15

Click here to load reader

Proposal Bab i Dan Bab II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendahuluan

Citation preview

10

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional diberbagai bidang telah mencapai beberapa hal yang positif yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, terutama dibidang medis dan ilmu kedokteran telah meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia (Nugroho, 2000). Meningkatnya umur harapan hidup berhubungan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk, terutama jumlah lansia yang cenderung bertambah cepat. (Depkes RI, 2003). Menurut Suhartini, (2010) Lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya. Lansia merupakan bagian integral dari penduduk yang mempunyai hak dan kesempatan yang sama didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Komnas Lansia (2010) menetapkan batasan usila menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu usia pertengahan 45-59 tahun, usia lanjut 60-74 tahun, usia lanjut tua 75-90 tahun, dan usia sangat tua diatas 90 tahun.

Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliar. Dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah lansia sebesar 4,4%, merupakan suatu angka tertinggi diseluruh dunia (Nugroho, 2008). Proses seorang dari usia dewasa menjadi usia tua merupakan suatu proses yang harus dijalani dan harus disyukuri. Proses ini biasanya menimbulkan suatu beban karena menurunnya suatu organ tubuh orang tersebut sehingga menurunkan kualitas hidup seseorang. Akan tetapi banyak juga seseorang yang menginjak usia senja juga mengalami kebahagiaan. Seiring dengan semakin bertambahnya usia seseorang menuju ke lanjut usia, orang tersebut semakin rentan pula diserang oleh berbagai penyakit, diantaranya penyakit kardiovaskuler. Salah satu dari penyakit kardiovaskuler yang sering menyerang seorang lanjut usia adalah penyakit hipertensi. (Vina, 2010). Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Menurut WHO (2007), batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80-90 mmHg untuk tekanan diastolik. Seorang dikatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90mmHg. Sedangkan menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee (JNC 7) 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg, menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg, hipertensi stadium II apabilah tekanan sistoliknya lebih dari 100 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg (Sustrani, 2004). Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gelaja-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani,2004). Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk terjadinya stroke, gagal jantung dan penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2006). Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi pada orang yang bertambah usianya. Karena pada usia tersebut sudah mengalami berbagai penurunan fungsi organ-organ tubuh misalnya ginjal dan hati yang mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan darah diatas normal. Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor resiko yang tidak dapat dikontrol dan faktor resiko yang dapat dikontrol, seperti jenis kelamin, umur, keturunan dan ras. Sedangkan yang dapat dikontrol yaitu olahraga, makanan, alkohol, stress, obesitas, penyakit ginjal dan penyakit kardiovaskuler.(Sani, 2008). Hipertensi pada lansia dapat dicegah dengan membudidayakan perilaku hidup sehat yang intinya mengkomsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan rendah natrium, berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup, berpikir positif, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, karena rokok dan alkohol dapat meningkatkan resiko hipertensi, namun kurangnya pengetahuan masyarakat yang memadai tentang hipertensi dan pencegahannya cenderung meningkatkan angka kejadian hipertensi (Wahid, 2008). Prevalensi hipertensi diseluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%, dari seluruh jumlah Lansia. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur 55-64 tahun. Dan di Asia diperkirakan pada tahun 2009 Hipertensi akan mencapai 8-18%. Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga, hipertensi pada laki-laki 134 (13,6%) naik menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%) (Depkes RI, 2003). Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propensi tahun 2006, diketahui bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak yang diderita lansia setelah penyakit sendi (Depkes, 2008). Oleh karenanya perlunya penanganan dini penyakit tersebut melalui suatu usaha masyarakat misalnya dengan posyandu lansia. Posyandu Lansia merupakan suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut di masyarakat dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektoral pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitiberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Depkes RI, 2003). Salah satu tujuan pelayanan posyandu lansia adalah untuk meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat khususnya lansia. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dimiliki seseorang mempengaruhi perilakunya, semakin baik pengetahuan seseorang maka perilakunya pun akan semakin baik. Pengetahuan dipengaruhi tingkat pendidikan, sumber informasi, dan pengalaman. Menurut Soejati (2005 dalam Wawan dkk, 2010), salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan, pemahaman, sikap dan perilaku seseorang, sehingga seseorang mau mengadopsi perilaku baru, yaitu kesiapan psikologi yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan. Dijelaskan pula oleh Green dkk (2000 dalam Wawan, dkk 2010), bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi agar suatu sikap menjadi perbuatan. Sikap menurut Notoatmodjo (2007) adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Wawan, 2010). Sikap memiliki komponen kognitif yang berisi kepercayaan yang dimiliki individu, tentang bagaimana pendapat dan keyakinan orang tersebut terhadap suatu stimulus atau objek. Puskesmas Bontang Selatan I merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Bontang. Puskesmas ini memiliki tiga Posyandu Lansia. Data yang diperoleh peneliti jumlah lansia yang terdaftar tahun 2013 adalah 2.473 orang, menduduki urutan kedua lansia terbanyak dari ke 6 Puskesmas yang ada dikota Bontang. Data Lansia yang berkunjung ke Posyandu lansia 6 bulan terakhir dari bulan Januari sampai Juni 2014 sebanyak 490 kunjungan, dengan rata-rata kunjungan per bulan 82 orang. Sedangkan lansia yang menderita hipertensi adalah 38 orang. Jumlah lansia yang menderita hipertensi lebih banyak diderita oleh lansia yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan Lansia yang berjenis kelamin Laki-laki. Lansia yang hipertensi berusia diatas umur 45 tahun.(Data Puskesmas Bontang Selatan I, 2013 & 2014). Penyakit Hipertensi menduduki urutan kedua dari dua puluh penyakit terbesar yang ada di Puskesmas Bontang Selatan I. Sedangkan penyakit hipertensi di Posyandu lansia menduduki peringkat pertama setelah penyakit Diabetes Militus. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada petugas Posyandu lansia Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan hipertensi adalah: Penyuluhan (diet, mengurangi komsumsi garam, dan tidak merokok), pengontrolan tekanan darah secara rutin, olah raga (senam) dan jika ada Lansia yang hipertensi yang belum mendapat pengobatan dirujuk ke Puskesmas. Dari 10 lansia yang diwawancarai, 6 diantaranya yang mengetahui tentang hipertensi, namun kurang optimal dalam melakukan upaya untuk mencegah terjadinya hipertensi, dan 4 lansia yang tidak mengetahui tentang hipertensi.Berdasarkan fenomena yang ada dalam uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia tentang Hipertensi dengan Upaya Pengendalian Hipertensi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bontang Selatan IB. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang hipertensi dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bontang Selatan I?.C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang hipertensi dengan upaya Pengendalian hipertensi di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Bontang Selatan I2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi karakteristik respondenb. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan responden tentang hipertensic. Mengidentifikasi sikap responden tentang hipertensid. Mengidentifikasi upaya pengendalian hipertensi respondene. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan responden dengan upaya pengendalian hipertensif. Menganalisa hubungan sikap responden dengan upaya pengendalian hipertensiD. Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritisa. Menambah pengetahuan atau wawasan tentang hipertensi serta upaya pengendalian hipertensi pada lansia.b. Sebagai sumber informasi dan acuan bagi profesi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia khususnya asuhan keperawatan hipertensi.2. Manfaat Praktisa. Sebagai bahan masukan kepada Lansia untuk menambah wawasan dan informasi tentang hipertensi dan faktor penyebabnya sehinggah terbentuk pola hidup sehat yang dapat mencegah atau menghindari kejadian hipertensib. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi kader dalam menyusun program kerja secara khusus Posyandu Lansiac. Dapat digunakan sebagai dasar pemberian pelayanan kesehatan bagi Puskesmas dalam melayani klien Lansia dengan hipertensi.E. Keaslian Penelitian1. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santi ( 2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan hipertensi pada pasien lanjut usia di puskesmas pembantu Kelurahan Simpang Pasir kecamatan Palaran. Jenis penelitian ini adalah analitik menggunakan rancangan Cross Sectional sampel yang diambil 48 responden dengan tehnik random sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner, uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan nilai alpa 5% variabel independen penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan variabel dependen kepatuhan pengobatan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah lokasi penelitian yaitu posyandu lansia Bontang Selatan I dan variable yang diteliti. Pada penelitian yang akan dilakukan, variabel independen adalah pengetahuan dan sikap, sedangkan variabel dependen adalah upaya pengendalian hipertensi.2. Penelitian sebelumnya oleh Parwati (2012), tentang hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif correlation dengan metode pendekatan Cross Sectional, jumlah populasinya 245 responden sampel yang diambil berjumlah 58 responden dengan tehnik Non Probality Sampling dengan accidental sampling. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensimeter, dan stetoskop. Analisis untuk uji hipotesis menggunakan uji statistic Chi-Square. Variabel independen adalah obesitas indeks masa tubuh (IMT), variabel dependen adalah Kejadian hipertensi. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah lokasi penelitian di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Bontang Selatan I tahun 2014, variabel independen adalah tingkat pengetahuan dan sikap lansia, sedangkan variabel dependen adalah upaya pengendalian hipertensi, tehnik sampling nonprobality sampling purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner atau angket.

1