Upload
samsulmutakim
View
92
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA KONSEP RANGKA
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA TORSO PADA SISWA KELAS
IV SDN KEDUNGBANTENG 02 KECAMATAN PILANGKENCENG
KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013”
OLEH :
SRI SETYOWATI
NPM 08141181
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKI PGRI MADIUN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam lingkungan sekolah pada hakikatnya dimaksudkan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (2003 : 7 ) ditegaskan bahwa :
Fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam rangka mengimplementasikan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional di atas, berbagai komponen pendidikan harus saling mendukung, antara
lain : guru, kurikulum, sumber belajar, dan media pembelajaran. Siswa sebagai
sasaran pembelajaran, dituntut untuk meningkatkan kemampuan belajarnya
sehingga dapat memiliki prestasi belajar yang baik, diantaranya melaliu
penggunaan media dalam pembelajaran.
Bagi pengajar perlu diingat bahwa salah satu hal yang sangat penting
untuk membuat pembalajaran menjadi efektif adalah pemilihan dan penggunaan
media pembelajaran yang sesuai dengan topik-topik mata pelajaran yang
diajarkan, khususnya dalam melakukan komunikasi dengan anak didik agar
mereka mudah memahami informasi yang kita sampaikan sehingga sumber daya
yang dihasilkan lebih berkualitas dan sesuai dengan yang kita harapkan.
Proses komunikasi, utamanya dalam lingkungan pendidikan formal
(sekolah) seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan atau
menginformasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada Siswa yang diajarnya
(anak didik) dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar pengetahuan
1
yang dimiliki guru dapat dikuasai oleh Siswa. Sehingga dengan adanya proses
komunikasi tersebut guru diharapkan dapat menyampaikan pengalamannya atau
pengetahuannya kepada Siswanya dan Siswa pun menerima atau memahami apa
yang disampaikan oleh gurunya. Dengan demikian kegiatan pembelajaran
tersebut bermakna bagi Siswa. Kendatipun demikian upaya tersebut tidak selalu
sesuai apa yang kita harapkan, karena dalam kegiatan pembelajaran proses
komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar, bahkan dapat menimbulkan
kebingungan dan salah pengertian.
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadi salah
komunikasi, maka digunakanlah sarana yang dapat membantu jalannya proses
komunikasi agar berjalan lancar yang biasa juga disebut dengan media
pembalajaran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan media dapat mempengaruhi
kehidupan seseorang utamanya dalam hal ini Siswa sekolah dasar. Dengan
adanya media pembalajaran anak akan lebih mudah memahami apa yang
dipelajarinya karena dapat melihat secara langsung baik melalui gambar maupun
melalui benda konkret (nyata).
Upaya untuk memotivasi belajar anak sangat diarahkan kepada proses
belajar mengajar, dalam hal ini penggunaan media pembelajaran yang baik dan
benar dalam rangka pencapaian tujuan yang optimal disesuaikan dengan
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. Karena adanya penataan dan
perencanaan yang baik dan optimal terutama dalam penggunaan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam proses pembalajaran maka dapat
menghasilkan Siswa yang mempunyai potensi serta memiliki kemampuan
intelektual sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, banyak hal yang menuntut
Siswa untuk mencari sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Di sisi lain
guru berupaya memperjelas dan memberikan kesan yang bermakna kepada
Siswa untuk memahami materi yang dipelajarinya. Belajar akan lebih bermakna
jika Siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Rendahnya tingkat kemampuan Siswa menguasai materi pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam karena dalam proses belajar mengajar, yang diterapkan guru
2
selama ini adalah dengan cara memberikan materi tanpa alat peraga,
membacakan naskah pelajaran sementara Siswa di minta mendengarkan dan
mencatat, sehingga menjadi Siswa hanya sekedar sebagai pendengar pasif dalam
kelas yang menyebabkan Siswa kurang berminat, bahkan bisa kehilangan
motivasi belajarnya. Dengan demikian, tingkat pemahaman Siswa terhadap
materi pelajaran atau hasil belajar yang diperoleh Siswa bisa berakibat rendah.
Hal tersebut mengakibatkan hasil yang diperoleh nilai pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada UTS (Ujian Tengah Semester) semester I tahun 2012
hanya memperoleh rata-rata 65.
Untuk meningkatkan hasil belajar Siswa, maka salah satu cara yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi Siswa adalah dengan
menggunakan media model torso yang membuat Siswa lebih mudah mengerti
dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penggunaan media torso
sangat penting karena terkait dengan keberhasilan dan kemampuan Siswa secara
utuh. Torso merupakan jenis media tiga dimensi yang dapat membantu Siswa
dalam belajar, sebab secara langsung Siswa berhadapan dengan objek yang
sedang dipelajari. Selama ini di SDN Kedungbanteng 02 Kecamatan
Pilangkenceng Kabupaten Madiun tidak pernah belajar dengan menggunakan
media torso, utamanya pada konsep rangka, sehingga Siswa kurang paham akan
materi tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian
tentang penggunaan media model torso dalam pembalajaran Ilmu Pengetahuan
Alam untuk meningkatkan hasil belajar Siswa, khususnya kelas IV.
Selama ini dalam proses belajar mengajar yang kurang memberikan
kesempatan kepada Siswa untuk secara aktif memecahkan masalah sendiri akan
memberikan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
menggunakan media pembelajaran yang dapat melatih Siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri permasalahan yang dihadapi tersebut, sehingga dapat
menghayati dan memahami materi pelajaran yang diberikan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis merasa perlu melakukan
pengkajian secara ilmiah. Untuk maksud tersebut maka perlu melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Konsep Rangka
Melalui Penggunaan Media Torso Pada Siswa Kelas IV SDN Kedungbanteng
3
02 Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2012/2013?”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil prestasi belajar IPA
konsep rangka dapat ditingkatkan melalui penggunaan media torso pada Siswa
kelas IV SDN Kedungbanteng 02 Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten
Madiun ?”
C. Tujuan Penelitian
berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan media torso dapat meningkatkan
hasil belajar IPA konsep rangka Siswa kelas IV SDN Kedungbanteng 02
Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi guru dan
pengelola pembelajaran sehingga mampu menciptakan proses belajar mengajar
yang baik.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai sarana pengembangan teori dan implementasi penggunaan
media torso dalam proses belajar mengajar di sekolah terkait dengan
upaya meningkatkan hasil belajar Siswa.
b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang mengkaji
masalah yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah agar tetap
menyediakan media untuk digunakan dalam proses belajar mengajar
b. Sebagai bahan informasi bagi guru tentang sejauh mana peranan
media torso dalam meningkatkan hasil belajar Siswa.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Rangka Manusia
a. Pengertian Rangka
Rangka adalah bangunan tulang yang membentuk dan
menyangga tubuh, melindungi organ-organ vital seperti otak, dan
melekatkan penggerak tubuh. Selama berabad-abad tulang dianggap
sebagai strukrut mati yang hanya berfungsi untuk menyangga jaringan
aktif yang lunak disekitarnya. Lambat laun para ahli sadar bahwa tulang
hidup dan tumbuh. Tulang memiliki pembuluh darah tersendiri. Dan
selalu dibangun dan dibentuk ulang.
Rangka tidak hanya berfungsi sebagai penyangga tubuh. Sendi-
sendi antar tulang yang lentur dan luwes memungkinkan tulang bergerak
ketika otot menariknya. Rangka juga melindungi organ-organ vital.
Contohnya, tengkorak melindungi otak. Tulang sendiri berperan
menyimpan kalsium, yaitu mineral esensial (yang sangat penting) untuk
kelangsungan kerja otot dan syaraf. Tulang juga menghasilkan berbagai
tipe sel darah. Kerangka mengadung tulang rawan (kartilago) yang
menutupi ujung-ujung tulang pada persendian dan menjadi bagian dari
sistem ranka telinga dan hidung. Tulang rawan juga dijumpai diantara
tulang dada dan rusuk.
b. Jenis-jenis tulang
Menuru bentuk dan ukurannya, tulang digolongkan atas empat
kelompok utama. Tulang pipa, seperti femur (tulang paha), mampu
menahan tekanan berat. Tulang pendek meliputi tulang lingkar
pergelangan tangan. Tulang pipih, seperti tulang rusuk, biasanya
berfungsi sebagai pelindung. Jenis tulang keempat, tulang yang
berbentuk tidak beraturanmeliputi tulang belakang (kolumna vertebralis).
5
c. Rangka aksial
Rangka aksial meliputi tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk,
dan tulang dada. Tengkorak memuat otak dan organ-organ pengindraan
utama seperti mata, telinga, lidah dan hidung. Terdapat pula suatu celah
menuju kesistem pencernaan dan pernafasan.
Rongga dada melindungi melindungi organ-organ dada. Pongga
dada juga membantu proses pencernaan. Rongga dada terdiri dari
sternum dan dua belas pasang rusuk datar dan lengkung. Rusuk
membentuk persendian dengan tulang punggung disalah satu ujung.
d. Rangka apendiks
Rangka anggota gerak terdiri dari tulang-tulang tangan dan kaki,
serta tulang pengikat yang menyatukan mereka dengan bagian tubuh
lainnya. Pengikat pectoral (bahu) terdiri dari scapula dan klavikula.
Pengikat pelvik (panggul) menyangga bagian tubuh bagian atas. Tangan
dan kaki memuat banyak tulang berukuran kecil.
e. Penyakit pada tulang
- Lordosi adalah jenis penyakit tulang dimana tulang punggung maju
kedepan.
- Kifosis adalah jenis penyakit tulang dimana tulang punggung
kebelakang.
- Skoliosis adalah jenis penyakit tulang dimana tulang punggung
bengok kekiri atau kekanan.
2. Media Torso
Pilihan media dalam pengajaran tidak didasarkan kepada kualitas dan
harga media akan tetapi lebih kepada fungsi dan peranannya dalam
membantu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Penggunaan media
atau alat peraga dipilih berdasarkan fungsi dan peranannya dalam
pembelajaran. Torso adalah sebuah istilah anatomi untuk bagian tengah dari
tubuh manusia yang merupakan media pembelajaran jenis model penampang
(cutaway model) yang digunakan untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam. Anonim (2010) Torso merupakan “bentuk atau model yang
6
mempunyai ukuran yang dapat lebih besar dari ukuran aslinya atau bahkan
dapat lebih kecil dari ukuran sebenarnya”.
Torso sebagai salah satu jenis media pembelajaran yang termasuk
dalam klasifikasi media tiga dimensi. Media torso dapat memperlihatkan
bagaimana sebuah objek itu tampak, apabila bagian permukaannya diangkat
untuk mengetahui susunan bagian dalamnya. Model penampang atau dikenal
dengan istilah X-Ray atau alat peraga torso digunakan untuk
memperlihatkan susunan anatomi organ tubuh yang vital seperti mata,
jantung, hati, usus dan sebagainya.
Penggunaan torso dalam kegiatan pembelajaran dapat memberikan
pemahaman yang lebih tepat kepada Siswa, karena Siswa dapat secara
langsung mengamati dan mengetahui bentuk sesungguhnya. Torso akan
mempermudah Siswa memahami objek tertentu, karena model tersebut dapat
diubah dimensi dan ukurannya yang lebih besar dari ukuran semestinya.
Akan tetapi dalam menggunakan torso pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru diantaranya
adalah bahwa dalam membuat penampang seyogyanya menonjolkan hal-hal
yang penting saja dengan penanda atau dengan memberikan warna yang
terang sementara rincian yang tidak begitu penting dapat dihilangkan.
Penerapan media torso dalam pembelajaran dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Guru mempersiapkan torso yang sesuai dengan materi yang akan
dipelajari.
2. Guru mempersiapkan LKM (Lembar Kerja Siswa) dan petunjuk
penggunaan media torso
3. Guru meletakkan media torso di depan kelas agar semua Siswa dapat
melihat.
4. Guru membagikan LKM (Lembar Kerja Siswa) pada tiap-tiap kelompok
untuk didiskusikan
5. Siswa mengamati torso
6. Siswa pada tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya
dan Siswa lain mengomentari
7
3. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar, sebenarnya sudah banyak ahli yang telah
mengemukakan pendapatnya. Para ahli memberikan definisi belajar
sesuai dengan pandangan, latar belakang dan aliran masing-masing.
Untuk lebih jelasnya dapat di kemukakan beberapa pengertian belajar
berikut ini : Sardiman (1992 : 22-23) mengartikan belajar sebagai
“Usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya”. Belajar adalah
“proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya” (Usman,
1995 : 5).
Sedangkan Morgan dkk dalam Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1998/1999: 7) mengungkapkan bahwa belajar “sebagai
setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
latihan dan pengalaman”. Belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan
interaksi dengan lingkungannya” (Slamento, 2010: 2). Chaplin dalam
Syah (2009) mengartikan belajar sebagai “perolehan perubahan tingkah
laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman”.
Hintsman dalam Syah (2009) berpendapat bahwa belajar adalah “suatu
perubahan yang terjadi dalam organisme, manusia atau hewan,
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organism tersebut”. Sedangkan Syah (2009: 68) sendiri mengartikan
belajar sebagai “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.
Selanjutnya Pasaribu dkk (1982: 59) memberikan defenisi belajar
sebagai “suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan,
perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh
pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau
8
disebabkan obat-obatan”. Skinner dalam Dimyati dkk (2009) belajar
adalah “suatu perilaku”. Gagne (Dimyati, 2009) belajar adalah “kegiatan
yang kompleks”.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, dapat diketahui
bahwa setiap proses belajar yang dilakukan oleh seorang pada dasarnya
memiliki ciri seperti berikut ini : (1) Belajar adalah aktivitas (kegiatan)
yang mana menghasilkan perubahan pada diri seseorang yang belajar. (2)
Pada prinsipnya perubahan itu adalah didapatnya kemampuan baru dan
berlaku pada waktu yang relative lama. (3) Perubahan itu terjadi karena
usaha dan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
seseorang melalui pengalaman, yang ditandai dengan adanya perubahan
yang bersifat kualitatif dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dimiliki.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hal tersebut sebagaimana menurut Winkel (1996: 244)
bahwa “berdasarkan taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus di ukur
keberhasilannya adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
sehingga dapat menggambarkan tingkah laku menyeluruh sebagai hasil
belajar Siswa”.
Ketiga aspek tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan mencakup beberapa
jenjang yaitu :
1 Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual yang mencakup
jenjang : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi.
2 Aspek afektif adalah perasaan emosi atau nilai. Afektif memiliki
jenjang, yakni : penerimaan, tanggapan, penelitian, pengorganisasian,
dan pemeran.
9
3 Aspek psikomotorik adalah kemampuan yang mengutamakan gerak
perilaku yang melibatkan pemahaman yang dimiliki. Aspek
psikomotorik memiliki jenjang, yakni : persepsi, kesiapan,
penyesuaian dan kreativitas.
4. Hakikat Pembelajaran IPA
Dalam perkembangannya, Ilmu Pengetahuan Alam diterjemahkan
sebagai IPA, meskipun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan
etimologi namun istilah tersebut masih sering digunakan. Ilmu Pengetahuan
Alam atau IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis sehingga Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa faktor-faktor, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja, tetapi oleh adanya metode ilmiah seperti observasi dan
eksperimen dan sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan
sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk isi mencakup fakta, konsep,
prinsip, hukum-hukum, dan teori Ilmu Pengetahuan Alam. Jadi pada
hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap
ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau
berbagai macam fakta yang dihafal, Ilmu Pengetahuan Alam juga merupakan
kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-
gejala alam yang belum dapat direnungkan. Ilmu Pengetahuan Alam
menggunakan apa yang telah diketahui sebagai batu loncatan untuk
memahami apa yang belum diketahui. Suatu masalah Ilmu Pengetahuan
Alam yang telah dirumuskan dan kemudian berhasil dipecahkan akan
memungkinkan Ilmu Pengetahuan Alam untuk berkembang secara dinamis.
Akibat kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah.
Biologi sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan alam memfokuskan
pembahasan pada masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses
dan sikap ilmiah. Sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam, maka dalam
pembelajaran biologi berpatokan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
seperti yang tertuang dalam kurikulum 1994, yaitu pembelajaran yang
10
berorientasi pada hakikat Ilmu Pengetahuan Alam yang meliputi produk,
proses, dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses. Berdasarkan uraian di
atas jelas bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam biologi lebih
menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga Siswa
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah
di pihak Siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun
produk pendidikan.
Muchtar, dkk (2004: 5) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip
pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar
sebagai berikut :
a. Materi pembelajaran disusun berdasarkan penyesuaian
terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi sesuai standar isi
2006
b. Pemberian ilustrasi. Dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan kepada Siswa dengan mempergunakan contoh-
contoh gambar dari setiap materi belajar dan untuk menarik
minat Siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam.
c. Aktivitas kegiatan. Merupakan penerapan percobaan-
percobaan yang dilakukan Siswa baik individu maupun
kelompok yang bertujuan agar Siswa memiliki pengalaman
nyata dalam memahami suatu materi pelajaran yang
diberikan.
d. Akttivitas tugas. Pemberian tugas baik individu maupun
kelompok dimaksudkan agar Siswa aktif dan dapat
memecahkan masalah yang ditemukan.
Tating, dkk (2003: 11) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar sebagai berikut :
a. Pada awal setiap bab, disajikan wacana tentang kejadian-
kejadian setiap hari dilingkungan Siswa yang bertujuan untuk
membangkitkan minat Siswa untuk memahami konsep Ilmu
11
Pengetahuan Alam dan keterkaitannya dengan kehidupan
Siswa.
b. Pemahaman konsep untuk Siswa disajikan berupa percobaan
sederhana dengan menggunakan alat-alat sederhana, mudah
diperoleh serta pas untuk usia Siswa.
c. Pada setiap akhir bab, disajikan rangkuman, tugas,dan
evaluasi. Rangkuman dimaksudkan untuk memudahkan
Siswa mengingat kembali konsep dan hal-hal yang sedang
dipelajari. Dengan adanya tugas, Siswa diharapkan mampu
melakukan kegiatan sendiri, misalnya pada diskusi. Dengan
diskusi Siswa diharapkan mampu dan berani mengemukakan
masalah dengan menggunakan daya ingat, pemahaman dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang dilaksanakan oleh guru
dapat memenuhi target kurikulum yang telah ditetapkan perlu dilaksanakan
secara efektif dan efesien. Agar kegiatan pembelajaran secara efektif dapat
berlangsung, maka guru perlu mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan media
pembelajaran yang tepat untuk setiap materi pembelajaran yang diajarkan dalam
kelas. Dalam pembelajaran IPA dengan konsep rangka menggunakan media
model torso, Siswa dapat secara sungguh-sungguh memusatkan perhatiannya
pada kegiatan pembelajaran dan dapat melihat langsung bentuk rangka manusia.
Setelah guru mengajarkan kepada siswa tentang konsep rangka dengan
menggunakan media torso dengan melalui siklus I kemudian di refleksi dan
dilanjutkan pada siklus II, maka akan menghasilkan hasil belajar dari Siswa.
Dari hasil belajar Siswa tersebut, lalu akan di analisis. Kemudian dari hasil
analisis itu akan di temukan hasil peningkatan pengetahuan Siswa dan akan
direkomendasikan untuk pelaksanaan proses belajar mengajar pada materi yang
sama.
12
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis tindakan penelitian
adalah jika menggunakan media torso pada materi sistem rangka, maka terjadi
peningkatan hasil belajar IPA Siswa kelas IV SDN Kedungbanteng 02
Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif-
deskriktif. Dikatakan kualitatif karena penelitian berlangsung dengan
memperoleh data melalui observasi untuk melihat gambaran seluruh
aktivitas guru dan Siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui
penggunaan media torso. Dikatakan deskriptif karena akan disajikan
gambaran mengenai nilai hasil belajar IPA Siswa dengan mencari nilai rata-
rata dan persentase keberhasilan belajar. Melalui pendekatan penelitian ini
akan mengungkapkan kemampuan dan pengetahuan Siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitiian Tindakan Kelas
(Classroom research) yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi.
B. Fokus Penelitian
Fokus yang diteliti dalam memberikan pemecahan yang tepat terhadap
permasalahan penelitian yang di kemukakan adalah :
1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media torso yaitu bagaimana
penerapan dan peranan media torso dalam meningkatkan hasil belajar.
2. Hasil belajar Siswa yang dimaksud disini adalah dengan melihat hasil tes
yang diperoleh Siswa diakhiri perencanaan setiap siklus untuk mengetahui
adanya perubahan hasil belajar IPA Siswa kelas V melalui penggunaan
media torso.
14
C. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SDN Kedungbanteng 02 yang ada di
Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun
Sekolah ini terdiri dari enam ruang kelas, satu perpustakaan, satu
ruang UKS, dan satu ruang kantor.
Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas IV SDN Kedungbanteng
02 Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun, dan waktu pelaksanaan
tindakan penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2012/2013.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas adalah semua Siswa kelas IV
sebanyak 29 Siswa, yang terdiri dari 19 orang Siswa laki-laki dan 10 orang
Siswa perempuan. Tindakan ini dilakukan oleh guru kelas IV SDN
Kedungbanteng 02 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam konsep
Rangka, sedangkan peneliti sendiri bertindak sebagai guru pengajar dan
dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer yang telah
membaca dan memahami cara penggunaan media torso.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui proses pengkajian
yang terdiri dari 4 tahapan utama yaitu mulai dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Arikunto, dkk (2008: 16) mengemukakan bahwa tindakan dilakukan
dalam siklus, dapat dilihat pada skema berikut :
Skema Siklus PTK
15
Perencanaan
Refleksi PelaksanaanSiklus IPengamatan
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
PelaksanaanRefleksi?
1. Tahapan Siklus I
a. Tahapan perencanaan
1) Menelaah Kurikilum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) yang
sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan yaitu system
rangka manusia.
2) Menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
3) Menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan scenario
pembelajaran yang telah ditetapkan
4) Membuat lembar observasi untuk melihat aktivitas guru dan
Siswa kelas IV selama tindakan berlangsung
5) Membuat LKM (Lembar Kerja Siswa).
6) Membuat soal-soal latihan untuk tes akhir belajar sebanyak 5
nomor
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan proses belajar mengajar
dengan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dibuat
dengan materi sistem rangka pada manusia. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti disesuaikan
dengan silabus yang digunakan. Siklus 1 dilaksanakan selama 2 X
pertemuan,masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 35
menit. Dengan indikator mendekripsikan struktur rangka manusia
dan menjelaskan fungsi rangka manusia. Pembelajaran dilakukan
secara berkelompok dengan menggunakan media torso.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini ada dua perlakuan yaitu observasi dan evaluasi.
Pelaksanaan tahap observasiterhadap aktivitas Siswa sebanyak 29
orang secara langsung pada proses belajar mengajar. Dengan
menggunakan lembar observasi yang meliputi : kehadiran Siswa,
perhatian Siswa terhadap pembahasan materi pelajaran, pengamatan
terhadap torso,keaktifan Siswa dalam bertanya, kerja sama dalam
kelompok, mengganggu teman yang belajar mengambil giliran untuk
16
berbagi tugas, kemampuan Siswa dalam mengemukakan pendapat,
Siswa yang mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir, dan perilaku
Siswa dalam kelas. Pelaksanaan evaluasi yaitu memberikan tes
berupa soal-soal latihan yang dilakukan pada akhir tindakan.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan,
demikian pula hasil tes belajar Siswa, kemudian dianalisis dan
direfleksi. Refleksi yang dimaksudkan untuk melihat apakah rencana
telah terlaksana secara optimal atauperlu dilakukan perbaikan.
Hasilanalisis siklus I inilah yang dijadikan acuan penulis untuk
merancang siklus II di mana yang dianggap bagus tetap
dipertahankan sedangkan kekurangannya menjadi pertimbangan dan
refisi pada siklus berikutnya.
2. Tahapan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, terlebih
dahulu dilakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran berupa
penyusunan rencana perbaikan pembelajaran seperti rencana
pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar kerja Siswa,
media serta penilaian yang digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Hal-hal yang seharusnya dilakukan pada pelaksanaan
tindakan adalah memahami rencana yang telah dirumuskan dan
dimengerti bagaimana proses belajar dengan menggunakan media
torso. Pada siklus ini guru merubah posisi kelompok menjadi lurus
yang sebelumnya posisi kelompok berbentuk segitiga. Diharapkan
proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
c. Tahap Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan
pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi.
17
d. Analisis dan Refleksi
Rangkaian kegiatan berupa perancanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi akhir. Setelah berdiskusi dengan guru kelas
IV untuk melihat kegagalan dan keberhasilan yang terjadi dalam
proses pembelajaran dan didapatkan hasil yang sangat memuaskan
hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan
juga meningkatnya jumlah ketuntasan belajar Siswa.
E. Tehnik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian tindakan kelas, format observasi digunakan untuk
merekam data proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Adapun format
observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu : a)
format observasi aktivitas guru dan b) format observasi aktivitas Siswa.
2. Dokumentasi
Dokumentasi hasil belajar Siswa, yaitu hasil tes yang diberikan guru
kepada Siswa sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan atau hasil
belajar Siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
3. Teknik
Tes adalah suatu kegiatan yang diberikan guru kepada Siswa untuk
mengetahui hasil belajar atau kemampuan Siswa. Tes juga dapat diberikan
sebagai alat ukur. Adapun tes yang digunakan yaitu tes tulis.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi selama proses belajar mengajar,
selanjutnya dianalisis secara kualitatif-deskriptif sehingga dapat diketahui
apakah penggunaan media torso sudah mencapai sasaran atau belum. Adapun
hasil belajar dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diketahui apakah hasil
belajar dengan menggunakan media torso sudah mencapai sasaran atau bahkan
tidak mencapai sasaran.
18
Rumus penentuan nilai hasil belajar yang digunakan :
Jumlah skor
Nilai = X 100
Jumlah skor maksimal
a. Penentuan Nilai Statistik
Statistik Nilai Statistik
Subjek …….
Nilai Ideal …….
Nilai Tertinggi …….
Nilai Terendah …….
Rentang Nilai ….…
Nilai Rata-rata …….
b. Kategori Nilai Penguasaan IPA
Nilai Hasil
BelajarKategori
Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Sangat Tinggi 90-100
Tinggi 80-89
Sedang 65-79
rendah 55-64
Sangat Rendah < 54
c. Kategori Standar Ketuntasan Belajar
Daya Serap
Siswa
Kategori
ketuntasan Belajar
Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentese Frekuensi Persentase
0% - 64,99% Tidak Tuntas
65% - 100% Tuntas
19
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari meningkatnya
proses belajar Siswa dengan menggunakan media torso dan meningkatnya nilai
rata-rata belajar Siswa kelas IV secara klasikal yaitu mencarai 75 % Siswa yang
memperoleh skor minimum 65 dari skor ideal 100.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Saharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:PT. Bumi
Aksara.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998 / 1999. Strategi Belajar
Mengajar. Ditjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
Dimyati, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana. 1992. Perencanaan Pengajaran. Makassar:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
21