dapat merugikan pasien atau bahkan membahayakan pasien.

Medication error merupakan sesuatu kejadian yang dapat merugikan pasien tetapi

juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang mungkin disebabkan oleh

petugas kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap pasien dari

mulai pasien masuk sampai pasien keluar dari rumah sakit.

Seperti yang disajikan pada Tabel III, responden juga menyatakan bahwa

kejadian Medication error dapat terjadi pada proses awal penulisan resep,

pembacaan resep, penyiapan resep, hingga ketika obat diberikan kepada pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

10

Responden menyatakan bahwa kemungkinan terbesar ME berada pada bagian fase

transcribing (pembacaan resep) dan dispensing, terutama skrining resep, proses

penyiapan obat dan penyerahan obat. Berikut adalah kutipan wawancara salah

satu responden :

“…..Menurut saya kemungkinan besar Medication error terjadi di fase

transcribing. Kalau transcribing di peresepan manual kendala dalam

interpretasi atau pembacaan resep karena tulisan tidak terbaca.....”

(Responden 8).

Kejadiaan medication error pada tahap transcribing atau proses

pembacaan resep biasanya disebabkan karena pada resep manual tulisan dokter

tidak jelas dan menyebabkan sulit terbaca (Fatimah, Rochmah and Pertiwi, 2020).

Kesalahan pada tahap ini karena dokter menganggap petugas farmasi sudah

paham terhadap apa yang dituliskan oleh dokter, dan staf farmasi tidak melakukan

konfirmasi ulang terhadap tulisan tersebut. Hal ini dilakukan karena sudah yakin

akan asumsinya (Fatimah, Rochmah and Pertiwi, 2020).

Tabel III. Tahap yang berpotensi terjadi Medication Error menurut responden

Tahap yang berpotensi terjadi

Medication Error

Jumlah responden

yang menyatakan

Penulisan resep 3 dari 8

Skrining resep 7 dari 8

Penyiapan obat 5 dari 8

penyerahan obat 5 dari 8

Persepsi Penggunaan Peresepan Elektronik untuk Mengatasi Medication

Error

Resep elektronik merupakan suatu pergerakan yang cukup besar untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan dengan berpegang pada perkembangan

teknologi. Peresepan elektronik memungkinkan untuk seluruh bagian dalam

rumah sakit untuk mengakses data pasien dalam waktu singkat dan kapan saja

melalui sistem komputer. Hal tersebut pastinya akan mengurangi adanya

kesalahan dalam pelayanan dibandingkan secara manual (Klepser, Lanham and

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

11

Cochran, 2016). Dari pernyataaan diatas maka pihak yang dipermudah oleh

penerapan peresepan elektronik yaitu pengguna dan pasien.

Persepsi seseorang terhadap teknologi akan sangat berbeda karena mungkin

saja teknologi membuat diri tidak nyaman dan mengganggu (Ermawati and

Delima, 2016). Pada penelitian ini diajukan pertanyaan kepada responden

mengenai pendapatnya terhadap potensi peresepan elektronik dalam mencegah

kejadian medication error. Seluruh responden menyatakan bahwa peresepan

elektronik bisa mencegah kejadian medication error. Sebagian besar responden

menyatakan bahwa peresepan elektronik akan memberikan kemudahan dalam

proses transcribing atau pembacaan resep. Responden beralasan karena semua

proses menggunakan sistem komputerisasi sehingga sangat mudah untuk dibaca

dan dianalisis. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden pada penelitian

ini memiliki persepsi baik dan positif terhadap penerapan peresepan elektronik,

utamanya untuk mencegah ME.

Menurut penelitian Hinojosa-Amaya et. al (2016) yang dilakukan dengan

membandingkan kejadian Medication error pada peresepan manual dan elektronik

menyatakan bahwa peresepan elektronik dapat mencegah Medication Error

ringan yang disebabkan karena kesalahan teknis seperti penulisan dokter atau

look-alike sound-alike drug. Kemudian Abramson et. al (2012) yang melakukan

penelitian pada 9.385 resep manual menemukan bahwa terjadi kesalahan pada

36,7% dari 100 resep yang disebabkan karena penulisan yang tidak terbaca.

Dengan pelaksanaan peresepan elektronik setidaknya mampu mengurangi

sebagian besar kesalahan yang sering terjadi ketika proses penulisan, pembacaan,

penyiapan, dan penyerahan resep.

Kemudian, apabila ditinjau dari persepsi atas kegunaan yang merupakan

suatu keyakinan seseorang ketika menggunakan teknologi dapat memberikan

manfaat dan hasil yang bagus (Anggraeni, 2015). Menurut Davis et. al. (1989)

(Cit, Priambodo and Prabawani, 2016) terdapat enam konstruk yang dapat

digunakan untuk menyatakan persepsi kegunaan yaitu (1) work more quickly, (2)

job performance, (3) increase productivity, (4) effectiveness, (5) makes job easier,

(6) usefull. Berdasarkan pernyataan mengenai persepsi kegunaan dapat dikatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

12

bahwa peresepan elektronik dapat bermanfaat untuk mengatasi medication error,

namun tidak semua fase medication error dapat teratasi. Hal tersebut sesuai

pernyataan salah satu responden yang mengungkapkan bahwa peresepan

elektronik hanya dapat mengatasi pada proses awal saja yaitu ketika dokter

menulis resep (prescribing) dan pada fase ketika membaca resep (transcribing).

Pada fase dispensing seperti kesalahan jumlah, dosis, bentuk sediaan, salah obat,

atau bahkan salah pasien tidak dapat dikontrol dengan peresepan elektronik

(Klepser, Lanham and Cochran, 2016). Berikut merupakan kutipan wawancara

dengan responden tersebut:

“….Menurut saya untuk keseluruhan mencegah medication error ndak.

Karena mungkin pada peresepan elektronik hanya menangani pada

bagian awal saja. Ketika peresepan manual, proses skrining akan lebih

sulit terkadang terjadi kesalahan pembacaan resep. Kalau peresepan

elektronik mudah dibaca dan dianalisis. Namun, medication error yang

tidak dapat dicegah itu ketika pemberian obat ke pasien, dan penyiapan

obat. Karena medication error tersebut diluar dari peresepan

elektronik….” (Responden 2)

Tabel IV. Persepsi responden terhadap peresepan elektronik dalam mengurangi

Medication Error

Respon Alasan

Dapat mencegah

Medication

Error

Peresepan elektronik mampu mencegah medication error pada

prescribing dan transcribing. Misalnya, ketika terdapat

kesahan penulisan resep akan otomatis terdeteksi oleh sistem.

Peresepan elektronik bersifat all by system yang mana dokter

tidak perlu menuliskan obatnya, cukup memilih obat yang akan

diresepkan maka dosis sudah tertera, aturan pakai jelas, dan

bentuk sedian jelas. Sehingga pada tahap selanjutkan akan

lebih berjalan dengan baik.

Fase yang mungkin dapat teratasi dibagian proses pembacaan

resep. Hal tersebut dikarenakan lebih cepat dalam penyiapan

dan memberi harga obat serta cross check-nya menjadi lebih

mudah.

Bisa tapi tidak

keseluruhan

Hal tersebut dikarenakan pada peresepan elektronik hanya

menangani pada bagian awal (prescribing dan transcribing).

Namun, medication error pada tahap pemberian obat ke pasien

dan penyiapan obat tidak dapat dicegah, karena medication

error tersebut diluar dari peresepan elektronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

13

Pengalaman Petugas Instalasi Farmasi Menggunakan Peresepan Elektronik

untuk Mengatasi Medication Error

Rumah Sakit Harapan Magelang melakukan ujicoba peresepan elektronik

di bagian IGD. Rumah Sakit menggunakan MyHospital yang merupakan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) untuk sistem peresepan elektronik.

Proses peresepan elektronik di rumah sakit ini diawali dengan pasien masuk ke

IGD dan mendaftar melalui administrasi. Pihak administrasi menginput data

pasien yang akan terintegrasi ke seluruh bagian di Rumah Sakit. Pihak dokter

melakukan pemeriksaan dan penginputan hasil diagnosis serta obat yang

dibutuhkan oleh pasien melalui MyHospital. Resep Elektronik yang diinput oleh

dokter secara otomatis terintegrasi ke bagian Farmasi. Bagian Farmasi

memperoleh pemberitahuan dalam bentuk antrian resep. Pada tahap ini bagian

Farmasi memulai prosedur dengan skrining resep untuk menilai kebenaran data

pasien dengan obat yang diberikan. Apabila sudah sesuai maka akan ada

konfirmasi ke bagian keuangan secara otomatis.

Berdasarkan penuturan responden ketika diberikan pertanyaan mengenai

pengalaman selama menggunakan peresepan elektronik, mereka merasa nyaman

dan mudah menggunakannya. Responden menyatakan bahwa dengan peresepan

elektronik tidak memerlukan upaya lebih untuk menginterpretasikan tulisan

dokter terkait nama obat, jumlah, aturan pakai, hingga identitas pasien sehingga

potensi kesalahan dapat dikurangi. Hal tersebut membuat proses penyiapan resep

menjadi lebih cepat dibuktikan dengan waktu penyiapan yang lebih singkat. Jika

peresepan manual membutuhkan waktu sekitar 15 – 20 menit untuk satu resep

racikan, dengan peresepan elektronik berkisar antara 10 – 15 menit untuk satu

resep racikan. Kegiatan seperti klarifikasi kepada dokter terkait resep lebih

sedikit, sehingga memangkas waktu pelayanan resep (Al-Sarawi et al., 2019).

Selain merasakan kemudahan dan kenyamanan, responden menyatakan

bahwa tidak seluruhnya proses pada peresepan elektronik mengatasi medication

error. Bahkan dengan kondisi tertentu akan menimbulkan resiko lain yang

mengarah pada medication error (McLeod et al., 2019). Menurut pengalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

14

responden terdapat masalah yang ditemukan berupa peresepan elektronik

membuat pengguna salah memilih, sulit dioperasikan bagi orang tertentu, tidak

mendeteksi fase dispensing dan administrasi, dan tidak memberikan peringatan.

Responden menuturkan bahwa para pengguna yang membuat resep

terutama yang berasal dari usia yang cukup tua akan mengalami kesulitan dalam

pengoperasian yang memungkinkan terjadi kesalahan pemilihan obat, dosis,

bentuk sediaan sehingga menimbulkan medication error. Selain itu faktor

lingkungan dan kondisi fisik seperti kelelahan mampu mempengaruhi kesalahan

meskipun telah menggunakan peresepan elektronik. Hal tersebut seperti yang

diungkapkan salah satu responden berikut :

“.... Terkadang dokter mungkin kurang mahir menggunakan komputer,

sehingga dokter mengintruksikan perawat untuk memasukkan obat sesuai

instruksi….. Resep masuk kemudian dievaluasi lagi, apakah sesuai untuk

aturan pakai, jumlah. Karena terkadang yang BPJS terkadang tidak

semua tercover…..”(Responden 2).

Kemudian, responden menyatakan bahwa selama penggunaan peresepan

elektronik, medication error fase dispensing dan administrasi tidak mampu ter-

cover. Hal tersebut diutarakan responden bahwa SIM-RS yang dimiliki oleh

Rumah Sakit Harapan Magelang belum memuat mengenai peringatan alergi, efek

samping, kontraindikasi, interaksi yang mengharuskan petugas bagian Farmasi

mencari secara mandiri informasi tersebut, sehingga rawan terjadi kesalahan saat

pemberian informasi kepada pasien. Walaupun secara implementasi peresepan

elektronik dapat mengurangi angka kejadian medication error, potensi kesalahan

akan tetap ada (Al-Sarawi et al., 2019). Fase dispensing dan administrasi

setidaknya mampu dikurangi kejadian medication error dengan melakukan cross

–check dan pemeriksaan secara teliti dengan memastikan obat sesuai dengan

kondisi pasien.

Pelaksanaan peresepan elektronik mampu mengurangi medication error

salah satunya dengan pemberian peringatan terhadap potensi efek samping dan

interaksi (Sabila, Oktarlina and Utami, 2018; Al-Sarawi et al., 2019). Berdasarkan

pernyataan responden, sistem peresepan elektronik di Rumah Sakit Harapan

Magelang belum mendukung adanya notifikasi peringatan potensi efek samping

dan interaksi. Responden menuturkan bahwa bagian Farmasi harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

15

mengidentifikasi secara manual terkait efek samping, kontraindikasi, interaksi,

dan potensi alergi yang mungkin terjadi. Bagaimana pun, pemberian peringatan

oleh sistem peresepan elektronik mampu mengurangi kesalahan sebesar 52%

kejadian (Amato et al., 2017).

Tabel V. Pengalaman penggunaan peresepan elektronik untuk mengurangi

Medication Error

Pengalaman Peresepan Elektronik Hasil Wawancara

Sistem membuat pengguna salah

memilih

"Saya pernah menjumpai dokter yang

salah memilih seharusnya tablet yang

dipilih injeksi"

Sistem sulit dioperasikan bagi orang

tertentu

"Pengalaman saya, orang yang lebih tua

akan kesulitan mengoperasikan peresepan

elektronik… Apalagi terdapat obat yang

terkadang tidak tercover oleh BPJS"

"… tidak munculkan stok obat yang masih

ada sehingga dokter memberikan resep

tapi tidak ada data obatnya masih atau

tidak. Dan butuh pelatihan juga ketika

benar benar diimplementasikan

Sistem tidak dapat mendeteksi pada

fase dispensing, administrasi

".. Biasanya saya menemukan medication

error itu seperti salah pengambilan obat

karena obatnya deketan"

Sistem tidak memberikan

peringatan

"Selama proses uji coba tetap dilakukan

pengecekan diawal, setelah penyiapan,

sebelum diserahkan… Sistem tidak

disebutkan peringatan untuk alergi, efek

samping, kontraindikasi, interaksi

sehingga farmasi perlu mencari sendiri"

Kinerja lebih mudah

"Tidak usah susah dalam membaca resep

karena sistem sudah menunjukkan data

data yang dibutuhkan seperti nama obat,

dosis, jumlah, aturan pakai"

"menurut saya bisa membantu dengan

lebih cepat penyiapannya dan kasih harga

obat serta cross check lebih mudah sih"

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

16

Harapan Penggunaan Peresepan Elektronik dalam Mengatasi Medication

Error

Harapan seseorang terhadap suatu hal dapat digunakan sebagai kerangka

untuk memahami motivasi terutama dalam bekerja. Melalui pemahaman terhadap

kebutuhan karyawan secara sarana prasarana dapat setidaknya meningkatkan

kinerjanya (Nilawati, 2013). Dalam konteks ini, pemenuhan hal - hal yang kurang

dari peresepan elektronik mampu meningkatkan kinerja seluruh bagian yang

terkait dan mampu mengurangi kesalahan seperti medication error. Hal ini

dikarenakan kenyamanan dan kemudahan dalam bekerja tercapai (Sesunan and

Basit, 2013).

Pada penelitian ini, seluruh responden menyatakan dukungan terhadap

rumah sakit untuk segera merealisasikan peresepan elektronik. Alasan responden

mendukung secara penuh peresepan elektronik karena mampu mempercepat

pekerjaan dan menjadi lebih efisien dengan meminimalisir kesalahan. Sehingga

tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan.

Berikut merupakan kutipan wawancara salah satu responden yang menyatakan

dukungan penuh pelaksanaan peresepan elektronik :

“…. harapannya sih dari pihak manajemen dapat memberikan kebijakan

untuk pelaksanaan peresepan elektronik karena secara SIM-RS sudah

punya, selain itu dari BPJS juga sudah ada e-rekam medis sehingga

semuanya jadi terintegrasi dan makin cepet…”(Responden 8)

Kemudian apabila ditinjau dari sisi sistem, responden mengharapkan agar

sistem dilengkapi dengan adanya peringatan otomatis mengenai interaksi, efek

samping, kontraindikasi, sehingga proses pengecekan ulang akan lebih mudah dan

cepat, serta keharusan konfirmasi ulang pada dokter sebagai penulis resep akan

berkurang. Selain itu, responden mengharapkan adanya barcode di kemasan obat

yang bisa diinisiasi dari pihak manajemen rumah sakit sendiri atau bahkan dari

industri farmasi. Fungsi barcode ini tidak hanya sebagai identitas dari produk obat

tetapi juga bisa sebagai alat untuk verifikasi dalam proses dispensing. Metode

tersebut dilakukan dengan mencocokan antara barcode obat yang diresepkan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

17

dokter dan yang disiapkan oleh petugas Farmasi. Hal tersebut setidaknya mampu

mengurangi adanya kesalahan dalam proses dispensing resep.

Tabel VI. Harapan terhadap peresepan elektronik

No Harapan terhadap Peresepan Elektronik

1 Peresepan elektronik segera dilaksanakan secara resmi karena

dengan peresepan elektronik semua akan terintegrasi, apalagi

pihak BPJS sudah mengembangkan e-rekam medis.

2 Memberikan barcode di obat dengan harapan dapat mengurangi

kesalahan dalam pengambilan obat

3 Sistem peresepan elektronik mampu memberikan peringatan

secara otomatis terkait interaksi, efek samping, kontraindikasi

4 Bagi penulis resep, diharapkan lebih teliti terutama dalam

memilih obat yang akan diresepkan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Persepsi, Pengalaman, dan Harapan

Petugas Instalasi Farmasi Terkait Penggunaan Peresepan Elektronik dalam

Mengatasi Medication Error dapat digambarkan bahwa responden berpersepsi

peresepan elektronik dapat mengurangi kejadian medication error namun tidak

seluruh fase dapat teratasi. Berdasarkan pengalaman responden, peresepan

elektronik mudah dan nyaman. Namun bila ditinjau dari sisi sistem, kemungkinan

salah pilih obat tinggi, dan beberapa orang akan sulit mengoperasikan, serta

sistem tidak mendeteksi medication error pada fase dispensing dan adiministrasi

dikarenakan tidak adanya peringatan otomatis. Responden juga berharap

peresepan elektronik segera diimplementasikan secara resmi di Rumah Sakit

Harapan Magelang dengan meningkatkan fitur.

SARAN

Saran untuk pihak Manajemen Rumah Sakit untuk dapat merealisasikan

peresepan elektronik guna meningkatkan kinerja tenaga kesehatan untuk

melakukan pelayanan. Sebelum merealisasikan hal tersebut, diharapkan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

18

melakukan sosialisasi, sehingga pengguna nyaman ketika menggunakan terutama

bagi tenaga kesehatan yang sudah berumur. Pengembangan terhadap sistem yang

sudah ada juga diperlukan seperti penambahan notifikasi peringatan, dan fitur

barcode untuk mengurangi kejadian medication error pada fase dispensing. Selain

itu dengan rumah sakit memiliki database dari pasien, maka proses skrining resep

dan pemberian informasi akan lebih mudah karena sudah mengetahui data rekam

medis pasien sebelumnya.

Saran untuk petugas Instalasi Farmasi ketika menggunakan peresepan

elektronik untuk tetap teliti dan selalu melakukan cross-check ketika resep masuk

ataupun ketika obat akan diberikan pada pasien walaupun telah menggunakan

peresepan elektronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

19

DAFTAR PUSTAKA

Abramson, E. L. et al. (2012) ‘Ambulatory prescribing errors among community-

based providers in two states’, Journal of the American Medical Informatics

Association, 19(4), pp. 644–648. doi: 10.1136/amiajnl-2011-000345.

Adrizal, Sriwajyuni, F. and Aldi, Y. (2019) ‘Analisis Pelayanan Resep

Konvensional dan Elektronik serta Pengaruhnya terhadap Kualitas

Pelayanan Kefarmasian di RSUD M . Natsir Solok’, Jurnal Sains Farmasi

dan Klinis, 6(3), pp. 195–199.

Al-Sarawi, F. et al. (2019) ‘Prescribing errors and adverse drug reaction

documentation before and after implementation of e-prescribing using the

Enterprise Patient Administration System’, Journal of Pharmacy Practice

and Research, 49(1), pp. 27–32. doi: 10.1002/jppr.1454.

Amato, M. G. et al. (2017) ‘Computerized prescriber order entry-related patient

safety reports: Analysis of 2522 medication errors’, Journal of the American

Medical Informatics Association, 24(2), pp. 316–322. doi:

10.1093/jamia/ocw125.

Anggraeni, R. (2015) ‘Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Dan Persepsi

Kegunaan Terhadap Niat Untuk Menggunakan Dan Penggunaan Aktual

Layanan Jejaring Sosial Berbasis Lokasi (Studi Pada Mahasiswa Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang)’, Ekonomi Bisnis,

20(1), pp. 44–52. doi: 10.17977/um042v20i1p44-52.

Bili, W., Resmawan, E. and Kondorura, D. (2018) ‘Pengaruh Pengalaman Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Kecamatan Laham Kabupaten

Mahakam Ulu’, E-Journal Manajemen Universitas Udayana, 6(3), pp. 465–

474.

Bulut, S., Yıldız, A. and Kaya, S. (2019) ‘Original Article Evaluation of

Transition to Electronic Prescriptions in Turkey : Perspective of Family

Physicians’, International Journal of Health Policy and Management, 8(1),

pp. 40–48. doi: 10.15171/ijhpm.2018.89.

Devine, E. B. et al. (2010) ‘Prescriber and staff perceptions of an electronic

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

20

prescribing system in primary care : a qualitative assessment’, BMC Medical

Informastics and Decision Making, 10, p. 72.

Dewi, D. K. R., Suwendra, I. W. and Yulianthini, N. N. (2016) ‘Pengaruh Tingkat

Pendidikan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan’, Jurnal Bisma

Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, 4(1).

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Ermawati, N. and Delima, Z. M. (2016) ‘Pengaruh Persepsi Kemudahan

Penggunaan, Persepsi Kegunaan, Dan Pengalaman Terhadap Minat Wajib

Pajak Menggunakan Sistem E-Filing (Studi Kasus Wajib Pajak Orang

Pribadi Di Kabupaten Pati)’, Jurnal Akuntansi Indonesia, 5(2), p. 163. doi:

10.30659/jai.5.2.163-174.

Farida, S. et al. (2017) ‘Implementasi Peresepan Elektronik Implementation of

Electronic Prescribing’, eJKI, 5(3), pp. 211–216. doi: 10.23886/ejki.5.8834.

Fatimah, S., Rochmah, N. N. and Pertiwi, Y. (2020) ‘Analisis Kejadian

Medication Error Resep Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit X Cilacap’,

Jurnal Ilmiah JOPHUS : Journal Of Pharmacy UMUS, 2(01), pp. 36–43.

doi: 10.46772/jophus.v2i01.272.

Gloria, L., Yuwono and Ngudiantoro (2017) ‘Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Medication Error Pada Pasien Kemoterapi Di RSUP DR .

Mohammad Hoesin Palembang’, Majalah Kedokteran Sriwijaya Th.49, (4),

pp. 178–184.

Hinojosa-Amaya, J. M. et al. (2016) ‘Medication errors: electronic vs. paper-

based prescribing. Experience at a tertiary care university hospital’, Journal

of Evaluation in Clinical Practice, 22(5), pp. 751–754. doi:

10.1111/jep.12535.

Klepser, D., Lanham, A. and Cochran, G. (2016) ‘Electronic prescriptions:

opportunities and challenges for the patient and pharmacist’, Advanced

Health Care Technologies, p. 1. doi: 10.2147/ahct.s64477.

Masturoh, I. and Anggita, N. (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

21

McLeod, M. et al. (2019) ‘The impact of implementing a hospital electronic

prescribing and administration system on clinical pharmacists’ activities - A

mixed methods study’, BMC Health Services Research, 19(1), pp. 1–12.

doi: 10.1186/s12913-019-3986-4.

Nilawati, L. (2013) ‘Kontribusi Teori Harapan “Vroom” dalam Penelitian

Keperilakuan’, E-Jurnal Ukrim Universtiy, 53(9), pp. 1689–1699.

Oktarlina, R. Z. et al. (2019) ‘Hubungan Persepsi Pasien terhadap Peresepan

Elektronik dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Imanuel Bandar Lampung The Relationship Between Patient Perceptions of

Electronic Prescribing with Patient Satisfaction in Pharmacy Installation’,

JK Unila, 3(1), pp. 21–27.

Porterfield, A., Engelbert, K. and Coustasse, A. (2014) ‘Electronic prescribing:

improving the efficiency and accuracy of prescribing in the ambulatory care

setting’, Perspectives in health information management / AHIMA,

American Health Information Management Association, 11.

Priambodo, S. and Prabawani, B. (2016) ‘Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi

Kemudahan Penggunan, Dan Persepsi Risiko Terhadap Minat

Menggunakan Layanan Uang Elektronik (Studi Kasus Pada Masyarakat Di

Kota Semarang)’, Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 5(2), pp. 127–135.

Prihatsanti, U., Suryanto, S. and Hendriani, W. (2018) ‘Menggunakan Studi

Kasus sebagai Metode Ilmiah dalam Psikologi’, Buletin Psikologi, 26(2), p.

126. doi: 10.22146/buletinpsikologi.38895.

Sabila, F. C., Oktarlina, R. Z. and Utami, N. (2018) ‘Peresepan Elektronik (E-

Prescribing) Dalam Menurunkan Kesalahan Penulisan Resep’, Jurnal

Majority, 7(3), pp. 271–275.

Sesunan, D. and Basit, A. (2013) ‘Pengaruh Sarana Prasarana Kerja Dan

Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai’, Jurnal Manajemen Visionist, 2(2),

pp. 63–74.

Sunjaya, A. P. (2019) ‘Potensi, Aplikasi dan Perkembangan Digital Health di

Indonesia’, Journal of Indonesian Medical Association, 69(April), pp. 167–

169. doi: 10.13140/RG.2.2.31918.66886.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

22

Tampa’i, R., Satibi and Pramudji, G. (2012) ‘Evaluasi Penerapan Sistem

Informasi Manajemen Farmasi Ditinjau dari Persepsi Pengguan di Rumah

Sakit Immanuel Bandung’, Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (

JMPF ) Journal of Management and Pharmacy Practice, 2(3), pp. 178–185.

Ukkas, I. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja

Industri Kecil Kota Palopo’, Kelola: Journal of Islamic Education

Management, 2(2). doi: 10.24256/kelola.v2i2.440.

WHO (2016) Medication Errors: Technical Series on Safer Primary Care, World

Health Organization. Edited by World Health Organization. Geneva: World

Health Organizaton. doi: 10.7748/ns.30.35.61.s49.

Widiastuti, M. S. ; and Dwiprahasto, I. (2013) ‘Peran Resep Elektronik dalam

Upaya Meningkatkan Medication Safety pada Proses Prescribing’, Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan, 17(01), pp. 30–36.

Woan, S. T., Phang, J. S. K. and Lay, K. T. (2009) ‘Evaluating user satisfaction

with an electronic prescription system in a primary care group’, Annals of

the Academy of Medicine Singapore, 38(6), pp. 494–500.

World Health Organization (2005) Fifty-eighth World Health Assembly

Resolution on eHealth, www.who.int.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

23

LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

24

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin dan Pengambilan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

25

Lampiran 3. Surat Jawaban Permohonan Ijin dan Pengambilan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

26

Lampiran 4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON

SUBJEK

Saya Baharudin Yoga Pranata dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi, Pengalaman, Dan

Harapan Petugas Instalasi Farmasi Terkait Penggunaan Peresepan Elektronik

Dalam Mengatasi Medication Error”. Penelitian ini merupakan penelitian untuk

memenuhi tugas akhir perkuliahan.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengungkap persepsi, pengalaman,

dan harapan petugas Instalasi Farmasi tentang peresepan elektronik terhadap

pengurangan potensi medication error.

Saya mengajak saudara/i untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian

ini akan berjalan dengan jangka waktu keikutsertaan masing- masing subjek

sekitar 1 jam.

A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian

Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada

paksaan. Bila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk

mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda

ataupun sanksi apapun.

B. Prosedur Penelitian

Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda

diminta menandatangani lembar persetujuan penelitian. Saat Anda sudah

menadatangani lembar persetujuan maka prosedur selanjutnya adalah:

1. Anda akan diwawancarai oleh peneliti terkait kriteria inklusi.

2. Responden harus masuk ke dalam kriteria inklusi

3. Setelah masuk ke dalam kriteria inklusi, responden diminta

kesediaannya untuk diwawancara oleh peneliti melalui media yang

disepakati bersama.

C. Kewajiban subjek penelitian

Sebagai subjek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan

atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

27

jelas, Anda dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti.

D. Manfaat

Keuntungan langsung yang Anda dapatkan adalah memperoleh

tambahan pengetahuan dan literasi tentang persepsi, pengalaman, dan

harapan petugas Instalasi Farmasi tentang peresepan elektronik terhadap

pengurangan potensi medication error.

E. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek

penelitian akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil

penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subjek penelitian.

F. Kompensasi

Setelah penelitian selesai, peneliti akan memberikan kompensasi

sebagai ucapan terimakasih atas kesediaan saudara/i menjadi responden

sehingga membantu berlangsungnya penelitian ini. Kompensasi tersebut

berupa souvenir.

G. Pembiayaan

Seluruh biaya dalam penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

H. Informasi Tambahan

Anda diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang

belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu

membutuhkan penjelasan lebih lanjut, saudara/i dapat menghubungi

Baharudin Yoga Pranata no. HP 082243717193 atau Kontak komisi etik

Fakultas Kedokteran UGM (Tlp: 0274588688, pswt 17225, 08112666869)

email : [email protected], alamat : Gedung Radiopoetro Lt 2

sayap Barat, Jl Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55128.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

28

Lampiran 5. Informed Consent

Persepsi, Pengalaman, Dan Harapan Petugas Instalasi Farmasi

Terkait Penggunaan Peresepan Elektronik Dalam Mengatasi

Medication Error

Informed Consent

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Nomor telepon/HP :

Saya telah membaca dan mengerti informasi yang tercantum pada lembar

informasi dan telah diberik kesempatan untuk mendiskusikan dan menanyakan hal

tersebut. Dengan penuh kesadaran saya bersedia untuk ikut berpastisipasi dalam

penelitian ini. Saya tidak berkeberatan apabila hasil penelitina ini dipublikasikan

untuk kepentingan dokumentasi dan penelitian. Saya mengerti bahwa saya dapat

menolak untuk ikut dalam penelitian. Saya mengerti bahwa saya dapat menolak

untuk ikut dalam penelitian. Saya sadar bahwa saya dapat mengundurkan diri dari

penelitian ini kapan saja saya mau. Demikian pernyataan ini saya buat sejujur-

jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, ………………

Peneliti Yang menyetujui

Tanda Tangan Tanda Tangan

nama terang : nama terang :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

29

Lampiran 6. Pedoman Wawancara

a. Identitas

1. Nama (Boleh tidak diisi) :

2. Usia : tahun

3. Jenis Kelamin : Laki laki / perempuan

4. Pendidikan terakhir : SMA/Diploma/S1/Profesi Apoteker/S2/S3

5. Posisi dalam pekerjaan :

6. Lama bekerja :

b. Pertanyaan

1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon dijelaskan

pengertiannya!

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah kejadian

medication error?

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan resep

elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan peresepan

elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

30

Lampiran 7. Hasil Wawancara Responden

Responden 1 ( Wawancara dilakukan tanggal 09 Maret 2021)

Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon

dijelaskan pengertiannya!

Jawab : medication error itu kesalahan dalam penulisan resep, pemberian

resep atau yang berhubungan dengan resep

Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah

kejadian medication error?

Jawab : Bisa. Pencegahan medication error yang pastinya identifikasi

skrining resep. Misalnya ada kesalahan penulisan resep otomatis dapat

terbaca apakah terdapat kesalahan atau ndak.

Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan

resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

Jawab : jadi medication error yang seperti saya sebut tadi dapat diatasi

dengan peresepan elektronik. Karena ketika penginputan obat otomatis

resep sudah diskrining secara online. Atau dapat dikatakan bahwa tidak

perlu verifikasi dua kali untuk kebenaran resepnya, sehingga untuk

skrining resep diawal dapat dilewati.

Selama bekerja jika dibandingkan dengan peresepan manual, medication

error lebih rendah dibanding dengan peresepan elektronik.

Biasanya kalau terjadi medication error disaat peresepan biasanya

melakukan konfirmasi ulang kepada dokter ataupun pasien untuk

menyelesaikan masalahnya/

Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan

peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

Jawab : secara umum harapannya pastinya pihak yang menginput resep

sebelum masuk ke bagian farmasi lebih teliti lagi. Dan harapan bagi rumah

sakit ya semoga akan diadakan lagi untuk mempermudah secara teknis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

31

Responden 2 (Wawancara dilakukan tanggal 10 Maret 2021)

Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon

dijelaskan pengertiannya!

Jawab : medication error itu kesalahan dalam pengobatan. Bisa terjadi

pada tahap awal peresepan dari dokter, saat proses pembacaan resep dan

analisis, atau penyerahan kepada pasien

Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah

kejadian medication error?

Jawab : menurut saya untuk keseluruhan mencegah medication error

ndak. Karena mungkin pada peresepan elektronik hanya menangani pada

bagian awal saja. Ketika peresepan manual, proses skrining akan lebih

sulit terkadang terjadi kesalahan pembacaan resep. Kalau peresepan

elektronik mudah dibaca dan dianalisis.

Namun, medication error yang tidak dapat dicegah itu ketika pemberian

obat ke pasien, dan penyiapan obat. Karena medication error tersebut

diluar dari peresepan elektronik

Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan

resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

Jawab : pengalaman saya, dokter meresepkan sesuatu obat yang mana

kemungkinan yang memasukkan resep tersebut perawat. Terkadang dokter

mungkin kurang mahir menggunakan computer sehingga dokter

mengintruksikan perawat untuk memasukkan obat sesuai instruksi.

Kemudian di bagian farmasi terdapat pemberitahuan resep masuk. Resep

masuk kemudian dievaluasi lagi apakah sesuai untuk aturan pakai, jumlah.

Karena terkadang yang BPJS terkadang tidak semua tercover. Kemudian

etiket dicetak dan obat disiapkan. Setelah diracik dicek lagi kemudian

dibagikan ke pasien. Sehingga berdasarkan proses tersebut peresepan

elektronik tidak mencegah secara keseluruhan medication error.

Sehingga sebenarnya tidak jauh berbeda antara peresepan elektronik dan

manual. Yang menjadi keunggulan resep elektronik itu pada pembacaan

resep karena terkadang tulisan dokter sulit untuk terbaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

32

Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan

peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

Jawab : Biar lebih mencegah obatnya diberikan barcode sehingga seperti

di supermarket. Jadi dapat menunjukkan ada kekeliruan tidak antara

pengambilan dengan resepnya, kalau ada kekeliruan dapat diulang lagi.

Sehingga medication error pada proses pengambilan dapat dihindari.

Bagi rumah sakit harapannya segera untuk melakukan peresepan

elektronik sehingga mempercepat pekerjaan dan menjadi lebih efisien.

Misal dokter sudah pulangkan susah untuk dihubunginya. Waktunya

biasanya untuk yang non – racik 1- 5 menit, untuk racik sekitar 10-15

menit. Kalau untuk BPJS, untuk tidak 30 hari itu sekitar 1-10 menit

tergantung antrian, untuk control 30 hari sekitar 5 – 10 menit karena butuh

input berkali kali. Kalau pengalaman menggunakan peresepan elektronik

penyiapannya cepat namun proses penyerahannya kurang cepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

33

Responden 3 ( Wawancara dilakukan tanggal 12 Maret 2021)

Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon

dijelaskan pengertiannya!

Jawab : kalau menurut saya medication error itu ada kesalahan

pengobatan yang sebenarnya itu masih bias dicegah. Terjadi pada proses

awal dimana resep ditulis. Ketika dokter menulis resep biasanya tidak

dicantumkan dosis, bentuk sediaan, satuan obat dan jumlah yang

dibutuhkan serta tulisan yang sulit terbaca. Selain itu juga Medication

error bisa terjadi kesalahan pada proses pembacaan yang mana pihak

farmasi salah mempersepsikan tilisan dokter. Terkadang tulisan 1 dan 2

mirip yang memungkinkan farmasi salah membacanya. Selain itu juga

Medication Error bisa terjadi di proses penyiapannya, dan penyerahannya

kepada pasien. Apabila dari awal salah maka kemungkinan penyerahan

kepada pasien juga salah.

Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah

kejadian medication error?

Jawab : menurut saya bisa tapi tidak bisa mencegah 100 %. Karena

peresepan elektronik all by system yang mana dokter tidak usah

menuliskan obatnya tinggal memilih obat yang dibutuhkan apa, dosis

tertera, aturan pakai jelas, bentuk sediaannya jelas. Sehingga kalau

peresepan itu jelas jadi ketika proses selanjutnya seperti proses skrining,

penyiapan obat, dan penyerahan obatnya akan berjalan dengan baik.

Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan

resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan

peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

Jawab : harapannya selain mencegah medication error akan

meningkatkan kinerja, sehingga proses penerjemahan lebih cepat dan

pasien dapat mendapat lebih cepat obatnya. Karena dibandingkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

34

peresepan manual proses penerjemahan lama dan butuh waktu. Sehingga

menurut saya dapat meningkatkan kualitas pelayanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

35

Responden 4 ( Wawancara dilakukan tanggal 13 Maret 2021)

Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon

dijelaskan pengertiannya!

Jawab : medication error itu kesalahan yang bisa terjadi ketika proses

pelayanan bisa terjadi karena SDMnya atau dari system komputernya.

Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah

kejadian medication error?

Jawab : kalau seharusnya dengan peresepan elektronik bisa dikurangi

walaupun tidak 100%, namun setidaknya dapat diminimalisir. Terutama

pada tahap skrining atau pembacaan resep terkadang tulisan dokter susah

untuk di baca, dengan peresepan elektronik farmasi tidak perlu susah susah

untuk membaca tulisan dokter jadi kesalahan bisa diminimalisir. Karena

pada peresepan elektronik semua dengan system jadi kita tidak usah susah

susah bacanya.

Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan

resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

Jawab : dalam prosesnya semua semua all by system jadi lebih mudah dan

tidak perlu susah susah membacanya. Ketika proses uji coba dahulu di

IGD, dokter langsung iput data pasien dan obatnya, semuanya langsung

masuk ke bagian farmasi. Nanti dibagian farmasi tinggal memasukkan

kode pasien untuk engetahui rekam medis pasien dan obatnya sudah jelas

tertera disana.

Dalam proses uji coba, system tidak memunculkan stok obat yang masih

ada sehingga ketika dokter memberikan resep tidak ada data obatnya

masih atau tidak. Terus untuk SDM misal dokter dan apoteker yang sudah

tua sulit untuk mengoperasikan computer sehingga butuh adanya pelatihan

juga ketika benar benar diimplementasikan.

Selama proses uji coba peresepan elektronik tetap dilakuakn skrining

diawal, setelah penyiapan, dan sebelum diserahkan ke pasien. Namun pada

system tidak disebutkan peringatan untuk alergi, efek samping,

kontraindikasi, interaksi, sehingga farmasi mencari sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

36

Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan

peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

Jawab : harapan peresepan elektronik dapat diselenggarakan menyeluruh

dirumah sakit, sehingga bagian farmasi tinggal menerima dalam bentuk

elektronik sehingga dapat mempermudah juga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

37

Responden 5 ( Wawancara dilakukan tanggal 13 Maret 2021)

Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon

dijelaskan pengertiannya!

Jawab : medication error itu kesalahan dalam pengobatan pasien, bisa di

penelaahan resep, penyiapan, atau penyerahan obat

Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah

kejadian medication error?

Jawab : bisa, bisa diatasi pada saat penelaahan resep. Karena mungkin

saja ada tulisan dokter yang susah dibaca, signanya jurang atau tidak ada

numero itu bisa menyebabkan kesalahan. Atau dari farmasinya yang

bacanya salah atau nginputnya salah dari farmasinya juga.

Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan

resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

Jawab : pengalaman dulu, farmasi tinggal nunggu notifikasi di computer

untuk mencetak resep sambil dilihat obatnya ada atau tidak, setelah sudah

dicetak etiket, menyiapkan obat dan diserahkan.

Menurut saya, dengan peresepan elektronik itu menguntungkan dapat

megurangi waktu tunggu pasien, kerja jadi lebih cepat sehingga kesalahan

baca menjadi rendah. Kalau kendalanya itu missal secara eksteral aja sih

seperti computer error atau mati listrik, kalo untuk peresepan sangat

diuntungkan.

Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan

peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

Jawab : harapannya bagi rumah sakit sendiri sih bisa segera diadakan

karena dapat mempermudah pekerjaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

38

Responden 6 ( Wawancara dilakukan tanggal 15 Maret 2021)

Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon

dijelaskan pengertiannya!

Jawab : medication error itu kejadian kesalahan pemberian obat yang

tidak hanya dapat merugikan pasien atau bahkan membahayakan pasien.

Biasanya terjadi di pembacaaan resep, penyiapan, terus penyerahan.

Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah

kejadian medication error?

Jawab : menurut saya itu mampu mengurangi medication error. Karena

dengan peresepan elektronik kita bisa mencegah kesalahan pembacaan

resep jadi obat yang diberikan ke pasien itu tepat.

Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan

resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

Jawab : kalau biasanya saya menemukan medication error itu seperti

salah pengambilan obat biasanya obatnya deketan, terus salah nama pasien

juga pernah terjadi karena dari perawat memberikan kamarnya salah tapi

frekuensinya rendah.

Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan

peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

Jawab : harapannya peresepan elektronik segera diadakan dirumah sakit

karena ini sangat membantu setidaknya mudah membaca resep dokter

sehingga farmasi tidak salah tangkap apa yang ditulis dokternya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

39

Responden 7 ( Wawancara dilakukan tanggal 16 Maret 2021)

Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon

dijelaskan pengertiannya!

Jawab : Medication Error itu kan kesalahan pengobatan yang

menimbulkan efek yang merugikan dan dapat menimbulkan resiko saat

kita salah memberikan. Tahap tahapnya yang mungkin terjadi Medication

Error biasanya pada fase prescribing dan dispensing. Kalau prescribing

mungkin terkait tulisan dokter, kalau di Rumah Sakit biasanya kendala di

tulisan mungkin susah dibaca dan tidak jelas. Kalau dispensing terkait

penyiapan obatnya karena prescribing kurang jelas dan memungkinkan

pengambilan yang tidak sesuai.

Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah

kejadian medication error?

Jawab : menurut saya bisa membantu, karena dari peresepannya lebih

jelas jadi mengurangi kejadian medication error. Menurut saya

kemungkinan dapat teratasi dibagian proses pembacaan resep.

Selain itu membantu dapat proses pekerjaan terutama pembacaannya.

Lebih cepat juga dalam penyiapan dan kasih harga obat serta cross

checknya lebih mudah sih.

Kalau menurut saya yang membedakan antara peresepan manual dengan

elektronik itu mempermudah pembacaan sehingga mengurangi intensitas

kita mengonfirmasi ke dokter

Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan

resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan

peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

Jawab : semoga dirumah sakit segera diadakan sehingga mudah

mempercepat kinerja. Selain itu harapannya untuk sistemnya dipermudah

sehingga ketika proses perkenalan menjadi lebih mudah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

40

Responden 8 ( Wawancara dilakukan tanggal 20 Maret 2021)

Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon

dijelaskan pengertiannya!

Jawab : Medication error itu sesuatu kejadian yang dapat merugikan

pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang mungkin

disebabkan oleh petugas kesehatan dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan terhadap pasien dari mulai pasien masuk sampai pasien keluar

dari rumah sakit.

Menurut saya kemungkinan besar Medication error terjadi di fase

transcribing sama di dispensing. Kalau transcribing kalau di manual

kendala dalam interpretasi atau pembacaan resep karena tulisan tidak

terbaca, sedangkan di e-resep saaat input salah memilih obat dari dokter

biasanya terjadi salah mengeklik harusnya tablet malah dipilih yang

injeksi karena nama sama. Kalau dispensing karena ketelitian dari petugas

farmasi atau sesuai dari etiket atau tidak.

Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah

kejadian medication error?

Jawab : menurut saya bisa karena pertama dalam pembaca resep otomatis

lebih mudah karena obatnya pasti, tadinya tulisan dokter tidak bisa dibaca

jadi lebih jelas. Selain itu waktu tunggu pasien juga lebih cepat dan

pelayanan pasien meningkat. Dari pasien juga lebih mudah karena gak

usah bolak balik karena dari pengalaman peresepan manual pasien bisa

bolak balik dari IGD ke keuangan atau ke farmasi.

Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan

resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?

Jawab : jadi kalau di Rumah Sakit Harapan skema peresepan elektronik

dari pasien masuk di adminis dimulai penginputan data pasien yang akan

terintegrasi ke semua bagian setelah di pendaftaran masuk ke IGD. Setelah

diperiksa dokter, dokter menginput obat melalui SIM-RS (myHospital).

Dari e-resep terintegrasi ke farmasi. Dari farmasi cuman melihat diantrian

resep dan dicek pasien dari IGD apakah sudah sesuai dengan data pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

41

Bila kurang sesuai konfirmasi ke IGD. Bila sudah sesuai nanti terintegrasi

ke keuangan.

Dari pengalaman terkait interaksi, efek samping, peringatan dari obat

kalau di e-resep tidak ada secara system karena dari SIM-RS tidak ada

informasi, jadi dari farmasi melakukan cross check lagi secara mandiri

untuk mengetahui ada interaksi tidak.

Pernah dulu ada pengalaman, dokter salah ngeklik seharusnya tablet

dipilih yang injeksi, nah dari itu sekalian konfirmasi bila terjadi interaksi

atau efek samping.

Menurut saya di Rumah Sakit Harapan peresepan elektronik tidak berjalan

karena kurang adanya dukungan dari Manajemen. Karena kebijakan tidak

jelas sehingga dari user pun merasa ah gak harus. Tidak dilanjutkannya

karena tidak ada tindak lanjut selain itu dari dokter merasa terlalu lama

karena menginput obat, aturan pakai padahal seharusnya tinggal tulis

selesai.

Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan

peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?

Jawab : harapannya sih dari pihak manajemen dapat memberikan

kebijakan untuk pelaksanaan peresepan elektronik akrena secara SIM-RS

sudah punya, selain itu dari BPJS juga sudah ada e-rekam medis sehingga

semuanya jadi terintegrasi dan maki cepet. Harapan untuk system sih,

nanti muncul interaksi, warning jadinya lebih enak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …

42

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Persepsi, Pengalaman,

Dan Harapan Petugas Instalasi Farmasi Terkait

Penggunaan Peresepan Elektronik Dalam Mengatasi

Medication Error” bernama lengkap Baharudin Yoga

Pranata, lahir di Pati, 28 November 1998, merupakan

anak kedua dari pasangan Lamidi dan Retno Eny Catur

Supranti serta adik dari Bachtiar Adi Luhung dan

Kakak dari Bagas Surya Atmajaya. Penulis menempuh

pendidikan formal di SD Negeri Kutoharjo 01 (2005 –

2011), SMP Negeri 3 Pati (2011 – 2014), SMA Negeri 1 Pati (2014 – 2017).

Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma pada tahun 2017. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti

berbagai macam kegiatan organisasi yaitu Ketua UKF DNA dance periode

2018/2019 dan anggota aktif UKF DNA dance (2017 – 2019), serta kegiatan

kemahasiswaan seperti anggota divisi Teater TITRASI (2017), penari warok

Pagelaran Sendratari Ora Edan (Ora) Keduman” (2017), penari klenting Pagelaran

Sendratari Tan Tresna Kena Kinira (2019). Penulis juga aktif mengikuti beberapa

lomba antara lain dance Engine Tune Up tingkat regional (2018), lomba dance

Economic Sport and Art tingkat regional (2019), dan lomba dance USD Talent

Festival tingkat universitas (2019). Selain itu, penulis juga aktif sebagai asisten

praktikum yaitu praktikum Kimia Dasar (2018), Asisten Anatomi Fisiologi

Manusia (2021).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI