86
PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus Pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah TRI HARYATI NIM : UB 150 132 JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus Pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S1) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

Fakultas Dakwah

TRI HARYATI

NIM : UB 150 132

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2019

Page 2: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

ii

Pembimbing I : Sya’roni, S.Ag, M.Pd.I

Pembimbing II : Junaidi Jauhari, S.Pd, M.Pd.I

Alamat : Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Jl.Jambi-Muara Bulian KM.16 Simp. Sei Duren Kab. Muaro Jambi 31346 telp.

(0741) 582021 Arief Rahman Hakim Telanai pura Jambi

Jambi, September 2019

Kepada Yth,

Bapak Dekan Fakultas Dakwah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di-

Jambi

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari Tri

Haryati, NIM: UB 150 132 yang berjudul:“Problematika konseling multikultural (Study

kasus pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX)”.Telah

disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.I) dalam Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

pada Fakultas Usuluddin UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan

Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Sya’roni, S.Ag, M.Pd.I Junaidi Jauhari, S.Pd, M.Pd.I

NIP.196601101987031003 NIP.197806012006041014

Page 3: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Tri Haryati

Nim : UB 150132

Jurusan/Konsentrasi : Bimbingan Penyuluhan Islam

Fakultas : Dakwah

Alamat : Sungai Gelam KM 16, RT 27

Dengan ini Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul:

Problematika Konseling Multikultural Study Kasus Pada Siswa SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX adalah benar hasil karya asli saya, kecuali

kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila

dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung

jawab sesuai dengan hokum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas Dakwah

UIN STS JAMBI, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui skripsi ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Jambi, September 2019

Penulis,

Materai 6000

Tri Haryati

UB 150132

Page 4: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

iv

Page 5: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

v

MOTTO

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan

berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Arrum,

(30):22).1

1Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Insan Madani, 2010), hlm.415

Page 6: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

vi

ABSTRAK

Pentingnya konseling multikulturalisme karena melalui bimbingan ini pribadi sosial

individu dapat belajar menyesuaikan diri, paham terhadap budaya di lingkungan yang

berbeda, dan keragaman budaya yang ada. Penelitian ini membahas tentang

Problematika Konseling Multikultural Study Kasus pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro

Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX”. Sementara itu jenis data menggunakan data primer

dan sekunder dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi. Selain itu teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data

dan verifikasi data dan dilanjutkan dengan pengecekan keabsahan data.

Hasil penelitian yaitu bentuk Problem Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.

Lintas Petaling Kebun IX diantaranya sebagai berikut : Kesulian konselor menawarkan

konseling multikultural harus benar-benar sesuai dengan budaya konseli karena realitas

lingkungan siswa yang multikultur menjadi problem bagi konselor. Kendala-kendala

dalam melaksanakan konseling multikultural yaitu : kurangnya kerjasama orangtua

terhadap siswa bermasalah dan kurangnya partisipasi antar guru dengan siswa, adanya

perbedaan budaya pada siswa yang mengharuskan guru BK memahami budaya-budaya

siswa yang berbeda-beda dan terbatasnya sarana ruangan konseling. Upaya dalam

menangani problematika multikultural dilakukan dengan cara meningkatkan

pelaksanaan konseling multikultural , meningkatkan kerjasama dengan guru, orangtua

dan memanfaatkan media dalam konseling multikultural dan memberikan bimbingan

nilai-nilai karakter berdasarkan agama.

Page 7: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Ya Allah karya tulis ini saya persembahkan kepada suamiku imamku

Herfianto yang selalu memberikan motivasi dan memperjuangkan cita-citaku.

Ayahanda Suyatno dan Ibunda Suparmi yang tercinta, tersayang dan dan atas semua

pengorbanannya. Dan juga perhatiannya serta kasih sayang Bapak mertuaku Agus

Radi dan ibu Saknah yang selalu memberikan dorongan dan do‟a. Buat kakandaku

Suhendri dan Aeni Fitri Yanti, terima kasih atas semua saran dan semangat yang

selalu diberikan. Terimakasih atas pengorbanan kalian semua. Semoga segenggam

keberhasilan ini Menjadi amal ibadah dan kesuksesan dimasa yang akan datang

Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya..Amiin…

Page 8: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga

Allah meridhoi mereka, dan para pengikutnya yang tetap istiqomah dalam mengikuti

dan memegang teguh ajarannya.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerja keras dan bantuan dari semua pihak,

untuk itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Prof. H. Su‟aidi, MA.Ph.D. Bapak Hidayat,M.Pd, serta Ibu Dr. Hj.

Fadillah, M.Pd. Selaku Wakil Rektor I, II dan III UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

3. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Sya‟roni, S.Ag, M.Pd, selaku Ketua Prodi jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

5. Bapak Sya‟roni, S.Ag, M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing I yang banyak

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.

6. Bapak Junaidi Jauhari, S.Pd, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing II yang banyak

membimbing, mengarahkan dan membantu menyusun skripsi ini dengan baik.

7. Bapak/Ibu seluruh Dosen dan segenap pegawai akademik Fakultas Dakwah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Seluruh Karyawan dan karyawati di lingkungan akademik Fakultas Dakwah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Kepala Perpustakaan dan seluruh staf di perpustkaan UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambii

10. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa di SMA Negeri 10 Muaro Jambi yang banyak

membantu untuk bekerjasama dalam memberikan informasi yang berhubungan

dengan penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Akhirnya dengan harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jambi, September 2019

TRI HARYATI

NIM : UB 150 13

Page 9: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

NOTA DINAS ....................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ORISNALITAS SKRIPSI ........................................ iii

PENGESAHAN .................................................................................................... iv

MOTTO ................................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

TRANSLITERASI……………………………………………………………... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Permasalahan ..................................................................................... 6

C. BatasanMasalah ................................................................................ 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

F. Kerangka Teori .................................................................................. 8

G. Studi Relevan ..................................................................................... 19

H. Metode Penelitian….………………................................................. 21

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A Sejarah dan Geografis SMA Negeri 10 Muaro Jambi

Jl. Lintas Petaling Kebun IX ............................................................. 29

B. Data SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling

Kebun IX .......................................................................................... 30

C. Struktur Organisasi ............................................................................ 32

Page 10: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

x

D. Keadaan Guru dan Siswa .................................................................. 33

E. Kondisi Pegawai ................................................................................ 37

F. Kondisi Fasilitas ................................................................................ 38

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Bentuk Problematika Konseling Multikultural di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Petaling Kebun IX ...................................... 41

B. Kendala-Kendala dalam Melaksanakan Konseling

Multikultural Pada Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi

Jl.Lintas Petaling Kebun IX .............................................................. 44

BAB IV UPAYA KONSELOR DALAM MENANGANI PROBLEMATIKA

KONSELING MULTIKULTURAL

A. Meningkatkan Pelaksanaan Konseling Multikultural........................... 50

B. Meningkatkan Kerjasama Dengan Guru Dan Orang Tua..................... 51

C. Memanfaatkan Media Dalam Konseling Multikultural........................ 53

D. Memberikan Bimbingan Nilai Nilai Karakter...................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 57

B. Rekomendasi ..................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

xi

TRANSLITERASI

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

ṭ ط ’ ا

ẓ ظ B ب

„ ع T ت

Gh غ Th ث

F ف J ج

Q ق ḥ ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dh ذ

N ن R ر

H ہ Z ز

W و S س

٫ ء Sh ش

Y ي ṣ ص

- - ḍ ض

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

ا A آ Ā إی I

آی U ٱ Á آو Aw

إ I وٱ Ū آی Ay

Page 12: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

xii

C.

Transliterasinya untuk ta marbutah ini ada dua macam:

1. T ’ arb ahyang mati atau mendapat harakat sukun , maka transliterasinya

adalah /h/.

Arab Indonesia

ةصلا Ṣalāh

اةمر Mir‟āh

2. Ta Marbutah hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,

maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

لتربيةوزارةا Wizāratal-Tarbiyah

لزمناةامر Mir‟ātal-zaman

3. Ta Marbutah yang berharkat tanwin maka translit adalah /tan/tin/tun.

Contoh:

Arab Indonesia

فجئة

Page 13: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia hidup dalam dunia modern pada saat ini, harus menghadapi

kondisi dimana nilai-nilai dan prilaku-prilaku yang berlaku di Negara tempat

manusia itu tinggal dan dalam beberapa hal bertentangan dengan keyakinan-

keyakinan keluarga, sahabat dan kelompok etnis mereka berasal. Ketidak

konsistenan ini sering menciptakan problem-problem psikologis dan

emosional yang menyebabkan seseorang mencari bantuan konseling. Maka

dari itu pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial dan budaya, tidak

terlepas dari dua unsur tersebut yaitu sosial dan budaya karena manusia

terlahir sebagai makhluk sosial yang berbudaya. Kebudayaan manusia

memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap, perilaku, dan sudut pandang

seseorang. Oleh karena itu manusia membutuhkan bimbingan untuk

mempercayai hal tersebut. Bimbingan ditunjukan kepada perkembangan

pribadi setiap orang baik menyangkut aspek akademik, sosial, pribadi maupun

vokasional.1

Indonesia sendiri merupakan sebuah Negara besar dengan luas

wilayahnya yang terdiri dari beribu-ribu pulau, beragam suku dan budaya,

kemajemukan agama dengan segala karakter dan wataknya. Hal inilah yang

menyebabkan bimbingan dan konseling menjadi hal yang sangat menarik

ditelingga kita tentang dunia konseling multikultural. Selain itu hal tersebut

menunjukan serta menjawab keotonoman ilmu bimbingan dan konseling

untuk menjadi sebuah disiplin ilmu. Karna objek kajian bimbingan dan

konseling memiliki perbedaan dengan disiplin ilmu lain (psikolog) yang sama-

sama objeknya adalah manusia, namun terdapat sebuah perbedaan.

Layanan bimbingan konseling sangat dibutuhkan agar siswa yang

mempunyai masalah dapat terbantu sehingga mereka dapat belajar lebih baik2.

1 Bambang Ismaya, Bimbingan dan Konseling Studi, Karir dan Keluarga, (Bandung:

Refika Aditama, 2015), 78 2 Soetjipto dan Raflis Kosasi , Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 65

Page 14: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

2

Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat Bhineka

Tunggal Ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Seperti yang dijelaskan dalam

Surat Al-Hujarat ayat 13 yaitu sebagai berikut:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal 3.

Selain dalam ayat Al-Qur’an, telah diisyaratkan oleh ajaran Islam

(Hadits) agar berdiskusi, berinteraksi, dan berkomunikasi sesuai dengan

kadar/kemampuan akal individu atau komunitas masyarakat itu sendiri, seperti

hadist yang artinya:

Al-‘Uqaili berkata: Diceritakan kepada kami ‘Ubaidillah bin Muhammad Al-

Kasyu’ri berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin

Jamil, telah menceritakan kepada kami Bakar bin Al-Syar’ud, telah

menceritakan kepada kami Yahya bin Malik bin Anas, dari ayahnya dari Al-

Zuhri dari Sa‘id bin Al-Musayyib berkata: Rasulullah SAW. bersabda: kami

para Nabi juga diperintahkan kepada kami untuk berbicara dengan orang

sesuai dengan kadar akal mereka.

Berdasarkan hadist tersebut dapat dipahami bahwa konselor sedapat

mungkin memahami kultur orang lain dan jika tidak maka itulah yang akan

menjadi hambatan dalam konseling lintas budaya atau crooss culture. Konflik

yang terjadi disebabkan oleh tidak adanya pemahaman individu terhadap

orang lain atau kelompok satu dengan kelompok lainnya. Bahkan terkadang

diikuti dengan pemaksaan atas pemahaman yang dimilikinya bagi masyarakat

lain. Ajaran Islam telah cukup jelas bagi manusia bahwa tidak berlaku

3 Q.S.Al-Hujarat (49),ayat 13

Page 15: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

3

pemaksaan bagi orang lain. Baik dari aspek aqidah/ agama maupun aspek ras,

etnis dan adat istiadat dan budaya.

Konseling adalah pelayanan bantuan untuk siswa baik secara perorangan

maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal

dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, belajar dan

karir berdasarkan norma-norma yang berlaku4. Terkait dengan layanan

bimbingan dan konseling di Indonesia, tentang tren konseling multikultural,

bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat

untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia.

Bimbingan multikultur merupakan bantuan kepada anak-anak dari

seluruh kalangan suku, agama, ras, dan budaya dalam pertumbuhan dan

perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat. Bimbingan

multikultur merupakan usaha membantu mahasiswa dari multikultur tanpa

melihat etnis, suku, agama, ras, dan budayanya khususnya untuk mereka yang

memerlukan dalam mencapai apa yang menjadi idaman kehidupannya5.

Pemahaman terhadap budaya konseli dapat memudahkan konselor dalam

berkomunikasi pada saat proses konseling. Melalui bimbingan dan konseling

pribadi sosial individu dapat belajar menyesuaikan diri, paham terhadap

budaya di lingkungan yang berbeda, dan keragaman budaya yang ada, untuk

menunjang bimbingan dan konseling lintas budaya supaya menjadi lebih

efektif.

Kesadaran budaya dan pemahaman terhadap suatu budaya merupakan hal

yang penting dalam proses konseling, karena kehidupan manusia sangat

beragam dilihat dari segi pendidikan, sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Keragaman tersebut merupakan faktor pendukung kehidupan manusia di

dalam masyarakat, namun di sisi lain keragaman tersebut dapat menjadi

problematika di dalam konseling multikultural, karena itu penting bagi

konselor untuk memiliki kesadaran terhadap keragaman budaya. Kekurangan

4 Fenti Hikmawati , Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2016), 1 5 Helmuth Y Bunu, Pemindaian Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan

Pendekatan Multikultural di SMA, Skripsi Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Palangkaraya, 2010.

Page 16: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

4

dalam pemahaman terhadap perbedaan budaya dapat menimbulkan

problematika di dalam proses konseling yang dilakukan.

Layanan dasar bimbingan konseling adalah layanan bimbingan yang

bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan prilaku efektif fan

keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu padaa tugas-tugas

perkembangan siswa6. Bimbingan dan konseling disekolah dilakukan oleh

seorang guru (konselor), guru didalam sekolah tidak hanya mentranfer

pengetahuan kepada siswa-siswa. Guru juga sebagai pelopor untuk

menciptakan orang-orang berbudaya, berbudi dan bermoral. Keefektifan

konseling bergantung pada banyak faktor yang terpenting adalah relasi satu

sama lain, dan saling mengerti antara konselor dan klien. Perbedaan budaya

yang ada di tanah air menuntut konselor perlu memahami berbagai

kebudayaan yang ada. Pentingnya multikultural bagi konselor sebagai bentuk

kesadaran bahwa konselor dan klien memiliki perbedaan budaya.7

SMA N 10 Muaro Jambi adalah salah satu lembaga sekolah Negeri yang

memiliki siswa dengan latar belakang suku yang berbeda-beda antara lain

suku Jawa, Melayu, Sunda, Batak dan Minang. Perbedaan suku dan latar

belakang siswa ini mengakibatkan berbagai perilaku dan budaya siswa yang

berbeda-beda karena siswa memiliki tatanan perilaku dari orang tua dan

lingkungan yang berbeda-beda, berdasarkan observasi penulis, terlihat siswa

yang masih memiliki budaya dan perilaku-perilaku yang erat kaitannya

dengan adat budaya yang dianutnya kurang sesuai dengan norma, etika dan

akhlak sehingga hal tersebut menjadi salah satu problem yang disebabkan oleh

perbedaan antara konselor dan konseli karena setiap budaya memiliki

pemaknaan persepsi yang berbeda atau tidak sama. Salah satu bentuk ketidak

sesuaian norma, etika dan akhlak yang dilakukan oleh siswa seperti cara

bersikap, berbicara dan bertingkah laku di sekolah yang masih mencerminkan

sikap kurang sopan. Terlihat beberapa siswa yang memiliki adat istiadat

6 Achmad Juntika Nurishan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:

Refika Aditama, 2017), 23

7Nuzliah, Counseling Multikultural, 2016 Vol 2 Hal 201

Page 17: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

5

ataupun budaya yang kurang positif dalam berbudaya, bersikap dan berakhlak

seperti cara berkomunikasi dengan konselor yang kurang sopan, bersikap cuek

kepada konselor serta kurang mengindahkan saran atau nasehat konselor, hal

ini bisa terjadi salah satu penyebabnya yaitu adanya pembiasaan atas budaya

yang telah diterapkan dalam keluarga dan lingkungannya. Latar belakang

budaya yang berbeda antara konselor dan konseli akan berdampak pada

perbedaan dan penerimaan makna dari apa yang disampaikan atau pun apa

yang ditampilkan konseli maupun konselor saat berkomunikasi.8

Selain itu, keadaan objek penelitian yaitu siswa SMA N 10 Kabupaten

Muaro Jambi belum seluruhnya terbiasa dengan budaya-budaya ataupun

perilaku, akhlak dan sikap yang mencerminkan budaya religius. Permasalahan

ini dikarenakan kurangnya keberhasilan orang tua dalam menanamkan nilai-

nilai bagi pembentukan kepribadian dan watak siswa seperti membimbing,

mendidik dan mengarahkan dengan bentuk prilaku, sikap dan tindakan yang

sesuai dengan ajaran agamanya. Masih kurangnya pengajaran, pengamalan,

dan pembiasaan serta pengalaman sehari-hari yang dialami siswa baik di

lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat mengakibatkan siswa

terbiasa bersikap, berakhlak dan melakukan perbuatan tindakan yang tidak

sesuai dengan budaya luhur atau tidak sesuai dengan norma agama. Hal ini

terjadi karena terdapat keterpaduan, konsistensi, dan sinkronisasi antara nilai-

nilai yang diterima anak dari pengajaran yang diberikan oleh orang tua dengan

dorongan untuk pengamalan nilai-nilai tersebut ke dalam bentuk sikap, akhlak,

tindakan dan perilaku nyata sehari-hari.

Selain itu berdasarkan pengamatan awal penulis di SMA N 10 Kabupaten

Muaro Jambi, masih kurangnya pembiasaan perilaku positif oleh orang tua

dan keluarga dalam kehidupan sehari-hari yang sejalan dengan nilai-nilai

agama yang diajarkan dan yang berlangsung secara terus menerus yang akan

menciptakan suatu lingkungan yang melahirkan pribadi-pribadi anak yang

utuh masih belum dilaksanakan dengan maksimal. Padahal semestinya di

8Sumber data: observasi peneliti tentang problem siswa di lokasi penelitian, SMA N 10

Kabupaten Muaro Jambi, Mei 2019

Page 18: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

6

lingkungan keluarga, anak mendapatkan iklim ataupun suasana yang religius,

akibat dari kurang kondusifnya lingkungan keluarga dan peran orang tua

sehingga menyebabkan perilaku-perilaku anak yang menyimpang seperti

adanya pergaulan bebas, kurangnya sikap sopan santun anak terhadap guru,

orang tua dan antar sesama, terbiasa berkomunikasi tidak senonoh dan

sebagainya.9 Hal ini dilakukan konseling multikultural karena untuk

mengembangkan pemahaman tentang budaya dan implikasinya bagi siswa,

sehingga siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan lebih tentang budaya

lain, tetapi juga perlu memahami proses yang kompleks dalam anggota

kelompok dan masyarakat yang membangun pandangan dunia mereka, sikap

dasar, nilai, norma, dan sebagainya.

Dari penjelasan problematika diatas, penulis berkeinginan mengetahui

dan menggali permasalahan yang dialami oleh konselor dalam pelaksanaan

konseling multikultural. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul

“Problematika Konseling Multikultural (Study kasus pada Siswa SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja bentuk problematika konseling multicultural di SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX?

2. Bagaimana penerapan konseling multikultural pada Siswa SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX?

3. Apa upaya dalam menerapkan konseling multikultural pada Siswa SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX?

C. Batasan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka penulisan ini dibatasi pada

permasalahan tentang problematika konseling multikultural antara konselor

9Sumber data: observasi peneliti tentang perilaku siswa di lokasi penelitian, SMA N 10

Kabupaten Muaro Jambi, Mei 2019

Page 19: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

7

dengan konseli berdasar perbedaan budaya difokuskan pada aspek

problematika konseling multikultural pada siswa kelas XI Jurusan IPS.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui apa saja problematika konseling multikultural antara

konselor dengan konseli berdasar perbedaan budaya yang lebih di fokuskan:

1. Ingin mengetahui bentuk problem Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi

Jl.Lintas Petaling Kebun IX.

2. Ingin mengetahui penerapan konseling multikultural pada Siswa SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.

3. Ingin mengetahui upaya dalam menerapkan konseling multikultural pada

Siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah

Guru Bimbingan Konseling (BK) dapat memperoleh hasil yang nyata

dari suatu penelitian. Mampu membantu dalam mengetahui dan

meminimalisir bahkan menghindari adanya problematika dalam layanan

konseling multikultural. Dapat diambil sebagai referensi dalam

memberikan layanan konseling multikultural yang optimal. Selain itu

manfaat penelitian ini juga dapat meningkatkan kinerja guru Bimbingan

Konseling (BK) di sekolah, terutama dalam memahami, merencanakan,

melaksanakan dan mengatasi problematika perbedaan budaya antara

konselor dan konseli dalam konseling multikultural.

2. Bagi sekolah yang digunakan untuk penelitian

Hasil penelitian ini sebagai masukan kepada sekolah untuk

menentukan kebijakan pendidikan dalam kaitannya konseling

Page 20: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

8

multikultural. Pihak sekolah menyadari pentingnya pelayanan konseling

multikultural dalam rangka meningkatkan kualitas siswa yang bagus

sehingga mutu sekolah akan meningkat, dan di masa mendatang akan

secara bersama-sama meningkatkan kualitas kegiatan Bimbingan

Konseling (BK).

3. Bagi Peneliti Sendiri

Peneliti diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan

pengetahuan tentang layanan konseling multikultural.

4. Bagi Jurusan BPI

Sebagai referensi dan pengembangan pengetahuan tentang konseling

multikultural bagi jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam sehingga dapat

dijadikan acuan agar permasalahan-permasalahan yang terjadi bisa diatasi

dengan pemahaman yang lebih baik dan menambah wawasan agar dapat

mencetak tenaga konselor yang profesional.

F. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Multikultural

Multikulturalisme adalah keragaman dalam tema kebudayaan10.

Multikuluralisme sebagai sebuah pandangan yang mengakui adanya

perbedaan kelompok individu, memperkecil adanya perbedaan dalam

kelompok, serta melihat dunia dengan berbagai aneka ragam budaya yang

diciptakan masyarakat sehingga menjadi sebuah keunikan dan kekayaan bagi

kehidupan individu.

Suatu masalah yang berkaitan dengan lintas budaya atau multikultural

bahwa orang mengartikannya secara berlainan yang mempersulit untuk

mengetahui maknanya sehingga diartikan beragam dan berbeda-beda

sebagaimana keragaman dan perbedaan budaya yang memberi arti11.

Sebagai istilah deskriptif, biasanya mengacu pada fakta sederhana terkait

dengan keragaman budaya yang diterapkan pada demografi dari tempat

tertentu, pada tingkat organisasi, misalnya, sekolah, bisnis, lingkungan, kota,

10 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran,(Jakarta: GP Pres, 2013), 169 11 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: GP Pres, 2013), 169

Page 21: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

9

atau bangsa dan secara normatif multikulturalisme adalah masyarakat merasa

nyaman dengan jalinan yang kaya aspek-aspek kehidupan manusia dengan

keinginan individu-individu untuk mengekspresikan identitas mereka sendiri

dengan cara yang mereka inginkan. Multikulturalisme merupakan pengakuan

pluralisme budaya yang menumbuhkan kepedulian untuk mengupayakan agar

kelompok-kelompok minoritas terintegrasi ke dalam masyarakat dan

masyarakat mengakomodasi perbedaan budaya kelompok-kelompok minoritas

agar kekhasan identitas mereka diakui.

Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang memiliki

berbagai perbedaan perbedaan dalam aspek agama, suku, ras, etnis, adat

istiadat, dan mendiami berbagai wilayah12. Jadi dari berbagai pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa multikuluralisme adalah sebuah pandangan yang

mengakui adanya perbedaan kelompok individu, memperkecil stereotyp dalam

kelompok, serta melihat dunia dengan berbagai aneka ragam budaya yang

diciptakan masyarakat sehingga menjadi sebuah keunikan dan kekayaan bagi

kehidupan individu. Multikultural memiliki berbagai aspek yang menjadi isi

dan sudut ragam keunikan multikultural itu sendiri. Allen E Ivey

mendeskripsikan ragam aspek isu multikultural dalam bentuk sebuah kubus

yang dinamakannya the multikultural cube.

Pada kubus tersebut ada 3 sisi yaitu: locus, multikultural issue, dan level

of cultural identity development. Permasalahan Individu merupakan kombinasi

dari keseluruhan aspek isu multikultural yaitu terkait dengan bahasa, gender,

suku/ras, agama/keyakinan, orientasi kasih sayang, usia, masalah fisik, situasi

sosial ekonomi dan trauma. Permasalahan-permasalahan tersebut terjadi pada

individu yang mungkin berasal dari pengaruh keluarga, kelompok, masyarakat

atau Negara, karena seperti sudah dijelaskan diatas bahwa cara pandangan

individu dipengaruhi oleh lingkungan atau budaya tempat individu tumbuh

dan berkembang, yang mana sisi ini terletak pada sisi kiri kubus. Selanjutnya

pada sisi kanan kubus merupakan identitas budaya pengembangan diri

12 Faizah, Konseling Islam dalam Mayarakat Multikultural, Dosen Fakultas Ushuluddin,

Adab dan Dakwah IAIN Kendari, Vol 1 No.1, Desember 2015

Page 22: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

10

merupakan perkembangan kognitif, emosional, dan perilaku dan ekspansi

melalui tahap diidentifikasi dan diukur atau tingkat kesadaran:

a. Kenaifan dan kesadaran tertanam diri sebagai makhluk budaya

b. Realitas dan isu-isu budaya

c. Penamaan masalah budaya

d. Refleksi tentang makna diri sebagai makhluk budaya

e. Internalisasi dan berpikir multiperspektif tentang self-in-system

(individu dalam sebuah sistem).

2. Hakekat Konseling Multikultural

Menurut Prayitno konseling adalah pemberian bantuan oleh

profesional kepada individu atau kelompok untuk pengembangan kehidupan

efektif sehari-hari (KES) dan penanganan kehidupan efektif sehari-hari yang

terganggu (KES-T) dengan menggunakan berbagai layanan dan kegiatan

pendukung melalui proses pembelajaran13. Konseling adalah proses bantuan

yang diberikan seorang konselor kepada klien dengan wawancara agar klien

tersebut mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan-

kemampuan yang dimiliki14.

Kompleksitas dunia selalu berubah, sehingga mengiring individu

dalam berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupannya. Seorang konselor

bekerja dengan memahami cerita dari berbagai dampak yang terjadi terkait

pelecehan pribadi dan masalah-masalah yang dialami klien, maka sudah

tanggung jawab konselor untuk membantu klien tersebut mencari pemecahan

terhadap permasalahan klien. Hubungan seseorang dengan pemahaman

budaya memiliki pengaruh besar terhadap pada cara pandang hidup orang

tersebut dalam memandang dunia dan memahami apa artinya sebagai

manusia. Sebagai salah satu bidang profesional dalam masyarakat

multikultural, maka sebagai konselor memiliki kewajiban untuk menjadi lebih

13 Prayitno, Konseling Integritas, (Padang: UNP, 2013) hlm 85. 14 Kompri, Managemen Sekolah Teori dan Praktek, (Bandung: Al-Fabeta, 2014), 119

Page 23: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

11

sadar akan cara budaya mempengaruhi individu dan bagaimana individu

mempengaruhi budaya bersama-sama dengan sesama manusia, oleh karena itu

sebagai pengerak profesi konseling multikultural perlu mengembangkan

pemahaman tentang budaya dan implikasinya bagi konseling.

Orientasi bimbingan konseling saat ini bersifat amat klinis, artinya

banyak melayani para siswa yang bermasalah dan mengabaikan siswa normal,

potensial dan tidak bermasalah15. Menjadi seorang konselor multikultural

tidak hanya mendapatkan pengetahuan lebih tentang budaya lain, tetapi juga

perlu memahami proses yang kompleks dalam anggota kelompok dan

masyarakat yang membangun pandangan dunia mereka, sikap dasar, nilai,

norma, dan sebagainya konseling multikultural, terkadang digunakan juga

istilah konseling lintas budaya, ialah proses bantuan kemanusiaan pribadi yang

memperhatikan bekerjanya faktor budaya dan bagaimana menjadikan faktor

budaya ini untuk kelancaran proses bantuan dan untuk keberhasilan dalam

pencapaian tujuannya, yaitu memajukan perkembangan kepribadian individu.

Bimbingan konseling karakter merupakan bimbingan individu atau

kelompok didalam masalah-masalah prilaku sosial pribadi yang

menyimpang.16 Komponen penting yaitu klien dan konselor dengan latar

belakang budayanya masing-masing klien dengan konselor tersebut akan

mempengaruhi konsep dasar, strategi, teknik, dan sebagainya dalam

konseling. Disamping itu lingkungan dimana konseling dilakukan suatu

pelayanan konseling tidak akan efektif jika tidak memperhatikan budaya klien.

Bimbingan konseling berlangsung dalam hubungan antar pribadi

antara konselor dan klien. Untuk keberhasilan layanan bantuannya konselor

perlu memiliki kepekaan dan kesadaran akan adanya perbedaan budaya antara

dirinya dan kliennya. Dalam hal ini konseling multikultural terkadang istilah

tersebut sama artinya dengan konseling lintas budaya, ialah proses bantuan

15 Sofyan S. Willis, Kapita Selekta Bimbingan dan Konseling, (Bandung:Al-Fabeta,

2015), 15 16Bambang Ismaya, Bimbingan dan Konseling Studi, Karir dan Keluarga,

(Bandung: Refika Aditama, 2015), 9

Page 24: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

12

kemanusiaan pribadi yang memperhatikan bekerjanya faktor budaya dan

bagaimana menjadikan faktor budaya ini untuk kelancaran proses bantuan

untuk keberhasilan dalam pencapaian tujuan, yaitu memajukan perkembangan

kepribadian individu. Konseling multikultural sebagai bidang praktik yang

menekankan pentingnya dan keunikan (kekhasan) individu, mengaku bahwa

konselor membawa nilai-nilai pribadi yang berasal dari lingkungan

kebudayaan nya ke dalam setting konseling, dan selanjutnya mengakui bahwa

klien-klien yang berasal dari kelompok ras dan suku minoritas membawa

nilai-nilai dan sikap yang mencerminkan latar belakang budaya mereka.

Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang dimana

yang seorang yaitu klien yang dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri

secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan17. Konseling lintas

budaya merupakan sebuah hubungan konseling yang dimana ada dua peserta

atau lebih memiliki perbedaan sehubungan dengan latar belakang budaya,

nilai-nilai dan gaya hidup, selain dari definisi tersebut juga termasuk

didalamnya situasi dimana klien dan konselor adalah individu minoritas dan

mewakili kelompok minoritas tersebut, perbedaan dalam konseling

multikultural merupakan hasil dari sosialisasi lewat cara kultural yang unik,

kejadian-kejadian hidup yang traumatis maupun yang menghasilkan

perkembagan atau produk dari dibesarkan dalam lingkungan etnik tertentu.

Pelaksanaan konseling multikultural atau lintas budaya terlibat

konselor dan konseli yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda,

oleh karena itu konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan

melepaskan diri dari bias-bias budaya18. Konseling multikultural merupakan

bantuan kepada anak-anak dari seluruh kalangan suku, agama, ras dan budaya

dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang

sehat. Bimbingan multikultur merupakan usaha membantu siswa dari

multikultur tanpa melihat etnis, suku, agama, ras dan budaya khusunya untuk

17 Dede Rahmat Hidayat, Konseling di Sekolah Pendekatan-Pendekatan Konteporer,

(Jakarta:Prenanda Media Group, 2018), 2 18 Mamat, Suprianta, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar

Pengembangan Profesi Konselor, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014),173

Page 25: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

13

mereka yang memerlukan dalam mencapai apa yang menjadi idaman

kehidupannya. Bimbingan multikultur dapat diartikan sebagai nasehat (to

obtain counsel) bagi siswa dari multikultur untuk berbuat baik kepada dirinya

dan orang lain, anjuran (to give counsel) bagi siswa dari multikultur untuk

melakukan sesuatu demi keberhasilan pendidikan dan pembicaraan (to take

counsel) tentang hal yang baik dan buruk yang diberikan kepada siswa dari

multikultur berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah.

Analisis peneliti bahwa pentingnya kesadaran budaya dan pemahaman

terhadap suatu budaya merupakan hal yang penting dalam proses konseling,

karena kehidupan manusia sangat beragam dilihat dari segi pendidikan, sosial,

ekonomi, budayanya, oleh karena itu penting bagi konselor untuk memiliki

kesadaran terhadap keragaman budaya karena kekurangan dalam pemahaman

terhadap perbedaan budaya dapat menimbulkan problematika di dalam proses

konseling yang dilakukan.

3. Tujuan Konseling Multikultural

Layanan bimbingan konseling harus bertolak dari masalah yang

sedang di hadapi oleh klien, konselor hendaknya tidak terperangkap dalam

masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien.19 Bimbingan

multikultural diartikan sebagai upaya menunjukan jalan memimpin,

menuntun, memberi petunjuk, mengatur mengarahkan dan memberi

nasehat kepada siswa dari multikultural. Karakteristik multikultural

diantaranya:

a. Mempunyai struktur budaya lebih dari satu

b. Nilai dasar yang merupakan kesepakatan bersama sulit berkembang

c. Sering terjadi konflik sosial yang berbau SARA

d. Struktur sosialnya lebih bersifat non komplementer

e. Proses integrasi yang terjadi berlangsung secara lambat

f. Sering terjadi dominasi ekonomi, politik, dan sosial budaya20

Tujuan Konseling Multikultural bagi siswa adalah sebagai berikut:

19 Soetjipto dan Kosasi, Raflis, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),82 20Faizah, Konseling Islam dalam Mayarakat Multikultural, Dosen Fakultas

Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kendari, Vol 1 No.1, Desember 2015

Page 26: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

14

a. Membantu klien agar mampu mengembangkan potensi-potensi yang di

miliki memberdayakan diri secara optimal.

b. Membantu klien multikultural agar mampu memecahkan masalah yang

dihadapi, mengadakan penyesuaian diri, serta merasakan kebahagiaan

hidup sesuai dengan budayanya.

c. Membantu klien agar dapat hidup bersama dalam masyarakat

multikultural.

d. Memperkenalkan, mempelajari kepada klien akan nilai-nilai budaya

lain untuk di jadikan revisi dalam membuat perencanaan, pilihan,

keputusan hidup kedepan yang lebih baik.21

Konseling dalam konteks multikultur merupakan pemberian nasehat,

pemberian anjuran dan pemberian masukan antara konselor dan konseli

dalam satu permasalahan yang dihadapi konseli tanpa memandang suku,

agama, ras, budaya, umur, jenis kelamin agar dapat memecahkan masalah

yang sedang dihadapi. Konselor yang bekerja di sekolah dengan siswa dari

multikultur berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai atau

cocok dengan kebutuhan klien tersebut dalam hubungannya dengan

keseluruhan program, agar supaya individu dapat mempelajari lebih baik

tentang dirinya untuk memperoleh tujuan hidup yang lebih realistis,

sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan

lebih produktif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mensintesis bahwa

bimbingan konseling multikultural merupakan proses komunikasi,

interaksi, saling berhubungan antara siswa dan guru (dalam lingkungan

sekolah), karena adanya perbedaan etnis, suku, agama, ras dan budaya

yang mengharuskan satu individu dengan individu lainya untuk saling

memahami, mengerti dan menghargai serta memberikan pemahaman

tentang perbedaan-perbedaan budaya sehingga bisa menjadi individu yang

mampu berinteraksi dengan sesama dilingkunganya.

21 Sue, Arredoube,& MC Daris, Multicultural Counseling Cpmpetencies and Standards :

A call to the Proffesion Jurnal of Muticultural Counseling & Devolopment,20(2),hlm 64-89

Page 27: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

15

4. Isu-isu dalam Konseling Multikultural

Menurut Gladding ada beberapa isu-isu dalam konseling multikultural

diantaranya sebagai berkut:

a. Pengetahuan akan cara pandang klien yang berbeda budaya

b. Kepekaan terhadap cara pandang pribadi seseorang dan bagaimana

seseorang merupakan hasil dari sebuah pengkondisian budaya

c. Keahlian yang diperlukan bekerja dengan klien yang berbeda budaya

d. Konselor yang memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang sistem

budaya biasanya akan lebih ahli dalam membantu anggota dari

kelompok budaya tertentu. Sehingga konselor tersebut berbagi cara

pandang yang sama dengan klien, membuat intervensi yang lebih baik

dan pantas, namun tetap mempertahankan integritas personal.

e. Perkembangan dan penggunaan teori-teori konseling hal ini untuk

mengatasi bias kultur. Itulah beberapa isu yang berkembang dalam

konseling lintas budaya yang mana hal ini menjadi hal yang sangat

perlu diperhatikan agar permasalahan-permasalahan yang terjadi bisa

diatasi dengan pemahaman yang lebih baik dengan terus berlatih dan

menambah wawasan agar menjadi tenaga konselor yang profesional.22

Masyarakat terdiri dari kumpulan individu dan keluarga yang

beraneka ragam aspiral dan budayanya masing-masing. Sebab itu sangat

diperlukan adanya landasan ideologi Negara yang memberikan arah ke

masyarakat akan dibawa kemana23. Sekolah dengan siswa dari multikultur

di dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling, menugaskan

konselor yang mampu bekerja secara profesional dengan memperhatikan

secara cermat keragaman siswanya.

22 Sue, Arredoube,& MC Daris, Multicultural Counseling Cpmpetencies and Standards :

A call to the Proffesion Jurnal of Muticultural Counseling & Devolopment,20 (2), hlm 64-89

23 Sofyan S.Willis, Kapita Selekta Bimbingan dan Konseling, (Bandung:Al-Fabeta,

2015), 113

Page 28: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

16

5. Konselor dalam Konseling Multikultural

Empati adalah kondisi mental yang membuat seseorang merasa dirinya

dalam perasaan yang sama dengan orang lain24. Empati merupakan salah

satu sikap kunci yang harus ada dalam diri seorang konselor, karena

dengan memiliki sikap empati konselor akan bisa memahami cara pandang

dalam melihat dunianya, hal ini sejalan dengan pendapat Ivey menyatakan

bahwa dengan memiliki dan mengembangkan rasa empati pada diri

konselor akan mengambarkan cara melihat dunia melalui mata orang lain,

mendengar seperti bisa mendengar, dan merasakan serta mengalami dunia

internal mereka, namun sikap konselor tidak boleh larut dan bisa memiliki

pandangan yang jujur, dan keyakinan sendiri yang berpijak pada nilai-nilai

kebenaran.

Menurut Sue ada 3 hal yang harus dimiliki konselor sesuai dengan The

professional Standards Committee of the Association for Multikultural

Counseling and Development (AMCD) yang dimana sebagai dasar yang

telah menghasilkan kompetensi dasar dan standar multikultural yaitu:

Attitudes dan Belief, Knowledge, Skill25.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan konselor memiliki

kompetensi dasar tersebut adalah:

a. Counselor awareness of own cultural values and beliefs.

b. Memiliki rasa empati dengan orang-orang yang berbeda latar belakang,

namun ada tetap harus memiliki kesadaran sendiri terhadap nilai dan

kepercayaan yang ada pada diri sendiri (konselor) yaitu pada nilai-nilai

kebenaran

c. Counselor awareness of client worldview. Untuk bisa melihat dan

memahami dunia klien adalah banyak membaca dan belajar tentang

berbagai budaya agar bisa memahami apa yang dipahami klien tentang

dunianya.

24 Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Agung Media

Mulia, 2012), 184 25Sue, Arredoude, & MC daris, (Multucultural Counseling Competencies and Standards:

A call to the Proffesion. Journal of Multicultural Counseling & Devolopment., 20 (2), hlm 64- 89.

Page 29: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

17

d. Culturally appropriate intervention strategies. Konselor juga perlu

banyak membaca, belajar, dan berlatih dari berbagai buku dan teknik

serta strategi bagaimana mengintervensi budaya dengan cara yang

sesuai.

6. Konsep Islam dalam Konseling Multikultural

Bimbingan konseling dalam Islam merupakan serapan dari kata

konseling secara umum yakni bimbingan konseling yang teori-teorinya

berdasarkan pemikiran manusia melalui hasil eksperimen sedang

Bimbingan konseling Islam adalah juga hasil karya manusia namun

berlandaskan kepada kitab suci (Al-Qur’an dan Hadits)26. Sebagai suatu

bidang ilmu yang berdiri sendiri bimbingan konseling kelahiran atau

kemunculannya jauh lebih awal dari bimbingan konseling Islam.

Secara historical Islam telah mencatat banyak hal dalam persoalan

kemajemukan atau masyarakat multikultural. Paling tidak Piagam

Madinah salah satu acuan umat Islam dalam berinteraksi secara damai

ditengah-tengah masyarakat yang multikultural. Banyak orang

beranggapan bahwa masyarakat multikultural hanya ada masa kini akibat

perkembangan ilmu dan teknologi, yang sebenarnya masyarakat

multikultural telah menjadi fenomena di masa sebelum agama Islam

datang. Kemudian ajaran Islamlah yang telah membongkar skat-skat

syu’biyah (fanatisme kesukuan), melihat strata sosial, dan sebagainya,

sehingga realita multikultural hari ini bukanlah hal yang baru dan oleh

karena itu perlu dipahami bahwa Islam dapat menerima segala bentuk

perbedaan itu.

7. Metode Konseling Multikultural

Konseling multikultural berkontribusi dalam memberikan layanan

konseling yang lebih akurat. Karena secara konvensional, dalam melayani

konseling kita lebih fokus pada masalah dan kebutuhan klien, namun

dengan mempertimbangkan implementasi konseling multikultural, layanan

26 Faizah, Konseling Islam dalam Mayarakat Multikultural, Dosen Fakultas Ushuluddin,

Adab dan Dakwah IAIN Kendari, Vol 1 No.1, Desember 2015

Page 30: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

18

konseling perlu mengetahuinya jati diri klien, pribadi, suku, ras, agama,

budaya, jenis kelamin, status sosial ekonomi, lingkungan tempat tinggal

dan sebagainya. Dengan memperhatikan realistis sosial budaya yang

melingkupi kehidupan klien, insya’ Allah konselor bisa memberikan

layanan konseling yang akurat dan memuaskan.

Ada 10 faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas layanan

konseling multikultural, yaitu (1) Identitas agama, (2) Latar belakang

ekonomi, (3) Identitas seksual, (4) Kematangan psikologis, (5) Identitas

etnik-ras dan kultur, (6) Tantangan selama pertumbuhan dan

perkembangan (kronologis), (7) Trauma dan Ancaman lainnya terhadap

diri konseli, (8) Sejarah dan dinamika keluarga, (9) Karakteristik fisik

yang unik, dan (10) Lokasi tempat tinggal dan perbedaan bahasa. Jika

konselor memperhatikan faktor-faktor ini, akan sangat terbantu pada saat

awal-awal membangun rapport dan proses konseling selanjutnya, sehingga

konseling bisa berlangsung lancar dan terarah serta memiliki kualitas

layanan yang terbaik, yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan

baik terhadap klien maupun konselor.

Untuk menjamin kelancaran dan kesuksesan praktek konseling

multikultural, ada sejumlah langkah yang harus dilakukan, yaitu (1)

mendefinisikan konseling multikultural, dengan mengidentifikasi dan

menghargai perbedaan antara konselor dan klien, (2) mengidentifikasi

perbedaan budaya, dengan mengetahui gaya berekspresi konseli untuk

hindari misunderstanding, (3) memahami dan menunjuk issu konseling

multikultural, sehingga intervensinya sensitif secara kultural, (4)

memainkan peran diri konselor dalam konseling multikultural untuk

menjamin efektivitas konseling, dan (5) pendidikan terus menerus

dikehendaki dalam konseling multikultural, karena dinamika persoalan

terus berubah.

Untuk memberikan layanan konseling multikultural yang terbaik

sangat dibutuhkan konselor profesional yang memiliki kompetensi secara

kultural. ada tiga karakteristik, (1) Kesadaran akan dirinya, nilai, dan bias,

Page 31: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

19

(2) Memahami pandangan klien yang berbeda secara kultural, dan (3)

Mampu mengembangkan strategi dan teknik interventi yang sesuai.

Dengan begitu ada tiga kata kunci, yaitu konselor, klien, dan strategi.

Semuanya bertumpu pada konselor, sejauh mana konselor secara kreatif

bisa wujudkan layanan konseling multikultural yang efektif. Efektivitas

layanan konseling multikultural sangat menentukan keberhasilan, sehingga

utamanya memuaskan konseling.

G. Studi Relevan

Hasil penelitin terdahulu yang dijadikan acuan peneliti karena hasil

penelitian tersebut memiliki persamaan ataupun berbedaan dengan hasil

penelitian yang dilakukan. Adapun hasil penelitian terdahulu diantaranya:

1. Hasil penelitian Helmuth Y Bunu mahasiswa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Palangkaraya Tentang Pelaksanaan

Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Multikultural

di SMA, hasil penelitian menjelaskan bahwa secara umum proses

pelaksanaan Bimbingan Konseling dengan pendekatan multikultur di

SMA N 1 Palangkaraya yang dilaksanakan dapat berjalan dengan

efektif. Secara rinci dapat disimpulkan tujuan layanan konseling

multikultur adalah memberikan bantuan kepada siswa yang berlatar

belakang multikultur untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan

baik. Jenis-jenis layanan konseling yang diberikan kepada siswa

multikultur antara lain membantu pribadi mengatasi masalah,

merangsang klien mengembangkan perilaku santun, membantu

mengatasi kecemasan atau konflik, dan lain-lain. Karakteristik khusus

layanan konseling yang diterapkan yaitu dengan memberikan layanan

konseling individual dengan memperhatikan secara seksama perbedaan

etnis, agama, dan budaya tiap-tiap siswa. Layanan konseling

multikultur telah memanfaatkan secara maksimal berbagai media

konseling yang ada. Adapun persamaan karya tulis Helmuth dengan

karya tulis penulis ini adalah sama sama meneliti mengenai konseling

Page 32: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

20

multikultural sedangkan perbedaannya adalah objek penelitian dan

tempat penelitian .27

2. Hasil penelitian Lilam Kadarin Nuriyanto dengan judul Bimbingan

Konseling Melalui Pendidikan Multikultural Terhadap Anak-Anak dan

Remaja dalam Penanggulangan Paham Radikalisme, hasil penelitian

menjelaskan bahwa bentuk-bentuk penanggulangan fenomena

radikalisme dikalangan anak-anak adalah dengan mengajak mereka

untuk berkumpul besama dalam sebuah wadah komunitas lintas

agama. Peran pendidikan konseling mulitikultural dalam

penanggulangan paham radikalisme di kalangan anak-anak dan remaja

merupakan hal yang sangat penting karena mereka adalah generasi

penerus bangsa. Apabila jiwa mudah untuk memahami dan mengerti

dengan segala perbedaan yang ada disekitarnya bila dilatih sejak usia

dini dan remaja maka akan menghasilkan generasi yang kuat dalam

berwawasan kerukunan, karena kerukunan merupakan modal utama

dalam pencapaian kehidupan yang damai berdampingan, sehingga

pembangunan sebuah negara bisa berjalan dengan lancar tanpa ada

faktor gangguan dari in-harmonisasi dalam Negeri. Adapun persamaan

penelitian penulis dengan penelitian ini adalah sama sama mengenai

konseling hanya saja perbedaannya penulis melakukan penelitian lebih

lebar lagi dengan membahas mengenai konseling multikultural

sedangkan karya tulis ini mengabil lebih spesifik lagi yaitu mengenai

radikalisme.28

3. Hasil penelitian Ali Rahmatni, dengan judul Peran Pendidikan

Konseling Multikultural Terhadap Siswa. Hasil penelitian yaitu

keadaan bangsa Indonesia yang beraneka ragam, karena tidak

mengenyampingkan perbedaan dan bahkan mengakui adanya

27Helmuth Y Bunu, Pemindahan Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan

Pendekatan Multikultural di SMA, Skripsi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Palangkaraya, 2015 28Lilam Kadarin Nuriyanto, Bimbingan Konseling Melalui Pendidikan Multikultural

Terhadap Anak-Anak dan Remaja dalam Penanggulangan Paham Radiklisme, Balai Penelitian

dan Pengembangan Agama Semarang, Jawa Tengah, Indonesi, Vol. 5, No. 1, Juni 2014

Page 33: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

21

perbedaan serta memerima nilai-nilai kebudayaan yang beraneka

ragam. Konseling multikultural sangat diperlukan dalam

mensosialisasikan pendidikan multikultural. Dalam hal ini pihak

sekolah melalui bagian pendidikan konseling multikultural sangat

menentukan dalam membentuk pribadi siswa yang multikultur. Oleh

sebab itu konseling multikultural harusnya mampu menunjukan

peran lebih dalam upaya mengembangkan pendidikan multikultural di

instansi-instansi pendidikan. Konseling multikultural merupakan

proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada

seseorang atau individu, baik anak-anak dan remaja, atau orang dewasa

yang mempunyai tujuan utama dimana agar orang yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri

dengan memanfaatkan kekuatan individu serta sarana yang ada, dan

dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Persamaan karya tulis penulis dengan penelitian yang dilakukan ali

adalah sama sama membahas mengenai peran konseling multikultural

adapun perbedaan dari penelitian ini adalah penulis membahas kendala

dan upaya yang di hadapi dalam penerapan konseling multikultural

sedangkan karya tulis ali hanya membahas peran dari konseling

multikultural.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian yang berjudul Problematika Konseling

Multikultural antara konselor dan konseli berdasarkan perbedaan budaya

di SMA N 10 Muaro Jambi menggunakan jenis kualitatif deskriptif.

Metode ini menjadi bahan data yang nantinya dapat diolah sesuai dengan

permasalahan yang telah diteliti. Strategi kualitatif deskriptif ini

bermaksud untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai sebuah

fenomena maupun kenyataan yang ada di masyarakat, dengan jalan

Page 34: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

22

mendeskripsikan beberapa variabel yang ada yang berkenaan dengan

masalah ataupun fenomena yang diteliti29.

Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas maka alasan

menggunakan penelitian kualitatif deskriptif adalah ingin mengungkapkan

fenomena atau keadaan tertentu sebagaimana apa adanya sehingga

mengungkap fakta tentang problematika dalam konseling multikultural

antara konselor dengan konseli berdasar perbedaan budaya. Data yang

diambil berasal dari catatan observasi yang dilakukan di lapangan dan

wawancara dengan konselor sekolah di SMA N 10 Muaro Jambi.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian menjadi kunci dalam penelitian, karena subyek

penelitian inilah yang memberikan informasi-informasi terkait

permasalahan yang akan diteliti. Subyek penelitian adalah benda, hal,

orang dan tempat variabel penelitian melekat. Subyek dalam penelitian ini

adalah guru Bimbingan Konseling (BK) yang pernah melakukan konseling

multikultural dan guru Bimbingan Konseling (BK) yang memiliki

perbedaan budaya dengan konseli sebagai informannya sehingga akan

tercapai tujuan penelitian ini. Selanjutnya informan kunci (key informan)

dalam penelitian ini di tentukan berdasarkan pertimbangan bahwa,

informan kunci adalah orang yang pernah melakukan konseling

multikultural dengan (subyek) sehingga merasakan apa saja yang menjadi

problem saat proses konseling berlangsung, yaitu siswa (konseli).

3. Data dan Sumber Data Penelitian

Data adalah segala fakta yang dapat dijadikan bahan untuk

menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan

data yang dipakai untuk keperluan tertentu. Dari ungkapan diatas dapat

disimpulkan bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

fakta yang dapat diolah menjadi informasi untuk menjawab pertanyaan

29 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interasi Educatif (Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologi), (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), 55-59

Page 35: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

23

penelitian. Sumber data yaitu subyek dari mana data daat diperoleh, ada

tiga kelarifikasi sumber data, yaitu: Person (sumber data yang dapat

berupa orang), dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah

konselor sekolah atau guru Bimbingan Konseling (BK) yaitu Edward H.

Simanjuntak,S.Pd dan Sandi Adityo,S.Pd. Place (sumber data yang berupa

tempat) dan Paper (sumber data berupa simbol).

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pada penelitian ini

pengumpulan data dilakukan dengan metode:

a. Wawancara

Wawancara merupakan proses komunikasi antar seseorang

untuk mendapatkan informasi yang diinginkan oleh pewawancara.

Lebih jelas lagi adalah percakapan yang dilakukan dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewer) yang memberi jawaban atas pertanyaan

itu30. Wawancara terbuka adalah wawancara yang pertanyaannya

tidak terbatas jawabannya. Karakteristik dari wawancara terbuka

adalah peneliti dan yang diteliti sama-sama mengetahui tujuan

wawancara yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan

wawancara terbuka dengan menggunakan wawancara terbuka

diharapkan peneliti memperoleh informasi yang diinginkan.

Peneliti melakukan wawancara langsung dengan responden

penelitian yaitu siswa dan guru BK untuk memperoleh informasi

tentang problematika konseling multikultural pada siswa SMA N

10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.

b. Observasi

30 Iskandar, Metode Penelitian Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta: Gaung

Persada Pers, 2008), 177

Page 36: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

24

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi langsung. Dalam observasi langsung ini peneliti

mengadakan pengamatan terhadap proses yang terjadi dalam

situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.

Peneliti menggunakan observasi langsung disebabkan karena

peneliti ingin mendapatkan data yang sebenar-benarnya dan

didapat melalui pengamatan peneliti sendiri tanpa menggunakan

alat bantu untuk mengamati. Observasi dalam penelitian ini

dilakukan sebelum penelitian (pra observasi) untuk mengetahui

permasalahan dan ketika mengadakan penelitian atau riset.

Observasi di lakukan kepada siswa dan guru BK sehingga

diperoleh informasi tentang problematika konseling multikultural

pada siswa SMA N 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan

sebagai penguatan data observasi dan wawancara, karena

dokumentasi adalah satu kesatuan dengan data observasi dan

wawancara yang dilakukan sebelumnya.31 Dalam penelitian ini

penulis melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi dari

dokumen-dokumen resmi. Instrumen dokumentasi di gunakan

untuk mencari dan menyajikan data data bentuk dokumen seperti

foto kegiatan siswa dalam melakukan kegiatan konseling

multikultural, kegiatan guru melakukan konseling multikultural

dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan data siswa

sebagai responden.

31 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskripstif Kualitatif, (Jakarta: GP Pres Group,

2013),119

Page 37: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

25

5. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yaitu analisis data model interaktif yaitu komponen-komponen pada

metode ini saling berinteraksi sampai didapat kesimpulan yang benar.

Metode analisis data interaktif terdiri dari :

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama

proses penelitian. Pada tahap ini setelah data dipilih sesuai dengan fokus

dan masalah penelitian. kemudian disederhanakan, data yang tidak

diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penyajian serta untuk

menarik kesimpulan sementara. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam

analisis ini yaitu:

a) Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari

sembilan hubungan semantik yang tersedia.

b) Menyiapkan lembar analisis.

c) Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir,

untuk memulainya.

d) Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan

hubungan semantik dari catatan lapangan.

e) Mengulangi usaha pencarian sampai semua hubungan semantik

habis.

f) Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasi).

b. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Adapun bentuk yang lazim digunakan pada data kualitatif

Page 38: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

26

terdahulu adalah dalam bentuk teks naratif. Analisis ini dilakukan dengan

cara:

a) Memilih salah satu domain untuk dianalisis.

b) Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang

digunakan untuk domain itu.

c) Mencari tambahan istilah bagian.

d) Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat

dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang

dianalisis.

e) Membentuk taksonomi sementara.

f) Mengadakan wawancara terfokus untuk mengecek analisis yang

telah dilakukan.

g) Membangun taksonomi secara lengkap

c. Verifikasi / Kesimpulan

Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai makna dari data

yang dikumpulkan. Dari data tersebut akan diperoleh kesimpulan yang

tentatif, kabur, kaku dan meragukan sehingga kesimpulan tersebut perlu

diferifikasi. Verifikasi dilakukan dengan melihat kembali reduksi data

maupun display data sehingga kesimpulan yang diambil tidak

menyimpang dari data yang dianalisis. Ada beberapa langkah dalam

analisi ini yaitu:

a) Memilih domain yang akan dianalisis

b) Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah ditemukan

c) Menyiapkan lembar paradigm

d) Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua nilai

e) Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu

f) Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada

Page 39: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

27

g) Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data

h) Menyiapkan paradigma lengkap.

d. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data atau kebenaran data penelitian dalam penelitian ini

menggunakan uji triangulasi32. Triangulasi sumber peneliti

membandingkan data yang diperoleh dalam penelitian antara sumber yang

satu dengan sumber lainnya untuk mendapatkan keabsahan data dalam

penelitian. Triangulasi Metode peneliti membandingkan temuan data yang

diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu (seperti catatan

lapangan yang dibuat selama melakukan observasi) dengan data yang

diperoleh dengan menggunakan metode lain (wawancara). Hal ini dapat

dicapai dengan jalan membandingkan data hasil wawancara dengan suatu

dokumen. Tringulasi merupakan penggunaan berbagai metode yang saling

melengkapi. Tringulasi dilakukan untuk mengkonfirmasikan data yang

diperoleh peneliti yang pada giliranya menjaga atau meningkatkan

keterpercayaan temuan penelitian. Triangulasi dibedakan menjadi 4 yaitu:

a) Triangulasi sumber digunakan variasi sumber-sumber data yang

berbeda.

b) Triangulasi peneliti digunakan bebapa peneliti atau elevator yang

berbeda.

c) Triangulasi teori digunakan beberapa perspektif yang berbeda

untuk menginterpretasikan data yang sama.

d) Triangulasi metode digunakan beberapa metode yang berbeda

untuk meneliti suatu hal yang sama.

Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber dalam penelitian ini dapat dicapai dengan jalan

yaitu sebagai berikut:

32 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,

2011), 35

Page 40: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

28

a) Membandingkan hasil pengamatan data hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

apa yang dikatakan orang secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi

yang berkaitan.

Dengan menggunakan metode tringulasi dalam penelitian ini akan

membandingkan temuan dari metode yang digunakan yaitu observasi

dan wawancara yang dilakukan pada guru Bimbingan Konseling (BK)

yang pernah melakukan konseling multikultural, sedangkan dalam

triangulasi sumber peneliti akan membandingkan hasil temuan

pengumpulan data yang sudah dilakukan melalui wawancara dan

observasi kedua sumber yang pernah melakukan konseling

multikultural terhadap guru Bimbingan Konseling (BK) dan konseli

yang pernah melakukan konseling multikultural.

Page 41: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

29

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Geografis SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling

Kebun IX

1. Sejarah SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

SMA Negeri 10 Muaro Jambi ini berdiri di atas naungan Dinas

Pendidikan Muaro Jambi yang didirikan sekitar tahun 2006 yang beralamat di

Jl. Lintas Petaling Kebun IX Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro

Jambi.

SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX berdiri

dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak. Jadwal belajarnya

pada pagi hari dari jam 715

-1400

WIB. Sejak berdiri SMA Negeri 10 Muaro

Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX banyak para orang tua yang ingin

memasukkan anak-anaknya pada sekolah tersebut, karena para orang tua

melihat SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX selain

memberikan pengetahuan pengetahuan umum, legalitas SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX diakui, serta mengikutkan siswa-

siswanya dengan kegiatan-kegiatan yang positif sehingga sekolah selalu

berusaha keras menjadikan siswa-siswa yang belajar mempunyai ilmu

pengetahuan.1

Sejalan dengan perkembangannya, SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.

Lintas Petaling Kebun IX yang pada awalnya berasal dari warga yang

mewakafkan tanahnya untuk digunakan sebagai tempat pembangunan, pada

tahun ajaran 2006 SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

bisa lebih leluasa mengatur sarana dan prasarana menjadi lebih baik. Awalnya

sekolah ini masih menumpang di SMP 9 Muaro Jambi, dengan jumlah siswa

1 Sumber Data: Dokumentasi, Sejarah SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun

IX, Maret 2019

Page 42: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

30

yang masih terbatas dan hanya terdiri dari 2 kelas. Setelah satu tahun

kemudian SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX pindah

ke desa dan memiliki ruang kelas sebanyak 4 kelas. Pertumbuhan dan

perkembangan SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

semakin tahun semakin meningkat baik dari jumlah siswa, tenaga pengajar,

sarana prasarana sehingga bisa mencapai akreditasi A hingga sekarang.

2. Geografis

Letak geografis dapat diartikan dengan keadaan lingkungan yang

mendukung serta kenyataan dari tempat tersebut. Suasana SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX sangat strategis untuk kegiatan

belajar mengajar. SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

merupakan salah satu sekolah menengah atas yang keberadaannya di lintas

dengan Luas tanah 7.500 m2 dan luas bangunan 7.000 m

2 dengan batas lokasi

sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk

b. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk

c. Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk

d. Sebelah barat berbatasan denganjalan lintas Sumatra.2

B. Data SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

1. Nama Sekolah : SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling

Kebun IX

2. NPSN : 10505320/ NIS/NSS/NDS/301100908001

3. Alamat :

a. Jalan : Jl. Lintas Petaling, Rt.14 Desa Kebon 9 Kecamatan

Sungai Gelam

b. Desa/Kelurahan : Kebun Sembilan

2 Sumber Data: Dokumentasi, keadaan geografis SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas

Petaling Kebun IX, Maret 2019

Page 43: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

31

c. Kecamatan : Sungai Gelam

d. Kabupaten/Kota : Muaro Jambi

e. Provinsi : Jambi

f. Mulai Operasional : Tahun 2007

g. Luas Tanah/Lahan : 7.500 m2

h. Luas Bangunan : 7.000 m2

i. Status Tanah : Milik Sendiri

j. Status Bangunan : Milik Sendiri

k. Akreditasi : A3

4. Visi : “Menjadi sekolah berkualitas yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK”

5. Misi

a. Menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan secara terus menerus

dan memperdekatkan budaya setempat.

b. Meningkatkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan media

pembelajaran sesuai perkembangan IPTEK

c. Meningkatkan mutu tenaga Pendidik dan kependidikan yang ada di

sekolah secara berkesinambungan yang berlandaskan persaudaraan dan

persatuan.

d. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, bersih, indah, rindang dan

sehat.

e. Menjadikan sekolah yang di minati masyarakat sekitar.

6. Tujuan SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

a. Meraih standar keputusan minimal 7,5

b. Meraih SKL 5,00

c. Terbentuknya budaya karakter relegius, disiplin dan jujur.

d. Menciptakan hubungan yang harmonis antar warga sekolah dan

masyarakat.

3Sumber Data: Dokumentasi, Identitas SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling

Kebun IX, Maret 2019

Page 44: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

32

C. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling

Kebun IX dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:4

Gambar 3.1:

Struktur Organisasi

4Sumber Data: Dokumentasi, Struktur Organisasi SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas

Petaling Kebun IX, Maret 2019

Kepala Sekolah

Drs. Suprihono

Kepala

Laboratorium

Tenaga

Administrasi

Waka. Sapras

Eko Purwadi, S.Si

Wali Kelas

Komite Sekolah

Muslimin, S.Pd

Pembina Osis

Kepala

Perpustakaan

Pengawas/Pembina

Fathoni, S.Pd

Guru Mata Pelajaran

Waka.Kesiswaan

Pramawi jaya, S.Pd

Waka. Kurikulum

Amron, S.Kom

Siswa/Siswi

Guru BK Edward H.

Simanjuntak,S.Pd

Sandi Adityo, S.Pd

Page 45: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

33

Berdasarkan struktur organisasi dapat dijelaskan bahwa kepala SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX adalah penanggung jawab

tunggal, staf pembantu pimpinan disebut bagian yang menggantikan tugas bagian

tertentu, seperti tata usaha yang bertugas memberikan kepada pimpinanya dalam

urusan surat menyurat (administrasi) sedangkan tugas pokok Kepala Sekolah

adalah membina atau mengembangkan SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas

Petaling Kebun IX secara terus menerus sesuai dengan perkembangan dan

tantangan zaman. Susunan struktur organisasi pada suatu lembaga desa berarti

merupakan suatu kegiatan atau ikatan yang mempertemukan antara program

kegiatan antar desa dengan masyarakatnya, karena di dalam suatu badan

organisasi, baik di bawah naungan langsung pemerintah maupun swasta, besar

maupun kecil semuanya tidak terlepas dari struktur organisasi.

D. Keadaan Guru dan Siswa

1. Keadaan Guru

Keadaan guru yang ada di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas

Petaling Kebun IX dapat digolongkan cukup baik dan berkualitas. Hal ini

dikarenakan guru-guru yang mengajar tersebut berstatus Sarjana Magister,

Sarjana dan Sarjana Muda ditambah dengan guru yang mendapat program

belajar diklat di lembaga pendidikan sehingga pendidikan yang diberikannya

mengalami kemajuan.

Guru mempunyai tanggung jawab atas kelancaran proses belajar

mengajar disekolah. Pentingnya peranan guru di dalam upaya menigkatkan

sumber daya manusia, untuk itu keberhasilan proses belajar mengajar

tergantung sejauh mana peran dan tugas guru dalam melaksanakan tanggung

jawabnya.

Hubungan antara guru dan murid tidak dapat dipisahkan dalam proses

belajar mengajar, sebab tanpa adanya guru dan murid proses belajar dan

Page 46: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

34

mengajar tidak akan terlaksana. Tenaga pengajar di SMA Negeri 10 Muaro

Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX ini mempunyai tugas utama dalam

mengelola pelajaran kepada anak didik.

Tenaga pengajar atau guru yang terdapat di SMA Negeri 10 Muaro

Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX ini berjumlah 44 orang guru. Selain itu,

keadaan guru BK terdiri dari 2 orang. Guru BK yang sudah cukup lama

mengabdi di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX yaitu

beragama Kristen atau non muslim, sementara kondisi siswa mayoritas adalah

muslim, sedangkan satu guru BK lagi masih baru ditugaskan di SMA Negeri

10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, sehingga posisi guru BK

tersebut tergolong masih baru dan belum banyak melakukan pendekatan

kepada siswa khususnya siswa yang membutuhkan bimbingan konseling

multikultural.5 Untuk memperjelas data penelitian maka peneliti

melengkapinya dengan menambahkan data jumlah keseluruhan guru yang ada

di SMA N 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

Tabel keadaan guru di SMA N 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

NO NAMA NIP

1 Drs. SUPRIHONO 19680810 199512 1 004

2 HAMDI AZHAR, S.Pd, M.Pd 19601018 198302 1 002

3 Dra. NENY TRIANA 19680808 199903 2 001

4 MAROJAHAN SIAGIAN, S.Si 19670327 200003 1 001

5 PRAMAWIJAYA, S.Pd 19680216 200501 1 002

6 TEHEZIDUHU HIA, S.Pd 19690820 200312 1 006

7 MAT YAKIN, S.Pd 19740215 200604 1 007

8 NURBAITI, S.Pd 19741011 200604 2 011

9 YUSMARIYATI, S.Ag 19721104 200604 2 004

10 SUMINI, S.Ag 19710105 200701 2 006

11 RADEN AGUSTIAR, S.Pd 19690801 200801 1 001

12 SU'IB, S.Ag 19731004 200801 1 001

13 SERILIDIAWATY, S.Pt 19750202 200801 2 005

14 EKO PURWADI, S.Si 19810208 200801 1 001

15 NURHASANAH, S.Pd.i 19830727 200902 2 003

16 EKA MUSTIKA YANTI, S.Pd 19840108 200902 2 005

5Sumber Data: Dokumentasi, keadaan guru dan siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas

Petaling Kebun IX, Maret 2019

Page 47: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

35

17 TEN DEPI PEBRIANI, S.Pd 19820207 200902 2 002

18 NURSIYAH, S.Pd 19850505 200902 2 011

19 SISKA SARI, S.Pd 19740909 200902 2 001

20 JERI MARLINA, S.Pd 19840125 200902 2 007

21 NURUL HIKMAH, S.Pd 19850408 200902 2 005

22 PENI, S.Pd 19820408 201001 1 013

23 EKO SAPUTRO, S.Pd 19760107 201001 1 004

24 SUSI MEDIYAWATI, S.Pd 19760220 201001 2 005

25 RIA ANGGRAINI, S.Si 19841104 201001 2 007

26 AMRON, S.Kom 19731109 201001 1 002

27 LOVIONY RAMASAFITRI, SE 19850522 201001 2 009

28 EDWARD H. SIMANJUNTAK, S.Pd 19790210 200501 1 007

29 RISE SUSANTI, S.Pd 19860915 201101 2 010

30 LEONARD SITANGGANG, S.Sos 19860915 201101 2 010

31 SUMIRAH, SH 19711205 201408 2 003

32 MARTINA TILOVA, S.Ag *) 19741205 200801 2 007

33 SUPARDI, S.Pd *) 19610705 198803 1 004

34 YORINAL AR, S.Pd., M.Pd 19721215 199802 1 002

35 SANDY ADITYO, S.Pd 19910616 201903 1 005

36 PERIYENI, S.P -

37 INDRIYANI, S.Pd -

38 MARLINA, S.Pd.I -

39 VIKY IDHA SAPINDO, S.Pd -

40 PRASTINI UTAMI, S.Pd -

41 NOVA PUTRI LESTARI, S.Pd -

42 PARYANTO, M.Pd.I 19800101 200012 1 003

43 DWI WAHYU SHOIMAH, S.Psi 19880428 201101 2 009 44 YULIFAR PRASETIO, S.Kom -

45 HASANAH, S.Pd -

46 AFRIANI -

47 LUCKY KURNIAWAN,SE,Sy -

48 MARYATI, S. IP - 49 A. MANAN SYAHMIN - 50 NURCAHYANTO -

2. Keadaan Murid

Murid-murid yang mengikuti kegiatan belajar mengajar pada tahun

ajaran 2019 sebanyak 682 siswa dimana jumlah perempuan 368 dan jumlah

laki-laki 314 siswa sehingga secara keseluruhan berjumlah 21 kelas dari kelas

X, kelas XI dan kelas XII, sedangkan proses belajar mengajar dilaksanakan

pada pagi hari sampai siang hari. Untuk memudahkan memahami data maka

penulis merumuskan keadaan siswa dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Page 48: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

36

Tabel keadaan SMA N 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

KELAS X MIA L P SUKU JUMLAH

J ME S B MI

MIA 1 11 19 5 15 5 1 4 30

MIA 2 13 19 - 30 - - 2 32

MIA 3 11 19 5 25 - - - 30

JUMLAH 35 57 10 70 5 1 6 92

KELAS X IIS L P SUKU JUMLAH

J ME S B MI

IIS 1 18 18 5 25 - 3 3 36

IIS 2 20 16 3 30 - - 3 36

IIS 3 18 16 5 27 - - 2 34

IIS 4 20 15 - 35 - - - 35

JUMLAH 76 65 13 117 - 3 8 141

KELAS XI MIA L P SUKU JUMLAH

J ME S B MI

MIA 1 10 22 - 31 - 1 - 32

MIA 2 11 24 - 30 - 2 3 35

MIA 3 10 21 1 30 - - - 31

MIA 4 9 19 - 26 - 2 - 28

JUMLAH 40 86 1 117 - 5 3 126

Page 49: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

37

KELAS XI IIS L P SUKU JUMLAH

J ME S B MI

IIS 1 15 13 - 27 - 1 - 28

IIS 2 15 12 - 25 - 2 - 27

IIS 3 19 13 1 30 - - 1 32

IIS 4 18 13 - 28 1 2 - 31

JUMLAH 67 51 1 110 1 5 1 118

KELAS XII IPA L P SUKU JUMLAH

J ME S B MI

IPA 1 10 26 - 34 - 1 1 36

IPA 2 12 24 2 32 - 2 - 36

IPA 3 10 25 1 30 - 3 1 35

JUMLAH 32 75 3 96 - 6 2 107

KELAS XII IPS L P SUKU JUMLAH

J ME S B MI

IPS 1 20 12 - 32 - - - 32

IPS 2 20 11 - 32 - - 31

IPS 3 24 11 1 30 - 3 1 35

JUMLAH 64 34 1 94 - 3 1 98

E. Kondisi Pegawai

Untuk melaksanakan tugas tata usaha dengan baik harus ditunjang dengan

sumber daya manusia yang memadai. Dalam hal ini tenaga profesional

dibidangnya tentu akan lebih memahami tugas dan tanggung jawabnya.

Secara garis besar pegawai tata usaha mempunyai tugas melaksanakan

Page 50: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

38

ketatausahaan sekolah meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Menyusun program tata usaha dan mengelola keuangan sekolah

2. Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa

3. Membina dan mengembangkan karir pegawai tata usaha sekolah

4. Menyusun dan mengajukan data statistik sekolah

5. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepengurusan tata usaha secara

baik.6

F. Kondisi Fasilitas SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX

Sarana dan prasarana yang mendukung dan lengkap akan memudahkan

proses pembelajaran, karena dengan lengkapnya sarana dan prasarana akan

memberi variasi pada proses pembelajaran, secara khusus ataupun pelaksanaan

sistem pendidikan secara umum di sekolah tersebut tentunya. Untuk mengetahui

fasilitas yang ada disekolah dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.1: Ruangan di Sekolah

No Jenis Ruang Jumlah Kondisi

Baik Rusak

1 Kantor Kepala Sekolah 1 1 -

2 Ruang Guru 2 2 -

3 Kelas 21 21 -

4 Kamar Mandi/WC Guru 2 2 -

5 WC Siswa 21 21 -

6 Tempat Ibadah Masjid 1 1 -

7 Mushola 1 1 -

8 Ruang UKS 1 - 1

9 Ruang Perpustakaan 1 1 -

10 Ruang Laboratorium 2 2 -

6Sumber Data: Dokumentasi, keadaan pegawai SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas

Petaling Kebun IX, Maret 2019

Page 51: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

39

Fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa sarana belajar

adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya lokasi/tempat,

bangunan dan lain-lain, sedangkan prasarana adalah alat yang tidak langsung

untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan,

laboraturium dan sebagainya.

Page 52: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

40

Tabel 3.2 : Peralatan dan Inventaris Sekolah7

No Jenis Jumlah Kondisi

Baik Rusak

1 Meja Murid 992 992 -

2 Kursi Murid 940 940 -

3 Almari Kelas 29 28 -

4 Rak-rak Buku 64 64 -

6 Almari Kantor 8 7 1

7 Meja Guru 89 89 -

8 Kursi Guru 92 92 -

9 KIT IPA 23 Set

10 KIT Matematika 9 Set

11 Torso 9 Set

12 KIT Matematika Pintar 18 set

13 KIT Matematika Tangkas kreatif 17 set

14 Peta Indonesia 1 set

15 Poster IPA 5 Set

16 Globe 25 Unit

17 Poster IPS 1 Set

18 Televisi Pendidikan 2 2 -

19 VCD 1 1 -

20 Invokus / Layar 1 1 -

7Sumber Data: Dokumentasi, keadaan fasilitas SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas

Petaling Kebun IX, Maret 2019

Page 53: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

41

BAB III

BENTUK PROBLEMATIKA DAN KENDALA DALAM MELAKSANAKAN

KONSELING MULTIKULTURAL

A. Bentuk Problema Konseling Multikultural di SMA Negeri 10 Muaro Jambi

Jl. Lintas Petaling Kebun IX

1. Kesulitan Konselor Menawarkan Konseling Multikultural Harus Benar-

Benar Sesuai dengan Budaya Konseli

Pertemuan antar budaya dalam realitas lingkungan siswa yang

multikultur menjadi problem bagi konselor. Untuk menyikapi realitas

tersebut, maka konselor harus benar-benar memahami berbagai macam

budaya yang dimiliki oleh siswa. Siswa hendaknya diberikan penyadaran akan

pengetahuan yang beragam, sehingga diharapkan siswa dapat memiliki

kompetensi yang luas akan pengetahuan perbedaan budaya. Beragamnya

realitas kebudayaan, maka siswa sudah tentu perlu diberikan materi tentang

pemahaman banyak budaya atau pendidikan multikultural, agar siswa mampu

menghadapi tantangan kehidupan dalam masyarakat multikultur. Wawancara

peneliti dengan guru BK yang menambahkan keterangannya sebagai berikut:

[K]onseling multikultural yang saya utamakan yaitu konseli memiliki

pemahaman dalam kehidupan yang multikultural khususnya pada

kalangan siswa mereka memiliki keragaman bahasa sosial, agama,

budaya dan sebagainya, oleh karena itu mereka harus saling memahami,

mengerti dan juga memiliki pengetahauan tentang perbedaan-perbedaan

tersebut.1

Lingkungan siswa multikultural merupakan lingkungan yang memiliki

berbagai perbedaan dalam aspek agama, suku, ras, etnis, adat istiadat, dan

mendiami berbagai wilayah. Kebergaman ini melahirkan segala dinamika

berupa sikap, respon, serta tingkah laku dan terkadang kedinamisan itu tidak

dapat diterima oleh pihak lain sehingga menyebabkan gesekan-gesekan yang

1Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 54: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

42

berujung pada permasalahan. Persoalan-persoalan tersebut membutuhkan

pengkajian dan penyelesaian berdasarkan pendekatan keilmuan seperti bidang

keilmuan konseling yang berbasis keagamaan. Selanjutnya, masih wawancara

peneliti dengan guru BK yang memberikan keterangan sebagai berikut:

[A]danya perbedaan budaya pada siswa mengakibatkan permasalahan

bagi saya selaku guru BK dalam melaksanakan konseling multikultural,

karena dalam konseling multikultural saya masih dihadapkan pada

masalah siswa yang memiliki budaya tertutup sehingga hal ini

mengakibatkan kurangnya keterbukaan dan kedekatan antara saya

sebagai konselor dan siswa sebagai konseli, budaya-budaya yang

demikian yang sangat perlu saya berikan pengertian untuk mengubahnya

secara bertahap.2

2. Adanya Perbedaan Fungsi Mental Konseli dalam Mengikuti Konseling

Multikultural

Melalui konseling multikultural siswa bisa menerima terhadap orang

lain, hal ini akan membuat situasi semakin akrab dan bersahabat sehingga di

yakini terbentuk lingkungan siswa yang dapat menerima perbedaan. Demikian

pula dengan penyesuaian diri yang seyogyanya diupayakan dalam berbagai

lingkungan dan mengedepankan kebersamaan, toleransi terutama pada siswa

yang multikultural. Wawancara dengan guru BK yang memberikan

keterangan sebagai berikut:

[K]etika konseli dihadapkan pada permasalahan yang mengakibatkan

mereka melakukan perbuatan atau perilaku yang negatif, biasa terdapat

perbedaan dalam menghadapi permasalahan tersebut, ada konseli yang

berani menhadapi masalah, terbuka dan mau mendengarkan nasehat,

tetapi ada juga konseli yang kurang memahami tujuan dari konseling

multikultural sehingga ketika diberikan nasehat kurang merespon

dengan baik.3

2Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 3Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 55: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

43

Memahami orang lain atau kelompok lain merupakan hal yang penting

pula dalam kehidupan siswa multikultural, konflik yang telah terjadi

diakibatkan oleh kurangnya atau tidak adanya pemahaman terhadap orang

lain. Oleh karena itu untuk menciptakan lingkungan siswa yang saling

memahami, menerima dan mengerti dengan berbagai perbedaan yang ada di

lingkunganya. Berikut keterangan guru BK dengan peneliti, ia mengatakan:

[S]ebagai konselor atau guru BK saya selalu mengupayakan untuk

memahami perbedaan-perbedaan budaya konseli, karena perbedaan

budaya mereka berhubungan dengan kemampuan mental konseli

dalam menghadapi masalah, seperti konseli yang berulang kali

melakukan pelanggaran sekolah karena merasa kurang diperhatikan

oleh keluarga, sehingga ia melakukan kenakalan-kenalan di luar rumah

dan di sekolah karena untuk mencari perhatian.4

Secara spesifik dalam konseling tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu

pertama, pengetahuan dibutuhkan untuk menyikapi lingkungan siswa yang

multikultural. Kedua, sikap/attitude yang akan mengontrol interaksi dengan

masyarakat khususnya siswa yang berbeda segala aspeknya. Ketiga,

keterampilan adalah salah satu kunci utama dalam rangka berkomunikasi

sehingga tidak menimbulkan ketersinggungan antara sesama pemeluk agama,

maupun terhadap masyarakat yang berbeda budaya, adat istiadat, etnis, dan

ras. Wawancara peneliti kembali dengan guru BK yang menambahkan

keteranganya sebagai berikut:

[P]entingnya mental yang sehat pada konseli karena berhubungan

dengan kesiapan mereka dalam menghadapi dan menyelesaikan

permasalahan yang mereka miliki, beberapa konseli yang mentalnya

kurang berani bahkan ada beberapa konseli yang benar-benar tertutup

dan bahkan cuek ketika diberikan nasehat, arahan dan bimbingan

untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.5

4Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 5Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 56: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

44

B. Kendala-Kendala dalam Melaksanakan Konseling Multikultural pada Siswa

SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX

1. Kurangnya Kerjasama Orang Tua terhadap Siswa Bermasalah

Keluarga yang kurang menanamkan pendidikan siswa sejek kecil,

sehingga mereka tidak dapat memahami norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama

tidak dicontohkan siswa kepada siswa sejak kecil. Kebiasaan-kebiasaan yang

baik yang dibentuk sejak lahir akan menjadi dasar pokok dalam pembentukan

kepribadian siswa. Apabila kepribadian dipenuhi oleh nilai agama, maka akan

terhindarlah siswa dari kelakukan-kelakuan yang tidak baik. Selain itu, dalam

kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga berdampak pada siswa

bermasalah, karena mereka bebas melakukan semua perilaku negatif yang

dianggapnya benar. Wawancara peneliti dengan guru BK yang memberikan

keterangan sebagai berikut:

[P]elaksanaan konseling yang saya lakukan memang tidak bisa tanpa

melibatkan bantuan orang lain, terutama orang tua siswa yang sedang

memiliki permasalahan, oleh karena itu saya selalu berusaha

melibatkan partisipasi orang tua dalam menyelesaikan permasalahan

siswa, meskipun tidak semua orang tua siswa mau dan bisa ikut

terlibat dan berpartisipasi dalam membimbing anak-anaknya apalagi

jika siswa hanya dianggap menghadapi masalah yang sepele yang bisa

diselesaikan disekolah, misalnya seperti membolos.6

Peran keluarga dalam mendidik siswa sehingga menjadi generasi

unggul dalam masyarakat merupakan sesuatu yang sangat signifikan.

Keluarga mempunyai peran sentral dalam mempersiapkan siswa baik secara

fisik, pola pikir, karakter maupun daya juang. Tempat dan lingkungan sosial

pertama dan terutama bagi si siswa adalah keluarga. Karakter ayah dan ibu,

serta komunikasi dan hubungan personal dalam keluarga turut serta dalam

pembentukan karakter siswa. Perilaku materialistik, rasionalistik,

6Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 57: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

45

individualistik, dan pragmatis sebagaimana menjadi fenomena di jaman ini

tidak lain daripada pengaruh perilaku hidup sosial dalam keluarga. Pola

perilaku yang terjadi dalam keluarga akan terlihat dalam perilaku siswa baik

di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Wawancara peneliti dengan

guru BK yang memberikan penjelsan sebagai berikut:

[K]etika siswa terlibat dengan permasalahan yang cukup berat, maka

pihak sekolah terutama saya sebagai guru BK selalu melakukan

pemberitahuan kepada orang tua siswa untuk berpartisipasi dengan

datang kesekolah sehingga akan dilakukan musyawarah bagaimana

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa, tetapi kendala yang

sering saya hadapi masih ada beberapa orang tua yang sulit untuk

datang kesekolah jika anaknya sedang bermasalah, mereka selalu

mempercayakan pihak sekolah untuk menyelesaikan misalnya dengan

memberikan peringatan kepada siswa padahal hal itu harus

diselesaikan secara bersama.7

2. Kurangnya Partisipasi antar Guru dengan Siswa

Tujuan konseling multikultur yang telah ditentukan antara lain

membantu individu dari multikultur dalam mewujudkan dirinya menjadi

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup. Selain itu, tujuan

konseling yang diberikan adalah membantu individu untuk mengatasi

masalah, membantu individu mengembangkan situasi yang baik, membantu

individu mencegah timbulnya problem, membantu individu memahami

tatacara hidup bermasyarakat dan lain-lain. Wawancara peneliti dengan guru

Bk yaitu sebagai berikut:

[P]elaksanaan konseling di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas

Petaling Kebun IX saya lakukan tidak hanya bekerjasama dengan orang

tua siswa tetapi juga melakukan kerja sama dengan para guru dan juga

wali kelas, karena para guru yang melihat langsung perilaku dan

tindakan para siswa ketika disekolah, oleh karena itu kerjasama dengan

7Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 58: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

46

guru selalu saya lakukan, meskipun dalam melakukan kerjasama ini

tidak semua guru selalu melakukan kerjasama.8

Konseling multikultur yang diterapkan di sekolah pada dasarnya untuk

membimbing perubahan perilaku atau pola kehidupan sehari-hari, baik di

sekolah, di lingkungan bermain, di lingkungan keluarga, dan dimasyarakat.

Perbaikan pola relasi sosial dengan orang lain dari berbagai etnis, suku,

bahasa, agama, dan lain-lain. Jenis konseling yang dilakukan sebagai proses

membantu pribadi dengan menyediakan informasi yang merangsang klien

untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkan berhubungan

secara lebih efektif dengan lingkungannya. Pemberian bantuan yang berkaitan

dengan kecemasan atau konflik yang dirasakan oleh siswa dari multikultur

dilakukan dengan sangat cermat, hati-hati dan bersifat individual. Pemberian

bantuan juga diberikan untuk mengatasi masalah-masalah pribadi, sosial,

pendidikan yang dirasakan siswa dari lintas budaya, oleh karena itu untuk

melaksanakan konseling guru BK tidak bisa lepas dari bantuan para guru yang

terlibat langsung dengan siswa, berikut keterangan guru BK:

[P]elaksanaan konseling saya lakukan kerjasama dengan guru bidang

studi dan juga guru wali kelas, karena para guru terlibat langsung dan

mengetahui secara langsung bagaimana siswa, tetapi terkadang para

guru masih ada yang tidak memberikan informasi kepada saya tentang

siswa yang mengarah keperilaku negatif seperti melanggar aturan di

kelas, membolos dan juga berskip serta berperilaku yang kurang baik,

padahal jika guru selalu memberikan informasi tentang perilaku siswa di

kelas tentu sebagai guru Bk saya akan lebih mudah mencegah perilaku

negatif siswa.9

Perlunya konseling multikultural sehingga dapat menampilkan

pendidikan agama yang fokusnya adalah bukan semata kemampuan ritual dan

keyakinan tauhid, melainkan juga akhlak sosial dan kemanusiaan. Melalui

8Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 9Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 59: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

47

konseling dengan pendidikan agama, merupakan sarana yang sangat efektif

untuk menginternalisasi nilai-nilai atau aqidah inklusif pada peserta didik.

Perbedaan agama di antara peserta didik bukanlah menjadi penghalang untuk

bisa bergaul dan bersosialisasi diri. Wawancara peneliti dengan guru BK yang

memberikan keterangan sebagai berikut:

[S]aya selalu berusaha melakukan kerjasama dengan berbagai pihak

salah satunya para guru dalam melaksanakan konseling multikultural

kepada siswa, kerjasama yang saya lakukan dengan guru untuk

mengetahui lebih banyak permasalahan yang dihadapi siswa terutama di

dalam kelas ketika mengikuti pembelajaran, tetapi memang dalam

pelaksanaannya belum semua guru mampu memberikan informasi

tentang siswa khususnya yang bermasalah, sehingga saya sebagai guru

BK harus mencari berbagai permasalahan yang dihadapi siswa.10

3. Adanya Perbedaan Budaya pada Siswa

Multikulturalisme merupakan sebuah paham yang menekankan pada

kesederajatan dan kesetaraan budaya-budaya lokal tanpa mengabaikan hak-

hak dan eksistensi budaya lain. Hal ini sangat penting dipahami bersama

dalam kehidupan masyarakat yang multikultural khususnya pada kalangan

siswa, sebab bagaimana pun setiap lingkungan sekolah memiliki keragaman

bahasa sosial, agama, budaya dan sebagainya. Keragaman tersebut amat

kondusif bagi munculnya konflik dalam berbagai dimensi kehidupan. Adanya

perbedaan budaya pada siswa mengakibatkan permasalahan bagi guru BK

dalam melaksanakan konseling multikultural, dalam wawancara ia

memberikan informasi sebagai berikut:

[S]iswa di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX

bukan berasal dari budaya yang sama, berbagai budaya dan karakter

siswa yang ada mengakibatkan perbedaan perilaku pada siswa, sehingga

mengharuskan saya memiliki cara tertentu untuk melaksanakan

konseling, saya harus benar-benar memahami perbedaan budaya

mereka, misalnya siswa yang memiliki kebiasaan tempramen, maka saya

10

Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 60: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

48

harus melakukan konseling dengan sikap yang lemah lembut dan tidak

marah.11

Pengaruh pergaulan bagi siswa selalu menjadi langkah pertama dalam

melakukan suatu kegiatan dan bentuk kenakalan, melalui pergaulan inilah

mereka dapat pengalaman dimana pengalaman ini biasanya dipraktekkan

dalam bentuk perbuatan dan kelakuan, sementara apa yang dilakukan itu ada

yang melanggar aturan, etika dan moral dan ini tidak disadari, karena bagi

siswa belum dapat memahami terhadap akibat yang akan ditimbulkan, baik

bagi dirinya saat sekarang maupun terhadap masa depannya. Tingkat

pendidikan membantu orang mendapatkan rasa hormat dan pengakuan ini

adalah bagian tidak terpisahkan dan kehidupan baik secara pribadi maupun

sosial. Tujuan dari pendidikan agama adalah pembentukan akhlak yang

sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, jiwa yang bersih,

kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi.

Wawancara peneliti dengan guru BK yang menambahkan keterangannya

sebagai berikut:

[P]erbedaan budaya siswa yang ada memang mengharuskan saya untuk

memberikan pengetahuan, pemahaman tentang budaya-budaya yang ada

sehingga siswa bisa saling menghargai dan menghormati sesama.

Seperti adanya budaya siswa yang malas kesekolah dan sering sekali

membolos karena kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikanya,

maka saya harus membimbing dan memberikan pengertian kepada siswa

yang bermasalah dengan cara mengubah budaya malas menjadi lebih

disiplin.12

Kebergaman budaya melahirkan segala dinamika berupa sikap, respon,

serta tingkah laku dan terkadang kedinamisan itu tidak dapat diterima oleh

pihak lain sehingga menyebabkan gesekan-gesekan yang berujung pada

permasalahan. Persoalan-persoalan tersebut membutuhkan pengkajian dan

11

Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 12

Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 61: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

49

penyelesaian berdasarkan pendekatan keilmuan seperti bidang keilmuan

konseling yang berbasis keagamaan. Selanjutnya, masih wawancara peneliti

dengan guru BK yang memberikan keterangan sebagai berikut:

[B]udaya siswa yang berbeda juga terlihat dari adanya perbedaan sikap

dan perilaku yang saling mempengaruhi, seperti siswa yang memiliki

budaya kurang baik misalnya terbiasa berbicara kasar, kotor dan juga

tidak sopan, budaya ini biasanya lebih banyak ditiru oleh siswa lain

dengan alasan gaya bicara yang lebih gaul dan modern, oleh karena itu

sebagai guru BK tantangan saya yaitu merubah budaya tersebut dengan

menerapkan budaya yang sesuai dengan tatanan yang ada dan tepat

untuk mereka.13

4. Terbatasnya Sarana Ruangan Konseling

Konseling multikultural seyogyanya memfasilitasi proses belajar

mengajar yang mengubah perspektif monokultural yang esensial dan

diskriminatif ke perspektif multikulturalis yang menghargai keragaman dan

perbedaan, toleran dan sikap terbuka. Untuk mencapai hal tersebut seorang

guru konseling membutuhkan sarana yang maksimal. seperti hasil wawancara

peneliti dengan guru BK sebagai berikut:

[P]elaksanaan konseling yang saya lakukan di SMA Negeri 10 Muaro

Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX memang saya lakukan semaksimal

mungkin, meskipun masih banyak kekurangan yang menjadi kendala,

salah satunya belum ada ruang khusus untuk konseling antara guru dan

siswa jika terdapat siswa yang akan dikonseling dilakukan di ruang

guru yang terbuka, sehingga pelaksanaan konseling bisa dilihat dan

tempatnya memang kurang tertutup.14

13

Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 14

Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 62: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

50

BAB IV

UPAYA KONSELOR DALAM MENANGANI PROBLEMATIKA

KONSELING MULTIKULTURAL

A. Meningkatkan Pelaksanaan Konseling Multikultural

Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai sekolah yang multikultur

adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui

tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan

pengentasan masalah agar peserta didik dari berbagai etnis, budaya, dan

agama dapat berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia. Konseling di

sekolah dengan siswa dari multikultur juga menangani kesulitan-kesulitan

dalam bidang pendidikan atau pengajaran yang meliputi kelemahan dalam

keterampilan, kebiasaan belajar, perencanaan kurikulum, dan masalah-

masalah emosional.

Secara kongkrit konseling multikultural dilakukan dengan berbagai cara,

seperti yang dijelaskan oleh guru BK yaitu sebagai berikut:

[L]angkah kongkrit yang saya lakukan untuk memaksimalkan

pelaksanaan konseling multikultural yaitu saya melakukan konseling

kelompok dan konseling individu yang saya adakan setiap minggu,

karena sebelumnya konseling ini hanya dilakukan ketika ada siswa yang

mempunyai problem, tetapi saat ini untuk memaksimalkan konseling

dan menanggulangi problem siswa saya lebih banyak melakukan

konseling minimal dalam satu minggu saya lakukan satu kali.1

Melalui upaya memaksimalkan konseling multikultural maka dapat

memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah bertujuan

agar peserta didik dari multikultur dapat berkembang secara optimal, mandiri

dan bahagia baik dalam arti lahir maupun batin. Wawancara peneliti kembali

lakukan dengan guru BK yang menambahkan keteranganya sebagai berikut:

1Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 63: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

51

[U]paya saya dalam pelaksanaan konseling multikultural saya lakukan

dengan cara lebih banyak melakukan pendekatan secara individu kepada

siswa, sehingga dengan adanya pendekatan yang lebih diperbanyak

maka siswa merasa tidak sungkan, tidak takut dan bisa jujur ketika akan

konsultasi mengenai masalahnya, dengan memaksimalkan pendekatan.2

Memfasilitasi pengembangan peserta didik dari multikultur melalui

pembentukan perilaku efektif normatif dalam kehidupan keseharian dan masa

depan, dimana dengan bimbingan dan konseling di sekolah, konselor

berupaya memfasilitasi pengembangan peserta didik yang berasal dari multi

etnis, budaya, dan agama melalui pembentukan perilaku efektif sesuai dengan

norma-norma yang berlaku dalam kehidupan keseharian dan masa depan.

Wawancara peneliti kembali dilakukan dengan guru BK yang

menambahkan keteranganya dalam hal memaksimalkan konseling

multikultural, ia menjelaskan sebagai berikut:

[K]egiatan konseling multiklutural dengan lebih banyak menambah jam

konseling terutama konseling kelompok dan konseling individu bisa

membantu siswa lebih terbuka dalam menyampaikan permasalahan yang

mereka hadapi. Selain itu melalui konseling multikultural saya dapat

membantu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang

baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,

sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang

lain.3

B. Meningkatkan Kerjasama dengan Guru dan Orangtua

Meskipun dengan siswa dari multikultur sudah menggunakan sistem

informasi yang canggih, selalu menanamkan budaya etika yang

diimplementasikan melalui kerjasama dengan seluruh komponen sekolah,

baik guru dan orang tua siswa. Mengenai kerjasama ini guru BK memberikan

keterangan sebagai berikut:

2Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 3Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 64: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

52

[P]elaksanaan konseling multikultural tidak bisa saya lakukan sendiri,

saya harus menjalin kerja sama dengan komponen sekolah baik itu

dengan kepala sekolah, dengan guru yang mengajar serta dengan orang

tua yang terlibat langsung dengan siswa, karena komponen-komponen

tersebut ikut mendukung dan mempengaruhi keberhasilan konseling ini,

oleh karena itu mereka selalu saya libatkan.4

Adanya komitmen atau kesepakatan antara sekolah, dan seluruh

pemangku kepentingan seperti orang tua wali murid, masyarakat sekitar

sekolah, dinas pendidikan, pengawas sekolah, departemen pendidikan dalam

hal berkomunikasi dengan pihak sekolah, adanya pimpinan dan seluruh orang

yang terlibat dalam dunia pendidikan memfasilitasi siswa dalam pelaksanaan

konseling multikultural sehingga siswa memperoleh layanan pendidikan yang

paling prima, selain itu pihak sekolah juga harus menyusun tata tertib atau

peraturan tata krama berkomuniksi dalam konseling mutikultural yang

disepakati bersama oleh komunitas sekolah.

Kerjasama guru BK dengan para guru dalam memaksimalkan kegiatan

konseling multikultural juga dijelaskan oleh guru BK sebagai berikut:

[B]entuk kerjasama yang saya lakukan dengan guru kelas dalam

konseling multikultural salah satunya jika ada siswa yang melanggar

tata tertib di kelas seperti merokok di kelas, berkelahi di kelas, maka

saya meminta bantuan kepada guru kelas untuk memberikan nasehat,

memberikan teguran, peringatan sekaligus memberikan laporan kepada

saya sehingga saya bisa melakukan konseling individu terhadap siswa

yang bermasalah, karena disini siswa yang bemasalah kurang terbuka

menyampaikan permasalahannya.5

Pemberian layanan konseling pada jenjang pendidikan menengah yang

selama ini diterapkan lebih menekankan bimbingan bersosialisasi,

berinteraksi, berkarir, dan berkomunikasi antar siswa. Pemberian seluruh

layanan konseling tersebut belum secara khusus menekankan pendekatan

4Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 5Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 65: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

53

multikultur. Berbagai realitas yang diharapkan dalam pemberian layanan

konseling di sekolah hendaknya merupakan layanan sosial yang bersifat

humanis yang bertujuan membantu siswa yang multikultur dalam mengatasi

masalah di sekolah pada khususnya dan masalah di dalam keluarga atau

masyarakat pada umumnya.

Kerjasama guru BK dengan salah satu orang tua siswa juga

dilaksanakan dengan baik, hal ini seperti dijelaskan oleh guru BK yaitu

sebagai berikut:

[K]erjasama yang saya lakukan dengan orang tua biasanya saya lakukan

jika ada siswa yang memiliki permasalahan berat seperti mengikuti

tawuran, terlibat perkelahian antar pelajar, membolos cukup lama tanpa

diketahui oleh orang tuanya, permasalahan seperti ini saya melibatkan

langsung orang tua dengan memanggil orang tua siswa untuk kesekolah

dan melakukan musyawarah untuk penyelesaian masalah yang dihadapi

siswa.6

C. Memanfaatkan Media dalam Konseling Multikultural

Salah satu upaya dalam pelaksanaan konseling multikultural yaitu dengan

memanfaatkan berbagai media yang ada. Media BK merupakan seluruh media

yang dapat membantu guru BK dalam melaksanakan tugas sehari-hari baik

menjadi tidak bergerak maupun bergerak, baik media manual maupun

elektronik, baik media berbasis benda nyata maupun berbasis IT, baik media

sederhana maupun canggih. Mengenai hal ini, guru BK memberikan

keterangan sebagai berikut:

[K]onseling multikultural yang saya lakukan memang menggunakan

berbagai media, salah satunya media telepon ataupun media WA, jika

sedang memberikan saran atau nasehat kepada siswa yang memiliki

masalah pribadi tetapi belum maksimal di selesaikan disekolah, maka

saya melakukan bimbingan individu dengan menggunakan media

telepon, saya menelpon siswa yang bersangkutan sehingga siswa lebih

terbuka, tidak merasa malu dalam menceritakan permasalahannya, hal

6Wawancara oleh peneliti dengan Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 66: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

54

ini memberikan kemudahan juga bagi siswa untuk lebih terbuka dan

jujur.7

Sebagaimana diketahui sistem komunikasi jaringan dan internet dengan

siswa multikultur semakin mempermudah para guru, termasuk guru BK untuk

berkomunikasi dengan banyak siswa dari multikultur secara keseluruhan, dan

mengelola tugas-tugas jarak jauh dan kerja tim. Layanan konseling

multikultur dapat dipisahkan dari lokasi dan diatur dari jarak jauh. Internet

dan teknologi jaringan yang dikembangkan mampu meningkatkan presisi

(ketepatan) dan fleksibilitas dari sekolah multikultur dan fungsi out put dalam

skala kecil maupun besar. wawancara peneliti dengan guru BK yang kembali

menambahkan keteranganya sebagai berikut:

[K]etika melakukan konseling multikultural saya memang menggunakan

berbagai media, salah satunya saya menggunakan laptop, media ini

biasanya saya gunakna ketika melakukan konseling kelompok, saya ajak

siswa untuk nonton bersama kisah-kisah inspiratif yang mendidik dan

bermanfaat serta bisa dijadikan contoh, hal ini saya lakukan sebagai

salah satu bentuk contoh nyata yang bisa mereka tiru.8

D. Memberikan Bimbingan Nilai-Nilai Karakter Berdasarkan Agama

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan

adat istiadat. Cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat,

bangsa dan negara merupakan bagian dari karakter individu. Individu yang

memiliki karakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan

7Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 8Wawancara oleh peneliti dengan Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 67: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

55

mempertanggung jawabkan tiap akibat yang diperbuat. Dalam hal ini guru di

SMA Negeri 10 Muaro Jambi Petaling Kebun IX ia menjelaskan sebagai

berikut:

[S]alah satu cara yang saya lakukan untuk membimbing nilai-nilai

karakter berdasarkan agama kepada siswa yaitu melalui contoh-contoh

yang positif baik dari sikap, perilaku dan perbuatan yang berhubungan

dengan karakter, misalnya seperti bagaimana bersikap kepada siswa,

siswa dan teman tanpa harus meniru contoh-contoh yang negatif yang

tidak sesuai dengan kaidah ajaran agama kita.9

Pendidikan karakter seharusnya membawa siswa ke pengenalan nilai

secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan

nilai secara nyata. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian

pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,

dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter

diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-

hari. Keterangan guru di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Petaling Kebun IX, ia

mengatakan:

[B]anyak cara yang dilakukan oleh siswa untuk membimbing karakter

siswa. Namun belum banyak yang diketahui oleh siswa mengenai hal-

hal yang menyangkut dengan keadaan tersebut, baik aspek isi atau

materi maupun minat siswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan

keagamaan, oleh karena itu siswa dibimbing dan diarahkan tentunya

akan membantu membentuk karakternya.10

Pengamatan peneliti dengan siswa SMA Negeri 10 Muaro Jambi

Petaling Kebun IX memang terlihat melakukan beberapa bimbingan dan juga

9Wawancara oleh peneliti dengan Ten Depi Pebriani, S.Pd, selaku Wali Kelas IPS 4 di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019 10

Wawancara oleh peneliti dengan Agus Tri Setiawan selaku siswa di SMA Negeri 10 Muaro

Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 68: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

56

nasehat mengenai keteladanan sikap, perbuatan yang menunjukkan nilai-nilai

karakter yang sesuai dengan ajaran agama Islam, hal ini dilakukannya melalui

sikap, prilaku dan perbuatan yang baik dilingkungan keluarga maupun di

lingkungan masyarakat. Dalam hal guru yang ada di SMA Negeri 10 Muaro

Jambi Petaling Kebun IX kembali memberikan informasi sebagai berikut:

[S]aya menunjukkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan ajaran

agama Islam memang selalu saya upayakan, hal tersebut biasanya saya

lakukan melalui tindakan, dimana seluruh tindakan saya harus sesuai

dengan ajaran agama, perbuatan saya menunjukkan perbuatan yang

dibolehkan oleh agama, sikap berbicara dan bertingkah laku juga

berdasarkan ajaran agama, sehingga dengan demikian siswa melihat

sendiri teladan yang benar-benar nyata dan sesuai dengan ajaran agama

Islam.11

11

Wawancara oleh peneliti dengan Ten Depi Pebriani, S.Pd, selaku Wali Kelas IPS 4 di SMA

Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Page 69: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Bentuk Problema Konseling Multikultural di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.

Lintas Petaling Kebun IX yaitu kesulitan konselor menawarkan konseling

multikultural harus benar-benar sesuai dengan budaya konseli karena realitas

lingkungan siswa yang multikultur menjadi problem bagi konselor sehingga

konselor harus benar-benar memahami berbagai macam budaya yang dimiliki

oleh siswa. Adanya perbedaan fungsi mental konseli dalam mengikuti

konseling multikultural, karena terdapat perbedaan dalam menerima

perbedaan terhadap orang lain.

2. Kendala-Kendala dalam Melaksanakan Konseling Multikultural pada Siswa

SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX diantaranya yaitu

kurangnya kerjasama orang tua terhadap siswa bermasalah, kurangnya

partisipasi antar guru dengan siswa, adanya perbedaan budaya pada siswa

yang mengharuskan guru BK memahami budaya-budaya siswa yang berbeda-

beda dan terbatasnya sarana ruangan konseling sehingga pelaksanaan

konseling multikultural menjadi kurang efektif.

3. Upaya Konselor dalam Menangani Problematika Konseling Multikultural di

SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX dilakukan dengan

cara meningkatkan pelaksanaan konseling multikultural, meningkatkan

kerjasama dengan guru dan orangtua, memanfaatkan media dalam konseling

multikultural dan memberikan bimbingan nilai-nilai karakter berdasarkan

agama.

Page 70: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

58

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran

yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan bimbingan konseling multikultur dengan cara pendekatan yang

lebih maksimal, melakukan kerjasama dengan guru dan orang tua untuk

mengatasi masalah yang dihadapi siswa, maka akan membantu penyelesaian

masalah sehingga dapat merangsang siswa untuk mengembangkan perilaku

untuk lebih mandiri dalam menghadapi masalah.

2. Peran konseling mulitikultural dalam lingkungan siswa merupakan hal yang

sangat penting karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Apabila jiwa

mudah untuk memahami dan mengerti dengan segala perbedaan yang ada

disekitarnya bila dilatih dan dibimbing maka akan menghasilkan generasi

yang kuat dalam berwawasan kerukunan. Karena kerukunan merupakan

modal utama dalam pencapaian kehidupan yang damai berdampingan.

Page 71: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

DAFTAR PUSTAKA

A. Al – Qur’an

Q.S.Al-Hujarat (49),ayat 13

B. Karya Ilmiah

Ismaya, Bambang, Bimbingan dan Konseling Studi, Karir dan Keluarga, Bandung: Refika

Aditama, 2015

Soetjipto dan Raflis Kosasi , Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Hikmawati ,Fenti , Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Raja Wali Pers, 2016

Bunu ,Helmuth Y, Pemindaian Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan

Multikultural di SMA, Skripsi Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Palangkaraya, 2010.

Nurishan, Achmad Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Refika

Aditama, 2017

Nuzliah, Counseling Multikultural, 2016 Vol 2 Hal 201

Yamin Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: GP Pres, 2013

Faizah, Konseling Islam dalam Mayarakat Multikultural, Dosen Fakultas Ushuluddin,

Adab dan Dakwah IAIN Kendari, Vol 1 No.1, Desember 2015

Prayitno, Konseling Integritas, Padang: UNP, 2013

Kompri, Managemen Sekolah Teori dan Praktek, Bandung: Al-Fabeta, 2014

Willis, Sofyan S. Kapita Selekta Bimbingan dan Konseling, Bandung:Al-Fabeta, 2015

Hidayat, Dede Rahmat Konseling di Sekolah Pendekatan-Pendekatan Konteporer,

Jakarta:Prenanda Media Group, 2018

Suprianta Mamat, , Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar

Pengembangan Profesi Konselor, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014

Soetjipto dan Kosasi, Raflis, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Sue, Arredoube,& MC Daris, Multicultural Counseling Cpmpetencies and Standards : A

call to the Proffesion Jurnal of Muticultural Counseling & Devolopment,2002

Page 72: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Yuniar Tanti, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Agung Media Mulia, 2012

Bunu Helmuth Y, Pemindahan Penerapan Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan

Multikultural di SMA, Skripsi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Palangkaraya, 2015

Nuriyanto Lilam Kadarin, Bimbingan Konseling Melalui Pendidikan Multikultural

Terhadap Anak-Anak dan Remaja dalam Penanggulangan Paham Radiklisme, Balai

Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, Jawa Tengah, Indonesi, Vol. 5,

No. 1, Juni 2014

Bahri Syaiful Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interasi Educatif Suatu Pendekatan

Teoritis Psikologi, Jakarta : Rineka Cipta, 2010

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskripstif Kualitatif, Jakarta: GP Pres Group, 2013.

Iskandar, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada Pers,

2008

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2011

C. Dokumentasi, Wawancara Dan Observasi

Dokumentasi, Sejarah SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun IX, Maret

2019

Edward H. Simanjuntak, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas

Petaling Kebun IX, 2019

Sandi Adityo, S.Pd, selaku guru BK di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling

Kebun IX, 2019

Ten Depi Pebriani, S.Pd, selaku Wali Kelas IPS 4 di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.

Lintas Petaling Kebun IX, 2019

Agus Tri Setiawan selaku siswa di SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl. Lintas Petaling Kebun

IX, 2019

Page 73: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

A. Lampiran Dokumentasi

Dokumentasi wawancara Peneliti dengan Guru BK Bapak Edward H.Simanjuntak, S.Pd

Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Guru BK Bapak Sandi Adityo S,Pd

Page 74: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Ibu Prastini Utami, S.Pd, Selaku Wali Kelas

IPS 1

Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Ibu Nova Putri Lestari,S.Pd, Selaku Wali Kelas

IPS 2

Page 75: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Bapak Vicky Idha Sapindo, S.Pd, Selaku Wali

Kelas IPS 3

Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Ibu Ten Depi Pebriani, S.Pd, Selaku Wali Kelas

IPS 4

Page 76: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Kepala Sekolah Bapak Drs.Suprihono

Dokumentasi Bimbingan Konseling Individu

Page 77: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Dokumentasi Bimbingan Konseling Individu antara Guru BK Bapak Edward H.

Simanjuntak dengan Siswa

Wawancara Peneliti dengan Guru BK Bapak Edward H.Simanjuntak, S.Pd Pada Saat Pra

Observasi

Page 78: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Dokumentasi Bimbingan Konseling Kelompok

Dokumentasi Pendekatan Peneliti dengan Siswa

Page 79: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Dokumentasi Dengan Siswa IPS 1, IPS 2, IPS 3 Dan IPS 4

Page 80: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

DAFTAR INFORMAN

No Nama Jabatan Keterangan

1 Drs. Suprihono Kepala Sekolah Responden

2 Edwar H. Simanjuntak, S.Pd Guru Bimbingan Konseling Key Informan

3 Sandi Adityo, S.Pd Guru Bimbingan Konseling Key Informan

4 Prastini Utami, S.Pd Guru/Wali Kelas Responden

5 Nova Putri Lestari, S.Pd Guru/Wali Kelas Responden

6 Vichy Idha Sapindo, S.Pd Guru/Wali Kelas Responden

7 Ten Depi Pebriani, S.Pd Guru/Wali Kelas Responden

8 Syamsuar Orang Tua Siswa Responden

9 Zarkasy Syam Orang Tua Siswa Responden

10 Rahmadi Orang Tua Siswa Responden

11 Dedi Riyanto Siswa Responden

12 Andre Irawan Siswa Responden

13 Riki Julianto Siswa Responden

14 Yandi Maulana Siswa Responden

15 Agus Tri Setiawan Siswa Responden

Page 81: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

B. Instrumen Wawancara

No Dimensi Indikator Pertanyaan Jawaban Responden

1. Bentuk

problematika

konseling

multikultural

1. Kesesuaian

masalah

2. Kesesuaian teknik

3. Kepuasan konseli

terhadap layanan

1. Bagaimana cara anda

menyelesaikan problem

yang anda hadapi ketika

konseling?

2. Apakah teknik konseling

yang anda gunakan sudah

tepat?

3. Bagaimana dampak yang

dirasakan siswa setelah

mengikuti bimbingan

konseling?

2. Kendala

konseling

multikultural

1. Problem yang

dihadapi konselor

2. Jenis kendala yang

dihadapi konselor

1. Apasaja problem yang

sering anda hadapi dalam

melaksanakan konseling

multikultural?

2. Apasaja jenis kendala yang

anda hadapi?

3. Upaya

konselor

mengatasi

problematika

konseling

multikultural

1. Perencanaan

konseling

2. Pelaksanaan upaya

penyelesaian

problem

3. Penilaian upaya

penyelesaian

1. Bagaimana anda melakukan

perencanaan sebagai upaya

meningkatkan kualitas

konseling?

2. Bagaimana pelaksanaan

konseling yang anda

lakukan?

Page 82: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

problem

4. Analisis upaya

penyelesaian

problem

5. Tindak lanjut

upaya

penyelesaian

problematika

3. Apakah anda selalu

memberikan penilaian

terhadap upaya pelaksanaan

konseling?

4. Bagaimana anda

menganalisa upaya

penyelesaian problematika

konseling?

5. Bagimana tindak lanjut

yang anda lakukan setelah

melakukan konseling

multikultural?

C. Instrumen Observasi

Hari/Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Objek : Responden guru dan siswa

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan

1 Mengamati bentuk problem siswa

2 Mengamati kendala-kendala dalam

konseling multikultural

3 Mengamati upaya konselor dalam

Page 83: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

menangani problem

4 Mengamati bimbingan konseling

multikultural dengan cara Individu

5 Mengamati bimbingan konseling

multikultural dengan cara kelompok

6 Mengamati guru menggunakan media

dalam melaksanakan bimbingan konseling

D. Instrumen Dokumentasi

Hari/Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Objek : Data Dokumen Sekolah

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan

1 Mengamati Biografi SMA Negeri 10

Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling Kebun IX.

2 Mengamati Keadaan Guru dan Siswa di

SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas

Petaling Kebun IX.

3 Mengamati Struktur Organisasi SMA

Page 84: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas Petaling

Kebun IX.

4 Mengamati Keadaan Sarana Prasarana di

SMA Negeri 10 Muaro Jambi Jl.Lintas

Petaling Kebun IX.

Page 85: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

Jadwal Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dari sisi waktu dan kegiatan, maka penulis

membuat jadwal penelitian. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, mulai dari

pembuatan proposal hingga penyusunan dngan waktu dan tahap sebagai berikut:

No Kegiatan

Penelitian

TAHUN 2018- 2019

November Desember Januari Mei Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan

proposal √ √

2.

Pengajuan

proposal dan

penunjukan

dosen

pembimbing

3. Seminar

proposal √

4. Perbaikam

proposal √

5.

Pengesahan

judul dan izin

riset

6.

Pengumpulan

dan penyusunan

data

√ √ √ √ √ √ √

7. Membuat draf

laporan √ √ √ √

8. Konsultasi draf

laporan √ √

9. Penyempurnaan

laporan √ √

10 Ujian skripsi √

Page 86: PROBLEMATIKA KONSELING MULTIKULTURAL Study Kasus …

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Tri Haryati

Tempat/tgl. Lahir : Lampung, 30 Agustus 1997

Pekerjaan : Mahasiswa

NIM : UB.150132

Alamat : Sungai Gelam KM 16 RT 27

Kelurahan Sungai Gelam

Kecamatan Sungai Gelam

Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nama Ayah : Suyatno

Nama Ibu : Suparmi

B. Riwayat Pendidikan

S1 UIN STS JAMBI : 2015-2019

SMA N 10 MUARO JAMBI : 2012-2015

MTS NH SUNGAI GELAM : 2009-2012

SD N 2 LAMSEL : 2003-2009