Upload
lamnhu
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
.
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
Restiana
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
ABSTRAK
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Restiana1)
, Agus Imron2)
, R Hanung Ismono2)
Provinsi Lampung merupakan produsen jagung ketiga di Indonesia. Mestinya
kebutuhan jagung di Lampung sudah dapat terpenuhi oleh produksi jagung
domestik, Namun kenyataannya masih banyak perusahaan pakan ternak di
Provinsi Lampung yang verproduksi di bawah kapasitas optimumnya. Hal ini
menunjukkan belum terpenuhinya kebutuhan jagung di Provinsi Lampung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola distribuís dan saluran
pemasaran jagung, serta menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten
Lampung Selatan.
Penelitian ini dilakukan di 2 desa yaitu Desa Ruguk Kecamatan Ketapang dan
Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar. Responden dalam penelitian ini adalah
petani jagung dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyampaian
jagung hingga berada ditangan konsumen, serta beberapa konsumen jagung.
Penelitiaan ini menggunakan metode simple random sampling untuk petani dan
snowball sampling untuk lembaga pemasaran, sehingga diperoleh 51 petani
jagung, 12 pedagang dan 3 konsumen jagung sebagai responden. Penelitian ini
menggunakan metode analisis margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung yang dinyatakan secara
kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September-
November 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 pola distribusi untuk jagung di
Kabupaten Lampung Selatan. Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
didistribusikan ke tiga konsumen yaitu peternakan ayam di Lampung, perusahaan
pakan ternak Lampung dan perusahaan pakan ternak di luar Lampung. Produksi
jagung yang didistribusikan ke luar Lampung sebesar 22,48 persen. Hasil
penelitian juga menunjukkan Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
belum efisien. Nilai RPM yang diperoleh belum merata dan elastisitas transmisi
harganya sangat kecil yaitu hanya 0,446.
1) Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung
2) Dosen jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Restiana
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Pertanian
Pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Unila
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
Judul : Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran
Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Nama : Restiana
NPM : 0514021011
Jurusan/ Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Agus Imron, M.S. Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P.
NIP 195908111987031003 NIP 196206231986031003
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P.
NIP 196206231986031003
Mengesahkan
I. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Agus Imron, M.S. :
NIP 195908111987031003
Sekertaris : Dr. Ir. Hanung Ismono, M.S. :
NIP 196206231986031003
Penguji
Bukan pembimbing : Ir. Eka Kasymir, M.S. :
NIP 196306181988031003
II. Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 196108261987021001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 26 Mei 2010
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 16
juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan
Darmono dan Sriyani.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Darma Wanita
Purnama Tunggal pada tahun 1994, menyelesaikan sekolah dasar di SDN 1
Purnama Tunggal pada tahun 2000, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah
tingkat pertama di SLTP 1 Yapindo pada tahun 2003, dan menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Terbanggi Besar pada tahun 2005.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada tahun 2005
melalui program PMDK . Penulis mengambil program studi Agribisnis jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian pada Universitas Lampung. Penulis melakukan praktek
umum di Divisi Plantation PT. Sweet Indolampung Kecamatan Menggala
Kabupaten Tulang Bawang pada bulan juli- agustus 2008, dengan tema
Manajemen Pengelolaan Usahatani Tebu di PT. Sweet Indolampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat
serta kuasa-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian skripsi
yang berjudul ― Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten
Lampung Selatan‖ ini tepat pada waktunya.
Dengan selesainya laporan penelitian (skripsi) ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini, antara lain:
1. Bapak Dr. Ir. Agus Imron, M.S, selaku Dosen Pembimbing pertama atas
saran, nasehat serta bimbingan yang diberikan.
2. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Pembimbing kedua atas saran,
nasehat serta bimbingan yang diberikan.
3. Bapak Ir. Eka Kasymir, M.S, selaku Pembahas atas saran dan kritik yang
diberikan.
4. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Ketua Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertaniaan Universitas Lampung.
6. Bapak, Ibu serta adik tercinta dirumah yang merupakan sumber energi
terbesar kedua setelah makanan, atas segala doa, dukungan mental, moral
maupun material yang telah diberikan.
7. Bapak Alm. Darmono tercinta atas kerja keras serta semangat dan
kebanggaan tersendiri yang telah diberikan yang tidak akan pernah saya
lupakan,
8. Teman-Teman Sosek'05 tercinta, Ganis, Agey, Anggun, Dayang, Vita, Eni,
Pie, Shinta, Yuli, Ninda, Dita, Ade, Oksa, Tio , Atey, Nining, Mbe, Fitri,
Mita, Resi, Dela, Mary, Friska, Twe, April, Budi, Indro, Arif, Ari, Deni,
Sutris, Niko, Koko, & Oki, atas semua dorongan motivasi, kritik, saran dan
dukungan mental yang selalu diberikan kepada penulis.
9. Kakak- kakak tingkat, mba Arica, kak Fauzan, kak Ian, kak Eka, mba Yeni,
dll yang sudah banyak membantu.
10. Mba Iin, mas Bo, mas Kardi atas bantuannya selama ini.
11. Teman-teman kosan Istiqomah tercinta, semoga kita selalu istiqomah.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat berharga. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung,
Penulis,
Restiana
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan penelitian .......................................................................... 8
C. Manfaat penelitian ........................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ....... 9
A. Tinjauan pustaka ........................................................................... 9
1. Komoditas jagung ................................................................... 9
2. Tataniaga pemasaran .............................................................. 12
3. Efisiensi tataniaga/ pemasaran ............................................... 17
B. Penelitian terdahulu ...................................................................... 19
C. Kerangka pemikiran ...................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 24
A. Konsep dasar dan batasan opersional .......................................... 24
B Lokasi dan waktu penelitian ........................................................ 26
C. Metode pengumpulan data ........................................................... 28
D. Metode tahapan analisis ............................................................... 29
1. Saluran pemasaran .......... ...................................................... 30
2. Analisis marjin pemasaran ..................................................... 30
3. Analisis elastisitas transmisi harga ........................................ 30
IV.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ......................... 32
A. Lokasi penelitian .......................................................................... 32
B. Kondisi topografi dan iklim .......................................................... 33
C. Keadaan demografi daerah .......................................................... 33
D. Sarana dan prasarana ..................................................................... 35
E. Kondisi umum perdagangan ........................................................ 39
F. Kebijaksanaan pertanian ............................................................... 41
V.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 42
A. Keadaan umum .............................................................................. 42
1. Karakteristik petani jagung .................................................... 42
2. Keadaan umum usahatani jagung ........................................ 49
3. Karakteristik pedagang jagung .............................................. 50
4. Konsumen ............................................................................... 55
B. Analisis pola distribusi .................................................................. 55
C. Analisis sistem pemasaran .......................................................... 57
1. Karakteristik lembaga pemasaran .......................................... 57
2. Keragaan pasar ........................................................................ 59
a. Saluran pemasaran ............................................................ 59
b. Analisis margin pemasaran .............................................. 68
c. Analisis elastisitas transmisi harga .................................. 85
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 88
A Kesimpulan..................................................................................... 88
B Saran .............................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 90
LAMPIRAN ............................................................................................. 92
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung nasional tahun
2007—2008 ......................................................................................... 2
2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun
2005—2008 ....................................................................................... 3
3. Produksi pabrik pakan di Propinsi Lampung tahun 2005--2006 ...... 4
4. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung
tahun 2006--2007 di Provinsi Lampung ............................................. 5
5. Perkembangan harga jagung pada tingkat produsen dan konsumen
di Provinsi Lampung tahun 2000--2008 ............................................ 6
6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan
Menurut jenis kelamin tahun 2007...................................................... 34
7. Sebaran matapencaharian penduduk di Kabupaten Lampung
Selatan tahun 2007 .......................................................................... 34
8. Sarana jalan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis
permukaan tahun 2007 ......................................................................... 36
9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung tahun 2007........ .. 37
10. Perkembangan koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung
Selatan ............................................................................................. . 38
11. Industri menengah dan besar di Kabupaten Lampung Selatan ....... 40
12. Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan........ .. 42
13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung
Selatan........ .......................................................................................... 43
14. Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten
Lampung Selatan........ ......................................................................... 44
Tabel Halaman
15. Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung
di Kabupaten Lampung Selatan........ .................................................. 44
16. Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten
Lampung Selatan............................................................................... 45
17. Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
dalam usahatani dan pemasaran hasilnya........................................... 47
18. Sebaran umur pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan..... 50
19. Sebaran tingkat pendidikan pedagang jagung di Kabupaten
Lampung Selatan..... ............................................................................ 51
20. Sebaran pengalaman dagang pedagang jagung di Kabupaten
Lampung Selatan..... ............................................................................ 51
21. Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung
Selatan dalam usahanya ................................................................... 52
22. Alokasi jagung hasil usahatani di Kabupaten Lampung Selatan
berdasarkan tempat tahun 2009 ........................................................... 56
23. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran pertama di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 59
24. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedua di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 70
25. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketiga di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 71
26. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempat di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 72
27. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kelima di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 74
28. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keenam di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 75
29. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketujuh di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 76
30. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedelapan di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 77
Tabel Halaman
31. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesembilan di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 78
32. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesepuluh di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 80
33. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesebelas di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 81
34. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keduabelas di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 82
35. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketigabelas di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 83
36. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempatbelas di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009......................................... 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pohon industri jagung .......................................................................... 11
2. Kerangka pemikiran pola distribusi dan efisiensi pemasaran
jagung di Kabupaten Lampung Selatan .............................................. 23
3. Bagan utama saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung
Selatan ................................................................................................... 59
4. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
yang berakhir di industri ternak .......................................................... 60
5. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
yang berakhir di industri pakan ternak di Luar Lampung ................. 61
6. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
yang berakhir di industri pakan ternak di Lampung ......................... 64
7. Bagan alokasi jagung di Kabupaten Lampung Selatan .................... 91
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
37. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten
Lampung Selatan ............................................................................. 92
38. Luas tanam dan produksi jagung di Kecamatan Ketapang ……… 92
39. Luas tanam jagung di Kecamatan Natar ........................................ 93
40. Identitas responden petani ………………………………………. 94
41. Identitas responden pedagang …………………………………… 96
42. Identitas responden konsumen ...................................................... 96
43. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung responden
petani dalam HKP ........................................................................... 97
44. Biaya produksi responden petani dalam satu musim tanam .......... 99
45. Daftar kepemilikan modal petani jagung di Kaabupaten
Lampung Selatan …………………………………………………. 103
46. Daftar kepemilikan modal pedagang jagung di Kaabupaten
Lampung Selatan …………………………………………………. 104
47. Data volume, harga dan penerimaan responden petani ............... 105
48. Data volume, harga dan penerimaan responden pedagang ........... 106
49. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil .... 107
50. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar .... 107
51. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang
antar daerah ....................................................................................... 108
52. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada konsumen
industri ............................................................................................. 108
Tabel Halaman
53. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen
langsung .......................................................................................... 108
54. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada
pedagang besar ............................................................................... 109
55. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada
pedagang antar daerah .................................................................. 109
56. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada
pabrik pakan Lampung .................................................................... 109
57. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada
pabrik pakan Lampung .................................................................... 109
58. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada
pedagang antar daerah .................................................................. 110
59. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada
ternak ayam ................................................................................... 110
60. Sebaran harga di tingkat harga konsumen dan harga di tingkat
produsen ………………………………………………………….. 111
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia yang
dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat utama selain gandum dan padi di
beberapa Negara. Suhardi (2002) dalam bukunya Hutan dan Kebun sebagai
Sumber Pangan Nasional mengungkapkan bahwa jagung merupakan sumber
karbohidrat kedua setelah beras di Indonesia. Suhardi dalam bukunya juga
memaparkan bahwa jagung mengandung setidaknya 73.7gram karbohidrat dalam
100gram jagung pipilan kering, sedangkan beras kurang lebih mengandung
78.9gram karbohidrat dalam 100gram beras. Selain sebagai bahan pangan jagung
juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan, industri makanan, industri
biofuel dan industri lainnya. Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak
manfaat sehingga komoditas jagung mempunyai peran strategis dalam
perekonomian Indonesia.
Jagung yang memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia memerlukan
perhatian khusus untuk menjaga ketersediaanya bagi pemenuhan kebutuhan
nasional. Upaya menjaga ketersediaan jagung yang lebih intensif diperlukan
menanggapi semakin meningkatnya kebutuhan jagung. Upaya peningkatan
ketersediaan jagung dapat dilakukan secara intensifikasi, yaitu dimulai dari
daerah-daerah sentra penghasil jagung. Provinsi Lampung merupakan salah satu
sentra produksi jagung di Indonesia, tepatnya sentra produksi jagung ketiga setelah
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari pangsa produksi dan luas
areal panen jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Nasional
No Provinsi 2007
Luas Produksi Persent*)
Lahan (ha) (ton) (%)
2008
Luas Produksi Persent*)
Lahan (ha) (ton) (%)
1
2
3
4
5
6
7 8
9
Jawa Timur
Jawa Tengah
Lampung Sulawesi Selatan
Sumatra Utara
Jawa Barat
NTT Gorontalo
Daerah lainnya
Jawa
Luar Jawa
Total
1.153.496 425.218 32.00
571.013 223.399 16.81
369.971 134.682 10.14 262.436 96.995 7.30
229.882 80.485 6.06
113.373 57.751 4.35
217.478 51.436 3.87 119.027 57.278 4.31
593.648 206.007 15.17
1.914.854 734.263 55.26
1.715.470 594.489 44.47
3.630.324 1.328.752 100.00
1.235.933 505.310 30.96
639.354 267.991 16.42
387.259 180.872 11.08 287.181 120.575 7.39
240.413 109.896 6.73
118.976 64.064 3.92
267.215 66.834 4.09 156.436 75.359 4.62
670.546 241.487 14.79
2.071.752 867.936 53.17
1.931.561 764.455 46.83
4.003.313 1.632.392 100.00
Sumber: BPS, Statistik Indonesia.
*) Persentasi produksi tiap daerah terhadap total produksi Indonesia
Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa Provinsi Lampung merupakan salah satu
sentra produksi jagung. Sumbangsih Lampung dalam ketersediaan jagung
nasional sebesar 10.14persen dalam produksi jagung nasional pada tahun 2007
yang kemudian meningkat menjadi 11.08persen pada tahun berikutnya.
Peningkatan produksi jagung di Propinsi Lampung didukung oleh kegiatan
perluasan lahan jagung dan peningkatan produktivitas karena kondisi lahanya
mendukung, dapat dilihat dari peningkatan luas lahan dan produksi pada table
diatas, sehingga dalam upaya peningkatan ketersediaan jagung nasional Lampung
merupakan salah satu daerah sentra yang memiliki peran strategis.
Produksi jagung di Provinsi Lampung pada beberapa tahun terakhir menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari
pencapaian produksi jagung Provinsi Lampung yang mendekati sasaran yang
direncanakan pemerintah daerah, bahkan pada tahun 2008 lalu produksi jagung
yang dihasilkan mampu melebihi rencana yaitu sekitar 10.02 persen di atas sasaran
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2005—
2008
No Tahun Sasaran (ton) Realisasi (ton) Pencapaian sasaran (%)
1
2
3
4
2005
2006
2007
2008
1.262.847
1.373.416
1.508.925
1.566.285
1.439.000
1.183.982
1.346.821
1.723.183
113.95
86.21
89.26
110.02
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung 2005—2008
Data di atas menunjukkan keberhasilan produksi jagung beberapa tahun terakhir.
Produksi yang dihasilkan dari tahun ketahun menunjukkan perkembangan yang
cukup baik, terjadi kenaikan produksi, dan jika dibandingkan dengan sasaran
produksi yang ditetapkan pemerintah daerah selalu mampu mencapai hasil lebih
dari 80 persen. Pada tahun 2008 lalu produksi yang dihasilkan mampu melebihi
sasaran yang ditetapkan.
Produksi jagung yang cukup baik seperti ditunjukkan dalam tabel di atas
seharusnya sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam provinsi, tetapi data dari
Dinas Peternakan Provinsi Lampung menyebutkan bahwa beberapa perusahaan
pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih berproduksi di
bawah kapasitas terpasang. Belum tercapainya produksi pakan ternak pada
kapasitas terpasang ini diduga karena kurangnya jagung sebagai bahan baku,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006
No Nama Pabrik Kapasitas
Terpasang
(ton)
Produksi Tahun (ton) Persentase penggunaan
kapasitas(%)
2005 2006 2005 2006
1 PT. Japfa Compeed
Indonesia
200.000,00 91.594,55 131.003,00 45.8
65.5
2 PT. Sentra Profeed
Intermitra
168.000,00 42.905,00 47.460,00 25.54
28.25
3 PT. Vistagrain
Corporation.
160.000,00 90.900,00 101.150,00 56.81
63.22
Sumber: Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006, Dinas Peternakan Provinsi Lampung.
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan pakan ternak di
Provinsi Lampung masih berproduksi jauh di bawah kapasitas optimum atau
kapasitas terpasangnya. Produksi beberapa perusahaan pakan ternak hingga tahun
2006 lalu tidak lebih dari 60persen bahkan ada yang beroprasi dibawah 30persen.
Keadaan ini menggambarkan bahwa perusahaan masih mengalami kendala
terutama dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk usahanya yang bersifat
kontinyu. Selain itu, informasi dari Kantor Bea dan Cukai (BC) serta Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Lampung menyebutkankan
bahwa impor jagung ke Lampung selama 10 bulan tahun 2007 mencapai
17,193ribu ton. Impor jagung tersebut digunakan untuk bahan baku dan
mendukung kelancaran proses produksi, di antaranya industri pakan ternak.
Kondisi Lampung yang merupakan sentra produksi jagung dan produksinya yang
semakin baik seharusnya mampu memenuhi kebutuhan di daerah, akan tetapi pada
kenyataanya konsumen (pabrik pakan ternak) masih mengalami kekurangan dan
mengandalkan import. Keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang alokasi
produksi jagung di Provinsi Lampung.
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Lampung sekaligus merupakan sentra produksi jagung ke-2 setelah Kabupaten
Lampung Timur di Provinsi Lampung. Data terakhir hingga tahun 2007 lalu,
Kabupaten Lampung Selatan menyumbang lebih dari seperempat produksi jagung
di Provinsi Lampung atau sekitar 27.78 persen dari keseluruhan produksi jagung di
Propinsi Lampung. Angka 27.78 persen merupakan angka yang cukup besar dan
menandakan bahwa Kabupaten Lampung Selatan memiliki peran serta potensi
yang cukup besar dalam pengembangan usahatani jagung menunjang kegiatan
swasembada jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung tahun
2006—2007 di Provinsi Lampung No Kabupaten 2006 2007
Luas Produksi Prdktivts Pers*)
(ha) (kw) (kw/ha) (%)
Luas Produksi Prktivts Pers*)
(ha) (kw) (kw/ha) (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung
Selatan Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Pesawaran
Bandar Lampung
Metro
Lampung
943 2.950 31.28 0.25
9.637 32.890 34.13 2.78
92.251 344.511 37.34 29.10
99.566 349.652 35.12 29.53
79.522 285.450 35.90 24.11
29.468 98.104 33.29 8.29
10.582 35.022 33.10 2.96
9.980 32.945 33.01 2.78
0 0 0.00 0.00
226 845 37.39 0.07
465 1.613 34.69 0.14
332.640 1.183.982 35.59 100.00
939 2.996 31.91 0.22
8.211 28.887 35.18 2.14
97.917 374.099 38.21 27.78
112.797 408.201 36.19 30.31
91.872 337.305 36.71 25.04
33.429 113.010 33.81 8.39
10.987 36.582 33.30 2.72
12.837 42.307 32.96 3.14
0 0 0.00 0.00
176 674 38.30 0.05
806 2.760 34.24 0.20
369.971 1.346.821 36.40 100.00
Sumber: Lampung Dalam Angka 2008, BPS.
*)Persentase produksi jagung tiap daerah terhadap total produksi jagung Lampung
Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra
produksi jagung kedua setelah Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten Lampung
Selatan juga merupakan kabupaten yang lokasinya berbatasan dengan pelabuhan,
sehingga akses komoditas jagung Kabupaten Lampung Selatan untuk keluar
Lampung lebih mudah. Dengan demikian, untuk mengetahui bagaimana dan
kemana aliran hasil produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan perlu
diadakan penelitian mengenai pola distribusi dari komoditas jagung tersebut.
Keberhasilan produksi jagung tidak memberikan dampak yang berarti bila tidak
diimbangi dengan peningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani
dipengaruhi oleh produktivitas usahatani jagung dan harga dari komoditas jagung
yang dihasilkan. Produktivitas usahatani jagung ditentukan oleh efisiensi produksi
dalam usahatani. Sementara harga jagung yang diterima petani dipengaruhi oleh
efisiensi pemasaran jagung yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada, dari
tahun ke tahun terlihat adanya peningkatan produksi jagung di Lampung,
sementara untuk harga yang diterima oleh petani dari tahun ke tahun masih
relative rendah. Perbedaan harga jagung yang diterima petani dan pabrik
memiliki rentang yang cukup lebar menandakan masih belum efisiensinya
pemasaran jagung yang terjadi, seperti terlihat pada Tabel 5.
Table 5. Perkembangan harga pada tingkat produsen dan konsumen di Provinsi
Lampung tahun 2000—2008 No Tahun Harga di tingkat
petani (KA 40%)
(Rp/ kg)
Harga di tingkat Pabrik (KA 40%)
(Rp/ kg)
Selisih Harga
Persent selisih
(%)*)
Pertumbuhan**)
1
2
3
4
5 6
7
8
9
10
2000
2001
2002
2003
2004 2005
2006
2007
2008
2009
rata-rata
770
895
913
928
977 1062
1158
1325
1945
1863
1183.6
970
1179
1241
1168
1359 2040
1701
1945
2300
2182
1608.5
200
284
328
240
382 988
543
620
355
319
425.9
25.97
31.73
35.93
25.86
39.10 93.03
46.89
46.79
18.25
17.12
35.98
-
0.42
0.15
-0.27
0.59 1.59
-0.45
0.14
-0.43
-0.10
Sumber: Badan Pusat Statistik 2000--2009
*) Persentase selisih harga di tingkat petani dan pabrik terhadap harga petani
**) Pertumbuhan selisih harga pada tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya
Harga jagung di tingkat petani dan pabrik menunjukkan perbedaan yang
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Margin pemasaran yang merupakan selisih dari
kedua harga tersebut cukup tinggi. Persentase selisih harga di tingkat petani dan
konsumen memiliki nilai yang beragam dari 17,12—93,03 persen menunjukkan
tingkat korelasi di kedua harga tersebut tidak stabil. Pada kolom pertumbuhan
nilai positif menunjukkan terjadinya kenaikan harga dan nilai negative untuk
keadaan penurunan harga. Nilai positif yang terjadi memiliki range cukup lebar
(0,14—1,59). Data tersebut menggambarkan kenaikan harga di tingkat konsumen
memiliki pengaruh yang sedikit terhadap perubahan harga di tingkat petani
(korelasi rendah). Rendahnya tingkat korelasi yang tergambar dari data tersebut
dapat dijadikan salah satu indikasi belum efisienya saluran pemasaran.
Pencapaian sasaran produksi jagung yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dan
kondisi pabrik pakan ternak yang masih beroprasi dibawah kapasitas optimumnya
serta tingginya margin pemasaran jagung merupakan salah satu permasalahan
jagung yang ada di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, penelitian tentang pola
distribusi dan efisiensi pemasaran jagung ini sangat diperlukan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan dalam mengatasi permasalahan komoditas jagung di
Kabupaten Lampung Selatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan antara lain
sebagai berikut
1. Bagaimanakah pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten
Lampung Selatan?
2. Apakah pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan sudah efisien?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah
1. Mengetahui pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten
Lampung Selatan.
2. Menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
1. Petani, pedagang perantara dan konsumen sebagai bahan pertimbangan
dalam memasarkan jagung.
2. Instansi terkait, sebagai bahan informasi untuk pembuatan kebijakan yang
terkait dengan masalah kinerja pemasaran jagung di Kabupaten Lampung
Selatan.
3. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pembanding bagi penelitian
selanjutnya mengenai pemasaran jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Komoditas Jagung
Jagung merupakan tanaman yang dapat digolongkan dalam berbagai macam
kelompok tanaman seperti,
a) Kelompok tanaman pangan, jika yang dihasilkan digunakan untuk
kebutuhan pangan pokok.
b) Kelompok tanaman hortikultura, jika jagung yang dihasilkan dimanfaatkan
sebagai buah meja, sayuran dan obat-obatan, yang tergolong dalam
kelompok ini adalah jagung manis dan jagung muda yang belum berisi
(soleng).
c) Kelompok tanaman perkebunan, jika tanaman tersebut diusahakan pada
lahan yang luas disertai manajemen yang baik dan hasilnya digunakan
sebagai bahan baku industri.
Jagung merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi cukup baik dan
dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Menurut Najiyati (1992), manfaat
tanaman jagung bisaa digunakan untuk tiga tujuan utama:
a) Sebagai bahan makanan pokok terutama di daerah tropis,
b) Makanan untuk ternak hewan dan unggas, terutama di negara-negara
industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total
perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak dan
c) Sebagai bahan baku untuk banyak hasil-hasil industri.;
Tanaman jagung merupakan tanaman yang hampir tidak memiliki nilai sisa selain
bijinya yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bagian tanaman jagung
lainya pun dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti halnya bentuk kerajinan
maupun bahan bakar. Jagung memiliki banyak manfaat dan pilihan dalam
memanfaatkanya, usia memanenpun dapat merubah kegunaan dari jagung tersebut.
Bonggol jagung dalam usia muda belum menghasilkan biji dimanfaatkan sebagai
sayuran, sedangkan dalam usia lebih tua dapat dimanfaatkan sebagai buah meja
dan pada usia tua dalam keadaan kering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
seperti industri pakan, industri biofuel dan sebagainya. Kegunaan jagung lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
Gambar 1. Pohon Industri Jagung
Baby corn
Jagung muda
Jagung tua
Daun dan batang
Kompos
Buah
Jagung
Pakan ternak
Industri makanan
Industi pakan
Industri lainnya
Kulit jagung
Kerajinan tangan
Bahan bakar
Tongkol
Biji Makanan jajanan
Tepung Jagung
Sayuran
Buah meja
Bahan bakar
Industri biofuel
2. Tataniaga Pertanian (Marketing)
Pemasaran atau tataniaga merupakan rangkaian kegiatan pendistribusian suatu
barang. Nasruddin dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian menyatakan
bahwa tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan
dengan pemindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan
kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ketangan konsumen, termasuk
didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari
barang yang ditujukan untuk mempermudah penyalurannya dan memberikan
kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Saluran tataniaga adalah jalur
yang dilalui komoditas dari titik produsen sampai titik konsumen terakhir. Hal
yang dapat dipelajari dengan mengikuti saluran tataniaga suatu produk antara lain
adalah:
a) Jumlah produk yang dijual petani kepada tengkulak atau langsung ke
konsumen akhir atau ke pedagang besar
b) Peranan dari pelaku tataniaga termasuk peranan petani
c) Tempat terjadinya informasi
Dalam Kegiatan pemasaran atau pendistribusian barang hingga sampai pada
tangan konsumen terdapat berbagai kegiatan, diantaranya adalah kegiatan
pembeliandan penjualan yang berarti pemindahan hak milik serta kegiatan
pemindahan barang yang berkenaan dengan pengangkutan yang berarti
pemindahan lokasi, seperti di paparkan oleh Nasruddin dalam bukunya yang
berjudul tataniaga pertanian, beliau menyebutkan bahwa fungsi dalam proses
tataniaga adalah sebagai berikut:
a) Pembelian/ buying, merupakan suatu fungsi yang bersangkutan dengan
pemindahan dan atau pemilikan sejumlah barang yang dimaksudkan
sebagai persediaan produksi ataupun untuk mencukupi kebutuhan.
b) Penjualan dan penyebaran, kegiatan-kegiatan untuk mencari dan atau
mengusahakan agar barang-barang yang telah diproduksi atau yang telah
dimiliki mendapatkan permintaan-permintaan pasar (para konsumen) yang
cukup baik atau banyak, terutama mengenai kuantitasnya dan harganya
yang cukup menguntungkan.
c) Pengangkutan dan transportasi, memindahkan suatu produk dari sumber
penghasilannya ke pasar atau ke tempat konsumennya pada waktu yang
tertentu yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan atau kepentingan pasar
atau konsumen.
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan pendistribusian barang hingga sampai
pada tangan konsumen. Dalam kelancaran kegiatan tersebut terdapat peran dari
lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang dimaksud adalah segala
usaha yang berkaitan dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat,
seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan agen-agen atau perusahaan dagang,
perbankan, perusahaan pengepakan, perusahaan angkutan usaha pertanggungan
dan lain sebagainya. Perusahaan dagang, perusahaan pengepakan, perusahaan
angkutan usaha pertanggungan, kesemuaanya memegang peranan dalam
penyampaian produk-produk itu ke pasar (konsumen) dengan menjamin
sampainya produk-produk itu ke tangan konsumen (pasar) tanpa ada kerusakan-
kerusakan di samping waktu penyampaian yang tepat.
Kegiatan pemasaran yang merupakan pemindahan barang berdasarkan hak milik
maupun lokasi pasti akan menimbulkan resiko dalam setiap kegiatannya terutama
untuk barang-barang hasil pertanian yang mudah rusak. McCarthy dalam bukunya
yang berjudul Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial Global,
mengemukakan bahwa resiko merupakan fungsi yang bersangkutan dengan
kerugian. Resiko timbul apabila suatu kegiatan dalam tataniaga dilakukan tanpa
mengetahui hasil-hasil yang akan diperoleh, atau dilakukan dengan kemungkinan
bahwa hasilnya akan sebaliknya, maka karena itulah dengan pertimbangan,
perhitungan dan perencanaan yang sematang-matangnya (mantap).
Macam resiko yang dihadapi:
a) Resiko kepemilikan
b) Resiko keuangan
c) Kerugian karena kecelakaan
d) Kerugian karena perikatan
e) Kerugian karena tatakerja
f) Kerugian karena pengaruh cuaca
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting, terutama berkaitan
dengan harga hasil usahatani yang akan diperoleh bagi produsen serta upaya
penyebaran suatu barang ke tempat lain yang membutuhkan. Kegiatan pemasaran
merupakan kegiatan yang sangat penting salah satunya bagi ketersedian barang
ditempat lain yang membutuhkan, seperti ungkapan Kotler yang dikutip oleh
Soekartawi dalam bukunya ada lima faktor yang menyebabkan mengapa
pemasaran itu penting, diantaranya adalah:
a) Jumlah produk yang dijual menurun,
b) Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun,
c) Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen,
d) Kompetisi yang semakin tajam,
e) Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan
Produk-produk hasil pertanian memiliki karakteristik yang berbada berkenaan
dengan daya simpan atau tingkat kerusakannya maupun keadaan produsennya.
Soekartawi (1991) pun menambahkan pentingnya pemasaran untuk komoditas
pertanian bahwa untuk komoditas pertanian pemasaran terjadi bukan saja
ditentukan oleh lima aspek tersebut tetapi juga aspek lain yaitu:
a) Kebutuhan yang mendesak,
b) Tingkat komersialisasi produsen (petani),
c) Keadaan harga yang menguntungkan,
d) Karena peraturan.
Pentingnya pemasaran dalam penyebaran barang dan kontribusinya dalam
ketersediaan barang di suatu daerah merupakan hal yang sangat mendukung bagi
kelancaran kegiatan ekonomi disuatu daerah. Kegiatan pemasaran disamping
berperan dalam ketersediaan dan penyebaran barang juga berperan dalam
perolehan harga yang lebih baik.
Dalam kegiatan pemasaran terdapat peran dari lembaga-lembaga pemasaran yang
terlibat. Pola yang dibentuk oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut disebut
dengan rantai pemasaran. Dalam karyanya yang berjudul manajemen pemasaran
Mursyid (1993) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya rantai
pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen sering dirugikan, yaitu
sebagai berikut:
a) Pasar yang tidak bekerja secara sempurna,
b) Lemahnya informasi pasar,
c) Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar,
d) Lemahnya posisi produsen )petani) untuk melakukan penawaran untuk
mendapatkan harga yang baik,
e) Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan
pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun-temurun.
Manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan pemasaran terutama keuntungan yang
diperoleh lembaga pemasaran menarik beberapa masyarakat yang akhirnya
menekuni kegiatan tersebut. Banyaknya lembaga pemasaran merupakan salah satu
penyebab semakin panjangnya rantai pemasaran. Mursid (1993) mengemukakan
beberapa faktor yang menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran
antaralain adalah
a) Jarak antara produsen ke konsumen, makin jauh maka makin panjang
saluran pemasarannya,
b) Cepat lambatnya produk rusak, produk yang cepat rusak menghendaki
saluran pemasaran yang pendek,
c) Skala produksi, semakin kecil skala produksi semakin panjang saluran
pemasarannya,
d) Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung mampu memperpendek saluran,
e) Derajat standarisasi, makin identik produk makin panjang salurannya,
f) Kemeruahan produk, biaya pemindahan tinggi saluran terpendek,
g) Nilai unit dari suatu produk, makin rendah nilai unit suatu produk semakin
panjang saluran pemasarannya,
h) Bentuk pemakaian produk, produk yang dapat digunakan untuk berbagai
bentuk pemakaian bisaanya saluran tataniaganya lebih rumit dan panjang,
i) Struktur pasar, struktur pasar yang berbentuk monopoli bisaanya saluran
tataniaganya lebih pendek dibanding struktur pasar yang lain.
Panjangnya saluran pemasaran menimbulkan beberapa pengaruh diantaranya
adalah tingginya margin pemasaran. Tingginya margin pemasaran
menggambarkan perbedaan harga yang tinggi antara harga ditingkat produsen dan
harga pada tingkat konsumen. Keadaan tersebut dapat berarti dua kemungkinan
yaitu produsen dirugikan karena harga yang diterima terlalu rendah karena ditekan
atau konsumen dirugikan karena harga yang diterima terlalu tinggi karena margin
dibebankan pada harga tersebut.
3. Efisiensi Tataniaga/ Pemasaran
Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua pihak
merasa diuntungkan dengan adanya kegiatan pemasaran tersebut. Suatu kegiatan
pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau diukur dengan
efisiensi pemasaran. Efisiensi tataniaga merupakan salah satu ukuran untuk
menilai kinerja pasar. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan rasio
input-output.
1
Cara mengukur efisiensi tataniaga menurut Nasruddin (1996) dapat melalui:
a) Margin tataniaga
b) Analisis syarat-syarat pasar bersaing sempurna
c) Analisis keterpaduan pasar
d) Harga pada tingkat konsumen
e) tersedianya fasilitas fisik tataniaga.
Cara yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya menggunakan cara
tersebut yaitu dengan melihat besarnya margin pemasaran dan rasio profit margin
dari masing-masing lembaga pemasaran. Marjin tataniaga dirumuskan sebagai
perbedaan antara harga yang diterima produsen dan harga yang diterima
konsumen. Nasrudin (1996) dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian
menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi margin tataniaga adalah sebagai
berikut:
a) Biaya tataniaga
b) Tingkat persaingan antara para pedagang
c) Strategi-strategi yang ditunjukkan oleh para pedagang
d) Sikap para pedagang terhadap resiko
e) Banyaknya perantara yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa ke
konsumen akhir.
Dalam penelitian ini yang diukur untuk menentukan margin pemasaran secara
kuantitatif adalah biaya produksi, biaya pemasaran dan keuntungan dari masing-
masing lembaga pemasaran. Sedangkan faktor lain digunakan dalam pmbahasan
efisiensi pemasaran secara kualitatif.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian Fansuri tahun 2008 dengan metode SPC menghasilkan kesimpulan
bahwa pemasaran jagung di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung
Selatan belum efisien. Mayoritas responden berada pada klasifikasi rendah
atau banyak responden tidak melakukan yang dianjurkan oleh penyuluh
pertanian. Tetapi ada beberapa kelompok tani yang ketua kelompoknya mau
mengkoordinir hasil panen anggotanya, kemudian mereka menjualnya pada
pabrik besar dengan harga yang lebih mahal dari pada menjual kepada
tengkulak.
Penelitian Irawan tahun 2005 menggunakan analisis margin, koefisien korelasi
harg dan elastisitas transmisi harga menghasilkan kesimpulan bahwa
pemasaran jagung di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur
belum efisien hal ini dilihat dari perolehan margin pemasaran ditingkat petani
yang lebih rendah dibandingkan dengan perolehan margin pemasaran yang
diperoleh lembaga pemasaran yang lainnya. Petani menjual hasil usahataninya
ke pedagang kecil yang sebelumnya memberikan modal untuk usahataninya,
sehingga harga yang berlaku adalah harga yang ditentukan oleh pedagang
kecil.
Penelitian Remonaldi tahun 2009 menghasilkan kesimpulan bahwa saluran
pemasaran jagung di Kabupaten Tanggamus sebagian besar dari petani ke
pedang pengumpul atau gudang silo, hal tersebut ditujukan untuk menghemat
biaya pemasaran, selain itu hasil produksi yang dihasilkan petani relatif kecil
sehingga tidak memungkinkan untuk dijual langsung ke pabrik pengolahan
jagung. Selanjutnya pedagang kecil atau gudang silo tersebut langsung
menjual ke pedagang besar atau eksportir seperti PT. CPI (Caroen Phokhpan
Indonesia).
Penelitian Susanto pada tahun 2007 menghasilkan kesimpulan bahwa
pemasaran jagung di Kecamatan Ketapang belum efisien ditunjukkan dengan
nilai elastisitas transmisi harga yang masih di atas angka 1. Struktur pasar
jagung di Kecamatan Ketapang berada dalam kondisi tidak sempurna, nilai
koefisien korelasi harganya dibawah 1.
Penelitian Sadikin tahun 2000 menghasilkan kesimpulan bahwa harga jagung
di tingkat petani lebih rendah dibanding dengan harga sosial yang seharusnya
diterima, berkaitan dengan dua faktor klasik, yaitu (1) Lembaga pemasaran
output belum berfungsi efektif dan tidak transparan, sehingga rantai pemasaran
panjang dan biaya pemasaran tinggi, dan (2) Posisi tawar petani lemah
sehingga petani menjadi penerima harga yang masif dan sekaligus sangat ta'at
terhadap kemauan dan keputusan pedagang. Timpangnya distribusi
regionalitas intensifikasi jagung antara daerah Jawa dan luar Jawa,sebab
meskipun saat ini kontribusi produksi jagung luar Jawa terhadap produksi
jagung nasional hanya sekitar 39 persen.
C. Kerangka Pemikiran
Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dan mempunyai
peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Lampung merupakan sentra
produksi Jagung ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Propinsi
Lampung.
Produksi dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung menunjukkan
perkembangan yang cukup baik bahkan pada tahun 2008 lalu. Produksi jagung
Lampung dapat melebihi sasaran produksi yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah atau dinas terkait. Sementaraitu, dilihat dari segi konsumsi perusahan
pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih beroprasi di
bawah kapasitas optimumnya dan salah satunya disebabkan oleh kurangnyan
pasokan jagung sebagai bahan baku. Surplus dari produksi suatu komoditas
seharusnya diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dalam wilayah tertentu,
terutama untuk industri yang berperan sebagai konsumen terbesar yang
menyerap komoditas tersebut. Terlebih lagi jika konsumen tersebut
merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan ekonomi dan sosial yang
sangat pokok. Seperti halnya industri pakan ternak yang berbahan baku
jagung, hasil dari kegiatan pakan ternak tersebut adalah menghasilkan
makanan untuk ternak. Apabila jumlahnya tidak tercukupi akan terjadi
kelangkaan pakan, yang mengakibatkan harga pakan naik, dan jika harga
pakan naik maka produksi daging ayam akan turun dan akhirnya berimbas
pada menurunnya tingkat pemenuhan gizi pada masyarakat. Dengan demikian,
perlu dianalisis pola distribusi dan saluran pemasaran jagung untuk mengetahui
kemana saja aliran komoditas jagung di kabupaten Lampung Selatan.
Panjang pendeknya saluran pemasaran dan siapa saja yang terlibat dalam
saluran pemasaran menentukan bagaimana struktur pasar dan bagaimana
struktur pasar yang terbentuk berpengaruh pada pembentukan harga barang.
Tujuan dari usahatani jagung adalah memperoleh keuntungan yang maksimum
bagi petani sebagai pelaku utama usahatani. Finansial usaha tani lebih
dipengaruhi oleh harga jual yang diterima petani, sedangkan tingkat harga
yang diterima petani dipengaruhi oleh tingkat efisiensi pemasaran dari
komoditi yang dihasilkan.
Analisis margin pemasaran dan koefisien korelasi harga merupakan alat yang
saling mendukung dan sering digunakan untuk menentukan efisiensi suatu
pemasaran. Integrasi pasar dianalisis menggunakan elastisitas transmisi harga,
terutama untuk melihat perubahan harga produk di tingkat produsen yang
ditransmisikan ke harga konsumen.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung
di Kabupaten Lampung Selatan
Pola Distribusi ?
Jagung Dinamika jagung di Propinsi Lampung
Produksi dan Produktivitas
mampu
melebihi sasaran Pemda
Konsumen
mengeluh
kekurarang
suplay jagung
Usaha tani jagung
Efisiensi Pemasaran?
Biaya Produksi
Harga
Output
Penerimaan
Keuntungan
Kinerja pasar
a. Saluran pemasaran
b. Margin pemasaran
c. Elastisitas transmisi harga
Produksi > Konsumsi tapi
konsumen masih merasa
kekurangan suplay untuk
konsumsi
Input Output
(produksi)
Harga input
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk tentang
variable yang akan diteliti dan sangat penting untuk dianalisis (data-data yang
berhubungan dengan tujuan penelitian). Batasan operasional disusun dengan tujuan
untuk membatasi ruang lingkup variabel yang digunakan serta untuk menghindari
penafsiran yang berbeda dari istilah yang digunakan dalam penelitian.
Distribusi yang dimaksud dalam penelitian adalah proses pemindahan suatu barang dari
suatu tempat ke tempat lain.
Pola distribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alokasi suatu komoditas
menurut kegunaan dan tempat.
Sistem pemasaran dalam penelitian ini ditinjau dari pendekatan serba lembaga
(institutional approach) yaitu pendekatan dari segi lembaga-lembaga atau organisasi yang
terkait dalam hal pemasaran jagung.
Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga yang digunakan untuk menyampaikan
komoditas jagung dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembelian,
pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan dari petani jagung ke konsumen akhir.
Petani produsen adalah petani jagung yang termasuk dalam sampel penelitian.
Pengangkut adalah orang yang melakukan pengaturan secara bersama-sama dalam
pengangkutan jagung.
Pedagang kecil adalah orang yang membeli jagung langsung dari petani produsen dan
berada di desa dan kecamatan.
Pedagang besar adalah orang yang membeli jagung dari agen atau pedagang kecil di
kabupaten.
Eksportir atau pedagang antar daerah adalah badan usaha yang melakukan pembelian
jagung dari pedagang besar maupun dari pedagang kecil kecil yang berada di daerahnya
dan menjual jagung ke luar daerah.
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan, baik oleh petani maupun
pedagang untuk memasarkan jagung sampai ke konsumen akhir, meliputi biaya sortasi,
greeding, packging, pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya penyusutan, dan biaya-
biaya lainnya dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).
Harga beli adalah harga yang dibayar oleh masing-masing lembaga pemasaran dan
konsumen untuk mendapatkan jagung, dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram
(Rp/Kg).
Pasar dalam hal ini adalah suatu tempat (lokasi) dimana terjadi transaksi jual beli jagung
dan sebagai tempat terbentuknya harga.
Pemasaran dalam hal ini adalah keragaan dari kegiatan yang meliputi penyampaian
jagung atau jasa-jasa yang diberikan dalam bisnis jagung.
Harga jual adalah harga yang berlaku untuk menjual jagung pada tiap lembaga
pemasaran dan konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).
Volume pembelian adalah jumlah produksi yang dibeli oleh lembaga-lembaga
pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
Volume penjualan adalah jumlah produksi yang dijual oleh petani maupun lembaga-
lembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
Konsumen akhir adalah lembaga pemasaran terakhir yang membeli jagung.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Lampung Selatan tepatnya di Kecamatan Natar dan
Ketapang. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan September--November
2009. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi
jagung kedua setelah Lampung Timur. Sedangkan Kecamatan Ketapang dan Natar
merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat ditabel
27—29 pada lampiran.
Jumlah sample ditentukan atas pertimbangan jumlah populasi dari masing-masing desa.
Populasi penelitian adalah 446 petani jagung dari desa Tanjung Sari kecamatan Natar dan
589 petani jagung dari desa Ruguk Kecamatan Ketapang. Responden dipilih secara acak
(Sample Random Sampling) berjumlah 51 petani dengan total 1035 Petani jagung di
kedua kecamatan tersebut.
Penentuan jumlah sample mengacu pada Sugiarto (2003), dengan perhitungan sebagai
barikut:
NZ2 S
2
n =
Nd2 + Z
2S
2
Keterangan:
n = Jumlah Sample
N = Jumlah anggota dalam populasi
Z = Derajat kepercayaan (1.96)
S2
= Varian sample (5%)
d = Derajat Penyimpangan ( 5%)
n = 1035 * (1.645)2 * 0.05
1035 * (0.05)2 + (1.645)
2 * 0.05
n = 140,037= 51
2,723
Untuk sample setiap kelompok ditentukan proporsional dengan menggunakan rumus
Natsir (1988), yaitu:
ni = Ni * n
N
Keterangan:
ni = Jumlah sample
Ni = Jumlah Anggota
N = Jumlah Anggota dalam Populasi
n = Jumlah Sample secara keseluruhan
Sample desa Tanjung Sari = 446 * 51 = 21,9768 = 22
1035
Sample desa Ruguk = 589 * 51 = 29,0232 = 29
1035
Untuk lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam
pemasaran jagung di lokasi penelitian, menggunakan snowball sampling, cara
pengambilan sample dengan teknik ini dilakukan secara berantai. Mulai dari ukuran
yang terkecil makin lama makin besar. Dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan
interview terhadap seorang responden petani, selanjutnya yang bersangkutan diminta
untuk menyebutkan calon responden berikutnya. Hal ini dilakukan sedemikian rupa
sehingga didapat suatu rantai pemasaran.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui observasi,
wawancara dan penyebaran angket atau kuisioner, sedangkan pengumpulan data
dilakukan dengan teknik sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer didapat melalui hasil
wawancara langsung kepada responden berdasarkan atas daftar pertanyaan yang telah
disusun. Responden dalam penelitian ini adalah para petani, pedagang kecil, pedagang
besar, serta lembaga lain yang terlibat dalam saluran tataniaga jagung di Kabupaten
Lampung Selatan.
Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang berhubungan dengan objek penelitian.
Data sekunder tersebut antara lain didapat didapat dari Dinas Pertanian, Badan Pusat
Statistik, website Departemen Perdagangan Indonesia, skripsi peneliti terdahulu, jurnal
penelitian dan literature yang berhubungan dengan topik penelitian.
Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: biaya produksi, jumlah produksi,
nilai penjualan, volume penjualan, harga jual, harga beli, volume pembelian, biaya
pemasaran, keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran, margin pemasaran, dan
lembaga pemasaran. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan pada pengkajian pola distribusi, saluran
pemasaran dan jenis konsumen, keuntungan petani, dan distribusi keuntungan. Analisis
kuantitatif digunakan untuk menganalisis margin pemasaran, korelasi harga dan
elastisitas transmisi harga.
D. Model Tahapan Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis
statistic. Analisis deskriptif meliputi gambaran hasil pengamatan di lapangan untuk
melihat pola distrbusi, struktur pasar, distribusi jagung beserta lembaga-lembaga yang
terlibat. Analisis statistic digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran yang
meliputi analisis margin pemasaran, koefisiensi harga dan elastisitas transmisi harga.
Jenis model tahapan analisis yang dapat digunakan pada analisis pemasaran antara lain:
Kinerja pasar
a. Saluran pemasaran
Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif kualitatif, mulai dari tingkat produsen
jagung melalui lembaga-lembaga pemasaran hingga sampai pada konsumen. Selain itu
dilihat juga fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga
pemasaran jagung.
b. Analisis Margin Pemasaran
MP = Pr – Pf atau MP = ΣBi + ΣKi
Keterangan:
MP = Margin pemasaran
Pr = Harga tingkat pengecer
Pf = Harga tingkat petani ΣBi= Jumlah biaya yang dikeluarkan lembaga – lembaga pemasaran (B1,B2,B3…..Bn)
ΣKi= Jumlah keuntungan yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran (K1,K2,K3...Kn)
Rasio profit marjin (RPM), RPM = i
i
bt
c. Analisis Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu
barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat
pasar lainnya. (Hasyim 2003 dalam Setiawan 2010)
Rumus elastisitas Transmisi Harga:
Et = δPf x Pr
δPr Pf
Karena harga ditingkat produsen (Pf) linear terhadap harga ditingkat konsumen (Pr) atau
secara matematis dituliskan sebagai berikut:
Pf = a + b Pr
Keterangan:
Et = Elastisitas Transmisi harga
a = intersep (titik potong)
b = koeficien regresi atau slope
Pr = Harga rata-rata komoditas di tingkat konsumen
Pf = Harga rata-rata komoditas di tingkat petani
Criteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim,
1994):
1. Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan
harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku
pasar adalah bersaing sempurna, dan system tataniaga yang terjadi sudah efisien.
2. Et > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dari pada laju
perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh
seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan
monopoli atau oligopoly dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga
yang berlaku belum efisien.
3. Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari pada laju
perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh
seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan
monopsoni atau oligopsoni dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga
yang berlaku belum efisien.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kabupaten Lampung Selatan terbentuk pada tahun 1956 yang merupakan salah satu
Kabupaten di Propinsi Sumatra Selatan. Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 4
tahun 1956 tentang Pembentukan daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi
Sumatra Selatan sebanyak 14 kabupaten yang diantaranya adalah Kabupaten Lampung
Selatan. Saat ini Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari daerah tingkat
II yang ada di Propinsi Lampung. Secara administrative Kabupaten Lampung Selatan
terdiri dari 17 kecamatan dan salanjutnya terdiri dari 251 desa/ kelurahan (248 desa dan 3
kelurahan).
Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.109,74km2,
dengan kantor pusat di Kota Kalianda yang merupakan ibukota Kabupaten Lampung
Selatan. Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan
Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur,
sebelah selatan dengan Selat Sunda, sebelah barat dengan Kabupaten Pesawaran
dan sebelah timut dengan Laut Jawa.
B. Kondisi Topografi dan Iklim
Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari segi geologinya sebagian besar terdiri dari
batuan endesit, ditutupi turfazam, pegunungan vulkanis muda serta dataran alluvial
berawa-rawa dengan pohon bakau. Jenis tanah yang paling mendominasi di Kabupaten
Lampung Selatan adalah tanah latosol yang hampir menutupi seluruh wilayah barat dan
sebagian besar dari bagian tengah, tanah podsolid yang tersebar pada wilayah bagian
utara, tanah hidromorf yang tersebar pada wilayah bagian timur, serta tanah alluvial yang
tersebar pada wilayah pantai bagian timur Kabupaten Lampung Selatan.
Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak pada 105014’ -- 105
045’ BT dan 5
015’ --
60 LS, sehingga wilayah Kabupaten Lampung Selatan tergolong dalam wilayah tropis.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki iklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan
dan musim kemarau, dengan curah hujan rata-rata 161,8 mm/bulan dan rata-rata jumlah
hari hujan 13,1 hari/bulan. Rata-rata temperaturnya berselang antara 22,9oC--32,4
oC,
dengan kelembaban relative
56,8--93,1% dan tekanan udara 936,2--1008,1 Nbs.
C. Keadaan Demografi Daerah
Penduduk Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari perbandingan jeniskelamin penduduk
jumlah pria dan wanita tidak berbeda jauh, berdasarkan proyeksi tahun 2007 berjumlah
923.002 jiwa yang terdiri dari 478.786 jiwa laki-laki dan 444.216 perempuan.
Sebagaimana dapat dilihat pada Table 10,
Tabel 6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut Jenis
Kelamin Tahun 2007
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 478.786 51,87
2 Perempuan 444.216 48,13
3 Total 923.002 100,00
Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008
Table diatas menggambarkan perbandingan yang tidak berbeda jauh antara penduduk
pria dan wanita, jumlah penduduk pria lebih banyak dengan selisih 34.570 jiwa atau
sekitar 2.64 persen dari keseluruhan penduduk di Kabupaten Lampung Selatan.
Matapencaharian yang dilakukan oleh penduduk di Kabupaten Lampung Selatan
umumnya bervariasi, lebih dari 50 persen penduduk didominasi dengan matapencaharian
bidang hasil bumi seperti pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sebagian
penduduk juga sudah mulai menjamah kegiatan perdagangan dan industri pengolahan
yang turut mendorong kemajuan ekonomi daerah. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel
11,
Tabel 7. Sebaran mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lampung Selatan
No Mata pencaharian Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
1 Pertanian, kehutanan,perburuan dan perikanan 339.290 59,52
2 Industri Pengolahan 54.829 9,62
3 Perdagangan 80.529 14,13
4 Jasa 35.917 6,30
5 Lainnya 59.492 10,44
total 570.057 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Lampung Selatan 2007
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lampung
Selatan banyak memanfaatkan kegiatan berkenaan dengan hasil alam yang sudah
diturun-temurunkan dari nenek moyang, dan juga merupakan penompang bagi kegiatan
lainnya. Usaha perniagaan sepertinya sudah dilirik dan ditekuni hampir seperempat
penduduk di Kabupaten Lampung Selatan, sebagian penduduk sudah memulai untuk
mengembangkan industri pengolahan guna menampung berbagai hasil bumi
masyarakatnya, kemudian jasa dan jenis pekerjaan yang lainya.
D. Sarana dan Prasaran
Kesediaan sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan
dalam mendukung kegiatan dan aktifitas penduduk, keadaan sarana dan sarana yang
dimiliki sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan penduduk
khususnya pertanian, selain itu keadaan sarana dan prasarana menunjukkan tingkat
kesejahteraan dan keadaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.
Kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang sangat mendukung dilihat dari sarana dan
prasarana diantaranya adalah wilayahnya yang dilewati dua jalur jalan lintas Sumatera
(tengah dan timur), terdapat bandar udara (Branti), termasuk kawasan industri (Tanjung
bintang) serta terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni yang berperan sebagai salah
satu pintu penghubung Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Jarak pelabuhan Bakauheni ke
pelabuhan Merak yang berada di Pulau Jawa yaitu + 30 km, dengan waktu tempuh kapal
penyeberangan sekitar 2,5 jam.
Hal ini menunjukkan potensi besar dalam perdagangan di Kabupaten Lampung Selatan
karena wilayahnya berdekatan dengan Pulau Jawa khususnya Jakarta, kota tersebut
merupakan pusat perkembangan industri. Intensitas permintaan berbagai jenis barang di
daerah tersebut cukup tinggi. Sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Lampung
Selatan khususnya jalan dan angkutan sudah memadai, sebagaimana dapat dilihat pada
Table 12,
Tabel 8. Sarana Jalan dan Angkutan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis
permukaan tahun 2007
Keadaan Jalan
Negara
Jalan
Propinsi
Jalan
Kabupaten
Jumlah
Jalan (km)
Jenis permukaan:
Aspal
Kerikil
Tanah
Tidak dirinci
Angkutan Darat (unit)
Truk
Pick up
Bus
Angkutan desa
Kendaraan tak umum
159,95
-
-
-
315,36
-
-
-
850,48
224,80
204,30
2,22
1325,79
224,80
204,30
2,22
657
274
60
197
2.071
Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008
Table diatas menunjukkan sarana dan prasarana berbentuk jalan dan angkutan di
Kabupaten Lampung Selatan sudah memadai, sebagian besar jalan negara dan jalan
propinsi sudah diaspal. Jalan kabupaten sebagian besar juga sudah diaspal hanya
beberapa yang masih kerikil dan tanah yaitu sekitar kurang lebih 30persen. Keadaan
tersebut menandakan bahwa kondisi jalan untuk perhubungan dan distribusi barang
seharusnya tidak mendapat kendala berat.
Sarana dan prasarana lain diantaranya adalah silo jagung. Silo jagung yang dimaksud
adalah silo jagung yang dikelola oleh beberapa gapoktan yang merupakan salah satu
usaha pengembangan dan perbaikan penanganan pascapanen serta pemasaran jagung
dilakukan melalui pengembangan alat pengering dan silo di setiap sentra produksi
jagung. Pengembangan silo jagung diarahkan untuk mewujudkan sistem usaha
agroindustri yang terpadu dengan gapoktan yang berperan sebagai pemasok jagung
pipilan kering bermutu kepada industri pakan ternak atau pasar. Keberadaan silo jagung
ditujukan untuk menampung hasil panen anggota kelompoknya meningkatkan mutu serta
memperkuat posisi di pasar. Silo jagung di Propinsi Lampung sudah dikembangkan di
beberapa daerah sentra produksi jagung dan salah satunya berada di Kabupaten Lampung
Selatan.
Tabel 9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung Tahun 2007
No. Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah (unit)
Pelaksana (Gapoktan)
1 Lampung Selatan Ketapang Sumur 1 Sri Merta
2 Lampung Timur Bandar Sribhawono Bandar Agung 1 Harapan Jaya
3 Lampung Tengah Bandar Mataram Terbanggi Ilir 1 Sumber Tani
4 Tanggamus Sukoharjo Panggung Rejo 1 Maju Lestari
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampun g, 2007
Keberadaan silo jagung memberikan keuntungkan lebih bagi petani terutama dalam
kegiatan pemasaran, sehingga petani jagung di daerah tersebut memiliki alternatif lebih
banyak dalam memasarkan jagung, serta memperoleh kesempatan lebih untuk
meningkatkan nilai hasil usahataninya.
Sarana lain yang juga penting adalah keberadaan koperasi sebagai lembaga penunjang
dalam kegiatan permodalan dan pengadaan barang. Keberadaan koperasi dapat
mendukung kelancaran perekonomian suatu daerah. Koperasi merupakan salah satu
lembaga yang disarankan dikembangkan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan anggotanya. Koperasi terdiri dari beberapa jenis koprasi
yang dibedakan berdarkan fungsi dan kegunaanya, seperti pada tabel berikut.
Tabel 10. Perkembangan Koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung Selatan
tahun 2007-2008
No Jenis Koperasi Jumlah Koperasi
2007 2008
1 Koperasi unit desa 23 23
2 Koperasi pertanian 92 95
3 Koperasi simpan pinjam 6 6
4 Koperasi perkebunan 4 4
5 Koperasi peternakan 2 2
6 Koperasi perikanan 13 13
7 Koperasi perkreditan 10 10
8 Koperasi serba usaha 1 1
9 Koperasi pondok pesantren 30 33
10 Koperasi pedagang pasar 10 10
11 Primkopti 1 1
12 Koperasi pegawai RI 32 32
13 Koperasi TNI 3 3
14 Koperasi Pepabri 2 2
15 Koperasi industri 5 6
16 Koperasi wanita 10 12
17 Koperasi angkatan 3 3
18 Koperasi buruh 36 35
19 Koperasi jasa 15 15
20 Koperasi mahasiswa 1 1
21 Koperasi pedagang kaki lima 1 1
22 Koperasi jamu 1 1
23 Koperasi produksi 2 2
24 Koperasi konsumsi 1 1
25 Koperasi lainya 9 10
Jumlah 315 326
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan.
Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS
Tabel diatas menunjukkan keberadaan koperasi di Kabupaten Lampung Selatan yang
tergolong lengkap jenisnya dan banyak jumlahnya, sehingga dapat dikatakan mampu
mendukung kelancaran perekonomian daerah Kabupaten Lampung Selatan. Koperasi
yang paling dekat dengan petani diantaranya adalah koperasi unit desa, koperasi
pertanian serta koperasi simpan pinjam yang dapat membantu mereka yang bermasalah
dalam permodalan dan pemasaran pada kegiatan pertanian.
E. Kondisi Umum Perdagangan dan Perindustrian
Kondisi perdagangan dan perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan
adanya aktifitas beberapa lembaga pemasaran dan industri. Lembaga pemasaran yang
dimaksud antara lain adalah para pedagang pada berbagai tingkatan dan kategori,
diantaranya:
1. pedagang kecil, mereka yang mengumpulkan hasil usahatani petani dari
daerahnya atau beberapa desa yang lokasinya tidak jauh dari desanya, yang
kemudian dijual kepada pedagang yang lebih besar.
2. pedagang besar, mereka melakukan pembelian atau pencarian jagung lebih dari
berbagai kecamatan bahkan sampai keluar kabupaten, sifatnya continue.
3. pedagang antar daerah, mereka melakukan pembelian dari beberapa tempat di
propinsi Lampung, kemudian melakukan beberapa perlakuan seperti pengopenan
untuk memperoleh jagung dengan mutu yang baik dan memperpanjang daya
simpannya. Jagung yang telah dikumpulkan dijual ke beberapa konsumen
industri yang ada di luar daerah Lampung.
Kondisi perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan aktivitas beberapa
industri. Kemajuan di bidang industri membawa dampak pada perbaikan ekonomi
dilihat dari semakin terbukanya lapangan pekerjaan dan terserapnya hasil bumi.
Beberapa industri merupakan konsumen dari beberapa komoditas pertanian, yang berarti
semakin terjaminya pasar untuk produk pertanian. Kondisi industri menengah dan besar
di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 11. Industri Menengah dan Besar di Kabupten Lampung Selatan 2008
No Jenis Usaha Jumlah Usaha
Kapasitan Produksi
Satuan
1 Minuman ringan 1 25900000 Liter 2 Es balok 2 65000 Ton 3 Nata de koko 1 2100000 Kaleng 4 Tepung kelapa 1 3600 Ton 5 Minyak kelapa 1 600 Ton 6 Tapioka 1 1732000 Ton 7 Palet gaplek 1 25000 Ton
8 Pakan ternak 1 216 Ton 9 Pakan udang 1 155 Ton 10 Sortase kopi/jagung/lada 1 28430 Ton 11 Mie instan 1 123840 Bungkus 12 Kacang atom 1 300000 Ton 13 Rempah-rempah 1 100000 Ton 14 Pengolahan udang 1 100000 Ton
15 Pengolahan kayu 5 16750 M3 16 Furnitur dari kayu 2 45090 Unit 17 Karoseri 1 290 Unit 18 Particle board 1 22000 M3 19 Kotak kertas/karton 1 500 Ton 20 Cor beton 1 50000 Buah 21 Bantalan beton 1 150000 Buah
22 Mie kering 1 7500 Ton 23 Sabut kelapa 2 14000 Ton 24 Genteng beton 1 1000000 Buah 25 Genteng glazur 1 450000 Buah 26 Batu andesit 7 245000 M3 27 Produk alumunium 2 1500000 Buah 28 Perbengkelan 7 10000 Unit 29 Kopi bubuk 1 75 Ton
30 Kertas budaya 1 150 Ton 31 Arang batok 2 150 Ton 32 ART dari plastik 1 600 Ton 33 Komponen bahan bangunan 1 9000 Unit
Tabel 11. Lanjutan
No Jenis Usaha Jumlah Usaha
Kapasitan Produksi
Satuan
34 Industri sabun deterjen 1 100 Ton 35 Lampung post 1 1440000 Eksemplar 36 Pengeringan jagung 4 8000 Ton
37 Peleburan accu 1 300 Ton 38 Carbon aktif 1 2500 Ton 39 Reparasi kapal 1 1200 Unit 40 Kerupuk 1 100 Ton 41 Briket batu bara 1 12000 Ton jumlah 65 35464146
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan. Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS
Industri menengah dan besar pada tabel diatas menunjukkan aktivitas dari kegiatan
perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan. Beberapa industri merupakan konsumen
dari hasil pertanian, diantaranya jagung. Industri pengolahan jagung yang ada di
kabupaten Lampung Selatan sudah beragam dan mulai berkembang diantaranya industri
pakan ternak dan pakan udang berskala menengah, pengeringan jagung dan sortasi
jagung.
F. Kebijaksanaan Pertanian
Kebijakan pemerintah tentang jagung diantaranya adalah berbagai kebijakan dalam
upaya peningkatan produksi dan produktifitas tanaman, seperti pemberian bantuan dan
penyuluhan. Sementara dibidang pemasaranya salah satunya adalah penetapan Harga
Minimum Regional (HMR) jagung di Propinsi Lampung yaitu 1600/kg pada kadar air
40% dengan SK No6/186/III.09/HK/09. Penetapan HMR ini berdasarkan kesepakatan
bersama industri pakan ternak dan petani jagung di Lampung pada rapat Koordinasi
Masyarakat Agribisnis Jagung Lampung pada tanggal 2 Februari 2009.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
1. Karakteristik Petani
a. Umur Petani
Umur dapat mempengaruhi aktivitas dan produktifitas. Rata-rata petani yang menjadi
responden berusia 35—54 tahun. Usia tersebut tergolong usia cukup produktif dimana
pada usia tersebut petani masih dapat melakukan kegiatan usahatani dengan maksimal,
distribusi umur petani didaerah penellitian, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 12. Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Golongan umur (th) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 5--19 0 0.00
2 20--34 14 27.45
3 35--54 34 66.67
4 >54 3 5.88
Rata-rata 40.73 - -
Jumlah 51 100.00
tabel diatas menunjukkan bahwa petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong
usia produktif dengan persentase usia produktif 66.67 persen dari keseluruhan responden
petani jagung, sehingga diharapkan hasil usahatani yang dilakukan merupakan hasil yang
maksimum. Rata-rata usia petani jagung adalah 40.73 tahun yang masih tergolong dalam
usia produktif.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi kreatifitas dan kemampuan sumberdaya manusia
dalam menerima inovasi. Bagi petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih
mudah menerima inovasi sedangkan petani dengan tingkat pendidikan rendah cenderung
introvert.
Tabel 13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 39 76.47
2 SMP 7 13.73
3 SMA 1 1.96
4 Diploma/ Sarjana 4 7.84
Jumlah 51 100.00
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata memiliki pendidikan terakhir yang dimiliki
petani adalah SD dengan presentasi 76.47 persen dari keseluruhan responden petani yang
diteliti, sehingga sebagian besar petani memiliki tingkat pendidika yang masih rendah
serta termasuk kaku dengan inovasi dan hanya mengandalkan pengalaman usahatani
yang diturunkan oleh orang tuanya.
c. Jumlah Tanggungan Keluarga
Semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi pengeluaran rumah tangga.
Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan didominasi dengan petani yang memiliki
jumlah tanggungan keluarga yang sedikit yaitu kurang dari sama dengan tiga, keluarga
yang dimaksud adalah keluarga kecil atau mereka yang anak-anaknya sudah mapan atau
sudah bekerja sendiri. Sebagaimana dapat dilihat pada Table 14,
Tabel 14. Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten Lampung
Selatan
No Tingkat
pendidikan
Tanggungan Keluarga
(orang)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Keluarga Kecil <=3 25 49.00
2 Keluarga Sedang 4--5 17 33.33
3 Keluarga Besar >5 9 17.65
Jumlah 51 100.00
Berdasarkan table diatas sebagian besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
tergolong keluarga kecil dengan jumlah tanggungan keluarganya kurang dari atau sama
dengan 3, dimana dalam keluarga itu kepala keluarga hanya membiayai hidup istri dan 2
anak, sehingga pengeluaran rumah tangganya masih ringan.
d. Pengalaman Usahatani Jagung
Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
keberhasilan usahatani, semakin lama dan banyak pengalaman yang dimiliki semakin
matang pengetahuan dan kecakapan petani dalam mengelola usaha taninya. Sebagian
besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan adalah petani baru yang memiliki
pengalaman usahatani selama kurang dari 5 tahun, umumnya mereka baru mencoba dan
masih merupakan kegiatan sampingan. Petani di Kabupaten Lampung Selatan juga tidak
sedikit pula yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 11 tahun berusahatani jagung.
Sebagaimana dapat dilihat pada Table 15,
Tabel 15. Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung di
Kabupaten Lampung Selatan
No Pengalaman Usahatani (th) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 <5 25 49.02
2 5--10 10 19.61
3 >11 16 31.37
Rata-rata 8.5
Jumlah 51 100.00
Berdasarkan tabel diatas beberapa petani jagung memiliki pengalaman usahatani jagung
kurang dari 5 tahun atau masih dalam proses belajar sebanyak 49.02 persen sedangkan
sebanyak 31.37 persen responden petani sudah dari kecil memang menanam jagung
dapat dilihat dari pengalaman usahataninya atau lebih dari 10 tahun. Sementara itu
dilihat dari rata-rata pengalaman yang dimiliki petani responden adalah selama 8.5 tahun.
e. Keanggotaan dalam Kelompoktani
Kelompoktani merupakan wadah yang ditawarkan oleh pemerintah untuk membantu
petani dalam mengembangkan usahataninya. Fasilitas yang diberikan melalui
kelompoktani adalah informasi, penyuluhan serta berbagai bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keberadaan kelompoktani seharusnya mampu meningkatkan
kesejahteraan petani melalui pelatihan dan pengorganisasian, serta memperkuat posisi
petani dalam pasar. Kesadaran akan pentingnya keberadaan kelompoktani bagi
kemajuan usahatani petani dapat dilihat dari keaktifan serta keikutsertaan petani dalam
kelompoktani, berikut gambaran keikutsertaan petani jagung di Kabupaten Lampung
Selatan dalam kelompoktani.
Tabel 16. Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten Lampung
Selatan.
No Keterangan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Anggota kelompoktani 43 84,31
Memasarkan melalui kelompoktani 3 6,98
Memasarkan sendiri 40 93,02
2 Bukan Anggota kelompoktani 8 15,69
Total 51 100,00
Table diatas menunjukkan bahwa sebagian besar petani sudah memiliki kesadaran yang
tinggi akan manfaat kelompoktani dilihat dari keikutsertaanya dalam kelompoktani.
Salah satu latarbelakangnya adalah program bantuan benih dan pupuk dari pemerintah
yang mewajibkan keanggotaan dalam kelompoktani. Kegiatan kelompoktani yang
berjalan sampai saat ini lebih banyak aktif dalam kegiatan tersebut, masing-masing
kelompoktani memiliki pertimbangan dan kebijakan dalam pengelolaan bantuan dan
pengutan tersebut.
Kegiatan pemasaran hasil usahatani dari anggota kelompoktani masih belum banyak
dilakukan padahal itu merupakan salah satu cara untuk memperkuat posisi petani dalam
harga dan tawar menawar dibandingkan memasarkan sendiri-sendiri. Kelompoktani
yang melakukan kegiatan tersebut baru sebagian kecil, umumnya ketua kelompoktani
hanya sebatas membantu anggotanya dan adapula yang berperan sebagai pedagang kecil
(mengambil keuntungan sendiri).
f. Kepemilikan Modal Usahatani
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan usahatani. Para petani
membutuhkan modal untuk memulai usahataninya, modal merupakan salah satu
kelemahan bagi petani di Indonesia yang sebagian tergolong miskin. Petani jagung di
lampung juga tergolong petani miskin dimana sebagian petani melakukan pinjaman
untuk memulai usahataninya. Pinjaman yang dilakukan mempengaruhi tindakan petani
dalam penjualan hasil usahataninya serta perolehan harga dan semakin menegaskan
lemahnya posisi petani. Para pemberi modal umumnya merupakan pedagang jagung,
pinjaman itu mereka istilahkan dengan investasi kepada petani yang nantinya petani akan
menjual hasil usahataninya kalau tidak merekapun memperoleh keuntungan dengan lebih
meninggikan jumlah pengembalian pinjaman.
Kebutuhan modal untuk pembiayaan usahatani tidak hanya di bidang produksi tetapi juga
pada bidang pemasaran hasil-hasil produksi. Modal yang dimiliki petani pada umumnya
hanya dialokasikan untuk membiayai kegiatan usahatani yang dilakukan. Sebagian besar
petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran karena biaya pemasaran di daerah tersebut
ditanggung oleh pembeli (pedagang kecil), seperti biaya pemipilan dan biaya
transportasi, sehingga yang memperoleh tambahan nilai dari kegiatan pasca panen adalah
pedagang. Berikut akan disajikan gambaran kepemilikan modal yang dibedakan dari
penguasaan lahan oleh petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel 17. Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam
usahatani dan pemasaran hasilnya
No Keterangan Penguasaan Lahan
<1ha 1-2ha >2ha Total
Orang % Orang % Orang % %
1 Jumlah petani 20 39 25 49 6 12 100
2
3
Jenis Kepemilikan
Modal
100
Sendiri 10 50 10 40 4 67
Pinjam 10 50 15 60 2 33
Bebas 6 60 8 53 2 100
Terikat 4 40 7 47 0 0
4
5
Kepemilikan
Sarana penunjang
Alat pipil jagung 0 0 2 4 2 4
Lantai jemur 0 0 0 0 0 0
Kendaraan 0 0 0 0 1 2
Gudang 0 0 0 0 1 2
Table diatas menunjukkan sebaran perbandingan kepemilikan modal serta keterikatan
dalam penjualan berdasarkan penguasaan lahan yang dimiliki. Petani jagung di
Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar memiliki lahan sedang yaitu 1—2ha. Petani
yang memiliki lahan lebih dari 2ha sebagian besar menggunakan modal sendiri dalam
usahataninya hal ini dilatarbelakangi bahwa petani dengan lahan yang lebih luas akan
memiliki keuntungan lebih banyak karena biaya/ha yang dikeluarkannya semakin rendah,
mereka masih bisa menyimpan keuntungan usahatani sebelumnya sebagai modal
usahatani berikutnya, data perhitungan lebih jelas dapat dilihat di Table 45 pada
lampiran.
Pinjaman tidak selamanya merugikan selama proporsi dan perjanjian yang dibuat tidak
merugikan salah satu pihak atau menekan pihak yang lain. System pinjaman yang
diberikan kepada petani di Kabupaten Lampung Selatan sudah lebih baik, petani tidak
lagi diikat oleh perjanjian ijon tapi bebas memilih pasar atau pembeli meskipun masih
ada yang sifatnya memaksa dan mengikat. Modal yang digunakan oleh petani
seharusnya tidak hanya dalam usahatani tetapi juga modal untuk kegiatan pemasaran
agar memperoleh harga lebih baik. Modal untuk pemasaran diantaranya adalah untuk
pemipilan, pengangkutan, penggudangan, pengeringan dan sebagainya.
Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan sampai saat ini masih belum menekankan
pada kegiatan kemandirian dalam pemasaran, sebagian besar hanya melakukan kegiatan
sampai pada pemanenan dan kegiatan berikutnya dilakukan oleh pedagang dan
pedaganglah yang menikmati keuntungan tambahannya. Pilihan tersebut dipilih oleh
petani dengan pertimbangan efisiensi waktu dan biaya. Petani yang memiliki lahan
sempit dan hasil sedikit akan merasa kegiatan tersebut justru akan membeban pada biaya
yang akan mereka keluarkan berbeda dengan petani yang memiliki lahan luas kegiatan
tersebut justru memberikan keuntungan taambahan bagi mereka. Hal terbaik yang bisa
disarankan adalah bergabungnya para petani kecil untuk memperoleh kekuatan serta
pengelolaan yang lebih tepat guna untuk kegiatan pemasaran sehingga keuntungan
tambahan tersebut juga dapat dinikmati oleh petani secara bersama-sama.
2. Keadaan Umum Usahatani Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pokok yang ditanam oleh petani di Kabupaten
Lampung Selatan. Teknologi budidaya pertanian pada umumnya telah dilakukan oleh
petani secara baik, mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Petani menerapkan teknik
budidaya yang sudah mereka peroleh sebelumnya ditambah lagi masukan dari
kelompoktani. Alasan pemilihan jagung sebagai komoditas yang diusahakan adalah
karena mereka berpendapat bahwa jagung memiliki umur panen yang singkat dan
jelasnya pasar untuk hasil usahataninya.
Kendala yang paling dikeluhkan oleh petani adalah kelangkaan dan keterlambatan pupuk
sehingga produksi yang dihasilkan kadaang kurang optimal. Keuntungan yang diperoleh
dari usahatani jagung masih rendah karena harga yang diterima tidak sebanding dengan
biaya usahatani yang dikeluarkan. Rincian biaya dalam pengelolaan usahatani lebih jelas
dapat dilihat di table 43 dan 44 pada lampiran.
3. Karakteristik Pedagang Jagung
a. Umum Pedagang
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden pedagang jagung yang ada di
Kabupaten Lampung Selatan memiliki umur yang berkisar antara 37-46 tahun atau 38
persen dari seluruh pedagang yang menjadi responden. Rata-rata umur pedagang kecil
adalah 39 tahun, pedagang besar 42 tahun, dan rata-rata umur pedagang antar pulau 42
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden pedagang memiliki umur yang produktif,
sehingga pedagang cukup potensial untuk melakukan usahanya. Sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Sebaran umur pedagang Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Golongan Jumlah responden (jiwa)
umur (tahun)
Pedagang kecil kecil
Pedagang Besar
Pedagang antar Daerah
%
1 17-26 - - - 0 2 27-36 1 1 1 27 3 37-46 3 2 0 46
4 46-58 1 2 0 27
Jumlah 5 5 1 100
Rata-rata 39 43 35
b. Tingkat Pendidikan Pedagang
Berdasarkan hasil penelitian pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan rata-rata
memiliki tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 8 jiwa, sisanya tamatan SMP dan SMA
masing-masing sebanyak 4 dan 5 jiwa. Pedagang kecil mayoritas memiliki tingkat
pendidikan SD. Pedagang besar memiliki tingkat pendidikan rata-rata tamatan SD dan
SMP masing sebanyak 3 jiwa. Rata-rata tingkat pendidikan pedagang antar daerah
adalah SMA.
Tabel 19. Sebaran pendidikan pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Pendidikan
(tahun)
Jumlah responden (jiwa)
Pedagang
Kecil
Pedagang
Besar
P Antar
Daerah
Total
%
1 SD 4 3 7 64
2 SMP 1 1 2 18
3 SMA - 1 1 2 18
4 D/S - 0
Jumlah 5 7 1 11 100
c. Pengalaman Berdagang Jagung
Pengalaman menjadi pedagang jagung merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan
penentu dalam keberhasilan usahanya. Semakin lama dan banyaknya pengalaman yang
dimiliki pedagang dalam berdagang maka semakin banyak informasi pemasaran yang di
miliki pedagang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pedagang jagung
memiliki pengalaman berdagang selama kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 76.5
persen, sedangkan yang berpengalaman lebih dari 11 tahun hanya 23.5 persen,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Sebaran pengalaman pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Pengalaman Jumlah responden (jiwa)
(tahun)
Pedagang
kecil
Pedagang
Besar
P Antar
daerah
Total
%
1 ≤10 4 3 7 64
2 ≥11 1 2 1 4 36
Jumlah 5 5 1 11 100
d. Permodalan Pedagang
Modal merupakan hal penting dalam suatu usaha. Sumber modal ada 2 macam yaitu
modal sendiri dan modal pinjaman, sedangkan menurut bentuknya modal ada yang
berbentuk uang adapun yang berbentuk peralatan dan bangunan. Modal yang diamati
disini adalah kepemilikan modal para lembaga pemasaran atas beberapa peralatan dan
bangunan yang mereka miliki serta permasalahan yang dihadapi. Berikut akan disajikan
gambaran kepemilikan modal yang dibedakan dari penguasaan lahan oleh petani jagung
di Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel 21. Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam
usahanya
No Keterangan Lembaga Pemasaran (%)
PK PB PAD
Orang % Orang % %
1 Jenis Kepemilikan Modal 5 45 5 45 10
2 Sendiri 2 40 5 100 100
3 Pinjam 3 60 0 0 0
Bebas 2 67 0 0 0
Terikat 1 33 0 0 0
4 Kepemilikan Sarana penunjang
5 Alat pipil jagung 3 60 5 100 0
6 Lantai jemur 3 60 3 60 0
7 Kendaraan 0 0 4 80 100
8
9
Gudang
Alat oven
1
0
20
0
5
0
100
0
100
100
Kepemilikan modal pada setiap lembaga umumnya sudah mandiri terutama pedagang
besar sudah sendiri, sedangkan pedagang kecil masih banyak yang sifatnya baru
mencoba untuk menekuni modal merekapun ditopang oleh beberapa pedagang yang lebih
besar dari mereka dengan sistem terikat harus jual ke mereka meskipun ada juga yang
tidak mengharuskan demikian. Kepemilikan untuk alat-alat penunjang dalam kegiatan
pemasaran bagi pedagang kecil baru sebagian kecil yang dikuasai tapi sarana yang
ditawarkan oleh daerah cukup membantu dengan adanya banyak jasa penyewaan baik
alat pipil maupun kendaraan, data perhitungan lebih jelas dapat dilihat di Table 36 pada
lampiran.
Pedagang kecil umumnya melihat kondisi harga yang ditawarkan selama ini mereka
lebih memilih menjual kepada yang dirasakan lebih menguntungkan, karena banyak
pedagang lebih besar mendatangi mereka dengan membawa alat pipil dan kendaraan.
Pedagang antar daerah sudah memanfaatkan teknologi lebih baik berupa alat oven dan
gudang untuk meningkatkan kualitas jagung yang mereka terima agar jagung yang
mereka jual bisa bersaing.
e. Karakteristik Usaha
Lokasi pedagang kecil dalam penelitian ini berada di Kecamatan Natar, Ketapang dan
Tanjung Bintang. Pedagang kecil di ketiga kecamatan tersebut berada di wilayah yang
mudah untuk dijangkau dekat rumah petani atau pinggir jalan. Pedagang besar di
beberapa kecamatan tersebut tidak hanya membeli jagung tetapi juga memperdagangkan
komoditas pertanian yang lain diantaranya adalah padi dan kelapa karena pedagang tidak
bisa hanya mengandalkan jagung yang sifatnya musiman, dan beberapa petani juga
mengusahakan komoditas tersebut.
Para pedagang membeli jagung langsung ke petani dalam bentuk gelondongan,
Pembelian jagung dilakukan di lahan petani, baik di kebun atau rumah. Pedagang
membeli jagung dalam bentuk gelondongan yang perhitungannya karungan yang dalam 1
karung jika dijadikan pipilan mencapai 30 kg jagung pipilan, selain itu ada pula
pedagang yang membawa angkutan dan mesin perontok jagung ke lahan petani sehingga
perhitungannya menjadi kg,
Jagung yang dibeli oleh pedagang sebagian dijemur beberapa hari di lantai jemur dan
dimasukkan lagi kedalam karung untuk mempermudah pengangkutan. Meskipun
demikian ada pula pedagang jagung yang setelah jagung dirontok pedagang langsung
menjualnya ke pedagang yang lebih besar dalam keadaan basah. Petani ataupun
pedagang yang menjual jagung langsung ke pabrik ternak dan peternak ayam harus
memipil dan menjemur terlebih dahulu jagung yang diperolehnya karena pabrik maupun
peternak ayam umumnya sudah mempunyai standar kualitas jagung yang akan mereka
beli berdasarkan kadar airnya.
Pedagang antar daerah umumnya sudah memiliki alat open sendiri sebagai pertimbangan
sifat penjualannya yang continue dan jumlah transaksinya yang besar, jika hanya
disimpan dengan kadar air tinggi dalam waktu lama digudang dikhawatirkan akan rusak.
Pedagang membeli semua jenis jagung yang ditawarkan, tidak dibedakan antara varietas
maupun jenis jagung, karena untuk jagung yang membedakan harganya adalah kualitas
yang diukur dengan tingkat kekeringan dan kadar air (kegiatan pasca panen), jagung
yang kadar airnya lebih rendah daya tahannya lebih lama.
Penjualan dilakukan tidak pasti karena untuk menghemat biaya umumnya penjualan
dilakukan tiap jumlah jagung memenuhi 1 angkutan yaitu kurang lebih 2.5 ton atau 8ton.
Pedagang umumnya menyimpan jagung yang dibeli di rumah mereka atau ada juga yang
membelinya menunggu beberapa petani panen secara bersamaan untuk memenuhi 1
angkutan penuh. Informasi harga diketahui pedagang dari pedagang lain dan harga yang
dipasang di pabrik atau berasal dari calo yang menunggu di gudang. Pembentukan harga
ditentukan oleh pabrik yang kemudian oleh petani dan pedagang dilakukan tawar
menawar. Harga ditetapkan sesuai dengan mutu jagung. Mutu jagung dibedakan
menjadi 4 yaitu jagung pipilan kering, jagung pipilan basah, jagung gelondongan kering
dan jagung gelondongan basah. Jagung pipilan kering umumnya adalah jagung yang
sudah dipipil dan dijemur dengan kadar air<30 persen, sementara jagung pipilan basah
adalah jagung yang hanya dipipil saja tanpa penjemuran dengan kadar airnya >30 persen.
Jagung gelondongan kering adalah jagung yang dipanen pada usia tua dan musim
kemarau, sedangkan yang basah bisaanya dipanen pada musim hujan.
Jagung yang dibeli diangkut dengan truk atau mobil L--300 dengan kapasitas 2.5 ton dan
hino dengan kapasitas 8ton. Kendaraan tersebut bisaanya disewakan oleh seseorang
yang memang menyewakan kendaraan sekaligus mesin perontok jagung. Sistem
pembayaran sesuai kesepakatan pedagang dan yang menyewakan, umumnya ongkos
sewa sudah umum atau pasaran yang ada didaerah tersebut. Jumlah jagung dari
pedagang besar dan kecil yang dikirimkan tergantung dari jumlah yang ada, sementara
jika pedagang antar pulau tergantung dari permintaan pabrik yang diluar daerah.
4. Karakteristik Konsumen
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yang menjadi konsumen jagung
adalah para perusahaan pakan ternak didalam maupun diluar daerah serta peternak ayam
skala mikro. Para konsumen memperoleh jagung dari para pedagang kecil dan pedagang
antar daerah. Perusahaan pakan ternak memperoleh jagung dari pedagang maupun petani
dengan ketentuan kualitas produk memiliki kadar air 30--45 persen sedangkan para
peternak ayam membeli jagung dalam keadaan lebih kering kurang lebih 30 persen.
B. Analisis Pola Distribusi
Komoditas jagung sampai saat ini pengelolaanya banyak diserahkan pada swasta,
pemerintah sampai saat ini belum banyak campur tangannya dalam upaya perbaikan
system distribusi dan pemasaran jagung yang baik.
Realisasi dilapangan yang terjadi dianggap mampu memenuhi sasaran yang dirumuskan
oleh pemerintah daerah tahun 2008 lalu. Pemerintah belum mengatasi atau turut andil
dalam penetapan kebijakan seperti kebijakan harga dan distribusi sehingga beberapa
kegiatan kebijakan justru memberikan dampak yang kurang responsible. Alokasi jagung
yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara lain dapat dilihat pada Table 22,
(lebih terinci dapat dilihat pada Bagan 7 pada lampiran).
Tabel 22. Alokasi jagung yang diproduksi oleh Kabupaten Lampung Selatan
berdasarkan tempat
Keterangan disalurkan ke Jumlah (ton) Persen(%)
Lokal:
Peternakan
Industri Pakan ternak lokal
216,755
9,600
74,23
3,29
Total Lokal 226,355 77,52
Luar Lampung :
Jawa
Sumatra
51,653
13,987
17,69
4,79
Total Luar Lampung 65,640 22,48
Total 291,995 100,00
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, 22,48 persen dari produksi jagung lampung
ternyata didistribusikan keluar Propinsi Lampung dengan pertimbangan harga dan
langganan para pedagang dengan perusahaan-perusahaan yang ada di luar lampung. Para
pedagang mengasumsikan bahwa kebutuhan jagung pabrik yang ada di Lampung sudah
dapat dipenuhi oleh petani maupun pedagang yang selama ini menjual ke pabrik.
Sementara dari pihak pabrik kebutuhan dalam Lampung belum terpenuhi, terjadi keluhan
kelangkaan dan harga diberbagai posisi. Mengakibatkan pabrik pakan mengambil
tindakan import jagung dengan alasan memenuhi kebutuhan jagung, dan yang menjadi
korbanya adalah petani karena harga jagungnya akan turun.
Jagung di Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar didistribusikan ke perusahaan
pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung karena memang Kabupaten Lampung
Selatan merupakan sentra industri pakan ternak di Provinsi Lampung. Perusahaaan
pakan ternak yang ada di Kabupaten Lampung Selatan ada 3 perusahaan besar yaitu PT.
Japfa Confead Indonesia, PT. Sierat Produce dan PT. Caroen Pokhpan Indonesia yang
berlokasi di Kecamatan Tanjung Bintang. PT. Japfa Confead Indonesia sendiri
menyebar gudang dibeberapa daerah sentra produksi jagung sehingga memudahkan
perolehan jagung.
C. Analisis Sistem Pemasaran
1. 1. Karakteristik Lembaga Pemasaran
a. Pedagang kecil, mereka membeli dan mengumpulkan jagung dari wilayahnya
yang kemudian di jual ke pedagang yang lebih besar ataupun gudang jagung,
umumnya hanya menjadi pengumpul hasil panen milik tetangganya yang masih
dalam 1-2 desa dalam kecamatan. Mereka melakukan kegiatan pembelian dan
penjualan serta turut serta dalam penetapan harga beli maupun jual dengan
mendasarkan pada harga gudang saat itu. Pedagang kecil dilihat dari permodalan
dan memulai usahanya dibedakan menjadi dua ketegori. Kategori pertama adalah
pedagang kecil yang memiliki modal kepercayaan dan kejujuran dari petani
disekitarnya, petani baru memperoleh uang hasil penjualan setelah pedagang
berhasil menjual jagung tersebut. Kategori kedua adalah pedagang kecil yang
memiliki modal berupa materi sehingga mereka langsung membeli jagung petani
dan membayarnya dan tidak harus menunggu jagung terjual. Modal awal yang
digunakan pedagang kecil kategori kedua berfariasi dari 30—60juta rupiah.
b. Pedagang besar, mereka melakukan pembelian dalam jumlah besar dengan
menyebarkan beberapa agen atau calo di beberapa wilayah untuk memperoleh
informasi petani mana yang akan menjual hasil panennya. Mereka melakukan
kegiatan pembelian dan penjualan serta turut serta dalam penetapan harga beli
sedangkan untuk harga jual mereka mencari alternative harga dari beberapa
gudang dan perusahaan pakan ternak yang memberikan keuntungan paling baik
bagi mereka, pedagang besar mengumpulkan jagung dari petani yang ada di
berbagai desa berbagai kecamatan, bahkan sampai luar kecamatan. Modal yang
digunakan pedagang besar mencapai lebih dari 60juta bahkan hingga 100juta
rupiah.
c. Pedagang antar daerah, pedagang yang mengumpulkan jagung dari berbagai
tempat di Propinsi Lampung dan menyalurkannya ke beberapa daerah yang
berada di luar Lampung. Perlakuan pasca pembelian yang dilakukan lebih
banyak seperti kegiatan pengopenan dan penyimpanan dalam jumlah besar untuk
stok. Penggunaan modal oleh pedagang antar daerah adalah lebih dari 100juta
rupiah karena untuk gudang dan open.
2. 2. Keragaan Pasar
a. Analisis Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran jagung yang terbentuk di Kabupaten Lampung Selatan ada 14
saluran diantaranya adalah sebagai berikut:
9,8%
13,72% 28,57% 28,57%
42,86%
50,98%
27,27%
3,92%
18,18%
54,54%
20 % 80%
21,57%
Gambar 3. Bagan utama saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 14 rantai pemasaran atau
saluran pemasaran. Petani memiliki banyak pilihan dalam menjual usahataninya yaitu
kepada pedagang kecil, pedagang besar, pedagang antar daerah, ternak ayam dan
Petani
Pedagang
kecil
Pedagang
besar
Pedagang antar
daerah
Pakan
ternak luar
lampung
Ternak
ayam
Pakan ternak
lampung
perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Produksi jagung dari petani
sebagian besar dijual ke pedagang besar dan pedagang besar sebagian besar menjual
langsung ke perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Konsumen jagung
di Kabupaten Lampung Selatan adalah pengusaha ternak ayam dan pabrik pakan ternak
di luar maupun dalam Provinsi Lampung. Saluran pemasaran yang terbentuk dapat
dilihat seperti pada masing-masing bagan berikut,
2 2
1
Gambar 4. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri ternak ayam
Saluran pemasaran jagung yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut:
i. Alternatif saluran pertama
petani ternak ayam
Saluran pertama yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada ternak ayam. Petani
tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan
pengangkutan guna meningkatkan mutu hasil usahataninya sehingga bisa diterima
konsumen tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut.
ii. Alternatif saluran kedua
petani pedagang besar ternak ayam
saluran kedua yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada ternak ayam tetapi
melalui jasa pedagang besar. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung
Petani Pedagang
besar Ternak
ayam
hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang melakukan rangkaian
kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh
tambahan nilai tersebut. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang
ditanggung petani lebih sedikit.
3
4
5
6
Gambar 5. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri pakan ternak di
luar lampung
iii. Alternatif saluran ketiga
petani pedagang kecil pedagang antar daerah pakan ternak luar
Lampung
Saluran pemasaran ketiga adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 2 lembaga pemasaran
yaitu pedagang kecil dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan
menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang
menjual hasil usahataninya pada pedagang antar daerah biasanya melakukan kegiatan
pemipilan dan pengeringan. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan
pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk
Petani Pedagang
besar
Pedagang
antar
daerah
Pakan
ternak luar
lampung
Pedagang
kecil
menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani
lebih sedikit.
iv. Alternatif saluran keempat
petani pedagang kecil pedagang besar pedagang antar daerah
pakan ternak luarLampung
Saluran pemasaran keempat adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran
yaitu pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya
memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang
kecil yang menjual hasil usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan
kegiatan pemipilan dan pengeringan hanya sebatas mengumpulkan hasil usahatani dari
beberapa petani. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan
pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang
antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan
daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga
resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
v. Alternatif saluran kelima
petani pedagang besar pedagang antar daerah pakan ternak luar
Lampung
Saluran pemasaran kelima adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran
yaitu pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan
menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang
melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang
memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan
pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk
menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani
lebih sedikit.
vi. Alternatif saluran keenam
petani pedagang antar daerah pakan ternak luar Lampung
Saluran pemasaran keenam adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa pedagang antar daerah.
Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan
pengangkutan guna meningkatkan mutu hasil usahataninya sehingga bisa diterima
pedagang tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut.
Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk
meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung.
8 7
9
10
11; 12
9 10
11 12
13
14
Gambar 6. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri pakan ternak di
lampung
vii. Alternatif saluran ketujuh
petani pedagang kecil pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran ketujuh adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang kecil. Petani
tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang
kecil. Pedagang kecil yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan
pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pada
saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan
dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
viii. Alternatif saluran kedelapan
petani pedagang kecil pedagang antar daerahpakan ternak Lampung
Petani Pedagang
besar
Pedagang
besar antar
daerah
Pakan
ternak
lampung
Pedagang
kecil
Saluran pemasaran kedelapan adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang kecil dan pedagang
antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil
usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang melakukan rangkaian kegiatan
pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai
tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan
untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada
saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan
dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
ix. Alternatif saluran kesembilan
petani pedagang kecil pedagang besar pedagang antar daerah
pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran kesembilan adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran yaitu
pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya
memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang
kecil yang menjual hasil usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan
kegiatan pemipilan dan pengeringan hanya sebatas mengumpulkan hasil usahatani dari
beberapa petani. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan
pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang
antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan
daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga
resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
x. Alternatif saluran kesepuluh
petani pedagang kecil pedagang besar pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran kesepuluh adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 2 lembaga pemasaran yaitu
pedagang kecil dan pedagang besar. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya
langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang menjual hasil
usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan kegiatan pemipilan dan
pengeringan hanya sebatas mengumpulkan hasil usahatani dari beberapa petani.
Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan
sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pada saluran ini petani
tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan.
xi. Alternatif saluran kesebelas
petanipedagang besar pedagang antar daerah pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran kelima adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran yaitu
pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan
menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang
melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang
memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan
pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk
menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani
lebih sedikit.
xii. Alternatif saluran keduabelas
petani pedagang besar pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran kelima adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang besar. Petani
tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang
besar. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan
pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pada
saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan
dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
xiii. Alternatif saluran ketigabelas
petani pedagang antar daerah pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran keenam adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang antar daerah.
Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan
pengangkutan guna meningkatkan mutu hasil usahataninya sehingga bisa diterima
pedagang tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut.
Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk
meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung.
xiv. Alternatif saluran keempatbelas
petani pakan ternak Lampung
Saluran pertama yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada pabrik pakan ternak
yang ada di Provinsi Lampung. Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen
seperti pemipilan, penjemuran dan pengangkutan guna meningkatkan mutu hasil
usahataninya sehingga bisa diterima konsumen tersebut. Konsekuensi dari memilih
saluran ini adalah petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian
kegiatan pasca panen tersebut. Keuntungan dengan menjual langsung ke perusahaan
pakan ternak adalah petani memperoleh tambahan nilai dari kegiatan pascapanennya dan
memperoleh harga jual yang lebih tinggi.
Hasil usahatani jagung di Kabupaten Lampung Selatan lebih banyak diserap oleh
perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Hal tersebut disebabkan karena
di Kabupaten Lampung Selatan sendiri merupakan sentra industri pakan ternak di
Provinsi Lampung, setidaknya terdapat 3 perusahaan pakan ternak skala besar. Hal
tersebut memudahkan petani dan lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasarkan
jagung sehingga mereka tidak merasa kesulitan memperoleh pasar.
b. Analisis Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan selisih harga antara harga jual petani dengan pelaku pasar
di atasnya. Marjin pemasaran berpengaruh langsung terhadap pembentukan harga di
tingkat produsen. Hasil penelitian di Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan ada 14
saluran pemasaran, berikut akan disajikan analisis margin pemasaran dari setiap saluran
pemasaran yang terbentuk. Tabel 23 menunjukkan analisis margin pemasaran pada
saluran pertama, yaitu petani langsung menjual hasil usahataninya ke konsumen, dimana
biaya pemasaran keseluruhan ditanggugng oleh petani. Besarnya bagian harga yang
diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit
marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 1 di Kabupaten Lampung Selatan,
2009
No Uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 Petani
biaya produksi 1092,04 64,21
biaya pemasaran 441,00 25,93
pemipilan 400,00 23,52
Pengangkutan 32,50 1,91
tenaga kerja 8,50 0,50
Operasional 0,00 0,00
Penyusutan 0,00 0,00
total biaya 1533,04 90,14
Margin 167,74 9,86
profit margin 608,74 35,79 0,11
harga jual 1700,78 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) hanya satu, karena petani langsung menjual hasil
usahataninya ke konsumen dengan nilai RPM Rp 0.11/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00
biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.11/kg.
Tabel 24 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kedua, yaitu petani
melalui 1 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil
diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar, dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa
petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena pedagang kecil yang
datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang
diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit
marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 2 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 1117,56 57,31
margin 510,63 26,19
profit margin 510,63 26,19 0,46
harga jual 1628,20 83,50
2 pedagang besar
biaya produksi 643,62 33,01
pemipilan 45,00 2,31
pengangkutan 50,00 2,56
tenaga kerja 30,00 1,54
penyusutan 40,00 2,05
margin 156,81 8,04
profit margin 321,81 16,50 0,24
harga jual 1950,00 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.46/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
0.46/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan
pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 25 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran ketiga, yaitu petani
melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya, sebelum hasil
diterima oleh konsumen petani terlebih dahulu menjual hasil usahataninya ke pedagang
besar kemudian pedagang besar menjualnya ke pedagang antar daerah. Hasil penelitian
dan analisis menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini
terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung
tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin
keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten
Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 3 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 847,30 46,57
margin 785,03 21,28
profit margin 785,03 21,28 0,93
harga jual 1619,70 67,84
2 pedagang kecil
biaya pemasaran 231,00 9,63
pemipilan 30,00 1,25
pengangkutan 100,00 4,17
tenaga kerja 100,00 4,17
operasional 1,00 0,04
penyusutan 0,00 0,00
margin 249,30 10,39
profit margin 480,30 20,01 1,08
harga jual 2100,00 87,50
3 pedagang antar daerah
biaya pemasaran 600,00 25,00
pengangkutan 175,00 7,29
tenaga kerja 50,00 2,08
operasional 1,00 0,04
penyusutan 20,00 0,83
margin 54,00 2,25
profit margin 300,00 12,50 0,09
harga jual 2400,00 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 1.08/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
1.08/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan
pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 26 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keempat, yaitu petani
melalui 3 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani melalui
pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah sebelum hasil usahataninya
diterima oleh konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani tidak
mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke
kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima
produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin
pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 4 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 847,30 35,30
margin 772,40 32,18
profit margin 772,40 32,18 0,91
harga jual 1619,70 67,49
2 pedagang kecil
biaya pemasaran 81,66 3,40
pemipilan 28,33 1,18
pengangkutan 0,00 0,00
tenaga kerja 53,33 2,22
operasional 0,00 0,00
penyusutan 0,00 0,00
margin 81,97 3,42
profit margin 163,63 6,82 1,00
harga jual 1783,33 74,31
3 pedagang besar
biaya pemasaran 172,67 7,19
pengangkutan 36,67 1,53
tenaga kerja 91,67 3,82
operasional 1 0,04
penyusutan 43,33 1,81
margin 117,33 4,89
profit margin 290,00 12,08 0,679504
harga jual 2073,33 86,39
4 pedagang antar daerah
biaya pemasaran 236 9,83
pengangkutan 175 7,29
tenaga kerja 50 2,08
operasional 1 0,04
penyusutan 10 0,42
margin 90,67 3,78
profit margin 326,67 13,61 0,384195
harga jual 2400 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang kecil, yaitu
Rp 1,00/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp 1,00/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan
nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 27 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kelima, yaitu petani
melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil
diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar dan pedagang antar daerah, dalam analisis
berikut dapat dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi
karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut.
Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan
(profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
dapat dilihat pada
Tabel 27.
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.50/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
0.50/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan
pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 27. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 5 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 1117,56 48,91
margin 510,63 22,35
profit margin 510,63 22,35 0,46
harga jual 1628,20 71,26
2 pedagang besar
biaya pemasaran 226,00 9,89
pemipilan 36,67 1,60
pengangkutan 53,33 2,33
tenaga kerja 91,67 4,01
operasional 1,00 0,04
penyusutan 43,33 1,90
margin 64,00 2,80
profit margin 290,00 12,69 0,28
harga jual 2073,00 90,72
3 pedagang antar daerah
biaya pemasaran 141 6,17
pengangkutan 80 3,50
tenaga kerja 50 2,19
operasional 1 0,04
penyusutan 10 0,44
margin 71 3,11
profit margin 212 9,28 0,50
harga jual 2285 100,00
Tabel 28 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keenam, yaitu petani
melalui 1 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil
diterima oleh konsumen yaitu pedagang antar daerah, dalam analisis berikut dapat
dilihat bahwa petani mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena petani
berusaha untuk melakukan kegiatan pasca panen dan memasarkannya sendiri ke
pedagang dengan pertimbangan harga yang ditawarkan kepada petani, pada keadaan
ini petani dibebankan biaya pemasaran. Besarnya bagian harga yang diterima
produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit
marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 6 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 949,4 43,15
biaya pemasaran 140 6,36
pemipilan 28 1,27
pengangkutan 53 2,40
tenaga kerja 9 0,41
operasional 50 2,27
penyusutan 0 0
total biaya 1089,4 49,52
margin 517,58 23,53
profit margin 657,58 29,89 0,47
harga jual 1606,98 73,04
2 pedagang antar daerah
biaya pemasaran 376 17,09
pengangkutan 175 7,95
tenaga kerja 50 2,28
operasional 1 0,05
penyusutan 150 6,82
margin 217,02 9,86
profit margin 593,02 26,96 0,58
harga jual 2200 100
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang antar daerah, yaitu Rp
0.58/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp 0.58/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan
nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran hampir merata.
Tabel 29 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran ketujuh, yaitu petani
melalui 1 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani melalui
pedagang kecil sebelum hasil usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut
menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi
karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut.
Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin
keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten
Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 7 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 847,30 42,01
margin 785,03 38,93
profit margin 785,03 38,93 0,93
harga jual 1619,70 80,32
2 pedagang kecil
biaya pemasaran 249,33 12,36
pemipilan 28,33 1,40
pengangkutan 65,00 3,22
tenaga kerja 110,00 5,45
operasional 1,00 0,05
penyusutan 45,00 2,23
margin 147,00 7,29
profit margin 396,97 19,68 0,59
. harga jual 2016,67 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.93/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp 0.93/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin
keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 30 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kedelapan, yaitu
petani melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani
melalui pedagang kecil dan pedagang besar sebelum hasil usahataninya diterima oleh
konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya
pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk
membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin
pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran
jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 8 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 847,30 37,33
margin 785,03 34,58
profit margin 785,03 34,58 0,93
harga jual 1619,70 71,35
2 pedagang kecil
biaya pemasaran 231,00 10,18
pemipilan 30,00 1,32
pengangkutan 100,00 4,41
tenaga kerja 100,00 4,41
operasional 1,00 0,04
penyusutan 0,00 0,00
margin 249,30 10,98
profit margin 480,30 21,16 1,08
harga jual 2100,00 92,51
3 pedagang antar daerah
biaya pemasaran 151,00 6,65
pengangkutan 80,00 3,52
tenaga kerja 50,00 2,20
operasional 1,00 0,04
penyusutan 20,00 0,88
margin 19,00 0,84
profit margin 170,00 7,49 0,13
harga jual 2270,00 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang kecil, yaitu Rp 1,08/kg.
Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp 1,08/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah
marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 31 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kesembilan, yaitu
petani melalui 3 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani
melalui pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah sebelum hasil
usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani
tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang
datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang
diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio
profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada
Tabel 31.
Tabel 31. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 9 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 847,30 37,08
margin 772,40 33,80
profit margin 772,40 33,80 0,91
harga jual 1619,70 70,88
2 pedagang kecil
biaya pemasaran 81,66 3,57
pemipilan 28,33 1,24
pengangkutan 0,00 0,00
tenaga kerja 53,33 2,33
operasional 0,00 0,00
penyusutan 0,00 0,00
margin 81,97 3,59
profit margin 163,63 7,16 1,00
harga jual 1783,33 78,05
3 pedagang besar
biaya pemasaran 172,67 7,56
pengangkutan 36,67 1,60
tenaga kerja 91,67 4,01
operasional 1 0,04
penyusutan 43,33 1,90
margin 117,33 5,13
profit margin 290,00 12,69 0,679504
harga jual 2073,33 90,74
4 pedagang antar daerah
biaya pemasaran 141 6,17
pengangkutan 80 3,50
tenaga kerja 50 2,19
operasional 1 0,04
penyusutan 10 0,44
margin 70,67 3,09
profit margin 211,67 9,26 0,501206
harga jual 2285 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 1,00/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp 1,00/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin
keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 32 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kesepuluh, yaitu
petani melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani
melalui pedagang kecil dan pedagang besar sebelum hasil usahataninya diterima oleh
konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya
pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk
membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin
pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran
jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 32.
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 1,00/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp 1,00/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin
keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 32. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 10 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No Uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 847,30 38,90
Margin 772,40 35,46
profit margin 772,40 35,46 0,91
harga jual 1619,70 74,36
2 pedagang kecil
biaya pemasaran 81,66 3,75
pemipilan 28,33 1,30
Pengangkutan 0,00 0,00
tenaga kerja 53,33 2,45
Operasional 0,00 0,00
Penyusutan 0,00 0,00
Margin 81,97 3,76
profit margin 163,63 7,51 1,00
harga jual 1783,33 81,87
3 pedagang besar
biaya pemasaran 222,67 10,22
Pengangkutan 81,67 3,75
tenaga kerja 95,83 4,40
Operasional 1 0,05
Penyusutan 44,17 2,03
Margin 172,33 7,91
profit margin 395,00 18,13 0,773926
harga jual 2178,33 100,00
Tabel 33 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kesebelas, yaitu
petani melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum
hasil diterima oleh konsumen diataranya adalah pedagang besar dan pedagang antar
daerah. Dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya
pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk
membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin
pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran
jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 11 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 1117,56 46,57
margin 510,63 21,28
profit margin 510,63 21,28 0,46
harga jual 1628,20 67,84
2 pedagang besar
biaya pemasaran 226,00 9,42
pemipilan 36,67 1,53
pengangkutan 53,33 2,22
tenaga kerja 91,67 3,82
operasional 1,00 0,04
penyusutan 43,33 1,81
margin 64,00 2,67
profit margin 290,00 12,08 0,28
harga jual 2073,00 86,38
3 pedagang antar daerah
biaya pemasaran 236 9,83
pengangkutan 175 7,29
tenaga kerja 50 2,08
operasional 1 0,04
penyusutan 10 0,42
margin 91 3,79
profit margin 327 13,6 0,38
harga jual 2400 100
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.46/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp 0.46/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin
keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 34 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keduabelas, yaitu
petani melalui 1lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum
hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar, dalam analisis berikut dapat
dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena
pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut.
Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin
keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten
Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 12 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 1117,56 51,30
margin 510,63 23,44
profit margin 510,63 23,44 0,46
harga jual 1628,20 74,75
2 pedagang besar
biaya produksi 268,50 12,33
pemipilan 45,83 2,10
pengangkutan 81,67 3,75
tenaga kerja 95,83 4,40
operasional 1,00 0,05
penyusutan 44,17 2,03
margin 281,64 12,93
profit margin 550,14 25,26 1,05
harga jual 2178,33 100,00
3 pabrik
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp1.05/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
Rp 1.05/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin
keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 35 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran ketigabelas, yaitu
petani melalui 1 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum
hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang antar daerah, dalam analisis berikut
dapat dilihat bahwa petani mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena
petani berusaha untuk melakukan kegiatan pasca panen dan memasarkannya sendiri
ke pedagang dengan pertimbangan harga yang ditawarkan kepada petani, pada
keadaan ini petani dibebankan biaya pemasaran. Besarnya bagian harga yang
diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio
profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada
Tabel 35.
Tabel 35. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 13 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 949,4 45,21
biaya pemasaran 140 6,67
pemipilan 28 1,33
pengangkutan 53 2,52
tenaga kerja 9 0,43
operasional 50 2,38
penyusutan 0 0
total biaya 1089,4 51,87
margin 517,58 24,65
profit margin 657,58 31,31 0,48
harga jual 1606,98 76,52
2 pedagang antar daerah
biaya produksi 281 13,38
pengangkutan 80 3,81
tenaga kerja 50 2,38
operasional 1 0,05
penyusutan 150 7,14
margin 212,02 10,09
profit margin 493,02 23,48 0,75
harga jual 2100 100
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang antar daerah , yaitu Rp
0.75/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp 0.75/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan
nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 36 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keempatbelas yaitu
petani langsung menjual hasil usahataninya ke konsumen, dimana biaya pemasaran
keseluruhan ditanggugng oleh petani. Besarnya bagian harga yang diterima
produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit
marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 14 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 1072,85 56,75
biaya pemasaran 122,08 6,46
pemipilan 35,45 1,88
pengangkutan 66,36 3,51
tenaga kerja 19,27 1,02
operasional 1,00 0,05
penyusutan 0,00 0,00
total biaya 1194,93 63,20
margin 639,42 33,82
profit margin 817,62 43,25 0,54
harga jual 1890,62 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) hanya ada satu yaitu Rp 0.54/kg. Hal ini berarti
setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
0.54/kg. saluran pemasaran ini dirasakan paling efisien dimana salurannya pendek
dan margin yang diperoleh petani juga cukup baik namun ummumnya petani yang
menggunakan saluran ini adalah petani yang memiliki luas lahan cukup luas. Mau
melakukan kegiatan pasca panen untuk meningkatkan nilai hasil usahataninya.
Dilihat dari hasil analisis margin pemasaran yang diperoleh dari 14 saluran pemasaran
yang ada secara keseluruhan margin yang diperoleh dari masing-masing lembaga belum
merata, selain itu dilihat dari struktur pasar yang terbentuk dan siapa yang paling
berperan dalam penetapan harga pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
masih belum efisien karena pasar yang terbentuk bersifat oligopsoni dimana pabrik
pakan ternak besar yang berperan sebagai penentu harga.
d. Analisis Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu
barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat
pasar lainnya. Transmisi harga diukur melalui regresi sederhana diantara 2 harga antara
2 tingkat pasar, kemudian dihitung elastisitasnya. Hasil analisis regresi linier sederhana
adalah sebagai berikut:
No R Square F Constant Coefficients
1 0.089 4.776 933.032 0.358
Hasil tersebut memperoleh persamaan sebagai berikut:
Pf = bo + bi Pr Pf = 933.032 + 0,358Pr
Et = αPf x Pr = bi x 2099,03 = 0,358 x 1,246 = 0,446
αPr Pf 1684,04
Berdasarkan hasil regresi sederhana diperoleh nilai R2 sebesar 0.089 yang berarti bahwa
antara harga jagung ditingkat petani dan harga jagung di tingkat konsumen tidak
memiliki hubungan yang erat.
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai elastisitas transmisi harga sebesar 0.446 yang
berarti nilai Et <1, yang artinya laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar
dibandingkan dengan laju perubahan harga di tingkat petani. Keadaan ini bermakna
bahwa pasar yang dihadapi tidak bersaing sempurna dan belum efisien.
Hasil analisis margin pemasaran dan nilai elastisitas transmisi harga menunjukkan bahwa
pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Jika diamati lebih
lanjut struktur pasar jagung yang terbentuk di Kabupaten Lampung Selatan bersifat
oligopsoni oleh perusahaan pakan ternak skala besar.
Pabrik pakan ternak besar menentukan harga dan memasangnya di gudang sehingga
siapapun bisa melihat harga jagung yang ada tanpa adanya kegiatan tawar menawar, dan
jika dengan harga tersebut mereka masih kekurangan stok mereka akan melakukan
import jagung untuk memenuhi kebutuhan jagung mereka. Harga jagung tersebut yang
oleh para pabrik lain dijadikan pertimbangan dalam menetapkan harga jagung yang akan
mereka beli. Kondisi seperti itu menggambarkan bahwa petani dalam menetapkan harga
jual dan memilih untuk menjual hasil usahataninya tidak berdasarkan perhitungan biaya
yang mereka keluarkan tapi hanya mempertimbangkan saluran mana yang bisa
memberikan keuntungan lebih baik, meskipun masih ada yang sifatnya seperti tengkulak
dimana pinjam disitu jual dengan harga dtentukan tengkulak.
Kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran umumnya adalah harga dimana mereka
merasa harga yang mereka peroleh masih tergolong rendah dinbandingkan dengan biaya
yang mereka keluarkan untuk menghasilkan, terutama adalah biaya pupuk. Sementara
dalam kebebasan dalam menjual dan mencari pembeli tidak dirasakan sulit karena
banyaknya pilihan saluran pemasaran yang ada, sehingga masalah yang mereka rasakan
hanya pada harga yang rendah.
Masalah lain yang muncul adalah dari segi produksi seperti kurangnya pemahaman
mereka tentang kesesuaian lahan, ketersediaan factor produksi. Ketersediaan factor
produksi tersebut seperti keterlambatan pupuk, kurangnya kegiatan penyuluhan dalam
menyelesaikan masalah usahatani di lapangan. Keadaan tersebut mengakibatkan
produksi yang dihasilkan petani belum maksimal.
Masalah pemasaran mengenai harga bisa diatasi salah satunya dengan produksi yang
tinggi sehingga meskipun harga rendah tapi karena volume tinggi jadi penerimaan
meningkat dan mampu menutupi biaya usahatani. Berbagai produk pemerintah seperti
program-program penyuluhan dan bantuan seperti benih dan pupuk sangat baik sekali
tapi seharusnya pemerintah juga memberikan tindakan lanjutan seperti pengawasan
program-program tersebut agar tidak disalah gunakan dan dapat tepat sasaran.
Pemerintah seharusnya melakukan peninjauan kembali apakah perlu atau tidak
campurtangan pemerintah dalam penetapan harga dan kebijakan import untuk menunjang
kegiatan pemasaran agar lebih efisien.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran
Jagung yang di lakukan di Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut:
1) Pola distribusi jagung di Kabupaten Lampung terdiri dari 3 pola yaitu jagung
yang berakhir di industri ternak ayam di Propinsi Lampung, jagung yang berakhir
di idustri pakan ternak lokal dan jagung yang berakhir di industri pakan ternak
luar Lampung. Pola distribusi yang paling dominan adalah jagung yang berakhir
di industri pakan ternak lokal sebesar 74,23% sementara jagung yang
didistribusikan ke luar Lampung sebesar 22,48%, atas pertimbangan harga dan
permintaan.
2) Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan masih tergolong belum efisien
dilihat dari nilai RPM yang belum merata dan nilai elastisitas transmisi harga
yang tidak sama dengan 1. Rantai pemasaran yang paling efisien adalah rantai
yang berawal dari petani yang menjual hasil usahataninya langsung ke
perusahaan pakan ternak, yang ditunjukkan oleh nilai RPM yang lebih merata.
Hal ini terjadi dikarena mereka bisa merasakan tambahan nilai dari kegiatan
pasca panen yang dilakukan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Petani hendaknya bergabung dalam kelompoktani atau gapoktan untuk menjual
langsung hasil usahataninya ke pabrik pakan ternak.
2) Pemerintah perlu mendorong dan memfasilitasi bergabungnya petani dalam
kelompoktani atau gapoktan untuk dapat kemitraan langsung dengan pabrik
pakan ternak untuk menampung jagung petani.
3) Peneliti lain, melakukan penelitian lebih mendalam mengenai pemasaran dengan
melihat dan menganalisis struktur pasar dan prilaku lembaga pemasaran jagung.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius: Yogyakarta.
BPS Lampung. 2008. Lampung Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik: Bandar
Lampung.
BPS Lampung Selatan. 2008. Lampung Selatan Dalam Angka 2008. Badan Pusat
Statistik: Lampung Selatan.
BPS Lampung Selatan. 2008. Ketapang Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik:
Lampung Selatan.
Fansuri, Heri. 2008. Hukum Komunikasi Interpersonal Penyuluh Pertanian Lapang
dengan Petani Terhadap Penerapan Sapta Usahatani Jagung di Kecamatan
Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung: Bandar Lampung.
Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri Persaingan, Monopoli dan Regulasi.
PT. Pustaka LP3ES Indonesia: Jakarta.
Irawan, Ade Indra. 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Jagung di Kecamatan
Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung: Bandar Lampung.
Kotler, Philip.1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
McCarthy, Jerome. 1995. Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial Global.
Binarupa Aksara: Jakarta.
Mursid. M. 1993. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara: Jakarta.
Najiyati, Sri. 1992. Palawija Budidya dan Analisis Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Nasruddin, Wasrob. 1996. Tataniaga Pertanian. Universitas Terbuka: Jakarta.
Remonaldi, Yoga. 2009. Analisis Penggunaan Benih dan Daya Saing Usahatani Jagung
Hibrida di Kabupaten Tanggamus. Fakultas Pertanian Universitas Lampung:
Bandar Lampung.
Sevilla, Consuelo G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI-Prees: Jakarta.
Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Soeratno, M. Ec dan Lincolin Arsyad, M.Sc. 1988. Metodologi Penelitian Ekonomi
dan Bisnis. UPP AMP YKPN: Yogyakarta.
Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Suhardi, 2002. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Kanisius:
Yogyakarta.
Susanto, Ari. 2007. Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Jagung di Kecamatan
Ketapang Lampung Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar
Lampung.
Tabel 37. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Lampung
Selatan
No Nama Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas
(ton/ha)
1
2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13
Natar
Jati Agung Tanjung Bintang Merbau Mataram Katibung Sidomulyo Candi Puro Kalianda Raja Basa
Palas Seragi Penengahan Ketapang
10175
8550 6059 5857 7835 7354 2552 4085 85
7366 3217 9847
14200
42654.3
35779 26873.8 26027.8 35117.8 32850.9 11111.5 17621.6 376.3
31167.1 13352 40787
60748.8
41.90
41.85 44.35 44.44 44.82 44.67 43.54 43.14 44.27
42.31 41.50 41.42 42.78
Total/ rata-rata 87182 374468 42.78
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Selatan 2008
Tabel 38. Luas Tanam dan Produksi Jagung di Kecamatan Ketapang
No Nama Desa Luas Tanam
(ha)
Produksi (ton)
1 Sumur 2.354 14.594,80 2 Ruguk 2.600 16.120,00
3 Tri Dharmayoga 375 2.325,00 4 Legundi 2.750 17.050,00 5 Ketapang 1.150 7.130,00 6 Bangun Rejo 1.150 7.130,00 7 Karang Sari 2.300 14.260,00
8 Sri Pendowo 1.450 8.990,00 9 Sumber Nadi 317 2.300,00 10 Taman Sari 1.025 6.355,00 11 Kemukus 2.000 12.400,00 12 Lebung Nala 1.350 8.370,00 13 Sidoasih 7 43,40 14 Pematang Pasir 13 80,60 15 berudung 8 49,60
Total 18.903 117.196,60
Sumber: BPS, Ketapang dalam angka 2007
Table 39. Luas Tanam Jagung di Kecamatan Natar No Nama Desa Luas Tanam
(ha)
No Nama Desa Luas Tanam
(ha)
1 Haji Mena 130 12 Candi Mas 950
2 Sidosari 155 13 Branti Raya 640
3 Natar 92 14 Haduyang 390 4 Pemanggilan 75 15 Banjar Negeri 280 5 Merak Batin 325 16 Mandah 840 6 Muara Putih 785 17 Relung Helok 660 7 Kerawang Sari 1.150 18 Rulung Raya 395 8 Negara Ratu 610 19 Purwo Sari 1.375 9 Rejo Sari 170 20 Bandarjo 255 10 Tanjung Sari 1.110 21 Suka Damai 1.165
11 Bumi Sari 130 22 Pancasila 235
Total 11.737
Sumber: KCD Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Natar, 2008
Tabel 40. Identitas Responden Petani
No Nama Alamat Umur Suku Pendidikan Pengalaman berusahatani
Jumlah tanggungan
Pekerjaan sampingan
1 suwiyono amri suwiyono mekar sari 52 jawa sarjana 5 5 Guru
2 tutuk raharjo sribasuki 40 jawa sd 10 3 Buruh
3 sarwini sribasuli 60 jawa sd 6 0 -
4 sarman sribasuki 68 jawa sd 2 0 -
5 ismail tasik 35 lampung sd 5 1 -
6 kusmawan tasik 30 sunda sd 2 4 -
7 suratman taman rejo 31 jatim sd 7 3 -
8 suharno taman rejo 27 jawa smp 5 2 -
9 mat nasir ruguk induk 50 lampung sd 4 6 -
10 daud langgah ruguk induk 30 lampung sd 4 5 -
11 i da bagus made suta pepandu 47 bali sd 10 3 Guru
12 basri kr ruguk induk 41 lampung smp 3 4 -
13 pak saman taman harum 40 lampung smp 11 3 -
14 kamran pandu mulya 39 sunda sd 4 3 -
15 abidin cilacap 27 jawa sma 3 2 Pedagang
16 rohmat cilacap 50 jatim sd 35 3 -
17 robet tonimbar cilacap 26 jatim sd 2 4 -
18 m. Wasiludin cilacap 43 jawa d2 7 6 Guru
19 m. Ilyas mekar sari 50 lampung d2 12 3 Guru
20 basirun kramat baru 40 jawa sd 14 3 -
21 supardi kramat baru 40 jawa smp 10 4 -
22 sarnim gunung goci 36 jabar smp 6 5 -
23 muharno gunung goci 35 jawa sd 24 5 -
24 wagiman gunung goci 38 jawa sd 5 4 -
25 kodrat jumadi gunung goci 40 jawa sd 7 5 -
26 darto gunung goci 33 jawa smp 6 2 -
27 supardi cilacap 40 jawa smp 4 3 -
Tabel 40. Lanjutan
No Nama Alamat Umur Suku Pendidikan Pengalaman berusahatani
Jumlah tanggungan
Pekerjaan sampingan
28 zulkarnaen mekar jaya 34 lampung d2 9 3 guru
29 pendi mekar jaya 30 lampung sd 3 8 -
30 tijan tanjung sari 50 jawa sd 30 4 -
31 rohadin tanjung sari 36 jawa sd 7 3 -
32 sadirin tanjung sari 42 jawa sd 22 3 Pedagang
33 hardiman tanjung sari 50 jawa sd 30 5 -
34 pungut tanjung sari 44 jawa sd 5 3 -
35 jumadi tanjung sari 58 jawa sd 10 6 -
36 mahyo tanjung sari 30 jawa sd 11 3 Buruh
37 sahuri tanjung sari 40 jawa sd 10 6 -
38 jamingun tanjung sari 40 jawa sd 10 6 -
39 ngadiran tanjung sari 53 jawa sd 9 6 -
40 lasiman tanjung sari 53 jawa sd 6 5 -
41 bagas irwanto tanjung sari 29 jawa sd 4 2 Pedagang
42 turino tanjung sari 45 jawa sd 20 4 -
43 turimin tanjung sari 53 jawa sd 5 6 -
44 riono tanjung sari 39 jawa sd 3 4 -
45 ujang tanjung sari 52 jawa sd 2 9 -
46 suyanto tanjung sari 37 jawa sd 5 2 Buruh
47 sukamto tanjung sari 29 jawa sd 5 2 Buruh
48 suwarno tanjung sari 30 jawa sd 4 3 -
49 suanto tanjung sari 43 jawa sd 3 4 -
50 puji jatmiko tanjung sari 32 jawa sd 3 3 Buruh
51 jainudin tanjung sari 40 jawa sd 5 5 -
Tabel 41. Identitas Responden Pedagang
No Nama Alamat Umur Suku Pendidikan Pengalaman berdagang
Jumlah Tanggungan
Pekerjaan Sampingan
1 sunarto gunung goci 38 jawa sd 15 3 Ketua Keltan
2 nyoman suparte tasik 40 bali smp 19 5 Dealer
4 samino gunung goci 49 jawa sd 1 4 -
5 m. Tohir cilacap 40 jawa sd 10 - Ketu Keltan
6 wayan budi ase mekar jaya 35 bali sma 3 18 Warung RT
7 pak abas mekar jaya 60 jawa sd 32 10 -
8 slamet riyadi mekar jaya 39 jawa smp 8 - -
9 suhendi tunas jaya 51 sunda SD 10 - Produksi Kopra
10 bagas irwanto tunas jaya 29 jawa sd 6 - Ketu Keltan
11 sadirin tunas jaya 42 jawa sd 5 5 Warung RT
12 hermawan tanjung bintang 35 padang sma 18 3 -
Tabel 42. Identitas Responden Konsumen
No Nama Alamat Umur Suku Pdd Pglm
Jumlah tanggungan Pekerjaan
1
Supartono
Tanjung sari
30
Jawa
Sd
7
3 Peternak ayam
2
Sandi kristian
Metro kibang
47
China
S1
22
4 Pegawai pabrik pakan
3
Juniarny glory
Bekasi
32
Jawa
S1
9
- Pegawai pabrik pakan
Tabel 43. penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung responden petani dalam HKP
No Nama
Luas
Lahan
tenaga kerja
Bajak Tanam semprot 1 semprot 2 pupuk panen total
hkp harga nilai P W HKP P W HKP P W HKP P W HKP P W HKP P W HKP
1
suwiyono amri
suwiyono 3,000 54 0 54 0 30 24 18 0 18 18 0 18 0 30 24 55 45 91 229 25000 5725000
2 tutuk raharjo 1,500 27 0 27 2 10 10 8 0 8 8 0 8 2 12 11,6 37 25 57 121,6 25000 3040000
3 sarwini 0,250 6 0 6 0 4 3,2 1 0 1 1 0 1 0 4 3,2 4 5 8 22,4 25000 560000
4 sarman 0,250 3 0 3 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 5 6 9,8 20,8 25000 520000
5 ismail 1,000 18 0 18 2 8 8,4 6 0 6 6 0 6 2 8 8,4 16 20 32 78,8 25000 1970000
6 kusmawan 2,000 36 0 36 2 17 15,6 12 0 12 12 0 12 2 17 15,6 35 45 71 162,2 25000 4055000
7 suratman 1,000 18 0 18 1 10 9 6 0 6 6 0 6 1 10 9 16 22 33,6 81,6 25000 2040000
8 suharno 2,000 36 0 36 2 18 16,4 10 0 10 10 0 10 2 18 16,4 64 40 96 184,8 25000 4620000
9 mat nasir 0,045 2 0 2 2 2 3,6 1 0 1 1 0 1 2 2 3,6 6 5 10 21,2 25000 530000
10 daud langgah 0,045 2 0 2 2 2 3,6 1 0 1 1 0 1 2 2 3,6 8 5 12 23,2 25000 580000
11 i da bagus made suta 1,000 18 0 18 0 12 9,6 6 0 6 6 0 6 0 10 8 33 20 49 96,6 25000 2415000
12 basri kr 0,250 6 0 6 2 2 3,6 2 0 2 2 0 2 2 2 3,6 4 3 6,4 23,6 25000 590000
13 pak saman 2,250 40,5 0 40,5 2 20 18 12 0 12 12 0 12 2 20 18 65 45 101 201,5 25000 5037500
14 kamran 0,500 6 0 6 2 2 3,6 2 0 2 2 0 2 2 2 3,6 9 12 18,6 35,8 25000 895000
15 abidin 1,000 18 0 18 0 10 8 6 0 6 6 0 6 0 10 8 34 22 51,6 97,6 25000 2440000
16 rohmat 0,750 6 0 6 2 6 6,8 4 0 4 4 0 4 2 6 6,8 4 5 8 35,6 25000 890000
17 robet tonimbar 0,750 8 0 8 2 10 10 6 0 6 6 0 6 2 10 10 16 18 30,4 70,4 25000 1760000
18 m. Wasiludin 2,000 36 0 36 0 25 20 12 0 12 12 0 12 0 25 20 20 25 40 140 25000 3500000
19 m. Ilyas 1,250 22,5 0 22,5 0 10 8 6 0 6 6 0 6 0 10 8 15 19 30,2 80,7 25000 2017500
20 basirun 2,750 49,5 0 49,5 2 22 19,6 15 0 15 15 0 15 2 22 19,6 24 28 46,4 165,1 25000 4127500
21 supardi 0,750 8 0 8 2 8 8,4 6 0 6 6 0 6 2 8 8,4 13 16 25,8 62,6 25000 1565000
22 sarnim 2,000 36 0 36 2 22 19,6 10 0 10 10 0 10 2 22 19,6 63 40 95 190,2 25000 4755000
23 muharno 0,500 6 0 6 2 2 3,6 3 0 3 3 0 3 2 2 3,6 9 15 21 40,2 25000 1005000
24 wagiman 0,500 8 0 8 2 2 3,6 3 0 3 3 0 3 2 2 3,6 10 13 20,4 41,6 25000 1040000
25 kodrat jumadi 0,500 6 0 6 1 4 4,2 3 0 3 3 0 3 1 5 5 9 10 17 38,2 25000 955000
Tabel 43. Lanjutan
No Nama
Luas
Lahan
tenaga kerja
Bajak Tanam semprot 1 semprot 2 pupuk panen total
hkp harga nilai P W HKP P W HKP P W HKP P W HKP P W HKP P W HKP
26 darto 3,000 54 0 54 0 30 24 15 0 15 15 0 15 0 30 24 87 60 135 267 25000 6675000
27 supardi 1,000 18 0 18 2 10 10 8 0 8 8 0 8 2 10 10 18 20 34 88 25000 2200000
28 zulkarnaen 0,750 15 0 15 0 10 8 6 0 6 6 0 6 0 10 8 22 17 35,6 78,6 25000 1965000
29 pendi 2,000 36 0 36 0 20 16 9 0 9 9 0 9 0 20 16 15 18 29,4 115,4 25000 2885000
30 tijan 1,000 18 0 18 2 7 7,6 6 0 6 6 0 6 2 7 7,6 18 20 34 79,2 25000 1980000
31 rohadin 1,000 18 0 18 2 8 8,4 6 0 6 6 0 6 0 10 8 17 24 36,2 82,6 25000 2065000
32 sadirin 8,000 144 0 144 0 80 64 48 0 48 48 0 48 0 80 64 120 160 248 616 25000 15400000
33 hardiman 1,000 18 0 18 6 2 7,6 3 0 3 3 0 3 6 2 7,6 18 20 34 73,2 25000 1830000
34 pungut 1,750 31,5 0 31,5 1 16 13,8 10 0 10 10 0 10 1 16 13,8 35 45 71 150,1 25000 3752500
35 jumadi 1,000 18 0 18 0 10 8 6 0 6 6 0 6 0 10 8 12 20 28 74 25000 1850000
36 mahyo 1,000 18 0 18 0 12 9,6 8 0 8 8 0 8 0 15 12 31 20 47 102,6 25000 2565000
37 sahuri 1,000 18 0 18 15 0 15 5 0 5 5 0 5 0 15 12 0 0 0 55 25000 1375000
38 jamingun 0,500 6 0 6 1 4 4,2 3 0 3 3 0 3 1 4 4,2 8 10 16 36,4 25000 910000
39 ngadiran 2,000 36 0 36 1 21 17,8 10 0 10 10 0 10 0 20 16 51 45 87 176,8 25000 4420000
40 lasiman 2,000 36 0 36 0 20 16 12 0 12 12 0 12 0 20 16 30 45 66 158 25000 3950000
41 bagas irwanto 1,000 18 0 18 1 8 7,4 6 0 6 6 0 6 0 10 8 27 20 43 88,4 25000 2210000
42 turino 1,000 18 0 18 4 6 8,8 4 0 4 4 0 4 4 6 8,8 27 20 43 86,6 25000 2165000
43 turimin 0,500 6 0 6 2 2 3,6 4 0 4 4 0 4 2 2 3,6 8 12 17,6 38,8 25000 970000
44 riono 0,500 6 0 6 2 2 3,6 2 0 2 2 0 2 2 2 3,6 11 12 20,6 37,8 25000 945000
45 ujang 0,250 3 0 3 2 1 2,8 1 0 1 1 0 1 2 2 3,6 6 8 12,4 23,8 25000 595000
46 suyanto 1,500 27 0 27 1 16 13,8 10 0 10 10 0 10 2 14 13,2 26 30 50 124 25000 3100000
47 sukamto 1,000 18 0 18 1 11 9,8 6 0 6 6 0 6 1 11 9,8 15 25 35 84,6 25000 2115000
48 suwarno 0,500 6 0 6 1 4 4,2 2 0 2 2 0 2 1 4 4,2 8 15 20 38,4 25000 960000
49 suanto 0,500 4 0 4 1 4 4,2 3 0 3 3 0 3 1 4 4,2 8 11 16,8 35,2 25000 880000
50 puji jatmiko 0,750 8 0 8 1 8 7,4 6 0 6 6 0 6 1 8 7,4 8 10 16 50,8 25000 1270000
51 jainudin 0,500 6 0 6 1 4 4,2 3 0 3 3 0 3 1 4 4,2 8 10 16 36,4 25000 910000
Tabel 44. Biaya Produksi Responden Petani dalam satu musim tanam
No Nama Luas
Lahan Penyusutan
alat
benih
pupuk
tsp Urea
∑ harga nilai ∑ harga nilai ∑ harga nilai
1 suwiyono amri suwiyono 3.000 87600 60 33000 1980000 1500 2600 3900000 2500 1300 3250000
2 tutuk raharjo 1.500 48000 30 46000 1380000 200 2600 520000 1000 1300 1300000
3 sarwini 0.250 59500 5 46000 230000 100 2600 260000 200 1300 260000
4 sarman 0.250 48000 5 33000 165000 100 2600 260000 100 1300 130000
5 ismail 1.000 58667 20 33000 660000 400 2600 1040000 400 1300 520000
6 kusmawan 2.000 70500 40 33000 1320000 400 2600 1040000 600 1300 780000
7 suratman 1.000 58000 12.5 34000 425000 300 2600 780000 400 1300 520000
8 suharno 2.000 58667 35 33000 1155000 800 2600 2080000 1200 1300 1560000
9 mat nasir 0.045 43667 2.5 33000 82500 70 2600 182000 120 1300 156000
10 daud langgah 0.045 57000 2.5 33000 82500 100 2600 260000 100 1300 130000
11 i da bagus made suta 1.000 62333 20 40000 800000 400 2600 1040000 600 1300 780000
12 basri kr 0.250 30167 5 33000 165000 100 2600 260000 200 1300 260000
13 pak saman 2.250 57667 41.25 33000 1361250 1000 2600 2600000 1500 1300 1950000
14 kamran 0.500 45333 7 33000 231000 200 2600 520000 400 1300 520000
15 abidin 1.000 57000 20 40000 800000 300 2400 720000 400 2000 800000
16 rohmat 0.750 58667 15 28000 420000 0 2600 0 400 1400 560000
17 robet tonimbar 0.750 59000 15 40000 600000 150 2600 390000 300 1300 390000
18 m. Wasiludin 2.000 107000 40 33000 1320000 400 2600 1040000 800 1300 1040000
19 m. Ilyas 1.250 49667 25 33000 825000 500 2600 1300000 750 1300 975000
20 basirun 2.750 57667 50 34000 1700000 1000 2600 2600000 1500 1300 1950000
21 supardi 0.750 56667 12 33000 396000 300 2600 780000 400 1300 520000
22 sarnim 2.000 59833 40 45000 1800000 400 2600 1040000 800 1300 1040000
23 muharno 0.500 43167 8 33000 264000 150 2600 390000 150 1300 195000
24 wagiman 0.500 51000 10 34000 340000 250 2600 650000 300 1300 390000
25 kodrat jumadi 0.500 59334 8 33000 264000 200 2600 520000 500 1300 650000
26 darto 3.000 102000 60 31000 1860000 1200 2600 3120000 1500 1300 1950000
27 supardi 1.000 58834 15 33000 495000 350 2600 910000 500 1300 650000
Tabel 44. Lanjutan
No Nama Luas
Lahan Penyusutan
alat
benih
pupuk
tsp Urea
∑ harga nilai ∑ harga nilai ∑ harga nilai
28 zulkarnaen 0.750 57000 15 33000 495000 250 2600 650000 400 1300 520000
29 pendi 2.000 73000 25 40000 1000000 200 2600 520000 300 1300 390000
30 tijan 1.000 57000 20 33000 660000 200 2600 520000 550 1300 715000
31 rohadin 1.000 43667 15 33000 495000 150 2600 390000 500 1300 650000
32 sadirin 8.000 105667 150 40000 6000000 1500 2600 3900000 3500 1300 4550000
33 hardiman 1.000 73000 15 33000 495000 300 2600 780000 500 1300 650000
34 pungut 1.750 63000 25 40000 1000000 300 2600 780000 750 1300 975000
35 jumadi 1.000 83334 15 33000 495000 180 2600 468000 420 1300 546000
36 mahyo 1.000 58000 15 34000 510000 200 2600 520000 600 1300 780000
37 sahuri 1.000 49667 20 34000 680000 200 2600 520000 450 1300 585000
38 jamingun 0.500 49500 8 33000 264000 100 2600 260000 200 1300 260000
39 ngadiran 2.000 72500 40 33000 1320000 350 2600 910000 850 1300 1105000
40 lasiman 2.000 58000 45 40000 1800000 400 2600 1040000 1000 1300 1300000
41 bagas irwanto 1.000 58000 20 46000 920000 250 2600 650000 400 1300 520000
42 turino 1.000 58000 15 33000 495000 200 2600 520000 450 1300 585000
43 turimin 0.500 56000 10 33000 330000 150 2600 390000 200 1300 260000
44 riono 0.500 47133 10 30000 300000 200 2600 520000 300 1300 390000
45 ujang 0.250 42667 5 33000 165000 100 2600 260000 200 1300 260000
46 suyanto 1.500 55000 20 33000 660000 200 2600 520000 1000 1300 1300000
47 sukamto 1.000 58333 18 40000 720000 250 2600 650000 500 1300 650000
48 suwarno 0.500 48667 10 40000 400000 200 2600 520000 300 1300 390000
49 suanto 0.500 49667 8 34000 272000 150 2600 390000 250 1300 325000
50 puji jatmiko 0.750 56500 15 33000 495000 250 2600 650000 400 1300 520000
51 jainudin 0.500 59000 10 33000 330000 100 2600 260000 200 1300 260000
Tabel 44. Lanjutan
No Nama Luas
Lahan
obat tenaga kerja
biaya produksi
produksi rata2
biaya rata2/kg
rondof gramaxon
nilai HKP Harga nilai ∑ harga ∑ harga
1 suwiyono amri suwiyono 3.000 12 65000 5 45000 1005000 229 25000 5725000 15947600 13605 1172.19
2 tutuk raharjo 1.500 6 70000 3 50000 570000 121.6 25000 3040000 6858000 5790 1184.46
3 sarwini 0.250 1 65000 1 45000 110000 22.4 25000 560000 1479500 1275 1160.39
4 sarman 0.250 1 70000 1 40000 110000 20.8 25000 520000 1233000 650 1896.92
5 ismail 1.000 4 65000 0 50000 260000 78.8 25000 1970000 4508667 2250 2003.85
6 kusmawan 2.000 7 70000 3 40000 610000 162.2 25000 4055000 7875500 4150 1897.71
7 suratman 1.000 5 65000 4 45000 505000 81.6 25000 2040000 4328000 3945 1097.08
8 suharno 2.000 6 65000 4 45000 570000 184.8 25000 4620000 10043667 9250 1085.80
9 mat nasir 0.045 1 70000 2 50000 170000 21.2 25000 530000 1164167 1590 732.18
10 daud langgah 0.045 0 70000 4 50000 200000 23.2 25000 580000 1309500 1425 918.95
11 i da bagus made suta 1.000 4 70000 2 40000 360000 96.6 25000 2415000 5457333 5205 1048.48
12 basri kr 0.250 2 65000 1 45000 175000 23.6 25000 590000 1480167 780 1897.65
13 pak saman 2.250 8 65000 5 45000 745000 201.5 25000 5037500 11751417 16305 720.72
14 kamran 0.500 1 65000 1 45000 110000 35.8 25000 895000 2321333 2900 800.46
15 abidin 1.000 0 65000 4 50000 200000 97.6 25000 2440000 5017000 6500 771.85
16 rohmat 0.750 2 65000 1 45000 175000 35.6 25000 890000 2103667 1450 1450.80
17 robet tonimbar 0.750 4.5 80000 4.5 50000 585000 70.4 25000 1760000 3784000 5525 684.89
18 m. Wasiludin 2.000 8 70000 6 45000 830000 140 25000 3500000 7837000 5190 1510.02
19 m. Ilyas 1.250 5 70000 3 45000 485000 80.7 25000 2017500 5652167 5535 1021.17
20 basirun 2.750 8 70000 5 50000 810000 165.1 25000 4127500 11245167 5310 2117.73
21 supardi 0.750 2 65000 1 45000 175000 62.6 25000 1565000 3492667 2720 1284.07
22 sarnim 2.000 8 65000 5 50000 770000 190.2 25000 4755000 9464833 9000 1051.65
23 muharno 0.500 2 70000 1 50000 190000 40.2 25000 1005000 2087167 3000 695.72
24 wagiman 0.500 2 65000 1 45000 175000 41.6 25000 1040000 2646000 3000 882.00
25 kodrat jumadi 0.500 3 65000 1 45000 240000 38.2 25000 955000 2688334 3000 896.11
26 darto 3.000 14 70000 6 50000 1280000 267 25000 6675000 14987000 21000 713.67
27 supardi 1.000 5 65000 3 45000 460000 88 25000 2200000 4773834 3950 1208.57
Tabel 44. Lanjutan
No Nama Luas
Lahan
obat tenaga kerja
biaya produksi
produksi rata2
biaya rata2/kg
rondof gramaxon
nilai HKP Harga nilai ∑ harga ∑ harga
28 zulkarnaen 0.750 13 65000 0 40000 845000 78.6 25000 1965000 4532000 3825 1184.84
29 pendi 2.000 0 65000 35 50000 1750000 115.4 25000 2885000 6618000 5550 1192.43
30 tijan 1.000 3 65000 2 50000 295000 79.2 25000 1980000 4227000 6000 704.50
31 rohadin 1.000 2 65000 2 45000 220000 82.6 25000 2065000 3863667 4950 780.54
32 sadirin 8.000 32 65000 16 45000 2800000 616 25000 15400000 32755667 36500 897.42
33 hardiman 1.000 3 65000 1 50000 245000 73.2 25000 1830000 4073000 5000 814.60
34 pungut 1.750 6 65000 3 50000 540000 150.1 25000 3752500 7110500 8450 841.48
35 jumadi 1.000 4 65000 2 45000 350000 74 25000 1850000 3792334 2150 1763.88
36 mahyo 1.000 4 65000 3 45000 395000 102.6 25000 2565000 4828000 4000 1207.00
37 sahuri 1.000 4 65000 3 45000 395000 55 25000 1375000 3604667 4000 901.17
38 jamingun 0.500 4 70000 1 40000 320000 36.4 25000 910000 2063500 1350 1528.52
39 ngadiran 2.000 8 70000 5 40000 760000 176.8 25000 4420000 8587500 9000 954.17
40 lasiman 2.000 11 70000 4 50000 970000 158 25000 3950000 9118000 11500 792.87
41 bagas irwanto 1.000 5 65000 3 45000 460000 88.4 25000 2210000 4818000 6000 803.00
42 turino 1.000 4 65000 2 45000 350000 86.6 25000 2165000 4173000 5000 834.60
43 turimin 0.500 2 65000 1 45000 175000 38.8 25000 970000 2181000 2150 1014.42
44 riono 0.500 3 70000 0 45000 210000 37.8 25000 945000 2412133 1350 1786.77
45 ujang 0.250 2 65000 1 40000 170000 23.8 25000 595000 1492667 600 2487.78
46 suyanto 1.500 5 70000 3 50000 500000 124 25000 3100000 6135000 9250 663.24
47 sukamto 1.000 5 70000 2 40000 430000 84.6 25000 2115000 4623333 6900 670.05
48 suwarno 0.500 1 70000 1 50000 120000 38.4 25000 960000 2438667 3150 774.18
49 suanto 0.500 2 65000 1 45000 175000 35.2 25000 880000 2091667 2900 721.26
50 puji jatmiko 0.750 2 65000 1 45000 175000 50.8 25000 1270000 3166500 3000 1055.50
51 jainudin 0.500 1 65000 1 45000 110000 36.4 25000 910000 1929000 2300 838.70
155
Tabel 45. Daftar kepemilikan Modal petani jagung di Kaabupaten Lampung Selatan
no nama alamat
Modal
sendiri pinjaman Alat dan Bangunan
luas
lahan bebas terikat
alat
pipil lantai jemur gudang kendaraan
1
suwiyono amri
suwiyono mekar sari 3.000 1 0 0 0 0 0 0
2 tutuk raharjo sribasuki 1.500 0 1 0 0 0 0 0
3 sarwini sribasuli 0.250 0 1 0 0 0 0 0
4 sarman sribasuki 0.250 0 1 0 0 0 0 0
5 ismail tasik 1.000 0 1 0 0 0 0 0
6 kusmawan tasik 2.000 0 1 0 0 0 0 0
7 suratman taman rejo 1.000 0 1 0 0 0 0 0
8 suharno taman rejo 2.000 1 0 0 0 0 0 0
9 mat nasir ruguk induk 0.045 0 1 0 0 0 0 0
10 daud langgah ruguk induk 0.045 1 0 0 0 0 0 0
11 i da bagus made suta pepandu 1.000 0 1 0 0 0 0 0
12 basri kr ruguk induk 0.250 0 1 0 0 0 0 0
13 pak saman taman harum 2.250 1 0 0 0 0 0 0
14 kamran pandu mulya 0.500 1 0 0 0 0 0 0
15 abidin cilacap 1.000 1 0 0 1 0 0 0
16 rohmat cilacap 0.750 1 0 0 0 0 0 0
17 robet tonimbar cilacap 0.750 0 1 0 0 0 0 0
18 m. Wasiludin cilacap 2.000 1 0 0 0 0 0 0
19 m. Ilyas mekar sari 1.250 1 0 0 0 0 0 0
20 basirun kramat baru 2.750 0 1 0 0 0 0 0
21 supardi kramat baru 0.045 0 1 0 0 0 0 0
22 sarnim gunung goci 2.000 1 0 0 0 0 0 0
23 muharno gunung goci 0.500 1 0 0 0 0 0 0
24 wagiman gunung goci 0.500 1 0 0 0 0 0 0
25 kodrat jumadi gunung goci 0.500 1 0 0 0 0 0 0
26 darto gunung goci 3.000 1 0 0 1 0 0 0
27 supardi cilacap 1.000 0 1 0 0 0 0 0
28 zulkarnaen mekar jaya 3.750 0 1 0 0 0 0 0
29 pendi mekar jaya 2.000 0 1 0 0 0 0 0
30 tijan tanjung sari 1 1.000 0 0 1 1 0 0 0
31 rohadin tanjung sari 5 1.000 0 0 1 0 0 0 0
32 sadirin tanjung sari 8.000 1 0 0 1 1 1 1
33 hardiman tanjung sari 1.000 0 0 1 0 0 0 0
34 pungut tanjung sari 1.750 0 0 1 0 0 0 0
35 jumadi tanjung sari 1.000 0 0 1 0 0 0 0
36 mahyo tanjung sari 1.000 1 0 0 0 0 0 0
37 sahuri tanjung sari 1.000 1 0 0 0 0 0 0
38 jamingun tanjung sari 0.500 1 0 0 0 0 0 0
39 ngadiran tanjung sari 2.000 1 0 0 0 0 0 0
40 lasiman tanjung sari 2.000 1 0 0 0 0 0 0
41 bagas irwanto tanjung sari 1.000 0 1 0 0 0 0 0
156
Tabel 45. Lanjutan
no nama alamat
luas
lahan
Modal
sendiri
Pinjaman Alat dan Bangunan
bebas
Terik
at
alat
pipil lantai jemur gudang kendaraan
42 turino tanjung sari 1.000 0 0 1 0 0 0 0
43 turimin tanjung sari 0.500 1 0 0 0 0 0 0
44 riono tanjung sari 0.500 1 0 0 0 0 0 0
45 ujang tanjung sari 0.250 0 0 1 0 0 0 0
46 suyanto tanjung sari 1.500 0 0 1 0 0 0 0
47 sukamto tanjung sari 1.000 1 0 0 0 0 0 0
48 suwarno tanjung sari 0.500 0 0 1 0 0 0 0
49 suanto tanjung sari 0.500 1 0 0 0 0 0 0
50 puji jatmiko tanjung sari 0.750 0 0 1 0 0 0 0
51 jainudin tanjung sari 0.500 0 0 1 0 0 0 0
24 16 11 4 1 1 1
Tabel 46. Daftar kepemilikan Modal pedagang jagung di Kaabupaten Lampung Selatan modal
sendiri pinjaman Alat dan Bangunan
no nama bebas terikat alat pipil lantai jemur gudang kendaraan
1 sunarto Gunung Goci 0 0 1 1 1 1 0
2 nyoman suparte Tasik 1 0 0 1 1 1 1
3 samino Gunung Goci 0 1 0 0 0 1 0
4 m. Tohir Cilacap 1 0 0 1 1 1 0
5 wayan budi ase Mekar Jaya 1 0 0 1 1 1 1
6 pak abas Mekar Jaya 1 0 0 1 1 1 1
7 slamet riyadi Mekar Jaya 1 0 0 1 1 1 0
8 suhendi Tunas Jaya 1 0 0 1 0 1 0
9 bagas irwanto Tunas Jaya 0 1 0 0 0 1 0
10 sadirin Tunas Jaya 1 0 0 1 0 1 1
11 Herwanto Tanjung Bintang 1 0 0 1 0 1 1
8 2 1 9 6 11 5
157
Tabel 47. Data Volume, Harga dan Penerimaan Responden Petani
No Nama Volume (kg) Harga Jual Penerimaan
1 suwiyono amri suwiyono 13605 1955.46 26604000
2 tutuk raharjo 5790 1652.68 9569000
3 sarwini 1275 1454.90 1855000
4 sarman 650 1784.62 1160000
5 ismail 2250 1500.00 3375000
6 kusmawan 4150 1872.29 7770000
7 suratman 3945 1926.87 7601500
8 suharno 9250 1905.41 17625000
9 mat nasir 1590 1600.00 2544000
10 daud langgah 1425 1956.14 2787500
11 i da bagus made suta 5205 1522.09 7922500
12 basri kr 780 1602.56 1250000
13 pak saman 16305 1830.30 29843000
14 kamran 2900 2031.03 5890000
15 abidin 6500 1792.31 11650000
16 rohmat 1450 1503.45 2180000
17 robet tonimbar 5525 2130.77 11772500
18 m. Wasiludin 5190 1555.49 8073000
19 m. Ilyas 5535 1618.07 8956000
20 basirun 5310 1541.43 8185000
21 supardi 2720 2011.76 5472000
22 sarnim 9000 2100.00 18900000
23 muharno 3000 2400.00 7200000
24 wagiman 3000 1860.00 5580000
25 kodrat jumadi 3000 1633.33 4900000
26 darto 21000 1825.00 38325000
27 supardi 3950 1940.51 7665000
28 zulkarnaen 3825 1566.67 5992500
29 pendi 5550 1833.33 10175000
30 tijan 6000 1866.67 11200000
31 rohadin 4950 1463.64 7245000
32 sadirin 36500 1953.42 71300000
33 hardiman 5000 2000.00 10000000
34 pungut 8450 1730.18 14620000
35 jumadi 2150 1534.88 3300000
36 mahyo 4000 1500.00 6000000
37 sahuri 4000 1500.00 6000000
38 jamingun 1350 1537.04 2075000
39 ngadiran 9000 1533.33 13800000
40 lasiman 11500 1478.26 17000000
41 bagas irwanto 6000 1400.00 8400000
42 turino 5000 1460.00 7300000
43 turimin 2150 1200.00 2580000
44 riono 1350 1548.15 2090000
45 ujang 600 1800.00 1080000
158
Tabel 47. Lanjutan
No Nama Volume Harga Jual Penerimaan
46 suyanto 9250 1383.78 12800000
47 sukamto 6900 1600.00 11040000
48 suwarno 3150 1261.90 3975000
49 suanto 2900 1355.17 3930000
50 puji jatmiko 3000 1300.00 3900000
51 jainudin 2300 1556.80 3580640
Tabel 48. Data Volume, Harga dan Penerimaan Responden Pedagang
No Nama
Pembelian Penjualan Penerimaan
Σ harga Σ harga
1 Sunarto 250000 1300 155000 1700
60000 1800 77000 1800
59290 2100 93609000
2 nyoman suparte 1000000 1500 800000 2150
500000 1700 400000 2200 250000000
4 samino 100 53000 100 55000
30000 1500 30000 1764 8120000
5 m. Tohir 1500 53000 1500 55000
350 52000 350 56000
180 54000 180 57000
765 56000 20000 2200 6100000
6 wayan budi ase 5000 45000 80000 2270
2300 49000 32000 2270
32000 2295
32000 2700 76380000
7 pak abas 25000 48000 700000 2100
10000 55000 200000 2400 200000000
8 slamet riyadi 5000 50000 151500 2050
3000 53000 90900 1975 81102500
9 suhendi 240000 1500 150000 2150
40000 2000
30000 1900
12000 1850 121700000
10 bagas irwanto 50000 1400 50000 1700
50000 1300 50000 1600
50000 1800 50000 2000 40000000
11 sadirin 200000 1600 195000 2200
100000 1800 45000 2000
75000 2000 169000000
12 Hermawan 6336000 1800 3000000 2200
7920000 2100 3600000 2200
3600000 2200
3000000 2200 4963200000
159
Tabel 49. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil
Produksi/ Biaya
Produksi
Biaya Pemasaran
HPtn No Nama Musim (kg) Pipil Angkut Tk O Susut
1 pak saman 16305 652.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1830.00
2 robet tonimbar 5525 684.89 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2130.77
3 wagiman 3000 882.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1860.00
4 kodrat jumadi 3000 962.78 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1633.33
5 turimin 2150 1014.42 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1200.00
6 suyanto 8250 590.27 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1383.78
7 puji jatmiko 3000 1055.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1300.00
Rata-rata 834.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1619.70
Jumlah 45230
Persentase 15.49%
Tabel 50. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar
Produksi/ Biaya
Produksi
Biaya Pemasaran
HPtn No Nama Musim (kg) Pipil angkut tk O susut
1 suwiyono amri 13605 1128.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1955.46
2 tutuk raharjo 5790 1067.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1652.68
3 sarwini 1275 1160.39 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1454.90
4 sarman 650 1896.92 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1784.62
5 mat nasir 1590 732.18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1600.00
6 daud langgah 1425 918.95 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1956.14
7 i da bagus made suta 5205 962.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1522.09
8 basri kr 780 1897.65 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1602.56
9 m. Wasiludin 5190 1336.61 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1555.49
10 m. Ilyas 5535 847.27 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1618.07
11 basirun 5310 1847.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1541.43
12 supardi 2720 1284.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2011.76
13 zulkarnaen 3825 1184.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1566.67
14 pendi 5550 1030.27 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1833.33
15 rohadin 4950 689.63 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1463.64
16 hardiman 5000 724.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2000.00
17 pungut 8450 748.28 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1730.18
18 mahyo 4000 1094.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1534.88
19 sahuri 4000 769.92 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1500.00
20 jamingun 1350 1454.44 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1537.04
21 lasiman 11500 714.61 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1478.26
22 turino 5000 744.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1460.00
23 ujang 600 2487.78 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1800.00
24 suwarno 3150 774.18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1261.90
25 suanto 2900 721.26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1355.17
26 jainudin 2300 838.70 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1556.80
Rata-rata 847.30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1628.20
Jumlah 111470.00
Persentase 38.18%
160
Tabel 51. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah
No Nama Produksi/ Biaya
Produksi
Biaya Pemasaran
HPtn Musim (kg) Pipil angkut tk O susut
1 ngadiran 9000 828.61 25.00 25.00 10.00 50.00 0.00 1533.33
2 bagas irwanto 6000 728.00 30.00 70.00 10.00 50.00 0.00 1400.00
3 riono 16350 1786.77 25.00 30.00 5.00 50.00 0.00 1548.15
4 sukamto 6900 604.83 30.00 70.00 10.00 50.00 0.00 1600.00
5 sadirin 36500 798.79 30.00 70.00 10.00 50.00 0.00 1953.42
Rata-rata 949.40 28.00 53.00 9.00 50.00 0.00 1606.98
Jumlah 59750.00
Persentase 20.46%
Tabel 52. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen Industri
No Nama Produksi/ Biaya
Produksi
Biaya Pemasaran
HPtn Musim (kg) pipil angkut tk o susut
1 ismail 2250 1803.85 50.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1500.00
2 kusmawan 4150 1680.84 30.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1872.29
3 suratman 3945 983.02 25.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1926.87
4 suharno 9250 988.50 50.00 90.00 32.00 1.00 0.00 1905.41
5 kamran 2900 800.46 30.00 70.00 10.00 1.00 0.00 2031.03
6 abidin 6500 708.77 30.00 70.00 20.00 1.00 0.00 1792.31
7 rohmat 1450 1450.80 25.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1503.45
8 sarnim 9000 951.65 50.00 75.00 50.00 1.00 0.00 2100.00
9 darto 21000 649.38 50.00 75.00 50.00 1.00 0.00 1825.00
10 muharno 3000 695.72 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 2400.00
11 supardi 2720 1088.31 50.00 70.00 10.00 1.00 0.00 1940.51
Rat-rata 1072.85 35.45 66.36 19.27 1.00 0.00 1890.62
Jumlah 67395.00
Persentase 23.08%
Tabel 53. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen Langsung
No Nama Produksi/ Biaya
Produksi
Biaya Pemasaran
HPtn Musim (kg) pipil angkut tk o susut
1 tijan 6000 629.50 300.00 25.00 7.00 0.00 0.00 1866.67
2 jumadi 2150 1554.57 500.00 40.00 10.00 0.00 0.00 1534.88
Rata-rata 1092.04 400.00 32.50 8.50 0.00 0.00 1700.78
Jumlah 8150.00
Persentase 2.79%
161
Tabel 54. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pedagang
Besar
No Nama Produksi/
H Beli
Biaya Pemasaran
Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut
1 M. Tohir 60900.00 1619.70 30.00 0.00 100.00 0.00 0.00 1850.00
2 Samino 3000.00 1619.70 25.00 0.00 30.00 0.00 0.00 1700.00
Rat-rata 1619.70 28.75 25.00 65.00 0.25 0.00 1862.50
Jumlah 63900.00
Persentase 10.60%
Tabel 55. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pedagang A
Daerah No Nama Produksi/
H Beli
Biaya Pemasaran
Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut
1 M. Tohir 77000.00 1619.70 30.00 0.00 30.00 0.00 0.00 1800.00
2 Samino 150000.00 1619.70 30.00 100.00 100.00 1.00 0.00 2100.00
Rat-rata 1619.70 30.00 50.00 65.00 0.50 0.00 1950.00
Jumlah 227000.00
Persentase 37.65%
Tabel 56. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pabrik Pakan
Lampung No Nama Produksi/
H Beli
Biaya Pemasaran
Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut
1 M.Tohir 50000.00 1619.70 30.00 60.00 130.00 1.00 40.00 2100.00
2 Sunarto 232000.00 1619.70 30.00 60.00 100.00 1.00 65.00 2000.00
3 Samino 30000.00 1619.70 25.00 75.00 100.00 1.00 30.00 1950.00
Rat-rata 1619.70 28.33 65.00 110.00 1.00 45.00 2016.67
Jumlah 312000.00
Persentase 51.75%
Tabel 57. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Pabrik Pakan
Lampung No Nama Produksi/
H Beli
Biaya Pemasaran
Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut
1 slamet riyadi 240000.00 1628.20 50.00 80.00 100.00 1.00 45.00 2050.00
2 wayan budiase 144000.00 1628.20 50.00 60.00 75.00 1.00 50.00 2270.00
3 pak abas 900000.00 1628.20 40.00 75.00 100.00 1.00 40.00 2250.00
4 suhendi 190000.00 1628.20 30.00 100.00 100.00 1.00 30.00 2150.00
5 nyoman suparte 1500000.00 1628.20 75.00 75.00 100.00 1.00 50.00 2150.00
6 sadirin 180000.00 1628.20 30.00 100.00 100.00 1.00 50.00 2200.00
Rat-rata 1628.20 45.83 81.67 95.83 1.00 44.17 2178.33
Jumlah 3154000.00
Persentase 94.21%
162
Tabel 58. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Pedagang A
Daerah No Nama Produksi/
H Beli
Biaya Pemasaran
Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut
1
Wayan
Budiase 32000.00 1628.20 50.00 60.00 75.00 1.00 50.00 2100.00
2 Suhendi 30000.00 1628.20 30.00 50.00 100.00 1.00 30.00 2050.00
3 Sadirin 90000.00 1628.20 30.00 50.00 100.00 1.00 50.00 2070.00
Rata-rata 1628.20 36.67 53.33 91.67 1.00 43.33 2073.33
Jumlah 152000.00
Persentase 4.54%
Tabel 59. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Ternak Ayam
No Nama Produksi/
H Beli
Biaya Pemasaran
Hjual Musim (kg) pipil angkut tk o susut
1 Suhendi 12000.00 1628.20 60.00 50.00 30.00 0.00 30.00 1900.00
2 Sadirin 30000.00 1628.20 30.00 50.00 30.00 0.00 50.00 2000.00
Rata-rata 1628.20 45.00 50.00 30.00 0.00 40.00 1950.00
Jumlah 42000.00
Persentase 1.25
163
Tabel 60. Sebaran harga di tingkat konsumen dan di tingkat produsen
No Nama Pf Pr
1 pak saman 1830,00 2178,00
2 robet tonimbar 2130,77 2321,00
3 wagiman 1860,00 2263,00
4 kodrat jumadi 1633,33 2100,00
5 turimin 1200,00 1950,00
6 suyanto 1383,78 2000,00
7 puji jatmiko 1300,00 2000,00
8 suwiyono amri suwiyono 1955,46 2270,00
9 tutuk raharjo 1652,68 2250,00
10 sarwini 1454,90 2050,00
11 sarman 1784,62 2250,00
12 mat nasir 1600,00 2200,00
13 daud langgah 1956,14 2270,00
14 i da bagus made suta 1522,09 2150,00
15 basri kr 1602,56 2200,00
16 m. Wasiludin 1555,49 2150,00
17 m. Ilyas 1618,07 2250,00
18 basirun 1541,43 2150,00
19 supardi 2011,76 2321,00
20 zulkarnaen 1566,67 2200,00
21 pendi 1833,33 2270,00
22 rohadin 1463,64 2050,00
23 hardiman 2000,00 2263,00
24 pungut 1730,18 2250,00
25 mahyo 1534,88 2150,00
26 sahuri 1500,00 2150,00
27 jamingun 1537,04 2150,00
28 lasiman 1478,26 2150,00
29 turino 1460,00 2050,00
164
No Nama Pf Pr
30 ujang 1800,00 2270,00
31 suwarno 1261,90 1950,00
32 suanto 1355,17 2050,00
33 jainudin 1556,80 2200,00
34 ngadiran 1533,33 2270,00
35 bagas irwanto 1400,00 2100,00
36 riono 1548,15 2285,00
37 sukamto 1600,00 2321,00
38 sadirin 1953,42 2400,00
39 ismail 1500,00 1500,00
40 kusmawan 1872,29 1872,29
41 suratman 1926,87 1926,87
42 suharno 1905,41 1905,41
43 kamran 2031,03 2031,03
44 abidin 1792,31 1792,31
45 rohmat 1503,45 1503,45
46 sarnim 2100,00 2100,00
47 darto 1825,00 1825,00
48 muharno 2400,00 2400,00
49 supardi 1940,51 1940,51
50 tijan 1866,67 1866,67
51 jumadi 1534,88 1534,88
Rata-rata 1684,40 2099,03
165
Regression
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Pra . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Pf
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .298a .089 .070 242.771
a. Predictors: (Constant), Pr
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 281483.154 1 281483.154 4.776 .034a
Residual 2887945.399 49 58937.661
Total 3169428.553 50
a. Predictors: (Constant), Pr
b. Dependent Variable: Pf
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 933.032 345.489 2.701 .009
Pr .358 .164 .298 2.185 .034
a. Dependent Variable: Pf