39
HUBUNGAN PENGGUNAAN KONDOM TERHADAP MUNCULNYA FLUOR ALBUS PATOLOGIS PADA WANITA PEKERJA SEKS di Puskesmas Putat Jaya Surabaya Tahun 2011 PROPOSAL PENELITIAN Oleh: Zesika Nur Annisa Abidin NPM: 10700348 FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Proposal Revisi Kedua

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal penelitian hubungan servisitis dengan personal higiene

Citation preview

Page 1: Proposal Revisi Kedua

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONDOM TERHADAP MUNCULNYA FLUOR ALBUS PATOLOGIS PADA WANITA PEKERJA SEKS

di Puskesmas Putat Jaya Surabaya Tahun 2011

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

Zesika Nur Annisa Abidin

NPM: 10700348

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

SURABAYA

2012

1

Page 2: Proposal Revisi Kedua

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah,

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun Proposal mengenai hubungan

penggunaan kondom terhadap kerentanan munculnya fluor albus patologis pada

wanita pekerja seks.

Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka

memenuhi tugas akhir dan sebagai salah satu syarat kelulusan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari

sempurna oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan

laporan ini dan juga untuk laporan selanjutnya.

Surabaya, Agustus 2012

Penulis

2

Page 3: Proposal Revisi Kedua

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 5

A. Latar Belakang............................................................................ 5

B. Rumusan Masalah……………………………………………… 7

C. Tujuan Penelitian……………………………………………… 7

D. Manfaat Hasil Penelitian………………………………………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………... 9

2.1 Pengertian Fluor Albus………………………………………… 9

2.2 Etiologi Fluor Albus……………………………………………. 10

2.3 Klasifikasi Fluor Albus………………………. ………………... 11

2.4 Penegakan Diagnosa Fluor Albus………………………………. 13

2.5 Penyakit Dengan Gejala Fluor Albus............................................ 14

2.6 Penggunaan Kondom……............................................................. 16

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN............ 18

3

Page 4: Proposal Revisi Kedua

BAB IV METODE PENELITIAN................................................................. 20

A. Jenis Penelitian…………………………………………………. 20

B. Sampel Penelitian………………………………………………. 20

C. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 21

D. Variabel Penelitian…………………………………………….. 21

E. Definisi Operasional…………………………………………… 21

F. Prosedur Penelitian / Pengumpulan dan Pengolahan Data…….. 22

G. Rancangan Waktu Penelitian........................................................ 23

H. Analisis Data ………………………………………………........ 23

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: Proposal Revisi Kedua

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fluor albus atau keputihan merupakan gejala umum pada wanita yang

mengunjungi dokter keluarga, dokter ahli penyakit kulit dan kelamin, dokter ahli

penyakit kandungan atau klinik Keluarga Berencana (Myrna, 1997). Hasil

penelitian Myrna Safrida tahun 1994-1995 di Poli PMS RSUD Dr. Soetomo

Surabaya, ditemukan bahwa fluor albus paling banyak diderita oleh kelompok

umur 21-25 tahun (Dwi, 2008).

Fluor albus yang berkaitan dengan infeksi menular seksual adalah

terjadinya perubahan warna, bau, dan atau jumlah yang tidak normal. Kelainan ini

dikenal pula dengan istilah Duh tubuh vagina (Dwi, 2008).

Meskipun termasuk penyakit yang sederhana, kenyataannya fluor albus

adalah penyakit yang tidak mudah disembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar

50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian

tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia menderita

5

Page 6: Proposal Revisi Kedua

fluor albus paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa

mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Retno, 2008).

Fluor albus dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis (Dwi, 2008).

Namun, fluor albus patologis dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus

diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

Di Indonesia beberapa tahun terakhir ini tampak kecenderungan

meningkatnya prevalensi IMS misalnya prevalensi sifilis meningkat sampai 10%

pada beberapa kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS), 35% pada kelompok waria

dan 2% pada kelompok ibu hamil, prevalensi gonore meningkat sampai 30 – 40%

pada kelompok WPS dan juga pada penderita IMS yang berobat ke rumah sakit

(Daili, 2004). Penularan IMS dapat terjadi melalui hubungan seksual (Hutabarat,

1999).

Di Indonesia penggunaan kondom pada transaksi seks antara WPS dan

kliennya tidak banyak terjadi peningkatan. Pemakaian kondom secara konsisten

pada WPS tahun 2007 sangat rendah dan tidak memperlihatkan adanya

peningkatan selama periode 2002-2007. Apalagi frekuensi kerusakan kondom

dilaporkan sangat tinggi, berarti angka pemakaian kondom yang dilaporkan tidak

mencerminkan manfaatnya (STBP, 2007).

Penggunaan kondom ini tidak menjamin 100% orang tidak terinfeksi.

Misalnya ketika orang berhubungan seks, kondomnya robek, maka penularan

dimungkinkan. Konsistensi pemakaian kondom (selalu memakai kondom dengan

semua pelanggan) merupakan perilaku yang efektif untuk mencegah penularan

IMS-HIV (Dwi, 2010).

6

Page 7: Proposal Revisi Kedua

Berdasarkan data yang ada, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat

hubungan penggunaan kondom terhadap kerentanan munculnya fluor albus

patologis pada Wanita Pekerja Seks (WPS).

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana hubungan penggunaan kondom terhadap kerentanan

munculnya fluor albus patologis pada wanita pekerja seks di Puskesmas Putat

Jaya Surabaya tahun 2011?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara penggunaan kondom terhadap kerentanan

munculnya fluor albus patologis pada wanita pekerja seks di wilayah

Puskesmas Putat Jaya Surabaya tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui prevalensi penggunaan kondom pada wanita pekerja seks di

wilayah Puskesmas Putat Jaya Surabaya tahun 2011.

b. Mengetahui gambaran fluor albus bacterial vaginosis pada wanita pekerja

seks di wilayah Puskesmas Putat Jaya Surabaya tahun 2011.

c. Mengetahui gambaran fluor albus gonorrhea pada wanita pekerja seks di

wilayah Puskesmas Putat Jaya Surabaya tahun 2011.

7

Page 8: Proposal Revisi Kedua

d. Mengetahui gambaran fluor albus infeksi genital non spesifik pada wanita

pekerja seks di wilayah Puskesmas Putat Jaya Surabaya tahun 2011.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Puskesmas

tentang hubungan penggunaan kondom terhadap kerentanan munculnya

fluor albus patologis pada wanita pekerja seks.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat (khususnya

wanita produktif).

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai penggunaan

kondom.

8

Page 9: Proposal Revisi Kedua

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fluor Albus

Fluor albus (leukorea, white discharge, keputihan) adalah nama gejala yang

diberikan pada cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak berupa darah

(Dwi, 2008). Fluor Albus bukan penyakit tersendiri tetapi merupakan

manifestasi gejala dan hampir semua penyakit kandungan. Penyebab utama

keputihan harus dicari dengan anamnesa, pemeriksaan kandungan, dan

pemeriksaan laboratorium. Keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan

menjelang menstruasi, pada saat keinginan seks meningkat dan pada

waktu hamil (Manuaba 1998).

Gejala fluor albus dibagi 2 kelompok yakni gejala fluor albus bukan

karena penyakit dengan ciri–ciri cairan dari vagina berwarna bening, tidak

berbau, tidak gatal, jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak

sedangkan gejala fluor albus karena penyakit dengan ciri – ciri cairan dari

vagina kental, warna kekuningan, keabu– abuan atau kehijauan, berbau

busuk, anyir, amis, terasa gatal, jumlah cairan banyak (Manuaba, 1998).

9

Page 10: Proposal Revisi Kedua

2.2 Etiologi Fluor Albus

Fluor albus dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Fluor albus

fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang

mengandung banyak epitel dengan leukosit jarang, sedang pada kondisi

patologis terdapat banyak leukosit. Dwi Murti mengatakan fluor albus

fisiologis dapat ditemukan pada kondisi-kondisi berikut yaitu (Dwi, 2008) :

a) Bayi baru lahir sampai kira-kira umur 10 hari, disebabkan pengaruh

estrogen dan plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

b) Waktu di sekitar menarche, timbul karena pengaruh estrogen. Fluor albus

ini akan hilang sendiri tetapi dapat meresahkan orang tua pasien.

c) Wanita dewasa jika dirangsang sebelum atau saat koitus, karena

pengeluaran transudasi dari dinding vagina..

d) Waktu sekitar ovulasi, karena sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri

menjadi lebih encer .

e) Pada wanita dengan penyakit menahun, neurosis dan penderita ektropion

porsionis uteri, pengeluaran sekret kelenjar serviks uteri juga bertambah.

Fluor albus patologis terbanyak disebabkan oleh infeks, di sini cairan

berwarna kekuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau, dan

banyak mengandung leukosit.

10

Page 11: Proposal Revisi Kedua

2.3 Klasifikasi Fluor Albus

Fluor albus (keputihan) dapat diklasifikasikan atas beberapa macam

(Handrawan, 2008) yaitu:

a) Fluor albus tumor atau kanker kandungan

Apabila ada tumor, tumbuh suatu kanker di organ kandungan, gejalanya

juga bisa menyerupai fluor albus. Besar kemungkinan fluor albus disertai bercak

darah dan berbau busuk.

Apalagi fluor albus patologis ini disertai rasa tidak enak diperut bagian

bawah, terjadi gangguan haid, sering demam, dan badan bertambah kurus, pucat

serta lesu, lemas dan tidak bugar, waspada kemungkinan ada pertumbuhan

abnormal diorgan kandungan. Fluor albus yang berdarah juga muncul jika

terdapat polip di organ kandungan. Mungkin polip dirahim atau di leher rahim.

Biasanya darah keluar sesudah hubungan seks atau setelah melakukan

penyemprotan vagina/douching.

b) Fluor albus usia lanjut

Pada perempuan usia lanjut, fluor albus juga bisa muncul bercampur darah

(senile vaginitis). Penyebabnya karena lapisan vagina sudah menipis seiring

dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat juga terjadi pada anak perempuan yang

masih belum pubertas, pada pengidap kencing manis dan yang sudah menopause

karena lapisan selaput lendir vagina sudah tipis dan mengisut.

11

Page 12: Proposal Revisi Kedua

c) Fluor albus benda asing di vagina

Fluor albus yang penyebabnya karena ada benda asing disaluran vagina.

Vagina merupakan lorong yang terbuka dengan dunia luar. Maka, disana

kemungkinan bisa tertinggal sisa pembalut atau kapas, kondom.

d) Fluor albus dari Rumah Sakit

Fluor albus bisa diperoleh dari rumah sakit, puskesmas, atau layanan

keluarga berencana. Sehabis pasang spiral, pasca persalinan atau pemeriksaan

kandungan dengan memakai alat periksa. Mungkin peralatan medis yang dipakai

kurang steril, apabila alat bekas dipakai untuk perempuan yang mengidap suatu

fluor albus apapun jenis bibit penyakitnya, penularan keputihan bisa terjadi pada

pemakai alat berikutnya maka perlu upaya untuk membersihkan sekitar vagina

dan bagian dalamnya sehabis menjalani pemeriksaan.

e) Fluor albus akibat sering dibersihkan

Kebiasaan yang sebetulnya tidak sehat dalam memperlakukan vagina.

Terlalu sering membersihkan vagina dengan bahan dengan bahan antisepsis

tidaklah menyehatkan. Kuman–kuman yang bermukim disekitar saluran vagina

ikut terbunuh oleh bahan antisepsis yang sering digunakan.

f) Fluor albus penyakit menular seksual

Tidak mudah membedakan fluor albus biasa dengan fluor albus yang

disebabkan oleh penyakit kelamin (penyakit menular seksual). Ada 2 jenis

penyakit kelamin yang dapat menyerupai fluor albus yakni kencing nanah dan

chlamdya. Kencing nanah menyerupai fluor albus jamur atau kuman sedang

12

Page 13: Proposal Revisi Kedua

penyakit oleh kuman chlamdya lendir fluor albus nya lebih bening sehingga

dianggap fluor albus normal.

2.4 Penegakan Diagnosa Fluor Albus

Fluor albus bukan penyakit tetapi gejala dari berbagai penyakit sehingga

memerlukan tindak lanjut (Manuaba. 2001) untuk menegakkan diagnosis

melalui:

a) Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan spekulum untuk mencari penyebab fluor albus.

a. Darimana asalnya fluor albus:

- Mulut rahim

- Hanya bersifat lokal dalam vagina

b. Bagaimana dinding vagina:

- Bagaimana warnanya?

- Apakah terdapat bintik merah seperti digigit nyamuk?

- Apakah fluor albus bergumpal atau encer?

- Apakah fluor albus melekat pada dinding vagina?

c. Bagaiman mulut rahim (portio)

- Apakah tertutup oleh fluor albus

- Apakah terdapat perlukaan

- Apakah mudah berdarah

13

Page 14: Proposal Revisi Kedua

b) Pemeriksaan laboratorium

Penyebab fluor albus adalah infeksi, benda asing dan keganasan. Dengan

demikian pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan infeksi ( trikomonas,

kandida albican, bakteri spesifik ) dan papsmear untuk kemungkinan keganasan.

2.5 Penyakit Dengan Gejala Fluor Albus

a) Gonorrhea

Gonorrhea merupakan salah satu penyakit hubungan seksual yang

disebabkan oleh kuman Neisseria Gonorrhoea, paling sering ditemukan dan

mempunyai insiden yang cukup tinggi. WHO memperkirakan bahwa tidak

kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan ditemukan setiap tahun di seluruh

dunia. Di Amerika serikat diperkirakan dijumpai 600.000 kasus setiap tahunnya

(Dwi, 2008).

Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar

orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh

tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat pula disertai

nyeri pada waktu ereksi (FKUI, 2011).

Infeksi pada wanita, pada mulanya hanya mengenai serviks uteri. Dapat

asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah. Pada

pemeriksaan serviks tampak merah. Fluor albus akan terlihat lebih banyak, bila

14

Page 15: Proposal Revisi Kedua

terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas

vaginalis (FKUI, 2011).

b) Non Specific Genital Infection

Non Specific Genital Infection (NSGI) merupakan traktus genital yang

disebabkan oleh penyebab yang nonspesifik. NSGI pada wanita umumnya

menunjukan infeksi pada serviks, meskipun infeksi menular seksual nonspesifik

pada wanita dapat menyerang uretra maupun vagina.

Pada wanita, gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan.

Bila ada, keluhan berupa fluor albus yang kekuningan. Pada pemeriksaan klinis

genital dapat ditemukan kelainan serviks, misalnya terdapatnya eksudat serviks

mukopurulen, erosi serviks, atau folikel-folikel kecil (FKUI, 2011).

c) Bacterial Vaginosis

Bacterial vaginosis adalah suatu sindrom perubahan ekosistem vagina dimana

terjadi peningkatan pH dari nilai kurang < 4,5 – 7,0. Wanita dengan bacterial

vaginosis dapat tanpa gejala atau mempunyai bau vagina yang khas seperti bau

ikas, terutama waktu berhubungan seksual. Pada pemeriksaan terdapat sekret yang

homogen, tipis, cair,dan berwarna putih atau keabu-abuan (FKUI, 2011).

15

Page 16: Proposal Revisi Kedua

2.6 Penggunaan Kondom

Penggunaan kontrasepsi di Indonesia sudah sangat diperlukan dan memiliki

dua tujuan utama yaitu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan memberi

perlindungan terhadap infeksi menular Seksual (Dwi, 2008).

Jenis bahan kondom (Hartanto, 2003) yang terbuat dari membran usus biri-biri,

tidak meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga dianggap

tidak mengurangi sensitifitas selama senggama, lebih mahal dari jumlahnya < 1 %

dari semua jenis kondom. Jenis lateks adalah yang paling banyak dipakai, murah,

dan elastis. Jenis plastik yang saling tipis, juga menghantarkan panas tubuh, lebih

mahal dari kondom lateks.

Jenis kondom ada dua, yaitu kondom pria dan kondom wanita. Kondom pria

merupakan sarung karet yang dipasang sesuai pada penis yang ereksi dan

mencegah sperma masuk ke vagina (Barbara, 2004). Kondom untuk pria terbukti

dapat mencegah IMS termasuk HIV/AIDS (Dwi, 2008). Kondom untuk wanita,

spermicide dan diafragma yang dikombinasikan dengan spermacide dikatakan

juga dapat memberi proteksi terhadap infeksi bakteri namun kemampuan proteksi

terhadap virus terutama HIV masih belum diketahui dengan pasti (Dwi, 2008).

Kegagalan kondom hanya dapat terjadi bila kondom bocor atau robek, pemakaian

kurang teliti mematuhi petunjuk cara pemakaiannya. Angka kegagalan berkisar 15 – 36 %

(Mochtar, 1998).

16

Page 17: Proposal Revisi Kedua

Kerugian kondom sendiri yaitu kondom dapat tertinggal dalam vagina selama

beberapa waktu, menyebabkan wanita mengeluh fluor albus yang banyak dan amat

berbau, terjadi infeksi ringan. Pada sejumlah kecil akseptor mengeluh alergi terhadap

karet (Mochtar, 1998).

17

Page 18: Proposal Revisi Kedua

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel tidak diteliti

18

Wanita Pekerja Seks Fluor Albus

Bakterial Vaginosis

Gonorrhea

NSGI

Penggunaan Kondom

Trichomonas

Sifilis

Page 19: Proposal Revisi Kedua

Wanita pekerja seks komersial memiliki kerentanan terhadap munculnya

fluor albus. Kondom diketahui sebagai salah satu alat pencegahan munculnya

fluor albus. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan antara

penggunaan kondom terhadap munculnya fluor albus patologis khususnya pada

gonorrhea, non specific genitalia infection, dan bacterial vaginosis pada WPS.

Hipotesis

H0 : Terdapat hubungan antara penggunaan kondom dengan kerentanan

munculnya fluor albus patologis pada wanita pekerja seks.

H1 : Tidak terdapat hubungan antara penggunaan kondom dengan kerentanan

munculnya fluor albus patologis pada wanita pekerja seks.

19

Page 20: Proposal Revisi Kedua

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara retrospective, dengan metode pendekatan cross

sectional, berdasarkan catatan medik semua penderita dengan diagnosis fluor

albus yang berobat ke Puskesmas Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya

selama periode 2011.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah wanita pekerja seks yang berobat di

Puskesmas Putat Jaya Surabaya periode 2011.

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah wanita pekerja seks dengan fluor albus

patologis positif yang berobat di Puskesmas Putat Jaya Surabaya periode

2011.

20

Page 21: Proposal Revisi Kedua

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Putat Jaya Surabaya.

2. Waktu

dari Januari-Desember 2012.

D. Variabel Penelitian

Variabel terikat : Fluor Albus (Keputihan).

Variabel bebas : Penggunaan kondom.

E. Definisi Operasional

Daftar istilah penting:.

1. Gonorrhea

Ditemukan diplokokus intrasel uretra pada status riwayat pasien dan

menunjukan gejala klinis yang sesuai dengan gonorrhea.

2. Non specific genetalia infection

Ditemukan peningkatan jumlah PMN uretra dan menunjukan gejala klinis

yang sesuai dengan cervicitis pada status riwayat pasien.

21

Page 22: Proposal Revisi Kedua

3. Bacterial vaginosis

Positif ditemukan clue cells yang meningkat pada status riwayat pasien. Pada

pH menunjukan keadaan basa, yaitu pH ≥ 4,5 dan menunjukan gejala klinis

yang sesuai dengan BV.

F. Prosedur Penelitian/Pengumpulan dan Pengolahan Data

vaginosis/non specicif genetalia infection

22

Dicatat

Rekam medis pasien dengan diagnosa fluor albus

gonorrhea/bacterial vaginosis/non specicif genetalia infection

Menggunakan kondom

(Selalu/kadang-kadang/tidak pernah)

Dimasukan ke dalam tabel

Dianalisa

Page 23: Proposal Revisi Kedua

G. Rancangan Waktu Penelitian

Septembe

r

Oktober November Desember Januari

Pembuatan Proposal

Ujian

Penelitian

Pengerjaan

H. Analisis Data

Dalam analisis data pada penelitian ini menggunakan uji signifkansi yang

tujuannya mencari makna hubungan antar variabel yang diteliti dengan

menggunakan uji statistik Chi Square (2) dengan taraf kesalahan 5%.

Selanjutnya dianalisis menggunakan program SPSS versi 15,0. Rumus uji Chi

Square (Arikunto, 2002).

23

Page 24: Proposal Revisi Kedua

A.χ2=

∑ ( f O−f h)2

f h

B. Keterangan :

C. χ2= Chi Kuadrat

D. f O=Frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian

E. f h= Frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian

F. Penarikan kesimpulan dari hasil perhitungan, jika dari pengolahan

SPSS diperoleh nilai signifikansi (P) lebih besar dari nila α yang

ditetapkan (0,05), maka H1 ditolak, dan jika (P) lebih kecil dari 0,05

maka H1 diterima.

24

Page 25: Proposal Revisi Kedua

25

Page 26: Proposal Revisi Kedua

DAFTAR PUSTAKA

Daili, Sjaiful Fahmi. Penyakit Menular Seksual. Jakarta. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2004; 252-253

Daili, Sjaiful Fahmi, dkk. Infeksi Menular Seksual Edisi Keempat. Jakarta.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011; 66-67, 77, 116,

118.

Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. FKUI.

2005.

FHI Jawa Tengah. Laporan Hasil Penelitian Prevalensi Infeksi Saluran

Reproduksi pada Wanita Penjaja Seks di Semarang, Jawa Tengah,

Indonesia, 2005. Semarang. 2005.

Hastuti, Retno Dyah. Gambaran Akses Informasi dan Pengetahuan Remaja

Putri Tentang Keputihan Fisiologis dan Patologis di SMAN 9.

Jakarta. UMS. 2011.

Hartanto, Hanafi. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta. CV. Mulia

Sari. 2003.

Hutabarat, H. Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital

Wanita. Jakarta. EGC. 1999.

Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC. 1999.

Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC. 2001.

26

Page 27: Proposal Revisi Kedua

Murtiastutik, Dwi. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya.

Universitas Airlangga. 2008; 45-46, 101.

Murtiastutik, Dwi. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya.

Universitas Airlangga. 2010.

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Operatif dan Sosial Jilid II. Jakarta.

EGC. 1998.

Nadesul, Handrawan. Cara Sehat Menjadi Peerempuan. Jakarta. Kompas

Media Nusantara: 2008.

Notoatmodjo, Soekidjo. Metode Penelitian Kesehatan Ed. Rev. Jakarta.

Rineka Cipta. 2010.

Safrida, Myrna. Fluor Albus Pada Penderita Rawat Jalan di Poli PMS UPF

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya

(Penelitian Retrospekstif Januari1994-Desember 1995). Dalam:

Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 1997; 9(1): 5-11.

Surveilans Terpadu-Biologis Perilaku. Rangkuman Surveilans Wanita

Pekerja Seks. Jakarta. 2007.

Stright R, Barbara. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Edisi Ketiga. EGC.

Jakarta. 2004; Bab 5 Keluarga Berencana dan Kontrasepsi: 84.

27