Upload
fahrul-thejolazt
View
294
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jhscv
Citation preview
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
Uji Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Biji Kelor (Moring oleifera) dan Daun Ketepeng
Cina (Cassia alata L) Terhadap Jamur Trichophyton sp. Penyebab Panu
BIDANG KEGIATAN
PKM-P
Diusulkan oleh :
Indrawan Aditya (Ketua Pelaksana)
NIM : G 701 10 054
Angkatan : 2010
Fahrul (Anggota 1)
NIM : G 701 10 003
Angkatan : 2010
Mohammad Hidayat (Anggota 2)
NIM : G 701 10 007
Angkatan : 2010
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2012
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Uji Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Biji Kelor (Moringaoleifera) dan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) terhadapJamur Trichophyton sp Penyebab Panu
2. Bidang Kegiatan : (√) PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKM-KC ( ) PKM-T ( ) PKM-M
3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( )Pertanian (√ ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap : Indrawan Adityab. NIM : G 701 10 054c. Jurusan : Farmasid. Universitas : Universitas Tadulakoe. Alamat Rumah/Telp. : Jalan Cemara No 6 . Palu Barat/ 087844410784f. Alamat email : [email protected]
5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Yusriadi, S.Si, M.Si, Aptb. NIP : 198007242005011003c. Alamat Rumah/HP : BTN Bumi Roviga Blok A2/9 Tondo Palu Timur
Hp : 0852995602827. Biaya Kegiatan Total
DIKTI : Rp. 8.350.000,00Sumber lain : -
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulanPalu, Oktober 2012
MenyetujuiPembantu Dekan III Ketua pelaksana kegiatan
M. Dahlan Th.Musa, S.Si,MT Indrawan AdityaNIP. 196901041998021001 NIM. G701 10 054
Pembantu Rektor III Dosen Pendamping
Asmadi Weri,SH,MH Yusriadi, S.Si., M.Si, AptNIP. 195805101986011001 NIP. 198007242005011003
i
1
A. JUDUL PROGRAM
Uji Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera) dan
Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) terhadap Trichophyton sp penyebab penyakit
panu
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Kondisi Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan munculnya berbagai
macam penyakit. Hal ini ditambah dengan kondisi cuaca kurang menguntungkan
yang akhir-akhir ini melanda sebagian besar wilayah di Indonesia. Belakangan ini,
hujan di mana-mana menyebabkan timbulnya genangan air bahkan terjadi banjir. Di
samping sejumlah persoalan umum, cuaca yang kurang bersahabat ini juga
menimbulkan masalah kesehatan kulit seperti infeksi jamur. Salah satu masalah kulit
yang sering timbul pada musim penghujan adalah infeksi jamur pada kulit. Penyakit
ini, terutama sering muncul saat kondisi sedang lembab. Infeksi jamur ada yang
menyerang lapisan kulit atas dan lapisan kulit bawah. Infeksi yang menyerang
lapisan kulit atas (mikosis superficialis) cukup banyak di Indonesia dan menyerang
masyarakat luas (Rosita, 2008).
Hal ini memang terbukti karena banyak penyakit kulit seperti, merupakan
infeksi kulit yang menyebabkan masalah yang serius dan banyak terjadi di daerah
tropis dan subtropis. Kebanyakan orang yang tinggal di daerah ini pernah
menderitanya. Secara umum jamur ini hidup di lapisan atas sel kulit mati di daerah
tubuh yang lembab, sepereti di sela-sela jari kaki, lipatan paha, dan di bawah
payudara. Infeksi jamur hanya menyebabkan iritasi ringan, namun jenis jamur
lainnya dapat menyebabkan iritasi yang serius. Jamur ini dapat menembus ke dalam
seldan menyebabkan rasa gatal, bengkak, panas, dan kesemutan(Chuang et. al.2007)
Pada kasus lain,infeksi jamur dapat menyebabkan reaksi dibagian tubuh
lain, misalnya seseorang yang mengalami ruam pada jari atau tangannya setelah
kontak dengan kaki yang terinfeksi. Dermatophyta, Trichophyton, Epidermophyton,
dan Microsporum Canis biasanya termasuk dalam infeksi ini. Akan tetapi, perbedaan
secara klinis jamur-jamur ini sulit diketahui, oleh karena itu diperlukan perawatan
klinis dari dokter atau profesi kesehatan lainnya untuk mengobati penyakit ini
(Beentje, 1994).
2
Jamur Trichophyton sp dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti
panu, kadas dan kurap, dengan gambaran klinis berupa permukaan kulit yang tampak
seperti bulatan – bulatan kecil dengan pinggiran merah dan bersisik serta bagian
tengahnya yang tampak licin tanpa rambut pada daerah infeksinya (Hembing, 1996: 15).
Infeksi akibat jamur Trichophyton sp ini bersifat menular, yang penularannya melalui
tiga tahapan yaitu kontaminasi, kolonisasi dan parasitasi (Dwidjoseputro ,1994 : 12).
Selain dapat diobati dengan menggunakan obat-obatan sintetik secara medis,
ternyata infeksi akibat jamur Trichophyton sp ini dapat pula secara tradiosional. Hal ini
biasanya dilakukan oleh penduduk yang tinggal jauh dari perkotaan yang tentunya juga
jauh dari apotik ataupun toko-toko obat lainnya, di samping juga bahwa pengobatan
secara tradisional sifatnya murah dan mudah karena memanfaatkan bahan baku alami
yang ada di sekitar secara langsung contohnya daun ketepeng cina (Cassia alata L.) .
Selain itu,beberapa tanaman yang secara alami mengandung bahan-bahan
yang bermanfaat baik sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan obat-obatan,
seperti rempah-rempah. Salah satu tanaman yang memiliki manfaat ganda, baik
sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dan juga memiliki khasiat sebagai
obat antifungi adalah tanaman kelor (Moringa oleifera Lam) (Winarno, 2005)
Tanaman ini sering tumbuh di Afrika, Timur tengah, Asia tenggara,
Kepulauan pasifik, Kepulauan karibia, Amerika selatan dan sekarang ditanam secara
luas di Taiwan dan China. Di India, daun dan buah kelor mula-mula digunakan
sebagai sayuran dengan fungsi sebagai pengganti lobak saat memasak. Tanaman ini
juga dilaporkan mengandung berbagai jenis asam amino, asam lemak, vitamin, dan
bahan gizi (Nesamani, 1999).
Dari penelitian terbaru, hasilnya menunjukkan bahwa kedua minyak
essensial (EOF mentah dan subfraksi EOF) dan biji( subfraksi SEF dan
SBF)diketahui mempunyai efek antijamur pada Trichophyton rubrum, Trichophyton
menthagrophytes, Epidermophyton floccosum dan Microsporum canis. Ekstrak daun
dan subfraksi daun mempunyai efek yang kecil terhadap Dermophyta ini.. Akan
tetapi,saat ini belum ada laporan ilmiah yang membuktikan bahwa ekstrak tanaman
ini dapat dibuat sediaan krim untuk obat antijamur. Sehingga di masa yang akan
datang, dapat dibuat sediaan yang lebih efektif dan dapat dikembangkan menjadi
obat fitofarmaka.
3
Oleh karena itu dilakukan penelitian kombinasi Ekstrak Biji Kelor (Moring
oleifera) dan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) terhadap Trichophyton
menthagrophytes Pada Media Sabouraud Glucose Agar .
C. PERUMUSAN MASALAH
Kendala pada daerah yang beriklim tropis adalah timbulnya penyakit-
penyakit kulit salah satunya adalah panu dan kutu air yang disebabkan oleh jamur
Trichophyton sp. Alternatif solusi dari penyakit panu ini perlu dilakukan untuk
menghindari antibiotik yang merugikan bagi kesehatan manusia apabila menjadi
residu. Indonesia khususnya Sulawesi Tengah yang memiliki iklim tropis dikenal
juga memiliki obat-obatan alami. Salah satu obat-obatan alami yang diduga memiliki
kemampuan untuk mengobati panu dan kutu air adalah kombinasi ekstrak Biji Kelor
(Moringa oleifera) dan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L).
D. TUJUAN
Tujuan dari program PKMP ini adalah untuk mengetahui efektifitas
kombinasi ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera) dan Daun Ketepeng Cina (Cassia
alata L) untuk pencegahan dan pengobatan panu yang disebabkan Trichophyton sp.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari program PKMP ini adalah konsentrasi terbaik
kombinasi ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera) dan Daun Ketepeng Cina (Cassia
alata L) yang mampu mencegah panu dan kutu air yang terinfeksi Trichophyton sp
sebagai pengganti antibiotik yang berbahaya bagi manusia. Dengan demikian akan
bermanfaat bagi masyarakat luas.
F. KEGUNAAN
Manfaat yang diperoleh dari prgram PKMP ini adalah sebagai salah satu
alternatif pengganti antibiotik yang murah dan efektif sehingga dapat digunakan
sebagai pencegah dan pengobatan panu yang disebabkan Trichophyton sp.
4
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tumbuhan Ketepeng cina ( Cassia alata L )
Tumbuhan Ketepeng cina ( Cassia alata L )Tjitrosoepomo (1990)
mengkalisifikasikan tumbuhan ketepeng cina sebagai berikut :
Divisio : Angiospermae
Classis ( Kelas) : Dicotyledoneae
Ordo (Bangsa) : Rosales
Family (Suku) : Fabaceae
Genus (Marga) : Cassia
Spesies (Jenis) : Cassia alata L.
Ketepeng cina ( Cassia alata L. ) menurut Syamsuhidayat dan Ria (1991)
berasal dari daerah tropik Amerika dan biasanya hidup pada dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan
ketepeng cina ( Cassia alata L. ) termasuk tumbuhan dikotil yang mempunyai
sistem perakaran tunggang, yaitu memperlihatkan akar pokoknya yang bercabang-
cabang menjadi akar yang lebih kecil dan berbentuk kerucut panjang yang terus
tumbuh lurus ke arah bawah. Sistem perakaran tunggang ini umumnya berfungsi
untuk memperluas bidang penyerapan dan memperkuat tegaknya batang.
Daun Ketepeng cina ( Cassia alata L. ) dapat digunakan sebagai obat secara
tradisional disebabkan oleh adanya kandungan kimia yang terdapat didalamnya
seperti rein aloe emodina, rein aloe emodina diantron, rein aloe emodina asam
krisofanat ( dehidroksimetilantroquinone ) dan tannin. Di samping itu alkaloida,
flavonoida dan antrakinon juga terdapat di dalamnya(Syamsuhidayat dan Ria,
1991).
Untuk cara penggunaan daun Ketepeng cina ( Cassia alata L ) secara
tradisional adalah dengan cara direbus yang kemudian airnya diminum juga dapat
dengan cara digerus yang kemudian ditambahkan sedikit air lalu digosokan pada
daerah permukaan kulit yang sakit.
Alcamo (1984) mendefinisikan fungsida adalah merupakan zat antimicrobial
yang memiliki kemampuan untuk mematikan / membunuh sel jamur penyebab
dermatomikosis, di antaranya seperti asam undeclenic (Desenex), campuran asam
asetat dan asam benzoate. Di samping itu, Jawetz dan Adelberg (1986)
menambahkan bahwa asam salisilat atau selenium sulfida juga merupakan zat yang
bersifat fungisida.
5
2. Trichophyton
Trichophyton Barnett (1960) mengklasifikasikan Trichophyton sebagai berikut :
Sub Divisio : Eumycotina
Classis ( Kelas) : Deuteromycetes
Ordo (Bangsa) : Moniliales
Family (Suku) : Moniliaceae
Genus (Marga) : Trichophyton
Spesies (Jenis) : Trichophyton rubrum, Trichophyton interdigenital,
Menurut Barnett (1960), Trichophyton termasuk dalam golongan jamur
yang thalusnya berupa hifa atau miselium dengan beberapa percabangan. Hifa tau
miselium tersebut umumnya tidak bersekat, kecuali pada bagian hifanya yang akan
membentuk atau menghasilkan konidia (konidiaspora). Cabang – cabang hifa
umumnya pendek dengan bentuk yang relatif sama dan merupakan hasil pertunasan
hifa. Di samping itu juga menurut Alcamo (1984) bahwa jamur tersebut dapat
melakukan fragmentasi hifa yang merupakan cara untuk perkembangbiakannya
sekaligus penularan dari sel jamur Trichophyton.
3. Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lamk)
Sistematika tanaman kelor adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Brassicales
Suku : Moringaceae
Marga : Moringa
Genus : Moringa oleifera Lamk (Backer dan van den Brink, 1968)
Beberapa tanaman yang secara alami mengandung bahan-bahan yang
bermanfaat baik sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan obat-obatan,
seperti rempah-rempah. Salah satu tanaman yang memiliki manfaat ganda, baik
sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dan juga memiliki khasiat sebagai
obat adalah tanaman kelor (Moringa oleifera Lam) (Winarno, 2005)
6
H. METODE PENELITIAN
1. Pembuatan Esktrak Biji Kelor
a. Penggilingan biji kelor
Biji kelor yang kering digiling dengan mesin penggiling, hal ini
bertujuan untuk meningkatkan luas permukaannya sehingga banyak yang
kontak dengan pelarut organik saat proses ekstraksi.
b. Ekstraksi biji kelor (Moringa oleifera)
Ekstrak biji kelor diperoleh dengan metode maserasi, yaitu
merendam serbuk biji dengan alkohol selama sehari kemudian disaring,
sisa serbuk biji diekstrak dengan alkohol yang baru sampai didapat
ekstrak yang tidak berwarna. Ekstrak yang berupa cairan tersebut
kemudian dipekatkan dengan alat rotavapor hingga diperoleh ekstrak yang
kental.
2. Pembuatan Ekstrak Daun Ketepeng Cina
a. Ekstraksi daun ketepeng cina (Cassia alata L)
Ekstrak daun ketepeng cina diperoleh dengan metode soxletasi,
yaitu Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat
sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat
melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai
bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau
sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan
dan dipekatkan.
2. Uji aktivitas kombinasi ekstrak Biji Kelor (Moring oleifera) dan Daun
Ketepeng Cina (Cassia alata L)
a. Pembuatan media pembenihan
7
Media yang digunakan untuk pembenihan jamur kulit adalah
Sabouraud glucose agar yang memiliki komposisi: neopepton 10 gram,
glukosa 40 gram, dan serbuk agar 15 gram. Bahan-bahan tersebut
disuspensikan ke dalam air suling hingga diperoleh volume 1000 mL.
Media dilarutkan dengan pemanasan hingga mendidih dan terlarut
sempurna. Media yang telah larut disterilkan dengan autoklaf pada
temperatur 121oC selama 15 menit. Media yang telah steril kemudian
dituang ke dalam tabung bertutup. Jumlah media yang dimasukkan ke
dalam tabung ada dua macam yaitu 12,5 mL untuk base layer dan 7,5 mL
untuk seed layer.
b. Penyediaan inokulum jamur kulit
Penyediaan inokulum ini dimaksudkan untuk memperoleh
sejumlah tertentu spora jamur dalam larutan NaCl fisiologis. Penyediaan
inokulum dilakukan dengan mengambil jamur yang telah ditanam pada
agar misilinder Sabouraud glucose agar dengan sengkelit steril, kemudian
secara aseptis dimasukkun ke dalam tabung yang berisi larutan NaCl
fisiologis. Suspensi diencerkan sehingga diperoleh suspensi dengan
transmitan 25 % yang dibandingkan terhadap blanko NaCl fisiologis pada
λ 580 nm.
Suspensi dengan transmitan 25 % mengandung 10-100 juta spora
untuk setiap mm3 . suspensi inibila tidak digunakan dengan segera dapat
disimpan pada suhu kurang dari 4oC (DepKes., 1979).
c. Penyiapan larutan kombinasi ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera)
dan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L)
Dibuat konsentrasi 1 % larutan ekstrak biji kelor :ekstrak daun
ketepeng cina (1:0), (0,75:0,25), (0,5:0,5), (0,25:0,75), dan (0:1).
d. Penyediaan larutan baku klotrimazol
Dibuat larutan induk klotrimetazol dengan menimbang 100 mg
klotrimetazol yang dilarutkan dalam aseton hingga diperoleh volume 100
mL. Larutan induk diencerkan sesuai dengan konsentrasi bahan uji,
digunakan sebagai pembanding (kontrol positif).
8
e. Penentuan daya hambat kombinasi ekstrak biji kelor dan ekstrak
Daun Ketepeng cina
Penentuan Daya Hambat Minimal (KHM) Kombinasi Ekstrak Biji
Kelor Dan Daun Ketepeng Cina
Membuat media Sabouroud Glucose Broth dengan cara
menuang media yang telah steril ke dalam tabung masing-masing
sejumlah 9 mL. Suspensi inokulum dalam percobaan ini dibuat dengan
cara 1 tetes suspensi inokulum dalam NaCl fisiologis yang memiliki
transmitan ±25% ditambah 9 mL media Sabouroud Glucose Broth dan
diinkubasikan pada suhu 37 oC selama 24-48 jam. Kemudian
ditambahkan 1 tetes inokulum suhu 37 oC selama 24-48 jam. Media
Sabouroud Glucose Agar yang telah steril dituang ke dalam tabung ±
15 mL, media dikocok kemudian dituang ke dalam cawan petri dan
biarkan beberapa menit hingga memadat. Diambil satu ose dari media
yang telah yang terdapat kombinasi ekstrak biji kelor dengan daun
ketepeng cina, dengan perbandingan (1:0), (0,75:0,25), (0,5:0,5),
(0,25:0,75), dan (0:1) pada konsentrasi 1% pada masing-masing cawan
petri. Selanjutnya cawan petri diinkubasikan pada suhu 37 oC selama
24-48 jam. Kemudian dilihat zona hambat pada masing-masing
perbandingan kombinasi ekstrak biji kelor dan daun ketepeng cina
yang terbentuk.
3. Metode analisa
a. Cara pengumpulan data
Daya hambat kombinasi ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera) dan
Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) terhadap jamur kulit ditunjukkan
oleh diameter hambat. Diameter hambat ditunjukkan oleh adanya zona
jernih di sekitar silinder.
Pengaruh kombinasi ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera) dan
Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) terhadap diameter hambatan
pertumbuhan jamur kulit dianalisa dengan menggunakan rancangan
berikut:
9
Keterangan:
R1,R2,R3, R4, R5, : Potensi atau respon tiap deret dari 1 hingga 5
b. Cara Analisa Data
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisa dengan uji analisa
varian pola blok rawu. Dari pengolahan data didapatkan Fhitung. Fhitung
dibandingkan dengan FTabel, apabila Fhitung.lebih besar dari FTabel
menunjukkan bahwa larutan kombinasi ekstrak Biji Kelor (Moringa
oleifera) dan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L) mempunyai aktivitas
antijamur, potensinya dapat dilihat dari perbandingan kombinasi yang
digunakan.
I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Cawan
petri
Kombinasi Ekstrak Biji Kelor dan Daun
Ketepeng Cina (gram)
Jumlah blok
1:0 0,75:0,25 0,5:0,5 0,25:0,75 0:1
1 R1
2 R2
3 R3
4 R4
5 R5
No Kegiatan
Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 Studi pustaka
2 Penyiapan alat dan bahan
3 Pengamatan daya hambat
4 Uji potensi antijamur
5 Pembuatan laporan
10
J. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Indrawan Aditya
b. NIM : G 701 10 054
c. Tempat Tanggal Lahir : Limboro,15 April 1992
d. Alamat : Jl. Cemara No.2 Palu Barat
e. No.telp : 087844410784
f. Fakultas / Program studi : MIPA / Farmasi
g. Perguruan Tinggi : Universitas Tadulako
h. Waktu untuk Kegiatan PKM : 12 jam / minggu.
2. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap : Fahrul
b. NIM : G 701 10 003
c. Tempat Tanggal Lahir : Biromaru, 20 Agustus 1992
d. Alamat : Jl. Lasoso No.50 Biromaru
e. No. Telp : 085241449430
f. Fakultas / Program studi : MIPA / Farmasi
g. Perguruan Tinggi : Universitas Tadulako
h. Waktu untuk Kegiatan PKM : 12 jam / minggu.
3. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap : Mohammad Hidayat
b. NIM : G 701 10 007
c. Tempat Tanggal Lahir : Palu, 26 Agustus 1993
d. Alamat : Jl. Lumba-lumba 2 NO.1 Tondo
e. No. Telp : 085756286505
f. Fakultas / Program studi : MIPA / Farmasi
g. Perguruan Tinggi : Universitas Tadulako
h. Waktu untuk Kegiatan PKM : 12 jam / minggu
11
K. BIODATA DOSEN PENDAMPING
I. BIODATA
1. Nama lengkap : Yusriadi,S.Si, M.Si, Apt
2. NIP : 198007242005011003
3. Golongan Ruang : III/b
4. Unit Kerja : Prodi Farmasi-MIPA Untad
5. Tempat/ Tanggal Lahir : Sengkang/ 24 Juli 1980
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Bidang Keahlian : Farmasi
6. Agama : Islam
7. Alamat Kantor : Kampus Bumi Tadulako Tondo
Kota : Palu
Telepon/ Faksimile : -
8. Alamat Rumah : BTN Bumi Roviga Blok A2/9 Tondo
Palu Timur Hp: 085299560282 e-
mail: [email protected] ,
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
No
.Tingkat
Fakultas/Universit
asJurusan Tahun Lulus Tempat
1. S1 MIPA/UNHAS Farmasi 2003 Makassar
2. Profesi MIPA/UNHAS Farmasi-Apoteker 2005 Makassar
3. S2FARMASI/UNHA
SFarmasi 2009 Makassar
III. RIWAYAT PENELITIAN
1. Uji Toksisitas Akut dan Penentuan LD50 Ekstrak Metanol Klika Mimba
(Azadirachta indica Juss) pada Mencit (Mus musculus), 2005
2. Manggau Marianti, Yusriadi, Mufidah, dan Gemin Alam (2007), Efek
Antiproliferasi Ekstrak Daun Parrang Romang (Boehmeria virgata
(Forst) Guill.
12
3. A Computer Application for Simulation of Drug Plasma Concentration
of Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Tetracycline after Oral Multiple Dose
Administration, 2009.
4. Profile Of Drug Plasma Concentration Of Ampicillin After Oral
Multiple Dose Administration With First-Order Kinetic Modeling, 2010.
5. Simulasi Konsentrasi Plasma Ofloxasin Pada Pemberian Dosis Ganda
Peroral Dengan Model Kompartemen-Satu, 2010.
IV. SEMINAR
1. Seminar Nasional Fitofarmaka, dengan tema “Meningkatkan Peranan
Tanaman Obat/fitofarmaka dalam kehidupan” kerjasama Fakultas
Kedokteran, Fakultas Farmasi, Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, Gedung PKP Unhas 28 Maret 2007.
2. Seminar Nasional Ilmiah Kefarmasian “The New Challenges in Disease
Diagnostic and Drug Discovery” Makassar, Baruga A.P.Pettarani 13
November 2007.
3. Seminar Tumbuhan Obat Indonesia XXX, Kelompok Kerja Nasional
Tumbuhan Obat Indonesia (POKJANAS), Makassar 21 – 22 September
2008.
4. Makassar International Symposium on Pharmaceutical Science,”Recent
Progress in Drug Discovery” Makassar Indonesia, March 19th and 20th
2009.
5. International Symposium and Workshop on Cosmetic Dermatology
“Cosmeceutical and Active Ingredient” Makassar Indonesia, September
17th 2010.
13
L. BIAYA
Biaya Penelitian:
No Keperluan lain Biaya
1 Sewa tempat, alat, dan insentif karyawan 3 bulan Rp 1.200.000,00
2 Bahan bakar Rp 500.000,00
3. Laporan dan foto Rp 200.000,00
4. Lain – lain Rp 100.000,00
Jumlah Rp 2.000.000,00
Jumlah Total Rp 8.350.000,00
No Bahan Jumlah Satuan Harga/satuan Biaya
1 Biji kelor 10 kilogram Rp 30.000,00 Rp 300.000,00
2 Daun Ketepeng Cina 10 kilogram Rp 50.000,00 Rp 500.000,00
2 Metanol 20 liter Rp 35.000,00 Rp 700.000,00
3 Biakan jamur 10 mikroliter Rp 200.000,00 Rp 2.000.000,00
4 Klotrimazol 50 mg Rp5.000,00 Rp 250.000,00
5 serbuk agar 500 gram Rp 5.000,00 Rp 2.500.000,00
6 Aquadest 20 liter Rp 5.000,00 Rp 100.000,00
Jumlah Rp 6.350.000,00
14
M. DAFTAR PUSTAKA
Alcamo, E.,1984. Fundamentals of Microbiology. California : Addison Wesley
Publishing Company
Alexopoulus,C.J.,1964. Introductory Mycology. New York : Second Edition, John
Wiley & Sons, Inc.
Barnett,H.L.,1960 Illustrted General of Imperfect Fungi. USA : Second Edition,
Burgest Publishing Company
Cano, R.J. and Colome,J.S, 1986. Microbiology. USA : New York Publishing
Company Cappucino,J.G.N.
Chuang et al., Anti-fungal activity of crude extracts and essential oil of Moringa
oleifera Lam, Bioresource Technology, 98 (2007) 232-236.
Dwidjoseputro,D.,1978. Pengantar Mikologi. Bandung : Penerbit Alumni
Jawetz,E. and Adelberg,E.A.,1992. Review of Medical Microbiology ( Mikrobiologi
untuk Profesi Kesehatan ) Jakarta : Edisi 14 Terjemahan oleh Bonang
Lay dan Hastowo,S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta : Rajawali, Proses Kerjasama PAU –
Bioteknologi Bandung
Linton,A.H.1982. Microbes, Man And Animal (The Natural History of Microbial
Interaction). New York : John Wiley & Sons, Inc.
Nesainani, 1999. Medicinal Plants. State Institute of Languages, Thiruvananthapuram,
Kerala, India, Vol I, p. 425
Price,S.A. dan Wilson,L., 1985. Patofisiologi, Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Jakarta : Mogeraw Hill. Inc.
Syamsuhidayat,S. dan Ria,J.,1991. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
15
Suriawiria,U.,1985. Pengantar Mikrobiologi. Bandung : PT. Angkasa.
Tjitrosoepomo,1990. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Tiurnida ,L. R.,1996, Skripsi : Uji Aktivitas antibakteri ekstrak Diklormetan, metanol,
Dan air dari tanaman Tinospora tuberculata (Lamk), Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga, Surabaya