Upload
astridz-monsteqszia-silvana
View
28
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pharmaaacy
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi tumbuhan sirsak
Sirsak (Annona muricata L) berupa tumbuhan atau potion yang berbatang utama berukuran kecil
dan rendah. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang
halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda.
Tumbuhan ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Tetapi untuk memperoleh hasil buah yang
banyak dan besar-besar, maka yang paling balk ditanam di daerah yang tanahnya cukup
mengandung air. Di Indonesia, sirsak tumbuh dengan baik pada daerah yang mempuyai
ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut. Nama Sirsak itu sendiri sebenarnya
berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang kuranglebih berarti kantung yang asam. Buah Sirsak
yang sudah masak lebih berasa asam daripada manis. Pengembangbiakan sirsak yang paling baik
adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan buah pada usia 4 tahunan setelah ditanam.
(Thomas, A. N. S, 1992).
Adapun kandungan dari buah sirsak adalah sebagai berikut: kaya vitamin C buah sirsak
dari 67,5% daging buah,20% kulit buah,8,5% biji buah dan 4% inti buah. Setelah air, kandungan
gizi yang terbanyak dalam sirsak adalah karbohidrat. Salah satu jenis karbohidrat yang terdapat
dalam buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81,9 – 93,6 persen
dari kandungan gula total. Buah sirsak mengandung sangat sedikit lemak (0,3 g/100 g), sehingga
sangat baik untuk kesehatan. Rasa asam pada sirsak berasal dari asam organik non volatil
terutama asam malat asam sitrat dan asam isositrat. Vitamin yang paling dominan pada buah
sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg per 100 gram daging buah. Kebutuhan vitamin C per
orang per hari (yaitu 60 mg), telah dapat dipenuhi dengan hanya mengkonsumsi 300 gram
daging buah sirsak. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada sirsak merupakan anti oksidan
yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam memperlambat proses penuaan
(tetap awet muda). Mineral yang cukup dominant adalah fosfor dan kalsium masing-masing
Universitas Sumatera Utara
sebesar 27 dan 14 mg/100 g. kedua mineral tersebut penting untuk pembentukan massa tulang,
sehingga berguna untuk membentuk tulang yang kuat serta menghambat osteoporosis.
Keunggulan sirsak terletak pada kadar sodium (natrium) yang rendah (14 mg/100 g)
tetapi tinggi potasium (kalium), yaitu 278 mg/l00 g. Perbandingan kalium dan natrium yang
tinggi sangat menguntungkan dalam rangka pencegahan penyakit hipertensi. Selain komponen
gizi, buah sirsak juga sangat kaya akan komponen non gizi. Salah satu diantaranya adalah
mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu mencapai 3,3 g/100 g daging buah.
Konsumsi 100 g daging buah dapat memenuhi 13 persen kebutuhan serat pangan sehari.
Buah sirsak merupakan buah yang kaya akan senyawa fitokimia, sehingga dapat dipastikan
bahwa buah tersebut sangat banyak manfaat bagi kesehatan. Senyawa fitokimia tersebut
dipastikan memiliki khasiat bagi kesehatan, walaupun belum semuanya terbukti secara ilmiah.
Berbagai manfaat sirsak untuk terapi antara lain pengobatan batu empedu, antisembelit, asam
urat, dan meningkatkan selera makan. Selain itu, kandungan seratnya juga berfungsi untuk
memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit (susah buang air besar). Sari
buah (jus) sirsak di dalam sistem pencernaan akan meningkatkan selera makan. Kegunaan lain
dari sari buah ini adalah untuk pengobatan pinggang pegal dan nyeri, penyakit wasir (ambeien),
batu empedu, dan lain-lain. (Oleh: Prof. DR. Made Astawan, Ahli Teknologi Pangan dan Gizi)
2.1.1 Sistematika tumbuhan Sirsak adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Family : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
Nama daerah : Sirsak
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Manfaat Tumbuhan Sirsak
Kulit batang tumbuhan sirsak ini berkhasiat sebagai obat mencret dan obat bisul, buah dan biji
masak berkhasiat sebagai obat cacing. Buah sirsak juga berfungsi untuk memperlancar
pencernaan. (Khomsan, A. 2009)
2.2. Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini berada di dalam
tumbuh – tumbuhan kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang terdapat dalam hewan,
misalnya dalam kelenjar bau berang – berang dan sekresi lebah. Dalam sayap kupu – kupu
dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh – tumbuhan yang menjadi makanan
hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada
golongan tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham,
1988).
2.2.1. Struktur dasar senyawa flavonoida
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang
dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai
berikut :
C C CA B
Kerangka dasar senyawa flavonoida
Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi
O
C3OH
HO
C6
O
C3
HO
C6
Universitas Sumatera Utara
Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :
O
C3OH
HO
HO
C6
A
OCH3O
C3OCH3
H3CO
H3CO
C6
A
Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi
C3(A)C6
R
R'
R''
B
R = R’ = H, R’ = OH
R = H, R’ = R” = OH
R = R’ = R” = OH
(juga, R = R’ = R” = H) (Sastrohamidjojo, 1996).
2.2.2. Klasifikasi senyawa Flavonoida
Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan
kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spectrum sinar tampak, umumnya dalam
tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida
(Harbone, 1996).
Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai
C3 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1.Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol
yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan
antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur
sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak
begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-hidroksi. Hal ini
mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya. Flavon terdapat juga
sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling
umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali
dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang
terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon
dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.
O
O
OH
flavonol
HO
HO
OH
Universitas Sumatera Utara
O
O
flavon
OH
OH1
2
34105
6
78
91'
2'
3'
4'
5'
6'
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu
senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan
penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun.
Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar
UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang
pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
O
O OHOH
HO
Struktur Isoflavon
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon
glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah jeruk ; dua glikosida
yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
Universitas Sumatera Utara
O
O Struktur Flavanon
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika dibandingkan
dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah
dan tidak berwarna.
O
OOH
Struktur Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini
mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir
dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai
antioksidan.
OHO
OHOH
OHOH
Struktur Katekin
Universitas Sumatera Utara
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.
O
OHHO OH
Struktur Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan.
Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah
jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara
kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan
semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
O
OH Struktur Antosianin
9.Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen
dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air
(Harborne, 1996).
Universitas Sumatera Utara
O Struktur Khalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam
larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa
bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila
diberi uap amonia (Robinson, 1995).
HCO
O Struktur Auron
Prazat utama flavonoida sendiri sudah diketahui tanpa keraguan sebagai hasil dari banyak
percobaan, tetapi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai jalur rinci yang
diikuti. Sering teramati bahwa dalam spesies tumbuhan tertentu semua flavoida yang berbeda-
beda mempunyai pola hidroksilasi cincin yang sama, perbedaan hanya terdapat asetilasi,
glikosilasi, dan struktur bagian C-3. Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa
antara C-15 yang umum diubah menjadi berbagai senyawa flavonoida setelah pola hidroksilasi
cincin terbentuk.
Akan tetapi, tampaknya berbagai gugus hidroksil ini sesungguhnya dimasukkan pada
tahap yang berlainan dalam sintesis. Misalnya, jika hidroksil-7 harus terdapat pada produk akhir
(misalnya sianidin), gugus ini harus terdapat pada cincin A kalkon. Pemasukan gugus hidroksil-3
ke dalam molekul yang sudah mengandung hidroksil-4 dapat terjadi bahkan pada tahap akhir
jalur, dan jika telah ditambahkan tidak dapat dihilangkan. Hidroksil-3 ini terjadi dalam sistem
bebas sel. Gugus hidroksil-2 yang tidak begitu lazim sering kali ditambahkan pada tahap
flavonol dan jika telah ditambahkan biasanya tidak dihilangkan. Hidroksil-3 yang menjadi ciri
flavonol dan antosianidin tampaknya juga ditambahkan pada tahap flavanonol. Hidroksilase-3
Universitas Sumatera Utara
adalah oksigenase mikrosom, tetapi hidriksilasi-3 dikatalisis oleh enzim yamg larut. Pada
flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula tersebut
terikat langsung pada inti benzene dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam
(Robinson,1995).
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua
flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya
mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:
Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas
Antosianin
Proantosianidin
Flavonol
Flavon
Biflavonil
Khalkon dan auron
pigmen bunga merah marak, dan
biru juga dalam daun dan
jaringan lain.
terutama tan warna, dalam daun
tumbuhan berkayu.
Terutamako-pigmen tanwarna
dalam bunga sianik dan asianik;
tersebar luas dalam daun.
seperti flavonol
tanwarna; hampir seluruhnya
terbatas pada gimnospermae.
pigmen bunga kuning, kadang-
kadang terdapat juga dalam
larut dalam air, λmaks 515-545 nm,
bergerak dengan BAA pada kertas.
menghasilkan antosianidin (warna
dapat diekstraksi dengan amil
alkohol) bila jaringan dipanaskan
dalam HCl 2M selama setengah
jam.
Setelah hidrolisis, berupa bercak
kuning mirip pada kromatogram
Forestal bila disinari dengan sinar
UV;maksimal spektrum pada 330-
350 nm.
Setelah hidrolisis, berupa bercak
coklat redup pada kromatogram
forestal; maksimal spektrum pada
330-350nm
Pada kromatogram BAA berupa
bercak redup dengan Rf tinggi.
Dengan amonia berwarna merah
Maksimal spektrum 370-410nm.
Universitas Sumatera Utara
Flavanon
Isoflavon
Glikoflavon
jaringan lain
tanwarna; dalam daun dan buah
( terutama dalam Citrus )
tanwarna; sering kali dalam akar;
hanya terdapat dalam satu
suku,Leguminosae
Seperti Flavonol
Berwarna merah kuat dengan
Mg/HCl; kadang-kadang sangat
pahit.
Bergerak pada kertas dengan
pengembang air; tak ada uji warna
yang khas
Mengandung gula yang terikat
melalui ikatan C-C; bergerak
dengan pengembang air, tidak
seperti flavon biasa.
2.2.3. Sifat kelarutan Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu
bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam
larutan basa, dan di samping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksi, atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya
flavonoida cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol
(BuOH), Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain.
Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung
menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut
yang disebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya,
aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasa cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform (Markham,
1988).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Teknik Pemisahan
2.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, perkolasi, dan sokletasi. Sebelum ekstraksi
dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan derajat kehalusan
tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas. Ekstraksi dengan metoda sokletasi
dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya :
n–heksana, eter, benzena, kloroform, etil asetat, etanol, metanol, dan air.
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan ekstrak yang terakhir memberikan reaksi negatif.
Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan
menggunakan alat rotary evaporator. (Harborne, 1987 )
2.3.2. Kromatografi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan teknik kromatografi. Kebanyakan berdasarkan pada
macam fasa yang digunakan (fasa gerak-fasa diam), misalnya kromatografi gas dan kromatografi
cairan. Cara pengelompokan lainnya berdasarkan mekanisme yang membuat distribusi fasa.
Disini metoda kromatografi sebagian dikelompokkan berdasarkan macam fasa yang digunakan
dan sebagian lain berdasarkan pada mekanisme pada distribusi fasa.
Kromatografi cairan-padat atau kromatografi serapan, ditemukan oleh Tswett dan
dikenalkan kembali oleh Khun dan Lederer pada 1931, telah digunakan sangat luas untuk
analisis organik dan biokima. Pada umumnya sebagai isi kolom adalah silika gel atau alumina,
yang mempunyai angka banding luas permukaan terhadap volume sangat besar.
Kromatografi cairan-cairan atau kromatografi partisi, dikenalkan oleh Martin dan Synge
pada 1941, dan kemudian mendapatkan hadiah Nobel untuk itu. Fasa diam terdiri atas lapisan
tipis cairan yang melapisi permukaan dari padatan inert yang berpori-pori.
Universitas Sumatera Utara
Kromatografi gas-padat, digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Pada
waktu dulu teknik ini tidak berkembang karena keterbatasannya yang sama seperti halnya
kromatografi cairan-padat, tetapi penelitian lebih lanjut dengan macam fasa padat baru
memperluas penggunaan teknik ini.
Kromatografi gas-cairan merupakan metoda pemisahan yang sangat efisien dan serba
guna. Teknik ini telah menyebabkan revolusi dalam kimia Organik sejak dikenalkan pertama kali
oleh James dan martin pada 1052. Hambatan yang paling utama adalah bahan cuplikan harus
mempunyai tekanan uap paling tidak beberapa torr pada suhu kolom. Sistem ini sangat baik
sehingga dapat dikatakan sebagai metoda pilihan dalam kromatografi karena dapat memisahkan
dengan cepat dan peka. (Sudjadi, 1986 ).
2.3.2.1. Kromatografi Lapisan Tipis
Kromatografi lapisan tipis (KLT) dapat dipakai dengan dua tujuan. Yang pertama, dipakai
selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, dan preparative.Kedua
dipkai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam
kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.
Pada hakikatnya Kromatografi lapisan tipis melibatkan dua sifat fase : sifat fasa diam
atau sifat lapisan dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang .Fasa diam dapat
berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair padat ) atau
berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).Fasa diam pada KLT
sering disebut penyerap, walaupun sering berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair di
dalam sistem kromatogarafi cair-cair . Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai
penyerap pada KLT , yaitu : silika gel (asam silikat). Alumina (aluminium oksida),kiselgur
(tanah diatome), dan selulosa. Fasa gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau
campuran pelarut (Sudjadi, 1986).
2.3.2.2. Kromatografi Kolom
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem
bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan keran jenis tertentu pada
Universitas Sumatera Utara
bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam,
tetapi biasanya panjangnya sekurang –kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin
saja sampai 100 kali.
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada
bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung
plastik. Pelarut (fasa gerak ) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan
oleh gaya berat atau didorong oleh tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan
laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom
(Gritter , 1991).
2.3.2.3. Harga Rf (Retension Factor)
Mengidentifikasi noda – noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang
diidentifikasi sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan
pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari
titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf
senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding (Sastrohamidjojo,
1991).
penotolantitikdaripelarutperambaJarakpenotolantitikdaribercaknperambatJarakRf
tana
=
2.4. Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia – fisika yang mengamati tentang
interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektronagnetik. Ada dua macam instrument pada
teknik spekstroskopi yaitu spectrometer dan spektrofotometer. Instrumen yang memakai
monokromator celah tetap pada bidang focus disebut sebagai spectrometer. Apabila spectrometer
tersebut dilengkapi dengan detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer
(Muldja, 1995).
Informasi Spektroskoi Inframerah menunjukkan tipe-tipe dari adanya gugus fungsi dalam satu
molekul . Resonansi magnetik inti memberikan informasi tentang bilangan dari setiap tipe dari
Universitas Sumatera Utara
atom hidrogen. Kombinasinya dan data kadang-kadang menentukan struktur yang lengkap dari
molekul yang tidak diketahui (Pavia, 1986).
Walaupun spektrum infra – merah merupakan kekhasan sebuah molekul secara
menyeluruh, gugus atom tertentu memberikan penambahan pita-pita pada kerapatan tertentu,
ataupun didekatnya, apapun bangun molekul selebihnya. Keberlakuan seperti itulah yang
memungkinkan kimiawan memperoleh informasi tentang struktur yang berguna serta
mendapatkan acuan bagi peta umum frekuensi gugus yang khas (Silverstain , 1986).
2.4.1. Spektrometri ultra violet
Serapan molekul di dalam derah ultra ungu dan terlihat dari spektrum bergantung pada struktur
ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan percepatan dari
elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi di dalam keadaan
tereksitasi (Silverstein, 1986).
Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut Metanol
(MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada rentang 240-285 nm
(pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut
memberikan informasi yang berharga mengenai sifat flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri
khas spektrum tersebut ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon,
dihidroflavonol, dan isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan
antosianin yang terdapat pada panjang gelombang yang tinggi.
Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :
λ maksimum
utama (nm)
λ maksimum tambahan
(nm) (dengan intensitas
nisbi)
Jenis flavonoida
475-560
390-430
365-390
350-390
± 275 (55%)
240-270 (32%)
240-260 (30%)
± 300 (40%)
Antosianin
Auron
Kalkol
Flavonol
Universitas Sumatera Utara
250-270
330-350
300-350
275-295
± 225
310-330
± 300 (40%)
tidak ada
tidak ada
310-330 (30%)
310-330 (30%)
310-330 (25%)
Flavonol
Flavon dan biflavonil
Flavon dan biflavonil
Flavanon dan flavononol
Flavonon dan flavononon
Isoflavon
2.4.2. Spektrofotometri Infra Merah (FT - IR)
Cahaya tampak terdiri dari beberapa range frekuensi elektromagnetik yang berbeda dimana
setiap frekuensi bias dilihat sebagai warna yang berbeda. Radiasi infra merah juga mengandung
beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat oleh mata. Pengukuran pada spectrum infra
merah dilakukan pada daerah cahaya infra merah tengah (mid infrared) yaitu pada panjang
gelombang 2.5 – 50 μm atau bilangan gelombang 4000 – 200 cm -1. energi yang dihasilkan oleh
radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat
khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metoda ini sangat berguna
mengidentifikasi senyawa organik dan organometalik. (Dachriyanus, 2004)
Spekrum infra merah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran
yang berlainan. Pancaran infra merah yang kerapatannya kurang dari 100 cm-1 (panjang
gelombang lebih daripada 100 µm) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi
putaran energi molekul. (Silverstein, 1986).
2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Rresonance, NMR ) merupakan alat
yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini memberikan informasi
mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR memberikan informasi
mengenai lingkungan kimia atom hydrogen, jumlah atom hydrogen dalam setiap lingkungan dan
struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hydrogen (Cresswell, 1982).
Universitas Sumatera Utara
2.4.3.1. Penggunaan chemical shifts (pergeseran kimia)
Posisi sinyal memberikan informasi yang berguna tentang gugus masing-masing atom hidrogen.
Pergeseran kimia yang penting untuk masing-masing gugus pada metilpropanoat adalah:
Tabel Pergeseran Kimia Beberapa Proton.
δ Pergeseran Kimia
R-CH3 0,76 – 1,6
O-CH3 atau O-CH2-R 3,3 – 4,3
R-CH2-C=O 2,0 – 2,9
H-C=O 9,0 – 10,0
-COOH 11,0 – 12,0
Keterangan :
“R” adalah gugus alkil. Pergeseran kimia ditunjukkan dalam range. Posisi yang tepat tergantung
pada bagian gugus yang melekat padanya didalam molekul.
(Dachriyanus, 2004)
Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua proton-proton
dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa kadang-kadang
menunujukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa memberikan penaikan menjadi
puncak absorpsi tunggal dalam spektrum NMR.
(Bernasconi,1995)
Universitas Sumatera Utara