31
KELOMPOK 1 LINGGARJATI 1. Embryakto Artriaji Gahari 2. Muhammad Luthfi 3. Muthoharoh 4. Siti Ainun Jariah

PPT Linggajati

  • Upload
    creoxas

  • View
    829

  • Download
    10

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas

Citation preview

Page 1: PPT Linggajati

KELOMPOK 1LINGGARJATI

1. Embryakto Artriaji Gahari

2. Muhammad Luthfi

3. Muthoharoh

4. Siti Ainun Jariah

Page 2: PPT Linggajati

DAFTAR ISI

A

pa itu Diplomasi?

L

atar Belakang Perundingan Linggarjati

P

roses Perundingan Linggarjati

D

ampak dari Perundingan Linggarjati

Page 3: PPT Linggajati

PENGERTIAN DIPLOMASI

M

enurut Ivo D. Duchacek diplomasi adalah praktek pelaksanaan

politik luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan

negara lain, akan tetapi sering kali diplomasi tersebut

dihubungkan dengan perang.

H

arold Nicholson juga berpendapat bahwa terdapat empat hal

yang berkaitan dengan diplomasi, yaitu: (1) politik luar negeri,

(2) negosiasi, (3) mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut,

(4) suatu cabang Dinas Luar Negeri.

Page 4: PPT Linggajati

T

ujuan dari adanya diplomasi adalah menjembatani jurang, dimana

sering kali ditemui jurang yang besar, antara maksud dan tujuan,

kemungkinan, kepentingan, dan kenyataan peserta perundingan.

A

da pula tujuan lain dari diplomasi, seperti hal nya tujuan politik

dari diplomasi bagi suatu negara yaitu untuk mengamankan

kebebasan politik dan integritas teritorialnya.

Page 5: PPT Linggajati

LATAR BELAKANG PERUNDINGAN LINGGARJATI

S

aran Esler Dening kepada Soekarno

P

embentukan kabinet syahrir 1

K

egagalan perundingan Hoge Veluwe

P

embentukan kembali kabinet syahrir 2 dan tragedi penculikan syahrir

T

erbentuknya kembali kabinet syahrir 3

Page 6: PPT Linggajati

PROSES PERUNDINGAN LINGGARJATI

P

erundingan tersebut dimulai pada tanggal 7 Oktober di Jakarta dan

mengalami penundaan.

P

erundingan dilanjutkan di Linggarjati, sebelah selatan Cirebon pada

tanggal 10 November 1946.

S

elanjutnya, pada tanggal 11 November, Delegasi Belanda telah datang

dengan kapal terbang “Catalina” dan dibawa ke “Banckert.

Page 7: PPT Linggajati

D

elegasi Belanda baru sampai di Linggarjati pukul 11.00.

P

erundingan ini berjalan sangat alot dan memakan waktu yang

lama, yaitu hampir sembilan jam.

M

alam harinya atas undangan Presiden, Delegasi Belanda

berkunjung pada Presiden di Kuningan, dalam pertemuan

tersebut hadir pula Wakil Presiden, A.K. Gani, dan Amir

Syariffudin, sedangkan Sjahrir berhalangan hadir karena sangat

lelah.

Page 8: PPT Linggajati

R

apat pleno diadakan pada pukul 10.30 malam.

1

3 November diadakan rapat antara kedua Delegasi.

P

agi hari tanggal 15 November diadakan rapat antara kedua

delegasi di Istana Rijswijk.

P

ada tanggal 18 November diparaf naskah dalam Bahasa Indonesia

dan Bahasa Inggris.

Page 9: PPT Linggajati

DAMPAK DARI PERUNDINGAN LINGGARJATI

S

etelah naskah diparaf, muncul berbagai tanggapan, baik dari pihak

Belanda maupun pihak Indonesia

A

danya pengakuan kedaulatan dari negara lain

W

ilayah Indonesia Semakin Sempit secara de facto

A

gresi Militer Belanda I

Page 10: PPT Linggajati

Isi Perjanjian Linggajati (17 Pasal)

F

atsal 1.

Pemerintah Belanda mengakui kenyataan kekuasaan de facto

Pemerintah Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.

Adapun daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Serikat atau tentara

Belanda dengan berangsur-angsur dan dengan kerja-sama antara kedua

belah pihak akan dimasukkan pula ke dalam Daerah Republik. Untuk

menyelenggarakan yang demikian itu, maka dengan segera akan

dimulai melakukan tindakan yang perlu-perlu, supaya, selambatnya

pada waktu yang disebutkan dalam pasal 12, termasuknya daerah-

daerah yang terserbut itu telah selesai.

Page 11: PPT Linggajati

Fatsal 2.

P

emerintah Belanda dan Pemerintah Republik

Indonesia bersama-sama menyelenggarakan

segera berdirinya sebuah negara berdaulat dan

berdemokrasi, yang berdasarkan perserikatan,

dan dinamai Negara Indonesia Serikat.

Page 12: PPT Linggajati

Fatsal 3.N

egara Indonesia Serikat itu akan meliputi daerah Hindia Belanda

seluruhnya, dengan ketentuan, bahwa, jika kaum penduduk dari

pada sesuatu bagian daerah, setelah dimusyawaratkan dengan lain-

lain bagian daerah pun juga, menyatakan menurut aturan

demokratis, tidak atau masih belum suka masuk ke dalam

perserikatan Negara Indonesia Serikat itu, maka untuk bagian

daerah itu bolehlah diwujudkan semacam kedudukan istimewa

terhadap Negara Indonesia Serikat itu terhadap Kerajaan Belanda.

Page 13: PPT Linggajati

Fatsal 4.(

1) Adapun negara-negara yang kelak merupakan Negara

Indonesia Serikat itu, ialah Republik Indonesia, Borneo dan Timur-

Besar, yaitu dengan tidak mengurangi hak kaum penduduk dari

pada sesuatu bagian daerah, untuk menyatakan kehendaknya,

menurut aturan demokratis, supaya kedudukannya dalam Negara

Indonesia Serikat itu diatur dengan cara lain.

(2) Dengan tidak menyalahi ketentuan di dalam pasal 3 tadi dan di

dalam ayat ke (1) pasal ini, Negara Indonesia Serikat boleh

mengadakan aturan istimewa tentang daerah ibu-negerinya.

Page 14: PPT Linggajati

Fatsal 5.(

1) Undang-undang Dasar dari pada Negara Indonesia Serikat itu ditetapkan

nanti oleh sebuah persidangan pembentuk negara, yang akan didirikan dari

pada wakil-wakil Republik Indonesia dan wakil-wakil sekutu lain-lain yang akan

termasuk kelak dalam Negara Indonesia Serikat itu, yang wakil-wakil itu

ditunjukkan dengan jalan demokratis, serta dengan mengingat ketentuan ayat

yang berikut dalam pasal ini.

(2) Kedua belah pihak akan bermusyawarat tentang cara turut campurnya dalam

persidangan pembentuk negara itu oleh Republik Indonesia, oleh daerah-daerah

yang tidak termasuk dalam daerah kekuasaan Republik itu dan oleh golongan-

golongan penduduk yang tidak ada atau tidak cukup perwakilannya, segala itu

dengan mengingat tanggung-jawab dari pada Pemerintah Belanda dan

Pemerintah Republik Indonesia masing-masing.

Page 15: PPT Linggajati

Fatsal 6.(

1) Pemerintah Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia untuk membela-

perliharakan kepentingan-kepentingan bersama daripada Negeri Belanda dan

Indonesia akan bekerja bersama untuk membentuk Persekutuan Belanda-

Indonesia, yang dengan terbentuknya itu Kerajaan Belanda, yang meliputi

Negeri Belanda, Hindia Belanda, Suriname dan Curacao ditukar sifatnya

menjadi persetujuan itu, yang terdiri pada satu pihak dari pada Kerajaan

Belanda, yang meliputi Negeri Belanda, Suriname dan Curacao dan pada

pihak lainnya dari pada Negara Indonesia Serikat.

(2) Yang tersebut di atas ini tidaklah mengurangi kemungkinan untuk

mengadakan pula aturan kelak kemudian, berkenaan kedudukan antara

Negeri Belanda dengan Suriname dan Curacao satu dengan lainnya.

Page 16: PPT Linggajati

Fatsal 7.(

1) Untuk membela peliharakan kepentingan-kepentingan yang tersebut

di dalam pasal di atas ini, Persekutuan Belanda-Indonesia itu akan

mempunyai alat-alat kelengkapan sendiri.

(2) Alat-alat kelengkapan itu akan dibentuk kelak oleh Pemerintah

Kerajaan Belanda dan Pemerintah Negeri Indonesia Serikat; mungkin

juga oleh majlis-majlis perwakilan negara-negara itu.

(3) Adapun yang akan dianggap kepentingan-kepentingan bersama itu

ialah kerja-bersama dalam hal perhubungan luar-negeri, pertahanan

dan, seberapa perlu keuangan, serta juga hal-hal ekonomi dan

kebudayaan

Page 17: PPT Linggajati

Fatsal 8 & Fatsal 9D

i pucuk Persekutuan Belanda-Indonesia itu duduk Raja Belanda.

Keputusan-keputusan bagi mengusahakan kepentingan-

kepentingan bersama itu ditetapkan oleh kelengkapan Persekutuan

itu atas nama Baginda Raja.

Untuk membela-peliharakan kepentingan-kepentingan Negara

Indonesia Serikat di Negeri Belanda dan kepentingan-kepentingan

Kerajaan Belanda di Indonesia, maka Pemerintah masing-

masingnya kelak mengangkat Komisaris Luhur.

Page 18: PPT Linggajati

Fatsal 10A

nggar-anggar Persekutuan Belanda-Indonesia itu antara lain-lain akan mengandung

ketentuan-ketentuan tentang:

a). Pertanggungan hak-hak kedua belah pihak yang satu terhadap yang lain dan jaminan-

jaminan kepastian kedua belah pihak menetapi kewajiban-kewajiban yang satu kepada

yang lain;

b). Hal kewarganegaraan untuk warganegara Belanda dan warganegara Indonesia,

masing-masing di daerah lainnya;

c). Aturan cara bagaimana menyelesaikannya, apabila dalam alat-alat kelengkapan

Kerajaan Belanda memberi bantuan kepada Negara Indonesia Serikat, untuk selama masa

Negara Indonesia Serikat itu tidak akan cukup mempunyai alat-alat kelengkapan sendiri;

d). Pertanggungan dalam kedua bagian Persekutuan itu, akan ketentuan hak-hak dasar

kemanusiaan dan kebebasan-kebebasan, yang dimaksudkan juga oleh Piagam Persekutuan

Bangsa-Bangsa.

Page 19: PPT Linggajati

Fatsal 11(

1) Anggar-anggar itu akan direncanakan kelak oleh suatu

permusyawaratan antara wakil-wakil Kerajaan Belanda

dan Negara Indonesia Serikat yang hendak dibentuk itu.

(2) Anggar-anggar itu terus berlaku, setelah dibenarkan

oleh majlis-majlis perwakilan rakyat kedua belah pihak

masing-masingnya.

Page 20: PPT Linggajati

Fatsal 12 & Fatsal 13P

emerintah Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia akan

mengusahakan, supaya berwujudnya Negara Indonesia Serikat

dan Persekutuan Belanda-Indonesia itu telah selesai, sebelum

tanggal 1 Januari 1949.

Pemerintah Belanda dengan segera akan melakukan tindakan-

tindakan agar supaya, setelah terbentuknya Persekutuan Belanda

Indonesia itu, dapatlah Negara Indonesia Serikat diterima menjadi

anggauta di dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Page 21: PPT Linggajati

Fatsal 14P

emerintah Republik Indonesia mengakui hak orang-orang

bukan bansa Indonesia akan menuntut dipulihkan hak-hak

mereka yang dibekukan dan dikembalikan barang-barang

milik mereka, yang lagi berada di dalam daerah

kekuasaannya de facto. Sebuah panitya bersama akan

dibentuk untuk menyelenggarakan pemulihan atau

pengembalian itu.

Page 22: PPT Linggajati

Fatsal 15U

ntuk mengubah sifat Pemerintah Hindia, sehingga susunannya dan

cara bekerjanya seboleh-bolehnya sesuai dengan pengakuan

Republik Indonesia dan dengan bentuk-susunan menurut hukum

negara, yang direkakan itu, maka Pemerintah Belanda akan

mengusahakan, supaya dengan segera dilakukan aturan-aturan

undang-undang, akan supaya sementara menantikan berwujudnya

Negara Indonesia Serikat dan Persekutuan Belanda-Indonesia itu,

kedudukan Kerajaan Belanda dalam hukum negara dan hukum

bangsa-bangsa disesuaikan dengan keadaan itu.

Page 23: PPT Linggajati

Fatsal 16D

engan segera setelah persetujuan itu menjadi, maka

kedua belah pihak melakukan pengurangan

kekuatan balatentaranya masing-masing.

Kedua belah pihak akan bermusyawarat tentang

sampai seberapa dan lambat-cepatnya melakukan

pengurangan itu; demikian juga tentang kerja-

bersama dalam hal ketentaraan.

Page 24: PPT Linggajati

Fatsal 17(

1) Untuk kerja-bersama yang dimaksudkan dalam

persetujuan ini antara Pemerintah Belanda dan

Pemerintah Republik Indonesia, hendak diwujudakan

sebuah badan, yang terdiri dari pada delegasi-delegasi

yang ditunjukkan oleh tiap-tiap pemerintah itu masing-

masingnya, dengan sebuah sekretariat bersama.

Page 25: PPT Linggajati

(

2) Pemerintah Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia, bila

ada tumbuh perselisihan berhubung dengan persetujuan ini,

yang tidak dapat diselesaikan denga perundingan antara dua

delegasi yang terserbut itu, maka menyerahkan keputusan

kepada arbitrage. Dalam hal itu persidangan delegasi-delegasi

itu akan ditambah dengan seorang ketua bangsa lain, dengan

suara memutuskan, yang diangkat dengan semupakat antara

dua pihak delegasi itu, atau, jika tidak berhasil semupakat itu,

diangkat oleh ketua Dewan Pengadilan Internasional.

Page 26: PPT Linggajati

Fatsal penutupP

ersetujuan ini dikarangkan dalam bahasa Belanda

dan bahasa Indonesia.

Kedua-duanya naskah itu sama kekuatannya.

Page 27: PPT Linggajati

SUASANA PERUNDINGAN LINGGARJATI

Page 28: PPT Linggajati
Page 29: PPT Linggajati
Page 30: PPT Linggajati
Page 31: PPT Linggajati

DAFTAR PUSTAKAR

oy, L.S. Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press, 1991.

L

apian, A.B. dan P.J. Drooglever. Menelusuri Jalur Linggarjati. Jakarta: PT Pustaka

Utama Grafiti, 1992.

 

Leirissa, R.Z. Sejarah Masyarakat Indonesia 1900-1950. Jakarta: CV Akademika

Pressindo, 1985.

N

otosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman

Republik. Balai Pustaka, 2010.

R

icklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press.