Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POSTTRAUMATIC GROWTH PADA PENYINTAS KONFLIK
TIMOR TIMUR 1999 DI KABUPATEN TIMOR TENGAH
SELATAN
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Grevia Nanda Charisma Anie
129114063
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
POSTTRAUMATIC GROWTH PADA PENYINTAS KONFLIK
TIMOR TIMUR 1999 DI KABUPATEN TIMOR TENGAH
SELATAN
Disusun oleh:
Grevia Nanda Charisma Anie
129114063
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
Tanggal :
Prof. A. Supratiknya, Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
POSTTRAUMATIC GROWTH PADA PENYINTAS KONFLIK
TIMOR TIMUR 1999 DI KABUPATEN TIMOR TENGAH
SELATAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Grevia Nanda Charisma Anie
129114063
Telah dipertahankan dan dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 29 Juli 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama lengkap Tanda tangan
Penguji 1 : Prof. A. Supratiknya, Ph.D. _________________
Penguji 2 : Dr. Aquilina Tanti Arini _________________
Penguji 3 : Y.B. Cahya Widiyanto, M.Si., Ph.D. _________________
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
(Dr. Titik Kristiyani, M.Psi, Psi.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Carpe Diem!”
~~~
Bersukacitalah dalam Pengharapan, Sabarlah dalam Kesesakan, dan
Bertekunlah dalam Doa!
(Roma 12:12)
---
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)
• • •
~ Grateful Every day Grateful Every way ~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur dan sukacita, ku persembahkan Skripsi ini bagi Kemuliaan
Tuhan Yesus Kristus yang memberi kemampuan bagiku untuk memaknai setiap
Karya dan Kasih-Nya yang tak berkesudahan. Karena IA setia di sisiku dan
memeluk ketidaksempurnaanku. Tanpa tuntunan-Nya, jalanku tak bertuju,
langkahku sesat, dan tapakku tak ada yang berarti. Bagi DIA, segalaku.
dan Teruntuk yang terkasih :
Bapak Aba L Anie, Ibu Istri Murwati, & Adik Dika Putri Vindi Santika Anie,
ini kado kecil bagi kebesaran hati Bapa, Mama, Put yang sangat sabar menanti dan
senantiasa menyemangati. Maaf untuk keresahan dalam waktu yang lama,
Terima Kasih untuk Cinta tak bersyarat yang selalu meneguhkan dan meneduhkan
dalam segala situasi, serta tak lelah menerima kekurangan yang melampaui
kelebihanku,
Sahabat, Saudara, Kerabat, & Semua Penyintas kerasnya Kehidupan yang tak
pernah berhenti berjuang dengan pikiran dan perasaan positif.
Terima Kasih untuk banyak pelajaran hidup terutama tentang
bertumbuh dalam iman dan pengharapan,
sebab tak ada Sukacita yang abadi atau Penderitaan yang kekal maka
ucapan syukurlah yang harus memenuhi sanubari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya
ilmiah.
Yogyakarta, 19 Juli 2019
Penulis
Grevia Nanda Charisma Anie
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
POSTTRAUMATIC GROWTH PADA PENYINTAS KONFLIK
TIMOR TIMUR 1999 DI KABUPATEN TIMOR TENGAH
SELATAN
Grevia Nanda Charisma Anie
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bertujuan untuk
mengeksplorasi gambaran pengalaman posttraumatic growth pada penyintas
konflik. Informan dalam penelitian ini adalah 4 orang penyintas konflik Timor
Timur 1999 yang telah menetap di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pengambilan
data dilakukan dengan metode wawancara. Analisis data dilakukan dengan metode
analisis isi kualitatif (AIK). Hasilnya menunjukkan bahwa penyintas konflik Timor
Timur memiliki pengalaman trauma namun berhasil mengatasinya dan mampu
mencapai posttraumatic growth dalam lima dimensinya (kekuatan pribadi,
kemungkinan baru, hubungan dengan oran lain, penghargaan terhadap hidup, dan
perubahan spiritual). Hal yang diduga mendukung pencapaian tersebut adalah
terpenuhinya rasa aman, keinginan meningkatkan kondisi ekonomi, dan kewajiban
memenuhi tanggung jawab yang semakin besar.
Kata kunci: Trauma, Posttraumatic growth, penyintas konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
POSTTRAUMATIC GROWTH of EAST TIMOR 1999
CONFLICT’S SURVIVORS in SOUTH CENTRAL TIMOR
Grevia Nanda Charisma Anie
ABSTRACT
This study is a qualitative research and aims to explore the idea of
posttraumatic growth experienced by the conflict’s survivors. The informants in
this study are four East Timor 1999 conflict’s survivors who lives in South Central
Timor. The data is conducted from the interview. Further, in analyzing this study,
the researcher uses qualitative content analysis method. The result shows that the
survivors have trauma experience but the survivors can overcome the situation and
they can reach the posttraumatic growth in the five aspects (personal strengths, new
possibilities, relating to others, appreciations of life, and spiritual changes). Things
that are suspected of supporting these accomplishments are the sense of security
can be achieved, the enthusiasm to improve the economic condition, and the
obligation to fulfill the responsibility which gets bigger.
Keywords: Trauma, Posttraumatic Growth, Conflict’s Survivor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Grevia Nanda Charisma Anie
Nomor Mahasiswa : 129114063
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
POSTTRAUMATIC GROWTH PADA PENYINTAS KONFLIK
TIMOR TIMUR 1999 DI KABUPATEN TIMOR TENGAH
SELATAN
Beserta perangkat yang diperlukan (bila perlu). Dengan demikian, saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 Juli 2019
Yang menyatakan,
(Grevia Nanda Charisma Anie)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Pada titik tak terduga saat segalanya hanyalah mungkin, waktu turut rapuh
dan menjadikan setiap detik sebagai akhir sekaligus awal. Semestapun mengambil
bagian berkonspirasi untuk mencapai sesuatu yang semestinya. Seperti ketika karya
ini akhirnya dapat terselesaikan dari proses panjang yang tampak berlarut-larut.
Karya ini bukan sekedar formalitas dalam memenuhi tanggung jawab untuk meraih
gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) namun juga merupakan saksi bisu dari perjuangan
berdamai dengan banyak hal terutama diri sendiri. Selesainya karya ini
menandakan akhir dari perjuangan yang lalu dan awal dari perjuangan baru. Semua
proses pun tidak terlepas dari banyak sekali pihak yang berpartisipasi dan
berkontribusi, oleh karena itu dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Allah Tri Tunggal Maha Kudus yang selalu dan akan terus menyertai sepanjang
hidup saya termasuk juga dalam penyelesaian skripsi ini. Terima Kasih untuk
memampukan saya mengalami semua proses hidup yang senantiasa terjadi
dengan penuh makna.
2. Bapak Prof. Augustinus Supratiknya, Ph. D selaku dosen pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu dan perhatian sepanjang penulisan skripsi ini.
Terima Kasih untuk kesabaran Bapak dalam menghadapi banyak kekurangan,
juga untuk mengingatkan agar jangan pernah berhenti berproses bukan hanya
dengan baik tetapi dengan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Ibu Monica E. Madyaningrum, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu berusaha meluangkan waktu memotivasi dan memberi banyak
pertimbangan bagi saya serta teman-teman untuk terus berjuang di sisa-sisa
waktu kami yang terbatas.
4. Ibu Dr. Titik Kristiyanti, M.Psi., Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan seluruh jajaran dekanat.
5. Semua Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak
hanya memberi pengajaran tetapi juga inspirasi dalam banyak hal.
6. Bapa, Mama, Put, tiga orang yang nomer satu bagi saya. Terima Kasih untuk
cinta kasih tulus dalam segala situasi dan kondisi. Semangat, pengertian, serta
kesabaran tak terbatas dari kalian adalah penyangga kuat yang memampukan
saya bertahan bahkan ketika hampir berputus asa. Semoga Tuhan senantiasa
mengabulkan pergumulan kita bersama sesuai rancangan terbaik-Nya.
7. Bapa Mama Para Penyintas Konflik Timor Timur di TTS. Terima kasih untuk
kisah pengalaman hidup yang memberi banyak pelajaran tentang senantiasa
bertahan, berjuang, bersyukur, dan berpengharapan. Semoga dapat menjadi
inspirasi dan motivasi bagi lebih banyak orang di segala situasi hidup mereka.
8. Sisters by soul: Le, Jen, Amel; Kiw-Kiw: Rini, Nikur, Kak Gue, Pipi; Jibaz
Crews: Sekkar, Kak Devi, Ochi, Momo, Gek Tri, Karin, B.M; Anak-anak Prof:
Deva, Mang Indah, Reka, Ko Rikjan, Lenny, Citra, Kakak-kakak & Adik-adik
lainnya; Teman-Teman Psikologi Sadhar 2012; Penghuni “Rumah Tante
Anna”: Tante Anna, Clara, Tari, Dian, Itha, Age, Thea. Anggota Keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Kontrakan Cemara: Manon, Ka Mira, Cik Dian, Ratna, Ka Risty, Febby, Ipo;
Burjoz’ Fam: Kak Ertim dan Kak Kristin, Andrew, Mega; Saudara setanah
Timor di Jogja: Ka Resty, Merry, Mega, Selly, Cindy, Aresi, AP, Itho, Dus,
Iky, Roy, Usu, Edwin, dan lainnya; Star’s Girls: Vita, Adisa, Nindy, Ce
Meyllan, Erlyn, Nessa, Henny, Avi; Sisir Ijo: Bu Iky, Bu O, Nolas, Raka,
Chype, Neko, Kakak Adik smua; Keluarga Besar Alor & Jawa; Supporter
Jauh di Mata dekat di Jiwa: Suster Lid, Nida, Yeye, Inda, Destin, Golin, Lili,
Dewi, Elsa, Diczon, Ka Eka, Ka Yayuk, Ka Putri, Ester, Guido dan masih
banyak lagi orang-orang yang “diutus” Tuhan hadir dalam hidup saya terutama
di sepanjang proses penulisan skripsi ini. Semua datang dengan cara masing-
masing, mengetuk lalu menetap di hati; ada yang begitu setia menemani,
menyemangati, tertawa, dan menangis bersama; ada yang tak selalu dapat
bersua, tapi merangkul dalam doanya; ada yang menegur bahkan berpamitan,
sekedar untuk menyadarkan pentingnya kehadiran. Untuk apapun yang kalian
semua sajikan sebagai hidangan bagi perjuangan kehidupan saya, TERIMA
KASIH TAK TERHINGGA DARI LUBUK HATI YANG TERDALAM.
KIRANYA TUHAN MEMBALAS TIAP “SENTUHAN” KALIAN SEMUA
DENGAN “DEKAPAN” PALING HANGAT BAGI HIDUP KALIAN.
9. Teristimewa bagi diri sendiri yang bersedia bertahan dan berjuang dalam segala
situasi tak terkendali, juga saat dihadapkan dengan peliknya semua proses
pendewasaan. Terima kasih untuk berupaya tetap menghargai saya dan tanpa
putus asa memahami kita. Mari melanjutkan dan menikmati hidup!!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI .......................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................... vii
ABSTRACT .............................................................................................................. viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 12
A. Trauma Paska Konflik Timor Timur 1999 ................................................... 12
B. Penyintas Konflik Timor Timur 1999 di Kabupaten Timor Tengah Selatan
15
C. Posttraumatic Growth ................................................................................... 18
D. Kerangka Konseptual ................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 24
A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................................... 24
B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 26
C. Informan ....................................................................................................... 27
D. Peran Peneliti ................................................................................................ 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
E. Metode Pengambilan Data ........................................................................... 30
F. Analisis dan Interpretasi ............................................................................... 33
G. Kredibilitas Data .......................................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 38
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 38
B. Latar Belakang Informan dan Dinamika Proses Wawancara ....................... 39
C. Hasil Penelitian ............................................................................................ 55
1. Trauma ..................................................................................................... 56
a. Hyperarousal ...................................................................................... 56
b. Intrusion .............................................................................................. 57
c. Constriction ........................................................................................ 58
2. Posttraumatic Growth ............................................................................. 60
a. Kekuatan Pribadi (Personal Strength) ................................................ 60
b. Kemungkinan Baru (New Possibilities) .............................................. 62
c. Hubungan Dengan Orang Lain (Relating to Others) .......................... 64
d. Penghargaan Terhadap Hidup (Appreciation of Life) ......................... 67
e. Perubahan Spiritual (Spiritual Change) .............................................. 70
D. Pembahasan .................................................................................................. 72
BAB V PENUTUP................................................................................................... 78
A. Kesimpulan ................................................................................................... 78
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 79
C. Saran ............................................................................................................. 79
DAFTAR ACUAN .................................................................................................. 81
Lampiran .................................................................................................................. 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Koding Trauma ........................................................................... 34
Tabel 2. Kriteria Koding Posttraumatic Growth ..................................................... 35
Tabel 3. Lokasi dan Tempat Pelaksanaan Wawancara ........................................... 38
Tabel 4. Data Demografi Informan ......................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................ 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent ................................................................................ 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasca tumbangnya rezim Orde Baru, Presiden B.J. Habibie memberi
pilihan untuk menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur melalui
jajak pendapat yang dilaksanakan pada 30 Agustus 1999. Jajak pendapat
tersebut diikuti oleh sekitar 450.000 rakyat Timor Timur atau 98,5%
penduduk yang terdaftar. Hasilnya adalah kemenangan bagi 78,5% pemilih
atau kurang lebih 344.580 orang yang menginginkan kemerdekaan Timor
Timur. Banyak pihak yang menyayangkan hal tersebut, termasuk kaum
militer Indonesia yang marah dan kecewa. Kemudian pecahlah konflik baru,
bahkan perang tak terelakkan antara rakyat Timor Timur pendukung
kemerdekaan dengan yang menginginkan integrasi/otonomi khusus.
Akibat pecahnya perang di berbagai wilayah Timor Timur yang
mengakibatkan situasi kacau dan tidak lagi kondusif, maka terjadilah
gelombang pengungsian dari masyarakat yang berusaha mencari rasa aman.
Beberapa daerah di Tanah Air khususnya wilayah Timor Barat, Nusa
Tenggara Timur menjadi tujuan bagi sekitar 250.000 orang pengungsi
termasuk anggota TNI dan POLRI beserta keluarga. Salah satu Kabupaten
yang menjadi tujuan para penyintas adalah Timor Tengah Selatan yang
berjarak kurang lebih 175KM dari Timor Timur. Berdasarkan data yang
dihimpun pemerintah daerah, terdapat 4.920 atau sekitar 1.396 kepala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
keluarga. Jumlah tersebut sudah dikurangi 61 kepala keluarga yang memilih
kembali ke Timor Timur saat situasi kondusif. Dengan demikian, yang tetap
tinggal adalah mereka yang memilih untuk tetap menjadi Warga Negara
Indonesia.
Sebelum akhirnya memiliki status tetap sebagai Warga Negara
Indonesia setelah kurang lebih 3 tahun mengungsi yaitu pada tahun 2002,
para penyintas ini telah meninggalkan tempat tinggal, sanak saudara,
pekerjaan, dan harta benda di tempat asal mereka Timor Timur. Berdasarkan
wawancara awal yang dilakukan pada pertengahan tahun 2017, salah satu
penyintas menuturkan bahwa sejak masih berada dalam situasi panas di
wilayah Timor Timur hingga pasca referendum, mereka selalu dihinggapi
rasa tak berdaya karena seolah menjadi sasaran penghancuran, dan terpaksa
menyaksikan kekerasan, kematian, serta tindakan keji lainnya. Bahkan dalam
perjalanan keluar dari wilayah Timor Timur, mereka terus dihadapkan pada
perasaan penuh tekanan dan ketakutan. Para penyintas juga merasa terbeban
dengan pikiran tentang kehidupan baru yang harus dijalani tanpa harta benda
bahkan sanak keluarga lengkap.
Pada masa awal mengungsi, mereka juga harus menyaksikan pengungsi
lain yang meninggal dunia di “tempat tinggal” baru mereka masa itu.
Dikisahkan salah seorang penyintas, mereka yang meninggal dunia bukan
disebabkan oleh kekurangan makanan maupun terserang penyakit namun
akibat beban pikiran yang tak bisa dikendalikan. Sebab banyak di antara
mereka yang masih dihinggapi rasa cemas dan selalu merasa tidak aman saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
teringat kembali situasi mengerikan di daerah asal maupun ketika melakukan
perjalanan untuk mengungsi. Hal tersebut berarti bahwa para penyintas ini
mengalami trauma, penyebabnya ialah extreme stressor yang dialami. Bahkan
hasil penelitian Arthayani (2005) pada pengungsi anak Timor Timur,
menunjukkan bahwa subjek mengalami post traumatic stress disorder
(PTSD). Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya gejala-gejala PTSD seperti
muncul kembali ingatan traumatis, penghindaran terhadap orang, tempat dan
pembicaraan yang mengingatkan pada traumanya, serta muncul gangguan
yang secara khas dialami anak pengungsi korban perang.
Atas dasar berbagai alasan, banyak pula dari antara mereka yang
mampu berjuang untuk melawan rasa trauma dan bertahan hingga sekarang.
Hal ini sejalan dengan penelitian empiris yang menunjukkan bahwa suatu
kejadian traumatis dapat pula memberikan dampak positif atau juga disebut
dengan posttraumatic growth (PTG) yang pertama kali dicetuskan Tedeschi,
Park, & Calhoun (1998) setelah melakukan penelitian mengenai hal positif
dari trauma.
Penelitian mengenai PTG bertujuan melihat adanya kemungkinan
pertumbuhan dan peningkatan secara positif setelah pengalaman buruk atau
penderitaan secara pribadi. Tedeschi & Calhoun (2004) mengemukakan
bahwa PTG merupakan variabel hasil yang prosesnya berupa suatu peristiwa
traumatis yang mengakibatkan kehancuran pada individu dan memunculkan
tantangan serta tujuan lebih tinggi yaitu untuk mengelola tekanan emosional.
Individu juga tidak mengakhiri gejala traumatis yang mereka alami, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menunjukkan bahwa mereka sudah beradaptasi dengan trauma dan mampu
meningkatkan fungsi psikologis pada dimensi-dimensi PTG (Tedeschi &
Colhoun, 2004; Zoellner & Maercker, 2006).
Tedeschi & Calhoun (2004) menjelaskan mengenai dimensi-dimensi
yang berfungsi mengukur PTG tersebut, yaitu: (1) Kekuatan Pribadi
(Personal Strength), yaitu kemampuan mengatasi trauma dan bangkit menjadi
individu yang lebih kuat, mandiri, percaya diri, serta lebih dewasa dalam
menjalani hidup; (2) Kemungkinan Baru (New Possibilities), yaitu keinginan
untuk mengubah tujuan hidupnya, menjadi fokus pada di sini dan saat ini
(here and now), dan juga bersemangat untuk menemukan hal baru sebagai
kesempatan, peran, maupun hubungan baru dalam hidup; (3) Hubungan
dengan Orang lain (Relating to Others), yaitu peningkatan kemampuan
individu menjalin relasi dengan orang lain dalam hubungan kekeluargaan,
persahabatan, maupun kekerabatan; (4) Perhargaan terhadap Hidup
(Appreciation of Life), yaitu kemampuan merefleksikan secara mendalam
mengenai hidup dan kehidupan bahkan juga kematian, menjadi lebih
menikmati hidup, dan memiliki filosofi hidup baru yang lebih bermakna; (5)
Perubahan Spiritual (Spiritual Change), yaitu kemampuan memaknai secara
positif mengenai dimensi transendental dalam hal ini terkait religiositas
sehingga individu menjadi lebih mendekatkan diri dan aktif berpartisipasi
pada hal-hal rohani (Fatiyyah, 2016).
Penelitian ini bertujuan melihat pengalaman PTG individu penyintas
konflik Timor Timur 1999 yang telah menjadi Warga Negara Indonesia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
berdomisili di Kabupaten Timor Tengah Selatan melalui dimensi-dimensi
PTG untuk kemudian membantu individu menyadari berbagai perubahan
positif yang secara signifikan terjadi dalam diri mereka setelah melalui
keadaan buruk dengan tingkat perjuangan yang tinggi. Penelitian ini dianggap
penting untuk dilaksanakan karena diharapkan mampu menggambarkan atau
mengungkapkan pengalaman penyintas konflik Timor Timur menghadapi
peristiwa traumatis hingga menunjukkan berbagai perubahan positif setelah
pengalaman tersebut.
Beberapa penelitian mengenai PTG telah dilakukan pada beragam
subjek atau informan, namun belum ada penelitian terkait variabel tersebut
pada penyintas konflik Timor Timur. Penelitian yang memilih subjek atau
informan tersebut sering berasal dari cabang ilmu lain, misalnya sosial politik
dan bidang hukum dengan menyorot mengenai status kewarganegaraan
penyintas konflik Timor Timur yang berdomisili di wilayah Timor Barat
bagian perbatasan Timor Timur khususnya Kabupaten Belu. Penelitian lain,
berasal dari bidang kesehatan misalnya yang dilakukan oleh Astin Nur
Hanifah dan Kusyogo Cahyo (2012) mengenai perilaku seksual pra nikah
pada siswa SLTP pengungsi eks Timor Timur di wilayah Kabupaten Kupang.
Penelitian yang mengambil eks pengungsi Timor Timur sebagai subjek
atau informan berasal dari bidang ilmu antropologi terkait eksistensi anak di
tengah berbagai intervensi dan perlakuan yang secara spesifik diberikan oleh
sekolah dalam situasi pengungsian. Penelitian yang dilakukan pada tahun
2008 ini menggunakan desain metode etnografi, riset lapangan selama 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
bulan dengan melakukan observasi dan in depth interview. Informan
utamanya adalah para pengajar dan murid-murid dari kelompok pengungsi di
Kabupaten Timor Tengah Utara. Hasilnya menunjukkan bahwa sekolah
mampu memberikan warna berbeda dalam keseharian anak-anak bahkan
hingga sampai pada fase memecah kekakuan hubungan warga eks Timor
Timur dengan warga lokal. Eksistensi anak yang terlihat dari daya hidup dan
kegembiraan menjadi semu karena gugatan orang dewasa yang merasa
otoritas mereka terancam.
Terdapat pula penelitian dari bidang ilmu hubungan internasional
mengenai masalah proses integrasi nasional dalam aspek sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode wawancara
tidak hanya dengan warga eks Timor Timur tetapi juga pihak pemerintah, dan
warga lokal. Data lain yang juga dikumpulkan adalah berupa laporan
organisasi-organisasi terkait masalah integrasi nasional. Hasilnya adalah
proses integrasi yang melibatkan berbagai pihak tesebut belum sepenuhnya
berjalan baik akibat ikatan kelompok yang kuat, prasangka terhadap warga
kelompok lain, dan kecemburuan sosial. Sedangkan penelitian yang berasal
dari bidang Ilmu Psikologi adalah terkait dengan Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) oleh Sintia Novi Arthayani (2005) pada pengungsi anak
Timor Timur yang menunjukkan bahwa subjek mengalami PTSD. Hal
tersebut terlihat dengan adanya gejala-gejala PTSD seperti kembali
munculnya ingatan traumatis, penghindaran terhadap orang, tempat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pembicaraan yang mengingatkan pada traumanya, serta muncul gangguan
yang secara khas dialami anak pengungsi korban perang.
Beberapa penelitian terdahulu seperti yang disebutkan di atas, juga
memiliki kesamaan yang bisa dianggap sebagai defisiensi. Dari segi konsep,
penelitian mengenai PTG masih jarang dilakukan terutama pada penyintas
konflik. Penelitian-penelitian lain yang dilakukan sebelumnya cenderung
memilih subjek atau informan dengan latar belakang pengalaman traumatis
akibat penyakit kronis atau kecelakaan fisik lainnya.
Penelitian tersebut antara lain, oleh Mahleda I.P dan Hartini (2012)
yang memaparkan gambaran dinamika PTG pada wanita dewasa madya
penderita kanker payudara pasca mastektomi yang menggunakan metode
studi kasus dengan melakukan wawancara pada informan dan significant
others. Penelitian lainnya oleh Rachmawati dan Halimah (2015) mengenai
PTG pada wanita penyandang kanker payudara yang melakukan mastektomi
menggunakan metode berbeda yaitu studi deskriptif dengan sampel berjumlah
12 orang dari 20 populasi dan alat ukur kuisioner Posttraumatic Growth
Inventory yang telah diadaptasi.
Hasil dari kedua penelitian tersebut kurang lebih sama yaitu para
informan mampu mencapai PTG. Seluruh dimensi PTG yang dicapai
cenderung tinggi, meskipun diawali dengan reaksi yang cenderung bersifat
negatif. Akan tetapi, emosi negatif tersebut dapat berubah menjadi emosi
positif yang juga bisa meningkatkan secara positif beberapa aspek psikologis
seperti persepsi diri, hubungan dengan orang lain, dan falsafah hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh faktor internal, di mana wanita
dewasa madya memiliki emosi yang stabil sehingga dapat menghasilkan
emosi positif ketika melakukan perenungan dan pengungkapan diri.
Meskipun demikian, terdapat beberapa penelitian dengan subjek atau
informan berlatar belakang pengalaman traumatis lain seperti tahanan dan
veteran perang yang seluruhnya termasuk dalam tahap perkembangan dewasa
madya dan atau dewasa akhir. Hal ini mendukung kemampuan perenungan
dan pengungkapan diri dalam proses pertumbuhan setelah pengalaman
trauma. Dari segi metode, hampir semua penelitian melakukan wawancara
mendalam dan skala untuk mengumpulkan data.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang dipaparkan, maka penulis
menemukan beberapa hal yang menjadi defisiensi dari penelitian-penelitian
sebelumnya. Pertama, penelitian untuk mengungkapkan gambaran PTG pada
penyintas konflik Timor Timur 1999 di Kabupaten Timor Tengah Selatan
belum pernah dilakukan. Kedua, meskipun sejauh ini ada beberapa penelitian
dengan topik sejenis di Indonesia namun belum ada penelitian dengan fokus
penyintas konflik melainkan pada penyintas masalah fisik.
Berangkat dari defisiensi tersebut, maka penelitian ini akan
mengungkapkan gambaran PTG berdasarkan pengalaman penyintas konflik
Timor Timur 1999. Dengan kata lain, informan dalam penelitian ini adalah
mereka yang memiliki pengalaman traumatis berupa konflik sosial dan
termasuk dalam extreme stressor yang telah terjadi lebih dari 18 tahun.
Maercker dan Zoellner (2004) mengungkapkan bahwa semakin panjangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
periode PTG maka akan memunculkan hasil yang lebih positif, artinya adalah
semakin korban aktif dalam berdamai dengan pengalaman traumatis yang ada
maka akan semakin menghilangkan posttraumatic stress sindrom (Guidici,
2011). Literatur tersebut mendukung bahwa penelitian ini masih relevan
untuk dilakukan. Mengingat cukup banyak penyintas konflik Timor Timur
yang telah menetap di beberapa wilayah Timor Barat sehingga perlu untuk
melihat konstruksi perubahan psikologis yang positif sebagai hasil dari
perjuangannya dengan pengalaman yang sangat menantang, tekanan, dan
trauma mereka (Calhoun & Tedeschi, 2006). Para penyintas yang dipilih
peneliti merupakan orang Timor Timur asli yang telah menjadi Warga Negara
Indonesia khususnya yang berdomisili di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Penelitian akan dilakukan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan
metode pengambilan data wawancara semi terstruktur dan terbuka untuk
memunculkan pandangan dan opini dari para informan (Creswell, 2009).
Wawancara yang semi terstruktur bersifat luwes dan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan serta kondisi partisipan, sehingga proses wawancara
berjalan sesuai konteks dan terbuka. Hal tersebut membantu kedua belah
pihak dalam memperoleh informasi, keterangan, dan data yang lebih kaya
(Almanshur Fauzan & M. D Ghony, 2012). Selanjutnya, Analisis Isi
Kualitatif (AIK) akan dipilih sebagai metode analisis data dengan
menggunakan pendekatan deduktif yaitu analisis terarah dengan cara
menggumpulkan data wawancara menjadi satu, kemudian ditafsirkan dengan
memberikan coding yang ditetapkan di awal sebagai satu unit analisis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tidak dianalisis setiap bagian atau setiap kasus, berdasarkan kriteria coding
yang dikembangkan dari dimensi-dimensi PTG (Hsieh dan Shannon, dalam
Supratiknya, 2015).
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengalaman trauma yang dialami penyintas konflik
Timor Timur 1999 di Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan gejala
trauma menurut Herman (1992)?
2. Sejauh mana pencapaian posttraumatic growth individu penyintas konflik
Timor Timur 1999 di Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan
dimensi-dimensi posttraumatic growth Tedeschi & Calhoun (2004)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi dan memahami gambaran
pengalaman posttraumatic growth pada penyintas konflik Timor Timur di
Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan kemunculan dimensi-dimensi
posttraumatic growth Tedeschi & Calhoun.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan di bidang Psikologi, khususnya terkait dengan dampak positif
dari peristiwa traumatis terutama akibat konflik. Penelitian ini juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
memberi sumbangsih baru bagi keberagaman subjek atau informan dalam
penelitian mengenai posttraumatic growth.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
untuk kebijakan pemerintah dan atau pihak yang terkait dalam penyediaan
layanan seperti rehabilitas psiko-sosial korban konflik untuk
memperhatikan determinan posttraumatic growth seperti optimalisasi
dukungan secara psikologis, koping yang tepat, dan pengembangan diri
bagi penyintas konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini, pertama-tama penulis akan memaparkan mengenai trauma
paska konflik Timor Timur 1999. Kemudian, penulis akan menjelaskan terkait
penyintas di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagaimana dimaksud dalam
penelitian ini. Selanjutnya, penulis juga akan mengemukakan tentang
Posttraumatic Growth (PTG) beserta dimensi-dimensinya. Di akhir bab, penulis
akan memaparkan kerangka konseptual penelitian ini.
A. Trauma Paska Konflik Timor Timur 1999
Sejarah mencatat bahwa bukan hanya sekali dua kali konflik pecah di
Timor Timur (sekarang Timor Leste). Dahulu, sebelum bergabung menjadi
provinsi termuda NKRI pada 1975, rakyat Timor Timur telah terpecah dalam
beberapa partai politik dengan berbagai dasar haluan, tujuan, dan kebutuhan
yang berbeda-beda. Keadaan munculnya dua kebutuhan atau lebih di saat
bersamaan sangat berpotensi menimbulkan pertentangan yang disebut
konflik. Oleh karena itu, ketika permintaan sebagian rakyat Timor Timur
dikabulkan untuk berintegrasi dengan NKRI, tetap saja ada sebagian lainnya
yang kontra sehingga menimbulkan konflik bahkan perang saudara rakyat
Timor Timur dan berlangsung dalam kurun waktu lama. Hal tersebut
memunculkan reaksi keras dan intensitas kecaman dari dunia intenasional,
sampai akhirnya pilihan untuk melepaskan diri kembali dari Indonesia
menjadi hasil referendum yang diumumkan pada 4 September 1999.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Hasil referendum yang diawali dengan pemungutan suara tersebut
menimbulkan kekacauan, peningkatan eskalasi konflik dan kekerasan di
Timor Timur (Marpaung, 2009). Perusakan infrastruktur fisik, kekerasan
dengan dan tanpa senjata, serta penjarahan harta benda semakin membuat
situasi hampir di seluruh wilayah Timor Timur tidak kondusif. Ranimpi
(2002) memaparkan bahwa situasi peperangan terbuka seperti yang terjadi di
Timor Timur ini dapat dikategorikan sebagai extreme stressor. Segala
dimensi kekerasan yang tercipta dari konflik Timor Timur menempati salah
satu posisi sebagai stressor yang mampu menimbulkan trauma bagi semua
orang yang berhadapan dengan konflik ini. Intimidasi pada rakyat terkait
pilihan saat pemungutan suara turut terjadi dan mengakibatkan suasana
ketakutan bahkan terror luar biasa yang merajalela secara luas di wilayah
Timor Timur. Hampir semua orang melewatkan hari-hari dengan ketakutan
akan terancamnnya hidup dalam situasi tersebut (Nevins, 2008). Hal tersebut
berarti bahwa apa yang dihadapi sungguh menyebabkan rasa tidak berdaya
dalam menyatasi kecemasan, ketakutan, dan perasaan terancam akibat bahaya
yang dirasakan mereror dan itu adalah kondisi mula-mula terjadinya trauma
psikis (Eth & Pynoos, dalam Sukmaningrum, 2001).
Trauma psikologis sendiri didefinisikan oleh American Psychological
Association (APA) sebagai respon emosional seseorang akibat peristiwa
traumatis seperti kecelakaan serius atau bencana alam, pemerkosaan atau
tindakan kriminal yang disertai kekerasan, peperangan terbuka, menyaksikan
peristiwa menegangkan atau kehilangan orang yang dicintai (Fatiyyah, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Kondisi yang disebut peristiwa traumatis itu tentu saja dialami oleh ratusan
ribu orang Timor Timur kala itu, karena setelah pemungutan suara, milisi
dengan bersenjatakan senapan otomatis mulai menjelajahi jalanan untuk
meneror penduduk dengan bunyi-bunyian bahkan penodongan yang
menakutkan (Nevins, 2008). Standar umum dari trauma psikologis
berdasarkan Comprehensive Textbook of Psychiatry adalah perasaan takut
yang berlebihan, ketidakmampuan untuk memberi bantuan, kehilangan
kendali, dan kecenderungan untuk menghancurkan (Herman, 1992). Seperti
yang pada akhirnya dijalani ratusan ribu penyintas untuk melawan sekaligus
mengungsi secara sukarela maupun terpaksa, selain ke gunung-gunung yang
cenderung lebih aman tetapi juga hingga harus meninggalkan Timor Timur ke
Timor Barat dan bagian lain Indonesia (Nevins, 2008).
Herman, (1992) juga mengkategorikan secara ringkas gejala trauma
paska konflik sebagai berikut:
1. Hyperarousal atau waspada yang berlebihan, yaitu orang yang mengalami
trauma menjadi mudah terkejut, bereaksi sangat peka atau lebih sensitive
terhadap gangguan kecil, dan tidur yang tidak lelap, serta jantung berdegub
kencang ketika diberi stimulus yang berkaitan dengan peristiwa traumatis.
2. Intrusion atau mudah terganggu, ialah individu tidak dapat menghapuskan
dan melupakan peristiwa traumatis. Individu tidak dapat menjalani
kehidupan normal tanpa ingatan mengenai peristiwa tersebut baik berupa
flash back ketika dalam keadaan sadar, maupun mimpi buruk ketika dalam
keadaan tidur. Symptom ini juga muncul dalam bentuk menarik diri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
keterikatan dengan orang lain serta memiliki perasaan marah dan
keinginan seperti ingin membalas atau melawan.
3. Constriction atau bersikap pasrah, yang mencerminkan kepasrahan pada
reaksi dengan cara mematikan rasa. Orang yang mengalami trauma
terkadang merasa benar-benar tidak mampu melawan atau tidak memiliki
kekuatan, serta merasa bahwa segala pertahanan yang dilakukan adalah
sia-sia sehingga menjadi pasrah. Dalam hal ini, orang yang mengalami
trauma berupaya untuk menempatkan diri seolah-olah peristiwa traumatis
tersebut tidak pernah terjadi kepadanya atau itu hanyalah mimpi buruk.
B. Penyintas Konflik Timor Timur 1999 di Kabupaten Timor Tengah
Selatan
Ratusan ribu penyintas berpindah ke berbagai wilayah Indonesia
melalui jalur darat, laut, dan udara. Tentu saja daerah sedaratannya yaitu
Timor Barat (wilayah Nusa Tenggara Timur) adalah yang terbanyak menjadi
tujuan dari para penyintas (Klinken, 2014). Sebagian besar penyintas yang
bergeser ke wilayah Timor Barat awalnya berlabuh di Kupang dan tinggal
beberapa waktu di sana sebelum akhirnya menyebar ke beberapa daerah yang
kemudian menjadi lokasi-lokasi pengungsian tetap. Salah satunya adalah
Kabupaten Timor Tengah Selatan yang berjarak kurang lebih 110KM dari
Kupang dan sekitar 175KM dari perbatasan Timor Timur. Setidaknya
terdapat 3 titik utama lokasi pengungsian yang dihuni oleh lebih dari 5.000
orang penyintas asli Timor Timur seperti dimaksud dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Selama kurang lebih tiga tahun yaitu antara tahun 1999 hingga 2002,
pemerintah bersama UNCHR memfasilitasi pemulangan bertahap terhadap
para pengungsi yang memilih untuk kembali ke Timor Timur saat dilakukan
semacam pemungutan suara sehingga di Kabupaten Timor Tengah Selatan
kurang lebih 61 kepala keluarga memilih untuk pulang. Data terakhir dari
Kantor Perlindungan Masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan sampai
dengan tahun 2012 ada sebanyak 1.396 kepala keluarga atau 4.920 jiwa yang
per tanggal 1 Januari 2002 tidak lagi diperlakukan sebagai pengungsi
melainkan Warga Negara Indonesia dan hal itu berbarengan dengan
dihentikannya bantuan keuangan khusus dari pemerintah pusat.
Berdasarkan data yang diperoleh, berbekal berkas dan surat berharga
yang sempat dibawa saat mengungsi serta bantuan kebijakan pemerintah
maka cukup banyak yang dapat memperoleh pekerjaan seperti sedia kala.
Apabila ditotal secara keseluruhan, terdapat sejumlah 201 orang anggota TNI
dan POLRI, termasuk purnawirawan. Kemudian, sebanyak 130 orang PNS
termasuk pensiunan serta sebanyak 6 orang pegawai BUMN dan 12 pegawai
honorer. Sebagian lainnya yang berjumlah 446 orang mengusahakan
kehidupan dari bertani dan terbanyak adalah para penyintas yang
berwiraswasta seperti berdagang, tukang kayu, sopir dan ojek yaitu 561
orang. Sedangkan, 40 orang lainnya tidak bekerja termasuk ibu rumah tangga.
Hal tersebut berarti bahwa para penyintas di Kabupaten Timor Tengah
Selatan ini telah memperoleh mata pencaharian kembali, meski pada awalnya
para penyintas memilih tetap tinggal di kamp pengungsian atau tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
relokasi yang telah ditentukan dan kemudian membangun semacam ghetto di
mana mereka hidup dan cenderung menutup diri terhadap pergaulan dengan
masyarakat sekitar termasuk membatasi lahan mencari nafkah yang serba
terbatas (ICG, 2011).
Lebih dari sebagian jumlah kepala keluarga yang terdata kala itu
menempati kamp-kamp pengungsian di wilayah Kecamatan Amanuban Barat,
sebelum akhirnya sebagian besar para penyintas “berpencar” untuk
membangun kehidupan baru mereka saat pemerintah provinsi menerapkan
kebijakan relokasi serta penutupan kamp-kamp pengungsian tersebut. Dengan
pertimbangan banyaknya penyintas yang menempati wilayah Kecamatan
Amanuban Barat, maka peneliti memilih informan yang dahulu menempati
lokasi penampungan di wilayah Kecamatan Amanuban Barat. Informan yang
dimaksud adalah penyintas yang merupakan orang asli Timor Timur, berusia
antara 40-60 tahun yang berarti mampu menunjang kemampuan perenungan
akan pengalaman traumatis yang dialami, serta memiliki kehidupan sosial
yang baik. Artinya, para informan yang akan terlibat dalam penelitian ini
dinilai cukup mampu menjalin relasi yang baik tidak hanya dengan sesama
penyintas konflik Timor Timur tetapi juga masyarakat lokal. Sebab pada awal
kedatangan para penyintas, pola interaksi berjalan kurang seimbang antara
para penyintas dengan warga lokal yang cenderung melihat warga baru ini
sebagai kelompok yang bertemperamen kasar, kurang berpendidikan, dan
suka menuntut macam-macam. Tidak ada data pasti terkait seberapa sering
konflik yang melibatkan warga penyintas ini, tetapi berdasarkan penuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pemimpin himpunan Timor Timur dan pemerintah setempat bahwa ada
perubahan yang cukup signifikan antara tahun-tahun awal dengan beberapa
tahun belakangan ini.
C. Posttraumatic Growth
Posttraumatic Growth (PTG) mula-mula dikenalkan oleh Tedeschi &
Calhoun setelah melakukan penelitian mengenai dampak positif dari trauma.
Sebelumnya, banyak penelitian yang melihat dampak dari suatu kejadian
trauma namun cenderung mengarah ke sisi negatif. PTG didefinisikan sebagai
sebuah perubahan psikologis yang positif dan merupakan hasil dari
perjuangan untuk mengatasi keadaan hidup yang sangat menantang atau krisis
yang menimpa individu (Tedeschi & Calhoun, 2004). PTG menggambarkan
individu tidak hanya pulih dari trauma tapi kembali ke keadaan pra-trauma
bahkan melampauinya dengan mampu mengembangkan diri menjadi lebih
produktif setelah melewati periode yang menyebabkan tekanan emosional
(Tedeschi & Calhoun, 2004).
PTG dapat terjadi pada individu yang mengalami tingkat stress tinggi
atau pengalaman penuh tekanan dan tidak menyenangkan dalam hidupnya.
Perubahan positif tersebut dapat dicapai ketika individu berjuang untuk lepas
dari trauma. Tedeschi & Calhoun (2004) mengemukakan bahwa PTG
merupakan variabel hasil yang prosesnya adalah sebuah peristiwa traumatis
dan menyebabkan kehancuran dalam diri individu. Seperti beberapa catatan
yang dikemukakan oleh Joseph & Linley (2008) dalam Fatiyyah (2016) yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1) PTG biasanya terjadi pada individu yang secara khusus mengalami level
stress yang tinggi. 2) PTG terjadi disertai dengan transformasi perubahan
hidup individu. 3) PTG merupakan hasil dari pengalaman traumatis, bukan
sebuah bentuk koping. 4) PTG dapat dikatakan sebagai perubahan dari
kehidupan seseorang yang mengalami trauma.
Tedeschi & Calhoun (2004) juga memaparkan dimensi-dimensi PTG
sebagai berikut:
1. Kekuatan Pribadi (Personal Strength) ialah kemampuan menerima secara
positif pengalaman trauma tersebut dan dapat mengatasi tantangan hidup,
serta mampu bangkit menjadi lebih kuat, mandiri, percaya pada
kemampuan diri sendiri, juga lebih dewasa dalam menjalani hidup.
Individu yang mengalami posttraumatic growth akan lebih yakin pada diri
sendiri dalam mengatasi berbagai hal yang dialami dan memiliki pola pikir
bahwa ia dapat melakukan segala sesuatu dengan lebih baik termasuk
dalam menyelesaikan permasalahan hidup. Dalam dimensi ini, individu
mampu merefleksikan bahwa bila dirinya dapat mengatasi hal buruk yang
terjadi (pengalaman traumatis) maka ia akan mampu untuk mengatasi
tantangan dalam hidupnya.
2. Kemungkinan Baru (New Possibilities) adalah keinginan untuk mengubah
tujuan hidup sesuai kemungkinan baru yang ditemui, menjadi individu
yang fokus pada di sini dan saat ini (here and now), juga bersemangat
untuk menemukan dan menjalani berbagai kesempatan, peran, maupun
hubungan baru dalam hidup. Dalam dimensi ini, individu mengusahakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
perubahan yang lebih baik bagi kehidupannya setelah menemukan
kesempatan atau peluang baru setelah melewati pengalaman traumatis.
Individu juga mampu untuk memahami sesuatu yang dapat menjadi
peluang bagi dirinya dalam melanjutkan kehidupannya.
3. Hubungan dengan Orang lain (Relating to Others) yaitu peningkatan
kedalaman hubungan yang lebih baik dengan orang lain dalam hubungan
kekeluargaan, persahabatan, maupun kekerabatan. Individu menjadi lebih
dekat, lebih intim, dan hubungannya terasa lebih bermakna dengan orang
lain. Mereka mampu untuk memaknai pentingnya relasi dengan orang lain
di sekitarnya dan menjadi lebih empati pada siapa saja yang mengalami
hal yang buruk atau tidak menyenangkan.
4. Penghargaan terhadap Hidup (Appreciation of Life) adalah kemampuan
merefleksikan secara lebih mendalam mengenai hidup dan kehidupan
bahkan juga kematian, menjadi lebih menikmati hidup, dan memiliki
filosofi hidup baru yang lebih bermakna. Dalam dimensi ini, individu
menjadi lebih memaknai setiap waktu yang dilaluinya. Mereka menjadi
sangat menghargai setiap pengalaman, atau apapun yang dimiliki dan
dilaluinya, sekecil apapun itu akan terasa sangat berarti.
5. Perubahan Spiritual (Spiritual Change) ialah kemampuan memaknai
secara positif mengenai dimensi transcendental dalam hal ini terkait
dengan religiositas sehingga individu menjadi lebih mendekatkan diri dan
aktif berpartisipasi pada hal-hal rohani. Individu memiliki peningkatan
rasa syukur atas kehidupan personalnya disertai dengan penguatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
keyakinan terhadapan kehidupan rohaninya. Hal tersebut muncul saat
individu mencoba memahami dan memaknai peristiwa traumatis yang
dialami. Mereka akan merasa penting dan butuh untuk lebih baik dalam
kehidupan dan nilai-nilai spiritual, juga diiringi dengan usaha
mendekatkan diri dalam segala sesuatu yang terkait dengan hal rohani
sesuai iman dan kepercayaannya dengan tujuan lebih memaknai hidup
yang dijalani sesuai dengan agama yang diyakini.
Dimensi-dimensi tersebut yang kemudian menjadi dasar untuk
mengetahui pencapaian PTG pada individu setelah melalui peristiwa
traumatis. Apabila seorang individu mengalami perubahan menuju ke arah
lebih baik atau lebih positif maka ia telah mencapai PTG. Individu akan
cenderung merasa bahwa penderitaan dari peristiwa buruk yang dialami tidak
perlu mempunyai implikasi negatif untuk masa depannya, dan individu
mampu menemukan beberapa elemen seperti dimensi-dimensi PTG sebagai
pertumbuhan personal dalam dirinya (Foa et al, 1999).
D. Kerangka Konseptual
Puncak dari konflik berkepanjangan di Timor Timur adalah setelah
keluar keputusan mengenai hasil jajak pendapat yang dilakukan untuk
penentuan nasib provinsi termuda Indonesia kala itu. Para penyintas melalui
berbagai tragedi yang memaksa mereka mencari tempat lain demi
memperoleh rasa aman. Wilayah paling memungkinkan untuk menjadi tujuan
mengungsi adalah Timor Barat, bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Setelah menghadapi extreme stressor di kampung halaman, para penyintas
terutama yang merupakan orang asli Timor Timur masih harus melalui
peliknya perjuangan memulai hidup yang baru. Meninggalkan kampung
halaman, harta benda, bahkan sanak saudara dan keluarga, lalu melakukan
perjalanan panjang dengan penuh kecemasan semakin memperburuk keadaan
psikis mereka. Tidak sedikit yang akhirnya menyerah pada keadaan penuh
tekanan dan jatuh sakit bahkan meninggal dunia, sedangkan yang mampu
bertahan pun terus diliputi trauma. Mereka enggan kembali ke Timor Timur
karena ada ketakutan akan menghadapi situasi yang sama dengan
sebelumnya. Adapula yang sering merasa takut apabila mendengar atau
menyaksikan kekerasan bersenjata.
Permasalahan yang dihadapi tidak hanya sampai di situ saja, kesulitan
ekonomi, relasi cenderung buruk dengan warga lokal maupun sesama
penyintas yang kadang berkonflik turut menambah catatan panjang
penderitaan mereka. Peneliti menduga peristiwa trauma yang dihadapi dan
menimbulkan kehancuran tersebut menjadi proses bagi mereka yang bertahan
untuk terus memperjuangkan kesejahteraan dan memulai hidup baru sembari
berupaya damai dengan rasa traumanya. Keberhasilan mereka untuk
mempertahankan hidup dan kehidupannya juga memungkinkan para
penyintas mencapai PTG.
PTG merupakan hasil positif dari perjuangan seseorang setelah
menghadapi pengalaman buruk atau penderitaan secara pribadi, sedangkan
prosesnya berupa suatu peristiwa traumatis yang mengakibatkan kehancuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pada individu dan memunculkan tantangan serta tujuan lebih tinggi yaitu
mengelola tekanan emosional (Tedeschi & Calhoun, 2004). Individu juga
tidak mengakhiri gejala traumatis yang mereka alami, namun menunjukkan
bahwa mereka sudah beradaptasi dengan trauma dan mampu meningkatkan
fungsi psikologis pada dimensi-dimensi PTG (Tedeschi & Calhoun, 2004;
Zoellner & Maercker, 2006).
Melalui penelitian ini, peneliti berharap mampu melihat pengalaman
penyintas konflik Timor Timur yang telah menjadi Warga Negara Indonesia
melalui dimensi-dimensi PTG yang selanjutnya dapat menunjukkan
gambaran sejauh mana para penyintas ini telah mencapai PTG. Dengan
demikian, penelitian ini pun sebisa mungkin membantu para penyintas
tersebut menyadari berbagai perubahan positif yang secara signifikan terjadi
dalam diri dan kehidupan mereka meskipun dengan proses serta perjuangan
yang berat.
Kesulitan di
Tempat
Pengungsian
Timbul
Konflik dan
Kekacauan
Referendum
Timor
Timur 1999
Masyarakat
Mengalami
Persekusi &
Mengungsi Posttraumatic
Growth Trauma
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ialah
penelitian yang mencoba mendeskripsikan dan menafsirkan aneka
pengalaman orang atau kelompok orang sebagaimana orang-orang itu sendiri
menghadapi, menggeluti, dan menghayati aneka situasi kehidupan
(Supratiknya, 2018). Penelitian Kualitatif melibatkan penggunaan dan
pengumpulan berbagai bahan empiris (studi kasus, pengalaman pribadi,
intropeksi, riwayat, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksi, dan
visual) yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya
dalam kehidupan individual atau kolektif (Salim, 2001 dalam Prastowo,
2014). Metode ini mengungkapkan pengalaman dengan menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari partisipan terkait (Bodgen
& Taylor, 1975 dalam Basrowi & Suwandi, 2008). Pengalaman tersebut
berfokus pada proses pemaknaan yang disampaikan oleh para partisipan
mengenai isu penelitian (Creswell, 2014).
Desain penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) dengan
pendekatan deduktif terarah yaitu metode penelitian untuk menafsirkan secara
subjektif isi data yang berupa teks melalui proses klasifikasi sistematik
berupa coding atau pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau pola
(Hsieh & Shannon, 2005 dalam Supratiknya, 2015). Peneliti memilih model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pendekatan tersebut karena cocok diterapkan apabila telah ada teori maupun
hasil-hasil penelitian tertentu tentang suatu fenomena (Supratiknya, 2015).
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk memahami dunia informan
berdasarkan pemaknaan idiosinkratik sebagai ‘personal life world’ atau
pengalaman pribadi mengenai trauma menggunakan kategori gejala menurut
Herman dan sejauh mana pencapaian posttraumatic growth berdasarkan teori
Tedeschi & Calhoun.
Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat pengalaman trauma dan
gambaran pencapaian posttraumatic growth dalam konteks dan informan baru
yaitu penyintas konflik Timor Timur 1999 yang telah menjadi Warga Negara
Indonesia dan berdomisili atau menetap di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Dengan demikian, peneliti akan menggunakan prosedur pengambilan data
berupa wawancara semi terstruktur dan diharapkan bisa mendorong informan
agar bersedia mengungkapkan pengalamannya secara personal serta
mendalam. Peneliti juga berharap melalui proses wawancara yang dilakukan,
dapat ditemukan wilayah-wilayah pengalaman yang lebih luas sehingga
memperkaya data. Analisis data diawali dengan mentranskripsikan data lisan
atau rekaman elektronik menjadi teks tertulis atau dokumen. Selanjutnya
dengan analisis isi kualitatif (AIK), teks atau kata-kata tersebut
dikelompokkan dalam beberapa kategori. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan deskripsi yang padat dan kaya tentang fenomena yang diteliti
(Supratiknya, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah gambaran Posttraumatic Growth
pada penyintas konflik Timor Timur 1999 yang telah menetap di Kabupaten
Timor Tengah Selatan. Posttraumatic Growth merupakan perubahan positif
individu sebagai hasil dari perjuangan yang tinggi untuk mengatasi situasi
hidup yang menantang akibat pengalaman traumatis (Tedeschi & Calhoun,
2004). Penelitian ini diharapkan mampu menemukan seperti apa trauma yang
dialami penyintas konflik berdasarkan gejala trauma oleh Herman (1992)
yaitu hyperarousal atau kewaspadaan yang berlebihan, intrusion atau kondisi
mudah terganggu, dan constriction atau bersikap pasrah. Selanjutnya, akan
diuangkap sejauh mana pengalaman penyintas mencapai posttraumatic
growth dalam dimensi-dimensi Posttraumatic Growth yang dikemukakan
oleh Tedeschi & Calhoun (2004) antara lain: (1) Kekuatan pribadi
(personal strength) yaitu kemampuan bangkit dari trauma dan menjadi
individu yang lebih kuat, (2) Kemungkinan baru (new possibilities) yaitu
keinginan mengubah tujuan hidup dan berfokus pada di sini dan saat ini, (3)
Hubungan dengan orang lain (relating to others) yaitu peningkatan
kemampuan berelasi dengan orang lain, (4) Penghargaan terhadap hidup
(appreciation of life) yaitu kemampuan merefleksikan secara mendalam
mengenai hidup dan kehidupan serta memiliki filosofi hidup baru yang lebih
bermakna, dan (5) Perubahan spiritual (spiritual chance) yaitu kemampuan
memaknai secara positif mengenai dimensi transcendental dalam hal ini
terkait religiositas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
C. Informan
Peneliti memilih informan yang berdomisili di wilayah Kabupaten
Timor Tengah Selatan, di mana terdapat kurang lebih 5 lokasi yang
merupakan kamp pengungsian utama pada masa awal paska Referendum
Timor Timur 1999. Peneliti melakukan wawancara dengan ketua
Perhimpunan Timor Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk
menghimpun data sebagai gambaran umum dari informan. Kemudian
diperoleh gambaran umum bahwa para penyintas yang telah menetap di
wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan telah tersebar di hampir semua
kecamatan di Kabupaten tersebut. Akan tetapi yang terbanyak adalah pada 2
Kecamatan yang dulunya terdapat kamp-kamp pengungsian utama yaitu,
Kecamatan Amanuban Barat dan Kecamatan Mollo Barat. Berdasarkan
informasi yang diperoleh, total kurang lebih sebanyak 200KK yang
merupakan penyintas asli Timor Timur berusia antara 40-65 tahun sesuai
kriteria informan dalam penelitian ini. Semua penyintas tersebut pun
merupakan orang-orang yang mengungsi paska referendum tanpa persiapan,
dengan kata lain para penyintas ini mengungsi untuk mencari rasa aman
akibat tak lagi mampu menghadapi ketakutan akibat konflik di daerah asal
mereka.
Ketua Perhimpunan kemudian merekomendasikan 10 orang yang dirasa
sesuai untuk menjadi informan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Dari 10
orang yang disarankan, peneliti menetapkan 4 orang sebagai informan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dasar bahwa jumlah tersebut telah cukup memadai untuk mencapai titik
redundansi. Peneliti pun merasa jumlah tersebut sesuai dengan kemampuan
peneliti dalam melakukan pengumpulan data, sebab yang terpenting adalah
bagaimana sampel diperoleh serta kualitas, panjang dan kedalaman data
wawancara, juga tersedianya evidensi yang beragam bukan besarnya sampel
(Supratiknya, 2018). Pemilihan sample yang dilakukan ialah dengan
criterion-based atau berdasarkan kriteria tertentu (Morrow, 2005, dalam
Supratiknya, 2018). Kriteria tersebut adalah (1) merupakan orang asli Timor
Timur yamg lahir dan tinggal di Timor Timur pra referendum kemudian
mengungsi dan menetap di wilayah Timor Tengah Selatan paska referendum,
(2) meninggalkan harta benda dan sanak saudara di Timor Timur, (3)
dirundung ketakutan saat konflik maupun mengungsi, (4) berusia antara 40-
65 tahun, (5) memiliki kehidupan sosial-ekonomi yang berkembang
(berdasarkan pengamatan ketua perhimpunan), serta (6) mampu
berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Indonesia.
D. Peran Peneliti
Peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam penelitian ini. Hal
tersebut berarti bahwa peneliti memainkan peranan penting dalam
pengambilan data. Dalam penelitian ini penelitilah yang menjalin kontak
secara intensif dengan informan, kemudian turun sendiri ke lokasi penelitian
untuk mengumpulkan data dengan mewawancarai informan berbekal sebuah
protokol, yaitu instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pedoman observasi (Supratiknya, 2015). Dengan demikian, peneliti pula yang
berperan menangkap suara informan kemudian mengolahnya. Penelitian ini
juga menekankan peneliti memperoleh data yang kredibel berdasarkan sudut
pandang informan, sehingga peneliti harus berusaha menyerap dan atau
menangkap makna mengenai isu yang diteliti sebagaimana diyakini dan
dihayati oleh para informan (Supratiknya, 2015).
Dalam penelitian ini peneliti memilih kediaman informan sebagai lokasi
penelitian karena peneliti merasa bahwa rumah informan merupakan tempat
yang nyaman untuk menceritakan pengalamannya secara lebih terbuka dan
bebas. Potensi paling buruk yang bisa terjadi dari penelitian ini adalah
munculnya rasa sedih atau perasaan-perasaan lain ketika mengingat kembali
peristiwa dan atau pengalaman yang menggugah perasaan informan saat
berada dalam situasi konflik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, peneliti
melakukan rapport yaitu dengan pendekatan atau pertemuan yang intens
sebagai upaya memastikan bahwa kondisi informan memungkinkan untuk
proses pengambilan data. Pada saat proses pengambilan data berlangsung,
ketika informan mengalami perasaan sedih karena mengingat pengalaman
kurang menyenangkan maka peneliti memberi jeda waktu bagi informan untuk
menenangkan diri. Selanjutnya, peneliti akan mengonfirmasi pada informan
untuk melanjutkan proses wawancara atau menundanya. Peneliti mencoba
memahami kehidupan sehari-hari dari informan dengan tujuan dapat
mengalihkan pokok pembahasan lain sebelum akhirnya menutup proses
wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
E. Metode Pengambilan Data
Metode utama pengambilan data dalam penelitian ini adalah
wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan serta terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut (Moleong, 2015). Metode wawancara yang dilakukan
adalah semi terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan wawancara
yang disusun dan dapat dimodifikasi berdasarkan respon atau jawaban
informan sehingga memungkinkan peneliti serta informan melakukan dialog.
Di samping itu, peneliti dapat menyelidiki lebih jauh tentang hal-hal menarik
dan penting yang mungkin muncul dalam wawancara.
Sebelum wawancara dilakukan, ada beberapa langkah yang digunakan
agar pengambilan data dapat dilaksanakan dengan baik. Tahapan pelaksanaan
wawancara tersebut adalah:
1. Mencari informan yang sesuai dengan kriteria dan bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Pencarian informan ini dimulai dengan
menghubungi pihak-pihak yang terkait, kemudian menjalin komunikasi
agar menemukan informan yang tepat.
2. Membangun rapport, menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang
akan dilakukan, serta memastikan kembali kesediaan informan untuk turut
serta dalam penelitian.
3. Menyusun kesepakatan jadwal dilaksanakannya wawancara antara peneliti
dan informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
4. Melaksanakan wawancara sesuai kesepakatan peneliti dan informan,
dalam hal ini peneliti menggunakan alat bantuan yaitu perekam digital
(digital recorder). Peneliti juga mencatat perilaku nonverbal dari informan
selama proses wawancara berlangsung. Setelah semua data terkumpul,
peneliti melakukan transkrip wawancara dari hasil rekaman tersebut.
Di samping itu, sebelum pelaksanaan wawancara, peneliti
mempersiapkan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan untuk
diajukan peneliti pada informan dan pedoman tersebut berdasarkan rumusan
masalah serta teori yang digunakan oleh peneliti. Berikut adalah pedoman
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pertanyaan Utama
a. Coba ceritakan perjalanan dan perubahan hidup yang Bapak/Ibu alami
sejak masih di Timor Timur hingga saat ini memilih menjadi Warga
Negara Indonesia dan menetap di wilayah Timor Tengah Selatan?
2. Pertanyaan Probing
a. Trauma
Bagaimana situasi yang Bapak/Ibu hadapi saat terjadi konflik
Timor Timur hingga proses perjalanan sampai menetap di sini?
Apakah hal tersebut merupakan salah satu pengalaman terburuk
dalam hidup Bapak/Ibu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Posttraumatic Growth
Kekuatan Pribadi (Personal Strength)
Bagaimana Bapak/Ibu menerima semua pengalaman yang terjadi
sejak konflik 1999 hingga saat ini?
Kemungkinan Baru (New Possibilities)
Apakah Bapak/Ibu memiliki keinginan-keinginan baru dan merasa
lebih mampu untuk melihat banyak peluang baru dalam hidup
Bapak/Ibu setelah konflik 1999?
Hubungan dengan Orang lain (Relating to Others)
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terkait relasi saudara dengan
keluarga, sahabat, dan kerabat sebelum konflik Timor Timur
terjadi?
Penghargaan terhadap Hidup (Appreciation of Life)
Bagaimana Bapak/Ibu memaknai kehidupan Bapak/Ibu hari lepas
hari terutama setelah konflik 1999 terjadi?
Perubahan Spiritual (Spiritual Change)
Bagaimana kehidupan spiritual dan religiusitas Bapak/Ibu setelah
konflik hingga saat ini?
3. Pertanyaan Penutup
a. Apakah ada hal lain yang ingin diceritakan mengenai pengalaman
hidup Bapak/Ibu?
b. Bagaimana Bapak/Ibu menilai diri dan kehidupan yang dijalani saat
ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
F. Analisis dan Interpretasi
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif (AIK) dalam
melakukan analisis data. Analisis isi kualitatif merupakan metode untuk
menganalisis pesan-pesan komunikasi yang bersifat lisan, tertulis, atau visual
(Supratiknya, 2015). Penelitian ini menghasilkan data berupa transkripsi dari
hasil wawancara. Setelah ditranskripsi maka data akan dikumpulkan menjadi
satuan analisis. Data-data hasil penelitian tersebut kemudian dikategorikan
berdasarkan kesamaan makna sehingga diperoleh suatu deskripsi yang padat
terhadap fenomena yang sedang diteliti (Elo & Kyngas, 2008 dalam
Supratiknya, 2015).
Analisis isi kualitatif (AIK) dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan deduktif terarah dengan proses analisis yang dilakukan mengikuti
langkah-langkah berikut (Supratiknya, 2018):
1. Membaca secara berulang-ulang corpus data berupa transkripsi
verbatim informan yang dikumpulkan melalui wawancara semi
terstruktur;
2. Melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu dalam
transkripsi verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-
line approach);
3. Mengelompokkan kode-kode ke dalam tema/kategori/kriteria yaitu
sejenis konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan
kode, dan bertujuan menemukan sejenis narasi analitik yang koheren
dari keseluruhan corpus data;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4. Memperhalus atau mempertajam analisis dengan cara menempatkan
tema-tema dalam susunan hierarkis tertentu menjadi tema-tema besar
dan sub-sub tema yang selanjutnya diberi label atau nama, masing-
masing sub tema dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari
transkripsi verbatim sebagai bukti atau pendukung, sehingga diperoleh
narasi yang utuh mengenai fenomena yang diteliti.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, berikut kategori/kriteria yang
digunakan dalam koding (Tabel 1 & Tabel 2):
Tabel 1.
Kriteria Koding Trauma
Trauma
a. Hyperarousal Mudah terkejut
Bereaksi sangat peka atau sensitive terhadap gangguan
kecil
Mengalami tidur yang tidak lelap
Merasakan jantung berdegub kencang ketika dihadapkan
pada stimulus yang terkait peristiwa traumatis
b. Intrusion Mudah terganggu atau flash back pada ingatan akan
peristiwa traumatis
Mengalami mimpi buruk
Memiliki keinginan melawan atau membalas
Menarik diri dari relasi atau keterikatan dengan orang lain
c. Constriction Pasrah akan pengalaman traumatis yang dialami
Seolah menolak terjadinya peristiwa traumatis
Muncul magical thinking yang mempengaruhi rencana
masa depannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel 2.
Kriteria Koding Posttraumatic Growth
Posttraumatic Growth
a. Kekuatan Pribadi
(Personal Strength)
Menerima secara positif pengalaman trauma
yang dialami
Mengatasi tantangan hidup dan menjadi lebih
kuat, mandiri, serta percaya pada kemampuan
diri sendiri
Merasa lebih baik dalam melakukan banyak hal
Memiliki keyakinan dalam diri untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan hidup setelah mampu
menghadapi peristiwa traumatis
b. Kemungkinan
Baru
(New Possibilities)
Memiliki keinginan mengubah tujuan hidup
sesuai kemugkinan baru yang ditemui
Fokus pada keadaan di sini dan saat ini
Memiliki semangat untuk menemukan dan
menjalani berbagai kesempatan, peran, maupun
hubungan baru yang datang dalam hidup
Mengusahakan perubahan yang lebih baik bagi
kehidupannya setelah menemukan kesempatan
atau peluang baru
Memahami sesuatu yang dapat menjadi peluang
untuk menjalani hidup
c. Hubungan Dengan
Orang lain
(Relating to Others)
Memiliki kedalaman hubungan yang lebih baik,
lebih dekat dan atau intim dengan orang lain
(keluarga, sahabat, kerabat)
Mengalami peningkatan dalam berempati pada
orang lain di sekitarnya
Memahami kebermaknaan hubungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
saling membutuhkan dengan orang
d. Penghargaan
Terhadap Hidup
(Appreciation
of Life)
Mampu merefleksikan mengenai hidup dan
kehidupan secara lebih mendalam
Menikmati hari-hari hidup
Memiliki filosofi hidup baru yang lebih
bermakna
Menghargai dan memaknai setiap pengalaman
yang dialami sekecil apapun itu
e. Perubahan
Spiritual
(Spiritual Change)
Memaknai secara positif mengenai dimensi
transcendental (religiositas)
Mengalami peningkatan dalam rasa syukur dan
keyakinan yang lebih baik dalam kehidupan
rohani
Mendekatkan diri pada berbagai hal yang
bersifat religi untuk memperkuat iman serta
keyakinan
G. Kredibilitas Data
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa cara untuk memastikan data
yang diperoleh dapat dipercaya atau kredibel. Pertama, dengan melakukan
member checking atau pengecekan bersama informan setelah data dirumuskan
ke dalam tema-tema. Peneliti menanyakan kembali kepada informan untuk
mengetahui apakah tema-tema yang telah dirumuskan tersebut sudah akurat
atau sesuai dengan diri informan. Kedua, peneliti menggunakan thick
description, yaitu deskripsi mendalam dengan memaparkan secara rinci setting
mulai dari latar belakang informan hingga kondisi lokasi penelitian dan
dinamika ketika melakukan wawancara. Dengan demikian, hasil-hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
penelitian menjadi lebih realistik dan dapat dipercaya (Supratiknya, 2015).
Dalam penelitian ini, peneliti juga terlibat dan mengenal informan dalam waktu
cukup lama (prolonged engagement). Peneliti juga menggunakan bantuan peer
debriefer, yaitu review oleh teman sejawat untuk proses akurasi laporan
penelitian.
Penelitian ini juga menggunakan dua strategi dalam pengujian
konsistensi hasil. Strategi pertama yang dilakukan adalah dengan memeriksa
berulang kali transkrip rekaman wawancara untuk memastikan tidak ada
kekeliruan maupun kesalahan dalam proses transkripi. Strategi kedua yang
dilakukan adalah membandingkan data dengan kode-kode yang telah
dirumuskan. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergeseran makna kode-kode
yang bisa saja terjadi selama proses transkripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 dan bulan
November 2019. Proses pengumpulan data menggunakan metode wawancara
yang dilakukan oleh peneliti sendiri pada keempat penyintas konflik Timor
Timur 1999 di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Wawancara dilaksanakan
secara terpisah yang bertujuan untuk tidak menyulitkan informan. Durasi
waktu wawancara bervariasi antara 1 sampai dengan 2 jam. Berikut ini
merupakan rangkuman waktu dan tempat diadakannya wawancara yang
disajikan dalam Tabel 3 :
Tabel 3.
Lokasi dan Tempat Pelaksanaan Wawancara
No. Informan Waktu Lokasi
1 Inf. I 19 Agustus 2018
11 November 2018
Rumah Informan I
Rumah Informan I
2 Inf. II 20 Agustus 2018
12 November 2018
Rumah Informan II
Rumah Informan II
3 Inf. III 21 Agustus 2018
17 November 2018
Rumah Informan III
Rumah Informan III
4 Inf. IV 21 Agustus 2018
18 November 2018
Rumah Informan IV
Rumah Informan IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
B. Latar Belakang Informan dan Dinamika Proses Wawancara
Berikut merupakan data demografi informan yang disajikan dalam Tabel 4:
Tabel 4.
Data Demografi Informan
No Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4
1 Inisial Inf. I Inf. II Inf. III Inf. IV
2 Usia 44 tahun 47 tahun 48 tahun 46 tahun
3 Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki
4 Agama Katolik Katolik Protestan Katolik
5 Pendidikan
Terakhir
SMA SMP SMA SMP
6 Pekerjaan Wiraswasta Petani Wiraswasta Petani
7
Status
Perkawinan
Menikah Menikah Menikah Menikah
8 Asal Laga Baucau Viqueque Baucau
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan menemui langsung para
informan secara personal. Sebelum wawancara dimulai, peneliti menjelaskan
secara garis besar mengenai penelitian dan beberapa hal yang perlu diketahui oleh
para informan. Masing-masing informan telah menyetujui untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini yang dibuktikan dengan surat pernyataan persetujuan
(informed consent). Surat pernyataan tersebut mencakup pemberian informasi
lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, termasuk resiko-
resiko dan kesediaan informan untuk berpartisipasi setelah mengetahui informasi-
informasi terkait yang perlu untuk diketahui.
Informan Pertama berinisial Inf. I adalah seorang perempuan berusia 44
tahun, merupakan orang asli Timor Timur yang mengungsi ke Timor bagian Barat
tepatnya Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan paska
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
jajak pendapat tahun 1999. Setelah kurang lebih 2 tahun di tempat pengungsian,
Pemerintah kembali membuat kebijakan yaitu hak memilih tetap sebagai Warga
Negara Indonesia atau dipulangkan ke Timor Timur. Inf. I beserta sang suami
kemudian memilih untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia yang berarti
bahwa tidak ingin kembali ke kampung halaman. Alasannya saat itu ialah Inf. I
merasa lebih aman dan kondusif berada di wilayah tempat tinggal yang baru
dibandingkan dengan sebelumnya. Situasi yang harus dihadapi saat berada di
Timor Timur menimbulkan perasaan yang tidak aman dan nyaman sehingga Inf. I
enggan untuk kembali karena takut akan terulang lagi. Pasalnya kondisi kerusuhan
di Timor Timur sangat membekas dalam ingatan Inf. I yang kala itu harus
memilih mengungsi demi keselamatannya beserta anak balita dan bayi yang masih
dalam kandungan. Kehamilan yang telah berada di trimester akhir memang
menjadi pertimbangan utama Inf. I untuk mengungsi. Sebabnya adalah fasilitas
kesehatan yang jelas tak lagi memadai akibat menjamurnya kerusuhan hampir di
seluruh wilayah Timor Timur saat itu. Terlebih, suami dari Inf. I bekerja
membantu para TNI dan termasuk dalam kelompok pro integrasi sehingga
memantapkan keputusan keluar dari Timor Timur.
Meninggalkan Timor Timur menjadi suatu keputusan yang sulit bagi Inf. I
karena bagaimanapun juga di sanalah tanah kelahiran sekaligus tanah leluhur. Inf.
I pun sadar benar bahwa kemenangan kelompok pro kemerdekaan dalam jajak
pendapat menjadi ancaman baginya dan keluarga. Meskipun tidak secara langsung
berhadapan dengan keberingasan orang-orang yang saling serang, namun Inf. I
mengaku terus dirundung ketakutan. Menurut Inf. I, dari banyaknya konflik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
terus menerus terjadi di Timor Timur selama masa hidupnya di sana, situasi paska
jajak pendapat tahun 1999 tersebut adalah yang terparah. Hal tersebut membuat
Inf. I merasa kehilangan rasa aman dan nyaman, yang pada akhirnya
mengantarkan pada keputusan mengungsi dengan harapan dapat memperoleh
kehidupan yang lebih terjamin dalam segala aspek. Nyatanya Inf. I menuturkan
bahwa ia dan keluarga masih terus mengalami kesulitan hidup pada masa awal
mengungsi. Mengorbankan harta benda bahkan meninggalkan keluarga ternyata
tak lantas terbayar dengan kehidupan yang layak. Tiba di tempat pengungsian, Inf.
I harus tinggal bersama dengan belasan kepala keluarga lainnya dengan fasilitas
seadanya dan berhadapan dengan sesama pengungsi yang mengalami stress berat,
bahkan meninggal dunia. Semua hal tersebut sempat membuat Inf. I hampir putus
asa, namun dengan dukungan sang suami serta anak-anaknya yang masih kecil
menjadi alasan Inf. I untuk bangkit dari keterpurukan dan rasa traumanya.
Bersama sang suami, Inf. I membangun komitmen untuk menjalani hidup
baru yang optimis. Keduanya bersepakat hidup dalam damai dengan semua orang,
baik sesama warga Ex Timor Timur maupun warga lokal. Inf. I sangat menjaga
relasi dengan orang-orang di sekitarnya karena menyadari pentingnya kehidupan
sosial yang saling membutuhkan. Di masa awal saat berupaya membangun
kehidupannya yang sulit, Inf. I juga tidak segan mengajak tetangga dan kerabat
bergotong royong memulai usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inf. I
selalu berupaya melihat peluang apa yang dapat dilakukannya sehingga tidak
hanya terpaku pada satu sumber penghasilan. Terlebih lagi, seiring berjalannya
waktu, Inf. I dikaruniai 6 buah hati sehingga masa depan anak-anaknya menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
motivasi utama dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Diakuinya, dalam
hal materi, Inf. I merasa jauh lebih cukup saat berada di Timor Timur. Meskipun
demikian, hal tersebut juga membuatnya menjadi kurang berinovasi dan tetap
berada di zona nyaman. Sedangkan dengan adanya pengalaman mengungsi di
tempat baru, ia merasa menjadi jauh lebih kreatif dan inovatif bahkan lebih
mampu menghadapi berbagai persoalan hidup.
Tahun-tahun berlalu, Inf. I kini semakin merasa nyaman dalam
kehidupannya bersama keluarga. Bukan hanya secara materi, Inf. I mengaku
bangga dengan hidup yang dijalani saat ini. Terutama anak-anaknya yang dapat
memperoleh pendidikan yang baik dan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung
jawab serta prihatin dengan kondisi keluarga. Bagi Inf. I, hal tersebut juga tidak
terlepas dari kehidupan rohaninya yang senantiasa mengandalkan Tuhan. Saat
harus berhadapan dengan kesulitan hidup, Inf. I percaya bahwa ada kekuatan lain
yaitu kekuatan dari Tuhan yang seolah menjadi mujizat tak terduga baginya
beserta keluarga. Meski demikian, Inf. I juga tidak terus berserah menanti mujizat
karena baginya ia dan keluarga tetap harus berjuang dalam hidup, tidak boleh
menyerah karena selalu ada jalan keluar bagi setiap persoalan.
Wawancara dengan Inf. I dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 19
Agustus 2018 dan 11 November 2018. Wawancara pertama dilakukan di ruang
tamu rumah Inf. I dan berlangsung selama kurang lebih dua jam. Pada wawancara
pertama ini, Inf. I mengenakan baju kaos yang ditutupi jaket berwarna hitam
dengan celana cokelat selutut. Situasi wawancara sangat kondusif karena hanya
ada dua orang anak Inf. I yang sedang tidur, sedangkan sang suami sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
melakukan perjalanan kerja ke Timor Leste dan anak-anak lainnya sedang
menuntut ilmu di luar kota. Inf. I tampak antusias untuk wawancara ini yang
ditandai dengan sangat memperhatikan sembari mengangguk pertanda beliau
paham saat peneliti menjelaskan tujuan serta mengenai proses yang akan
berlangsung hingga saat peneliti mulai mengajukan pertanyaan. Inf. I sangat jelas
dalam menjawab pertanyaan dan bercerita sehingga peneliti tidak perlu
mengulang maupun memperjelas pertanyaan, kecuali untuk mengkonfirmasi apa
yang disampaikan oleh Inf. I.
Wawancara kedua berlangsung selama kurang lebih satu jam dua puluh
menit juga di ruang tamu rumah Inf. I. Saat proses wawancara, Inf. I mengenakan
baju kaos berwarna cokelat dan celana jeans 7/8. Kondisi di tempat wawancara
cukup kondusif meskipun sesekali dilalui oleh anak-anak Inf. I yang masih
berusia di bawah 10 tahun, dan di salah satu sudut ruangan terdapat seorang nenek
yang adalah ibu dari Inf. I sedang menonton televisi namun dengan volume yang
kecil sehingga tidak mengganggu wawancara. Sama seperti sebelumnya, Inf. I
tampak antusias untuk wawancara ini dan lebih tenang dalam berbicara, peneliti
pun tidak perlu mengulangi pertanyaan. Wawancara berlangsung lancar dan
setelah informasi yang diperoleh dirasa cukup, peneliti mengakhirnya namun
dilanjutkan dengan berbincang hal-hal lain yang tidak lagi berkaitan dengan
penelitian ini.
Informan Kedua berinisial Inf. II seorang perempuan berusia 47 tahun
yang merupakan orang asli Timor Timur yang mengungsi paska jajak pendapat
tahun 1999 dan menetap di Nulle, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Bersama ribuan kepala keluarga lainnya,
Inf. II turut memilih tetap sebagai Warga Negara Indonesia saat diberikan pilihan
oleh pemerintah pada tahun 2001. Sama halnya dengan Inf. I, Inf. II memiliki
suami yang bekerja membantu para TNI dan termasuk dalam kelompok pro
integrasi. Pada masa perjuangan tersebut, sang suami bekerja sebagai supir untuk
kendaraan para TNI sehingga sering untuk bepergian. Paska jajak pendapat yaitu
bulan September 1999, kerusuhan mulai gencar di beberapa wilayah Timor Timur
tak terkecuali di desa tempat tinggal Inf. II. Meskipun tidak sebrutal di ibukota,
namun Inf. II mengaku sering mendengar suara tembakan dan bunyi-bunyian
kendaraan yang saling serang. Hal tersebut menimbulkan rasa ketakutan yang luar
biasa, terlebih saat sang suami sedang bekerja. Oleh karena itu, Inf. II pernah
memboyong anak-anaknya yang masih balita kala itu untuk bersembunyi di hutan.
Hingga pada akhirnya, sang suami datang menjemput untuk mengungsi terlebih
dahulu melalui jalur udara sedangkan suami dari Inf. II menyusul melalui
perjalanan darat.
Inf. II melakukan perjalanan untuk mengungsi tanpa didampingi suami,
bahkan tanpa membawa barang apapun kecuali sejumlah uang dan panci untuk
memasak bubur bagi anak balitanya. Kala itu, Inf. II ikut bersama rombongan
pengungsi menempati penampungan sementara di Kabupaten Kupang selama
kurang lebih 1 minggu sebelum akhirnya dijemput sang suami menuju Kabupaten
Timor Tengah Selatan. Tiba di tempat yang sama sekali belum pernah
dikunjunginya dengan keadaan yang memprihatinkan semakin menambah beban
pikiran Inf. II yang membuatnya sering menangis. Bahkan diakui Inf. II, ia sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kesulitan mengontrol pikiran dan tidurnya pun terganggu saat harus memulai
kembali kehidupan di tempat baru. Masih merasa bimbang antara menetap dan
kembali ke tanah kelahiran juga menjadi hal yang terus dipikirkan Inf. II, hingga
ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan tak ingin berinteraksi dengan orang-
orang sekitar.
Hidupnya mulai berubah ketika anaknya mengalami sakit parah dan Inf. II
menyadari bahwa ia harus bangkit dari keterpurukannya. Terlebih, bantuan
pemerintah yang akan segera dihentikan membuatInf. II berupaya menemukan
solusi untuk memulai hidup baru di tempat tinggal barunya tersebut. Inf. II juga
mulai menerima kondisi hidup yang harus dimulai dari nol dan tak lagi ingin
kembali ke Timor Timur. Bagi Inf. II keamanan yang terjamin di wilayah Timor
Tengah Selatan dapat membantunya dan keluarga mengupayakan kehidupan yang
lebih baik untuk masa depan anak-anaknya. Inf. II pun memilih untuk
mengerjakan apa saja yang dapat dikerjakan dan menjadi peluang yang
menghasilkan. Hingga pada akhirnya, Inf. II beserta sang suami memilih bertani.
Meskipun bukan di ladang sendiri, Inf. II merasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Sebab tidak hanya itu, Inf. II juga sangat memanfaatkan
waktu serta peluang untuk memperoleh penghasilan tambahan. Hal tersebut pun
kini menjadi kebanggaan bagi Inf. II, sebab hampir semua jenis pekerjaan yang
digeluti belum pernah dilakukan sebelumnya saat masih di Timor Timur.
Alasan utama yang mendorong Inf. II dan sang suami memaksimalkan
waktu untuk bekerja adalah karena prestasi anak-anaknya. Inf. II bertekad untuk
mengantarkan semua anak-anaknya memperoleh pendidikan yang baik. Ia juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
bersyukur bahwa hal tersebut didukung oleh kemampuan akademik anak-anaknya
yang memadai, sehingga ia berharap dengan kerja keras yang dilakukannya
mereka dapat lebih termotivasi. Semua hal tersebut membuatnya bersyukur
dengan keputusannya tetap menjadi Warga Negara Indonesia. Inf. II merasa
bahwa banyak hal baru yang mampu dipelajarinya, sekaligus memperoleh
terutama rasa aman dan nyaman dalam menjalani hidup. Relasi dengan orang lain
yang sebelumnya juga terhambat akibat rasa traumanya pada masa awal
kedatangan pun telah membaik. Inf. II bahkan tidak segan mengajak orang lain
untuk mengambil bagian dalam pekerjaan yang menurutnya positif daripada
hanya mengisi waktu dengan hal lain yang kurang penting.
Wawancara dengan Inf. II dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal
20 Agustus 2018 dan 12 November 2018 dan kedua proses wawancara dilakukan
di rumah Inf. II. Wawancara pertama berlangsung kurang lebih satu jam dengan
kondusif karena anggota keluarga lain yang sedang tidak berada di rumah. Pada
saat wawancara, Inf. II mengenakan setelan pakaian bermotif senada dan antusias
untuk proses tersebut. Inf. II menjawab pertanyaan dan bercerita dengan penuh
semangat sekaligus emosional. Terkadang Inf. II tertawa terbahak-bahak, kadang
menunjukkan ekspresi wajah yang memelas terkenang pengalaman yang
diceritakan. Inf. II pun sempat meneteskan air mata walau langsung ditimpa tawa,
dan beberapa kali mengucapkan kata kasihan sebagai tanggapan atas kisahnya
sendiri. Dalam penyampaiannya, Inf. II juga sering menggerakkan tangan bahkan
mencotohkan beberapa adegan yang diceritakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada wawancara kedua, Inf. II mengenakan baju kaos berwarna abu-abu dan
celana kain bermotif selutut. Wawancara berlangsung selama kurang lebih satu
jam empat puluh menit di ruang tamu rumah Inf. II. Kondisi di tempat wawancara
cukup kondusif meskipun sempat terhenti sejenak karena Inf. II harus menjawab
panggilan telepon di ponsel. Seperti wawancara sebelumnya, Inf. II sangat
antusias selama proses wawancara ini. Meskipun demikian, situasi pada
wawancara kedua tidak begitu ekspresif karena Inf. II tidak lagi mencontohkan
adegan dari ceritanya. Inf. II hanya meneteskan air mata dan beberapa kali
memberi jeda memikirkan apa yang akan dikatakan selanjutnya namun emosi
yang ditunjukkan Inf. II pada wawancara pertama maupun kedua tidak menjadi
kendala bagi proses wawancara. Inf. II juga sangat komunikatif dan mampu
menyampaikan cerita atau jawaban dengan jelas.
Informan Ketiga berinisial Inf. III, laki-laki berusia 48 tahun merupakan
orang asli Timor Timur yang telah dulunya memiliki peran aktif sebagai pejuang
pro integrasi Timor Timur dengan Indonesia. Inf. III memilih berpindah ke
wilayah Timor Barat dan tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebagai prinsip
sekaligus pilihan politik. Inf. III juga mengaku turut serta dalam situasi perang di
Timor Timur sehingga merasa perlu untuk berpindah dengan tujuan mengurangi
konflik yang dapat menyebabkan lebih banyak korban paska jajak pendapat 1999.
Pasalnya selama aktif dalam gerakan pro integrasi, Inf. III telah menyaksikan
sendiri jatuhnya korban jiwa yang tidak sedikit. Inf. III juga mengalami
pengalaman yang sangat sulit dilupakannya, bahkan membekas hingga kini saat
menyaksikan salah seorang teman yang tertembak. Apa yang disaksikannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menyebabkan ia semakin pantang merasa takut bahkan ingin untuk melawan. Di
sisi lain, Inf. III juga menganggap bahwa konflik yang berlangsung dalam kurun
waktu lama di Timor Timur takkan usai bila tidak ada yang mengalah. Oleh sebab
itu, sejak awal bahkan sebelum pelaksanaan jajak pendapat Inf. III telah yakin
untuk berpindah ke wilayah lain Indonesia. Kemudian Inf. III berpindah dan
menetap di Nulle, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah
Selatan, tetap menjadi Warga Negara Indonesia. Inf. III menikah dengan warga
lokal pada tahun 2004 dan dikaruniai 5 orang anak. Sebelum menikah, Inf. III
memutuskan untuk berpindah keyakinan dari Katolik ke Kristen Protestan dan
mengaku tanpa paksaan atau bujukan dari orang lain, melainkan Inf. III
mengalami pengalaman spiritual yang kemudian membuatnya mengambil
keputusan tersebut.
Sejak menetap di wilayah Timor Tengah Selatan dan memulai hidup yang
baru dengan peran yang baru, Inf. III mengalami banyak perubahan dalam dirinya.
Sebelumnya, saat berada di Timor Timur hampir seluruh hidupnya ada di medan
pertempuran. Dalam situasi tersebut, ia harus memilih meninggalkan kedua
orangtua bahkan sangat jarang memikirkan kondisi keluarganya. Tak berhenti
sampai di situ, Inf. III sangat jarang peduli akan kehidupan rohaninya. Hal
tersebut sangat jauh berbeda setelah Inf. III memutuskan kembali menjalani hidup
sebagai warga sipil tanpa perlindungan senjata di tempat tinggalnya yang baru.
Inf. III kembali mendekatkan diri pada pencipta dengan banyak berdoa dan ia
merasa diberikan karunia untuk melayani sesama yang membutuhkan. Hal
tersebut kemudian diwujudnyatakan oleh Inf. III dengan menampung orang-orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
terlantar terutama yang mengalami gangguan kejiwaan untuk dirawat. Meskipun
dengan fasilitas dan kemampuan yang terbatas dari penghasilannya
berwiraswasta, namun Inf. III dan sang istri tetap berupaya memberi pelayanan
bagi orang-orang tersebut. Inf. III pun mengatakan bahwa apa yang dilakukannya
ini juga menjadi bentuk penebusan atas sikap hidupnya dahulu yang jarang
mempedulikan keluarga dan orang lain. Bagi Inf. III keputusannya berpindah dan
memulai hidup yang baru juga merupakan petunjuk Tuhan untuknya agar belajar
pentingnya saling melayani dan mengasihi. Hal tersebut pun secara tidak
langsung telah memperbaiki kehidupannya secara pribadi terutama spiritual.
Semua itu tidak mudah dilewatinya karena perubahan pola hidup yang dirasakan
cukup signifikan. Inf. III perlu berjuang dengan cara yang berbeda dengan
perjuangan di masa perang untuk mencapai tahap hidupnya kini.
Apabila dahulu, Inf. III hanya memikirkan bagaimana mempertahankan
hidup dan prinsip politiknya maka saat ini tujuannya telah berubah. Selain untuk
melayani orang-orang yang membutuhkan, Inf. III juga mengusahakan pendidikan
terbaik bagi anak-anaknya. Inf. III pun berusaha menanamkan iman kepercayaan
yang kuat bagi anak-anaknya agar hanya berpedoman pada Tuhan yang
dipercayai. Bagi Inf. III iman yang kuat juga memberikan kekuatan serta
kemampuan untuk bertahan dalam kondisi hidup apapun. Hal tersebut juga
dibuktikannya melalui bentuan yang diperoleh dalam upaya memberi pelayanan
dan perawatan bagi orang-orang terlantar. Inf. III yakin bahwa Tuhanlah yang
menggerakkan hati orang-orang yang bersedia memberi bantuan baik dalam
bentuk materi maupun moril. Inf. III juga memiliki keinginan untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
membangun tempat yang lebih layak bagi orang-orang yang dirawatnya. Oleh
karenanya, Inf. III juga terus berupaya menjalin komunikasi dan diskusi mengenai
wacana tersebut pada pemerintah dengan harapan akan ada kerjasama untuk
mewujudkan harapannya tersebut. Kemudian, untuk menjangkau lebih banyak
orang yang sekiranya membutuhkan, Inf. III juga memiliki rencana menjadi
bagian dari kepengurusan Desa. Baginya, dengan terlibat dalam pemerintahan
dirinya dapat lebih memahami kebutuhan orang-orang di sekitarnya.
Wawancara dengan Inf. III dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal
21 Agustus 2018 dan 17 November 2018 di tempat yang sama yaitu rumah Inf.
III. Pada wawancara pertama, Inf. III mengenakan baju kaos putih berkerah biru
dengan celana panjang hitam. Wawancara berlangsung dengan didampingi sang
istri yang sesekali menambahi apa yang disampaikan Inf. III. Beberapa kali sang
istri meninggalkan Inf. III dan peneliti untuk kemudian menyajikan minum
maupun sekedar ke ruangan yang lain. Situasi selama proses wawancara cukup
kondusif, karena meskipun terdengar suara anak-anak dari luar ruangan namun
suara Inf. III pun cukup keras sehingga tetap terdengar jelas. Inf. III juga
menceritakan mengenai latar belakang dirinya dengan padat dan mudah dipahami
sehingga wawancara ini hanya berlangsung kurang lebih empat puluh lima menit.
Pada wawancara kedua, Inf. III mengenakan baju kemeja berwarna coklat
dan celana kain berwarna hitam. Wawancara berlangsung selama kurang lebih
satu jam dua puluh menit di ruang tamu rumah Inf. III. Wawancara kedua ini lebih
kondusif karena didukung dengan kondisi ruangan yang cukup tenang tanpa
gangguan suara dari luar. Inf. III sangat komunikatif dan memiliki suara yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
lantang serta mampu memberikan jawaban atau bercerita dengan sangat jelas.
Selama wawancara berlangsung, Inf. III juga tampak tenang dalam
memperhatikan setiap pertanyaan yang diajukan peneliti. Hingga proses
wawancara berakhir, baik peneliti maupun Inf. III dapat saling memahami apa
yang disampaikan masing-masing.
Informan Keempat berinisial Inf. IV adalah seorang laki-laki berusia 48
tahun yang merupakan orang asli Timor Timur. Inf. IV sudah berhadapan dengan
konflik di Timor Timur jauh sebelum pelaksanaan jajak pendapat 1999.
Menurutnya, konflik telah berlangsung sejak puluhan tahun sebelumnya bahkan
pada tahun 1975 Inf. IV kehilangan anggota keluarga yang menjadi korban
konflik saat itu. Terpecahnya kubuh pro integrasi dan pro kemerdekaan pun
menimbulkan kewaspadaan yang terus ditingkatkan karena hal kecil dapat
memicu kerusuhan antar kedua belah pihak. Sekalipun tidak sedikit pula dari
kubuh pro kemerdekaan yang memilih mengasingkan diri ke hutan dan gunung.
Semakin mendekati proses jajak pendapat pada 1999, perasaan terancam semakin
dirasakan Inf. IV terlebih saat seorang kakak lelakinya turut menjadi korban jiwa
penembakan. Meskipun demikian, situasi konflik yang berlangsung lama secara
tidak langsung memaksa Inf. IV mengikis rasa takutnya. Menurut Inf. IV, rasa
takut bahkan bisa menjadi pembunuh apabila tidak mampu dilawan atau dikontrol.
Menyadari ketidakmampuannya menghadapi perasaan terancam dan
kemungkinan pecahnya konflik semakin besar, Inf. IV dengan yakin memilih
untuk mengungsi ke Timor Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Inf. IV yang masih berstatus lajang paska jajak pendapat tersebut, akhirnya
memilih berangkat menuju Timor Barat melalui jalur laut. Nahas baginya,
perjalanan selama dua hari itu dijalaninya dengan hanya berdiri dan tanpa makan
karena kondisi kapal yang berdesakan. Tanpa membawa harta benda apapun, Inf.
IV terus dirundung kecemasan bagaimana ia memulai hidup di tempat yang baru.
Belum lagi, banyak keluarga yang terpaksa ditinggalkannya di Timor Timur yang
entah kapan dapat ditemuinya lagi. Meskipun di sisi lain, Inf. IV juga merasa
optimis mengenai situasi yang lebih aman di tempat tujuannya nanti. Setibanya di
Kupang, Inf. IV bertemu dengan kerabat yang telah lebih dulu berada di sana dan
ia memutuskan ikut ke wilayah Timor Tengah Selatan. Pernah mendengar bahwa
pemerintah telah menyediakan tempat yang layak dan kebutuhan sehari-hari yang
memadai di tempat pengungsian, Inf. IV kecewa karena kenyataannya tak sesuai.
Kondisi tempat pengungsian yang harus ditinggalinya bersama para pengungsi
lainnya kala itu sama sekali tidak nyaman dan membuatnya stress. Hal tersebut
semakin berat baginya karena setelah beberapa waktu, pemerintah harus
memberhentikan bantuan bagi mereka.
Menyadari bahwa dirinya tak dapat terus bergantung baik pada pemerintah
maupun kelompok, Inf. IV kemudian mencoba melakukan pekerjaan demi
menyambung hidup. Dengan keahlian yang dimilikinya, Inf. IV terus berusaha
mencari pekerjaan yang baik meskipun penghasilannya hanya cukup untuk makan
sehari-hari. Inf. IV mensyukuri apa yang dikerjakannya terutama bersyukur atas
rasa aman yang sulit diperolehnya di Timor Timur dahulu. Inf. IV juga
mengatakan bahwa bertemu dan menikahi seorang warga lokal juga merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
salah satu titik balik hidupnya. Inf. IV merasa sejak menikah, dirinya semakin
menjadi pribadi yang bertanggung jawab terlebih saat dikaruniai anak yang saat
ini berjumlah 4 orang. Baginya, masa depan anak-anaknya merupakan hal paling
utama. Inf. IV yang kini bekerja sebagai petani dan tukang kayu terus mendorong
anak-anaknya mencapai cita-cita yang kelak berguna bagi mereka.
Inf. IV saat ini menjadi semakin bertanggung jawab pada keluarga dan jauh
lebih menghargai relasi dengan orang-orang sekitarnya. Inf. IV memiliki prinsip
hidup yang bersedia membantu orang lain meskipun dalam keterbatasan. Inf. IV
juga melibatkan diri pada berbagai kegiatan bersama, bahkan tergabung menjadi
pengurus dalam salah satu kelompok tani. Hal yang menurutnya sulit terjadi bila
ia masih berada di Timor Timur. Oleh karenanya, dengan memutuskan
meninggalkan kampung halaman dan sanak keluarga, Inf. IV bertekad membina
hubungan baik dan menjadikan orang-orang terdekat layaknya keluarga. Proses
beradaptasi dan membina hubungan baik dengan banyak orang di tempat baru
juga lantas mengingatkannya untuk kembali menemui keluarga yang telah lama
ditinggalkan. Hal tersebut pun dapat terwujud dan menjadi kebanggaan bagi Inf.
IV, ia merasa sangat senang dapat kembali ke Timor Leste dan bertemu serta
berbagi kisah kehidupan dengan keluarganya di sana. Inf. IV sama sekali tidak
menyesali keputusannya pergi dari tanah leluhur, jusru baginya pengalaman yang
dilalui menjadi cerita mengesankan yang dapat dibagikan pada keluarganya di
sana. Bagi Inf. IV tempat tinggalnya kini, dan semua orang di sekitarnya juga
telah menjadi keluarga sehingga dirinya tak ingin kembali menetap di Timor
Leste. Pun di sisi lain, Inf. IV terkadang merasa jauh lebih aman di tempat saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dan ada sedikit ketakutan bila kembali ke Timor Leste akan terjadi kekacauan
seperti dulu.
Saat ini, Inf. IV hanya berdoa semoga di kampung halamannya maupun di
tempat tinggalnya kini tetap aman dan terhindar dari segala macam konflik. Inf.
IV juga merasa bahwa memang apa yang telah terjadi merupakan rencana dari
Tuhan untuk memulihkan hidup dan kehidupan banyak orang termasuk dirinya.
Bahwasannya, banyak perubahan positif dalam diri yang dialaminya termasuk
dalam kehidupan rohani. Inf. IV merasa jauh lebih tekun dalam melakukan
kegiatan-kegiatan rohani, juga lebih percaya akan kuasa Tuhan yang menguatkan
atau membantu lewat orang lain. Istri yang terus mendukung, anak-anak yang baik
juga merupakan berkat besar dari Tuhan yang memberinya banyak pelajaran
hidup. Saat ini hal utama yang menjadi harapannya adalah keberhasilan anak-
anak, dan bisa terus menjadi saluran berkat bagi sesama walau dalam
keterbatasan. Terlebih ia dipercaya sebagai ketua lingkungan gereja yang
membuatnya lebih bersyukur dengan kesempatan yang menurutnya diberikan
Tuhan, sekaligus takjub dengan perubahan dirinya. Bagi Inf. IV, apa yang mampu
dicapainya kini belum tentu terjadi bila ia tidak memutuskan mengungsi paska
jajak pendapat 1999 lalu.
Wawancara dengan Inf. IV dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal
21 Agustus 2018 dan 18 November 2018. Kedua wawancara dilaksanakan di
rumah Inf. IV. Pada wawancara pertama yang berlangsung kurang lebih satu jam,
Inf. IV mengenakan switer biru dan celana panjang hitam. Kondisi ruangan cukup
tenang dan kondusif, hanya saja volume suara Inf. IV cukup pelan sehingga agak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sulit didengar peneliti. Beberapa kali peneiliti meminta Inf. IV untuk menaikkan
volume suaranya agar lebih jelas. Meskipun demikian, Inf. IV dapat memahami
setiap pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti dan mampu menjawabnya
dengan baik. Istri dan anak-anak Inf. IV hanya bersalamanan dengan peneliti di
awal pertemuan, selanjutnya tidak turut mendampingi Inf. IV selama wawancara
berlangsung.
Pada wawancara kedua, Inf. IV yang mengenakan baju kaos berwarna putih
dan celana kain bermotif garis-garis. Proses wawancara selama kurang lebih satu
jam lima menit tersebut berlangsung cukup kondusif. Meskipun demikian, sama
seperti wawancara sebelumnya peneliti harus beberapa kali meminta Inf. IV untuk
menaikkan volume suaranya agar nantinya terdengar lebih jelas pada alat
perekam. Inf. IV cukup komunikatif dan memberikan jawaban yang jelas selama
proses wawancara berlangsung, namun menjawab dengan tempo yang cukup
perlahan. Selama diwawancarai, Inf. IV juga tampak tenang baik saat
mendengarkan pertanyaan yang diajukan peneliti maupun saat menjawabnya.
Hingga proses wawancara berakhir, baik peneliti maupun Inf. III dapat saling
memahami apa yang disampaikan masing-masing.
C. Hasil Penelitian
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti akan
mengeksplorasi secara keseluruhan mengenai trauma dan posttraumatic
growth penyintas konflik Timor Timur 1999 yang telah menetap di Kabupaten
Timor Tengah Selatan berdasarkan kedua wilayah tersebut. Wilayah trauma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
terdiri dari tiga yaitu hyperarousal, intrusion, dan constriction sedangkan pada
wilayah posttraumatic growth terdapat lima dimensi yaitu Personal Strength,
New Possibilities, Relating to Others, Appreciation of Life, dan Spiritual
Change.
1. Trauma
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya gejala trauma yang dialami
oleh para informan pada masing-masinng kategori. Berikut pemaparannya:
a. Hyperarousal
Individu yang mengalami trauma dalam kategori ini memiliki
kewaspadaan yang berlebihan, bereaksi sangat peka atau lebih
sensitive terhadap gangguan kecil, tidur tidak lelap, maupun jantung
berdegub kencang ketika diberi stimulus yang berkaitan dengan
peristiwa traumatis. Dalam penelitian ini ditemukan pengalaman yang
menggambarkan individu mengalami reaksi yang sensitif terhadap
pertanyaan mengenai kondisi hidup paska jajak pendapat 1999. Inf. II
sangat mudah terpancing emosi kesedihannya (mudah menangis)
yang tampak nyata saat proses wawancara berlangsung. Inf. II
beberapa kali menangis saat menceritakan pengalaman yang
dialaminya baik di Timor Timur maupun saat masa-masa awal
mengungsi.
Terdapat juga temuan lain yang termasuk kategori hyperarousal
yaitu mudah terganggu pada stimulus kecil (Inf. I). Informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
langsung berdebar mengingat situasi konflik bila berhadapan dengan
peristiwa atau stimulus kecil yang mirip. Hal tersebut dibuktikan dari
kutipan berikut:
Inf. I
Di sana senjata babunyi, kita datang di sini apa sedikit kita kaget
ke masih dengar ambil itu bunyi dong. Bunyi-bunyi seperti apa
mobil polisi ambulance begitu, saya bulu badan bediri. Periuk
jatuh juga mungkin kita agak kaget begitu, hehehe, pas di barak
itu.
b. Intrusion
Individu yang mengalami trauma dalam kategori ini sangat
mudah terganggu dan tidak dapat menghapuskan atau melupakan
peristiwa traumatis yang dapat terjadi melalui flash back maupun
adanya mimpi buruk. Mereka bahkan cenderung menarik diri dari
keterikatan dengan orang lain, serta memiliki perasaan marah dan
keinginan seperti ingin membalas atau melawan. Dalam penelitian ini,
ditemukan pengalaman menarik diri (Inf. II) karena situasi sulit yang
dihadapi membuatnya enggan bergaul dengan orang dewasa di
sekitarnya. Hal tersebut dibuktikan dari kutipan berikut:
Inf. II
Itu dulu tu saya terlalu pikiran sampai sa tidak mau bergaul
dengan sa punya kawan ibu-ibu, saya teman dengan anak-anak
dong, kadang sa panggil datang ko tutup pintu, hehhehe, abis
menyanyi, kumpul anak kecil-kecil ini ko bermain dengan
mereka, sa ajak ko rame-rame di sini sedangkan orangtua dong
sa tidak mau bergaul dengan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Terdapat juga temuan lain yang termasuk kategori intrusion yakni
memiliki keinginan membalas atau melawan (Inf. III) yaitu pada saat
situasi penuh ancaman, informan justru berani terlibat dan melawan
bahkan saling membunuh tanpa takut. Hal tersebut dibuktikan dari
kutipan berikut:
Inf. III
Mau ke bom ke mau bunyi senjata seperti apapun artinya kita
tidak ada rasa takut, dulu itu, karena sudah dilatih untuk
menghadapi perang, justru semakin maju ada tapi untuk mundur
tidak ada sehingga ee mau dibilang rasa takutnya tidak ada,
hanya pingin untuk mau membunuh dan artinya itu bisa terjadi.
c. Constriction
Individu yang mengalami trauma dalam kategori ini
mencerminkan kepasrahan pada reaksi dengan cara mematikan rasa.
Terkadang mereka merasa benar-benar tidak mampu melawan atau
merasa pertahanan yang dilakukan akan sia-sia kemudian menempatkan
diri seolah-olah peristiwa traumatis tersebut tak pernah terjadi. Dalam
penelitian ini ditemukan pengalaman reaksi pasrah (Inf. IV) terhadap
situasi yang dihadapi. Informan merasa bahwa apa yang dialaminya
merupakan konsekuensi dari pilihan politik sehingga kepindahannya
dari daerah asal adalah untuk rasa aman. Hal tersebut dibuktikan dari
kutipan berikut:
Inf. IV
Iya dan memang banyak perang ini itu dan kalau kita dengan
Indonesia bisa lebih aman. Lalu karena memang pada saat itu kita
sudah terbagi, su terbagi jadi kalau kita tidak menuju ke sini
berarti kita tidak tahu selamat atau tidak, ini yang dia pu
kuncinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Terdapat juga temuan lain yang termasuk dalam kategori
constriction yaitu merasa tidak mampu melawan (Inf. I). Situasi konflik
yang mengancam terasa mustahil untuk dihadapi. Hal tersebut dibuktikan
dari kutipan berikut:
Inf. I
Itu kan ini yang dari hutan dong pro kemerdekaan su turun, belum
yang tetap mau Indonesia, pasti kayak perang itu nona. Baru ini
apa, sa takut kalo makin kacau ini kita sulit mau melahirkan atau
apa dong sudah pikiran ini itu, takut lagi nanti di kampung baik ko
ada dokter atau bidan di sana, tidak ada kita bisa mati. Semua ada
di pikiran abis nok, mati na apa lagi begitu. Jadi sa bilang lebih
baik ambil keputusan untuk ke Kupang.
Dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi peristiwa konflik Timor
Timur 1999, para informan mengalami trauma pada kategori yang berbeda-
beda. Situasi sulit dan tertekan membuat Inf. II menarik diri (intrusion) dari
pergaulan di masa transisi paska konflik yang diduga semakin
mempengaruhinya menjadi mudah menangis atau lebih emosional
(hyperarousal) saat membicarakan pengalaman traumatis tersebut. Berbeda
dengan Inf. III yang juga mengalami trauma pada kategori intrusion namun
cenderung tampak dari keinginannya (secara tidak langsung) membalas atau
melawan. Inf. I dan Inf. IV menampakkan pengalaman trauma pada kategoti
constriction yang cenderung pasrah dan atau merasa tidak mampu melawan.
Perbedaan kategori trauma yang dialami para informan diduga turut
dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya saat berhadapan dengan situasi
konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. Posttraumatic Growth
Pada wilayah posttraumatic growth ditemukan pula pengalaman-
pengalaman para informan yang menggambarkan keberhasilan dalam tiap
dimensinyaa. Berikut pemaparannya:
a. Kekuatan Pribadi (Personal Strength)
Individu yang berhasil mencapai Posttraumatic Growth pada
dimensi ini mampu menerima secara positif pengalaman trauma dan dapat
bangkit menjadi lebih kuat, serta memiliki pola pikir bahwa dirinya akan
lebih mampu mengatasi berbagai permasalahan hidup. Dalam penelitian
ini ditemukan pengalaman yang tergolong dalam kekuatan pribadi
(personal strength) di antaranya menerima kondisi secara positif (Inf. I,
Inf. II, Inf. III, dan Inf. IV). Penerimaan secara positif kondisi hidup
menandakan individu mampu merefleksikan pengalaman traumanya. Hal
ini dibuktikan dari kutipan berikut:
Menerima kondisi secara positif
Inf. II
Di sini lebih (baik) dari di sana sedikit, hahaha, susah tapi
pengalaman banyak yang diambil begitu, pengalaman banyak,
kami di sana hanya usaha ini paling musim hujan kami di sana
kami selama saya kawin dengan saya punya suami kami hanya
usaha kacang tanah, --- (sedangkan) di sini itu banyak. Saya pung
suami di sana hanya bawa oto, usahanya kacang tanah, di sini
saya pung suami bisa bawa sensor, kalo mau horo kayu, bisa
usaha sawah, bisa usaha jagung musim panas musim hujan, bisa
usaha lain kacang ijo begitu.
Inf. III
Iya nona ee, artinya untuk yang saya mengalami ee positif di sini
ya mungkin yang saya rasakan ee kehidupan saya antara dulu
dengan sekarang itu beda, hm artinya terlalu jauh berbeda, karena
dulu saya di sana artinya saya dilengkapi dengan kemewahan dan
lain sebagainya, tetapi ee sekali pun saya di sini dengan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kekurangan, saya sehat aa sehingga itu yang menjadi kebanggaan
buat saya, ternyata saya di dalam kehidupan saya sekarang ini
artinya saya dipelihara, aa saya terpelihara itu karena bukan
siapa-siapa tapi karena Tuhan,sehingga kehidupan saya yang
dulu itu artinya saya kaitkan kembali dengan kehidupan saya
sekarang artinya terlalu jauh, dari ee apa yang saya alami di sana,
sehingga saya lebih cenderung untuk pelayanan dan saya tidak
memikirkan lagi hal duniawi yang di sananya saya pung
kejahatan, saya pung kebiasaan saya tinggalkan, saya tidak mau
lagi itu hmm, tetapi saya ada di sini saya mau harus kehidupan
saya itu harus artinya ee saya dibaharui kembali saya harus hidup
baru, dan ini yang saya alami dalam pengalaman setelah konflik
itu dan menjadi hal paling positif buat saya dalam hidup ini.
Terdapat juga temuan lain yang termasuk dalam pencapaian
posttraumatic growth dalam dimensi kekuatan pribadi (personal
strength) yaitu lebih yakin pada diri (Inf. I, Inf. II, dan Inf. III).
Keyakinan pada diri sendiri menggambarkaan kemampuan bangkit untuk
mengatasi persoalan dalam hidup secara mandiri sehingga membuat
individu lebih mampu memahami dan percaya pada kemampuan dirinya.
Hal ini dibuktikan dari kutipan berikut:
Lebih yakin pada diri
Inf. I
Inf. III: Biar memang susah ee tapi kita ju harus berusaha terus,
karena saya bilang begini nona, Tuhan itu sudah tahu. Burung
saja, dia masih dapat makan, apalagi yang seperti kita, biar satu
hari untuk kita, maka biar lain hari untuk orang lain kalo soal
berkat itu tadi nona. Jadi kita jangan menyerah, karena semua
ada jadi kita jangan menyerah. Pasti ada jalan, kita harus jalan
terus, jangan takut lagi begitu, di sini su aman.
Peneliti: Tidak boleh menyerah dan takut lagi ya tante?
Inf. III: Iya, tidak boleh menyerah, takut juga, itu dulu saja begitu
makanya mau aman abis kita sudah datang sini. Biar mau sampai
bagaimana juga kita harus tetap usaha, karena hidup sudah
begini, kita mau ini apa, mulai dari awal kita sudah usaha begini,
masa kita mau lepas itu. Na kita usaha ini kan tidak pasti, jadi
jang ko hanya karena kita mau berlomba-lomba jadi kita lepas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Inf. III
Salah 1 komitmen yang saya ambil ee di dalam lingkup desa Nulle
ini ee saya juga mungkin berpeluang untuk di pemerintahan desa
ini dalam hal ini 2019 pasti saya ikut, oh iya iya, saya ikut untuk
calon kepala desa, karena saya percaya Tuhan akan membantu
niat untuk perubahan baik to nona ee, mungkin kalo jadi kan bisa
lebih membuka jalan untuk melayani lebih banyak orang begitu.
Dapat disimpulkan, pada dimensi kekuatan pribadi (personal
strength) informan Inf. I, Inf. II, Inf. III, dan Inf. IV mampu mencapai
posttraumatic growth dengan cenderung menerima kondisi secara positif.
Hal ini diduga sesuai dengan latar belakang para informan yang memiliki
pandangan adanya perubahan ke arah yang lebih baik pada berbagai
aspek kehidupannya. Banyaknya pengalaman baru yang ditemui paska
peristiwa traumatis membuat para informan menjadi lebih mampu
menghadapi persoalan hidup. Hal tersebut kemudian diduga
meningkatkan pemahaman kemampuan diri secara pribadi sehingga lebih
yakin pada diri sendiri untuk menjalani kehidupannya.
b. Kemungkinan Baru (New Possibilities)
Pencapaian posttraumatic growth pada dimensi ini tercermin dari
keinginan individu untuk mengubah tujuan hidup sesuai kemungkinan
baru yang ditemui, fokus pada di sini dan saat ini (here and now), dan
bersemangat menemukan serta menjalani berbagai kesempatan, peran,
maupun hubungan baru dalam hidup. Pada penelitian ini, ditemukan
beberapa pengalaman individu yang mampu memahami sesuatu yang
dapat menjadi peluang bagi dirinya membuat perubahan (Inf. I, Inf. II,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dan Inf. III) dalam tindakan positif untuk kesempatan baru. Hal ini
tergambar dari kutipan berikut:
Membuat Perubahan
Inf. II
Mulai bantuan berhenti itu kami pinjam koperasi ko buat modal
jualan, setor sebagian, ada untung itu kami simpan untuk anak.
Mulai bantuan berhenti, kami beli beras, beli sayur, kami begitu.
Mulai kami kerja di Naibonat, beras sa tidak beli, tinggal beli
sayur dong minyak, garam, fitsin dong begitu.
Inf. III
Aa baik, mungkin yang tadi saya katakan bahwa dengan adanya
seperti ini, artinya itu dan memang Tuhan sudah perintahkan saya
untuk segera kerjakan itu, yang pertama nanti saya akan bangun
dia punya gedung, dia pu ruangan untuk aa apa itu bisa ambil
mereka-mereka yang sementara ini, di jalan-jalan, itu ee harus
diambil, oh, harus diambil dan itu perintah Tuhan, mereka yang
terlantar, harus diambil, tampung dan rawat begitu, sehingga
rencana kedepan, dan sedang dalam pergumulan untuk itu. Ini pun
saya sudah sampaikan ee ke pemerintah daerah juga, dalam hal
ini Dinas Sosial supaya bagaimana caranya pemerintah daerah ini
bisa membangun 1 dia pung gedung, artinya untuk kita bisa
melayani,
Pencapaian posttraumatic growth dalam dimensi kemungkinan
baru (new possibilities) juga tergambar oleh keinginan untuk
memperbaiki diri (Inf. III dan Inf. IV). Hal tersebut merupakan upaya
membenahi diri secara pribadi dalam rangka menghadapi kehidupan baru
setelah peristiwa traumatis. Gambaran ini dapat terlihat dari kutipan
berikut:
Memperbaiki Diri
Inf. III
Jadi awal pas 99 itu susah sekali, tapi saya belajar berbaur pelan-
pelan, mengerti sedikit-sedikit lingkungan sini dengan bahasa juga
sampai mulai agak 2000an itu mungkin sudah membaur, sudah
menyesuaikan cukup baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Inf. IV
Iya nona, di sana dulu itu tidak bisnis atau horo kayu terus
mungkin saya tidak pernah ini itu tapi saya di sini berusaha harus
aa cari nafkah di situ untuk bisa aa mendapatkan 1 rejeki aa untuk
bisa dapat mempertanggung jawabkan kepada anak istri saya.
Dapat disimpulkan bahwa pada dimensi kemungkinan baru (new
possibilities) Inf. III dan Inf. IV memiliki upaya memperbaiki diri secara
pribadi setelah menemui peluang baru dalam kehidupannya. Hal ini
diduga sesuai dengan latar belakang Inf. III dan Inf. IV yang sebelumnya
memiliki situasi hidup yang sama sekali berbeda. Kedua informan secara
langsung berhadapan dengan konflik yang juga menjadi pengalaman
traumatis bagi keduanya. Oleh karenanya, usaha membenahi diri yang
dilakukan informan turut mendorong untuk membuat perubahan dalam
tindakan yang lebih nyata. Hal yang juga dilakukan oleh Inf. II dengan
mengubah pola keseharian hidup menjadi lebih bermakna.
c. Hubungan Dengan Orang Lain (Relating to Others)
Pada dimensi ini, pencapaian posttraumatic growth individu
tergambar dari kedalaman hubungan dengan orang lain di sekitarnya yang
menjadi lebih baik. Individu lebih mampu memaknai hubungan tersebut
dan cenderung lebih mampu berempati. Dalam penelitian ini ditemukan
pengalaman yang mencerminkan pencapaian dimensi ini, di antaranya
memiliki hubungan yang semakin baik (Inf. I, Inf. II, Inf. III, dan Inf.
IV) dengan orang lain. Peningkatan kedalaman hubungan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
mencerminkan kemampuan individu beradaptasi dengan kondisi hidupnya
setelah peristiwa trauma. Hal ini dibuktikan dari kutipan berikut:
Hubungan yang semakin baik
Inf. II
Ini tidak te di sana kita ada ke keluarga ma di sini tidak ada
keluarga, iya, hahaha pikir itu sa saya duduk menangis sama ke
anak kecil ee datang pertama itu, iya, padahal saya pung suami
tidak bakalai, tidak marah tidak ini ma kalau saya ingat saya pu
keluarga tuh ih sa pu menangis sama ke anak kecil, itu dulu? Iya,
dulu.sekarang su tidak. Ini su keluarga dong ju di sini, hahaha,
aduh itu dulu sa tukang menangis, hahaha, awal itu bagaimana
begitu, berat, tapi sekarang ke lebih baik begitu, tahu lai te dulu
itu bagaimana begitu dengan orang lain. Hehehe, ini kami dengan
orang lokal itu pokoknya ada jalan baik apa begitu kami ajak ko
sama-sama.
Inf. III
Awalnya saya punya kejahatan yang artinya kita ada di medan
perang dan saling ini ternyata yang sekarang saya lakukan adalah
saya harus memilih untuk memberi kasih terhadap semua orang,
aa itu yang mungkin saya alami di sini sehingga untuk rasa gelisah
seperti dulu apalagi menyesal itu tidak ada.
Terdapat pula temuan lain sebagai gambaran dimensi hubungan
dengan orang lain yakni individu lebih memaknai hubungan saling
membutuhkan dan lebih berempati (Inf. III dan Inf. IV). Hal tersebut
dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:
Memaknai hubungan saling membutuhkan
Inf. III
Kita andalkan Tuhan tapi Tuhan juga menjawab itu lewat orang
lain, jadi harus lewat orang lain juga, kalau contohnya kalau saya
pung pribadi belum tentu saya tahu nona, ada yang orang lain
yang bisa tahu saya pung pribadi seperti apa, dan di balik itu juga
sama.
Peneliti: Ooh iya, berarti bapak juga merasa sebaiknya
menerima orang-orang lain dengan segala timbal baliknya ya?
Inf. III: Artinya kita harus ini ee contohnya, saya di sini memiliki
persekutuan doa, na ini artinya saya punya badan pengurus dan
itu pasti kita saling membutuhan, begitu yang saya pegang, sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
untuk selalu ini dengan semua orang tapi dengan Tuhan, bisa
dilalui.
Inf. IV
Kita kan sudah pernah di medan apa keadaan perang yang bisa
bikin ini basodara saling benci, sehingga sekarang sangat merasa
orang sekitar ini jadi saudara yang bisa untuk saling bantu
membantu. Saya rasa ini sangat sangat perlu yang namanya
tetangga ini nona sangat-sangat perlu saling membutuhkan dan aa
apabila ada saya mendapat kesulitan apa pasti saya minta tolong
sama mereka pasti akan bisa bantu dan tolong saya, begitu
sebaliknya juga mereka juga kalau ada keslitan atau minta
bantuan pasti mereka minta bantuan, kami selalu untuk berusaha
bantu.
Lebih Berempati
Inf. III
Iya artinya kan saya lebih memiliki itu belas kasih dan untuk
pelayanan, ee kalau saya tidak memiliki rasa belas kasihan pasti
saya memikirkan saya pung diri belum tentu juga saya aa tampung
ke hal hal seperti ini, tapi karena saya memliki rasa kemanusiaan
itu juga ada dan bagi saya semua orang itu segambar dengan
Tuhan, hanya saja mungkin dengan kondisi keadaan berbeda-beda
sehingga mungkin dari pribadinya itu yang mungkin seperti itu
tapi itu bisa kita selesaikan bersama dengan melayani ini.
Inf. IV Oh iya iya, ini sekarang kami ada di atas sini tapi ini memang ada
banyak ya ada yang susah, lebih susah dari kami juga ada begitu,
memang ada dan kita tahu sekali susah ini yang tidak bisa apa-apa
bagaimana sehingga berusaha untuk kita saling baku lihat begitu
dan pokoknya ada apa-apa kami juga sama-sama, ke di mereka
dapat duka atau ada apa kami ke situ kami dapat juga mereka
bantu kami. Iya, saling membantu ya, saling membantu, seperti ya
kami kios ini kan selalu layani masyarakat banyak juga, jadi
mereka seperti uang sudah tidak ada aa pasti kalau mereka ini
sore mau masak tapi kalau uang tidak ada atau tidak cukup kami
layani mereka suruh ambil dulu, Oh nanti baru bayar, nanti ini
apa baru bayar, jadi itu nanti bayar, tapi agak lama baru bayar
juga ada, rugi tapi itu yang di sini ini selalu untuk mau bantu-
membantu sa jadi kami lakukan ikhlas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Dapat disimpulkan, pencapaian posttraumatic growth pada dimensi
ini tergambar dari adanya peningkatan kualitas hubungan dengan orang
lain, serta kemampuan informan dalam memaknai hubungan saling
membutuhkan dan lebih mampu berempati. Keberhasilan tersebut diduga
sesuai dengan latar belakang informan, khususnya Inf. III dan Inf. IV
yang merasakan kontrasnya perubahan lingkungan keseharian. Awalnya
kedua informan menghabiskan keseharian hidup mereka dalam situasi
pertahanan perang sehingga membatasi relasi dan interaksi dengan orang
lain. Sedangkan kehidupan yang dijalani paska konflik hingga saat ini di
tempat yang baru telah berubah dan meningkatkan interaksi dengan
orang lain dalam situasi normal atau umum. Hal tersebut turut
mempengaruhi perubahan kualitas relasi serta bagaimana informan
memaknainya.
d. Penghargaan Terhadap Hidup (Appreciation of Life)
Pencapaian posttraumatic growth pada dimensi ini dapat terlihat dari
individu yang merefleksikan secara lebih mendalam mengenai hidup dan
kehidupannya. Individu menjadi lebih menghargai setiap pengalaman dan
memaknainya sekecil apapun pengalaman tersebut. Dalam penelitian ini
ditemukan pengalaman yang mencerminkan pencapaian dimensi
penghargaan terhadap hidup (appreciation of life) di antaranya mampu
berefleksi dan memiliki pandangan hidup baru (Inf. I, Inf. III, dan Inf.
IV). Setelah mampu melewati peristiwa traumatis yang menjadi
pengalaman berat, indvidu cenderung lebih merefleksikan mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
hidupnya yang juga memberikan pandangan baru. Hal tersebut dibuktikan
dari kutipan berikut:
Mampu berefleksi
Inf. I
Iya itu sudah nona, tidak bisa dilupakan. Baru kan kita duduk kan
kita merenungkan, kadang pikir coba itu hari jang begini pasti
hidup tidak seperti ini, (Tertawa) jangan ada perang pasti ini
tidak apa ketakutan juga. Tapi kita mau bilang apa, sudah yang
penting di mana-mana aman, tidak takut lagi kita bisa kerja untuk
mendorong anak-anak untuk tidak mau sekolah ya tidak usah, tapi
kalo ingin sekolah ya kita dorong mereka biar mereka juga tau
berjuang, berani, pokoknya itu no.
Inf. IV
Iya saya rasa rasa itu karena memang manusia hidup ini memang
mungkin sudah ditakdirkan seperti itu jadi aa saya juga tidak tahu
mungkin di Kitab apa ayat berapa, saya juga kurang hafal nona,
tapi itu bilang memang Tuhan Yesus juga pernah merantau jadi ya
mungkin, Ohh iya, hehehe, mungkin kita harus, ditakdirkan seperti
itu juga.
Memiliki pandangan hidup baru
Inf. III
Artinya aa sukacita pasti tetap ada, dari hari ke hari mengalami
sukacita karena saya diajarkan untuk selalu berdamai dengan
orang, bersukacita dengan orang baik itu di saat suka pun ada
susah ju saya ada, iya, jadi artinya kami dalam keluarga ee selalu
sepakat untuk artinya kami bisa ada di mana saja kami
dibutuhkan, yang lebih utama adalah kami harus ee
mengorbankan banyak waktu untuk melayani yang seperti ini
dong, yang ke jadi kadang-kadang saya pu aa istri deng anak-anak
bilang rumah ini sepertinya rumah persinggahan, dan saya lebih
banyak di luar, pergi ke Atambua, Kefa, aa Kupang, Rote, Sabu,
pokoknya semua saya jalan, layani saja orang sakit.
Inf. IV Iya, ini karena saya mulai kawin sama saya punya istri ya itu
artinya sebelum anak ada, saya masih belum ada beban, lalu anak
pertama mungkin sedikit sudah ada, anak kedua juga sudah ada,
ketiga sampai keempat apa lagi sekarang sudah maju ke SMP ini
jadi membuat saya mau tidak mau fokus itu. Jadi saya rasa untuk
benar-benar harus bertanggung jawab kepada mereka seperti ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
saya harus pi cari uang di mana, kerja di mana untuk mereka,
pendidikan dan yang lain.
Terdapat temuan lain yang termasuk dalam dimensi ini yaitu
menikmati dan menghargai hal-hal kecil (Inf. I dan Inf. IV). Pernah
berada dalam situasi yang terlampau sulit dan tak terkendali membuat
individu lebih mampu menikmati maupun menghargai hal-hal sederhana.
Hal ini dibuktikan dari kutipan berikut:
Menikmati dan menghargai hal-hal kecil
Inf. I
Iya nona, kita cari uang pi datang ma orang tua sakit ni ju sama sa
to nok. Kita punya nyawa dong ini lebih berharga jadi biar ko
sambil urus mama sakit itu. Jadi biar sudah ini dapat sedikit dari
kios sa tapi bisa liat ini orang tua begitu (Tertawa).
Inf. IV
Pekerjaan yang mulia dikasihkan diserahkan oleh Tuhan itu aa,
saya bisa berhasil untuk bisa mendapat 1 rejeki di situ, ya itulah
keberhasilan itu saya rasa bahwa Tuhan memang selalu bersama
saya sekali pun saya aa bukan pekerjaan yang terlalu bagaimana
tapi saya bisa dapat sesuatu dari situ untuk saya bisa mengatasi
kebutuhan keluarga saya begitu.
Dapat disimpulkan bahwa pada dimensi penghargaan terhadap
hidup (appreciation of life) Inf. I, Inf. III, dan Inf. IV cenderung mampu
untuk berefleksi kemudian menemukan pandangan hidup yang baru
setelah melalui peristiwa traumatis. Hal ini diduga dapat dicapai karena
informan telah melewati pengalaman sulit dan menantang. Oleh
karenanya, seiring waktu, para informan dapat merenungi kembali
perjalanan hidup kemudian menemukan pandangan yang baru akan
kehidupan. Lepasnya para informan dari situasi penuh tekanan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
ketegangan membuat mereka lebih mampu untuk menghargai hal-hal
kecil yang kini dapat dinikmati.
e. Perubahan Spiritual (Spiritual Change)
Pencapaian posttraumatic growth pada dimensi ini tercermin dari
individu yang lebih mampu memaknai secara positif mengenai dimensi
transcendental dalam hal ini terkait dengan religiositas. Individu
mengalami peningkatan rasa syukur yang diiringi usaha mendekatkan diri
pada hal rohani berdasarkan iman dan keyakinannya. Pada penelitian ini,
ditemukan beberapa pengalaman individu yang semakin kuat dalam iman
atau keyakinan (Inf. I, Inf. III, Inf. IV). Hal tersebut dibuktikan dari
kutipan berikut:
Kuat dalam iman atau keyakinan
Inf. I
Dari dulu masih di sana juga kan kami ini, kuat sekali kalo itu
nona, apalagi sampe di sini, hidup susah dari bawah sekali,
berusaha ini itu, saya merasa seperti ke harus terus dekat Tuhan
begitu,
Peneliti: Di sini semakin kuat begitu ko tante?
Inf. I: itu nona tadi yang saya bilang karena rancangan Tuhan itu
terbaik, kita Tidak tahu hidup ini nanti bagaimana tapi berusaha
saja, Tuhan akan bantu dan kita harus lebih lagi, ke gereja,
berdoa, abis baca ambil alkitab.Biasa nona dorang, protestan
yang paling rajin baca ma saya ini juga nok, untuk penguatan
begitu to (Tertawa).
Inf. IV
Namanya kita manusia, kita hidup dibumi ni pasti ada Tuhan, iya,
aa sehingga saya merasa karena aa saya sebagai manusia saya
jatuh ke bumi aa pasti Tuhan selalu menolong saya, sampai
mungkin saya hanya pendidikan sedikit tapi saya rasa bahwa
Tuhan itu selalu ada, lalu sampai begitu konflik yang aa begitu
hebat di Timor Leste yang seperti itu saya bisa selamat, saya
melewati semua rintangan yang perang 24 tahun yang kita tidak
bisa kendalikan lagi tapi itu menjadi 1 tantangan yang betul luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
biasa, tapi ya saya masih bisa lalui sehingga sangat-sangat
bersyukur karena Tuhan itu maha adil dan maha besar aa kita
berbuat sesuatu yang baik maka Tuhan itu pasti selalu damping
kita, dan mungkin kawan-kawan yang lain, aa saudara yang lain
mungkin banyak yang gugur, banyak yang mati, tapi kita masih
selamat dan sampai di Soe dan bahkan kita di sini juga kita
sekarang masih bisa bertemu lai mereka di Timor Leste, na itulah
saya sangat bangga,
Terdapat pula temuan lain yang termasuk dalam dimensi perubahan
spiritual yaitu meningkatnya aktivitas rohani (Inf. I, Inf. III, Inf. IV).
Hal ini tercermin dari semakin aktifnya individu terlibat maupun
melaksanakan berbagai aktivitas atau kegiatan kerohanian. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan berikut:
Meningkatnya aktivitas rohani
Inf. III
Iya saya yang prioritas dalam kehidupan saya itu Tuhan sudah
sejak itu tadi, Tuhan lebih dahulu jadi saya mau buat apapun mau
kerja sekecil apapun itu pasti saya harus mendahului Tuhan, ya
Tuhan lebih dahulu dari saya baru saya ikut jadi artinya ini itu
pengalaman ee.
Inf. IV
Kami di sini selalu aa menurut agama katolik ya kami ada Doa
Rosarionya, ada Doa mingguannya, lalu ada Doa keluarga khusus
jadi itu kami terus usaha untuk taat begitu, rutin karena memang
kita kesulitan hanya bisa minta di Tuhan dan Tuhan pasti
menjamin kita punya permintaan, kita minta dan juga sebelum
kesulitan pun juga kita secara pribadi sebelum mendapat kesulitan
atau tantangan juga kita selalu aa sudah melangkah dari rumah
ini kita sudah pasti aa hati dan pikiran itu sudah berada di ee Dia.
Dapat disimpulkan, pada dimensi perubahan spiritual (spiritual
change) Inf. I, Inf. II, maupun Inf. III cenderung mampu menjadi semakin
kuat dalam iman dan keyakinan. Seiring dengan hal tersebut, para
informan juga menjadi lebih aktif dalam kegiatan maupun aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kerohanian. Hal ini diduga sesuai dengan latar belakang Inf. I yang pada
dasarnya memiliki prinsip iman kuat sehingga saat mampu melewati
pengalaman traumatis menjadi semakin yakin adanya pertolongan dari
Tuhan. Sedangkan Inf. III dan Inf. IV, diduga mengalami perubahan
positif tersebut karena dipengaruhi pula oleh perasaan syukur yang juga
meningkat setelah mampu melepas hidup sekaligus pengalaman traumatis
yang pernah dihadapi.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa para informan dalam
penelitian ini terindikasi mengalami trauma dalam kategori yang berbeda-
beda. Gejala trauma dalam kategori hyperarousal dialami oleh Inf. I dan Inf.
II. Hal ini diduga karena saat masih berada di kampung halaman, Inf. I dan
Inf. II tidak langsung berhadapan dengan situasi perang. Inf. I dan Inf. II baru
mengalami saat pecah konflik besar pasca jajak pendapat. Hal ini berbeda
dengan Inf. III dan Inf. IV yang memang telah terbiasa bahkan terlatih
menjalani keseharian dalam medan peperangan. Meskipun demikian, Inf. III
turut mengalami gejala trauma intrusion dalam hal ini memiliki keinginan
melawan karena pernah menyaksikan kematian orang terdekat saat di medan
perang. Selanjutnya, gejala trauma dalam kategori constriction dialami oleh
Inf. I dan Inf. IV. Hal tersebut diduga disebabkan oleh keinginan kedua
informan untuk segera memasuki situasi hidup yang baru sehingga cenderung
pasrah dan tidak mampu untuk melawan, hanya berharap situasi buruk
tersebut segera berakhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa para informan telah mampu
atau berhasil mencapai posttraumatic growth. Hal tersebut dibuktikan dari
temuan penelitian yang menunjukkan bahwa para informan memiliki
pengalaman paska konflik yang menggambarkan pencapaian posttraumatic
growth pada tiap dimensi. Inf. I, Inf. III, dan Inf. IV menunjukkan
keberhasilan mencapai posttraumatic growth yaitu dengan adanya perubahan
positif pada kelima dimensinya. Masing-masing informan mengalami
perubahan yang signifikan dalam dimensi-dimensi tertentu. Inf. I cenderung
memiliki pengalaman yang menggambarkan perubahan dalam dimensi
kekuatan pribadi, sedangkan Inf. III mengalami peningkatan pada kehidupan
religiositas yang termasuk dalam dimensi perubahan spiritual, dan Inf. IV
yang tampak lebih positif dalam hal penghargaan terhadap hidup. Demikian
pula pengalaman Inf. II yang meskipun cenderung tidak menunjukkan
perubahan dalam dimensi perubahan spiritual, namun juga mengalami
perubahan yang cukup signifikan dalam dimensi hubungan dengan orang
lain.
Keberhasilan penyintas mencapai posttraumatitc growth menandakan
bahwa mereka telah mampu mengatasi dan atau berdamai dengan pengalaman
traumanya. Dalam penelitian ini, setidaknya terdapat 3 hal penting yang
menjadi tolok ukur bagi peneliti untuk memahami pengalaman informan
terkait perubahan dalam dimensi-dimensi posttraumatic growth. Ketiga hal
tersebut adalah pengalaman masa lalu, kondisi hidup saat ini, dan harapan
akan masa depan. Adanya perubahan antara situasi yang dialami di masa lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dengan yang dijalani saat ini diduga mempengaruhi pandangan para informan
pada poin-poin yang termasuk dimensi posttraumatic growth dan turut
menumbuhkan harapan akan masa depan. Lebih jauh, ditemukan setidaknya 3
faktor yang diduga menentukan keberhasilan informan mencapai
posttraumatic growth antara lain (1) rasa aman; (2) kondisi ekonomi; dan (3)
relasi dan dukungan sosial.
1. Rasa Aman
Pada pengalaman masa lalu, para informan seolah terjebak dalam
situasi konflik berkepanjangan yang puncaknya terjadi paska jajak
pendapat tahun 1999. Situasi mencekam yang tercipta kala tersebut
menimbulkan perasaan terancam. Rasa aman seperti mustahil diperoleh
hingga akhirnya memilih mengungsi demi mempertahankan hidup dan
kehidupannya. Dalam masa transisi usai memutuskan tetap menjadi Warga
Negara Indonesia masih banyak pergolakan batin yang dialami termasuk
karena meninggalkan tanah leluhur. Pengalaman informan berhadapan
dengan situasi konflik membuat mereka mampu memaknai rasa aman
sebagai kekuatan memperjuangkan hidup baru yang lebih baik. Rasa aman
yang dahulu dirindukan kini telah terwujud sehingga mendukung para
informan lebih nyaman dan termotivasi untuk mengeksplorasi serta
memaksimalkan kemampuan dirinya. Di daerah tempat tinggal saat ini,
rasa aman dari para informan sangatlah terjamin sehingga membuat
informan leluasa dalam aktivitas kesehariannya. Situasi tempat tinggal kini
yang jauh lebih kondusif daripada saat di tempat asal pun membuat para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
informan dapat menikmati hari-hari kehidupan mereka. Kondisi ini juga
membantu informan untuk semakin terasah dalam melihat peluang baru
dalam hidupnya dan menjadi lebih yakin mampu mengatasi berbagai
persoalan hidup di masa mendatang.
Maslow dalam Schultz (1977) memaparkan kesesuaian bahwa rasa
aman menjadi salah satu dari hierarki kebutuhan utama manusia.
Kebutuhan akan rasa aman yang meliputi kebutuhan individu akan
jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan
kecemasan sangat penting bagi individu sebelum akhirnya mencapai suatu
tingkat tertentu dan beralih memenuhi kebutuhan selanjutnya.
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi yang kritis paska peristiwa traumatis menjadi
faktor penting yang mendukung tercapainya posttraumatic growth. Pada
masa transisi, hal ini merupakan salah satu yang gigih diperjuangkan oleh
para informan. Harus memulai hidup dari nol membantu para informan
terus berupaya dan berpikir kreatif agar mampu mensejahterakan
kehidupan ekonominya. Usaha yang terus menerus dilakukan tanpa
menyerah dengan selalu memperbaharui ide menjadi pedoman dalam
menangangi kesulitan ekonomi. Jerih payah mereka pun tidak sia-sia,
sebab kondisi ekonomi para informan cukup mengalami perubahan yang
signifikan dibandingkan pada masa awal mengungsi. Meskipun ada
informan yang merasa bahwa secara materi, kehidupan di daerah asalnya
lebih berkecukupan tanpa usaha yang melelahkan. Kini informan tak lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
berambisi terhadap hal-hal bersifat materi tersebut. Perjuangan yang
dilakukan sejak masa awal mengungsi semata-mata merupakan cara
memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengatasi persoalan yang dapat
timbul karenanya. Para informan mengalami perubahan pandangan positif
bahwa apa yang telah dimiliki kini juga merupakan bagian yang harus
dimanfaatkan untuk berbagi.
Pemaparan di atas didukung oleh Kaplan, Shema, dan Leite (2008)
yang menyatakan bahwa pendapatan ekonomi sangat berkaitan dengan
kesejahteraan psikologis. Pendapatan ekonomi yang semakin baik akan
meningkatkan kesejahteraan psikologis, dan hal ini sangat menunjang para
individu untuk mencapai posttraumatic growth.
3. Relasi dan Dukungan Sosial
Relasi dan dukungan sosial dari keluarga serta lingkungan diduga
mempengaruhi para informan untuk mencapai posttraumatic growth. Pada
pengalaman hidup masa lalu, para informan memiliki tanggung jawab
yang lebih kecil karena belum terikat pernikahan dan atau karena baru
memiliki anggota keluarga yang sedikit. Berbeda dengan saat ini, adanya
perubahan status perkawinan dan atau jumlah anak yang bertambah. Hal
ini tidak terlepas dari hubungan yang kian lekat dan mendalam sehingga
memupuk rasa tanggung jawab para informan menjadi lebih besar. Rasa
tanggung jawab ini kemudian turut mengiring informan lebih optimis serta
menghargai relasi dengan orang lain. Dengan kata lain, relasi dan
dukungan sosial turut memfasilitasi informan mengalami perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
positif dalam dimensi posttraumatic growth melalui relasi dan dukungan
sosial.
Pemaparan di atas kiranya sesuai dengan Tedeschi & Coulhoun
(2004) yang meyakini bahwa dukungan sosial memiliki peran dan potensi
yang bermanfaat terhadap tercapainya posttraumatic growth. Adanya
relasi lekat yang saling mendukung akan membantu individu menemukan
perspektif baru dalam hidup, memperkuat keyakinan, dan menjadi tempat
menceritakan pengalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat diambil beberapa
kesimpulan mengenai posttraumatic growth pada penyintas konflik, yaitu:
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para informan mengalami gejala
trauma pada kriteria-kriteria tertentu. Pengalaman trauma tersebut tidak
sama antara satu dan lainnya diduga karena perbedaan latar belakang serta
pengalaman hidup masa lalu dari masing-masing informan.
2. Meskipun para informan mengalami gejala trauma, namun ditemukan pula
bahwa mereka mampu mencapai posttraumatic growth dilihat dari 5
dimensinya. Masing-masing informan memiliki pengalaman yang
dominan pada dimensi tertentu, dan hal tersebut berbeda antar informan.
3. Munculnya pengalaman pada dimensi posttraumatic growth menandakan
keberhasilan informan mengatasi gejala traumanya dan bangkit menjadi
lebih baik serta positif dalam kehidupannya.
4. Setidaknya terdapat 3 hal yang diduga menjadi tolok ukur dalam melihat
perubahan positif para informan pada tiap dimensi posttraumatic growth
yaitu pengalaman masa lalu, kondisi hidup saat ini, dan harapan akan masa
depan.
5. Faktor yang diduga menentukan pencapaian posttraumatic growth antara
lain rasa aman yang membantu informan lebih optimis dan yakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
terhadap kemampuan diri; kondisi ekonomi yang mendorong informan
terus berupaya, dan relasi dan dukungan sosial yang semakin luas
membuat informan lebih membuka diri.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1. Eksplorasi berkaitan dengan trauma belum sepenuhnya komprehensif
karena penelitian ini lebih berfokus pada posttraumatic growth.
2. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang tidak secara lengkap
mengeksplorasi proses perubahan dari pengalaman trauma hingga
pencapaian posttraumatic growth.
C. Saran
Bertolak dari kesimpulan dan keterbatasan di atas, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih mengeksplorasi terkait trauma
dengan menggunakan konsep yang lebih luas sehingga dapat
memperoleh data yang komprehensif.
b. Diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian terkait
posttraumatic growth pada penyintas konflik ini dengan penelitian
lanjutan yang juga melihat proses secara rinci dan lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Bagi pemerintah
Diharapkan dalam menangani konflik sosial terutama bila
menyebabkan adanya pengungsian, maka perlu memperhatikan kondisi
psikologis penyintas agar tidak larut dalam keterpurukan tetapi juga
termotivasi untuk bangkit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
DAFTAR ACUAN
Arthayani, S.N. (2005). Studi kasus tentang post traumatic stress disorder (PTSD)
pada pengungsi anak Timor Timur di asrama taman bina anak bangsa,
Wonosari-Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi Faklutas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
Cordova, M. J., Cunningham, L. L. C., Carlson, C. R., & Andrykowsky, M. A.
(2001). Posttraumatic growth following breast cancer: A controlled
comparison study. Health Psychology, 20, 176-185.
Creswell, J. W. (2009). Research design. Qualitative, quantitative, and mixed
methods approaches (3rd ed.). Los Angeles: Sage.
Fatiyyah, Titi. (2016). Posttraumatic growth pada korban kecelakaan lalu-lintas.
Dalam Seminar Asean 2nd Psychology & Humanity, Copyright: Psychology
Forum UMM, 19-20 Februari 2016. 449-455.
Ghony, D., & Almanshur, F. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Hanifah, A.N., & Cahyo, K. (2012). Perilaku seksual pranikah pada siswa SLTP
pengungsi eks Timor Timur di Kecamatan Kupang Tengah dan Kupang
Timur Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia, 7 (2), 116-125.
Hefferon, K., & Boniwell, I. (2011). Positive psychology theory, research and
applications. USA: Mc Graw hill.
Herman, J. 1992. Trauma and recovery. New York: Basic Books.
Joseph, S., & Linley, A. (2005). Positive and negative changes following
occupational death exposure. Journal of Traumatic Stress, 18 (6), 751-758.
Joseph, S., & Linley, A. (eds). (2008). Trauma, recovery, and growth: Positive
psychological perspectives on posttraumatic stress. Hoboken, NJ: John
Wiley & Sons, Inc.
Kaplan, G. A., Shema, S. J., & Leite, C. M. (2008). Socioeconomic determinants
of psychological well-being: The role of income, income change, and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
income sources during the course of 29 years. Annals of Epidemiology, 18
(7), 531-537.
Klinken, H.V. (2014). Anak-anak Tim-Tim di Indonesia. Jakarta: KPG.
Mahleda, M., & Hartini, N. (2012). Post-traumatic growth pada pasien kanker
payudara pasca mastektomi usia dewasa madya. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental, 1 (2), 67-71.
Maercker, A., & Zoellner, T. (2004). The janus face of self-perceived growth:
toward a two-component model of posttraumatic growth. Psychological
inquiry, 15, 41-48.
Marpaung, H. (2009). Timor Timur menyerang Indonesia. Yogyakarta:
Galangpress.
Nevins, J. (2008). Pembantaian Timor Timur. Yogyakarta: Galangpress.
Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan. (2013). Himpunan Hasil
Pendataan Eks Pengungsi Tim-Tim di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Soe: Kantor Perlindungan Masyarakat.
Rachmawati, N., & Halimah, L. (2015) Studi deskriptif mengenai gambaran post
traumatic growth (PTG) pada wanita penderita kanker payudara pasca
mastektomi di Bandung Cancer Society (BCS). Prosiding Penelitian Sivitas
Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora).
Ranimpi, Y, S. (2002). Konflik sosial dan posttraumatic stress disorder (gangguan
stress pasca trauma): suatu pendekatan pustaka. Program Profesional.
Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Schultz, D., (1977). Growth psychology:models of the healthy personality. New
York: Van Nostrand Company.
Smith, J. A. (2008). Qualitative psychology: A practical guide to research
methods. London: SAGE Publications.
Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya
ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Supratiknya, A. (2018). Diktat metodologi penelitian. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
Syahnakri, K. (2013). Timor Timur the untold story. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Tedeschi, R.G. (2004). Posttraumatic Growth: Conceptual Foundations and
Empirical Evidence. Psychological Inquiry, 15 (1), 1-18.
Tedeschi, R.G., & Calhoun, L.G. (1996). The Posttraumatic Growth Inventory:
Measuring the positive legacy of trauma. Journal of Traumatic Stress, 9,
455-471.
Tedeschi, R. G., & Kilmer, R.P. (2005). Assessing strengths, resilience, and
growth to guide clinical interventions. Professional Psychology: Research
and Practice, 36, 230-237.
Urcuyo, K. R., Boyers, A. E., Carver, C. S., & Antoni, M.H. (2005). Finding
benefit in breast cancer: relations with personality, coping, and concurrent
well-being, Psychology and Health, 20, 175-192.
Woodward, C., & Joseph, S. (2003). Positive change processes and post-traumatic
growth in people who have experienced childhood abuse: Understanding
vehicles of change. Psychology and Psychotherapy: Theory, Research and
Practice, 76, 267-283.
Zoellner, T., & Maercker, A. (2006). Posttraumatic growth in clinical psychology
– A critical review and introduction of two component model. Clinical
Psychology Review, 26, 626-653.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran
Lampiran 1. Informed Consent
Kesepakatan Partisipasi Penelitian
Saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai informan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Grevia Nanda Charisma Anie dari Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saya paham bahwa penelitian ini bertujuan
memperoleh informasi tentang Posttraumatic Growth Pada Penyintas Konflik
Timor Timur 1999 di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Saya adalah salah satu
dari 4 orang yang akan dilibatkan sebagai informan dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, saya setuju untuk menyepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saya paham bahwa
sebagai informan, saya tidak akan memperoleh imbalan materi. Saya bisa
membatalkan dan tidak melanjutkan partisipasi saya sebagai informan tanpa
sanksi apa pun. Jika saya memutuskan membatalkan dan tidak melanjutkan
partisipasi saya sebagai informan, tidak seorang pun akan tahu selain peneliti.
2. Saya paham bahwa apa yang akan saya lakukan dalam penelitian ini penting
dan mungkin menarik. Namun bila ternyata saya merasa tidak nyaman
melakukannya maka saya berhak menolak memberikan jawaban atau
melakukan tugas yang diminta.
3. Saya paham bahwa partisipasi yang dibutuhkan dari saya adalah menjalani
wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti. Kegiatan tersebut membutuhkan
waktu selama kurang lebih 2 jam. Peneliti mungkin akan membuat catatan-
catatan, membuat rekaman audio-video saat kegiatan berlangsung dan
melakukan tanya-jawab pada akhir kegiatan.
4. Saya paham bahwa peneliti tidak akan menyebutkan nama saya dalam laporan
yang disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian ini, dan
bahwa kerahasiaan saya sebagai informan dalam penelitian ini dijamin
sepenuhnya. Data dan informasi lain yang diperoleh dari penelitian ini hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
akan digunakan untuk kepentingan ilmiah yang menjamin kerahasiaan
individu dan institusi yang menjadi sumbernya.
5. Saya paham bahwa Prof. Dr. A. Supratiknya, Ph.D. atau pihak lain di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tidak akan pernah
mengetahui jawaban atau hasil pengerjaan tugas saya dalam penelitian ini.
Dengan demikian saya tidak akan pernah mengalami akibat negatif apa pun
dari apa yang saya katakan atau lakukan dalam penelitian ini.
6. Saya paham bahwa penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Dewan
Penilai Kelayakan Penelitian di kampus. Jika ada masalah atau pertanyaan
terkait informan dalam penelitian ini, saya bisa menghubungi Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Saya telah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan kepada saya.
Saya telah memperoleh jawaban yang memuaskan terhadap semua pertanyaan
saya, dan secara suka rela saya menyatakan sepakat berpartisipasi sebagai
informan dalam penelitian ini.
8. Saya telah memperoleh salinan Kesepakatan Partisipasi Penelitian ini.
Soe,
Mengetahui,
Peneliti Informan
(Grevia Nanda Ch. Anie) ( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI