61

Click here to load reader

Proposal Asli (REVISI)2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Asli (REVISI)2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Alam Indonesia kaya akan beraneka ragam tumbuhan yang merupakan

salah satu sumber senyawa kimia alam hayati yang dikenal dengan istilah

“Natural Product Chemistry”. Tumbuhan merupakan gudang bahan kimia yang

paling lengkap. Berpuluh-puluh bahkan mungkin beribu-ribu komponen kimia

terkandung di dalam tumbuhan. Ada komponen kimia yang bersifat racun, ada

juga yang bersifat menyembuhkan penyakit sehingga digunakan sebagai obat.

Pencarian bioaktif yang berasal dari tumbuhan tropis selalu mendapat

perhatian, terutama jenis tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi sebagai bahan

obat-obatan seperti: antikanker, antibakteri, antivirus, antioksidan, dan antiAIDS.

Senyawa bioaktif seperti golongan alkaloid merupakan senyawa organik yang

memiliki keaktifan fisiologis yang berguna sebagai bahan baku obat. Meniran

(Phyllanthus niruri L.) adalah salah satu tumbuhan yang sangat potensial sebagai

penghasil obat.

Bagi sebagian besar masyarakat pedesaan, tumbuhan meniran sudah cukup

dikenal sebagai salah satu tumbuhan liar yang berkhasiat mengobati. Akan tetapi,

pengetahuan mereka tentang khasiat meniran hanya sedikit saja. Setelah meniran

diuji secara klinis oleh tim kedokteran dari berbagai belahan dunia, akademisi

mengetahui bahwa meniran adalah salah satu kekayaan alam yang terabaikan atau

bahkan kurang dapat perhatian selama ini.

Meniran merupakan salah satu jenis tumbuhan yang sering digunakan oleh

masyarakat untuk obat. Menurut Heyne (1987), tumbuhan ini di daerah Jawa

disebut “meniran” dikarenakan bentuk buahnya seperti menir (butiran beras).

Tumbuhan ini merupakan terna semusim, tumbuh liar di hutan, di ladang, semak-

semak, sepanjang jalan, pinggir sungai, pinggir pantai, tanah berumput, gembur

atau bebatuan pada dataran rendah sampai pada ketinggian 1.000 m diatas

permukaan laut.

1

Page 2: Proposal Asli (REVISI)2

Selain tempuyung, meniran atau menir juga merupakan tumbuhan liar

berkhasiat mengobati yang sering dibuang ketika membersihkan pekarangan.

Hanya masyarakat di pedesaan yang sudah mengenal meniran sebagai tumbuhan

bermanfaat bagi kesehatan. Tidak sedikit dari mereka sebagai pengguna jamu

mengkonsumsi meniran.

Apabila kita berada di pekarangan rumah yang dipenuhi rerumputan, maka

kita akan menemukan tumbuhan liar yang mirip dengan pohon asam kecil

“bonsai”. Tingginya tidak lebih dari dua jengkal tangan.

Meniran merupakan satu dari banyak tumbuhan obat yang terdapat di

Indonesia yang mampu meningkatkan ketahanan tubuh.

Pada saat banyak penyakit sulit disembuhkan dengan obat modern dan

memerlukan biaya yang cukup tinggi, pengobatan dengan bahan-bahan alami bisa

menjadi alternatif penyembuhan yang tidak kalah manjur. Apalagi saat ini banyak

tumbuhan obat tradisional sudah diuji secara klinik untuk mengetahui komposisi,

kandungan, dan efek farmakologinya.

Dibandingkan obat-obatan dokter dengan resep ketat, pengobatan dengan

bahan tumbuhan ini relatif aman dan tidak berefek samping yang membahayakan

(Jaka Sulaksana, 2004). Selain itu, tumbuhan obat bisa juga dibudidayakan untuk

keperluan pengobatan dan menjaga kesehatan seumur hidup.

Menurut banyak literatur dan jurnal, lebih dari 1.000 jenis tumbuhan obat

di Indonesia, termasuk meniran sudah diteliti. Kekayaan tumbuhan obat yang

berasal dari berbagai tipe ekosistem hutan sudah diidentifikasi dan diinventarisasi

sebanyak 1.845 jenis. Hal ini sangat membantu pengadaan bahan baku obat

tradisional di negeri ini. Seperti diketahui, 90% bahan baku obat-obatan modern

berasal dari luar negeri.

Beberapa jenis penyakit yang terbilang baru di dunia kedokteran yang

menggemparkan dunia, seperti kanker dan SARS, diketahui dapat dilawan dengan

mengkonsumsi tumbuhan meniran, baik daun, batang, maupun akarnya.

Sementara beberapa jenis penyakit berat, seperti: hepatitis dan demam berdarah,

juga dapat ditanggulangi dengan ramuan yang salah satunya menggunakan

2

Page 3: Proposal Asli (REVISI)2

meniran. Beberapa pengalaman penderita penyakit telah membuktikan khasiat

meniran.

1.2. Ruang Lingkup Masalah

Tumbuhan meniran telah diketahui mengandung senyawa flavonoid dan

saponin, namun kandungan kimia lainnya belum diketahui. Pada umumnya

tumbuhan meniran yang dapat digunakan sebagai obat mempunyai rasa yang pahit

dan pada umumnya alkaloid-alkaloid yang mengandung atom N memiliki rasa

pahit dan juga mempunyai aktifitas fisiologis yang juga dapat digunakan menjadi

obat. Penelitian ini akan mencoba melihat apakah ada senyawa alkaloid dari

tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L) dengan menggunakan pelarut etanol.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada isolasi dan identifikasi senyawa alkaloid dari

tumbuhan meniran dengan metode ekstraksi sokhletasi dengan menggunakan

pelarut etanol. Ekstrak etanol dilanjutkan dengan identifikasi cara uji kimia

dengan uji warna HNO3 dan pereaksi Mayer, Dragendorff, Wagner, dan

Bouchardat dan dengan Spektrofotometer IR dan GC–MS.

1.4. Rumusan Masalah

Alkaloid merupakan suatu senyawa yang bersifat basa karena memiliki

pasangan elektron bebas pada unsur N. Sebagai basa, alkaloid biasanya

diekstraksi dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut alkohol di dalam kondisi

asam. Dengan demikian alkaloid dapat bereaksi dengan asam. Maka yang menjadi

rumusan masalah adalah: “Adakah senyawa alkaloid dalam ekstrak etanol?”

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mengisolasi alkaloid dari tumbuhan meniran dengan metode ekstraksi

sokhletasi.

3

Page 4: Proposal Asli (REVISI)2

2. Melakukan uji kualitatif senyawa alkaloid dari tumbuhan meniran dengan

uji kimia.

3. Mengidentifikasi alkaloid hasil isolasi dengan spektrofotometer IR dan

GC–MS.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Sebagai pelatihan bagi peneliti untuk memisahkan senyawa bahan alam.

2. Sebagai pengetahuan dasar bagi peneliti lanjutan tentang jenis alkaloid.

3. Sebagai informasi ilmiah pada bidang kimia bahan alam dan pada bidang

farmasi dalam upaya pengembangan kimia alkaloid dalam tumbuhan

meniran sebagai obat.

4. Untuk lebih memperkuat nilai ilmiah dari khasiat yang dimiliki oleh

tumbuhan meniran sebagai obat alami.

4

Page 5: Proposal Asli (REVISI)2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Meniran

2.1.1. Asal-Usul dan Penyebaran

Meniran adalah tumbuhan yang sebenarnya tumbuh liar dan mudah

ditemui di pekarangan rumah, kebun, atau hutan. Meniran tumbuh subur di tempat

lembab dan berbatu, seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas sawah,

ladang, tanah terlantar diantara rumput atau selokan. Tumbuhan ini merupakan

salah satu dari 700 jenis genus Phyllanthus yang banyak tumbuh di Asia seperti

Indonesia, China, Filipina, dan India. Tumbuhan ini berasal dari Asia tropik yang

tersebar di seluruh daratan Asia termasuk Indonesia. Kini tumbuhan ini tersebar

ke benua Afrika, Amerika, dan Australia. Meniran tumbuh di daerah dataran

rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut.

Beberapa jenis tumbuhan ini sudah digunakan sejak 2.000 tahun lalu untuk

pengobatan tradisional Ayurveda di India. Beberapa genus Phyllanthus yang

memiliki khasiat menyembuhkan diantaranya Phyllanthus urinaria, Phyllanthus

niruri, dan Phyllanthus amarus.

Di daerah tertentu, meniran dikenal dengan nama lokal setempat, misalnya

child pick a back (Inggris), chamber pitter (Alabama, USA), quebra pedra

(Brazil), pitirishi/budhatari (India), hurricane weeds (Bahama), dukung anak

(Malaka), stone breaker (Amerika Selatan), zhen chu cao, ye xia zhu (China),

meniran (Jawa), dan gasau madungi (Ternate).

(Jaka Sulaksana, 2004)

Di Indonesia dikenal dalam beberapa nama daerah, seperti:

Sumatera : ba’me tano, sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop

Jawa : meniran ijo, meniran merah, memeniran

Sulawesi : bolobungo, sidukung anak

Maluku : gosau ma dungi, gosau ma dungi roriha, belalang bahiji

(Agus dan Fauji, 2004)

5

Page 6: Proposal Asli (REVISI)2

2.1.2. Morfologi dan Karakteristik Botani

Iklim tropis merupakan syarat tumbuh bagi meniran. Tumbuhan meniran

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Batang tumbuhan tidak bergetah, basah, tumbuh tegak, bercabang,

berbentuk bulat, tinggi 30 – 50 cm, dan berwarna hijau muda.

2. Daun bersirip genap dan setiap satu tangkai terdiri dari daun majemuk

yang mempunyai ukuran kecil berbentuk bulat telur. Panjang 5 mm

dan lebar 3 mm. Pada bagian bawah daun terdapat bintik berwarna

kemerahan.

3. Bunga melekat pada ketiak daun dan menghadap ke arah bawah.

Warna bunga putih kehijauan. Bunga ini tumbuh subur sekitar bulan

April – Juni.

4. Buah berbentuk bulat pipih berdiameter 2 – 2,5 mm, licin, berbiji

seperti bentuk ginjal, keras, dan berwarna cokelat. Buah tumbuh

sekitar bulan Juli – November.

5. Akar meniran berbentuk tunggang (tap root), yaitu akar utama yang

pada umumnya merupakan pengembangan radikula lembaga, tumbuh

tegak ke bawah, dan bercabang. Pada tumbuhan meniran dewasa,

panjang akar dapat mencapai 6 cm. Warna akar putih kekuningan.

Akar meniran berfungsi untuk memperkuat berdirinya tumbuhan serta

menyerap air dan unsur hara.

(Jaka Sulaksana, 2004)

2.1.3. Klasifikasi Botani

Meniran yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Phyllanthus niruri

dan Phyllanthus urinaria. Perbedaan keduanya terdapat pada warna batangnya.

Phyllanthus niruri berwarna hijau pucat, sedangkan Phyllanthus urinaria

berwarna hijau kemerahan. Keduanya memiliki daun yang kecil dan lonjong.

Tumbuhan meniran termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Klasifikasi

meniran sebagai berikut:

6

Page 7: Proposal Asli (REVISI)2

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L.

Gambar 2.1. Tumbuhan Meniran

2.1.4. Efek Farmakologi

Meniran merupakan salah satu tumbuhan yang berkhasiat menyembuhkan

berbagai penyakit. Khasiatnya telah terbukti ampuh mengobati penyakit hepatitis.

Selain mengobati lever yang terkena serangan virus hepatitis, meniran juga

terkenal sebagai pembangkit libido. Khasiat lainnya adalah peluruh air seni,

gangguan saluran pernapasan, kencing manis, diare, demam, penyakit kelamin,

dan cacar.

7

Page 8: Proposal Asli (REVISI)2

Penelitian terbaru tentang meniran mengungkapkan bahwa tumbuhan ini

bisa membantu mencegah berbagai macam infeksi virus dan bakteri serta

meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Pada intinya, selain berkhasiat sebagai

antikanker, meniran juga berkhasiat sebagai imunoterapi atau terapi adjuven

mendampingi obat kanker lainnya. (Jaka Sulaksana, 2004)

Meniran berbatang hijau kemerahan (Phyllanthus urinaria) ataupun

meniran berbatang hijau pucat (Phyllanthus niruri) mempunyai khasiat yang

hampir sama. Secara etnomedisinal, meniran digunakan masyarakat di berbagai

belahan dunia. Di Indonesia sendiri, meniran telah digunakan secara turun-

temurun dan diyakini dapat menyembuhkan penyakit malaria, sariawan, mencret,

sampai nyeri ginjal. Bila dicampur dengan pegagan, meniran bisa digunakan

untuk mengobati kencing batu. Sementara di Thailand, meniran dimanfaatkan

untuk mengobati demam dan sebagai deuretik.

Dalam pengobatan tradisional India (ayurveda) yang telah digunakan

selama lebih dari 2.000 tahun yang lalu, meniran secara luas dimanfaatkan untuk

pengobatan penyakit kuning (jaundice), diabetes, kencing nanah, gangguan

menstruasi, serta gangguan pada kulit seperti bengkak dan gatal-gatal. Di India,

secangkir rebusan daun meniran diminum untuk mengobati diare. Hal ini

mungkin disebabkan oleh daun meniran yang mengandung senyawa-senyawa

antibakteri seperti filantin, hipofilantin, nirantin, dan nirtetralin. (Jaka Sulaksana,

2004)

Di Amerika Selatan, meniran digunakan untuk mengatasi oedema,

kelebihan asam urat, pengobatan batu ginjal, batu empedu, flu, dan demam. Di

samping itu, digunakan juga sebagai deuretik dan infeksi saluran kemih. Orang-

orang Peru menggunakan meniran untuk menghancurkan dan mengeluarkan batu

ginjal dan batu empedu. Hal ini juga dipercaya dapat merangsang poduksi empedu

dan meningkatkan fungsi hati serta kandung empedu. Sering juga ditemukan,

rebusan meniran yang dicampur dengan air jeruk dipakai sebagai tonikum untuk

penderita lever dan diabetes. Selain itu manfaat lain dari meniran adalah

mengobati sakit maag, melancarkan air seni, menghancurkan batu ginjal,

menghancurkan batu empedu, mengobati sakit malaria, menghilangkan nyeri haid,

8

Page 9: Proposal Asli (REVISI)2

menurunkan berat badan, menghilangkan jerawat, menyembuhkan sakit gigi,

antitusif (pereda batuk), menyembuhkan luka bakar, dan mengobati sakit ayan.

(Jaka Sulaksana, 2004)

2.1.5. Kandungan Kimia Pada Botani

Khasiat meniran tidak terlepas dari kandungan kimianya. Adapun

kandungan kimia tumbuhan meniran adalah:

- Lignan, terdiri dari filantin, hipofilantin, nirantin, nirtetralin, nirfilin,

filtetralin, lintetralin, isotetralin, dan filnirurin.

- Flavonoid, terdiri dari kuersetrin, isokuersetrin, rutin, astragalin, nirurin,

dan nirutenin.

- Alkaloid, terdiri dari sekurinin, norsekurinin, filantosida.

- Steroid, terdiri dari estradiol dan sitosterol.

- Lipid, terdiri dari asam risinoleat, asam linoleat, asam linolenat, asam

detriankontanoat.

(Jaka Sulaksana, 2004)

2.2. Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-

tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid

mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan

dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik.

Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada

tumbuhan berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae,

Ranunculaceae, Rubiaceae, Solanaceae, Berberidaceae) dan juga pada tumbuhan

monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya

penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut,

mikroorganisme dan tumbuhan rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada

berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari

sejenis musang Kanada; turunan Pirrol-Feromon seks serangga; Saksitoksin-

9

Page 10: Proposal Asli (REVISI)2

Neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella; pirosiamin dari bacterium

Pseudomonas aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps

purpurea; dan likopodin dari genus lumut Lycopodium.

Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian

besar pada tumbuhan berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada

sistematika aturan tumbuhan. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan

famili atau genus tumbuhan tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tumbuhan

yang tinggi terdapat 60 order. Sekitar 34 daripadanya mengandung alkaloid. 40%

dari semua famili tumbuhan paling sedikit mengandung alkaloid. Namun

demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar 10.000

genus. Kebanyakan famili tumbuhan yang mengandung alkaloid yang penting

adalah Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Famili tumbuhan yang tidak lazim

yang mengandung alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili

tumbuhan yang mengandung alkaloid, beberapa genus mengandung alkaloid

sedangkan genus yang lain tidak mengandung alkaloid. Suatu genus sering

menghasilkan alkaloid yang sama, dan bahkan beberapa genus yang berbeda

dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama. Sebagai contoh

hiossiamin diperoleh dari tujuh genus yang berbeda dari famili tumbuhan

Solanaceae. Di lain pihak alkaloid yang lebih kompleks, seperti vindolin dan

morfin, sering terdapat dalam jumlah yang terbatas pada satu spesies atau genus

tumbuhan.

Di dalam tumbuhan yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin

terlokasi (terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada bagian tumbuhan tertentu.

Sebagai contoh: reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga dapat diisolasi)

Rauvolfia sp; Quinin terdapat dalam kulit, tidak pada daun Cinchona ledgeriana;

dan morfin terdapat pada getah atau latex Papaver samniferum. Pada bagian

tertentu tumbuhan tidak mengandung alkaloid tetapi bagian tumbuhan yang lain

sangat kaya alkaloid. Namun ini tidak berarti bahwa alkaloid yang dibentuk di

bagiam tumbuhan tersebut. Sebagai contoh dalam species Datura dan Nicotiana

dihasilkan dalam akar tetapi ditranslokasi cepat ke daun, selain itu alkaloid juga

dalam biji (Nux vomica, Areca catechu), buah (Piperis nigri ), daun (Atropa

10

Page 11: Proposal Asli (REVISI)2

belladona), akar dan rhizoma (Atrpa belladona dan Euphorbia ipecacuanhae) dan

pada kulit batang (Cinchona succirubra). Fungsi alkaloid ini bermacam-macam

diantaranya sebagai racun untuk melindungi tumbuhan dari serangga dan

binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil

metabolit akhir dari komponen yang membahayakan bagi tumbuhan, sebagai

faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan.

(http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/alkaloid.pdf)

Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan

biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna

dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin, dan stiknin adalah alkaloid yang

terkenal dan mempunyai efek fisiologis dan psikologis. Alkaloid dapat ditemukan

dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang.

Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari

campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.

2.2.1. Klasifikasi Senyawa Alkaloid

Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik, oleh karena itu, suatu

alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin, dan stiknin.

Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloid.

Sistem klasifikasi menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai:

a. Alkaloid sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan

aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim

mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik; diturunkan dari asam

amino; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam

aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin

heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada

bersifat basa.

b. Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan

asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid

11

Page 12: Proposal Asli (REVISI)2

diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.

Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini.

Contohnya adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.

c. Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa

biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini,

yaitu alkaloid steroidal. Contohnya: konessin dan purin (kaffein).

Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik

Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk

pada golongan ini adalah:

1. Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.

Struktur inti:

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan:

- Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis

Nigri Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (famili:

Piperaceae) berguna sebagai bumbu dapur.

- Turunan Propil-Piperidin, meliputi konini yang diperoleh dari

Conii Fructus; yang berasal dari tumbuhan Canium maculatum

(famili: Umbelliferae) berguna sebagai antispasmodik dan sedatif.

- Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari

Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (famili:

Palmae) berguna sebagai anthelmentikum pada hewan.

- Turunan Pirinin dan Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari

Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana

12

Page 13: Proposal Asli (REVISI)2

tobaccum (famili: Solanaceae) berguna sebagai antiparasit,

insektisida, dan antitetanus.

2. Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).

Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang

ada pada otak maupun sumsum tulang belakang.

Struktur inti:

N CH3

- Hiosiamin dan Skopolamin

Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam:

Solanaceae), tumbuh pada daerah yang memiliki suhu yang panas,

daun dan bijinya mengandung alkaloid Skopolamin; berfungsi

sebagai antispasmodik dan sedatif.

- Kokain

Senyawa ini berfungsi sebagai analgetik narkotik yang

menstimulasi pusat syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai

antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari daun tumbuhan

Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam:

Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak disalahgunakan (drug

abuse) oleh sebagian orang dengan nama-nama yang lazim

dikalangan mereka seperti snow, shabu-shabu, crak dan

sebagainya.

- Atropin, Apotropin, dan Belladonina

Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “Atropos” yang

berarti tidak dapat dibengkokkan atau disalahgunakan, ini

disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat beracun

dan dapat menyebabkan kematian.

13

Page 14: Proposal Asli (REVISI)2

3. Alkaloid Quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen.

Struktur inti:

- Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina

Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai antimalaria, alkaloid

ini terdapat pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona

succirubra (famili: Rubiaceae). Ada beberapa jenis dari Cinchona

diantaranya C. Calisaya yang berwarna kuning berasal dari Peru

dan Bolivia, C. Officinalis dan C. Ledgeriana lebih banyak di

Indonesia yang ditanam di pulau Jawa.

- Akronisina

Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (famili:

Rutaceae), berfungsi sebagai antineoplastik yang telah diuji

cobakan pada hewan dan diharapkan mampu merupakan obat yang

efektif untuk kemoterapi neoplasma pada manusia.

- Camptothecin

Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon

Camptotheca acuminata (famili: Nyssaceae), suatu pohon yang

secara endemik tumbuh di daratan Cina. Ekstrak dari tumbuhan ini

ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia limpoid.

- Viridicatin

Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium

viridicatum (famili: Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk

semua jenis Plasmodium (kecuali P. vivax) penyebab malaria.

Penggunaan senyawa ini memiliki efek samping berupa

Cindronism yaitu pendengaran berkurang.

14

Page 15: Proposal Asli (REVISI)2

4. Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.

Struktur inti:

- Morfin

Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum

dan P. Bracheatum (famili: Papaveraceae)

- Emetina

Senyawa ini berfungsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh

dari akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata

(famili: Rubiaceae)

- Hidrastina dan Karadina

Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (famili:

Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang

digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada

radang selaput lendir.

- Beberina

Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris (dari

Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari

famili: Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan

antipiretik.

5. Alkaloid Indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol.

15

Page 16: Proposal Asli (REVISI)2

Struktur inti:

- Reserpina

Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia

serpentine dari suku Apocynaceae yang terkadang bercampur

dengan fragmen rhizima dan bagian batang yang melekat padanya.

Senyawa ini berfungsi sebagai antihipertensi.

- Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina

Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus

(famili: Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai

antitumor.

- Striknina dan Brusina

Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii (famili:

Loganiaceae) yang terdapat di Filipina, Vietnam dan Kamboja.

Bagian tanaman yang diambil berupa ekstrak biji yang telah kering

dengan khasiat sebagai tonikum dalam dosis yang kecil sedangkan

dalam pertanian digunakan sebagai ratisida (racun tikus).

- Fisostigmina dan Eserina

Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean,

chop nut dan split nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma

venenosum (famili: Leguminosae) yang berkhasiat sebagai

konjungtiva pengobatan glaukoma.

- Ergotoksina, Ergonovina, dan Ergometrina

Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain, sebab

berasal dari jamur yang menempel pada sejenis tumbuhan gandum

yang kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai

16

Page 17: Proposal Asli (REVISI)2

vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang spesifik dan juga

sebagai oxytoksik.

- Kurare

Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C.

Toxifera (fam: Loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum

(famili: Menispermaceae) yang berguna sebagai relaksan pada

otot.

6. Alkaloid Imidazol

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen.

Struktur inti:

Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang berasal

dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi

rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius

atau J. Paraguay dari famili: Rutaceae yang berkhasiat sebagai

konjungtiva pada penderita glaukoma.

7. Alkaloid Lupinan

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N,

Struktur inti:

Alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus

(famili: Leguminocaea) dan Anabis aphylla (famili: Chenopodiaceae)

berupa daun tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat sebagai

oksitoksik.

17

Page 18: Proposal Asli (REVISI)2

8. Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka

steroid yang mengandung 4 cincin karbon.

Struktur inti:

Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu:

- Golongan I : Sevadina, Germidina, Germetrina,

Neogermetrina,

Gemerina, Neoprotoperabrena, Veletridina.

- Golongan II : Pseudojervina, Veracrosina,

Isorobijervosina.

- Golongan III : Germina, Germidina, Germitrina,

Protoveratrin,

Sevadina, Jervina, Rubijervina, Isoveratromina,

Banyak ditemukan pada famili: Solanaceae, Zigadenus venenosus.

9. Alkaloid Amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang

merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-

senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin.

Struktur inti:

18

Page 19: Proposal Asli (REVISI)2

- Efedrina

Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E.

Equisetina (famili: Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator.

- Kolkisina

Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei

(famili: Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan

SSP, selain pada biji kormus (pangkal batang yang ada di dalam

tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid yang sama.

- d-Norpseudo Efedrina

Alkaloid ini diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis

(famili: Celastraceae). Nama lain dari tumbuhan ini adalah Khat

atau teh Abyssina, tumbuhan ini berupa pohon kecil atau semak-

semak yang berasal dari daerah tropik Afrika Timur. Khasiat dari

simplisia ini adalah stimulan pada SSP.

- Meskalina

Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii

(famili: Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat

menyebabkan halusinasi dan euphoria.

10. Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen.

Struktur inti:

Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang

tergabung dengan Imidazole

19

Page 20: Proposal Asli (REVISI)2

- Kafeina (1,3,7 trimetil Xanthin)

Alkaloid ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica

(famili: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada

prinsipnya di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada

susunan syaraf pusat, ginjal, otot-otot jantung.

Selain tumbuan kopi ada tumbuhan lain yang juga mengandung

caffein seperti camellia sinensis (famili: Theaceae), cola nitida

(famili: Starculiaceae).

- Theobromina (3,7 dimetil Xanthin)

Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (famili:

Sterculaceae) yang berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.

- Theofilina (1,3 dimetil Xanthin)

Merupakan isomer dari Theobromina yang berguna sebagai

bronkodilator dan diuretik.

20

Page 21: Proposal Asli (REVISI)2

b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik

Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah

satu atom karbon pada rantai samping.

1. Alkaloid Efedrin (Alkaloid Amina)

Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada

salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari

Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora,

Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum

autumnale.

2. Alkaloid Capsaicin

Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu: Capsicum pubescens,

Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens,

Capsicum chinense.

Klasifikasi alkaloid dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu:

1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian

dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloid dapat

dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloid pirolidin, alkaloid

piperidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin dan alkaloid indol.

Struktur masing-masing alkaloid tersebut adalah sebagai berikut:

21

Page 22: Proposal Asli (REVISI)2

2. Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloid ditemukan. Cara ini

digunakan untuk menyatakan jenis alkaloid yang pertama-tama

ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloid

dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloid tembakau, alkaloid

amaryllidaceae, alkaloid erythrine dan sebagainya.

Cara ini mempunyai kelemahan yaitu: beberapa alkaloid yang berasal

dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-

beda.

3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk

menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloid yang diklasifikasikan

berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa

alkaloid, menunjukkan bahwa alkaloid berasal dari hanya beberapa

asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloid

dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu:

a. Alkaloid alisiklik yang berasal dari asam-asam amino omitin dan

lisin.

b. Alkaloid aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,

tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.

c. Alkaloid aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.

22

Page 23: Proposal Asli (REVISI)2

Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk

cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu

bervariasi. Atom nitrogen alkaloid hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin

(-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro

(NO2) atau gugus diazo. Sedangkan substituen oksigen biasanya ditemukan

sebagai gugus fenol (-OH), metoksi (-OCH3) atau gugus metilendioksi

(-O-CH2-O). Substituen-substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri

sebagian besar alkaloid.

Pada alkaloid aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu. Pada

senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi para atau

posisi para dan meta dari cincin aromatik.

Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer,

dimana alkaloid dikelompokkan atas:

1. Alkaloid Sesungguhnya

Alkaloid ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan

aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa,

umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari

asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam

organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin

dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin

heterosiklik dan alkaloid quarterner yang bersifat agak asam daripada

bersifat basa.

2. Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana

nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.

Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang

bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok

ini. Contohnya adalah meskalin, ephedin, dan N, N-dimetiltriptamin.

23

Page 24: Proposal Asli (REVISI)2

3. Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino.

Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting

dalam kelompok ini yaitu alkaloid steroidal (contohnya: konessin), dan

purin (contohnya: kafein).

2.2.2. Sifat Fisika dan Kimia Alkaloid

Pada umumnya alkaloid mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa

yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom

N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tersier yang

semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan

gugus fungsionalnya).

Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut

dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit

alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa

cairan.

Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang

kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan

betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam

pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam

air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan

hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid sangat penting

dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis.

Kebanyakan alkaloid berupa padatan kristal dengan titik lebur yang tertentu atau

mempunyai kisaran dekomposisi. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa

seperti nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tak berwarna, tetapi

beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa

bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik meskipun beberapa

Pseudoalkaloid dan Protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid

quarterner sangat larut dalam air.

24

Page 25: Proposal Asli (REVISI)2

Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada adanya pasangan elektron

pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat

melepaskan elektron maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa

lebih bersifat basa. Sebagai contoh: gugus alkil. Hingga trietilamin lebih basa

daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin.

Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron

(contoh: gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan

pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan bersifat

sedikit asam. Sebagai contoh: senyawa yang mengandung gugus amida.

Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah

mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.

Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah

isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung

dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik

sering mencegah dekomposisi.

Secara umum sifat-sifat senyawa alkaloid:

- Alkaloid mengandung atom C, H, O dan pada umumnya juga mengandung

atom N

- Alkaloid memiliki rasa pahit sebagai rasa yang khas, aktif secara fisiologis

dan sebagian sangat beracun

- Alkaloid dapat dikristalisasi dan beberapa diantaranya mempunyai bentuk

amorf

- Alkaloid yang membentuk kristal umumnya berwarna putih

- Alkaloid dengan asam akan membentuk garam yang akan larut dalam air,

tetapi hampir tidak larut dalam pelarut organik

- Alkaloid akan dibebaskan dari garamnya dengan penambahan alkali

- Alkaloid memperlihatkan tipe stereoisomer dan umumnya bersifat optis

aktif

- Alkaloid dapat diendapkan oleh reagent Mayer, Wagner, Dragendorff, dan

Bouchardat

25

Page 26: Proposal Asli (REVISI)2

2.3. Alkohol

Alkohol sebagai senyawa yang dapat dianggap turunan dari air. Hal ini

dapat dilihat dari struktur molekul air dari alkohol. Alkohol terjadi jika satu atom

hidrogen dari air diganti gugus alkil atau aril.

2.3.1. Klasifikasi Alkohol

Berdasarkan strukturnya alkohol dapat digolongkan menjadi alkohol

primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier.

1. Alkohol primer (10) adalah alkohol yang gugus hidroksil (-OH) terikat

pada atom karbon primer. Atom karbon primer adalah atom karbon

yang hanya mengikat satu atom karbon lain.

Contoh:

CH3 CH2 OH atom karbon primer

etanol (10)

2. Alkohol sekunder (20) adalah alkohol dimana gugus hidroksil terikat

pada atom karbon sekunder. Atom karbon sekunder adalah atom

karbon yang mengikat dua atom karbon lain.

Contoh:

CH3 CH OH atom karbon sekunder

CH3

2-propanol (20)

26

Page 27: Proposal Asli (REVISI)2

3. Alkohol tersier (30) adalah alkohol dimana gugus hidroksil terikat pada

atom karbon tersier. Atom karbon tersier adalah atom karbon yang

mengikat tiga atom karbon lain.

Contoh: CH3

CH3 CH OH atom karbon tersier

CH3

2-metil-2-propanol (30)

2.3.2. Sifat-Sifat Alkohol

Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya,

maka titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter yang

bobot molekulnya sebanding. Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air,

kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol

dan air.

Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob yakni menolak

molekul-molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rendah

kelarutan alkohol dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofob

ini dapat mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidroksil. Percabangan

meningkatkan kelarutan alkohol dalam air. Bertambah banyaknya gugus –OH

juga menaikkan hidrofilitas dan kelarutan. (Fessenden, 1983)

1. Metanol (metil alkohol)

Memiliki rumus molekul CH3OH

Memiliki berat molekul 32,07

Memiliki titik didih 64,50C

Larut sempurna dalam air

Bersifat racun bila dibandingkan dengan etanol

2. Etanol (etil alkohol)

Memiliki rumus molekul C2H5OH

Memiliki berat molekul 46,07

27

Page 28: Proposal Asli (REVISI)2

Memiliki titik didih 78,30C

Larut sempurna dalam air

Biasa disebut “alkohol” untuk minuman keras

2.4. Uji Kualitatif Senyawa Alkaloid

Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisah-misahkan jenis

alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung

dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismut, tungsten,

atau jood. Pereaksi-pereaksi yang sering digunakan untuk mengidentifikasi

senyawa alkaloid yaitu pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner,

pereaksi Bouchardat, dan pereaksi HNO3.

Pereaksi Dragendorff mengandung kalium jodida dan bismut nitrat dalam

asam klorida pekat yang akan memberikan endapan warna merah bata.

Pereaksi Mayer mengandung merkuri klorida dan kalium jodida yang akan

memberikan endapan warna putih.

Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung

kalium jodida dan jood. Kedua pereaksi ini akan memberikan endapan

warna coklat untuk senyawa alkaloid.

Adanya senyawa alkaloid pada tumbuhan dapat juga diuji dengan HNO3

pekat. Pereaksi ini akan memberikan warna larutan menjadi merah.

Tabel pereaksi warna dan pengendapan untuk senyawa alkaloid

Pereaksi Warna

Larutan Endapan

Warna

1. HNO3 pekat Merah -

Pengendapan

1. Dragendorff

2. Wagner

3. Mayer

-

-

-

Merah bata

Coklat

Putih

28

Page 29: Proposal Asli (REVISI)2

4. Bouchardat - Coklat

2.5. Peralatan Yang Digunakan Untuk Identifikasi

2.5.1. Kromatografi Kolom

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan

perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada

kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase

yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran

sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang

mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang

mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.

Kromatrografi kolom menunjukkan adanya prinsip yang sama dengan

kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar untuk pemisahan

campuran. Kromatografi kolom seringkali digunakan untuk pemurnian senyawa

di laboratorium.

Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang

dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-sampel

tanpa melalui fase diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang

kolom harus sekurang-kurangnya 10 kali dari ukuran diameternya. Bahan

pengemasnya suatu adsorban seperti alumina atau resin penukar ion, dimasukkan

dalam bentuk suspensi ke dalam porsi fase gerak dan dibiarkan diam di dalam

hamparan basah dengan sedikit cairan.

2.5.2. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu kromatografi yang

berdasarkan adsorbsi, tahapan analisis kromatografi lapis tipis sama seperti pada

kromatografi kertas. Kelebihan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan

kromatografi kertas adalah waktu elusi yang relatif lebih pendek dan dapat

digunakan untuk analisis kuantitatif.

29

Page 30: Proposal Asli (REVISI)2

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi

komponen-komponennya.

Deteksi noda pada kromatografi lapis tipis terkadang lebih mudah dari

pada kromatografi kertas karena noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika

dikenai sinar UV (ultraviolet) dan dapat ditampakkan dengan cara papan

pengembang uap iod akan bereaksi dengan komponen. Komponen sampel baik

secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu.

(http://www.greenhati.blogspot .com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html)

Adsorban dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai fase diam.

Fase gerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram

kecepatan tinggi.

Kelebihan kromatografi lapis tipis yang lain adalah pemakaian pelarut dan

cuplikan yang jumlahnya sedikit dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-

senyawa yang terpisahkan.

Kromatografi lapis tipis menunjukkan berbagai gerakan pelarut, pelarut

mengalir ke atas melalui lapisan, menguap dari lapisan sebelah bawah garis

pelarut dan terserap oleh lapisan di sebelah atas garis depan.

Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak

sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik

(ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun

(descending). (Ibnu Gholib Gandjar, 2007)

Sampel yang berupa campuran senyawa organik diteteskan di dekat salah

satu lempengan dalam bentuk larutan dengan jumlah kecil. Noda sampel

dikeringkan, kemudian sisi lempengan tersebut dicelupkan ke dalam fase gerak

yang sesuai. Pelarut organik naik di sepanjang lapisan tipis zat padat di atas

lempengan dan bersamaan dengan pergerakan pelarut tersebut zat terlarut sampel

dibawa dengan laju yang tergantung pada kelarutan zat terlarut tersebut dalam

fase gerak dan interaksinya dengan zat padat. Setelah garis depan pelarut bergerak

sekitar 10 cm, lempengan dikeringkan dan noda-noda zat terlarutnya diperiksa

seperti pada kromatografi kertas. Pemisahan dapat dikerok dari lempengan dengan

30

Page 31: Proposal Asli (REVISI)2

menggunakan spatula. Zat terlarutnya akan terelusi dari bahan padat bersama-

sama pelarutnya dan konsentrasi dari larutan ditentukan dengan spektrofotometer.

Sifat umum dari penyerap-penyerap untuk kromatografi lapis tipis adalah

mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang

penting untuk penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya karena adhesi

terhadap penyokong sangat bergantung kepada kedua sifat itu. Contoh penyerap

yang digunakan untuk pemisahan dalam kromatografi lapis tipis ialah silika gel

atau alumina. Silika gel kebanyakan digunakan dengan diberi pengkilat (binder)

yang dimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi

pada gelas penyokong. Silika ini digunakan untuk memisahkan asam amino,

alkaloid, gula, asam, lemak, lipida, minyak essensial, anion dan kation organik,

sterol dan terpenoid. Selain silika ada juga penyerap lainnya seperti alumina,

bubuk selulosa, pati, dan sphadex.

Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan

kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu

senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran

karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefenisikan sebagai perbandingan

antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal.

Rf = jarak titik tengah noda dari titik awal / jarak tepi muka pelarut dari titik awal

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah:

- Pelarut atau fase bergerak

- Sifat dari penyerap

- Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap

- Ukuran dari bejana

- Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana yang digunakan

- Jumlah cuplikan yang digunakan

- Suhu dan kesetimbangan

- Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan

31

Page 32: Proposal Asli (REVISI)2

Yang menyebabkan warna dari senyawa-senyawa pada kromatografi lapis tipis

adalah perbedaan tingkat kepolaran warna dari senyawa-senyawa yang sejauh

mana tingkat kepolaran itu mempengaruhi perbedaan atau pemisahan yang

ditandai dengan tebentuknya spot-spot senyawa dalam kromatografi lapis tipis itu

tergantung dari migrasi pelarut (fase gerak) terhadap fase diamnya, yaitu

kromatografi lapis tipis tersebut.

2.5.3. Spektroskopi Infra Merah

Spektroskopi infra merah adalah salah satu metode yang sangat penting

dalam kimia modern, terutama dalam analisis struktur senyawa organik. Spektra

IR memberikan informasi tentang jenis gugus fungsional yang terdapat dalam

suatu senyawa sehingga dapat diperkirakan gugus-gugus apa saja yang terkandung

dalam senyawa tersebut. Inframerah mempunyai λ yang lebih panjang dibanding

UV–Vis, sehingga tenaga radiasinya lebih kecil. Tenaga infra merah hanya dapat

menyebabkan vibrasi ikatan pada molekul. Energi vibrasi dari kebanyakan

molekular adalah berhubungan dengan infra merah dari spektrum

elektromagnetik.

Bila sinar infra merah dilewatkan melalui senyawa organik maka sebagian

dari frekuensi sinar diserap, dan yang lain diteruskan ataupun ditransmisikan.

Frekuensi adsorbsi IR dilaporkan sebagai bilangan gelombang atau wave number

yaitu jumlah gelombang per cm.

Bagian utama dari spektrofotometri infra merah adalah sumber cahaya

infra merah, monokromator, dan detektor. Cahaya dari sumber dilewatkan melalui

cuplikan, dipecah menjadi frekuensi dalam monokromator yang diukur oleh

detektor.

Banyaknya gugus identik dalam sebuah molekul mengubah kuat reaktif

pita absorbsinya dalam suatu spektrum. Misalnya, suatu gugus tunggal dalam

sebuah molekul menghasilkan absorbs yang agak kuat, sedangkan absorbsi suatu

gugus CH tunggal relatif lemah. Tetapi jika suatu senyawa mempunyai banyak

ikatan CH, maka efek gabungan dari absorbsi CH ini adalah akan menghasilkan

suatu puncak yang bersifat medium bahkan kuat. Gugus fungsi yang akan dicari

32

Page 33: Proposal Asli (REVISI)2

dari senyawa yang telah diisolasi adalah gugus fungsi : N – H (3.400 cm -1), C = O

(1.640 cm-1), C = C (1.500 cm-1), CH3 (1.380 cm-1), C – H (1.200 cm-1), C – O

(1.160 cm-1), C – H (880 cm-1).

2.5.4. Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (GC – MS)

Spektroskopi massa terdiri dari beberapa komponen yaitu sistem masukan

cuplikan, sumber ion, penganalisis massa, detektor sinyal dan rekorder. Sistem

pemasukan cuplikan dapat berasal dari kromatografi gas. Gabungan

spektrofotometer massa dan kromatografi gas disebut GC–MS (Gas

Chromatography Mass Spectroscopy). Spektra massa merupakan output dari

pengukuran spektroskopi massa.

Metode spektroskopi massa ini didasarkan pada pengubahan komponen

cuplikan menjadi ion-ion gas dan memisahkannya berdasarkan perbandingan

massa terhadap muatan (m/e). Bila suatu molekul berbentuk gas disinari oleh

elektron berenergi tinggi di dalam sistem hampa maka terjadi ionisasi ion molekul

tak stabil pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil.

Lepasnya elektron dari molekul menghasilkan radikal kation (M+). Ion

molekular M+ biasanya terurai menjadi sepasang pecahan/fragmen yang dapat

berupa radikal dan ion atau molekul yang kecil dan radikal kation, M+ m+1 +

m-2 atau m+1 + m. Ion-ion molekular, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal pecahan

dapat dipisahkan oleh pembelokan dalam medan magnet yang dapat berubah

sesuai dengan massa dan muatan mereka dan menimbulkan arus ion pada kolektor

yang sebanding dengan limpahan relatif mereka.

Dalam penelitian akan ditentukan massa senyawa yang telah diisolasi,

puncak dasar dan fragmen-fragmen molekul. Spektrum massa merupakan

rangkaian puncak-puncak yang berbeda-beda tingginya. Puncak yang paling

tinggi dari spektrum massa disebut base peak. Spektrum massa fragmen-fragmen

yang kecil berasal dari tumbukan-tumbukan elektron dengan molekul induk. Jadi,

spektrum massa dipakai untuk menentukan berat molekul atau rumus molekul

atau juga mengidentifikasi senyawa dari pola fragmentasinya. Pola fragmentasi

33

Page 34: Proposal Asli (REVISI)2

dipergunakan untuk mengidentifikasi senyawa, juga memungkinkan terhadap

pengenalan gugus fungsi dengan melihat puncak-puncak fragmentasi spesifik.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan tahap-

tahap sebagai berikut: penyediaan sampel, test kualitatif secara uji fitokimia

dengan menggunakan pereaksi-pereaksi untuk senyawa alkaloid, isolasi dan

identifikasi senyawa alkaloid dari tumbuhan meniran.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia FMIPA UNIMED dan

menggunakan spektroskopi IR dan GC–MS di laboratorium kimia instrumen

FMIPA UPI Bandung. Penelitian ini dimulai bulan Agustus – Oktober 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan meniran

yang ada di kota Medan.

34

Page 35: Proposal Asli (REVISI)2

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan meniran

yang ada di Kecamatan Medan Perjuangan.

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat

Batang pengaduk

Batang statif

Beaker glass

Corong Buchner

Corong kaca

Corong pisah

Erlenmeyer

GC–MS Shimadzu QP 5050A

Gelas ukur

Kondensor refluks

Labu alas bulat

Labu ukur

Neraca analitik

Oven

Penangas air

Penjepit tabung

Pipet tetes

Pipet volume

Rotary evaporator

Spektrofotometri IR

Tabung reaksi

Termometer

3.4.2. Bahan

Biji meniran (500 g)

Aquades

Bismut subnitrat (p.a)

Metanol (p.a)

NH4OH (10%)

I2 (p.a)

Kloroform (p.a)

Silika gel GF 254

HgCl2

KI (p.a)

HNO3(p.a)

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. Penyediaan Sampel

Biji meniran sebanyak 500 g dicuci dengan aquades, dan dikeringkan di

dalam oven pada temperatur 400C selama 4 hari. Setelah kering dihaluskan,

kemudian dikeringkan kembali selama 1 hari pada suhu yang sama. Serbuk halus

yang diperoleh akan digunakan untuk penelitian selanjutnya.

35

Page 36: Proposal Asli (REVISI)2

3.5.2. Pembuatan Larutan Pereaksi

Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 8 gram KI dilarutkan dalam 20 mL aquades. 0,85 gram bismut

subnitrat dilarutkan dalam 40 mL aquades, kemudian kedua larutan ini

dicampurkan dan diencerkan sampai volumenya 100 mL, kemudian

disimpan dalam botol berwarna gelap.

Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,3 gram HgCl2 dilarutkan dalam 60 mL aquades. 5 gram KI

dilarutkan dalam 10 mL aquades, kemudian kedua larutan ini

dicampurkan dan diencerkan sampai volumenya menjadi 100 mL.

Pereaksi Wagner

Sebanyak 2 gram KI dilarutkan dalam 45 mL aquades, lalu ditambahkan

1,27 gram I2, dikocok sampai homogen, diencerkan sampai volumenya

100 mL, kemudian disimpan dalam botol berwarna gelap.

Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 gram KI dilarutkan dalam 50 mL aquades, ditambahkan

2 gram iodium sedikit demi sedikit hingga larut, lalu diencerkan dengan

aquades sampai volumenya 100 mL.

3.5.3. Prosedur Isolasi Senyawa Alkaloid dari Daun Meniran

3.5.3.1. Ekstraksi Sampel

Serbuk kering sebanyak 160 g dibasakan dengan menambah larutan basa

lemah NH4OH 10%, sampai serbuk terendam semua (volume ammoniak

± 300 mL), diaduk dengan menggunakan magnetik stirer selama ± 2 jam.

Setelah itu larutan basa tersebut ditambah dengan kloroform sebanyak

100 mL, didiamkan selama 1 – 2 hari, kemudian digojlok dengan

menggunakan corong pisah selama ± 1 jam. Didiamkan dalam corong

pisah sampai terbentuk 2 fase, setelah terbentuk diambil fase

kloroformnya.

36

Page 37: Proposal Asli (REVISI)2

Fase basa yang tertinggal ditambah lagi dengan kloroform sebanyak 100

mL dan diberikan perlakuan yang sama. Selanjutnya semua fase

kloroform yang didapat dikumpulkan menjadi satu untuk dievaporasi

sampai agak kental.

Setelah agak kental, diuapkan untuk mendapatkan ekstrak yang lebih

pekat lagi dalam oven pada suhu 450C.

3.5.3.2. Analisis Kolom

Kolom dipasang tegak lurus dan diisi dengan fase gerak, larutan

metanol : ammoniak (100 : 1,5) V/V ke dalam kolom hingga ¾ kolom,

lalu memasukkan fase diamnya silika gel sedikit demi sedikit hingga

pada ketinggian fase gerak.

Selanjutnya memasukkan ekstrak yang lebih kental dan pekat pada

permukaan fase diam yang sudah rata. Menambahkan lagi serbuk silika

gel hingga ketebalan 1 cm. Menambahkan fase gerak hingga serbuk

silika gel terendam, lalu didiamkan selama 24 jam.

Mengalirkan fase gerak pada kecepatan 20 tetes per menit. Fraksi-fraksi

yang keluar ditampung dalam botol masing-masing 2 mL. Setiap interval

8 – 10 botol diuji dengan KLT menggunakan eluen metanol : ammoniak

(100 : 1,5) V/V, dan diuji dengan menggunakan reagen alkaloid. Botol

yang diperkirakan positif mengandung alkaloid dikumpulkan menjadi

satu dan kemudian diuapkan hingga terbentuk kristal dan ditimbang

beratnya.

Kristal yang diperoleh kemudian dianalisis dengan IR dan GC–MS.

3.5.3.3. Analisis KLT

Silika gel sebanyak 30 gram dibuburkan dengan aquades, lalu diaduk

sampai merata, selanjutnya dituangkan ke dalam speader dengan

membuat lapisan tipis pada plat kaca.

Dibiarkan selama beberapa menit lalu dikeringkan dalam oven pada suhu

1100C dalam posisi horizontal selama 10 menit, kemudian diaktifkan

37

Page 38: Proposal Asli (REVISI)2

dengan mengubah posisinya menjadi vertikal selama 30 menit pada suhu

yang sama, kemudian didinginkan dan siap digunakan.

Bejana kromatografi diisi dengan metanol : ammoniak (100 : 1,5) V/V.

Ekstrak kloroform yang diperoleh ditotolkan pada plat kaca dan

dimasukkan ke dalam bejana kromatografi hingga menghasilkan

beberapa noktah.

Plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan pada temperatur kamar

(270C), harga Rf masing-masing noktah dicatat dengan membandingkan

jarak noktah tersebut dengan jarak yang ditempuh eluen dari batas

penotolan.

3.5.3.4. Test Kualitatif Senyawa Alkaloid

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 mL pereaksi Dragendorff lalu

dimasukkan 1 mL ekstrak kloroform. Diamati endapan yang terbentuk. Hal serupa

dilakukan dengan menggantikan jenis pereaksi Mayer, Wagner, Bouchardat, dan

juga uji warna dengan HNO3 pekat.

3.5.3.5. Jadwal Penelitian

Penelitian direncanakan dilakukan selama 3 (tiga) bulan dengan perincian:

Tabel 3.5. Kegiatan Penelitian

No Kegiatan PenelitianTahun 2010 Pada Bulan

8 9 101 Persiapan Penelitian:        - Pemesanan zat dan bahan ///      - Pembuatan larutan ///      - Penyediaan sampel ///    2 Ekstraksi sampel ///    3 Analisis Kolom   ///  4 Analisis KLT ///4 Test Kualitatif Alkaloid   ///  5 Analisis IR   ///  

38

Page 39: Proposal Asli (REVISI)2

6 Analisis GC - MS     ///7 Pengolahan hasil dan

    /// pembahasan

3.5.3.6. Diagram Alir Penelitian

Dicuci dan diovenkan 400C (4 hari)

Dihaluskan dan dikeringkan 400C (1 hari)

Dibasakan dengan ammoniak 10%, diaduk selama ±2 jamditambah dengan kloroform, diamkan 1 – 2 hari

Digojlok dengan corong pisah selama ± 1 jamfase kloroform dikumpulkan untuk dievaporasi

Diuapkan dalam oven pada suhu 450C

Tambahkan NH4OH sampai pH = 10,diamkan 1 malam

Pisahkan endapan dengan sentrifusi

Dicuci dengan NH4OH hijau kekuningan,sentrifusi

39

Endapan

Biji Meniran Segar

Biji Kering

Serbuk Kering

Ekstrak

Ekstrak Pekat

Ekstrak Pekat

Ekstrak dan Endapan

Ekstrak Kloroform

Ekstrak Pekat Kloroform

Filtrat

Filtrat

Endapan

Endapan

Residu

Fraksi

Residu

Kristalisasi

Analisis IR Uji Titik Leleh Analisis GC-MS

Page 40: Proposal Asli (REVISI)2

Keringkan di oven (400C)

Larutkan dalam CHCl3, disaring

Uji warna, pekatkan dengan evaporator

Isolasi dgn kromatografi kolom, absorben silika gel,eluen CH3OH:NH4OH (100:1,5) V/V

Pekatkan

Test Alkaloid

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi keempat, Depkes RI,Jakarta

Anonim 2, (2006), Ekstrak Meniran Optimalkan Kekebalan, http://www.stimuno.com/index.php?mod=press&id=55

Anonim 3, (2009), Kromatografi, http://rgmaisyah.wordpress.com/200 9 / 1 0 / 10 / kromatografi-lapis-tipis-thin-layer-chromatography/

Anonim 4, (2009), Kromatografi Kolom, http://www.chem-is-try.org/materi kimia/instrumen analisis/kromatografi kolom

Anonim 5, (2009), Kromatografi Lapis Tipis, http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html

Anonim 6, (2009), Meniran, si Peningkat Sistem Imun, http://herbal369.blogspot.com/2009/07/meniran-si-peningkat-sistem-imun.html

Day and Underwood, (1999), Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi keenam,Erlangga, Jakarta

Fessenden R.J. dan Fessenden J.S., (1983), Kimia Organik, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta

Ibnu Gholib Gandjar, Abdul Rohman, (2007), Kimia Farmasi Analisis,

40

Page 41: Proposal Asli (REVISI)2

Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Jaka Sulaksana, S.P., M.Si., (2004), Meniran Budi Daya dan PemanfaatanUntuk Obat, Penebar Swadaya, Jakarta

Lenny Sovia, S.Si, M.Si, (2006), Senyawa Flavonoida Fenilpropanoida dan Alkaloida, Karya Ilmiah, FMIPA, USU, Medan

Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E.S., (1991), Pengantar Kromatografi, Penerbit ITB, Bandung

Sastrohamidjojo. H., (1985), Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta

Simanjuntak B., Dra., MS. dan Sianipar H., Drs., M.Sc, (2006), Kimia Organik III, FMIPA UNIMED, Medan

Sitorus M., Drs., M.Si dan Purba J., Drs., M.Si, (2006), Kimia Organik II, FMIPA UNIMED, Medan

Widayati Panca, (2008), Efek Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Mencit Putih Jantan Galur BALB-C Hiperurisemia, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Widodo Nanang, (2007), Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid Yang Terkandung Dalam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus, Skripsi, FMIPA, UNS, Semarang

41