19
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI DALAM USAHA PERCEPATAN REHABILITASI LAHAN GUNDUL GUNUNG MERAPI BIDANG KEGIATAN : PKM-GT DIUSULKAN OLEH : Yanuar Sinto Anggoro (07/253849/FA/07815 Angkatan 2007) Jefrina Ayu Wadhani (09/280659/FA/08283 Angkatan 2009) UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN

TUMPANGSARI DALAM USAHA PERCEPATAN REHABILITASI LAHAN GUNDUL GUNUNG MERAPI

BIDANG KEGIATAN :

PKM-GT

DIUSULKAN OLEH :

Yanuar Sinto Anggoro (07/253849/FA/07815 Angkatan 2007)

Jefrina Ayu Wadhani (09/280659/FA/08283 Angkatan 2009)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN

TUMPANGSARI DALAM USAHA PERCEPATAN REHABILITASI LAHAN GUNDUL GUNUNG MERAPI

BIDANG KEGIATAN :

PKM-GT

DIUSULKAN OLEH :

Yanuar Sinto Anggoro (07/253849/FA/07815 Angkatan 2007)

Jefrina Ayu Wardani (09/280659/FA/08282 Angkatan 2009)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

i

Page 3: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (√) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap : Yanuar Sinto Anggorob. NIM : 07/253849/FA/07815c. Jurusan : Ilmu Farmasid. Universitas : Universitas Gadjah Madae. Alamat Rumah dan No HP : Sanggrahan, RT 02, RW 15, Tlogoadi, Mlati,

Sleman. f. Alamat Email : [email protected]

4. Anggota Penulis : 2 orang

5. Dosen Pendampinga. Nama Lengkap : Prof. Dr. Sudarsono, Apt., b. NIP : 195003241975101002 c. Alamat Rumah dan No HP : Perumahan Bale Agung, Kav 7, Jl. Kalimantan,

Sinduadi, Mlati, Sleman. (0811282101)

Yogyakarta, 2 Maret 2011

Menyetujui, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Riset dan Kerja Sama Fakultas Farmasi Ketua Pelaksana Kegiatan

Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt. Yanuar Sinto Anggoro NIP. 196205021989031006 NIM. 07/253849/FA/07815

Mengetahui, Direktur Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada Dosen Pendamping

Drs. Haryanto, M.Si. Prof. Dr. Sudarsono, Apt NIP.195805021987031002 NIP. 195003241975101002

ii

Page 4: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala anugerah dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKM-GT dengan judul “Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi dengan Tanaman Obat Sebuah Usaha Pemulihan dan Pengembangan Wisata Wanafarma” tepat pada waktunya.

Selama penyusunan karya tulis ini, penulis dibantu oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sudarsono, Apt., selaku dosen pendamping PKM GT 2011 ini.2. Bapak Djoko Santosa, S.Si., M.Si. selaku pembimbing Kelompok Studi JATROPHA. 3. Bapak Edy Meiyanto selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Riset dan Kerja

Sama Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.4. Bapak Drs. Haryanto, M.Si. selaku Direktur Kemahasiswaan Universitas Gadjah

Mada.5. Rekan-rekan di Kelompok Studi Jelajah Alam Tropis Pharmacy (JATROPHA) yang

telah memberikan dukungan dalam pengerjaan PKM-GT ini.

Yogyakarta, 2 Maret 2011

Penulis

iii

Page 5: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR................................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................. iv

RINGKASAN.............................................................................................................................................v

PENDAHULUAN......................................................................................................................................1

Latar Belakang...................................................................................................................................1

Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................................2

GAGASAN...............................................................................................................................................2

Problematika yang Terjadi.................................................................................................................2

Solusi yang Ditawarkan......................................................................................................................3

Keterkaitan Problem dengan Solusi...................................................................................................6

Pihak yang Berpotensi Dilibatkan......................................................................................................7

Langkah Strategis yang Harus Dilakukan...........................................................................................9

KESIMPULAN........................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................11

LAMPIRAN............................................................................................................................................12

iv

Page 6: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

RINGKASAN

Latar Belakang : Erupsi Merapi tahun 2010 menyebabkan kerusakan hutan parah. Ini berakibat pada kondisi ekosistem yang telah setimbang sebelumnya. Penanaman tanaman dalam rangka reboisasi terhambat akan belum siapnya lahan tanah akibat mineral dari debu vulkanik.

Tujuan dan Manfaat : Tujuan dari gagasan ini adalah turut memberikan andil dalam mempercepat proses rehabilitasi lahan gundul Merapi. Sedangkan manfaat yang diinginkan yaitu terbukanya suatu pengetahuan mengenai pengelolaan hutan yang sustainable.

Gagasan : Gagasan utama dari PKM-GT ini adalah dikembangkannya suatu wanafarma dengan fungsi sebagai tumbuhan perintis untuk mempersiapkan lahan.

Kesimpulan : Kesimpulan dari PKM-GT ini adalah bahwa wacana pengembangan wanafarma dapat diterapkan dalam mempercepat rehabilitasi lahan gundul di lereng Merapi.

v

Page 7: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

1Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Erupsi merapi tahun 2011 sangat luas dampaknya. Mulai dari dampak

psikis warga Yogyakarta, perekonomian, pendidikan, serta lingkungan mengalami

perubahan besar akibat erupsi merapi. Banyaknya korban jiwa, luka-luka,

kehilangan harta, serta rusaknya rumah dan lahan pekarangan memberikan efek

traumatik bagi kejiwaan warga Yogyakarta. Dunia pendidikan Yogyakarta pun

sempat lumpuh selama kurang lebih 2 minggu dikarenakan fokusnya civitas

akademika baik sebagai korban maupun relawan. Ini menunjukkan keistimewaan

tak hanya terletak pada pimpinan daerahnya tetapi juga warga DIY dengan

tingginya tingkat empati kepada orang lain. Lingkungan pun mengalami dampak

yang sangat besar. Lahan perkebunan sebagian besar gagal panen buah karena abu

merapi. Udara di hampir seluruh kawasan Yogyakarta tercemar abu selama

hampir satu bulan. Lahan hutan Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu rusak

lebih dari 30 hektar. Oleh karenanya pemulihan keadaan perlu segera dilakukan.

Lahan hutan Merapi yang rusak ternyata berdampak banyak bagi

kehidupan baik manusia maupun lingkungannya. Antara hutan, masyarakat, serta

lingkungan sekitar telah sejak lama terjadi kesetimbangan yang menyebabkan

ketergantungan satu sama lain. Hal ini tak lepas dari kearifan lokal serta sikap

saling toleran tiap elemen masyarakat yang menciptakan nuansa saling

membutuhkan. Dari nuansa ini kemudian berkembang menjadi suatu siklus

kehidupan yang sustainable. Kehidupan berpola sustainable telah diterapkan

masyarakat lereng merapi dalam segala bidang baik sosial, ekonomi, maupun

lingkungan. Oleh karenanya bila salah satu elemen utama yaitu hutan mengalami

perubahan besar hal ini tentu saja akan turut mengubah siklus kehidupan

sustainable tersebut.

Demi memulihkan pola kehidupan yang telah tercipta di lereng Gunung

Merapi maka saat ini pemerintah dan masyarakat perlu melakukan reboisasi

secara serius dan terpantau. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

penyelenggaraan reboisasi ini harus memperhatikan aspirasi dan

Page 8: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

2Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

mengikutsertakan masyarakat telah menjadi landasan yang utama. Bahkan

pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat melalui berbagai kegiatan di

bidang kehutanan yang berdaya guna dan berhasil guna (Pasal 70 UU Kehutanan

No. 41 Tahun 1999).

Usulan mengenai pemulihan hutan yang sesuai tentu saja akan sangat

diharapkan pada saat ini. Oleh karenanya gagasan ini diharapkan dapat turut

mempercepat pemulihan keadaan di Merapi.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari program ini adalah :

o Turut mempercepat pemulihan keadaan lereng Merapi secara psikososial,

ekonomi, maupun ekologi.

o Turut memberikan andil dalam mempercepat proses persiapan lahan

Merapi untuk dilakukan reboisasi.

o Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pengelolaan hutan

secara terpadu.

o Mempererat hubungan pemerintah, peneliti, masyarakat, dan industri

dalam pengelolaan hutan secara sustainable.

Manfaat dari program ini adalah :

o Terbukanya suatu pengetahuan mengenai pengelolaan hutan secara

sustainable. .

o Membantu program pemerintah dalam melaksanakan rehabilitasi lereng

Merapi.

GAGASAN

Problematika yang Terjadi

Terjadinya erupsi Merapi tahun 2010 menyebabkan gundulnya lahan hutan

kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Material vulkanik yang menumpuk

Page 9: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

3Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

pada lereng merapi sebanyak ratusan juta meter kubik merusak dan menutupi

lahan hutan yang dulu ditumbuhi banyak tumbuhan. Hal ini mengharuskan

dilakukannya rehabilitasi dalam memulihkan kondisi di lereng Merapi baik secara

psikososial dan ekonomi maupun secara ekologis.

Kini pemerintah telah mencanangkan program rehabilitasi yang juga

dibantu oleh LSM serta masyarakat. Pemerintah telah menganggarkan sebanyak

600 milyar rupiah dalam pelaksanaan rehabilitasi Merapi. Namun demikian

permasalahan muncul ketika tanaman yang ditanam masih belum kuat dalam

menerima mineral tanah akibat debu vulkanik. Oleh karenanya perlu dilakukan

persiapan lahan agar tanaman yang akan ditanami dapat bertahan. Secara alami

proses suksesi primer akan terjadi dengan dimulai oleh tumbuhan perintis.

Dengan demikian, bila lahan ini dilakukan penanaman tumbuhan perintis

diharapkan proses persiapan lahan akan lebih cepat.

Solusi yang Ditawarkan

Keadaan lahan di lereng Gunung Merapi tentu saja perlu untuk segera

diperbaiki. Adanya suatu hutan di lereng gunung selain untuk menjadi cadangan

air juga mengikat tanah agar tidak terbawa air. Terlebih pasca erupsi tumpukan

material lahar dingin sangat banyak. Dengan adanya perakaran dari pepohonan

tentu saja akan makin mempenguatkan tanah agar lebih menjadi padat sehingga

tak mudah terbawa air. Tentu saja usulan solusi yang ditawarkan tidak hanya

reboisasi namun lahan gundul itu untuk dijadikan sebagai wilayah taman nasional

dengan fungsi wanafarma. Diharapkan akan lebih banyak lagi fungsi lahan taman

nasional bila berkembang menjadi wanafarma.

Wanafarma berasal dari dua kata yaitu wana dan farma. Wana pada

Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai hutan, sedangkan farma

merupakan obat. Oleh karenanya secara sederhana wanafarma dapat diartikan

sebagai hutan penghasil obat-obatan. Konsep wanafarma merupakan kegiatan

pemanfaatan lahan dengan penanaman tumbuh-tumbuhan sebagai penghasil obat-

obatan di bawah tegakan hutan (Hutan Negara dan Hutan Rakyat). Dengan jenis

Page 10: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

4Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

tanaman produktif tertentu yang bertujuan memperkaya atau meningkatkan nilai

hutan secara ekonomis dan ekologis sehingga berfungsi sebagai tumpangsari

secara permanen. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa fungsi

wanafarma bukanlah hanya sebagai meningkatkan nilai hutan secara ekonomis

tetapi juga secara ekologis. Fungsi peningkatan nilai ekonomis dan ekologis inilah

yang nantinya akan dapat menarik minat masyarakat untuk turut serta aktif dalam

pelaksanaannya.

Wanafarma biasanya merupakan pengembangan dari hutan rakyat. Namun

demikian dapat pula wanafarma dikembangkan pada lahan hutan yang telah ada

secara alami. Paling tidak ada dua cara dalam pengembangan wanafarma.

Menurut Zuhud dkk (2006) pengembangan wanafarma dapat dilakukan dengan

cara in-situ dan ex-situ. Pengembangan wanafarma secara in-situ dilakukan pada

lahan alamiah seperti aslinya. Pengembangan bisa dilakukan di lahan-lahan hutan

yang rusak, lahan-lahan kosong, lahan rusak oleh penjarahan serta bencana

termasuk yang terjadi di Gunung Merapi. Pengembangan wanafarma secara ex-

situ yaitu pengembangan wanafarma di luar habitat aslinya. Secara ex-situ,

wanafarma dapat dikembangkan di kebun buatan. Cara seperti ini seperti

dilakukan di Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Baik secara in-situ maupun ex-situ

pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bila wanafarma

dikembangkan secara in-situ maka keuntungan yang didapatkan tentu saja adalah

lebih mudahnya tanaman untuk beradaptasi pasca penanaman. Ini disebabkan

karena memiliki lingkungan yang sama dengan habitat aslinya. Namun demikian,

kerugian yang didapatkan adalah keterbatasan pengelola dalam merekayasa

lingkungan untuk mendapatkan metabolit yang sesuai dengan keinginan.

Sebaliknya, bila wanafarma dikembangkan secara ex-situ maka akan mendapatkan

keuntungan berupa kemudahan dalam merekayasa lingkungan agar didapat

metabolit sesuai standar yang diinginkan. Kerugiannya yaitu tidak semua tanaman

mudah untuk dikembangkan di lingkungan yang asing bagi tumbuhan tersebut.

Sebagai contoh adalah penanaman tanaman purwoceng (Pimpinella alpina)

sampai sekarang masih sulit untuk dikembangkan di luar Dieng. Meskipun saat ini

purwoceng mulai dapat dibudidayakan di B2P2TO2T (dulu BPTO)

Page 11: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

5Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

Tawangmangu, namun untuk ke arah produksi simplisia masih belum mencukupi

ketersediaannya.

Rehabilitasi lahan gundul Merapi dapat dilakukan dengan pengembangan

wanafarma secara in-situ. Pengembangan secara in-situ tidak akan mengubah

bentuk hutan dari sebelum erupsi bila dilihat dari keragaman jenisnya. Dengan

demikian yang ditekankan hanya pemanfaatannya. Tanaman yang dikembangkan

bukanlah tanaman-tanaman yang sebelumnya tidak ada di lereng Merapi namun

tanaman yang dulu seperti aslinya (endemik merapi). Ketika penulis berbincang

dengan alm. Mbah Pudjo (menjadi korban meninggal erupsi Merapi tahun 2010),

seorang penduduk setempat Dusun Kinahrejo, kawasan Kali Kuning dulu pernah

ditanami dengan tanaman pinus secara massal sehingga menjadi kawasan hutan

homogen. Tindakan demikian menurut beliau kurang tepat karena pada akhirnya

menyebabkan hutan rawan kebakaran. Setelah dilakukan penelitian, guguran daun

pinus ternyata memang mudah terbakar karena kandungan minyaknya. Pendapat

seperti inilah yang nantinya harus dijadikan masukan serius dalam

mengembangkan kawasan wanafarma. Selain itu dapat pula bila terdapat

pengumpul tanaman obat sebelum terjadi erupsi, dijadikan sebagai sumber

masukan dalam menentukan tanaman apa saja yang harus ditanam untuk

merehabilitasi Merapi. Memang bila dilihat dari sisi saintifik terlihat tidak dapat

dibuktikan kebenarannya. Namun demikian, kearifan lokal merupakan sumber

ilmu yang didasari oleh pengalaman selama ratusan tahun. Oleh karenanya,

kearifan lokal tidak dapat diremehkan keberadaannya.

Pengembangan wanafarma dapat dilakukan secara permanen maupun

secara temporer. Secara permanen maka tanaman yang dikembangkan lebih cocok

berupa tanaman dengan habitus pohon karena memiliki daya ikat tanah yang kuat

sehingga melindungi terjadinya erosi atau bahkan lahar dingin. Pemilihan

tanaman obat dengan habitus pohon pun tidak lantas sembarangan. Untuk

pengembangan secara permanen lebih cocok diisi pohon-pohon yang dipanen

bukan batang atau akarnya tetapi pilih tanaman yang dipanen buah atau daunnya.

Dengan demikian kelangsungan hidup pohon akan terjaga lebih lama. Pada usulan

program ini, konsep wanafarma yang dikembangkan lebih cenderung pada

wanafarma yang bersifat temporer karena tumbuhan yang ditanam difungsikan

Page 12: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

6Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

sebagai tumbuhan perintis. Tumbuhan perintis adalah tumbuhan yang berfungsi

untuk mempersiapkan nutrisi tanah agar tumbuhan yang akan mengisi lahan

selanjutnya secara permanen lebih mudah tumbuh. Pemilihan tanaman endemik

sebagai tanaman yang dikembangkan pada wanafarma yang digagas bertujuan

agar keaslian ekosistem dalam hutan di Merapi tidak berubah. Bila tanaman yang

dikembangkan merupakan tanaman asing dikhawatirkan nantinya akan merusak

kondisi tanah. Pada penerapannya nanti akan baik bila tanaman yang ditanam

merupakan tanaman semak yang dapat dipanen herbanya tiap tahun atau selama

jangka waktu kurang dari 5 tahun.

Solusi yang diusulkan merupakan solusi yang harusnya dapat turut

membantu mengatasi permasalahan lahan gundul Merapi. Oleh karenanya perlu

dilakukan analisis SWOT terhadap usulan mengenai pengembangan wanafarma

temporer dalam mempercepat pemulihan hutan. Gagasan yang diusulkan memiliki

Strength yaitu penggunaan tanaman obat dengan habitus semak yang endemik

Merapi. Dengan demikian pemulihan hutan tak akan terganggu ekosistemnya

karena telah sesuai dengan tanaman aslinya. Weakness dari gagasan ini adalah

program ini bukanlah program utama untuk mengatasi permasalah kekurangan

bahan industri herbal tetapi sebagai tujuan sampingan. Oleh karenanya bila akan

dilakukan wanafarma dengan maksud pemenuhan kebutuhan bahan baku industri

akan diperlukan lahan laen agar tidak menggangu ekosistem hutan Merapi.

Opportunity dari program yang digagas adalah telah ada antusiasme masyarakat

dalam merehabilitasi hutan. Selain itu sebelum adanya erupsi pun masyarakat

telah punya local wisdom yang turut menjaga kelestarian hutan. Sedangkan threat

dari gagasan ini adalah masih adanya lahar dingin yang terus mengganggu proses

reboisasi hutan. Oleh karenanya, percepatan rehabilitasi dengan wanafarma

seharusnya dilakukan di lokasi-lokasi yang memiliki potensi lahar dingin relatif

kecil.

Keterkaitan Problem dengan Solusi

Problematika yang dihadapi saat ini adalah keberadaan lahan hutan merapi

yang rusak parah oleh adanya erupsi merapi. Lahan hutan rusak baik disebabkan

Page 13: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

7Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

oleh material lahar panas maupun material lahar dingin. Tutupan material

mencapai ratusan juta meter kubik. Dengan demikian topografi merapi sudah jauh

berubah bila dibanding dengan sebelum erupsi Merapi. Bahkan menurut beberapa

media cetak butuh setidaknya empat tahun untuk memulihkan lahan seperti awal

meskipun masih tanpa adanya tanaman yang tumbuh di atasnya.

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, adanya bencana ini telah merubah

kesetimbangan ekosistem di sekitar hutan Merapi. Kehidupan manusia yang

berada di sekitar Merapi pun turut berubah. Padahal sebelum erupsi Merapi

masyarakat sangat bergantung pada keberadaan hutan. Termasuk kehidupan

ekonomi masyarakatnya. Oleh karenanya lahan gundul ini telah menjadi

keharusan untuk direboisasi. Meskipun demikian, dilakukannya reboisasi tidak

lantas mengatasi permasalahan. Selama dilakukan reboisasi, dapur masyarakat

sekitar Merapi tetap harus mengepul. Pengembangan wanafarma juga dapat

menghidupi dan mengedukasi masyarakat tentang tanaman obat.

Program ini dikatakan sebagai pemercepat rehabilitasi lahan bukan hanya

mempercepat pemulihan kehidupan ekonomi masyarakatnya dengan penjualan

simplisia tanaman obat. Penanaman semak-semak tanaman obat yang endemik

merapi, akan berfungsi pula sebagai tumbuhan perintis yang mempersiapkan

mineral dan biologis lahan. Dengan demikian bila ditanamkan secara tumpangsari

dengan tanaman permanen yang akan mengisi lahan diharapkan akan

pertumbuhan tanaman permanen.

Pihak yang Berpotensi Dilibatkan

Proses rehabilitasi lahan gundul Gunung Merapi dengan tanaman obat

endemik Merapi ini membutuhkan peran aktif dari berbagai pihak. Pihak yang

dilibatkan antara lain pemerintah dan masyarakat sebagai pelaku utama.

Pemerintah merupakan penyedia regulasi dalam pengaturan secara hukum dan

politik. Selain itu pemerintah dapat pula menyediakan modal/sarana untuk

memproduksi tanaman obat, sehingga kesulitan modal kerja pada masyarakat

untuk memulai usaha dapat teratasi. Sedangkan masyarakat bertindak sebagai

Page 14: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

8Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

pengumpul/petani tumbuhan obat. Selain itu, dibutuhkan juga praktisi yang

berpengalaman yang nantinya akan memberikan bimbingan kepada masyarakat

berupa pengetahuan tentang cara mengembangkan atau membudidayakan

tumbuhan obat. Sistem bimbingan yang dilakukan dapat berupa bimbingan sambil

kerja dengan cara pendampingan.

Untuk menunjang keberhasilan program ini diperlukan pengembangan

kemitraan dengan berbagai industri obat Indonesia. Dengan demikian masyarakat

sebagai petani mendapatkan jaminan dalam memasarkan hasil panen, dan industri

obat mendapatkan keuntungan dengan adanya jaminan ketersediaan bahan baku

tanaman obat. Terdapat Bargaining Power yang seimbang dan menguntungkan

antara masyarakat sebagai petani tumbuhan obat dengan para pelaku industri obat

karena keduanya memperhatikan prinsip saling membutuhkan. Namun, dalam hal

ini juga dibutuhkan peran pemerintah sebagai fasilitator yang menjembatani

antara masyarakat dan para pelaku industri.

Fungsi peneliti dapat melibatkan lembaga-lembaga penelitian pemerintah

maupun melibatkan lembaga perguruan tinggi. Di wilayah DIY terdapat banyak

perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Bahkan di UGM ada fakultas yang

dapat berhubungan langsung dengan bidang yang akan dikembangkan yaitu

Fakultas Kehutanan dan Fakultas Farmasi.

Regulator dalam program pemerintah baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Apabila program ini akan dijalankan, maka tetap harus

mengkonsultasikan kepada pihak pemerintah agar terjadi kesepahaman. Dengan

dukungan pemerintah program ini dapat kuat baik secara hukum maupun secara

politik.

Pelaksanaa, perawatan, dan pengelola harus melibatkan masyarakat secara

mandiri maupun dengan bantuan LSM. Namun demikian perlu diperhatikan

bahwa pengelolaan ini harus memperhatikan asas keadilan bagi masyarakat

sehingga terjadinya konflik horisontal akibat perebutan pengelolaan dapat

terhindar.

Dalam pengelolaan hasil panen dan pemasaran selain kerjasama dengan pihak

ketiga. Pihak ketiga yang dapat dilibatkan yaitu industri Farmasi ataupun dengan

dilakukan pemasaran ke pasar manca yang dapat dikelola oleh Asosiasi Produsen dan

Page 15: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

9Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

Eksportir Tanaman Obat Indonesia (APETOI). Masyarakat juga dapat membentuk suatu

Koperasi Obat Herbal yang dapat menampung hasil panen dan juga sebagai salah satu

pengenalan produk terutama yang telah diolah. . Diperlukan juga dibentuknya suatu

kelompok tani yang nantinya dapat digunakan sebagai forum diskusi dalam pengelolaan

hasil panen. Dari kelompok tani nantinya dapat diatur beberapa hal yang meliputi

penentuan harga jual dan pemasaran sehingga diharapkan tidak ada monopoli harga dari

pihak industri maupun eksportir.

PUSKESMAS juga dapat berperan dengan menggunakan obat herbal hasil

budidaya dari wanafarma baik sebagai pengobatan primer ataupun sebagai pengobatan

komplementer yang sudah terbukti secara ilmiah melalui serangkaian penelitian. Hal ini

dapat terwujud terlebih saat dikombinasikan dengan program saintifikasi jamu dimana

pelayanan kesehatan juga berfungsi sebagai penelitian. Apalagi saat ini telah terbentuk

Ikatan Dokter Herbal Indonesia (IDHI).

Agar program ini dapat terlaksana, maka sumber permodalan pun harus jelas dan

tepat pada penggunaannya. Berikut ini adalah sumber modal yang diharapkan dapat

membantu mewujudkan usulan ini :

o Subsidi pemerintah yang berasal dari biaya pembangunan ataupun dana yang di

alokasikan khusus untuk penanganan pasca bencana.

o Menggunakan sistem kerjasama dengan suatu perusahaan swasta yang bergerak

dibidang obat herbal. Kerjasama ini atas dasar saling membutuhkan antara

masyarakat yang butuh modal kerja dan perusahaan butuh bahan baku. Sehingga

pihak perusahaan bertanggung jawab penuh dari proses perencanaan hingga

pembagian hasil.

o Modal berasal dari pinjaman bank dengan bunga ringan yang pelaksanaannya

diawasi dan dijamin oleh pemerintah.

o Sumbangan dari berbagai lembaga/instansi yang terkait dengan lingkungan

termasuk lembaga perguruan tinggi.

o Dana berasal dari masyarakat itu sendiri ( swadaya )

Langkah Strategis yang Harus Dilakukan

Program ini dapat diwujudkan dengan melakukan pendataan tanamaan asli

hutan Merapi terutama tanaman obat yang berhabitus semak. Pendataan dapat

Page 16: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

10Pewacanaan Wanafarma Temporer Tanaman Endemik dengan Metode Penanaman Tumpangsari dalam Usaha Percepatan Rehabilitasi Lahan Gundul Gunung Merapi

dilakukan dengan mengambil sumber data primer maupun sekunder. Data primer

dapat diperoleh dari pengumpul obat maupun masyarakat yang telah lama tinggal

bersama hutan di Merapi. Data sekunder dapat diperoleh dari Dephut maupun

lembaga penelitian baik oleh perguruan tinggi maupun oleh lembaga penelitian

pemerintah. Hasil dari data tersebut kemudian diolah untuk menjadikan

pertimbangan apa sajakah tumbuhan yang akan ditanam dalam wanafarma secara

tumpangsari. Karena penanaman dilakukan secara tumpangsari dengan tanaman

pohon yang digunakan untuk reboisasi maka perlu diperhatikan potensi terjadinya

proses allelopathy, yaitu suatu fenomena biologis dalam mempengaruhi

organisme lain.

Apabila telah dilakukan pendataan tanaman hal selanjutnya yang dapat

dilakukan adalah penanaman tanaman obat tersebut. Penanaman ini dapat

dilakukan oleh lembaga pemerintahan yang dikoordinasi oleh pemerintah tingkat

kecamatan. Pada tahapan ini, pengembangan wanafarma dalam rangka percepatan

rehabilitasi harus sudah memiliki status hukum yang jelas. Selain itu telah

memiliki struktur pengelolaan yang jelas pula. Oleh karenanya peran bersama

antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan pada tahapan ini sampai pada

tahap akhir.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari karya tulis ini adalah :

• Program wanafarma dalam rangka melakukan percepatan rehabilitasi

ekosistem lereng Merapi memiliki dua fungsi yaitu mempercepat

perbaikan secara ekonomi dan perbaikan secara ekologi lahan.

• Percepatan rehabilitasi tercipta dengan memfungsikan wanafarma sebagai

tanaman perintis untuk mempersiapkan lahan yang dihijaukan kembali.

• Program ini membutuhkan kerjasama yang terjalin secara berkelanjutan

antara pemerintah, peneliti, masyarakat, dan industri.

Page 17: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Nurwati Hadjib. 2006. Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Untuk Komponen

Bangunan. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Hlm. 130-148.

Dudung Darusman, Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Bogor : IPB. Hlm. 4-

13.

Ervizal AM. Zuhud, 2009. Pengembangan Ethno-Forest-Pharmacy (ETNO-WANAFARMA) di

Indonesia. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Ervizal AM. Zuhud, Siswoyo, Agus Hikmat, Edhi Sandra. 2000. Pembangunan

Agrowanafarma Berbasis Potensi Bio-regional untuk Pengembangan Industri Obat Asli

Indonesia. Bogor : IPB

Rahmawaty. 2004. Tinjauan Aspek Pengembangan Hutan Rakyat. Sumatera Utara : Fakultas

Pertanian, USU.

11

Page 18: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Nama : Yanuar Sinto Anggoro

Tempat dan Tanggal Lahir : Sleman, 20 Januari 1989

Alamat : Sanggrahan, RT 02, RW 15, Tlogoadi, Mlati, Sleman

No HP : 081931172344

NIM : 07/253849/FA/07815

Riwayat Pendidikan :

SD : SD N Banyuraden I, Gamping, Sleman (1995-1999)

SD N Jetis Pasiraman I, Yogyakarta (1999-2001)

SMP : SMP N 8 Yogyakarta (2001-2004)

SMA : SMA N 4 Yogyakarta (2004-2007)

Pendidikan Tinggi : Fakultas Farmasi UGM (2007-sekarang)

Riwayat Organisasi : Anggota aktif Bhisshak Hiking Association (2006-2007)

Anggota pasif Bhisshak Hiking Association (2007-skrng)

Ketua sementara BSO Jatropha UGM (2008)

Kadiv Petualangan KS Jatropha UGM (2008-2009)

Kadiv Lapangan KS Jatropha UGM (2009-sekarang)

Anggota KSR PMI Cabang Sleman (2009-sekarang)

Karya yang Pernah dibusat :

Abon Jamur Tiram, Makanan Sehat Antikolesterol (PKM K 2010)

Kedai Jamu Ilmiah, Peluang Bisnis Pendamping Program Saintifikasi Jamu (PKM GT

2010)

Yogyakarta, 2 Maret 2011

Yanuar Sinto Anggoro

NIM. 07/253849/FA/07815

12

Page 19: PEWACANAAN WANAFARMA TEMPORER TANAMAN ENDEMIK DENGAN METODE PENANAMAN TUMPANGSARI

CURRICULUM VITAE

Nama : Jefrina Ayu Wardani

Tempat dan Tanggal Lahir : Metro,3 Agustus 1991

Alamat : Jl. Lintas Liwa Fajar Bulan Lampung Barat

No HP : 085279471759

NIM : 07/280659/FA/08282

Riwayat Pendidikan

SD : SD N 1 Fajar Bulan

SMP : SMP N 1 Way Tenong

SMA : SMA N 5 Bandar Lampung

Pendidikan Tinggi : Fakultas Farmasi UGM minat Farmasi Klinik dan Komunitas

(2009-sekarang)

Riwayat Organisasi : Jatropha

Karya yang Pernah dibuat : -

Yogyakarta, 2 Maret 2010

Jefrina Ayu Wardani

NIM. 09/280659/FA/08282

13