Upload
umaralfaruq
View
142
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di
setiap negara. Pendidikan juga turut mengalami perkembangan seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana yang dilakukan melalui proses pembelajaran.
Dimana pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia baik
dalam kemampuan spiritual, intelektual maupun profesional sehingga manusia
tersebut mampu memberdayakan potensi alam dan lingkungan untuk
kepentingan hidupnya.
Kualitas pendidikan umumnya dikaitkan dengan tinggi rendahnya
prestasi yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa mencapai skor dalam tes
dan kemampuan lulusan mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan. Kualitas
pendidikan ini dianggap penting karena sangat menentukan gerak laju
pembangunan di setiap negara. Oleh karena itu, hampir semua negara di dunia
menghadapi tantangan untuk melaksanakan pembaharuan pendidikan sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain perbaikan
terhadap sistem pengajaran yang menyangkut penyempurnaan kurikulum,
penataan guru bidang studi, penambahan sarana dan prasarana, penggunaan
metode yang inovatif sampai penyediaan media pengajaran serta usaha lain
yang berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan.
1
2
Guru dalam kurikulum bertindak sebagai fasilitator, artinya guru sebagai
pembimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru
harus mampu menciptakan suasana kondusif sehingga dapat merangsang
siswa untuk aktif belajar dan mampu bereksplorasi untuk menggali potensi
yang ada pada diri siswa itu sendiri. Sehingga tercapai hasil yang maksimal
dalam bentuk meningkatnya nilai yang diperoleh siswa.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kecamatan Akabiluru berada di
Piladang, Kabupaten Lima Puluh Kota yang mempunyai visi : “Menciptakan
peserta didik yang berprestasi dalam bidang akademis dan non akademis,
tanggap terhadap inovasi IPTEK dan santun dalam bersikap”. Peserta didik
yang berprestasi tentunya mempunyai kompetensi yang tinggi. Dimana, hasil
dari kompetensi yang dimiliki siswa itu dilihat dari hasil belajar yang telah
mereka peroleh. Hal itu dapat dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
Walaupun telah diusahakan menciptakan peserta didik yang berprestasi
di bidang akademis, namun nilai yang diperoleh siswa SMP N 3 Kecamatan
Akabiluru masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. KKM adalah
nilai minimal yang harus dicapai siswa pada setiap mata pelajaran, adapun
KKM setiap mata pelajaran itu berbeda-beda dilihat dari kemampuan siswa
dalam menangkap pembelajaran. Karena KKM itu tergantung kepada tingkat
kesukaran dan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tersebut. Adapun nilai
KKM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP N 3 Kecamatan
Akabiluru adalah 7,5.
3
Nilai rata-rata Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 3 Kecamatan
Akabiluru semester ganjil tahun pelajaran 2012–2013 masih berada di bawah
KKM. Kelas VII (1) yang terdiri dari 21 orang siswa mempunyai rata-rata
kelas 7,0. Kelas VII (2) yang terdiri dari 20 orang siswa lebih tinggi 0,2 point
dari kelas VII (1) yaitu 7,2. Pada kelas VII (3) yang terdiri dari 22 orang siswa
mempunyai nilai rata-rat 6,9 yang tentunya lebih rendah dari kelas VII (1) dan
VII (2). Dan pada kelas VII (4) nilai rata-ratanya lebih rendah dari semua
kelas yang ada yaitu 6,8. Sedangkan kelas yang siswanya lebih banyak yaitu
23 orang siswa memiliki rata-rata kelas sama dengan kelas VII (1) yaitu 7,0.
Dari penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan kalau nilai rata–rata
siswa masih di bawah KKM. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar
Bahasa Indonesia siswa di bawah nilai KKM seperti kurangnya minat belajar
siswa dalam belajar Bahasa Indonesia, sewaktu proses belajar mengajar terjadi
siswa cenderung pasif, guru tidak menggunakan model pembelajaran dan
strategi belajar yang bervariasi sehingga siswa cepat bosan dalam menerima
ilmu. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kurangnya perhatian orang
tua siswa kepada si anak sehingga cara belajar pergaulan si anak tidak
terkontrol. Dengan demikian akan berdampak negatif terhadap siwa. Dimana
nilai Ujian Nasional untuk pelajaran Bahasa Indonesia akan rendah dan siswa
tidak naik kelas, dampak bagi sekolah yaitu sekolah bisa–bisa kurang diminati
dan prestasi–prestasi lain akan ikut menurun.
Guru sebagai tenaga pengajar sekaligus pendidik merupakan salah satu
faktor utama yang penting dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan
hasil belajar siswa, seorang guru harus mampu menyelenggarakan proses
4
pembelajaran yang baik dan kondusif. Guru yang efektif adalah guru yang
bisa menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara
aktif dalam suatu mata pelajaran. Namun, pada hakekatnya siswa masih
mengalami kesulitan dalam belajar. Hal itu dapat dilihat dari kesulitan siswa
dalam mengingat pembelajaran, baik pelajaran yang lama maupun yang baru
diajarkan beberapa hari yang lalu. Akibatnya, hasil belajar yang siswa peroleh
akan menurun atau rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama masa Praktek Lapangan,
guru Bahasa Indonesia masih ada yang menggunakan motode ceramah dalam
penyampaian materi pelajaran. Ketika sang guru menggunakan metode diskusi
maka hanya beberapa siswa saja yang mendominasi pembicaraan saat diskusi
berlangsung. Sedangkan siswa lainnya bersikap pasif selama PBM, sehingga
pembelajaran belum berpusat kepada siswa. Dari hal itu dapat kita lihat kalau
tidak semua siswa dapat mengerti dan memahami secara optimal apa yang
disampaikan sang guru sehingga berdampak buruk terhadap hasil belajar.
Upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman dan
hasil belajar siswa terhadap pelajaran yang diberikan adalah dengan
menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Dalam hal ini ketepatan sang
guru dalam memilih pendekatan yang sesuai dengan materi sangat
menentukan keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Tentu saja tidak
mengesampingkan tujuan utamanya yaitu pembelajaran yang berpusat kepada
siswa.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu mata
pelajaran yang akan diujikan pada Ujian akhir yang terdiri dari empat aspek
5
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek itu
mempunyai kesulitan yang berbeda–beda dalam mengajarkannya. Membaca
sebagai suatu metode yang kita gunakan untuk berkomunikasi baik dengan
diri sendiri maupun dengan orang lain, sehingga kita mengerti akan makna
yang ada di balik bacaan yang kita baca.
Pada pembelajaran, membaca merupakan salah satu pelajaran yang
cukup membosankan bagi sebagian siswa karena mereka hanya terpaku pada
bacaan yang diberikan. Salah satu pelajaran yang berhubungan dengan
membaca yaitu membaca tabel. Dalam membaca tabel seorang siswa harus
mampu membaca sebuah tabel dan bisa merangkainya menjadi sebuah kalimat
ataupun sebuah paragraf. Tabel itu sendiri merupakan daftar dari angka-angka,
dimana dengan melihat dan membaca daftar tersebut siswa dapat membedakan
antara daftar pertama dengan daftar selanjutnya. Untuk dapat membaca daftar
dengan cepat dan tepat tentunya diperlukan pembelajaran yang aktif sehingga
bisa merangsang siswa untuk aktif dalam belajar.
Pembelajaran aktif adalah kegiatan mengajar yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata pelajaran yang
dipelajarinya. Siswa lebih aktif mempelajari materi pembelajaran yang
menyiapkan siswa untuk hidup, informasi yang diterima siswa lebih lama
diingat dan disimpan dan lebih menikmati suasana kelas yang nyaman.
Dari pengertian di atas dapat kita lihat kalau siswa yang berperan aktif
dalam pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik bertugas sebagai motivator
dan fasilitator proses belajar mengajar. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh
seorang guru agar pembelajaran aktif bisa terjadi. Salah satunya dengan
6
memilih strategi belajar yang tepat. Strategi yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan disampaikan tentunya akan merangsang si anak untuk
berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Salah satu strategi belajar aktif yaitu strategi bowling kampus. Dimana,
dalam penerapannya strategi ini sangat berpihak kepada siswa. Siswa mencari
sendiri bahan atau pelajaran yang akan dipelajarinya tentunya dengan
difasilitasi oleh guru. Sehingga materi yang telah dicari sendiri atau
berkelompok akan berkesan bagi peserta didik dan tidak mudah untuk
dilupakan. Dan pada akhir pelajaran sang guru bisa langsung menarik
kesimpulan apakah materi yang diberikan tersebut telah dipahami atau belum
oleh seluruh peserta didik, dimanakah letak belum pahamnya peserta didik
akan ditinjau lagi oleh sang guru.
Dari latar belakang di atas, penulis merasa penting untuk melakukan
penelitian ini. Judul penelitian yang penulis lakukan yaitu “Pengaruh Strategi
Bowling Kampus Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII
SMP N 3 Kecamatan Akabiluru Pada Pokok Bahasan Membaca Tabel”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:(1) Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMP N 3 Kecamatan Akabiluru masih belum berpusat kepada siswa. Karena
guru kebanyakan hanya menyampaikan materi dengan metode konvensional.
(2) Sejauh penelusuran penulis, motivasi dari siswa sendiri masih kurang
untuk belajar yang mengakibatkan hasil belajar siswa tidak memperlihatkan
7
kenaikan. (3) Strategi bowling kampus belum pernah dilakukan oleh guru
khususnya guru Bahasa Indonesia, karena banyak guru yang belum terlalu
mengetahui tentang strategi ini.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar penelitian ini lebih
terarah, maka peneliti membatasi permasalahan pada pengaruh strategi
bowling kampus terhadap hasil belajar membaca tabel siswa kelas VII SMP N
3 Kecamatan Akabiluru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:(1) Adakah pengaruh strategi
bowling kampus terhadap hasil belajar membaca tabel siswa kelas VII SMP N
3 Kecamatan Akabiluru? (2) Adakah perbedaan yang signifikan antara
pembelajaran menggunakan strategi bowling kampus dengan pembelajaran
konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui data empiris tentang strategi
bowling kampus. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:(1) Untuk
mengetahui pengaruh penggunaan strategi bowling kampus terhadap hasil
belajar membaca tabel siswa kelas VII SMP N 3 Kecamatan Akabiluru. (2)
8
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan strategi
bowling kampus dengan pembelajaran konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian bertujuan agar bermanfaat untuk masa yang akan
datang. Demikian juga dengan penelitian yang penulis laksanakan, semoga
bermafaat sebagai: (1) Bahan pertimbangan bagi pihak terkait mengenai
metode dan strategi pembelajaran. (2) Bahan masukan bagi bidang pendidikan
untuk menyediakan sarana dan prasarana untuk masa yang akan datang. (3)
Untuk staf edukasi secara umum untuk lebih selektif dalam memilih strategi
belajar yang cocok dengan materi yang akan diajarkan.
9
BAB II
KERANGKA TEORETIS
A. Landasan Teori
Dalam kajian teori ini penulis menjelaskan tentang teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian. Teori-teori tersebut meliputi : (1) defenisi
belajar, (2) proses pembelajaran, (3) strategi active learning bowling kampus,
(4) pembelajaran konvensional, (5) membaca tabel dan (6) hasil belajar.
1. Defenisi Belajar
Surya (Rusman dkk, 2011:7) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku
baru baik secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Crow dan Crow (Darmansyah, 2010:22) belajar adalah
sesuatu yang diperoleh dan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap yang baru.
Menurut Darmansyah (2010:23) belajar merupakan usaha sadar dan
terencana yang dilakukan individu dalam pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan tingkah
laku dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik berdasarkan
pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Slameto (2010:02) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
9
10
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Garret (Sagala, 2003:13) belajar adalah
merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui
latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan
perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Jadi, belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh seseorang
dimana terjadi perubahan kognitif, sikap atau tingkah laku peserta didik
dan bertambahnya keterampilan dari peserta didik itu sendiri.
2. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk mencapai pembelajaran. Darsono
(Hamdani, 2011:23) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan cara
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar
mengetahui dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari.
Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono (Hamdani, 2011:47) adalah:
(1) pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis, (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi
siswa dalam belajar, (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar
yang menarik perhatian dan menantang siswa, (4) pembelajaran dapat
menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik, (5) pembelajaran
dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi
siswa, (6) pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima
11
pembelajaran, baik secara fisik maupun psikologi, (7) pembelajaran
menekankan keaktifan siswa dan (8) pembelajaran dilakukan secara sadar
dan sengaja.
Sedangkan menurut Ausubel (Budiningsih, 2008:51) menyatakan
bahwa proses belajar terjadi jika sesorang mampu mengasimilasikan
pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses
belajar akan terjadi melalui tahap–tahap memperhatikan stimulus,
memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang
sudah dipahami.
Menurut Meier (Darmansyah, 2010:52) menyatakan bahwa proses
pembelajaran memiliki beberapa unsur yang saling terkait, yakni :
1. Persiapan (Preparation)
Proses pembelajaran diawali dengan persiapan. Tahap persiapan
berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk belajar.
Pembelajaran sulit berkembang bahkan dapat berhenti sama sekali jika
tidak dipersiapkan dengan optimal. Persiapan sangat berguna baik guru
maupun peserta didik. Bagi guru persiapan ini penting untuk
menyiapkan segalan sesuatu baik materi, media, strategi, dan evaluasi
yang akan dilakukan.
2. Penyampaian (Presentation)
Tahap paling penting dalam proses pembelajaran adalah
penyampaian konten pembelajaran. Materi yang sudah dipersiapkan
sebelumnya disajikan kepada peserta didik dengan menggunakan
berbagai bentuk pendekatan, strategi, metode yang tepat dan sesuai
12
dengan tujuan pembelajaran. Presentasi ini dimaksudkan untuk
mengirimkan pesan pembelajaran dari sender (pendidik) kepada
receiver (peserta didik) dalam bentuk komunikasi dua arah yang
melibatkan peserta didik secara aktif.
3. Latihan (Practice)
Pada tahap ini peserta didik mendapat pengalaman lanmgsung
mensinkronkan apa yang dipikirkan, apa yang dikatakan dan apa yang
dilakukan dalam pembelajaran. Tahap latihan peserta didik mendapat
pengalaman langsung proses internalisasi pengetahuan dan
keterampilan.
4. Penampilan Hasil (Performance)
Tujuan utama belajar adalah terjadi perubahan prilaku melalui
internalisasi pengetahuan dan keterampilan. Belajar dalah proses
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi
tindakan. Tahap ini sangat penting dan merupakan satu kesatuan
dengan keseluruhan proses belajar. Di sinilah nilai setiap program
pembelajaran terungkap.
Dalam belajar setiap siswa harus mempunyai sikap yang baik
sebagai bukti siswa telah mengelami proses belajar dan di samping itu
mereka juga dituntut mengetahui dan memahami prinsip-psinsip belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
proses pembelajaran guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan
materi pelajaran saja tetapi juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam
13
memajukan dan membimbing siswa kearah yang lebih baik sehingga siswa
akan lebih termotivasi dan aktif dalam belajar.
Ciri–ciri guru yang berkompeten dalam melaksanakan tugas
mengajar dan membimbing menurut Proyek Pembinaan Pendidikan Guru
(P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Sudjana, 2011:19), yaitu:
(1) Menguasai bahan pelajaran, (2) mengelola program belajar mengajar,
(3) mengelola kelas, (4) menggunakan media atau sumber belajar, (5)
menguasai landasan pendidikan, (6) mengelolan interaksi belajar
mengajar, (7) menilai prestasi belajar, (8) mengenal fungsi dan layanan
bimbingan penyuluha, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah, dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna
keperluan pengajaran.
Untuk keperluan analisis tugas seorang guru sebagai pengajar,
maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya
dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke
dalam empat kemampuan, yaitu:(1) merencanakan program belajar
mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar
mengajar, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4)
menguasai bahan pelajaran dalm pengertian menguasai bidang studi atau
mata pelajaran yang dipegangnya atau dibinanya.
3. Strategi Active Learning Bowling Kampus
Menurut Silberman (Hamdani, 2010:49) strategi active learning
merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang
komprehensif, meliputi berbagai cara untuk membuat siswa menjadi aktif.
14
Menurut Hamdani (2010:48) strategi active learning adalah
strategi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan.
Dimana untuk mencapai mutu pendidikan tersebut dibutuhkan berbagai
pendukung dalam proses belajar mengajar yaitu dari sudut siswa, guru,
situasi belajar, program belajar dan sarana belajar.
Menurut Zaini (2008:xiv) belajar aktif adalah pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Sedangkan menurut UC
Davis TAC (Hamdani,2010:109) active learning adalah suatu pendekatan
belajar yang melibatkan siswa sebagai gurunya sendiri.
Jadi, active learning adalah pembelajaran aktif yang menitik
beratkan kepada siswa. Dimana, siswa yang aktif dalam pembelajaran
sedangkan guru hanya sebatas fasilitator dan motivator.
Prinsip-prinsip strategi active learning:(1) prinsip motivasi, (2)
prinsip latar konteks, (3) prinsip keterarahan pada titik pusat atau fokus
tertentu, (4) prinsip hubungan sosial, (5) prinsip belajar sambil bekerja, (6)
prinsip perbedaan perseorangan, (7) prinsip menemukan, dan (8) prinsip
pemecahan masalah.
Pembelajaran dengan metode aktif dapat meberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan dirinya sendiri dengan aktif
berinteraksi di kelas tidak hanya sebagai pendengar saja. Salah satu contoh
model pembelaran aktif adalah model pembelajaran aktif tipe bowling
kampus (Silberman, 2006:261).
Strategi belajar tipe bowling kampus merupakan salah satu
alternatif dalam peninjauan ulang materi. Pada metode ini guru bisa
15
mengevaluasi sejauh mana penguasaan materi siswa, dan bertugas
menguatkan, menjelaskan, dan mengukhtisarkan poin-poin utama materi
pelajaran. Menurut Silberman (2006:261-262) langkah-langkah dalam
pembelajaran aktif strategi bowling kampus adalah sebagai berikut :
1. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga
atau empat orang siswa.
2. Memberi setiap siswa sebuah kartu indeks. Siswa akan mengacungkan
kartu mereka untuk menunjukkan bahwa mereka ingin mendapatkan
kesempatan menjawab pertanyaan.
3. Menjelaskan aturan untuk permainan yang akan diadakan:
a. Acungkan kartu indeks jika ingin menjawab pertanyaan.
b. Kartu indeks dapat diacungkan sebelum pertanyaan selesai
dibacakan jika siswa sudah tahu jawabannya.
c. Tim menilai satu angka untuk tiap jawaban anggota yang benar
d. Jika jawaban yang diberikan salah, maka tim lain dapat mengambil
alih untuk menjawab .
4. Setelah semua pertanyaan diajukan, jumlahkan skor dan diumumkan
pemenangnya.
5. Meninjau materi yang belum jelas atau yang memerlukan penjelasan
lebih lanjut berdasarkan jawaban pada permainan.
Pembelajaran dengan strategi bowling kampus ini dapat
dikembangkan, pada penelitian ini dikembangkan dengan cara :
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2. Guru memberi nama pada tiap-tiap kelompok.
16
3. Guru membagikan kartu peserta pada tiap kelompok.
4. Guru membagikan bahan ajar kepada siswa.
5. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa.
6. Guru memberikan lembar diskusi siswa.
7. Siswa membuat hasil diskusi kelompok.
8. Melaksanakan pembelajaran strategi bowling kampus.
4. Pembelajaran Konvensional
Menurut Suryosubroto (1997:160) metode ceramah adalah cara
penyampaian bahan pelajaran dan komunikasi lisan oleh guru terhadap
kelasnya. Pembelajaran konvensional adalah strategi belajar yang
dilakukan dengan komunikasi satu arah, sehingga situasi belajar berpusat
pada pengajar. Menurut Nasution (2005:209) ciri-ciri pembelajaran
konvensional adalah:(1) Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik, (2)
menyajikan bahan secara kelompok, tanpa memperhatikan siswa secara
individu, (3) kegiatan pembelajaran kebanyakan dalam bentuk ceramah,
(4) pengajaran berorientasi pada guru, (5) siswa bersifat fasif, (6)
kecepatan belajar ditentukan oleh kecepatan guru mengajar, (7)
penggunaan bahan tidak menyuruh, (8) pengujian diberikan setelah
ulangan, dan (9) keberhasilan guru dinilai secara subjektif.
Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk menyampaikan
keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Menurut Sagala
(2003:201) bahwa metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan dan penulisan dari guru kepada peserta didik. Meskipun
metode ceramah ini sederhana dan mudah dilakukan namun metode ini
17
mempunyai kelemahan-kelemahan, menurut Sagala kelemahan-kelemahan
tersebut yaitu:(1) Metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan
untuk berdiskusi memecahkan masalah sehingga proses penyerapan
pengetahuannya kurang tajam. (2) Metode ceramah kurang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberanian
dalam mengemukakan pendapatnya. (3) Pertanyaan lisan dalam metode
ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarnya apalagi menggunakan
kata-kata asing.
Sedangkan menurut Suryosubroto (1997:166) metode ceramah ini
mempunyai kebaikan dan keburukan dalam pelaksanaannya. kebaikan dan
keburukan metode ceramah antara lain:
1. Kebaikan metode ceramah
a) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas sebab guru semata-mata
berbicara langsung sehingga ia dapatmenentukan arah itu dengan
jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan.
b) Organisasi kelas sederhana, dengan berceramah persiapan guru
satu-satunya adalah buku catatan dan bahan pelajaran, ada
kemungkinan sambil duduk dan berdiri.
2. Keburukan metode ceramah
a) Guru sukar mengetahui sampai dimana murid-muridnya telah
mengerti materi yang diajarkan.
b) Murid sering kali memberikan pengertian lain dari hal yang
dimaksud guru, hal ini dapat disebabkan karena ceramah
18
merupakan rangkaian kata-kata yang sewaktu-waktu dapat
menimbulkan salah pengertian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah
memiliki kebaikan antara lain guru dapat menguasai seluruh arah kelas
sehingga organisasi kelas menjadi sederhana karena dengan berceramah
persiapan guru adalah buku catatan dan bahan ajar. Namun selain
kebaikan, metode ceramah juga memiliki beberapa keburukan antara lain
guru sukar mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman siswa
mengenai materi yang diajarkan dan metode ceramah juga menyebabkan
anak didik menjadi pasif di kelas.
5. Membaca Tabel
Menurut Hodgson (Tarigan, 2008:7) membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan,
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/tulis.
Menurut Tarigan (2008:9) membaca adalah suatu proses yang
bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu, para pelajar haruslah
dibantu untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-
lambang visual yang memberi tanda yang sama.
Menurut Strevens (Agustina, 2008:1-2) membaca adalah suatu
kegiatan yang kompleks. Selama proses membaca berlangsung melibatkan
kegiatan jasmani dan rohani. Yang dimaksud dengan kegiatan jasmani
adalah bahwa dalam kegiatan membaca melibatkan anggota jasmani
pembaca yaitu mata.
19
Sedangkan menurut Agustina (2008:4) membaca adalah
kemampuan mengenal huruf-huruf yang membangun kata atau mengenal
sederetan kata yang membangun kalimat. Dimana dalam membaca
dituntut aktivutas mental yang terarah, yang sanggup menangkap dan
memahami gagasan-gagasan yang tersembunyi di balik tulisan.
Jadi, membaca adalah suatu proses yang kita lakukan untuk
memperoleh informasi yang disampaikan oleh penulis.
Menurut Sudjana dan Rivai (2011:39) tabel adalah suatu penyajian
data berangka. Dimana suatu tabel menggambarkan hubungan penting dari
suatu data. Yang tujuannya yaitu untuk memperlihatkan perbandingan,
informasi kualitatif dengan cepat dan sederhana.
Sedangkan menurut KBBI (2002:986) tabel adalah daftar yang
berisi ikhtisar sejumlah data informasi yang biasanya berupa angka-angka
dan bilangan yang tersusun secara bersistem urut ke bawah dalam lajur
dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dengan mudah dapat
disimak.
Jadi, membaca tabel adalah proses yang dilakukan pembaca dalam
memperoleh informasi dari suatu daftar. Dimana dari membaca daftar
tersebut si pembaca akan mengetahui informasi kualitatif dan
perbandingan yang ada di dalam daftar tersebut.
6. Hasil Belajar
Dari proses pembelajaran diperoleh hasil dari pembelajaran
tersebut. Menurut Winkel (Purwanto, 2008:45) hasil belajar adalah
20
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya.
Menurut Purwanto (2008:46) hasil belajar adalah perubahan
perilaku siswa akibat belajar. Dimana perubahan itu terjadi karena adanya
penguasaan siswa terhadap bahan yang diberikan dalam proses belajar
mengajar.
Sedangkan menurut Hamdani (2010:68) mengatakan hasil belajar
bukan saja sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga ada perubahan
dalam sikap dan keterampilannya.
Jadi, hasil belajar adalah perubahan yang tejadi pada diri peserta
didik, dimana tidak hanya perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu
juga perubahan sikap.
Gagne (Sudjana, 2011:47-48) menyatakan bahwa hasil belajar ada
5 tipe, yaitu:(1) Belajar kemahiran intelektual (kognitif), (2) belajar
informasi verbal, (3) belajar mengatur kegiatan intelektual, dan (4) belajar
sikap belajar keterampilan motorik
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi
tiga bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotorik.
Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak
bisa terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki (Sudjana,
2011:49).
1. Tipe hasil belajar bidang kognitif.
Hasil belajar dalam kecakapan kognitif itu mempunyai
tingkatan-tingkatan, (Slameto, 2010 : 138). Tingkatan-tingkatan yang
21
dimaksud adalah : (1) Informasi non verbal, (2) informasi fakta dan
pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan
masalah dan kreativitas.
2. Tipe hasil belajar bidang afektif
Bidang afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil
belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
atensi atau perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain.
3. Tipe hasil belajar bidang psikomotorik
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan atau skill, kemampuan bertindak seseorang.
B. Penelitian Relevan
Penelitian tentang pengaruh penggunaan strategi belajar pernah
dilakukan oleh Eliza Daniati (2012). Eliza meneliti “Pengaruh Strategi
POINT (Purpose, Overview, Interpretet, Note, Test) Terhadap Kemampuan
Membaca Pemahaman Siswa Kelas VIIII SMP 3 Talamau Kabupaten
Pasaman Barat” . Dalam kesimpulannya dinyatakan bahwa hasil belajar
siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan atau nilai kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol setelah memakai strategi POINT.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya
terletak pada strategi yang digunakan dan objek penelitiannya. Strategi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah strategi bowling campus dan
objeknya adalah siswa kelas VII SMP N 3 Kecamatan Akabiluru.
22
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan di
atas, kerangka konseptual penelitian ini adalah:
Gambar 1. Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut “Pembelajaran aktif bowling kampus
berpengaruh positif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP
N 3 Kecamatan Akabiluru tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan
membaca tabel”.
Proses Belajar Mengajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
PBM dengan Menggunakan Strategi
Bowling Kampus
PBM Tanpa Menggunakan Strategi Bowling Kampus
Hasil belajar tinggi
Hasil belajar
Hasil belajar Kelas Eskperimen dibedakan dengan Kelas Kontrol
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini berjenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode eksperimen. Dikatakan penelitian kuantitatif karena pengumpulan data
menggunakan angka-angka. Angka-angka tersebut diperoleh setelah dilakukan
evaluasi kelas eksperimen dan kelas kontrol serta dianalisis menggunakan
rumus statistik. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2002:12)
mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan angka, dimulai dari pengumpulan data, penafsiran data dan
ditampilkan hasilnya.
Menurut Nazir (2005:47) menyatakan bahwa penelitian eksperimen
adalah step-step atau langkah yang utuh dan berurutan yang dibuat lebih
dahulu, sehingga keterangan yang ingin diperoleh dari percobaan akan
mempunyai hubungan yang nyata dengan masalah penelitian.
Model rancangan dalam penelitian ini adalah randomized control
group only design, yang digambarkan sebagai berikut.
Tabel 2
randomized control group only design
Kelas Perlakuan PosttestEksperimen X1 T1
Control X2 T1Sumber : Lufri (2007:68)
Keterangan :X1 = Penerapan strategi bowling kampus X2 = kelas control tanpa menggunakan strategi bowling kampusT1 = tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan
23
24
B. Defenisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penelitian ini, maka
penulis memberikan penjelasan tentang konsep penulisan, yaitu :
1. Hasil belajar merupakan hasil dari kemampuan yang diperoleh akibat
adanya proses belajar yang dicapai siswa. Selain itu hasil belajar juga
merupakan suatu prestasi yang dicapai seorang siswa dalam mengikuti
suatu proses pembelajaran.
2. Strategi bowling kampus merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Pada metode ini guru bisa mengevaluasi sejauh
mana penguasaan materi siswa, dan bertugas menguatkan, menjelaskan,
dan mengukhtisarkan poin-poin utama materi pelajaran.
3. Pembelajaran konvensional merupakan salah satu pembelajaran yang
hanya berpusat kepada guru. Pada model pembelajaran ini siswa hanya
menerima apa yang disampaikan sang guru tanpa ada keaktifan dari siswa.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 3
Kecamatan Akabiluru. Dimana terdiri dari lima kelas, yaitu : VII1
(21siswa), VII2 (20 siswa), VII3 (22 siswa), VII4 (20 siswa) dan VII5 (23
siswa).
2. Sampel
Penelitian ini menggunakan dua kelas sampel, satu kelas sebagai
kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas control. Pemilihan
25
sample dilakukan dengan teknik simple random sample, yaitu tekhnik
pengambilan sampel dilakukan secara acak, (Nazir 2005:277). Dimana
tiap populasi diberi nama kemudian dibuat dalam gulungan kertas, lalu
gulungan kertas tadi dikocok kemudian diambil dua buah gulungan, nama
kelas yang keluar maka kelas itulah yang dijadikan sampelnya. Jadi,
sebanyak lima populasi (VII.1 – VII.5) dipilih secara acak, maka keluarlah
VII.1 (21 siswa) dan VII.2 (20 siswa) sebagai kelas sampel.
D. Variabel dan Data
1. Variabel
Penelitian ini menggunakan dua varibel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
yang diberikan dengan strategi bowling kampus. Sedangkan variabel
terikatnya yaitu hasil belajar siswa yang menggunakan strategi bowling
kampus tersebut.
2. Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil dari
pembelajaran siswa setelah dilakukannya pembelajaran dengan
menggunakan strategi bowling kampus sedangkan sumber data dari
penelitian ini adalah siswa kelas VII (20 siswa) yang telah dijadikan
sampel.
26
E. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti memberikan
pembelajaran di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Pada kelas kontrol,
pembelajaran membaca tabel dilakukan tanpa menggunakan strategi bowling
kampus. Sebaliknya, pada kelas eksperimen, pembelajaran dilaksanakan
dengan menggunakan strategi bowling kampus. Setelah pembelajaran di kelas
eksperimen dan kelas kontrol dilakukan barulah dilakukan tes, yaitu tes
pilihan ganda berdasarkan topik yang telah ditentukan. Setelah selesai,
lembaran kerja siswa dikumpulkan kemudian diperiksa.
F. Instrument Penelitian
Instrument adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data.
Untuk mendapatkan data yang valid maka data tersebut harus di uji coba
sehingga data dapat dianalisis validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya
pembeda secara keseluruhan.
1. Validitas Tes
Menurut Nazir (2005: 145) validitas merupakan tingkat kualitas
apa yang sedang diukur. Sedangkan menurut Arikunto (2005:70) valid
atau tidaknya suatu tes dilihat berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Apakah tes tersebut bahan-bahannya sesuai dengan kurikulum
b. Apakah tes tersebut berisi bahan-bahan yang diajarkan oleh guru
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat kita simpulkan
bahwa dengan validitas kita dapat mengetahui seberapa jauh suatu tes
dapat mengukur apa yang akan diukurnya. Dalam penelitian ini kita dapat
27
menggunakan validitas isi yakni melihat apakah tes tersebut sesuai dengan
indikator dan standar kompetensi sehingga tes tersebut sudah dikatakan
valid dan dapat dijadikan sebagai alat evaluasi atau instrument dalam
penelitian ini.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes merupakan syarat bagi validitas suatu tes. Tes yang
tidak reliabel dengan sendirinya tidak valid. Reliabilitas adalah ukuran
ketepatan dalam mengukur sesuatu yang diukur. Untuk mengukur
reliabilitas tes dipakai Flanagan menurut Purwanto (2011:165).
r =
Keterangan :
r = koefisien reliabilitas
= varians skor butir belahan pertama
= varians skor butir belahan kedua
= varians skor total
Sebelum mencari koefisien reliabilitasnya, terlebih dahulu cari
varians masing-masing belahan. Cara menghitungnya yaitu:
Keterangan :
= varians skor belahan
N = jumlah responden
28
X = skor butir belahan
Menurut Slameto (1998:215) klasifikasi tingkat reliabilitas soal
digunakan skala pada tabel berikut:
Tabel 1 : Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
No. Indeks Reliabilitas Klasifikasi 1 0,00 ≤ r11 < 0,20 Sangat rendah2 0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah3 0,40 ≤ r11 < 0,60 Sedang4 0,60 ≤ r11 < 0,80 Tinggi5 0,80 ≤ r11 < 1,00 Sangat tinggi
Sumber: Slameto (1998:215)
Berdasarkan tes uji coba soal yang dilakukan, didapatkan
reliabilitas soal 0,77 dengan kesimpulan soal uji coba ini tergolong pada
tingkat reliabilitas tinggi.
3. Indeks Kesukaran (P)
Menurut Arikunto(2002:208) Tingkat kesukaran soal merupakan
bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Rumus yang
digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal, yaitu:
P =
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
Js = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Tabel 2 : Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
No Indeks Kesukaran Klasifikasi1 0,70-1,00 Mudah2 0,30-0,70 Sedang3 0,00-0,30 Sukar
29
Sumber:Arikunto (2002:210)
Dalam penelitian ini taraf kesukaran soal yang digunakan adalah
pada kriteria sedang yaitu dari 0,30-0,70 dimana dari 30 soal yang diuji
cobakan terdapat 29 soal pada tingkat kesukaran sedang dan 1 soal
tergolong pada tingkat kesukaran sukar.
4. Daya Beda Soal (D)
Daya pembeda soal menurut Arikunto (2005:211) adalah
“kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah”.
Besarnya daya pembeda dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan :
D = Indeks diskriminasi (daya beda)
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3:Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
No Indeks daya beda Klasifikasi1 0,70≤D<1,00 Baik sekali2 0,40≤D<0,70 Baik3 0,20≤D<0,40 Cukup 4 0,00≤D<0,20 Jelek
Sumber: Arikunto (2005:211)
Indeks daya beda yang digunakan untuk tes dalam penelitian ini adalah
dari 0,20≤D≤0,40. Berdasarkan tes uji coba soal yang dilakukan, dari 30
butir soal diperoleh 3 butir soal pada kriteria jelek, 19 soal pada kriteria
cukup, dan 8 soal berkriteria jelek.
30
G. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data. Analisis data bertujuan
untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan dalam
penelitian. Pengolahan data terdiri dari pengolahan data untuk ranah kognitif.
Pada teknik analisis data dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata
harus dipenuhi syarat sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal
dan kedua kelas mempunyai varians yang homogen.
Dengan adanya kedua syarat di atas, maka terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas dan homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi
terdistribusi normal, gunakan uji Lilieforrs dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menyusun Skor hasil belajar dalam tabel dengan mengurutkan dari
skor terendah sampai skor tertinggi ( X1,X2,X3…Xn).
b. Data X1, X2, X3 .... Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,X3…Zn dengan
rumus:
Zi = (Sudjana, 1996: 467)
Keterangan :
Xi = Skor yang diperoleh siswa ke-1
= Skor rata-rata
S = Simpangan baku
c. Menghitung peluang F (Z1) = P (Z≤ Zi) untuk simpangan baku
dengan menggunakan daftar distribusi normal baku.
31
d. Menghitung proporsi Z1,Z2, X3…Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi, jika proposi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka
menggunakan rumus:
S(Zi) =
(Sudjana, 1996:467)
e. Menghitung selisih antara F (Zi) dengan S (Zi) dan kemudian
menentukan harga mutlak terbesar di antara harga mutlak selisih
tersebut (L0), dilambangkan dengan kriteria pengujian sebagai
berikut:
1. Bila L0<Ltable maka gejala yang diselidiki terdistribusi normal
2. Bila L0>Ltable maka gejala yang diselidiki tidak terdistribusi
normal (Sudjana, 1996:467)
2) Uji Homogenitas Varians
Untuk menentukan apakah kedua kelompok data mempunyai
varians yang homogen, maka dilakukan uji homogenitas dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh sudjana (1996:249):
F =
Keterangan :
S1 = Varians hasil belajar kelas eksperimen
S2 = Varians hasil belajar kelas kontrol
F = Varians kelompok
32
Jika harga F sudah didapatkan, maka harga F tersebut
dibandingkan dengan harga F yang terdapat dalam daftar distribusi F
dengan taraf signifikansi 5% dan dk pembilang = n1–1 dan dk
penyebut = n2–1. Bila harga F yang didapat dari perhitungan lebih
kecil dari harga F pada tabel (Fhit<Ftab) maka kedua kelompok data
mempunyai varians yang homogen dan sebaliknya.
3) Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan hasil belajar kedua kelas sampel. Untuk data yag
terdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan pengujian selisih
dua rata-rata menggunakan uji t dengan hipotesis statistik sebagai
berikut :
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
persamaan yang digunakan menurut Sudjana (2002:239) adalah:
Keterangan :
: nilai rata-rata kelas eksperimen: nilai rata-rata kelas kontrol: varians hasil belajar kelas eksperime: varians hasil kelas kontrol
n1 : Jumlah siswa kelas eksperimenn2 : Jumlah siswa kelas kontrol