Upload
jie-nhunu-masnur
View
69
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Belajar merupakan kegiatan setiap individu. Karena itu seseorang dikatakan belajar apabila dapat diasumsikan di dalam diri orang itu terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menurut Nasution (2009 : 34) beberapa batasan tentang belajar yaitu: 1) Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. 2) Belajar adalah penambahan pengetahuan . 3) Belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran kebiasaan dan sikap yang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Croanbach berpendapat (dalam Rusman, 2013) bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai pengalaman. Makna dari definisi yang dikemukakan oleh Croanbach ini lebih dalam lagi, yaitu belajar bukanlah semata-mata perubahan dan penemuan tadi. Setelah terjadi perubahan dan menemukan sesuatu yang baru, maka akan timbul suatu kecakapan yang memberikan manfaat bagi kehidupannya. Intinya belajar adalah outcome. Sedangkan menurut Burton, mengartikan bahwa “Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya.Oleh karena itu, seorang dikatakan belajar jika dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya.Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dialami seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan yang diperoleh diantaranya pegetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, sikap dan perubahan-perubahan lain yang dialami oleh individu yang belajar.B. Jenis-jenis Kesalahan dalam MatematikaKesalahan merupakan suatu bentuk penyimpangan dari suatu kebenaran, merupakan suatu penyimpangan dari suatu prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, atau suatu penyimpangan dari suatu yang diharapkan. Dalam belajar matematika seringkali siswa melakukan kesalahan-kesalahan khususnya dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.Menurut Rosita (2009: 31) mengemukakan bahwa jenis-jenis kesalahan siswa adalah sebagai berikut.1) Kesalahan konsep yaitu kesalahan yang terjadi karena salah dalam memahami konsep. Indikator dari kesalahan konsep adalah (a) kesalahan menentukan teorema atau rumus untuk menjawab suatu masalah, (b) penggunaan teorema atau rumus oleh siswa tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut atau tidak menuliskan teorema.2) Kesalahan menggunakan data. Indikator kesalahan mengunakan data adalah (a) tidak menggunakan data yang seharusnya digunakan, (b) kesalahan memasukkan data kevariabel, (c) menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu soal.3) Kesalahan interpretasi bahasa. Indikator kesalahan interpretasi bahasa adalah (a) kesalahan dalam menyatakan bahasa sehari-hari dalam bahasa matematika, (b) kesalahan menginterpretasikan simbol-simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika.4) Kesalahan teknis. Indikator kesalahan teknis adalah (a) kesalahan dalam melakukan perhitungan atau komputasi, (b) kesalahan dalam melakukan manipulasi operasi aljabar.5) Kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Indikator kesalahan siswa dalam penarikan kesimpulan adalah (a) melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung yang benar, (b) melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai dengan penalaran logis.Menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 2009) yang mengemukakan bahwa berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, yaitu kurangnya pengetahuan tentang simbol, kurangnya
Citation preview
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN SOAL-SOAL LOGARITMA MELALUI METODE
PEMECAHAN MASALAH BAGI SISWA SMA
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Pendidikan Matematika)
Dosen : Prof. Dr., Suradi Tahmir, M.S.
OLEH :
Kelas H
CHRISTIAN TUPA
ERSI CRESLI
FITRI REZKI AMALIAH
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang memiliki peranan penting
dalam menguasai ilmu pengetahuan lain dan teknologi. Matematika mempunyai
peranan yang cukup besar dalam memberikan berbagai kemampuan berpikir dan
kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Piaget (dalam Djamarah, 2010: 10) kemampuan belajar setiap siswa
berbeda-beda baik pengetahuan kognitif, keterampilan, motoris,kecakapan
intelektual, informasi netral dan sikap. Beberapa hal yang mempengaruhinya antara
lain metode pembelajaran, sarana belajar, lingkungan belajar dan lain sebagainya.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa matematika menjadi salah satu mata
pelajaran yang sulit, kenyataan ini mungkin disebabkan oleh sifat abstrak matematika
dimana siswa hanya cenderung diajarkan untuk menghapal konsep dan rumus-rumus
tanpa disertai dalam pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak faktor yang menjadi penyebab utama dari masalah-masalah yang
ditemui dalam pendidikan khususnya mata pelajaran matematika. Sebagaimana
diketahui bahwa matematika adalah salah satu pendidikan yang sarat akan masalah,
masalah-masalah itu seperti: siswa hanya tergantung pada buku paket yang dibagikan
(siswa tidak mandiri) padahal dengan banyak membaca referensi maka pengetahuan
mereka akan bertambah, cara guru mengajar yang tidak di senangi oleh siswa, dan
juga faktor lingkungan misalnya lingkungan sekolah terlalu bising atau jumlah siswa
dalam ruangan terlalu banyak. Masalah matematika merupakan masalah yang
menuntut pemecahan dan penanganan segera. Salah satu penanganan dari masalah
dalam pendidikan matematika adalah membawa siswa keluar dari masalah tersebut.
Misalnya, menyediakan perpustakaan yang banyak memiliki koleksi buku
matematika, guru-guru memberikan soal yang tidak sama dengan soal-soal di buku
paket pengangan siswa, guru memilih metode yang pas di gunakan di setiap materi
matematika, jumlah siswa dalam satu ruangan harus di batasi dan sebaiknya
lingkungan belajar berada di tempat yang nyaman sehingga proses belajar mengajar
boleh berjalan dengan baik.
Salah satu materi matematika yang dipelajari disekolah tingkat menengah atas
(SMA) adalah materi logaritma, yang membutuhkan model pembelajaran yang sesuai
agar konsep yang telah dipelajari bisa dipahami dengan baik oleh siswa. Untuk itu
mempelajari materi logaritma ini dibutuhkan model pembelajaran yang dapat
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penalaran siswa, antara lain guru
memacu siswa agar mampu menyelesaikan soal pada logaritma dengan memberikan
soal-soal penerapan, sesuai dengan konsep logartima sehingga siswa memudahkan
menjawab soal logaritma dengan tepat.
Salah satu hal penting yang sangat di harapkan dikuasai oleh siswa terutama
siswa SMA adalah kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika dengan benar,
namun kadang siswa salah dalam menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga
konsekuensinya pretasi belajar matematika kurang. Seperti yang terjadi pada saat
pemakalah melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Frater
Makassar, pemakalah menemukan banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikan
soal-soal logaritma, trutama dalam menjawab sifat-sifat logaritma.
Salah satu model dalam pembelajaran matematika yang dianggap tepat
menyelesaikan permasalahan di atas adalah Pemecahan Masalah. Sesuai dengan
karakteristiknya, Pemecahan Masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
dalam menjawab soal dengan materi matematika yang sedang dipelajari (logaritma).
Dari pemaparan diatas, maka kami memilih menggunakan model matematika
yang dalam pembelajaran matematika mampu meningkatkan pemahaman konsep
serta mengatasi kesulitan siswa menjawab soal yang tepat sesuai dengan konsep
dengan materi matematika di tingkat sekolah menengah atas (SMA) , yaitu model
pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar bealakang masalah maka rumusan masalah yang diajukan
adalah Bagaimanakah model pemecahan masalah dalam mengatasi kesulitan siswa
menyelesaikan soal logaritma?
C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya makalah ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang
akurat tentang jawaban semua permasalahan yang telah di uraikan pada rumusan
masalah di atas. Adapun tujuan permasalahan adalah untuk mengetahui cara medel
pemecahan masalah dalam mengatasi kesulitan siswa SMA menyelesaikan soal
logaritma?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan setiap individu. Karena itu seseorang dikatakan
belajar apabila dapat diasumsikan di dalam diri orang itu terjadi suatu proses yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menurut Nasution (2009 : 34) beberapa
batasan tentang belajar yaitu: 1) Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem
urat saraf. 2) Belajar adalah penambahan pengetahuan . 3) Belajar sebagai perubahan
kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran
kebiasaan dan sikap yang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan
belajar.
Croanbach berpendapat (dalam Rusman, 2013) bahwa learning is shown by
change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai pengalaman. Makna dari definisi
yang dikemukakan oleh Croanbach ini lebih dalam lagi, yaitu belajar bukanlah
semata-mata perubahan dan penemuan tadi. Setelah terjadi perubahan dan
menemukan sesuatu yang baru, maka akan timbul suatu kecakapan yang memberikan
manfaat bagi kehidupannya. Intinya belajar adalah outcome. Sedangkan menurut
Burton, mengartikan bahwa “Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, seorang dikatakan belajar jika dapat diasumsikan dalam diri
orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah
laku dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya.
Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dialami seseorang untuk memperoleh perubahan
tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya, perubahan yang diperoleh diantaranya pegetahuan,
pemahaman, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, sikap dan perubahan-perubahan
lain yang dialami oleh individu yang belajar.
B. Jenis-jenis Kesalahan dalam Matematika
Kesalahan merupakan suatu bentuk penyimpangan dari suatu kebenaran,
merupakan suatu penyimpangan dari suatu prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya, atau suatu penyimpangan dari suatu yang diharapkan. Dalam belajar
matematika seringkali siswa melakukan kesalahan-kesalahan khususnya dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa
pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Rosita (2009: 31) mengemukakan bahwa jenis-jenis kesalahan siswa
adalah sebagai berikut.
1) Kesalahan konsep yaitu kesalahan yang terjadi karena salah dalam memahami
konsep. Indikator dari kesalahan konsep adalah (a) kesalahan menentukan
teorema atau rumus untuk menjawab suatu masalah, (b) penggunaan teorema atau
rumus oleh siswa tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus
tersebut atau tidak menuliskan teorema.
2) Kesalahan menggunakan data. Indikator kesalahan mengunakan data adalah (a)
tidak menggunakan data yang seharusnya digunakan, (b) kesalahan memasukkan
data kevariabel, (c) menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu
soal.
3) Kesalahan interpretasi bahasa. Indikator kesalahan interpretasi bahasa adalah (a)
kesalahan dalam menyatakan bahasa sehari-hari dalam bahasa matematika, (b)
kesalahan menginterpretasikan simbol-simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa
matematika.
4) Kesalahan teknis. Indikator kesalahan teknis adalah (a) kesalahan dalam
melakukan perhitungan atau komputasi, (b) kesalahan dalam melakukan
manipulasi operasi aljabar.
5) Kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Indikator kesalahan siswa dalam
penarikan kesimpulan adalah (a) melakukan penyimpulan tanpa alasan
pendukung yang benar, (b) melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai
dengan penalaran logis.
Menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 2009) yang mengemukakan bahwa
berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam mengerjakan tugas-tugas
matematika, yaitu kurangnya pengetahuan tentang simbol, kurangnya pemahaman
tentang nilai tempat, penggunaan proses yang keliru, kesalahan perhitungan, dan
tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga siswa melakukan kekeliruan karena tidak
mampu lagi membaca tulisannya.
Sedangkan menurut Sriati (dalam Sunarsi, 2009), kesalahn siswa dalam mengerjakan
soal matematika adalah:
1. Kesalahan terjemahan adalah kesalahan mengubah informasi ungkapan
matematika atau kesalahan dalam memberi makna suatu ungkapan matematika.
2. Kesalahan konsep adalah kesalahan memahami gagasan abstrak.
3. Kesalahan strategi adalah kesalahan yang terjadi jika siswa memilih jalan yang
tidak tepat yang mengarah ke jalan buntu.
4. Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang berkenaan dengan pemilihan yang
salah atas teknik ekstrapolasi.
5. Kesalahan tanda adalah kesalahan dalam memberikan atau menulis tanda atau
notasi matematika.
6. Kesalahan hitung adalah kesalahan menghitung dalam operasi matematika.
C. Sebab-sebab terjadinya kesalahan siswa
Kesalahan dalam matematika dapat terjadi pada semua kelompok siswa, baik
kelompok siswa yang hasil belajarnya rendah, sedang, maupun pada siswa yang hasil
belajarnya tinggi. Kesalahan yang terjadi pada setiap siswa mungkin saja sama, tetapi
berbeda penyebabnya. Misalnya ada dua orang siswa melakukan kesalahan
pemfaktoran. Siswa yang satu salah karena kekeliruan dan yang satunya salah karena
tidak mampu memfaktorkan.
Banyak sebab terjadinya kesalahan siswa, diantaranya adalah kurangnya
minat siswa dalam pelajaran matematika, jarang mengerjakan soal-soal latihan, cara
belajar yang tidak teratur, tidak mau bertanya bila menemui kesulitan, dan kurang
teliti dalam mengerjakan soal ( Solikah: 23-4-2009). Sedangkan Muzanni (7-8-2009)
mengatakan bahwa penyebab siswa melakukan kesalahan adalah siswa kurang
memiliki penguasaan konsep maupun materi prasyarat, lupa atau salah membuat
kesimpulan, tidak dapat menentukan langkah penyelesaian soal dengan tepat, kurang
teliti dalam melakukan hitungan, tidak teliti dalam meneliti atau menggunakan data,
kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika, siswa belajar matematika
tidak kontinyu, dan cara belajar siswa yang kurang baik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor penyebab terjadinya kesalahan
siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal siswa yaitu
faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti kemampuan berpikir, sikap positif
terhadap matematika, ketelitian, ketekunan, kedisiplinan, dan sebagainya. Faktor
eksternal yaitu faktor dari luar diri siswa seperti kesalahan guru memberikan
informasi, gangguan dari temannya saat mengerjakan soal, dan sebagainya.
D. Pengertian Logaritma
Logaritma adalah sebuah operasi matematika yang merupakan kebalikan
(invers) dari eksponen atau pemangkatan. Secara umum, logartima ditulis sebagai
berikut:
dengan
a disebut bilangan pokok logaritma atau Basis
b disebut bilangan yang dilogaritmakan
c disebut hasil logaritma
Untuk basis atau bilangan pokok 10 boleh tidak ditulis
Adapun sifat-sifat logaritma yaitu :
1. plog ( ab ) = plog a + plog b
2. alog an = n
3. plog (a/b) = plog a – plog b
4. plog 1 = 0
5. plog an = n . alog a
6. plog a . alog q = plog q
7. pnlog am = m/n plog a
8. plog p = 1
9. Pplog a = a
E. Contoh Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Logaritma
Secara terperinci kesalahan konsep yang di lakukan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal Logaritma sebagai berikut:
1. Nilai dari 2log (8 x 16) = …. ( penyelesaian menggunakan sifat 1)
Jawab:
= 2log 8 + 2log 16
= 2log 23 + 2log 24
= 3 + 4
= 7
Akan tetapi jawaban siswa yaitu :
1. Nilai dari 2log (8 x 16) = ….
Jawab:
= 2log 8 + 2log 16
= 2log 23 + 2log 24
= 2 + 2
= 4
maka siswa tersebut salah dalam konsep defenisi dari logaritma, dan sifat logaritma
karena cara penentuan bilangan pokoknya keliru.
Kesalahan konsep yang mungkin terjadi dalam sifat-sifat logaritma misalnya
siswa kurang memperhatikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian yang di gunakan.
F. Alternatif pemecahan masalah
Telah dikemukakan pada bagian di atas bahwa beberapa jenis dan penyebab
terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dalam matematika, untuk
itu diperlukan suatu alternative pemecahan masalah dalam soal-soal matematika
khususnya materi ajar logaritma adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana
belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan
masalah, mengajukan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan
lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka.
Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari penyajian kepada siswa
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, Mettes, dkk. (Made Wena, 2009: 61) membangun suatu sistem
heuristic yang dituangkan dalam bentuk Program Of Action And Methods (PAM).
PAM ini merupakan strategi umum yang dapat diadaptasikan kedalam bidang yang
lebih khusus, yang disebut dengan pemecahan masalah yang sistematis. Pemecahan
masalah yang sistematis adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang
berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini penulis mengembangkan langkah-langkah pemecahan
masalah sistematis. Kramers, dkk, (Rusman, 2010:60) mengemukakan bahwa
langkah-langkah pemecahan masalah sistematis terdiri atas empat tahap sebagai
berikut : (1) Memahami masalahnya, (2) Membuat perencanaan penyelesaian, (3)
Melaksanakan rencana penyelesaian dan (4) Memeriksa kembali, mengecek hasilnya.
Dalam penyusunan pemecahan masalah sistematis, juga memperhatikan
beberapa prosedur seperti yang dikemukakan Giancoli (dalam Rusman, 2010:63)
berikut ini : (1) Baca masalah secara menyeluruh dan hati-hati sebelum mencoba
untuk memecahkannya. Gambarkan situasi dalam bentuk diagram. (2) Tulis apa yang
diketahui atau yang diberikan, kemudian tuliskan apa yang ditanyakan. (3) Pikirkan
tentang prinsip, definisi atau persamaan hubungan besaran yang digunakan. (4)
Pikirkanlah dengan hati-hati tentang hasil yang diperoleh, apakah masuk akal atau
tidak. (5) Perhatikan satuan serta cek kembali penyelesaiannya.
Penggunaan pemecahan masalah sistematis dalam latihan menyelesaikan soal
didukung oleh teori belajar Ansubel tentang belajar bermakna, yang menekankan
perlunya menghubungkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dengan menggunakan pemecahan
masalah yang sistematis, siswa dilatih tidak hanya mengetahui apa yang diketahui,
apa yang ditanyakan, tetapi untuk menganalisis soal, mengetahui secara pasti situasi
soal, besaran yang diketahui dan yang ditanyakan serta pemikiran jawaban soal.
Pada pendekatan pembelajaran berbasis masalah terdapat tahap-tahap dalam
proses pembelajaran yang dimulai dengan memperkenalkan siswa pada suatu masalah
dan diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja. Secara umum tahap-
tahap dalam pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada tabel
berikut:
Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase ke Indikator Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,memaparkan masalah, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan atau hasil pemecahan masalah serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Penerapan metode pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal
logaritma.
1. Nilai dari 2log (8 x 16) =......
Jawab :
Tahap I. Tahap Memahami masalah
Diketahui: 2log (8 x 16)
Ditanyakan : nilai dari 2log (8 x 16) ?
Tahap II. Merencanakan penyelesaian
2log (8 x 16) dapat diselesaikan menggunakan sifat 1 logaritma
(plog ( ab ) = plog a + plog b)
Tahap III. Menyelesaikan masalah. Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok yaitu guru menjelaskan tetang soal tersebut.
Menjelaskan tentang bentuk umum logaritma dan sifat-sifat logaritma.
Berdasarkan soal tersebut, sifat yang digunakan yaitu sifat yang
pertama yaitu :
plog ( ab ) = plog a + plog b
jadi, 2log (8 x 16) = 2log 23 + 2log24
= 3 + 4
= 7
Tahap IV. Tahap melakukan pengecekan. Pada tahap ini akan dicek
apakah penyelesaian untuk mencari nilai logaritma sudah tepat atau
belum. Dari masalah logaritma di atas penyelesaian yang diberikan
sudah tepat karena sudah memenuhi aturan sifat logaritma.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru dapat menerapkan
metode pemecahan masalah dalam materi logaritma dari permasalahan penyelesaian
soal logaritma utamanya sifat logaritma. Metode pemecahan masalah merupakan
metode dimana guru memberi penjelasan sesuai konsep logaritma yang akan dapat
membantu siswa dalam menyelesaikan soal logaritma. kepada peserta didik berupa
soal yang permasalahannya mirip dengan contoh yang diberikan atau soal dengan
permasalahan yang berbeda. Dalam pelaksanaan latihan tersebut, guru memberi
bimbingan dan arahan cara menjawab soal logaritma dengan mengikuti langkah-
langkah pemecahan masalah yaitu: (i) memahami masalah, (ii) merencanakan
penyelesaian, (iii) melaksanakan rencana penyelesaian, (iv) melakukan pengecekan
kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan dalam menghasilkan suatu
penyelesaian.
B. Saran
1. Sebaiknya dalan proses belajar mengajar dengan menerapkan metode
pemecahan masalah, guru harus tetap berfungsi sebagi pemimpin, fasilitator,
dan motivator agar siswa lebih aktif dalam belajarnya.
2. Dalam pengembangan selanjutnya, perlu diperhatikan metode pembelajaran
lain sehingga apa yang hendak dicapai di dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B., dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Muzanni. 2009. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat. Online [ tersedia: http: //digili.unm.ac.id.go.php?mod= browse & op = read & id = jiptummpp-gdi-sl-2009-muzanni033-16715&PHPSESSID=42D6ee65b827a38f44956092d28ba
Nasution. 2009. Didakti Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rosito, Adelyana. 2009. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Pokok Bahasan Lingkaran. http//kursus-privat.com/6-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika.html. Diakses 20-9-2014.
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Press
Solikah, F.D. 2009. Analsis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Pokok Bahasan Fungsi dan Turunannya. Online. [ tersedia: http: //digilib. Unitono.ac.id.gdi.php? mod= browse & op = read & id = jbptunitoosngy4abbphgcxfugxv4e2c3glifrvg-fitridwiso&PHPSESSID=cgmfuogdi,). Diakses 20-9-2014.
Syahara Sheila. 2011. IM – 1 Intisari Matematika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Andi Yokyakarta.
Sunarsi, Anis. 2009. Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Luas Permukaan serta Volume Prisma dan Limas pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Karanganyar. Jurnal Pendidikan. Jogjakarta.