3
Prioritas tatalaksana pada kasus adalah pasien : C – D – E – A- B 1. Kami memprioritaskan pasien C dengan alasan berikut : Dari pemeriksaan TTV didapatkan adanya gangguan C (circulation) berupa tanda-tanda syok (hanya pasien C yang mengalami syok), yaitu penurunan tensi, peningkatan nadi/menit, dan peningkatan laju respirasi/menit. Pasien juga dalam kondisi tidak sadar. Pasien bisa digolongkan mengalami syok hipovolemik grade III yang diperkirakan karena adanya perdarahan berlanjut intraabdominal yang disebabkan oleh perubahan posisi pelvis dan luka-luka pada daerah lainnya. Prinsip penanganan awal pasien syok adalah menghentikan perdarahan dan penggantian volume darah/cairan yang hilang. Tujuan dari resusitasi cairan adalah mengembalikan perfusi organ. Penanganan harus dimulai sesegera mungkin supaya perfusi ke organ-organ vital harus tetap terjaga. Pasien juga mengalami permasalahan berikutnya pada B (breathing) karena dicurigai adanya flail chest. Adanya segmen flail chest menyebabkan gangguan pergerakan dinding dada yang abnormal, dan jika mengenai paru akan bisa muncul hipoksia. Maka dari itu harus dilakukan terapi awal yang segera meliputi ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan resusitasi cairan untuk mencegah terjadinya hipoksia. Pasien C mengalami permasalahan yang sangat gawat darurat karena meliputi permasalahan pada C yang melibatkan komponen cairan intravascular dan B yang melibatkan komponen oksigen, dimana keduanya sangat penting dalam menjaga perfusi ke organ-organ vital. 2. Berikutnya adalah pasien D dengan alasan berikut :

prioritas pasien

Embed Size (px)

DESCRIPTION

p

Citation preview

Page 1: prioritas pasien

Prioritas tatalaksana pada kasus adalah pasien : C – D – E – A- B

1. Kami memprioritaskan pasien C dengan alasan berikut :Dari pemeriksaan TTV didapatkan adanya gangguan C (circulation)

berupa tanda-tanda syok (hanya pasien C yang mengalami syok), yaitu penurunan tensi, peningkatan nadi/menit, dan peningkatan laju respirasi/menit. Pasien juga dalam kondisi tidak sadar. Pasien bisa digolongkan mengalami syok hipovolemik grade III yang diperkirakan karena adanya perdarahan berlanjut intraabdominal yang disebabkan oleh perubahan posisi pelvis dan luka-luka pada daerah lainnya. Prinsip penanganan awal pasien syok adalah menghentikan perdarahan dan penggantian volume darah/cairan yang hilang. Tujuan dari resusitasi cairan adalah mengembalikan perfusi organ. Penanganan harus dimulai sesegera mungkin supaya perfusi ke organ-organ vital harus tetap terjaga.

Pasien juga mengalami permasalahan berikutnya pada B (breathing) karena dicurigai adanya flail chest. Adanya segmen flail chest menyebabkan gangguan pergerakan dinding dada yang abnormal, dan jika mengenai paru akan bisa muncul hipoksia. Maka dari itu harus dilakukan terapi awal yang segera meliputi ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan resusitasi cairan untuk mencegah terjadinya hipoksia.

Pasien C mengalami permasalahan yang sangat gawat darurat karena meliputi permasalahan pada C yang melibatkan komponen cairan intravascular dan B yang melibatkan komponen oksigen, dimana keduanya sangat penting dalam menjaga perfusi ke organ-organ vital.

2. Berikutnya adalah pasien D dengan alasan berikut : Secara keseluruhan, pasien dianggap memiliki masalah di A (airway) dan

C (circulation). Walaupun TTV pasien masih dalam keadaan normal, kecuali nadi yang meningkat menjadi 110x/menit. Namun perlu diingat bahwa pada pasien pediatri, tekanan darah mereka akan cenderung stabil bila perdarahan tidak melebihi 30%, mengingat kemampuan kompensasi yang masih baik. Jadi kita masih perlu mengobservasi terus menerus keadaan pasien sambil memberikan penanganan dini berupa cairan dan oksigen.

Tampak adanya perdarahan yang sudah mengering di sekitar hidung dan mulut dan ketidaksadaran pasien yang bisa menjadi permasalahan A (airway) pada pasien D ini. Kedua hal ini merupakan indikasi kami mencurigai terjadinya trauma kepala. Trauma kepala membutuhkan penanganan yang cepat karena mengingat otak sendiri merupakan organ vital yang membutuhkan perfusi adekuat. Karena adanya trauma kepala inilah maka kami memprioritaskan pasien D sebagai prioritas ke-2.

Page 2: prioritas pasien

3. Berikutnya adalah pasien E dengan alasan berikut : Pasien mengalami tanda-tanda pre-shock namun masih sadar. Disini tidak

tampak adanya masalah pada Airway maupun Breathing, tetapi terdapat masalah pada Circulation. Karena itu, pasien ini dimasukan dalam prioritas ke-3. Permasalahan pada Circulation bisa muncul dalam bentuk tanda-tanda pre-shock (nadi mulai meningkat dan tensi mulai turun).

Permasalahan ini bisa timbul akibat adanya kecurigaan fraktur pada femur yang bisa menimbulkan perdarahan (karena bisa terkena arteri femoralis) atau mengganggu stabilitas pelvis sehingga bisa menimbulkan perdarahan intraabdominal. Penanganan juga harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya shock.

4. Berikutnya adalah pasien A dengan alasan berikut : Pada pasien ini tidak ada gangguan pada A (Airway), B (Breathing)

maupun C (Circulation). Hanya terjadi sedikit peningkatan pada respiration rate yaitu 24x/menit. Karena itu, pasien ini dimasukan dalam prioritas ke-4. Namun mengingat pasien dalam keadaan hamil 36 minggu, kemudian dalam pemeriksaan fisik ditemukan luka lecet di perut dan perut teraba tegang, maka perlu dipastikan kondisi janin dalam kandungan melalui pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin), USG, serta konsultasi dengan dokter spesialis obsgyn. Selama menunggu, tetap perlu dilakukan pemasangan IV line dan oksigen agar kondisi ibu tetap stabil.

5. Terakhir adalah pasien B dengan alasan berikut : Pasien ini dalam kondisi sadar, tidak ada gangguan pada A (Airway), B

(Breathing) maupun C (Circulation), maupun deformitas apapun. Karena itu kami memberi prioritas terakhir pada pasien ini. Pada pemeriksaan ditemukan luka robek di bagian kepala, ekstremitas atas dan bawah, di bagian dada dan perut, serta hematoma di pipi kanan. Fokus penanganan yang dilakukan adalah pada luka dan hematoma tersebut, yaitu dengan melakukan penjahitan (hecting) mengingat luka di kepala cukup besar, sedangkan di lokasi lainnya hanya perlu dilakukan balut tekan saja, selagi itu tetap mengecek pulsasi pasien. Apabila perlu, dapat dilakukan rontgen kepala dan ekstremitas dengan terlebih dahulu melakukan konsultasi.