42
TUGAS PENGANTAR HUKUM INDONESIA “HUKUM TATA NEGARA” DISUSUN OLEH : NAMA: 1. M. ALIF MAREZA ( 02011281520343) 2. M. ALDIANSYAH P.H (02011181520419) 3. MUHAMMAD TIARA (02011281520391) 4. WILLY SANDI (02011181520016) 5. HIZKIA PRAMANA (02011281520378) DOSEN PENGASUH: WAHYU ERNANINGSIH, SH. M.HUM. AMIR SYARIFUDDIN, S.H. M.HUM. INDAH FEBRIANI, S.H. M.H. THETA MURTI, S.H. M.H. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA KAMPUS INDRALAYA 2015 / 2016 1

Phi Tentang Htn

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PHI

Citation preview

Page 1: Phi Tentang Htn

TUGAS PENGANTAR HUKUM INDONESIA

“HUKUM TATA NEGARA”

DISUSUN OLEH :

NAMA:

1. M. ALIF MAREZA ( 02011281520343)2. M. ALDIANSYAH P.H (02011181520419)3. MUHAMMAD TIARA (02011281520391)

4. WILLY SANDI (02011181520016)5. HIZKIA PRAMANA (02011281520378)

DOSEN PENGASUH:

WAHYU ERNANINGSIH, SH. M.HUM. AMIR SYARIFUDDIN, S.H. M.HUM.

INDAH FEBRIANI, S.H. M.H. THETA MURTI, S.H. M.H.

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS SRIWIJAYA

KAMPUS INDRALAYA2015 / 2016

1

Page 2: Phi Tentang Htn

DAFTAR ISI

BAB I

1. PENDAHULUAN

1.1. Istilah dan Pengertian Hukum Tata Negara...……………………………..……1-2

1.2. Objek dan Ruang Lingkup Kajian Hukum Tata Negara....……………………..2-3

1.3. Asas-asas Hukum Tata Negara...……………………………………………….3-5

1.4. Sumber-sumber Hukum Tata Negara....…………………………………………6

1.5. Keluarga Ilmu Kenegaraan ....7-9

1.5.1 Keluarga Ilmu Hukum Kenegaraan pada Umumnya........

1.5.2 Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik serta Ilmu Sosial Lainnya.....

1.5.3 Hukum Tata Negara dan Ilmu Negara....

1.5.4 Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara.....

1.5.5 Hukum Tata Negara dan Hukum Internasional.....

BAB II

2. MASALAH………………….……………………………………………………10-11

2.1. Judul Permasalahan.......2.2. Deskripsi.......2.3. Fakta Umum.....2.4. Isu Hukum2.5. Sumber Hukum......

BAB III

PEMBAHASAN………………………………………………………………….12-16

BAB IV

2

Page 3: Phi Tentang Htn

KESIMPULAN………………………………………………………………..….17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….18

3

Page 4: Phi Tentang Htn

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Istilah dan Pengertian Hukum Tata Negara

Istilah hukum tata negara dalam Bahasa Belanda yaitu Staatsrecht atau

Hukum Negara.Dalam Istilah staatsrecht terkandung dua pengertian yaitu staatsrecht

in rumeire zin (dalam arti luas), dan staatsrecht in engere zin (dalam arti sempit).

Hukum tata negara dalam arti sempit itulah yang biasanya disebut Hukum Tata

Negara atau Verfassngungsrecht yang dapat dibedakan antara pengertian yang luas

dan yang sempit. Hukum tata negara dalam arti luas mencakup hukum tata negara

dalam arti sempit dan hukum administrasi negara.1

Istilah hukum tata negara dapat dianggap identik dengan pengertian “hukum

konstitusi” yang merupakan terjemahan langsung dari perkataan Constitutional Law.

Dari segi bahasa, istilah Constitutional Law dalam bahasa inggris memang biasa

diterjemahkan sebagai “hukum konstitusi”. Namun, istilah hukum tata negara itu

sendiri jika diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, niscaya perkataan yang dipakai

adalah Constitutional Law.2 Oleh karena itu, hukum tata negara dapat dikatakan

identik dengan istilah lain belaka dari “hukum konstitusi”.3

1Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, 1983

2Sri Soemantri, Susunan Ketatanegaraan Menurut UUD 1945 dalam Ketatanegaraan Indonesia dalam Kehidupan Politik Indonesia, 1993

3Bagir Manan, Perkembangan UUD 1945, 2004

4

Page 5: Phi Tentang Htn

1.2. Objek dan Ruang Lingkup Kajian Hukum Tata Negara

Obyek kajian ilmu hukum tata negara adalah negara. Dimana negara dipandang dari

sifatnya atau pengertiannya yang konkrit. Artinya obyeknya terikat pada tempat, keadaan dan

waktu tertentu. Hukum tata negara merupakan cabang ilmu hukum yang membahas tatanan,

struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antara struktur organ atau struktur kenegaraan

serta mekanisme hubungan antara struktur negara dan warga negara.

Ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah struktur umum dari negara sebagai organisasi,

yaitu:

1. Bentuk Negara (Kesatuan atau Federasi)

2. Bentuk Pemerintahan (Kerajaan atau Republik)

3. Sistem Pemerintahan (Presidentil, Parlementer, Monarki absolute)

4. Corak Pemerintahan (Diktator Praktis, Nasionalis, Liberal, Demokrasi)

5. Sistem Pendelegasian Kekuasaan Negara (Desentralisasi, meliputi jumlah,dasar, cara

dan hubungan antara pusat dan daerah)

6. Garis-garis besar tentang organisasi pelaksana (peradilan, pemerintahan,perundangan)

7. Wilayah Negara (darat, laut, udara)

8. Hubungan antara rakyat dengan Negara (abdi Negara, hak dan kewajibanrakyat

sebagai perorangan/golongan, cara-cara pelaksanaan hak danmenjamin hak dan

sebagainya)

9. Cara-cara rakyat menjalankan hak-hak ketatanegaraan (hak politik, systemperwakilan,

Pemilihan Umum, referendum, sistem kepartaian/penyampaian pendapat secara

tertulis dan lisan)

5

Page 6: Phi Tentang Htn

10. Dasar Negara (arti Pancasila, hubungan Pancasila dengan kaidah-kaidahhukum,

hubungan Pancasila dengan cara hidup mengatur masyarakat, sosial, ekonomi, budaya

dan berbagai paham yang ada dalam masyarakat)

11. Ciri-ciri lahir dan kepribadian Negara (Lagu Kebangsaan, Bahasa Nasional, Lambang,

Bendera, dan sebagainya)4

1.3. Asas – asas Hukum Tata Negara

Obyek asas Hukum Tata Negara sebagaimana obyek yang dipelajari dalam Hukum

Tata Negara, sebagai tambahan menurut Boedisoesetyo bahwa mempelajari asas Hukum Tata

Negara sesuatu Negara tidak luput dari penyelidikan tentang hukum positifnya yaitu UUD

karena dari situlah kemudian ditentukan tipe negara dan asas kenegaraan bersangkutan.

Asas-asas Hukum Tata Negara yaitu:

1. Asas Pancasila

Setiap negara didirikan atas filsafah bangsa. Filsafah itu merupakan perwujudan dari

keinginan rakyat dan bangsanya. Dalam bidang hukum, pancasila merupakan sumber hukum

materil, karena setiap isi peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengannya

dan jika hal itu terjadi, maka peraturan tersebut harus segera di cabut. Pancasila sebagai Azas

Hukum Tata Negara dapat dilihat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

2. Asas Hukum, Kedaulatan rakyat dan Demokrasi

Asas kedaulatan dan demokrasi menurut jimly Asshiddiqie gagasan kedaulatan rakyat

dalam negara Indonesia, mencari keseimbangan individualisme dan kolektivitas dalam

4OBYEK DAN LINGKUP KAJIAN HUKUM TATA NEGARA http://manusiapinggiran.blogspot.com/2012/01/obyek- dan-lingkup-kajian-hukum-tata.html#ixzz3zBcVciAC di akses pada tanggal 2016-02-04 pukul 15.35

6

Page 7: Phi Tentang Htn

kebijakan demokrasi politik dan ekonomi. Azas kedaulatan menghendaki agar setiap tindakan

dari pemerintah harus berdasarkan dengan kemauan rakyat dan pada akhirnya pemerintah

harus dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat melalui wakil-wakilnya sesuai dengan

hukum.

3. Asas Negara Hukum

Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.

Asas Negara hukum (rechtsstaat) cirinya yaitu pertama, adanya UUD atau konstitusi yang

memuat tentang hubungan antara penguasa dan rakyat, kedua adanya pembagian kekuasaan,

diakui dan dilindungi adanya hak-hak kebebasan rakyat.

Unsur-unsur / ciri-ciri khas daripada suatu Negara hukum atau Rechstaatadalah :

a. Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang

mengandung persamaan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kultur dan pendidikan.

b. Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak dipengaruhi oleh suatu

kekuasaan atau kekuatan lain apapun.

c. Adanya legalitas dalam arti hukum dalam semua bentuknya.

d. Adanya Undang-Undang Dasaer yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan

antara penguasa dengan rakyat.

4. Asas Demokrasi

Suatu pemerintahan dimana rakyat ikut serta memerintah baik secara langsung

maupun tak langsung. Azas Demokrasi yang timbul hidup di Indonesia adalah Azas

kekeluargaan.

7

Page 8: Phi Tentang Htn

5. Asas Kesatuan

Suatu cara untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu dan damai tanpa adanya

perselisihan sehingga terciptanya rasa aman tanpa khawatir adanya diskriminasi. Asas Negara

kesatuan pada prinsipnya tanggung jawab tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya tetap

berada di tangan pemerintah pusat. Akan tetapi, sistem pemerintahan di Indonesia yang salah

satunya menganut asas Negara kesatuan yang di desentralisasikan menyebabkan adanya

tugas-tugas tertentu yang diurus sendiri sehingga menimbulkan hubungan timbal balik yang

melahirkan hubungan kewenangan dan pengawasan.

6. Asas Pembagian Kekuasaan dan Check Belances

pembagian kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa bagian baik mengenai

fungsinya.

Beberapa bagian seperti dikemukakan oleh John Locke yaitu :

a. Kekuasaan Legislatif

b. Kekuasaan Eksekutif

c. Kekuasaan Federatif

Montesquieu mengemukakan bahwa setiap Negara terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu Trias

Politica :

a. Eksekutif

b. Legislatif

c. Yudikatif

8

Page 9: Phi Tentang Htn

7. Asas legalitas

Asas legalitas tidak dikehendaki pejabat melakukan tindakan tanpa berdasarkan

undang-undang yang berlaku. Atau dengan kata lain the rule of law not of man dengan dasar

hukum demikian maka harus ada jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun berdasarkan

prinsip-prinsip demokrasi5.

1.4. Sumber – Sumber Hukum Tata Negara

Sumber Hukum dapat dibedakan antara yang bersifat Formal ( source of law in formal

sense ), dan Sumber Hukum yang bersifat Material (source of law in Material sense ).

Sumber Hukum dalam arti Formal itu adalah sumber hukum yang dikenali dari bentuk

formalnya. Dengan mengutamakan bentuk formalnya itu, sumber norma hukum itu harusla

memiliki bentuk hukum tertentu yang bersifat mengikat secara hukum.

Oleh karena itu, sumber hukum formal itu haruslah mempunyai salah satu bentuk

antara lain :

a. Bentuk produk legislasi ataupun produk regulasi tertentu (regels) ;

b. Bentuk perjanjian atau perikatan tertentu yang mengikat antar pihak (contract,treaty) ;

c. Bentuk Putusan hakim tertentu (Vonnis) ; atau

d. Bentuk – bentuk keputusan administratif (beschikking) tertentu dari pemegang

kewenangan administrasi negara.

Sudah tentu, setiap bidang hukum mempunyai sumber-sumber hukumnya sendiriyang

berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dalam bidang hukum tata negara (constitutional

law), dapat dibedakan lagi antara hukum tata negara umum dan hukum tata negara positif.

Disamping itu, dimasing-masing negara juga berlaku sistem hukumnya secara sendiri-sendiri

5ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA http://manusiapinggiran.blogspot.com/2012/01/asas-asas-hukum-tata-negara.html#ixzz3zSzC9Wbi Diakses pada tanggal 2016-02-07 pukul 15.05

9

Page 10: Phi Tentang Htn

yang berbeda – beda pula pengertiannya tentang sumber hukum itu. Belum lagi jika masing-

masing negara itu memiliki tradisi hukum yang berbeda pula satu dengan yang lainnya, tentu

sumber hukum yang diakui berbeda-beda.

Namun demikian, diseluruh dunia keempat bentuk formal norma hukum tersebut

diatas, yaitu produl-produk yang berbentuk regelling, contract atau treaty, vonnis, dan

beschikking diakui sebagai sumber hukum yang penting. Disamping itu, seperti yang

dikemukakan diatas ada pula yang bersifat tidak tertulis. Oleh karena itu, didalam berbagai

bidang hukum selain keempat bentuk formal, tertulis, dikenal pula adanya bentuk-bentuk lain

yang tidak tertulis.

Khusus dalam bidang hukum tata negara pada umumnya (versfassungrechtslehre)

yang biasa diakui sebagai sumber hukum adalah :

1. Undang-undang dasar dan peraturan perundang-undangan tertulis;

2. Yurisprudensi peradilan;

3. Konvensi ketatanegaraan atau constitutional conventions;

4. Hukum internasional tertentu;

5. Doktrin ilmu hukum tata negara tertentu.

Dalam kelima sumber hukum tata negara tersebut, tercakup pula pengertian-

pengertian yang berkenaan dengan:

1. Nilai-nilai dan norma hukum yang hidup sebagai kontitusi yang tidak tertulis;

2. Kebiasaan-kebiasaan yang bersifat normatif tertentu yang diakui baik dalam lalu

lintas hukum yang lazim;

3. Doktri-doktrin ilmu pengetahuan hukum yang telah diakui sebagai ius comminis

opinio doctorum dikalangan para ahli otoritas di kalangan umum.

10

Page 11: Phi Tentang Htn

Dalam sistem hukum ketiga hal ini biasa juga dianggap sebagai sumber hukum yang

dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam membuat keputusan hukum.

Hukum tata negara dapat memperoleh sumber hukum dari tujuh bentuk. Namun,

Adler menyebutkan adanya unsur-unsur yang dinamakan sebagai basic principle, general

politica, moral values, policial practice sebagai sumber hukum tat negara di Inggris. Bahkan,

the rule of policial parties juga dimasukkan dalam daftar sumber hukum. Terlebih lagi costum

of the parliament juga ia kategorikan sebagai stricht law yang sejajar dengan hukum tertulis

serta keputusan pengadilan. Prinsip-prinsip dasar yang tidak tertulis serta nilai-nilai moral

dan politik yang dianggap ideal juga termasuk kedalam pengertian konstitusi tidak tertulis

sehingga sudah seharusnya pula dijadikan sebagai sumber hukum yang tidak tertulis. Inilah

sebenarnya yang disebut sebagai the living contitutional values di tengah-tengah kehidupan

kolektif warga negara.6

Oleh sebab itu, tujuh macam sumber hukum tata negara yag kita maksudkan itu adalah :

1. Nilai-nilai konstitusi yang tidak tertulis;

2. Undang-undang dasar baik pembukaannya maupung pasal-pasalnya;

3. Peraturan perundang-undangan tertulis;

4. Yurisprudensi peradilan;

5. Konvensi ketatanegaraan atau constitutional conventions;

6. Doktrin ilmu hukum yang telah dijadikan ius opinio doctorum;

7. Hukum internasional yang diratifikasi atau telah berlaku sebagai hukm kebiasaan

internasional7.

6Jimly asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers), Hal.127-134.7Khusus mengenai international law ini, diakui juga menjadi bagian sistem hukum nasional Inggris, tetapi harus melalui diratifikasi terlebih dahulu sebelum menjadi hukum nasional dengan acts of parliament. Menurut Alder, secara formal, hukum internasional baru mengikat setelah diratifikasi menjadi hukum nasional, tetapi Internasional baru mengikat setelah diratifikasi menjadi hukum nasional, tetapi International Custumary Law berdasarkan yirisprudensi kasus Macleine-Watson vs DoT (1988) dianggap langsung mengikat secara hukum. Lihat John Alder, Ibid.,hlm.24.

11

Page 12: Phi Tentang Htn

1.5. Keluarga Ilmu Kenegaraan

1.5.1. Keluarga Ilmu Hukum Kenegaraan pada Umumnya

Ilmu Hukum Tata Negara termasuk Keluarga Ilmu Hukum kenegaraan (Staatlehre).

Seperti dikemukakan diatas, Staatlehre atau theorie der staat dapat dibagi dua, yaitu teori

negara dalam arti luas dan teori negara dalam arti luas dan sempit.

Dalam bukunya yang terkenal berjudul allgemeine Staatslehre, Gorg Jellinek, ahli

hukum kenamaan dari Australia menguraikan pohon ilmu kenegaraan atau staatswissenschaft

dalam arti luas yang mencakup cabang – cabang dan ranting – ranting ilmu pengetahuan

sebagai berikut. Staatswissenschaft mencakup staatwissenshaft dalam arti sempit dan

rechtwissenschaft. Staatwissenschaft dalam arti yang sempit meliputi :

a. Beschreidende staatswissenschaft, yaitu staatenkunde

b. Tehoritische staatswissenschaft atau staatsleer ; dan

c. Pratktische staatswissenschaft atau angewandte staatwissenschaft.

Sementara itu, cabang ilmu pengetahuan hukum yang biasa disebut dengan istilah

rechtwissenschaft meliputi :

a. Verfassungsrecht

b. Verwaltungsrecht

c. Internationale recht

Sedangkan Theoritische Staatwissenschaft atau Staatsleer dibagi ke dalam :

a. Allgemeine staatslehre atau ilmu negara umum; dan

b. Besondere staarslehre atau ilmu negara khusus.

Apabila yang dijadikan penekanan utamanya adalah recht atau hukum, Hukum Tata

Negara (Constitutional Law) yang kita pahami dewasa ini dapat dilihat dalam pengertian

verfasungsrecht. Akan tetapi, apabila yang diutamakan adalah aspek keilmuannya, Hukum

12

Page 13: Phi Tentang Htn

Tata Negara (Constitutional Law) itu dapat pula dipahami dalam pengertian allgemeine

staatslehre atau Hukum Tata Negara Umum8.

1.5.2. Hubungan Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik serta Ilmu sosial

lainnya

Ibarat tubuh manusia maka ilmu hukum tata negara diumpamakan oleh Barent

sebagai kerangka tulang belulangnya, sedangkan ilmu politik ibarat daging-daging yang

melekat disekitarnya (het vlees er omheen beziet). Oleh karena itu untuk mempelajari hukum

tata negara, terlebih dahulu kita memerlukan ilmu politik, sebagai pengantar untuk

mengetahui apa yang ada dibalik daging-daging disekitar kerangka tubuh manusia yang

hendak diteliti. Dalam hal ini, negara sebagai objek studi ilmu hukum tata negara dan ilmu

politik juga dapat diibaratkan sebagai tubuh manusia yang terdiri dari daging dan tulang.

Bagaimanapun juga organisasi negara itu sendiri merupakan hasil konstruksi tentang

peri kehidupan bersama dalam suatu komunitas hidup bermasyarakat. Oleh karena itu. Ilmu

hukim yang mempelajari dan mengatur negara sebagai organisasi tidak mungkin memisahkan

diri secara tegas dengan peri kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, menurut Prof.

Wirjono Prodjodikoro:

“...seorang sarjana hukum, untuk memperdalam pengetahuannya dalam bidang hukum

tata negara ada baiknya mempelajari juga ilmu sosiologi sebagai ilmu penunjang

(hulpwetenschap) bagi ilmu tata negara.”9

Bagi sarjana hukum tata negara disamping sosiologi, ilmu sosial lainnya juga sangat

penting sebagai penunjang, seperti ilmu sejarah, ilmu politik, ilmu ekonomi, antropolodi, dan

sebagainya. Karena eratnya hubungan antara hukum dan negara disatu pihak dengan

masyarakat pada umumnya studi tentang gejala kemasyarakatan itu tumbuh dan berkembang

8Jimly asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers), Hal.35-36.9Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit.,hlm.3.

13

Page 14: Phi Tentang Htn

sesuai dengan kebutuhan sehingga melahirkan ilmu sosial pada umumnya. Ilmu yang

menyelidiki gejala-gejala pada kemasyarakatan pada umumnya disebut sosiologi dan yang

mengkhususkan kajiannya mengenai gejala kekuasaan disebut ilmu politik. Bahkan

diperguruan tinggi, dibentuk program-program studi ilmu sosial dan ilmu politik yang berdiri

sendiri di program studi Ilmu Hukum yang sudah berkembang sebelumnya10

1.5.3. Hukum Tata Negara dan Ilmu Negara

Ilmu Negara adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas – asas pokok dan

pengertian – pengertian pokok mengenai negara dan Hukum Tata Negara11. Oleh karena itu,

ilmu negara merupakan ilmu pengantar dalam mempelajari Hukum tata Negara, Ilmu

Administrasi negara, dan juga Hukum Internasional Publik.

Dalam ilmu negara yang diutamakan adalah nilai teoritis ilmiahnya, sedangkan ilmu

Hukum Tata Negaradan Hukum Administrasi Negara terkait pula dengan norma

hukumnyadalam arti positif. Oleh karena itu, ilmu negara disebut sebagai seinwissenschaft,

sedangkan Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara merupakan

Normwissenschaft.

Dalam kedudukannya sebagai ilmu pengetahuan pengantar bagi Hukum Tata Negara

dan Hukum Administrasi Negara, Ilmu negara tidak memiliki nilai yang praktis yang

langsung dapat digunakan dalam praktik. Sedangkan mempelajari Hukum Tata Negara dan

Hukum Administrasi Negara dapat langsung menghasilkan sesuatu pengetahuan yang

bernilai praktis.

10Jimly asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers), Hlm. 37.11Kusnadi dan Saragih, Op.Cit.,hlm.8.

14

Page 15: Phi Tentang Htn

Dalam segi manfaatnya, hubungan antara Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara

sebagai ilmu, jika dipelajari, dapat dikaitkan dengan pendapat Rengers Horra siccama yang

membedakan antara kebenaran hakikat dari kenyataan sejarah.12

Disamping itu, perbedaan antara Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara juga dapat

dilihat dari segi Objek penyelidikannya. Jika Ilmu Negara mengacu pada Asas – asas dan

pengertian pokok tentang negara, Hukum Tata Negara mengacu kepada hukum positif yang

berlaku di waktu tertentu dan di suatu tempat.

1.5.4. Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara

Diberbagai negara, kedua cabang ilmu hukum ini sering kali disebutkan secara

bersama-sama secara berantai. Namun demikian, keduanya tetap dapat dibedakan antara satu

dengan yang lain. Dalam arti luas, Hukum Tata Negara itu sendiri mencakup juga pengertian

hukum tata negara dalam arti sempit dan hukum administrasi negara. Bagi mereka yang

menyetujui pendapat Oppenheim, perbedaan diantara keduanya dikaitkan dengan perbedaan

objek negara yang dikaji, yaitu negara dalam keadaan diam atau negara dalam keadaan

bergerak. Akan tetapi, hukum tata negara disamping mempelajari aspek statisnya juga

mempelajari tentang berbagai aspek dinamis dari negara. Dengan istilah yang berbeda, Frizt

Werner menyatakan, “ verwaltungsrecht als kongkretisierties Verfassungsrecht,”13 yaitu

bahwa hukum administrasi negara itu adalam hukum tata negara yang diletakkan dalam

keadaan yang kongkret.14

Menurut van Vollenhoven, Hukum Tata Negara adalah rangkaian peraturan hukum

yang mendirikan badan- badan sebagai alat suatu negara dengan memberikan wewenang

12Rengers Hora Siccama, naturlijke waarheid en historisce bepaaldheid, zwolld, 1985;ibid., “Au Commencement”, de la theorie du droit, dalam Revue Internationale de la theorie du droit, 1938, hlm.22.13Frizt Werner, Deutsches Verwaltungsblatt,1959,hlm.527

14Meinhard Schroder, “Administrative Law in germany” dalam Rene its Member states and the United States, (Groningen : Intersentia Uitgevers Antwerpen, 2002),hlm.91-92

15

Page 16: Phi Tentang Htn

kepada badan-badan itu, dan membagi-bagi pekerjaan pemerintah kepada banyak alat negara,

baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya. Sementara itu, Hukum Tata Usaha

Pemerintahan digambarkan olehnya sebagai serangkaian ketentuan yang mengikat alat – alat

negara, baik yang tinggi maupun yang rendah pada waktu alat-alat negara itu mulai

menjalankan pekerjaan dalam menunaikan tugasnya seperti yang ditetapkan dalam Hukum

Tata Negara.15

Jika kita menelaah perbedaan di kalangan ahli mengenai lingkup masing-masing

kedua cabang ilmu Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara itu, Menurut Moh.

Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, pendapat – pendapat tersebut di atas pada garis besarnya

dibedakan dalam dua kelompok. Kelompokpertama membedakan ilmu Hukum Tata Hukum

Administrasi Negara secara prinsipil karena menurut mereka kedua ilmu pengetahuan ini

dapat dibagi secara tajam baik mengenai sistematikanya maupun isinya. Sedangkan, banyak

ahli hukum lain yang beranggapan bahwa antara Hukum Tata Negara dan Hukum

Administrasi Negara tidak terdapat perbedaan yang bersifat asasi, melainkan hanya karena

pertimbangan manfaat praktisnya saja. Hukum Administrasi Negara tidak lain merupakan

Hukum Tata Negara dalam arti luas dikurangi dengan Hukum Tata Negara dalam arti sempit.

Inilah yang disebut sebagai teori residu dalam memahami dan membedakan definisi ilmu

hukum administrasi negara dari ilmu hukum tata Negara.16

Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, yang termasuk ke dalam golongan yang

membedakan kedua cabang ilmu hukum ini secara prinsipil antara lain adalah Christian van

Vollenhoven. Tulisannya mengenai hal tersebut yang pertama adalah “Thorbecke en het Ad-

ministratiefrecht”. Dalam buku ini, van Vollenhovenmendefinisikan Hukum Tata Negara

sebagai sekumpulan peraturan-peraturan hukum yang menentukan badan-badan kenegaraan

serta memberi wewenang kepadanya, dan bahwa kegiatan suatu pemerintahan modern adalah

15Prodjodikoro, Op.cit.,hlm.816Kusnadi dan Ibrahim, Op.Cit.,hlm.35

16

Page 17: Phi Tentang Htn

membagi-bagikan wewenang itu kepada badan-badan tersebut dari yang tertinggi sampai

yang terendah. Sesuai dengan pandangan Oppenheim, Hukum Tata Negara diibaratkan

sebagai kondisi negara dalam keadaan tidak bergerak (staat in rust). Sedangkan, Hukum

Administrasi Negara sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengikat badan-badan

negara baik yang tinggi maupun yang rendah jika badan-badan itu mulai menggunakan

wewenangnya yang ditentukan dalam Hukum Tata Negara.17

1.5.5. Hukum Tata Negara dan Hukum Internasional Publik

Baik hukum tata negara maupun hukum internasional publik, sama-sama merupakan

cabang ilmu hukum publik. Akan tetapi, objek perhatian hukum internasional publik sangat

berbeda dari objek perhatian hukum tata negara. Hukum Tata Negara hanya mempelajari

negara dari struktur internalnya saja, sedangkan Hukum Internasional Publik mempelajari

hubungan hukum antarnegara itu sendiri,disamping itu, Hukum Internasional itu sendiri ada

yang bersifat privat (perdata) di samping ada yangbersifat publik. Tentunya yang mempunyai

hubungan erat dengan ilmu Hukum Tata Negara ada Internasional Publik.

Keduanya sama-sama menelaah ngenai organisasi negara. Akan tetapi,

Hukuminternasional Publik mempelajari dan mengatur mengenai hubungan eksternal dari

negara, sedangkanHukum Tata Negara berurusan dengan aspek-aspek yang bersifat internal

dalam Negara.18

17Van Vollenhoven, “Thorbecke en het Administratiefrecht” dalam J.Oppenheim bundel, Nederlandsch Administratiefrecht, 1921,hlm.2118Jimly asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers), Hlm. 53.

17

Page 18: Phi Tentang Htn

BAB II

MASALAH

2.1. Judul Permasalahan

“Yusron Ihza Melayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa Pemilihan Calon Gubernur (Pilgub) Provinsi Bangka Belitung (Babel)”

2.2. Deskripsi

Yusron menuding terjadi kecurangan dalam perhitungan suara Pemilihan Gubernur

(Pilgub) di daerah Bangka Belitung. Kuasa Hukum Yusron, Muhammad Asrun mengatakan

18

Page 19: Phi Tentang Htn

pihaknya memiliki bukti yang kuat adanya penyimpangan dalam perhitungan suara kubu

Yusron.

“Pelanggaran Hukum dan Konstitusi yang dilakukan oleh KPU Provinsi Babel secara

terstruktur, sistematis, dan massif,” Ujar Asrun dalam keterangannya di Jakarta, Senin

(19/2/2012).

Ditambahkannya, pemilukada Provinsi Babel menurutnya dilakukan tanpa adanya

sosialisasi meliputi tata cara pencoblosan, teknis pelipatan suara yang mengakibatkan PPS,

dan PPK tidak memiliki pengetahuan khusus. “Sehingga menjebak para pemilih dan masih

banyak beberapa kecurangan lainnya.” Imbuhnya.

Kubu Yusron mengajukan 20 Saksi untuk bersaksi perihal dugaan praktik Politik

Uang yang dilancarkan oleh pasangan Cagub – Cawagub (incumbent) nomor urut 3, Eko

Maulana dan Rustam Effendy.

Moch. Syamsyudin seorang saksi mengungkapkan bahwa pasangan Eko dan Rustam

menjanjikan honor sebesar 5-10 juta untuk merekrut relawan dari setiap desa di 2 kabupaten

untuk mensosialisasikan, dan memberikan pencitraan pada pasangan tersebut. “Saya

koordinator tim relawan untuk 2 Kabupaten.Di Bangka Selatan 1.200 lebih relawan,”

ujarnya.19

2.3. Fakta Hukum

a. KPU kurang jelas dan kurang tegas dalam menerbitkan persyaratan dan teknik verifikasi

pemilu kada serta KPU juga kurang tegas dalam memastikan prosedur terkait pernyataan

kelengkapan berkas oleh KPU. Hal inilah yang menjadi titik rawan terjadinya pelanggaran

dan kecurangan.

19 http://feelinbali.blogspot.com/2013/02/contoh-kasus-htn-dan-analisanya.html#ixzz3zVGbM524 Diakses pada tanggal 2016-02-08 pukul 00.35

19

Page 20: Phi Tentang Htn

b. Pemilukada Provinsi Babel dilakukan tanpa adanya sosialisasi meliputi tata cara

pencoblosan, teknis pelipatan surat suara yang mengakibatkan PPS, dan PPK tidak memiliki

pengetahuan khusus. Sehingga memungkinkan untuk menjebak pemilih.

c. Adanya dugaan praktik politik uang yang dilancarkan pasangan Cagub-Cawagub

(incumbent) nomor urut 3, Eko Maulana Ali dan Rustam Effendy.

2.4. Isu Hukum

a. Bagaimana sebenarnya mekanisme dan tata cara pengadaan PEMILU ?

b. Bagaimana pengaturan dan larangan - larangan terkait dengan pengadaan PEMILU?

c. Bagaimana penetapan calon pasangan terpilih dalam PEMILU?

d. Bagaimana bila terjadi sengketa baik dalam proses PEMILU maupun hasil PEMILU?

2.5. Sumber Hukum

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur

mengenai penyelenggara Pemilihan Umum yang dilaksanakan oleh suatu Komisi Pemilihan

Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional mencerminkan bahwa

wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai penyelenggara Pemilihan Umum mencakup

seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai

lembaga yang menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa

jabatan tertentu. Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum

bebas dari pengaruh pihak mana pun.20

20https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemilihan_Umum Diakses pada tanggal 2016-02-08 pukul 00.40.

20

Page 21: Phi Tentang Htn

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah

pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini

diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta

pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah

orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang

membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004.21

Pelanggaran tindak pidana pemilu dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 yang

terbagi atas pelanggaran dan kejahatan.Mulai dari Pasal 273 s/d Pasal 321. Jika dicermati

beberapa ketentuan dalam Pasal tersebut, sesungguhnya ada potensi pelanggaran terhadap

tindak pidana pemilu yangtersurat dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 meliputi:

1. Penyelenggara pemilu yang meliputi anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/

Kota, anggota Bawaslu, Panwaslu Provinsi, Panwaslu Kabupten Kota, Panwas

Kecamatan, dan Petugas Pelaksana Lapangan lainnya.

2. Peserta pemilu yaitu pengurus partai politik, calon anggota DPR, DPD, DPRD dan tim

kampanye.

3. Pejabat tertentu, seperti PNS, anggota TNI, anggota POLRI, pengurus BUMN/ BUMD,

Gubernur/ Pimpinan Bank Indonesia, perangkat Desa dan badan lain yang anggarannya

bersumber dari keuangan Negara.

4. Profesi media cetak/ elektronik, pelaksana pengadaan barang, dan distributor.

5. Masyarakat pemilih, pelaksana survei/ hitungan cepat, dan umum yang disebut sebagai

setiap orang.22

21https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_kepala_daerah_di_Indonesia Diakses pada tanggal 2016-02-08 pukul 00.49.22http://www.negarahukum.com/hukum/tindak-pidana-pemilu.html Diakses pada tanggal 2016-02-08 pukul 00.53.

21

Page 22: Phi Tentang Htn

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Bagaimana sebenarnya mekanisme dan tata cara pengadaan

PEMILU ?

PILKADA Sesuai dengan  Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2005 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,

Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Tahapan

Pilkada secara langsung dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan. 

22

Page 23: Phi Tentang Htn

a) Tahap Persiapan meliputi :

1.   Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah (KDH) dan KPUD mengenai

berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.

2. Dengan adanya pemberitahuan dimaksud KDH berkewajiban untuk menyampaikan

laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada pemerintah dan laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada DPRD.

3. KPUD dengan pemberitahuan dimaksud menetapkan rencana penyelenggaraan

Pemilihan KDH dan WKDH yang meliputi penetapan tatacara dan jadwal tahapan

PILKADA, membentuk Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara

(PPS), dan Kelompok Penyelenggara pemungutan Suara (KPPS) serta pemberitahuan dan

pendaftaran pemantau.

4. DPRD membentuk Panitia pengawas Pemilihan yang unsurnya terdiri dari

Kepolisian, Kejaksaan, perguruan Tinggi, Pers dan  Tokoh masyarakat. . Dalam tahap

persiapan tugas DPRD semenjak memberitahukan berakhirnya masa jabatan Kepala

Daerah, DPRD paling lambat 20 hari setelah pemberitahuan tersebut, sudah membentuk

Panitia pengawas (panwas) sampai dengan tingkat terendah. Misal untuk pemilihan

Gubernur Panwas Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota dan Panwas Kecamatan. Hal ini agar

Panwas dapat mengawasi proses penetapan Daftar Pemilih Sementara (DPS) sampai dengan

Daftar Pemilih Tetap (DPT), begitu juga proses pencalonan, kampanye sampai dengan

pemungutan dan penghitungan suara. Kepada KPUD, dalam penetapan jadwal pelaksanaan

Pilkada khususnya terhadap hari pemungutan suara, diminta kepada KPUD untuk

memperhitungkan waktu penetapan hari pemungutan suara jangan terlalu cepat, karena

Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih baru dapat dilantik sesuai dengan tanggal

berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah yang lama.   Walaupun dalam ketentuan tidak

23

Page 24: Phi Tentang Htn

diatur batasan waktu paling cepat untuk hari pemungutan suara. 

2) Tahap pelaksanaan meliputi penetapan daftar pemilih, pengumuman pendaftaran dan

penetapan pasangan calon, kampanye, masa tenang, pemungutan suara, penghitungan suara,

penetapan pasangan calon terpilih serta pengusulan pasangan calon terpilih.   

Dalam kasus Pilgub Bangka Belitung ini ada dugaan dan indikasi terjadinya

kecurangan dan pelanggaran dari KPU dalam menjalankan tahapan pelaksanaan Pilgub

tersebut , indikasi ini muncul karena KPU kurang jelas dan kurang tegas dalam menerbitkan

persyaratan dan teknik verifikasi pemilu kada tersebut.23

3.2. Bagaimana pengaturan dan larangan - larangan terkait dengan

pengadaan PEMILU?

1. Pasangan calon wajib menyampaikan visi misi dan rogram secara lisan maupun kepada

masyarakat.

2. Penyampaian materi kampanye dilakukan dengan cara sopan, tertib dan bersifat

edukatif.

3. Larangan kampanye antara lain menghasut atau mengadu domba partai politik atau

kelompok masyarakat dan menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah dan

pemerintah daerah serta melakukan pawai arak-arakan yang dilakukan dengan berjalan

kaki atau dengan kendaraan di jalan raya.

4. Dalam kampanye pasangan calon atau tim kampanye dilarang melibatkan PNS,

TNI/Polri sebagai peserta kampanye dan juru kampanye dalam pemilihan.

23http://feelinbali.blogspot.com/2013/02/contoh-kasus-htn-dan-analisanya.html#ixzz3zVGbM524 Diakses pada tanggal 2016-02-08 pukul 01.03

24

Page 25: Phi Tentang Htn

5. Pejabat negara yang menjadi calon kepala daerah dan wakil Kepala daerah dalam

melaksanakan kampanye tidak menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya

dan harus menjalankan cuti. 

Dalam kasus ini ada indikasi dan dugaan bahwa peserta kampanye lain menghasut

atau mengadu domba partai politik atau kelompok masyarakat, sehingga menyebabkan

salah satu peserta kampanye kehilangan suara. Selain itu  ada dugaan praktik politik uang

yang dilancarkan pasangan Cagub-Cawagub (incumbent) nomor urut 3, Eko Maulana Ali

dan Rustam Effendy.24

3.3. Bagaimana penetapan calon pasangan terpilih dalam PEMILU?

Penetapan pasangan Calon Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah

yang memperoleh suara lebih dari 50% jumlah suara sah langsung ditetapkan sebagai

pasangan terpilih. Apabila perolehan suara itu tidak terpenuhi, pasangan calon yang

memperoleh suara terbesar lebih dari 25% dari suara sah dinyatakan sebagai pasangan calon

terpilih. Dalam hal pasangan calon tidak ada yang memperoleh 25% dari jumlah suara sah

maka dilakukan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah putaran kedua. Sesuai

dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120/1808/SJ tanggal 21 Juli 2005,

pelaksanaan Pilkada putaran kedua rentang waktu pelaksanaannya dilaksanakan selambat-

lambatnya 60 hari terhitung mulai tanggal berakhirnya masa waktu pengajuan keberatan

hasil penghitungan suara, apabila terdapat pengajuan keberatan terhadap hasil penghitungan

suara selambat-lambatnya 60 hari dihitung mulai tanggal adanya keputusan Mahkamah

Agung/Pengadilan Tinggi tentang sengketa hasil pemungutan suara.25

24http://feelinbali.blogspot.com/2013/02/contoh-kasus-htn-dan-analisanya.html#ixzz3zVGbM524 Diakses pada tanggal 2016-02-08 pukul 01.11.25http://feelinbali.blogspot.com/2013/02/contoh-kasus-htn-dan-analisanya.html#ixzz3zVGbM524 Diakses pada tanggal 2016-02-08 pukul 01.15.

25

Page 26: Phi Tentang Htn

3.4. Bagaimana bila terjadi sengketa baik dalam proses PEMILU

maupun hasil PEMILU?

Sengketa dalam penyelenggaraan Pemilu  ada 2 (dua) jenis, yaitu Sengketa

Pelaksanaan Pemilu dan Sengketa Hasil Pemilu.

1. Sengketa Pelaksanaan Pemilu adalah sengketa yang terjadi antara para pihak yang

disebabkan oleh suatu obyek tertentu dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemilu.

Sengketa Pemilu ini diselesaikan oleh Panwaslu  dengan melakukan mediasi terhadap

para pihak yang bersengketa.

2. Sengketa Hasil Pemilu adalah sengketa yang berkaitan dengan perbedaan hasil

penghitungan suara hasil Pemilu. Sengketa hasil Pemilu diselesaikan oleh Mahkamah

Konstitusi.

Jadi apabila dilihat dari kasus diatas seharusnya sengketa menyangkut dugaan

kecurangan pada proses PEMILU sehingga mempengaruhi hasil PEMILU harus

diselesaikan melalui Panwaslu dan MK. Jadi tidak melulu penyelesaian pada MK saja.

26

Page 27: Phi Tentang Htn

BAB IV

KESIMPULAN dan SARAN

4.1. Kesimpulan

Istilah hukum tata negara dapat dianggap identik dengan pengertian “hukum

konstitusi” yang merupakan terjemahan langsung dari perkataan Constitutional Law.

Dari segi bahasa, istilah Constitutional Law dalam bahasa inggris memang biasa

diterjemahkan sebagai “hukum konstitusi”. Namun, istilah hukum tata negara itu

sendiri jika diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, niscaya perkataan yang dipakai

adalah Constitutional Law. Oleh karena itu, hukum tata negara dapat dikatakan

identik dengan istilah lain belaka dari “hukum konstitusi”.

Sengketa Pemilukada merupakan salah satu ruang lingkup yang dikaji dalam

Hukum Tata Negara, Karena dalam sengketa tersebut, melibatkan lembaga negara

yang merupakan struktur dari negara. Rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan

27

Page 28: Phi Tentang Htn

tertinggi dalam negeri ini, memilih perwakilannya untuk duduk dalam kursi

pemerintahan merupakan salah satu yang dikaji dalam ilmu negara yang merupakan

dasar dari Hukum Tata Negara.

Dalam Hal sengketa pemilukada di Bangka Belitung tersebut Mahkamah

Konstitusi sebagai Pengadilan tertinggi dalam Negeri ini merupakan pihak yang

berwenang dalam mengatasi permasalahan tersebut, yang telah dicantumkan tanggung

jawab, tugas, hak, dan wewenangnya dalam UUD dan UU serta Peraturan lainnya.

Apabila dilihat dari adanya pelanggaran yang terjadi dalam pemilu tersebut,

maka apabila pelanggaran tersebut menimbulkan sengketa pihak yang disebabkan

oleh suatu objek tertentu dalam pelaksanaa pemilu tersebut, sengketa pemilu ini dapat

diselesaikan oleh Panwaslu dengan melakukan mediasi terhadappihak yang

bersengketa. Dan apabila sengketa tersebut mengenai hasil maka Mahkamah

Konstitusi lah yang berwenang memutuskan Final dari sengketa tersebut.

4.2. Saran

Untuk menghindari terjadinya sengketa dalam PEMILU maka KPU sudah seharusnya

untuk bersikap netral  terjauh dari unsur-unsur politik dan bersifat mengintervensi proses dan

hasil dalam PEMILU. Untuk menghindari kecurigaan terhadap kecurangan dalam PEMILU

maka KPU hendaknya melakukan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan dengan benar.

28

Page 29: Phi Tentang Htn

DAFTAR PUSTAKA

29