Click here to load reader
Upload
lya-vita-ferdana
View
524
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Terdapat beberapa macam pigmen pada tanaman. Untuk membuktikan hal tersebut kita dapat melakukan percobaan sederhana.
Citation preview
PIGMEN-PIGMEN DALAM KLOROPLAS
A. Tujuan
Mahasiswa terampil dalam mengekstraksi pigmen-pigmen yang terdapat
dalam kloroplas
Mahasiswa terampil dalam mengidentifikasi pigmen-pigmen yang terdapat
dalam kloroplas
B. Dasar Teori
Warna-warna yang umum dalam dunia tanaman adalah hijau atau nuansa
warna hijau. Klorofil (zat hijau daun) adalah bahan utama yang menghasilkan
warna hijau. Klorofil, suatu bahan yang sangat penting, adalah sebuah pigmen
yang terkandung dalam kloroplas yang tersebar dalam sitoplasma (cytoplasm)
sel-sel tanaman. Pigmen-pigmen ini menyerap cahaya yang berasal dari
matahari dengan mudah, tetapi hanya memantulkan warna hijau. Selain
memberi warna hijau pada daun, hal ini juga menyebabkan terpenuhinya
kelangsungan sebuah proses yang sangat menentukan, yang dikenal dengan
nama "fotosintesis".
Dalam fotosintesis, tanaman memanfaatkan sinar matahari, yang terdiri
dari kombinasi berbagai warna. Salah satu sifat warna-warna dalam sinar
matahari yang terpenting adalah bahwa tingkat energi mereka berbeda satu
sama lain. Ragam warna ini dinamakan spektrum, yang diperoleh dari
pembiasan warna dalam sebuah prisma misalnya, mempunyai warna merah
dan kuning di ujung yang satu, dan biru dan ungu pada ujung lainnya. Warna
dengan tingkat energi paling tinggi adalah warna pada ujung biru spektrum
tersebut.
Perbedaan tingkat energi warna sangat penting bagi tanaman, karena
mereka memerlukan sejumlah besar energi untuk melangsungkan fotosintesis.
Untuk itu, selama fotosintesis berlangsung, tanaman menyerap cahaya
matahari dengan tingkat energi tertinggi di sekitar ujung ultraviolet dari
spektrum, yaitu violet dan biru, dan juga warna sekitar ujung inframerah
(panas) dari spektrum, yaitu merah, oranye dan kuning. Daun melakukan
semua proses ini melalui pigmen klorofil yang terdapat dalam kloroplas
(harunyahya.com, 2005).
Kurva terputus-putus dan solid berwarna putih di bawah ini menggambarkan
spektrum absorpsi klorofil a dan b. Kurva hitam di atas menggambarkan efektivitas
pelbagai panjang gelombang cahaya dalam menguatkan fotosintesis. Angka-angka
menunjukkan betapa miripnya spektrum absorpsi kombinasi klorofil a dan b
dengan spektrum kerja fotosintesis (harunyahya.com, 2005).
Kloroplas dijumpai terutama pada bagian daun yang disebut mesofil, yang
sering disebut pula daging daun. Kloroplas juga dijumpai di bagian-bagian lain,
bahkan juga pada batang dan ranting yang berwarna hijau. Hal ini disebabkan
karena dalam kloroplas terdapat pigmen yang berwarna hijau disebut klorofil.
Pigmen ini dapat menyerap energi cahaya. Klorofil terdapat pada membran
tilakoid dan perubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam
tilakoid, sedangkan pembentukan glukosa sebagai produk akhir fotosintesis
berlangsung di stroma. Disamping klorofil a ( pigmen berwarna hijau ) dikenal
pula klorofil b yang mempunyai struktur mirip klorofil a, yaitu pigmen yang
berwarna kuning sampai jingga yang disebut karoten (wordpress.com, 2005).
Kromatografi kertas merupakan teknik untuk memisahkan senyawa-
senyawa tertentu sesuai dengan tingkat kelarutannya pada suatu pelarut. Dikenal
ada beberapa teknik kromatografi, yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis
tipis, kromatografi gas, kromatografi kolom dan High Pressure Liquid
Cromatografi (HLPC) (wikipedia.com, 2004).
Kromatografi kertas pada hakikatnya ialah sama dengan kromatografi
lapis tipis selulosa atau kertas. Cara ini ditemukan jauh sebelum kromatografi
lapis tipis dan sudah digunakan efektif selama bertahun-tahun. Berdasarkan
hal tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa nilai Rf pada kromatografi
lapis tipis sama dengan nilai Rf pada kromatografi kertas, sehingga acuan
yang dipakai untuk menentukan pigmen boleh dengan nilai Rf pada
kromatografi lapis tipis meskipun pada penelitian menggunakan kromatografi
kertas (Gritter, dkk. 1991).
Macam-macam pigmen menurut Harborne (1984):
C. Alat dan Bahan
- mortar dan pistil - penutup tabung
- corong kaca - corong pisah
- kertas saring - gelas ukur
- pisau - pipet
- gelas piala - aseton
- gelas arloji - petroleum eter
- pipa kapiler - akuades
- kertas kromatografi - rak tabung
- tabung reaksi - daun tumbuhan
Macam pigmen Rf Warna dibawah
cahaya biasa
Bentuk senyawa
jadian
Feofitin a 0,93 Kelabu Klorofil bebas Mg
Feofitin b 0,80 Coklat kekuningan
Klorofil a 0,60 Hijau biru
Klorofil b 0,35 Hijau kuning
Feoforbida a 0,18 Kelabu Klorofilida bebas Mg
Feoforbida b 0,07 Coklat kuning
Klorofilida a 0,03 Hijau biru Klorofil tanpa rantai
samping fitil Klorofilida b 0,02 Hijau kuning
D. Cara Kerja
Menimbang daun sebanyak 5 mg
Digerus dalam mortar menggunakan pistil sampai halus
Menambahkan 30 ml aseton pada gerusan daun sambil tetap digerus
Menyaring gerusan daun menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke
dalam corong pisah
Menambahkan 10 ml petroleum eter dan mengocoknya
Menambahkan 10 ml akuades, dikocok kemudian didiamkan sampai terlihat
adanya pemisahan
Air yang terlihat memisah dikeluarkan pelan-pelan melalui kran bawah
Mengulangi pencucian dengan akuades sampai tidak berbau aseton
Mengeluarkan larutan pigmen dari corong pisah dan diletakkan pada gelas
arloji dan biarkan menguap
Menyiapkan campuran eluat, dengan perbandingan 1 ml aseton dengan 9 ml
petroleum eter
Mengambil 1 ml eluat dan memasukkan dalam tabung reaksi yang dipakai
untuk ruang elusi
Menyediakan kertas kromatografi sesuai dengan lebar dan panjang tabung
reaksi
Membuat garis pertama dengan jarak 1 cm dari ujung kertas, dan selanjutnya
membuat garis kedua dengan jarak 15 cm
dari garis pertama
Mengambil larutan pigmen yang sudah diuapkan dengan pipa kapiler, dan
selanjutnya membuat spot pada kertas kromatografi
pada garis pertama
Setelah spot kering, kertas kromatografi dimasukkan kedalam tabung elusi
dengan ujung sedikit menyentuh pada larutan eluat kemudian tabung ditutup
rapat
Meletakkan tabung reaksi pada rak dan biarkan beberapa saat sampai eluat
bergerak sampai menyentuh garis kedua
Mengamati warna spot yang terjadi pada ketas kromatografi
E. Data Hasil Pengamatan
Nama daun Spot Warna ds de
Kembang sepatu
(muda)
1 Hijau 1,5 11,4
2 Kuning 3,5 11,4
Penitian (sedang) 1 Kuning 7,4 10
2 Hijau muda 7,6 10
Alpukat (tua) 1 Hijau tua 4 10,9
2 Hijau muda 5,6 10,9
3 Kuning 8,4 10,9
F. Analisis Data
Berdasarkan dari nilai de dan ds, dengan menggunakan rumus Rf = ds
de
maka, diperoleh harga Rf dari masing-masing warna sebagai berikut:
1) Kembang sepatu
- spot 1 = Rf = 1,5
11,4
= 0,13
- spot 2 = Rf = 3,5
11,4
= 0,31
2) Penitian
- spot 1 = Rf = 7,4 = 0,74
10
- spot 2 = Rf = 7,6
10
= 0,76
3) Alpukat
- spot 1 = Rf = 4
10,9
= 0,37
- spot 2 = Rf = 5,6
10,9
= 0,51
- spot 3 = Rf = 8,4
10,9
= 0,77
Dari perhitungan nilai Rf diatas maka dapat dimasukkan ke dalam tabel
sebagai berikut:
Dari data pengamatan yang didapat, kemudian menentukan macam-
macam pigmen yang ada di dalam daun suatu tumbuhan dengan cara
mencarinya dalam tabel Rf dan warna klorofil a dan b menurut Harborne
(1984: 262), sebagai berikut:
Pada daun yang kami amati yaitu daun kembang sepatu yang masih muda
dan daun penitian yang sedang, warna yang terbentuk pada kertas Whatman
ada dua macam spot, yaitu pada kembang sepatu spot pertama berwarna hijau
dengan Rf = 0,13, dan spot yang kedua berwarna kuning Rf = 0,31, jarak
Nama daun Spot Warna ds de Rf
Kembang sepatu
(muda)
1 Hijau 1,5 11,4 0,13
2 Kuning 3,5 11,4 0,31
Penitian (sedang) 1 Kuning 7,4 10 0,74
2 Hijau muda 7,6 10 0,76
Alpukat (tua) 1 Hijau tua 4 10,9 0,37
2 Hijau muda 5,6 10,9 0,51
3 Kuning 8,4 10,9 0,77
Macam pigmen Rf Warna dibawah
cahaya biasa
Bentuk senyawa
jadian
Feofitin a 0,93 Kelabu Klorofil bebas Mg
Feofitin b 0,80 Coklat kekuningan
Klorofil a 0,60 Hijau biru
Klorofil b 0,35 Hijau kuning
Feoforbida a 0,18 Kelabu Klorofilida bebas Mg
Feoforbida b 0,07 Coklat kuning
Klorofilida a 0,03 Hijau biru Klorofil tanpa rantai
samping fitil Klorofilida b 0,02 Hijau kuning
tempuh eluat yaitu 11,4 cm. Pada daun Penitian juga terbentuk 2 spot, yaitu
spot yang pertama berwarna kuning dengan Rf = 0,74 dan spot yang kedua
berwarna hijau muda dengan Rf = 0,76, dengan jarak tempuh eluat 10 cm.
Sedangkan pada daun alpukat yang tua, terbentuk 3 spot, yaitu spot pertama
berwarna hijau tua dengan Rf = 0,37, spot yang kedua berwarna hijau muda
dengan Rf = 0,51 dan spot yang ketiga berwarna kuning dengan Rf = 0,77,
jarak tempuh eluat yaitu 10,9 cm.
Rf dari daun yang diamati dalam praktikum yang mendekati atau sama
dengan Rf menurut Harborme (1984: 262), sebagai berikut:
Dari tabel perbandingan antara Rf daun yang diamati dengan Rf menurut
Harborne (1984), maka dapat diketahui Rf daun pengamatan yang mendekati
Rf dari feofitin b (coklat kekuningan) ada 3 macam, yaitu Rf daun alpukat
pada spot 3 dengan selisih 0,03, daun penitian spot 1 dengan selisih 0,06 dan
daun penitian spot 2 dengan selisih 0,04. Sedangkan Rf daun amatan yang
mendekati Rf klorofil a (hijau biru) ada 1 macam, yaitu Rf pada daun alpukat
spot 2 dengan selisih 0,09. Rf bahan amatan yang mendekati Rf klorofil b
(hijau kuning) ada 2 macam, yaitu Rf pada daun alpukat spot 1 dengan selisih
0,02 dan Rf pada daun kembang sepatu spot 2 dengan selisih 0,04. Rf yang
Macam pigmen Rf Rf daun amatan
Feofitin a 0,93
Feofitin b 0,80 0,77 (daun alpukat spot 3)
0,76 (daun penitian spot 2)
0,74 (daun penitian spot 1)
Klorofil a 0,60 0,51 (daun alpukat spot 2)
Klorofil b 0,35 0,37 (daun alpukat spot 1)
0,31 (daun kembang sepatu spot 2)
Feoforbida a 0,18 0,13 (daun kembang sepatu spot 1)
Feoforbida b 0,07
Klorofilida a 0,03
Klorofilida b 0,02
mendekati Rf pada feoforbida a (kelabu) ada 1 macam, yaitu Rf pada daun
kembang sepatu spot 1 dengan selisih 0,05.
Berdasarkan harga Rf tersebut, maka pigmen yang terdapat pada daun
kembang sepatu yang masih muda yaitu pigmen klorofil b (hijau kuning) dan
feoforbida a (kelabu). Pada daun penitian yang sedang terdapat pigmen
feofitin b (coklat kekuningan). Sedangkan pada daun alpukat yang tua
terdapat pigmen feofitin b (coklat kekuningan), klorofil a (hijau biru) dan
klorofil b (hijau kuning).
G. Pembahasan
Menurut Parikesit (2006), sebenarnya tumbuhan memiliki berbagai jenis
molekul pigmen, masing-masing pigmen mampu menyerap gelombang cahaya
yang berbeda. Karena itu, sesungguhnya molekul pigmen pada daun memang
menyerap cahaya, akan tetapi dalam proporsi yang berbeda-beda.
Molekul pigmen yang menangkap energi dari cahaya biru bekerja paling
efisien, sehingga lebih banyak memperoleh energi daripada molekul pigmen
lainnya. Sedangkan molekul pigmen yang bisa menyerap warna merah juga
penting, terutama pada waktu subuh dan petang hari. Klorofil adalah molekul
pigmen yang paling efektif untuk menyerap gelombang cahaya merah dan
biru. Dikarenakan untuk efisiensi kerjanya, maka jumlah klorofil pada daun
diproduksi dalam jumlah banyak daripada molekul pigmen lainnya (Parikesit,
2006).
Kelarutan pigmen dalam pelarut organik berbeda-beda, sehingga dapat
dipisahkan dengan tekhnik kromatografi kertas. Pada pemisahan pigmen
digunakan pelarut dan eluat tertentu. Sebagai fase diam dipakai kertas
Whatman yang khusus untuk kromatografi, sedangkan untuk fase bergerak
(eluat) digunakan pelarut organik yaitu campuran antara 1 ml aseton dengan
9 ml petroleum eter (Dahlia, dkk. 2001: 117).
Selama perbedaan kelarutan pigmen dalam eluat pada saat elusi
menyebabkan terjadinya pemisahan komponen-komponennya. Pigmen yang
memiliki kelarutan paling tinggi akan mengikuti eluat sampai jarak yang
terjauh. Selama pergerakan bersama eluat, pergerakan solut akan dihambat
oleh fase diam, sebab solut berada dalam fase gerak tetapi juga berada pada
fase diam. Besarnya hambatan tersebut dinyatakan dengan nilai Rf
(Retandation Factor) dengan rumus Rf = ds/de (Dahlia, dkk. 2001: 116).
Pada percobaan pigmen dalam kloroplas ini, teknik kromatografi yang
dipakai adalah kromatografi kertas. Menurut Harborne (1984), keuntungan
dari pemakaian kromatografi kertas adalah kemudahan tekniknya dan cara
yang paling sederhana dan murah. Selain itu, keterulangan bilangan Rf
merupakan parameter yang berharga dalam memaparkan senyawa tumbuhan
yang baru ditemukan.
Menurut Gritter, dkk (1991: 157), kromatografi kertas pada hakikatnya ialah
sama dengan kromatografi lapis tipis selulosa atau kertas. Cara ini ditemukan
jauh sebelum kromatografi lapis tipis dan sudah digunakan efektif selama
bertahun-tahun. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa nilai Rf pada kromatografi lapis tipis sama dengan nilai Rf pada
kromatografi kertas, sehingga acuan yang dipakai untuk menentukan pigmen
boleh dengan nilai Rf pada kromatografi lapis tipis meskipun pada penelitian
menggunakan kromatografi kertas.
Berdasarkan hasi pengamatan diketahui Rf daun pengamatan yang mendekati
Rf dari feofitin b yang berwarna coklat kekuningan ada 3 macam, yaitu pada
Rf daun alpukat pada spot 3 dengan selisih 0,03, daun penitian spot 1 dengan
selisih 0,06 dan daun penitian spot 2 dengan selisih 0,04. Sedangkan pada Rf
daun amatan yang mendekati Rf klorofil a (hijau biru) ada 1 macam, yaitu Rf
pada daun alpukat spot 2 dengan selisih 0,09. Rf bahan amatan yang
mendekati Rf klorofil b (hijau kuning) ada 2 macam, yaitu Rf pada daun
alpukat spot 1 dengan selisih 0,02 dan Rf pada daun kembang sepatu spot 2
dengan selisih 0,04. Rf yang mendekati Rf pada feoforbida a (kelabu) ada 1
macam, yaitu Rf pada daun kembang sepatu spot 1 dengan selisih 0,05. Oleh
karena itu, praktikan untuk menetapkan jenis pigmen daun yang diamati
dengan selisih nilai Rf yang terkecil dari nilai Rf literatur.
Secara kimia, pada klorofil terdapat satu inti tetra pirol dengan sati atom
magnesium yang terikat secara ketat pada bagian tengah dan satu rantai
samping hidrokarbon panjang tergabung melalui gugus asam karboksilat. Di
dalam tumbuhan sekurang-kurangnya terdapat 5 jenis klorofil, semuanya
memiliki struktur dasar yang sama tetapi memiliki bermacam-macam sifat
sesuai dengan rantai samping alifatik yang terikat pada inti porfirin (Harborne,
1987: 259).
Dengan demikian, dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa spot dengan
warna coklat kekuningan pada daun alpukat spot 3 adalah pigmen yang
memiliki kalarutan paling tinggi. Hal ini tampak dari jarak yang ditempuh
solut untuk mengikuti eluat. Hal yang dapat mempengaruhi nilai Rf
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu jumlah sampel yag
ditotolkan pada kertas Whatman, kemiringan eluat, ketebalan spot yang
dibuat, perbandingan konsentrasi pada campuran untuk membuuat eluat,
kejenuhan dari tabung reaksi dan suhu serta waktu pemisahan klorofil. Karena
itu, perlu diperhatikan faktor tersebut untuk mendapatkan nilai Rf yang cukup
valid.
H. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat beberapa jenis pigmen yang berperan dalam fotosintesis, yaitu
klorofil a dan b, feofitin b dan feoforbida a.
b. Kelarutan antar masing-masing pigmen berbeda-beda. Semakin jauh jarak
yang ditempuh oleh solut, maka kelarutan dari solut tinggi dan harga Rf-nya
juga semakin besar.
c. Daun bahan amatan yang memiliki kelarutan tinggi adalah pada daun
alpukat yang sudah tua dengan nilai Rf = 0,77.
d. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf amatan, yaitu jumlah
sampel yang ditotolkan pada kertas Whatman, kemiringan eluat, ketebalan
spot yang dibuat, perbandingan konsentrasi pada campuran untuk membuat
eluat, kejenuhan dari tabung reaksi dan suhu serta waktu pemisahan klorofil.
I. Daftar Pustaka
Anonimus. 2005. Kesempurnaan Warna Seni Illahi, (Online)
(http://www.harunyahya.com/indo/buku/citarasa005d.htm, diakses tanggal
20 Maret 2009)
Anonimus. 2005. Analisis Kuantitatif Klorofil, (Online)
(http://gedbinlink.wordpress.com/tag/analisis-kuantitatif-klorofil/, diakses
tanggal 20 Maret 2009)
Anonimus. 2004. Kloroplas, (Online) (id.wikipedia.org/wiki/Kloroplas,
diakses tanggal 20 Maret 2009)
Dahlia, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang: JICA
Gritter, Roy J, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung: ITB
Harborne, J. B. 1984. Metode Fitokimia. Bandung: ITB
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Parikesit, Gea O. F. 2006. Mengapa daun tidak selalu berwarna hijau?,
(Online) (http//72.14.235.104/search?q=cache:4yu, diakses tanggal 28
Maret 2009)