presentasi pelatihan cakim

  • Upload
    abrian

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

abrian

Citation preview

PowerPoint Presentation

ETIKA DAN PERADILAN BERSIHAbrian Rahmat Fatahillah

EtikaDari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin Ethicos yang berarti kebiasaan. Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Dengan demikian menurut pengertian ini, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Hakim dituntut untuk peka terhadap etika yang tumbuh dalam masyarakat, namun di Indonesia etika masyarakat di tiap daerah atau provinsi berbeda- beda, adat isitiadat yang cukup banyak di Indonesia tentu menjadi hambatan bagi Hakim yang menutup diri dari masyarakat sekitar yang berujung pada putusan yang tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat, sehingga tidak heran banyak ketidakpuasan pihak yang berperkara di pengadilan mengajukan upaya hukum banding maupun kasasi. Terdapatnya peraturan mutasi Hakim ke tiap- tiap daerah di Indonesia dimaksudkan agar Hakim tidak boleh menutup diri terhadap eksternal legal culture yang ada dalam masyarakat..

Sebagai seorang hakim, maka ia dianggap sudah mengetahui hukum. Inilah yang dimaksud dari asas hukum Ius curia novit. Seorang hakim dituntut untuk dapat menerima dan mengadili berbagai perkara yang diajukan kepadanya. Bahkan seorang hakim dapat dituntut jika menolak sebuah perkara yang diajukan kepadanya. Pasal 10 Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Juga dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Peraturan bahwa Hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, akan cenderung pada kebebasan Hakim yang cenderung sewenang- wenang dan bahkan cenderung mengikuti kepentingan- kepentingan pihak- pihak tertentu.

Batasan kebebasan HakimMenurut Lawrence M. Friedman yang dimaksud struktur sebuah sistema dalah kerangka badan, bentuk permanen, tubuh institusional dari sistem tersebut, tulang-tulang keras yang kaku yang menjaga agar proses mengalir dalam batas-batasnya.Sementara yang dimaksud substansi yaitu susunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan mengenai bagaimana institusi-institusi itu harus berperilaku. Kultur hukum (legal culture) juga tidak terlepas dari suatu sistem hukum,kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai sosial, orang-orang dalam masyarakat memiliki kebutuhan dan membuat tuntutan-tuntutan.

Lawrence M. Friedman, M. Khozim, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Nusa Media, Bandung, 2013, hlm. 15Budaya hukum pada intinya merupakan keseluruhan sikap dari warga masyarakat dan sistem nilai yang ada dalam masyarakat yang akan menentukan bagaimana seharusnya hukum itu berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Namun budaya hukum tidak hanya menitikberatkan pada masyarakat akan tetapi juga para penegak hukum atau profesi hukum. Lawrence M. Friedman membedakan budaya hukum menjadi external and internal legal culture. Menurut Esmi Warasih menyatakan bahwa internal legal cultureyang dimaksud merupakan budaya hukum para penegak hukum termasuk Hakim dan yang dimaksud external legal culture yang dimaksud yaitu budaya hukum masyarakat.

konsistensi putusan HakimAlasan utama bagi terwujudnya (raison datre) Komisi Yudisial di dalam suatu negara hukum, adalah :Terjaganya konsistensi putusan lembaga peradilan, karena setiap putusan memperoleh penilaian dan pengawasan yang ketat dari sebuah lembaga khusus (Komisi Yudisial),Komisi Yudisial dibentuk agar dapat melakukan monitoring yang intensif terhadap kekuasaan kehakiman dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat dalam spectrum yang seluas-luasnya dan bukan hanya monitoring secara internal,Dengan adanya Komisi Yuidisial, tingkat efisiensi dan efektivitas kekuasaan kehakiman (judicial power) akan semakin tinggi dalam banyak hal, baik yang menyangkut rekruitmen dan monitoring hakim agung maupun pengelolaan keuangan kekuasaan kehakiman,

Dengan adanya Komisi Yudisial, kemandirian kekuasaan kehakiman (judicial power) dapat terus terjaga, karena politisasi terhadap perekrutan hakim agung dapat diminimalisasi dengan adanya Komisi Yudisial yang bukan merupakan lembaga politik, sehingga diasumsikan tidak mempunyai kepentingan politik.

TERIMA KASIH