Presus corpal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yok gratis

Citation preview

STATUS PASIEN ILMU PENYAKIT MATA

I. IDENTITAS

Nama: Tn. NUmur: 40 tahun

Jenis Kelamin: Laki laki Alamat: Dusun PamotanPekerjaan: PetaniAgama : Islam

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama: Mata sebelah kanan nyeri sejak 10 hari yang laluKeluhan tambahan : Mata kanan terasa seperti ada yang mengganjal, perih, berair, dan sakit bila melihat cahayaRiwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD BANJAR dengan keluhan mata sebelah kanan nyeri sejak 10 hari SMRS. Awalnya keadaan ini terjadi saat pasien sedang memotong padi, tiba tiba pasien merasa ada serpihan dari potongan padi tersebut melanting dan melayang masuk ke mata kanan pasien. Setelah itu pasien merasa mata kanannya nyeri dan berair serta seperti ada yang mengganjal, kemudian pasien mengucek matanya dan membasuh mata kanannya dengan air dengan harapan agar benda tersebut dapat keluar. Setelah dibasuh dengan air keluhan tersebut masih ada dan matanya menjadi merah, tetapi pasien masih dapat melihat dengan jelas. Keluhan tersebut tidak ditemukan pada mata kirinya. Pasien kemudian memakai obat tetes mata insto yang diteteskan sebanyak 3 x 1 tetes sehari. Keluhan tersebut dirasakan sangat mengganggu aktivitas dan pekerjaanya sehari hari sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik mata RSUD BANJAR untuk mendapatkan pengobatan. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Tidak adaRiwayat Penyakit Keluarga : -Tidak adaIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan umum: BaikKesadaran: Compos mentis

Tanda vital: TD: 110/70 mmHg

Nadi: 82 x/menit

RR: 24 x/menit

Suhu: AfebrisKepala: normocephalThorak: cor dan pulmo DBNAbdomen: DBNEkstremitas: oedema (-), akral hangat, sianosis (-)KGB: tidak terdapat pembesaran.

B. Status Oftalmologikus

KeteranganOkulo DextraOkulo Sinistra

1. Visus

- Tajam penglihatan6/106/9

- Pin Hole6/76/7

- Kacamata Sendiri Tidak memakai kaca mata sebelumnya

2. Kedudukan Bola Mata

- EksoftalmusTidak adaTidak ada

- EndoftalmusTidak adaTidak ada

- DeviasiTidak adaTidak ada

- Gerakan bola mataBaik ke segala arahBaik ke segala arah

3. Palpebra Superior dan Inferior

- Edema Tidak adaTidak ada

- Nyeri tekanTidak adaTidak ada

- EktropionTidak adaTidak ada

- EntropionTidak adaTidak ada

- BlefarospasmeTidak adaTidak ada

- SikatriksTidak adaTidak ada

-Fissura palpebra 11 mm11 mm

- PtosisTidak adaTidak ada

- HordeulumTidak adaTidak ada

- KalazionTidak adaTidak ada

-Benda asingAda (PS)Tidak ada

4. Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior

- HiperemisTidak adaTidak ada

- FolikelTidak adaTidak ada

- PapilTidak adaTidak ada

- SikatrikTidak adaTidak ada

- AnemiaTidak adaTidak ada

- KemosisTidak adaTidak ada

- Benda AsingAda (KTS)Tidak ada

5. Konjungtiva Bulbi

- Injeksi konjungtivaadaTidak ada

- Injeksi siliaradaTidak ada

- perdarahan subkonjungtivaTidak adaTidak ada

- PterigiumTidak adaTidak ada

- PinguekulaTidak adaTidak ada

6. Sklera

- WarnaPutihPutih

- IkterikTidak adaTidak ada

7. Kornea

- KejernihanJernihJernih

- PermukaanAbrasiLicin

- Ukuran12 mm12 mm

- InfiltratTidak adaTidak ada

- UlkusTidak adaTidak ada

- PerforasiTidak adaTidak ada

8. Bilik Mata Depan

- KedalamanDalam Dalam

- KejernihanJernihJernih

- HifemaTidak adaTidak ada

- HipopionTidak adaTidak ada

9. Iris

- WarnaCoklat kehitamanCoklat kehitaman

- Kripte JelasJelas

- BentukBulatBulat

- SinekiaTidak adaTidak ada

10. Pupil

- LetakDi tengahDi tengah

- BentukBulatBulat

- Ukuran3 Mm3 mm

- Reflek cahaya langsungPositifPositif

- Reflek cahaya tak langsungPositifPositif

11. Lensa

- KejernihanJernihJernih

- LetakDitengahDitengah

- Shadow TestNegatifNegatif

IV. RESUME

Pasien laki-laki berusia 40 th datang ke poliklinik mata RSUD BANJAR dengan keluhan OD nyeri sejak 10 hari SMRS, nyeri, berair, fotofobia, dan seperti ada yang mengganjal. Pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal.

Status oftalmologi mata kanan tajam penglihatan OD 6/10,PH 6/7. OS 6/9,PH 6/7. pada palpebra superior ada benda asing dan pada kornea bagian atas permukaannya ada yang abrasi.

OD

V. DIAGNOSIS KERJA

- OD : Abrasi Kornea E.C Corpus AlineumVI. DIAGNOSIS BANDING

- Tidak adaVII. PEMERIKSAAN ANJURAN

- Fluorescent test hasil (+)

VIII. PENATALAKSANAAN Non medikamentosa : Ekstraksi corpus alienum

-Medikamentosa : - Setelah ekstraksi, beri salep chloramphenicol pada daerah

luka dan kasa dipasang dengan tekanan pada kelopak mata

untuk mengimobilisasi kelopak.

- Tetes mata ofloxacin 6 x 1 tetes/hari

- Vit C tab 1 x 1 tablet/hariIX. PROGNOSIS

OD Ad vitam: ad bonam Ad fungisionam: ad bonam Ad sanationam: ad bonam Tinjauan Pustaka

Benda Asing di Permukaan Mata dan Abrasi Kornea

Benda asing dan abrasi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan. Defek epitel kornea dapat menimbulkan keluhan serupa. Fluoresens akan mewarnai membran basal epitel yang terpajan dan dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka tembus (uji Seidel positif). Pola tanda goresan vertikal di kornea mengisyaratkan adanya benda asing terbenam di permukaan konjungtiva tarsalis di kelopak mata atas. Pemakaian berlebihan lensa kontak menimbulkan edema kornea.

Defek epitel kornea yang ringan diterapi dengan salep antibiotik dan tempelan bertekanan untuk mengimobilisasi kelopak mata. Pada pengeluaran benda asing dapat diberikan anestetik topikal dan digunakan sebuah spud (alat pengorek) atau jarum berukuran kecil untuk mengeluarkan benda asing sewaktu pemeriksaan slitlamp. Aplikator berujung kapas jangan digunakan karena alat ini menggosok permukaan epitel secara luas dan sering susah mengeluarkan benda asingnya. Cincin logam yang mengelilingi fragmen besi atau tembaga dapat dikeluarkan dengan bor berbaterai dengan ujung bor. Apabila pengeluaran fragmen yang tertanam dalam atau apabila terjadi kebocoran cairan yang memerlukan jahitan atau perekat sianoakrilat, maka tindakan tersebut harus dilakukan dengan tehnik bedah mikro dalam kamar operasi dan dilakukan pembentukan ulang kamera anterior. Apabila perlu dengan atau tanpa viskoelastik dibawah kondisi steril.

Setelah suatu benda asing dikeluarkan, diberikan salep antibiotik dan mata ditutup. Luka harus diperiksa setiap hari untuk mencari tanda tanda infeksi sampai luka sembuh sempurna.

Tidak diperbolehkan memberikan larutan anestetik topikal kepada pasien untuk dipakai ulang setelah cedera kornea, hal ini akan memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea yang permanen. Selain itu, pemakaian anestetik jangka panjang dapat menyebabkan infiltrasi dan ulserasi kornea secara klinis mirip dengan ulkus infeksi. Steroid harus dihindari apabila masih terdapat defek epitel. Karena abrasi kornea sering menjadi penyulit pada anestesia umum, maka harus dilakukan tindakan tindakan pencegahan untuk menghindari cedera ini saat induksi dan selama tindakan dengan menutup mata atau memberikan salep pelumas di forniks konjungtiva. Kadang kadang terjadi erosi epitel rekuren setelah cedera kornea dan hal ini diatasi dengan penutupan atau bebat lensa kontak.

Benda Asing Intraokular

Keluhan rasa tidak enak atau penglihatan kabur pada satu mata dengan riwayat benturan antara logam dengan logam, ledakan, atau cedera proyektil berkecepatan tinggi seharusnya meningkatkan kecurigaan akan kemungkinan benda asing intraokular. Harus dilakukan inspeksi terhadap bagian anterior mata dengan kaca pembesar atau slitlamp sebagai usaha untuk menentukan lokasi tempat masuknya luka. Harus dilakukan usaha visualisasi oftalmoskopi langsung atau tidak langsung adanya sebuah benda asing intraokular. Harus dilakukan pemeriksaan sinar X jaringan lunak orbita atau CT scan untuk memastikan adanya benda asing radioopak serta alasan alasan medikolegal.

Benda asing yang telah diidentifikasi dan diketahui lokasinya di dalam mata harus dikeluarkan bila mungkin. Partikel partikel besi atau tembaga harus dikeluarkan untuk mencegah disorganisasi jaringan mata akibat perubahan perubahan degeneratif toksik (siderosis karena besi dan kalkosis besi tembaga). Sebagian dari campuran campuran logam (alloy) baru bersifat lebih inert dan mungkin dapat ditoleransi. Jenis partikel lain, misalnya kaca atau porselen, mungkin dapat ditoleransi seumur hidup dan biasanya dibiarkan saja.

Penentuan letak benda asing dilakukan dengan metode geometrik Sweet, lensa kontak Comberg (berisi sebuah tonggak dan cincin), ultrasonografi, dan CT scan koronal orbita. MRI dikontraindikasikan untuk menentukan letak benda asing logam intraokular karena medan magnet yang dihasilkan selama scanning dapat menyebabkan benda asing tersebut berubah menjadi proyektil intraokular berkecepatan tinggi dengan efek katastrofik pada mata.Pengobatan

Prinsip : setiap benda asing di mata harus dikeluarkan.

Kalau benda asing itu dapat diambil, dilakukan ekstraksi dari benda itu secepatnya, kalau tak dapat diambil harus dilakukan enukleasi bulbi, untuk mencegah timbulnya oftalmia simpatika pada mata sebelahnya. Benda asing yang masuk ke dalam mata dapat menimbulkan peradangan dan kerusakan yang hebat, akibat dari iridosiklitis atau panoftalmitis terkecuali bila benda asing itu segera diambil. Pada mata yang sebelahnya dapat menimbulkan oftalmia simpatika.

Bila benda itu terbuat dari besi timbulkan siderosis bulbi yang berupa warna hijau kecoklatan pada iris, di lensa tampak sebagai lingkaran subkapsular di bagian anterior, juga di retina menyebabkan kelainan degeneratif. Benda asing terbuat dari Cu, menyebabkan chalkosis, impregnasi Cu pada lensa, retina, dan kornea. Di kornea tampak berbentuk cincin coklat keemasan, yang disebut bercak Kayser Fleisher.

Ekstraksi benda asing harus dikerjakan sebelum hari ke-7, karena setelah 7 hari, benda asing tersebut telah diliputi dengan jaringan organisasi, sehingga sukar pengeluarannya. Dari semua benda asing yang relatif lebih mudah dikeluarkan adalah Fe (besi) karena magnetis, sehingga dapat dikeluarkan dengan magnit raksasa, yang dikendalikan oleh aliran listrik, yang biasanya terdapat di rumah sakit besar.

Bila letaknya di luar, di konjungtiva atau kornea, benda asing itu dapat dicabut. Setelah diberi anestesi lokal dengan pantokain 1 2% yang diteteskan pada mata, maka benda asing itu dicongkel, bila terletak di permukaan, tetapi bila letaknya lebih kedalam, harus dibuat sayatan terlebih dahulu, baru dicongkel. Kemudian diberi sulfas atropin 1% salep antibiotika, mata ditutup. Juga diberi antibiotika sistemik. Satu minggu kemudian kontrol kembali.

Pecahan besi yang terletak di iris dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui luka ini, ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda tersebut. Bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris

Apabila terletak di sebelah anterior dari zonula lensa, maka benda asing harus dikeluarkan melalui insisi limbus dari kamera anterior. Apabila benda asing tersebut terletak di belakang lensa dan di sebelah anterior ekuator, maka pengeluaran dilakukan melalui area pars plana yang paling dekat dengan benda asing karena dengan cara ini kerusakan retina lebih sedikit. Apabila benda asing harus dikeluarkan melalui insisi limbus dari sebelah posterior dari ekuator, maka benda tersebut sebaiknya dikeluarkan melalui pars plana dengan vitrektomi atau forceps intraokular sehingga dapat dihindari terjadinya perdarahan besar koroid akibat insisi dinding posterior bola mata. Metode ini digunakan baik untuk benda asing magnetik maupun nonmagnetik. Tersedia forseps forseps khusus untuk memegang benda berbentuk sferis.

Setiap bagian retina yang rusak harus diterapi dengan diatermi, fotokoagulasi, atau koagulasi endolaser untuk mencegah pelepasan retina.

Prognosis

Benda asing yang berada di permukaan tanpa menimbulkan perforasi, mudah dikeluarkan dan hanya sedikit menimbulkan bekas (nebula kornea) sehingga prognosisnya baik. Bila menimbulkan perforasi, prognosis tergantung dari jenis benda asing. Pada yang inert, prognosisnya baik, sedang benda reaktif magnetik, yang lebih mudah dikeluarkan daripada yang nonmagnetik, prognosisnya lebih baik. Benda asing yang timbulkan perforasi yang hebat dapat menyebabkan prolaps badan kaca, ablasio retina ataupun ptisis bulbi. Benda asing yang terletak di segmen anterior lebih mudah dilihat dan dikeluarkan daripada yang di segmen posterior, sehingga prognosisnya lebih baik.DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta. Benda Asing Magnetik Intraokular dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-2. Cetakan ke-2. 2003. Halaman 277-278.2. Wijana Nana. Luka Dengan Benda Asing Di Dalam Bola Mata dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-3.1983. Halaman 321-323.

3. Vaughan Daniel, et al. Benda Asing Kornea dan Intraokular dalam Oftalmologi Umum. Widya Medika. Cetakan I. 2000. Halaman 381-384.

4. Anonim. Corpus Alienum Cornea. Diunduh dari : http://www.emedicine.com/content. Corpus Alineum

Daerah abrasi

PAGE 11