29
PENENTUAN KADAR PROTEIN TOTAL, ALBUMIN, GLOBULIN SERUM ( Cara Kingsley ) I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan Umum Menentukan status gizi secara biokimia dalam plasma darah manusia Tujuan Khusus 1. Menentukan kadar protein total dalam plasma darah manusia 2. Menentukan kadar albumin dalam plasma darah manusia 3. Menentukan kadar globulin serum dalam plasma darah manusia II. DASAR TEORI Protein adalah suatu makromolekul bentuk polimer dari asamamino. Asam amino yang dapat membentuk protein ini disebut asam amino dasar (common amino acid), yang terdiri dari 20 jenis asam amino. Antara asam amino yang satu dengan yang lain terikat dengan ikatan peptida membentuk rantai polipeptida dan membentuk struktur primer, sekunder, tertier dan kwartener.

PraktikumBiokim

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bjnkjn

Citation preview

Page 1: PraktikumBiokim

PENENTUAN KADAR PROTEIN TOTAL, ALBUMIN,

GLOBULIN SERUM ( Cara Kingsley )

I. TUJUAN PERCOBAAN

● Tujuan Umum

Menentukan status gizi secara biokimia dalam plasma darah

manusia

● Tujuan Khusus

1. Menentukan kadar protein total dalam plasma darah manusia

2. Menentukan kadar albumin dalam plasma darah manusia

3. Menentukan kadar globulin serum dalam plasma darah

manusia

II. DASAR TEORI

Protein adalah suatu makromolekul bentuk polimer dari

asamamino. Asam amino yang dapat membentuk protein ini disebut

asam amino dasar (common amino acid), yang terdiri dari 20 jenis

asam amino. Antara asam amino yang satu dengan yang lain terikat

dengan ikatan peptida membentuk rantai polipeptida dan

membentuk struktur primer, sekunder, tertier dan kwartener.

Protein mepunyai peran penting pada berbagai fungsi vital seperti

enzim, penyusun struktur sel, alat transportasi, sistem penyangga,

antibody, sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer

plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan intra dan

ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi,

enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus serta masih

banyak fungsi lainnya. Beberapa hormon juga tersusun dari protein.

Asam amino penyususun protein juga mempunyai peran penting pada

biosintesis pada senyawa-senyawa tertentu seperti kreatin, melanin

dan serotonin.

Page 2: PraktikumBiokim

Kita membutuhkan protein kurang lebih 30-60 gram per hari,

namun kualitas protein, yaitu proporsi asam amino esensial di dalam

makanan terhadap proporsinya pada protein yang menjalani sintesis,

merupakan faktor penting yang sangat menentukan. Asam amino

yang berlebih tidak akan disimpan. Tanpa memperdulikan sumbernya,

asam amino yang tidak segera disatukan menjadi protein baru, akan

segera diuraikan dengan cepat. Jadi konsumsi asam amino secara

berlebihan tidak memberikan manfaat apapun selain pembentukan

energi yang juga bisa dilakukan oleh karbohidrat dan lipid dengan

biaya yang lebih rendah.

Penguraian dan resintesis protein atau yang kita kenal dengan

pertukaran protein terjadi pada semua protein sel yang berlangsung

terus−menerus dan merupakan proses fisiologis yang penting dalam

semua bentuk kehidupan. Manusia menukar atau menggantikan

1−2% dari total protein tubuh per hari, khususnya protein otot. Dari

asam amino yang dibebaskan, 75−80% digunakan kembali untuk

sintesis protein yang baru.

Protein serum terdiri dari albumin, globulin, faktor-faktor

pembekuan darah, enzim dan hormon. Albumin dan globulin

merupakan fraksi yang terbesar, olehkarena itu pada paktikum kali ini

total protein dianggap sama dengan penjumlahan kadar albumin dan

globulin.

Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan

pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah

serum. Jika menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total

protein akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 % karena pengaruh fibrinogen

dalam plasma. Cara yang paling sederhana dalam penetapan protein

adalah dengan refraktometer (dipegang dengan tangan) yang

menghitung protein dalam larutan berdasarkan perubahan indeks

refraksi yang disebabkan oleh molekul-molekul protein dalam larutan.

Page 3: PraktikumBiokim

Indeks refraksi mudah dilakukan dan tidak memerlukan reagen lain,

tetapi dapat terganggu oleh adanya hiperlipidemia, peningkatan

bilirubin, atau hemolisis. Saat ini, pengukuran protein telah banyak

menggunakan bahan kimiawi otomatis. Pengukuran kadar

menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat warna.

Protein total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat

basa. Penyerapan dipantau secara spektrofotometri pada λ=545 nm.

Albumin sering dikuantifikasi sendiri. Sedangkan globulin dihitung

dari selisih kadar antara protein total dan albumin yang diukur.

Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam

tubuh manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serum

normal adalah 3,8-5,0 g/dl. Albumin terdiri dari rantai tunggal

polipeptida dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam

amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan disulfida yang

menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul

albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk molekul seperti itu

tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut sempurna. Kadar

albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan

distribusi antara kompartemen intravaskular dan ekstravaskular.

Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang

dewasa sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada di

kompartemen plasma dan sisanya di dalam kompartemen

ektravaskular (Evans, 2002). Albuminmanusia (human albumin)

dibuat dari plasma manusia yang diendapkan dengan alkohol. Albumin

secara luas digunakan untuk penggantian volume danmengobati

hipoalbuminemia (Uhing, 2004: Boldt, 2010). Berdasarkan fungsi dan

fisiologis, secara umum albumin di dalam tubuh mempertahankan

tekanan onkotik plasma, peranan albumin terhadap tekanan onkotik

plasma rnencapai 80% yaitu 25 mmHg. Albumin mempunyai

konsentrasi yang tinggi dibandingkan dengan protein plasma lainnya,

dengan berat molekul 66,4 kDa lebih rendah dari globulin serum yaitu

Page 4: PraktikumBiokim

147 kDa, tetapi masih mempunyai tekanan osmotik yang bermakna.

Efek osmotik ini memberikan 60% tekanan onkotik albumin. Sisanya

40% berperan dalam usaha untuk mempertahankan intravaskular dan

partikel terlarut yang bermuatan positif (Nicholson dan Wolmaran,

2000; Dubois dan Vincent, 2002). Secara detil fungsi dan peran

albumin dalam tubuh adalah seperti yang akan dipaparkan berikut:

a. Albumin sebagai pengikat dan pengangkut

Albumin akan mengikat secara lemah dan reversibel partikel

yang bermuatan negatif dan positif, dan berfungsi sebagai

pembawa dan pengangkut molekul metabolit dan obat. Meskipun

banyak teori tentang pentingnya albumin sebagai pengangkut dan

pengikat protein, namun masih sedikit mengenai perubahan yang

terjadi pada pasien dengan hipoalbuminemia (Nicholson dan

Wolmaran, 2000; Khafaji dan Web, 2003; Vincent, 2003).

b. Efek antikoagulan albumin

Albumin mempunyai efek terhadap pembekuan darah. Kerjanya

seperti heparin, karena mempunyai persamaan struktur molekul.

Heparin bermuatan negatif pada gugus sulfat yang berikatan

antitrombin III yang bermuatan positif, yang menimbulkan efek

antikoagulan. Albumin serum juga bermuatan negatif (Nicholson

dan Wolmaran, 2000).

c. Albumin sebagai pendapar

Albumin berperan sebagai buffer dengan adanya muatan sisa dan

molekul albumin dan jumlahnya relatif banyak dalam plasma.

Pada keadaan pH normal albumin bermuatan negatif dan

berperan dalam pembentukan gugus anion yang dapat

mempengaruhi status asam basa. Penurunan kadar albumin akan

menyebabkan alkalosis metabolik, karena penurunan albumin 1

g/dl akan meningkatkan kadar bikarbonat 3,4 mmol/L dan

produksi basa >3,7 mmol/L serta penurunan anion 3 mmol/L

(Nicholson dan Wolmaran,2000).

Page 5: PraktikumBiokim

d. Efek antioksidan albumin

Albumin dalam serum bertindak memblok suatu keadaan

neurotoxic oxidant stress yang diinduksi oleh hidrogen peroksida

atau copper, asam askorbat yang apabila teroksidasi akan

menghasilkan radikal bebas (Gum dan Swanson, 2004).

e. Mempertahankanintegritas mikrovaskuler sehingga mencegah

masuknya kuman-kuman usus ke dalam pembuluh darah,

sehingga terhindar dari peritonitis bakterialis spontan(Nicholson

dan Wolmaran, 2000).

Albumin dalam aspek klinis digunakan dalam beberapa hal yaitu:

a. Hipovolemia

Hipovolemia dicirikan oleh defisiensi volume intravaskular akibat

kekurangan cairan eksternal atau redistribusi internal dan cairan

ekstraselular. Jika terjadi hipovolemia dan disertai

hipoalbuminemia dengan hidrasi yang memadai atau edema, lebih

baik digunakan albumin 25% daripada albumin 5%. Jika hidrasi

berlebihan, harus digunakan albumin 5% atau albumin 25% .

b. Hipoalbuminemia

Hubungan antara hipoalbuminemia dengan hasil akhir yang buruk

telah memotivasi para klinisi untuk memberikan albumin eksogen

pada pasien dengan hipoalbuminemia. Human albumin telah

diindikasikan untuk terapi hipoalbuminemia di Amerika Serikat

dan negara lainnya. Tetapi masih terdapat kontroversi, meskipun

hipoalbuminemia secara langsung menyebabkan hasil akhir

pengobatan yang buruk (Khafaji dan Web, 2003).

Hipoalbuminemia bukan suatu indikasi untuk pemberian albumin

karena hipoalbuminemia tidak berhubungan langsung dengan

plasma dan volume cairan lainnya, tetapi disebabkan kelebihan dan

Page 6: PraktikumBiokim

defisit cairan di intravaskular yang disebabkan dilusi, penyakit dan

faktor distribusi (Allison dan Lobo, 2000).

Hipoalbuminemia dapat terjadi akibat produksi albumin yang tidak

adekuat (malnutrisi, luka bakar, infeksi dan pada bedah mayor),

katabolisme yang berlebihan (luka bakar, bedah mayor, dan

pankreatitis), kehilangan albumin dari tubuh, hemoragik, eksresi

ginjal yang berlebihan, redistribusi dalam tubuh (bedah mayor dan

kondisi inflamasi).

Pemberian albumin akibat kehilangan protein yang berlebihan

hanya memberi efek sementara dan jika tidak diberikan akan

memperparah penyakit. Pada kebanyakan kasus, peningkatan

penggantian asam amino dan atau protein akan memperbaiki kadar

normal plasma albumin secara efektif dibandingkan larutan

albumin. Beberapa kasus hipoalbuminemia yang disertai dengan

cedera, infeksi atau pankreatitis tidak dapat memperbaiki kadar

albumin plasma secara cepat dan suplemen nutrisi gagal untuk

memperbaiki kadar serum albumin. Pada keadaan ini albumin

mungkin digunakan untuk terapi tambahan.

c. Luka bakar

Albumin diberikan pada jam ke 24 pasca trauma untuk membantu

penarikan cairan dan ekstravaskuler ke intravaskuler.

d. ARDS(Adult Respiratory Distress Syndrome)

Karakteristik ARDS adalah keadaan hipoproteinemia yang

disebabkan oleh edema pulmonari, jika terjadi overload pulmonari

disertai hipoalbuminemia, larutan albumin 25% akan memberikan

efek terapetik jika dikombinasi dengan diuretik.

e. Nefrosis

Albumin mungkin berguna untuk membantu pengobatan edema

pada pasien nefrosis yang menerima steroid dan atau diuretik.

f. Operasi By Pass Kardiopulmoner

Page 7: PraktikumBiokim

g. Untuk mengikat dan mengeluarkan bilirubin toksik pada neonatus

dengan penyakit hemolitik.

Menurut Harrow et al (1962), Globulin merupakan salah satu

golongan protein yang tidak larut dalam air, mudah terkoagulasi oleh

panas, mudah larut dalam larutan garam dan membentuk endapan

dengan konsentrasi garam yang tinggi. Glubolin disusun oleh dua

komponen yaitu legumin dan vicilin. Globulin membentuk sekitar 30%

protein plasma.

a. Alfa dan beta globulin disintesis di hati. Dengan fungsi utama

sebagai molekul pembawa lipid. Beberapa hormon, berbagai

substrat, dan zat penting tubuh lainya.

b. Gamma globulin (imunoglobin) adalah antibodi. Ada lima jenis

imunoglobin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi

dalam imunitas.

Globulin = zat kekebalan tubuh

Globulin adalah protein yang termasuk gamma globulin (antibodi)

dan berbagai enzim dan / carrier protein transpor. Profil spesifik dari

globulin ditentukan oleh elektroforesis protein (SPEP), yang

memisahkan protein berdasarkan ukuran dan biaya. Ada empat

kelompok utama yang dapat diidentifikasi: gamma globulin, globulin

beta, alfa-2 globulin, dan 1 alfa-globulin. Setelah kelompok normal

telah diidentifikasi, penelitian lebih lanjut dapat menentukan

kelebihan protein tertentu atau defisit. Karena fraksi gamma

biasanya membentuk bagian terbesar dari globulin, kekurangan

antibodi harus selalu muncul di pikiran ketika tingkat globulin rendah.

Antibodi diproduksi oleh limfosit B matang yang disebut sel plasma,

sedangkan sebagian besar protein lain dalam alfa dan beta fraksi

dibuat dalam hati. Optimal Range (Alpha Globulin): 0.2-0.3 g/L

Page 8: PraktikumBiokim

Optimal Range (Beta Globulin): 0.7-1.0 g/L. Tingkat globulin mungkin

meningkat dalam:

Kronis infeksi (parasit, beberapa kasus infeksi virus dan bakteri)

● Penyakit hati (sirosis bilier, ikterus obstruktif)

● Carcinoid sindrom

● Rheumatoidarthritis

Tingkat globulin serum dapat menurun dalam:

● Nephrosis (Suatu Kondisi di mana ginjal tidak menyaring protein

dari darah dan kebocoran ke urin)

● Alpha-1 antitrypsin Defisiensi (Emfisema)

● Anemia hemolitik akut

● Disfungsi hati

● Hypogammaglobulinemia / Agammaglobulinemia

Pada penentuan kadar protein digunakan reagen biuret. Uji

Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu

bahan. Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena

terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan

peptida yaitu gugus peptida ( -CO-NH-). Makin banyak atau makin

panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu akan makin

kuat intensitasnya. reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum

untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai

dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks

antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam

amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi

ini.Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida

ungu dan tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna

merah. Biuret dihasilkan dengan memanaskan urea kira-kira pada

suhu 180 oC dalam larutan basa. Biuret memberikan warna violet

dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan

terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai peptida

Page 9: PraktikumBiokim

dalam suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali

histidina, serina dan treonina) tidak memberikan uji ini. Beberapa

protein yang mempunyai gugus –CS-NH-, -CH-NH- dalam

molekulnya juga memberikan tes warna positif dengan biuret

(Bintang, 2010).

Reaksinya adalah sebagai berikut

Gambar 10. Reaksi uji Biuret (Bintang, 2010)

Hasil pengujian (Tabel 5) hanya albumin dan gelatin saja yang

menunjukan hasil positif. Pada kasein dan pepton menunjukan hasil

negatif, hal ini berlainan dengan literatur yang seharusnya positif

karena kasein terdiri dari tirosin dan triptofan yang mengandung

ikatan peptida. Sedangkan fenol memang negatif karena fenol tidak

memiliki ikatan peptida. Berikut tabel hasil pengamatan dan gambar

pada uji Biuret.

Tabel 5 Hasil uji Biuret

Bahan uji Hasil pengamatan (+/-) Perubahan warna larutan

Albumin + Violet

Page 10: PraktikumBiokim

Gelatin + Violet

Kasein - Violet

Pepton - Biru

Fenol - Hijau

Pemberian Na2SO4 23 % : Larutkan 230 g Na2SO4 anhydr. dalam

aquadest panas. Kemudian tambahkan H2O ( Aquadest ) 1 L. Simpan

dalam botol yang tertutup rapat dalam suhu kamar. Fungsi

penambahan Na2SO4 untuk memisahkan albumin dan

aglobulin berdasarkan metode salting out.

Pada percobaan ini total protein dan albumin ditentukan secara

spektrofotometrik dengan mereaksikan dengan reagen biuret. Kadar

albumin ditentukan sesudah globulin dipisahkan dengan

mengendapkannya memakai larutan Na2SO4 23 % dan selanjutnya

digumpalkan dengan dietileter. Pemberian dietileter juga

dimaksudkan untuk menghilangkan kekeruhan yang mungkin terjadi

oleh karena adanya lipid didalam serum. Kekeruhan akan

mempengaruhi pembacaan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

1. Alat

Page 11: PraktikumBiokim

- Tabung reaksi dan rak

- Pipet gondok

- Bulb

- Mikropipet dan blue tip

- Spuit

- Stopwatch

- Cuvet

- Spektrofotometri

2. Bahan

- Serum darah

- Na2SO4 23 % : Larutkan 230 g Na2SO4 anhydr. dalam

aquadest panas. Kemudian tambahkan H2O ( Aquadest ) 1 L.

Simpan dalam botol yang tertutup rapat dalam suhu kamar.

- Reagens biuret : Masukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml

sebanyak 300 ml NaOH 5,7N ( 95 ml NaOH jenuh diencerkan

Page 12: PraktikumBiokim

sampai 300 ml ) dengan 100 ml CuSO4 1 %. Campur dengan

baik, simpan di dalam botol dengan tutup karet.

- Larutan standard protein yang diketahui kadarnya (ditentukan

dengan cara Kjehldahl). Sebaiknya larutan standard ini

mengandung kira-kira 6 g. protein per 100 ml larutan.

3. Prosedur kerja

Prosedur yang akan dilakukan secara garis besar dapat diuraikan

melaui tahapan-tahapan berikut.

a. Total Protein :

Pipet 0,5 ml serum dan masukkan dalam tabung pemusing ( 15

ml ), tambahkan 7,5 ml larutan Na2SO4 23 %, campur baik

b. Albumin :

1. Pada sisa campuran (yang terdapat pada tabung

pemusing), tambahkan 3 ml dietiliter dan sumbat baik-

baik. Kocok agak kuat dengan sekali-sekali membuka

tutupnya untuk mengurangi tekanan yang terdapat dalam

tabung tersebut.

2. Pusingkan selama 10 menit.

Harus terlihat 3 fase berbatasan jelas dari masing-masing

campuran yang terdapat dalam tabung pemusing tersebut.

Fase yang teratas adalah eter yang mengandung lipid, fase

yang di tengah merupakan cincin endapan globulin dan

fase yang terbawah merupakan larutan yang terjernih dari

albumin.

3. Miringkan hati-hati tabung pemusing sehingga cincin

globulin terlepeas dari dinding tabung. Masukkan hati-hati

sebuah pipet 2 ml dengan ujung atas pipet ditutup jari

waktu pipet menembus lapisan eter.

Page 13: PraktikumBiokim

4. Isaplah larutan albumin dengan pipet tersebut sampai

melampaui tanda pipet tersebut bersihkan ujung pipet

yang basah dengan kertas pembersih dan turunkan

permukaan larutan sampai pada garis tanda dari pipet.

5. Masukkan larutan albumin ini kedalam tabung reaksi

dengan tanda A.

c. Blanko

Untuk blanko dipakai : 2 ml aquadest ( tabung B )

d. Standard :

Untuk larutan standar 0,5 ml lar. standard dan 7,5 ml

aquadest, campur baik-baik lalu ambil 2 ml dari campuran

tersebut dan masukkan dalam tabung ( S )

e. Tindakan selanjutnya :

1. Tambahkan ke msing-masing tabung tersebut (A, TP,S & B)

4 ml reagen Biuret dan biarkan selama 10 menit pada suhu

kamar.

2. Bila terjadi kekeruhan tambahkan 2-2,5 ml eter, kocok dan

pusingkan. Bila larutan telah jernih, tak perlu tambahkan

eter.

3. Tentukan bacaan dari masing-masing tabung (A, TP, B & S)

dengan spektrofotometer pada gelombang 545 nm.

Kadar total protein, albumin dan globulin mahasiswa coba

dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:

AbsTP-AbsB

T.P = -------------------- X CS ( gr % )

AbsS-AbsB

AbsA-AbsB

Alb = -------------------- X CS gr %

AbsS-AbsB

Page 14: PraktikumBiokim

Globulin = T.P - Alb

Keterangan:

AbsTP = absorbance T.P

Abs A = absorbance albumin

AbsS = absorbance Standart

CS = Kadar protein standart dalam g/100 ml

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Data

KELOMPOK ALBUMIN GLOBULIN PROTEIN TOTAL

1 1,77 gr% 3,44 gr% 5,21 gr%

2 2,82 gr% 2,43gr% 5,25 gr%

3 3,121 gr% 2,383 gr% 5,504 gr%

4 4,875 g/100 ml 2,745 g/100 ml 7,62 g/100 ml

5 4,27gr% 3,89 gr% 8,16 gr%

6 2,5 gr/dl 1,571 gr/dl 4,071 gr/dl

7 3,03 gr/dL 2,92 gr/dL 5,95 gr/dL

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengukuran

dengan spektrofotometer:

Abs A = 0,457 nm

Abs TP = 0,675 nm

Sehingga didapatkan kadar:

TP = Abs TP – Abs B

Abs s – Abs B

= 0,675 – 0,231

0,679 – 0,231

Page 15: PraktikumBiokim

= 5,95 gr/dL

Alb = Abs A – Abs B

Abs S – Abs B

= 0,457 – 0,231

0,679 – 0,231

= 3,03 gr/dL

Glb = T.P – Alb

= 5,95 – 3,03

= 2,92 gr/dL

Standart harga normal:

Total Protein = 6 – 8 gr/dL

Albumin = 3.5 – 5 gr/dL

Globulin = 2 – 3,6 gr/dL

Uji kadar protein total

Uji kadar protein total dimulai dengan memasukkan 0,5 ml

serum yang berasal dari darah probandus yang sudah dipusingkan

ke dalam tabung pemusing (15 ml), lalu menambahkan 7,5 ml

larutan Na2SO4 23%, mencampur baik-baik lalu mengambil 2 ml

dari campuran tersebut dan memasukkannya ke dalam tabung

pemusing yang sudah diberi label TP. Lalu kami tambahkan 4 ml

reagen biuret dan tunggu selama 10 menit pada suhu kamar.

Kemudian kami menggunakan spektrofotometer pada gelombang

545 nm untuk mengetahui nilai absorbansi larutan tersebut. Dalam

percobaan ini, larutan Na2SO4 23% berfungsi sebagai pemisah

fraksi albumin dan globulin.

Nilai absorbansi larutan tabung TP pada spektrofotometer

adalah 0,675. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan

rumus, TP =

Page 16: PraktikumBiokim

Kadar protein larutan tersebut bernilai 5,95 gr/dl. Nilai

tersebut berada di bawah normal.

Uji Kadar Albumin

Pada tabung pemusing yang berisi 6 ml larutan yang tersisa,

kami beri label A, lalu kami tambahkan 3 ml dietileter kemudian

sumbat baik-baik. Kami kocok kuat dengan sekali-sekali membuka

tutupnya untuk mengurangi tekanan yang terdapat dalam tabung

tersebut.Lalu kami pusingkan selama 10 menit. Pada larutan arus

terlihat 3 fase berbatasan jelas dari masing-masing campuran yang

terdapat dalam tabung pemusing tersebut. Fase yang teratas adalah

eter yang mengandung lipid, fase yang di tengah merupakan cincin

endapan globulin dan fase yang terbawah merupakan larutan yang

terjernih dari albumin.

Kemudian kami miringkan hati-hati tabung sehingga cincin

globulin terlepas dari dinding tabung dan memasukkan hati-hati

sebuah pipet 2 ml dengan ujung atas pipet ditutup jari waktu pipet

menembus lapisan eter.

Kami ambil larutan albumin itu dengan menggunakan pipet

lalu bersihkan ujung pipet yang basah dengan kertas pembersih dan

turunkan permukaan larutan sampai pada garis tanda dari pipet.

Lalu kami masukkan larutan albumin ini ke dalam tabung

reaksi dan tambahkan 4 ml reagen biuret, lalu menunggu selama 10

menit pada suhu kamar. Kemudian kami tentukan bacaannya

dengan spektrofotometer pada gelombang 545 nm.

Penambahan dietileter bermaksud untuk menggumpalkan

albumin dan mengilangkan kekeruhan karena adanya kandungan

lipid dalam serum yang akan mempengaruhi pembacaan

spektrofotometer.

Page 17: PraktikumBiokim

Nilai absorbansi larutan tabung A pada spektrofotometer

adalah 0,675. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan

rumus, A =

Kadar albumin larutan

tersebut bernilai 3,03 gr/dl. Nilai tersebut berada di bawah normal.

Kadar globulin yang merupakan 40% dari kadar total

protein dapat diperoleh dengan cara mengurangi kadar total protein

dengan kadar albumin. Rumus:

Glb = TP – A

Dari rumus ini didapatkan kadar globulin dari orang coba

sebesar 2,92 gr/dL. Hasil pengukuran ini menujukkan bahwa kadar

globulin pada probandus dalam rentang normal.

Reagen

Beberapa reagen digunakan pada uji penentuan kadar total

protein dan albumin pada tubuh. Reagen tersebut adalah natrium

sulfat dan biuret.

Pada penentuan kadar protein digunakan reagen biuret. Uji

Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada

suatu bahan. Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena

terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul

ikatan peptida yaitu gugus peptida ( -CO-NH-). Makin banyak atau

makin panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu

akan makin kuat intensitasnya. reaksi biuret merupakan reaksi

warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein.

Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena

terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul

ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan

peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida

memberikan warna biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida serta

peptida kompleks memberikan warna merah. Biuret dihasilkan

dengan memanaskan urea kira-kira pada suhu 180 oC dalam

Page 18: PraktikumBiokim

larutan basa. Biuret memberikan warna violet dengan CuSO4.

Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan terbentuknya

Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai peptida dalam

suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali histidina,

serina dan treonina) tidak memberikan uji ini. Beberapa protein

yang mempunyai gugus –CS-NH-, -CH-NH- dalam molekulnya

juga memberikan tes warna positif dengan biuret (Bintang, 2010).

Pemberian natrium sulfat pada larutan uji menggunakan

prinsip metode salting out. Salting out merupakan metode yang

digunakan untuk memisahkan protein yang didasarkan pada prinsip

bahwa protein kurang terlarut ketika berada pada daerah yang

konsentrasi kadar garamnya tinggi. Konsentrasi garam diibutuhkan

oleh protein untuk mempercepat keluarnya larutan yang berbeda

dari protein satu ke protein yang lainnya.

Hasil Pengukuran

Kedua uji kadar total protein dan albumin dari probandus

berada di bawah normal, padahal probandus dalam keadaan sehat.

Hal ini terjadi karena pembersihan tabung kuvet kurang bersih,

sehingga terjadi kesalahan dalam pembacaan spektrofotometer,

sehingga apabila tersentuh oleh jari tangan maka lipid/minyak pada

permukaan kulit jari akan menempel pada tabung kuvet yang

mempengaruhi pambacaan.Sedangkan untuk kadar globulin

probandus berada dalam rentang normal yang didapatkan dari

kadar total protein dikurangi kadar albumin.

Sintesis albumin baru berkurang pada saat sakit, terutama

penyakit liver. Plasma protein dengan penyakit liver sering

memperlihatkan penurunan rasio albumin terhadap globulin.

Page 19: PraktikumBiokim

Pembentukan albumin mengalami penurunan relative dini pada

kondisi-kondisi malnutrisi protein, misalnya kwashiorkor.

V. KESIMPULAN

Percobaan kali ini menggunakan metode Kingsley, dan hasil yang

didapatkan adalah kurang akurat untuk kedua percobaan. Hal ini

dapat disebabkan oleh kesalahan pengambilan serum, penambahan

reagen, maupun kesalahan pada pembacaan spektrofotometer. Kadar

normal untuk total protein adalah 6-8 gr%, albumin 3,5-5 gr%, dan

globulin 2-3,6 gr%, sementara hasil yang didapatkan pada percobaan

kali ini sedikit di bawah normal.

Kadar protein pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh asupan

makanan dan karena protein disintesis di liver, kondisi liver seseorang

dapat sangat mempengaruhi kadar protein dalam darah. Minimnya

kadar protein dapat menandakan kerusakan atau malfungsi dari liver

seseorang, sehingga pengukuran kadar protein merupakan hal yang

sangat penting untuk diketahui.

VI. DAFTAR PUSTAKA

● Hasil Laprak