Upload
muhamad-totos
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
procces
Citation preview
II-1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Logam bewarna putih keperak-perakan, ringan, kuat, anti karat,
mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Nikel adalah unsur kimia
metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28,
valensi 0,1,2, dan 3, berat atom 58,71 spesifik gravity 8,902 (pada 25°C), titik
lebur 1453°C, titik didih 2732°C, resistan terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh
magnet, larut pada larutan asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit
larut dalam asam hidrokhlorik dan asam belerang. Berat jenis 8,8 untuk logam
padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat
lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat
membentuk baja tahan karat yang keras.
Untuk mendapatkan nikel murni, perlu dilakukan beberapa tahapan, yang
dimulai dari proses penambangan, pengolahan, peleburan sampai proses
pemurnian.
B. Genesa endapan bijih nikel
Di alam biasanya nikel terbentuk bersama-sama khromium dan platina di
dalam batuan ultrabasa. Konsentrasi residual silikat pada proses pelapukan batuan
beku ultrabasa menghasilkan endapan nikel silikat dengan mineral yaitu gantit
(H4Ni2.Mg2(SiO4)3.4.H2O), konarit (H4Ni2Si3O10), dan garnirit (Mg,Ni) SiO3 +
nH2O.
II-2
Batuan ultrabasa yang mengandung unsur nikel adalah gabro, basalt,
peridotit dan norit. Mineral utamanya adalah pentlandit (Fe,Ni)gS8, nikolit
(NiAs), skuterudit (Co, Fe,Ni)As3 dan violurit (FeNi2S4).
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov
batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur
nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai
hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni,
Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir
bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada
batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan
peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan
proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja
kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal
dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral
yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg,
Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika
yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-
hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan
haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur
cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral
akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau
hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap
pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit
dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang
disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya
II-3
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai
batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa
mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-
urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan
segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:
a. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya
endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam
hal ini pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling
banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling
mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai
komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan
pengendapan yang baik untuk nikel.
b. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana
terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis,
dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah
proses atau reaksi kimia pada batuan.
c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen
kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu
mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang
peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus
menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam
humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan
mengakibatkan: • penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan
mengikuti jalur akar pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan lebih banyak
• humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana
hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
II-4
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi
untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
d. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini
adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya.
Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang
kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-
rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses
pelapukan akan lebih intensif.
e. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi
air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan
bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk
mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori
batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang
landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan
pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara
teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang
meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :
1. Iron Capping : Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang
laterit. Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa
organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur.
Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan.
Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua,
merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai
II-5
kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat
mineral-mineral hematite, chromiferous.
2. Limonite Layer : Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit.
Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya
akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan
bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau
hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa
telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas.
fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil
menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan
sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam
mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc,
tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.
3. Silika Boxwork : putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan
sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite,
sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang
terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam
boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork
jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.
4. Saprolite : Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya
berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur
batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m.
Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan
batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah
batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang
tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran
halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous
quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan
II-6
dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral
kuarsa yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan,
chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc
dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan
asal masih terlihat.
5. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih
besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah
tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau
sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel
laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan
dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit
minor dan silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding
dengan intensitas serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang
membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini
diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni,
akan tetapi posisinya tersembunyi.
C. Penambangan bijih nikel
Penambangan nikel dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka dan
sistem tambang dalam. Di Indonesia penambangan nikel dilakukan dengan cara
tambang terbuka dengan membuat jenjang (bench) pada lereng bukit dan
penggaliannya dilakukan secara backfilling.
Salah satu contoh penambangannya terdapat di PT INCO. Operasi
penambangan nikel PT INCO di Sorowako digolongkan sebagai tambang terbuka
dengan tahapan sebagai berikut:
II-7
Pemboran
Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut
Pembersihan dan pengupasan
Lapisan tanah penutup setebal 10– 20 meter yang kemudian dibuang di tempat
tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.
Penggalian
Lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke stasiun
penyaringan.
Pemisahan
Bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir hasil
penyaringan bijih tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe
Barat adalah – 4/-2 inci.
Penyimpanan
Bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk pengurangan kadar air
secara alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan penyaringan
ulang di pabrik.
Penghijauan
Lahan-lahan purna tambang. Dengan metode open cast mining yang dilakukan
sekarang, dimana material dari daerah bukaan baru, dibawa dan dibuang ke
daerah purna tambang, untuk selanjutnya dilakukan landscaping, pelapisan
dengan lapisan tanah pucuk, pekerjaan terasering dan pengelolaan drainase
sebelum proses penghijauan/penanaman ulang dilakukan.
D. Pengolahan dan ekstraksi bijih nikel
II-8
D.1 Peleburan primer
Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis
yaitu mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada
sulfida dan ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan
cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan
dibatasi pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang
umumnya ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar.
Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg
(Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi
sedangkan limonit sebaliknya.
Pabrik pengolahan PT Inco di Sorowako mempunyai kapasitas
produksi 72.500 ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk
menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 persen.
Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:
Pra Pengolahan
1. Persiapan bahan baku
Bahan baku dalam proses pengolahan adalah bijih nikel (laterit) dengan
antrasit sebagai reduktor serta batu kapur sebagai flux dengan komsumsi
sebagai berikut :
- Bijih nikel sebanyak 320.000 ton bijih basah per tahun
- Antrasit sebanyak 30-40 kg per ton bijih basah.
- Batu kapur sebanyak 20-40 kg per ton bijih basah.
Bijih basah dari tambang diumpankan ke dalam shake out machine
(SOM) untuk memisahkan boulder yang berukuran di atas 30 cm, bijih
yang berukuran di bawah 30 dm diangkut ke ripple flow screen (RFS)
dengan belt conveyor di mana butiran berukuran lebih kecil dari 5 cm
bersama-sama dengan produk impeller breaker selanjutnya diangkut ke
II-9
dalam dua buah bin yang masing-masing berkapasitas 120 ton. bijijh
nikel terpisah masing-masing ditampung dalam bin-bin yang berkapasitas
70 ton.
Pengolahan dan ekstraksi bijih nikel
Pengolahan
1. Crushing
bertujuan untuk menghancurkan bongkahan bijih nikel sebagai bahan
baku dan campuran bahan baku lainnya.
2. Drying
bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari
bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan – 25
mm.
3. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian
nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Tahapan pada proses
kalsinasi :
- Bahan baku ditimbang
- diangkut ke rotary kiln dengan belt konveyor untuk proses kalsinasi
- bahan bakar yang dipakai untuk burner tersebut adalah Heavy Oil
- Jumlah bijih yang diolah dalam rotary kiln rata-rata sebanyak ± 40 ton
bijih basah per jam
4. Peleburan di Tanur Listrik
untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa
lelehan matte dan terak. Suhu yang biasa di gunakan dalam furnace 1500 oC.
5. Pengkayaan di Tanur Pemurni (converter)
untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi
di atas 75 persen.
II-10
6. Granulasi dan Pengemasan
untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran
yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
7. Nikel matte dingin yang berbentuk butiran-butiran halus ini, yang
kemudian dikeringkan dengan tanur pengering, disaring dan siap dikemas
dalam kantong dengan kapasitas 3 ton matte (Gambar 2.15). Kemasan siap
dikapalkan.
Gambar 2.1
Nikel Matte yang siap dipasarkan
II-11
Gambar 2.2
Alur proses pengolahan peleburan primer bijih nikel
D.2 Peleburan Sekunder
Peleburan sekunder merupakan proses selanjutnya untuk
mendapatkan nikel murni 99,9 %. Matte hasil proses peleburan primer yang
berupa butiran-butiran dimasukkan kedalam crusher dan kemudian
digrinding. Proses selanjutnya metal di panggang untuk memisahkan
belerang.
II-12
Nikel oxide yang didapat dari pemanggangan selanjutnya di reduksi dengan
bahan tambah arang (charcoal), sehingga didapat logam nikel.
Pada proses ini concentrat di leaching dengan larutan ammonia didalam
autoclave dengan tekanan kurang lebih 7 atm (gauge). Tembaga, nikel dan
cobalt terlarut kedalam larutan ammonia, reaksi yang terjadi
Pada gambar 2.3 ditunjukkan diagram proses pemurnian bijih nikel
(peleburan sekunder) .
Gambar 2.3
Proses peleburan sekunder bijih nikel