30

Click here to load reader

Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Putusan yang dikeluarkan pengadilan atas suatu perkara, mempunyai kekuatan mengikat, kekuatan pembuktian serta kekuatan eksekutorial. Setiap putusan yang berkekuatan hukum haruslah dapat dieksekusi. Namun tak jarang pula suatu putusan hakim bersifat memihak salah satu pihak. Dalam pihak yang kalah (tereksekusi) menjalankan putusan secara sukarela, maka ia akan memenuhi sendiri putusan pengadilan tanpa paksaan dari siapapun. Namun, dalam hal pihak yang kalah tidak mau menjalankan putusan secara sukarela, maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi. Dengan kata lain, eksekusi dalam suatu perkara, baru berfungsi ketika pihak yang kalah tidak mau bersedia menjalankan putusan pengadilan secara sukarela. Keengganan tergugat menjalankan pemenuhan putusan secara sukarela menimbulkan konsekuensi hukum berupa tindakan paksa yang disebut “eksekusi”.Kemudian apabila dengan dijalankannya eksekusi ini, ternyata menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga, maka pihak ketiga yang dirugikan tersebut dapat menjalankan upaya hukum luar biasa yaitu berupa perlawanan pihak ketiga. Atas diajukannya perlawanan oleh pihak ketiga tersebut, tentu saja sedikit banyak akan membawa implikasi yuridis terhadap pelaksanaan putusan. Selain itu, walaupun pada asasnya perlawanan yang diajukan oleh pihak ketiga tidak menangguhkan eksekusi, akan tetapi dalam hal-hal istimewa, penangguhan eksekusi dapat terjadi. Pengecualian tersebut, tentunya didasarkan pada alasan-alasan tertentu.

Citation preview

Page 1: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

SAMPLE PROPOSAL SKRIPSI

NIN YASMINE LISASIH

A. Judul Penelitian: IMPLIKASI YURIDIS PERLAWANAN PIHAK KETIGA

TERHADAP EKSEKUSI DALAM SENGKETA PERDATA (STUDI

KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

B. Bidang Ilmu : Hukum Acara Perdata

C. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan realisasi terhadap kesungguhan

bangsa Indonesia dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita luhur bangsa

Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945

(alinea ke IV), yaitu :

Melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Seiring dengan berjalannya pembangunan nasional, maka kehidupan

masyarakat pun semakin dinamis dan terus mengalami perkembangan.

Kehidupan masyarakat yang semakin dinamis tersebut, telah menghadapkan

Indonesia pada suatu keadaan yang sulit, yaitu suatu keadaan dimana sering

terjadi benturan-benturan atau perselisihan-perselisihan kepentingan hukum,

baik antar masyarakat itu sendiri, mapun antar individu dalam masyarakat.

Benturan-benturan kepentingan yang terjadi merupakan upaya untuk

mempertahankan dan melindungi kepentingan-kepentingannya, hak-haknya

maupun kewajiban-kewajibannya.

1

Page 2: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

Guna melindungi kepentingan masyarakat, perlu dicarikan upaya

pencegahan dan pengaturan agar warga masyarakat dapat menyalurkan

kepentingannya dalam suasana penerapan penegakan hukum, yang mana

keadilan dapat diperoleh melalui proses peradilan yang bebas, berwibawa dan

tidak memihak. Namun, hal ini haruslah dilakukan sebagai alternatif terakhir

apabila sudah tidak ada lagi cara yang dapat diupayakan dalam menyelesaikan

sengketa.

Dalam penyelesaian sengketa, tentu tidak lepas dari norma-norma

hukum yang tercantum, baik dalam peraturan tertulis maupun dalam peraturan

yang tidak tertulis, seharusnya peraturan yang ada dan berlaku mempunyai

mekanisme penegakan, serta sumber daya manusia dan materi yang

didesikasikan terhadap penegakannya, bersama denga sebuah sistem sanksi

yang mencerminkan beratnya pelanggaran. Dalam menerapkan norma-norma

hukum tersebut, dibutuhkan suatu peraturan yang mengakomodasi bagaimana

norma-norma hukum materiil itu dipertahankan, dilaksanakan dan ditegakkan.

Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana

cara menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara hakim.

Dengan kata lain, hukum acara perdata adalah peraturan yang menentukan

bagaimana cara menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil. Lebih kongkret

lagi, dapat dikatakan bahwa hukum acara perdata mengatur mengenai

bagaimana mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutuskannya

bagaimana pelaksanaan daripada putusannya. Dalam hal ini, tuntutan hak tidak

lain adalah tindakan yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan hukum

yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah “eigenricting” atau tindakan

main hakim sendiri. Tindakan main hakim sendiri merupakan tindakan untuk

melaksanakan hak menurut kehendaknya sendiri yang bersifat sewenang-

wenang, tanpa persetujuan dari pihak lain yang berkepentingan, sehingga

menimbulkan kerugian. (Sudikno Mertokusumo, 2002 : 2).

2

Page 3: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

Dengan hukum acara perdata, maka akan menampakkan suatu proses di

muka Hakim (pengadilan) tentang bagaimana cara memperoleh penyelesaian

atas permasalahan yang timbul, sehingga dapat mendukung upaya-upaya

hukum bilamana terjadi benturan-benturan (friksi) kepentingan atau

perselisihan kepentingan hukum dalam masyarakat yang satu dengan

masyarakat yang lain. Penyelesaian sengketa tersebut dapat dicapai baik

melalui perdamaian maupun melalui suatu putusan pengadilan. (R Soeparmono,

2005:1).

Putusan yang dikeluarkan pengadilan atas suatu perkara, mempunyai

kekuatan mengikat, kekuatan pembuktian serta kekuatan eksekutorial. Setiap

putusan yang berkekuatan hukum haruslah dapat dieksekusi. Namun tak jarang

pula suatu putusan hakim bersifat memihak salah satu pihak. Oleh karena itu,

sangat dimungkinkan dilakukan pemeriksaan utang atas suatu putusan yang

telah dijatuhan oleh Hakim. Tentu saja tujuannya adalah untuk memperbaiki

kekeliruan atau kekhilafan yang terjadi tadi. Untuk itu, lazimnya bagi putusan

hakim tersedia hukum, yaitu upaya atau alat untuk mencegah atau memperbaiki

kekeliruan dalam suatu putusan.

Dalam hukum acara perdata dikenal 2 macam upaya hukum, yaitu upaya

hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum biasa dapat berupa

perlawan (verzet), banding dan kasasi. Sedangkan upaya hukum luar biasa

termasuk di dalamnya adalah peninjauan kembali (request civil) dan

perlawanan pihak ketiga (derdenverzet). (Sudikno Mertokusumo, 2002 : 224).

Dalam pihak yang kalah (tereksekusi) menjalankan putusan secara

sukarela, maka ia akan memenuhi sendiri putusan pengadilan tanpa paksaan

dari siapapun. Namun, dalam hal pihak yang kalah tidak mau menjalankan

putusan secara sukarela, maka pihak yang menang dapat mengajukan

permohonan eksekusi. Dengan kata lain, eksekusi dalam suatu perkara, baru

berfungsi ketika pihak yang kalah tidak mau bersedia menjalankan putusan

pengadilan secara sukarela. Keengganan tergugat menjalankan pemenuhan

putusan secara sukarela menimbulkan konsekuensi hukum berupa tindakan

paksa yang disebut “eksekusi”.

3

Page 4: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

Kemudian apabila dengan dijalankannya eksekusi ini, ternyata

menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga, maka pihak ketiga yang dirugikan

tersebut dapat menjalankan upaya hukum luar biasa yaitu berupa perlawanan

pihak ketiga.

Perihal perlawanan pihak ketiga ini, diatur dalam Pasal 37 dan Pasal 379

Rv. Dalam Pasal 378 Rv diatur bahwa apabila terdapat suatu putusan yang

merugikan hak-hak mereka, maka pihak ketiga berhak melakukan perlawanan

terhadap putusan tersebut, jika mereka secara pribadi atau wakil mereka yang

sah menurut hukum, ataupun pihak yang mereka wakili tidak dipanggil di

sidang pengadilan, atau karena penggabungan perkara atau campur tangan

dalam perkara pernah menjadi pihak.

Atas diajukannya perlawanan oleh pihak ketiga tersebut, tentu saja

sedikit banyak akan membawa implikasi yuridis terhadap pelaksanaan putusan.

Secara yuridis berarti menurut hukum, dalam hal ini tidak ada penjelasan lain,

sedangkan implikasi dapat disamaartikan sebagai akibat. Maka implikasi

yuridis dapat diartikan sebagai akibat menurut hukum, yaitu akibat yang timbul

dari hubungan hukum yang memberi hak-hak dan kewajiban-kewajiban kepada

para pihak. (J.C.T. Simorangkir, dkk, 2002:6).

Selain itu, walaupun pada asasnya perlawanan yang diajukan oleh pihak

ketiga tidak menangguhkan eksekusi, akan tetapi dalam hal-hal istimewa,

penangguhan eksekusi dapat terjadi. Pengecualian tersebut, tentunya didasarkan

pada alasan-alasan tertentu.

D. Perumusan Masalah

Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan

skripsi mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu disusun perumusan

masalah yang didasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah dimana

perumusan tersebut antara lain :

1. Apa implikasi yuridis yang timbul dengan diajukaknya perlawanan pihak

ketiga terhadap eksekusi dalam sengketa perdata di Pengadilan Negeri?

2. Apakah saja alasan yang dapat menangguhkan eksekusi dalam

perlawanan pihak ketiga?

4

Page 5: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

E. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan

dari penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi secara lebih jelas dan lengkap

mengenai implikasi yuridis yang timbul dengan diajukkannya

perlawanan oleh pihak ketiga terhadap eksekusi dalam sengketa perdata

di Pengadilan Negeri.

b. Untuk mengetahui alasan-alasan yang dapat menangguhkan eksekusi

dalam perlawanan pihak ketiga.

2. Tujuan Subyektif.

a. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan guna penulisan

penelitian, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana dalam

bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Islam Batik

Surakarta.

b. Menambah pengetahuan penulis dalam penulisan Ilmu Hukum Acara

Perdata.

c. Membandingkan materi di perkuliahan dengan kenyataan sehari-hari.

F. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian pasti ada manfaat yang dapat diharapkan tercapai.

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu

hukum terutama Hukum Acara Perdata pada khususnya.

5

Page 6: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi penulis

mengenai implikasi yuridis yang timbul dengan diajukannya perlawanan

oleh pihak ketiga terhadap eksekusi dalam sengketa perdata di

Pengadilan Negeri serta alasan-alasan yang dapat menangguhkan

eksekusi dalam perlawanan terhadap pihak ketiga.

c. Dapat bermanfaat selain sebagai bahan informasi juga sebagai

literature atau bahan informasi ilmiah.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan atau sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak

terkait, mengenai implikasi yuridis yang timbul dengan diajukannya

perlawanan oleh pihak ketiga terhadap eksekusi dalam sengketa perdata

di Pengadilan Negeri serta alasan-alasan yang dapat menangguhkan

eksekusi dalam perlawanan terhadap pihak ketiga

b. Untuk memberikan pemikiran alternative yang diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan

perimbangan yang menyangkut masalah.

G. Tinjauan Pustaka

i. Tinjauan tentang Pelaksanaan Putusan Eksekusi

Pelaksanaan putusan hakim atau eksekusi pada hakekatnya tidak

lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang bersangkutan untuk

memnuhi prestasi yang tercantum dalam putusan tersebut. (Sudikno

Mertokusumo, 2002 : 239)

Pada prinsipnya eksekusi merupakan tindakan paksa menjalankan

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, apabia pihak

yang kalah (Tergugat) tidak mau menjalankan atau memnuhi isi putusan

secara sukarela. (M. Yahya Harahap, 2005:11).

6

Page 7: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

Suatu putusan sewaktu-waktu akan menjadi putusan yang

berkekuatan hukum tetap. Apabila sudah diperoleh putusan yang

berkekuatan hukum tetap, maka hubungan hukum tersebut telah ditetapkan

untuk selama-lamanya dan karenanya sudah tidak dapat diubah lagi,

maksudnya ditaati secara sukarela oleh para pihak yang bersengketa.

(R. Subekti, 1989 : 130).

Dengan demikian, maka selesailah perkaranya tanpa mendapat

bantuan dari pengadilan dalam melaksanakan putusan tersebut. Namun,

bukan tidak mungkjin, pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan

putusan hakim secara sukarela sehingga diperlukan bantuan dari

pengadilan untuk melaksanakan putusan tersebut secara paksa. Pihak yang

dimenangkan dalam putusan dapat memohon pelaksanaan putusan

(eksekusi) pengadilan yang akan melaksanakannya secara paksa.

Menurut pendapat M. Yahya Harahap (2005:6), asas-asas eksekusi

meliputi:

a. Menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.

b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela.

c. Putusan yang dapat dieksekusi bersifat kondemnator, yaitu putusan

yang amar atau diktumnya mengandung unsur “penghukuman”.

Penghukuman dapat dirumuskan dalam kalimat: “mengukum atau

memerintahkan menyerahkan, mengosongkan, melakukan,

penghentian atau pembayaran” apabila salah satu ciri tersebut terdapat

dalam amar putusan, maka putusan tersebut bersifat kondemnator.

d. Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan

Negeri.

Macam-macam eksekusi menurut Sudikno Mertokusumo (2002,

240-241) dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang

dikalahkan untuk membayar sejumlah uang. Eksekusi ini diatur dalam

Pasal 196 HIR (Pasal 2008 Rbg).

7

Page 8: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

b. Eksekusi untuk menghukum agar melakukan suatu

perbuatan (Pasal 225 HIR/Pasal 259 Rbg). Orang tidak dapat

dipaksakan untuk memenuhi suatu prestasi yang berupa perbuatan.

Akan tetapi pihak yang dimenangkan dapat meminta kepada Hakim

agar kepentingan yang akan diperolehnya dihitung dengan uang.

c. Eksekusi riil, merupakan pelaksanaan prestasi kepada

kreditur oleh putusan hakim secara langsung. Jadi eksekusi riil adalah

pelaksanaan putusan yang menuju kepada hasil yang sama seperti

apabila melaksanakan secara sukarela oleh pihak yang bersangkutan.

Dengan eksekusi riil maka yang berhaklah yang menerima prestasi.

ii. Tinjauan tentang Sita Eksekusi

Pengertian dari sita eksekusi dalam Kamus Hukum, sita (beslag)

merupakan penyitaan yang dilakukan terhadap barang bergerak atau

barang tidak bergerak, milik seseorang untuk menjamin hak-hak

penggugat. (J.C.T. Simorangkir, 2002:6). Sedangkan sita eksekusi

merupakan penyitaan yang dilakukan untuk melaksanakan putusan

pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap.

Atas permintaan pihak yang menang perkara, Ketua Pengadilan

Negeri menyuruh memangil pihak yang kalah dan memperingatan

kepadanya supaya memnuhi putusan pengadilan dalam jangka waktu yang

ditentukan oleh Ketua Pengadilan, yaitu paling lama delapan hari.

Jika perintah tersebut tidak dipenuhi, maka Ketua Pengadilan

Negeri memberi perintah dengan surat, supaya disita (dibeslag) sejumlah

barang bergerak dan jika barang demikian itu tidak ada atau tidak cukup,

maka akan disita barang tetap sejumlah nilai dalam putusan Pasal 197

HIR. Kondisi yang demikian itu disebut sita eksekutorial/sita eksekusi.

(R. Soeparmono, 2005 : 197).

Macam-macam sita eksekusi ada 2 macam, yaitu :

8

Page 9: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

a. Sita eksekusi langsung, yaitu sita tersebut langsung

diletakkan atas barang-barang bergerak dan barang-barang tetap milik

debitur atau pihak yang kalah dalam perkara.

b. Sita eksekusi tidak langsung, adalah sita eksekusi yang

berasal dari sita jaminan (conservatoir beslag) atau sita revindikator

(revindicator beslag) yang amar putusannya telah dinyatakan sah dan

berharga, serta karena putusan tersebut sudah berkekuatan hukum

tetap, sehingga memperoleh title eksekutorial, maka dalam rangka

eksekusi demi hukum otomatis berubah menjadi sita eksekusi.

Obyek sita eksekusi dapat dijalankan terhadap barang-barang milik

pihak yang dikalahkan terutama adalah barang bergerak. Berdasarkan

Pasal 197 ayat (1) HIR, maka barang bergeraklah yang harus didahulukan

untuk disita secara eksekutorial. Berdasarkan Pasal 197 ayat (8) HIR,

barang bergerak (tidak tetap) yang berada di tangan orang lain, yaitu

barang-barang dan sebagaimnya itu milik pihak yang kalah, akan tetapi

berada di tangan pihak ketiga. Dalam hal ini, tidak boleh dijalankan atas

hewan dan alat-alat yang digunakan untuk mencari mata pencaharian.

Dalam Pasal 197 HIR, maka yang dimaksud dengan barang-barang

tetap (onroerende goederen) adalah barang-barang yang tidak dapat

diangkat, misalnya tanah, kebun, pekarangan, rumah, gedung dan lain

sebagainya. Barang-barang tetap ini, baru dapat disita, apabila barang-

barang tidak tetap tidak ada atau kurang jumlahnya untuk memenuhi

tagihan dan biaya eksekusi.

iii. Tinjauan tentang Perlawanan Pihak Ketiga

Pengertian perlawananan pihak ketiga merupakan upaya hukum

luar biasa yang diajukan oleh pihak ketiga terhadap putusan pengadilan

yang merugikan hak-haknya. Perlawanan pihak ketiga ini, digunakan oleh

pihak ketiga untuk melawan putusan hakim, baik putusan yang sudah

mempunyai kekuatan hukum tetap (in knacht van gewijsde) maupun

9

Page 10: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

perkara yang sedang dalam proses. HIR mengatur masalah perlawanan

pihak ketiga ini dalam Pasal 208. Pasal 208 HIR ini, menyatakan bahwa

bantahan dari pihak ketiga, harus diajukan baik terhadap yang menyita

maupun orang yang disita. Namun, dengan UU darurat No. 1/1951, Pasal

208 HIR ini telah ditiadakan. Maka kemudian mengenai perlawanan pihak

ketiga ini diatur dalam Pasal 378 dan Pasal 379 Rv.

Pasal 378 Rv diatur bahwa apabila terdapat suatu putusan yang

merugikan hak-hak mereka, maka pihak ketiga berhak melakukan

perlawanan terhadap putusan tersebut, jika mereka secara pribadi atau

wakil yang sah menurut hukum, ataupun pihak yang mereka wakili tidak

dipanggil di sidang Pengadilan, atau karena penggabungan perkara atau

campur tangan dalam perkara pernah menjadi pihak.

Selanjutnya, perlawanan pihak ketiga ini diatur lanjut dalam Pasal

379 Rv, bahwa perlawanan ini diajukan kepada Hakim yang menjatuhkan

putusan yang dilawan itu dengan menggugat para pihak yang

bersangkutan dengan cara biasa, yaitu diajukan dengan suatu pemanggilan

untuk menghadap sidang terhadap semua pihak yang telah mendapat

keputusan dan peraturan umum mengenai cara berperkara berlaku dalam

perlawanan ini.

Syarat-syarat dalam mengajuan perlawanan pihak ketiga atas sita

eksekusi harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

a. sudah ada putusan

b. harus ada kepentingan dari pihak ketiga

c. merugikan pihak ketiga.

Syarat-syarat tersebut dasar hukumnya berpedoman kepada Pasal 378 Rv,

dalam Pasal ini disebutkan bahwa apabila pihak ketiga haknya dirugikan

oleh suatu putusan, maka ia dapat mengajukan perlawanan terhadap

putusan tersebut.

Sedangkan putusan perlawanan oleh pihak ketiga (derden verset)

terhadap eksekusi harus didasarkan pada ketentuan bahwa barang yang

disita itu adalah miliknya, bukan kepunyaan Terlawan/Para Terlawan, jika

10

Page 11: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

pihak ketiga yang mengajukan perlawanan adalah benar pemilik barang

tersebut, maka terhadap barang yang menjadi obyek sita itu, akan

diperintahkan untuk diangkat. Dengan kata lain, apabila ia dapat

membuktikan bahwa semua barang yang telah disita itu adalah miliknya,

maka sita keseluruhannya akan diperintahkan untuk diangkat.

Demikian pula sebaliknya, bila pihak ketiga tidak dapat

membuktikan hak miliknya itu, maka eksekusi akan tetap dipertahankan

terhadap barang tersebut.

H. Metode Penelitian

Tahap yang cukup penting dalam penelitian ilmiah adalah penentuan

metode penelitian yang akan dipakai dapat selaras dengan tujuan yang ingin

dicapai dengan efektif. Metode penelitian ini akan sangat berpengaruh dalam

penelitian data, teknik analisis data dan yang paling utama hasil penelitian

nantinya.

Sebuah penelitian yang dilakukan, tidak terlepas dari berbagai macam

metode yang digunakan. Metode ini merupakan cara untuk mendapatkan

atau mencapai tujuan penelitian. Metode berasal dari dua kata yaitu: metode

dan logi. Metode berarti cara atau prosedur (langkah-langkah) yang

ditempuh untuk mencapai tujuan, sedangkan logi berasal dari kata logos

yang berarti ilmu. (Sumadi Suryabrata, 2000:12).

Jadi metodologi adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang cara

atau prosedur atau langkah-langah yang ditempuh untuk mencapai tujuan.

Sedangkan penelitian diartikan “suatu cara untuk memahami sesuatu dengan

melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul

sehubungan dengan masalah-masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati

sekali sehingga diperoleh pemecahan” (Sumadi Suryabrata, 2000 : 13).

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan

metode adalah cara yang diatur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai

11

Page 12: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

maksud tertentu (P dan K, 1987:14), sedangkan metodologi penelitian adalah

suatu ilmu pengetahuan yang mepertimbangkan metode ilmiah. (Sutrisno

Hadi, 1987:44).

Berdasarkan pengertian metode dan penelitian oleh para ahli tersebut

di atas, maka yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah suatu

ilmu yang mempelajari atau membicarakan cara-cara yang digunakan dalam

usaha menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu

pengetahuan dalam rangka mencapai suatu tujuan penelitian.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris atau non doktrinal yaitu penelitian yang

mengkaji hukum dalam realitas atau kenyataan di dalam masyarakat.

Dalam hal ini, peneliti memberikan gambaran dan menguraikan

tentang implikasi yuridis yang timbul dengan diajukannya perlawanan

oleh pihak ketiga terhadap eksekusi dalam sengketa perdata di Pengadilan

Negeri serta alasan-alasan yang dapat menangguhkan eksekusi dalam

perlawanan pihak ketiga.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di

Pengadilan Negeri Surakarta. Pengambilan lokasi tersebut dikarenakan

Pengadilan Negeri Surakarta pernah memeriksa sengketa mengenai

perlawanan pihak ketiga terhadap eksekusi.

12

Page 13: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

3. Sifat Penelitian

Penelitian ini termasuk gabungan antara penelitian kepustakaan

dan penelitian lapangan, serta menurut tarafnya termasuk penelitian

deskriptif. Enelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

memebrikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, gejala-

gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama untuk

mempertegas hipotesa-hipotesa agar hanya dapat membantu memperkuat

teori-teori baru. (Soerjono Soekanto, 196 : 10).

Dalam penelitian ini deskripsi mengenai implikasi yuridis yang

timbul dengan diajukkannya perlawanan oleh pihak ketiga terhadap

eksekusi dalam sengketa perdata di Pengadilan Negeri serta alasan-alasan

yang dapat menangguhkan eksekusi dalam perlawanan pihak ketiga..

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

a. Jenis Data

Data adalah hasil dari penelitian, baik berupa fakta-fakta atau

angka-angka yang dapat dijadikan bahan untuk dijadikan suatu sumber

informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang

dipakai untuk suatu keperluan. Jenis data yang dipergunakan penulis

dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

lapangan. Dalam hal ini penulis mendapatkan data primer dari

pejabat yang memiliki informasi langsung dengan masalah

penelitian, khususnya berupa hasil wawancara dengan pihak yang

berkompeten di Pengadilan Negeri Surakarta.

13

Page 14: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung yaitu dari dokumen atau arsip, bahan pustaka, laporan dan

sebagainya terutama yang berhubungan dengan penelitian ini, antara

lain berkas perkara, literatur, catatan, karya ilmiah, laporan

penelitian dan sumber lain yang relevan dan berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti.

b. Sumber Data.

Adapun yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian

adalah subyek dimana data diperoleh. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

1) Sumber Data Primer, merupakan sumber data yang berupa

keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang terkait secraa

langsung dengan permasalahan pada penelitian ini. Sumber data

primer dalam hal ini adalah nara sumber yaitu Hakim Pengadilan

Negeri Surakarta.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sejumlah data yang diperoleh melalui

studi pustaka termasuk di dalamnya berkas perkara, KItab Undang-

undang Hukum Perdata, literatur, peraturan perundang-undangan

dan dokumen-dokumen berupa catatan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah menggunakan studi

pustaka atau telaah buku, metode pustaka ini digunakan agar dalam

menggunakan penelitian dari berbagai sumber dan terkait dengan penelitian

ini dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan. Cara memperoleh data

adalah dengan cara membaca dan mempelajari obyek penelitian lalu

mencatat hal-hal yang penting sehingga dapat terkumpul. Dalam

memperoleh data yang lengkap untuk penelitian ini menggunakan data yang

bersifat primer maupun sekunder dengan cara :

14

Page 15: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

a. Wawancara yaitu proses tanya jawab secara langsung dua orang atau

lebih berhadapan secara langsung atau tidak (melalui media komunikasi).

b. Interview, Dalam penelitian ini menggunakan interview yang bebas

terpimpin yaitu interview dalam pengumpulan data secara bebas dengan

pengumpulan data berupa catatan-catatan mengenai pokok-pokok yang

ditanyakan sehingga masih memungkinkan variasi pertanyaan sesuai

dengan kondisi saat melakukan interview.

c. Studi Kepustakaan, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, buku-buku

yang berhubungan dengan materi kemudian diselaraskan dengan bahan

dari kepustakaan sebagai bahan acuan dari bahan referensi penelitian.

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data dengan mempelajari :

1) Dokumen atau berkas lainnnya yang diperoleh dari Pengadilan

Negeri Surakarta.

2) Buku-buku serta pustaka lain yang berkaiatan dengan pokok-pokok

bahasan penelitian.

6. Teknik Analisa Data

Dalam pemecahan masalah penarikan kesimpulan dari kasus yang

diteliti sangat tergantung dari analisis data, sehingga diperoleh penelitian

yang mempunyai kualitas yang baik. Pada analisis data, data dikerjakan

dan digunakan sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran untuk

menjawab persolaan-persoalan yang diteliti dengan kebenaran analisis

berdasarkan literatur dan dasar teori yang ada.

Dalam penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif, yaitu

dengan mengumpulkan data yang diperoleh, mengidentifikasikan,

mengklarifikasikan, menghubungkan dengan teori literatur yang

mendukung masalah kemudian menarik kesimpulan dengan analisa

kualiatatif. Analisa kualitatif sesuai dengan definisi adalah : Suatu cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu yang

dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku

yang nyata, yang diteliti dengan mmepelajari sebagai suatu yang utuh.

( Soerjono Soekamto, 1998 : 32).

Dalam penelitian kualitatif ada tiga kegiatan yang utama yaitu :

15

Page 16: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

a. Conclusive drawing

Sebagi awal penelitian, peneliti memahami hal-hal yang ditemui di

lapangan, melakukan pencatatan hal-hal yang diperlukan dalam

penelitian ini, menyusun pola-pola dan kegiatan lain yang mendukung.

b. Data reduksi

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan data pada

penelitian. Data yang telah teridentifikasikan tersebut lebih

memudahkan dalam penyusunan.

c. Data display

Pegorganisasian semua kegiatan yang dilakukan untuk mencari

kesimpulan dari data yang telah tersedia.

Dari penelitian kualitatif ini penulis menggunakan model analisis

interaksi melalui tiga unsur utama yaitu reduksi data, sajan data dan

penarikan kesimpulan. Dengan tiga kegiatan ini menjamin penelitian ini

mendapatkan hasil yang valid dari tambahan data-data yang terkumpul

dengan didukung teori yang ada sehingga penelitian ini tidak menyimpang

dari konsep yang telah ada.

Untuk lebih memudahkan mempelajari konsep analisis interaksi

penelitian ini dibuat sebagai berikut :

Bagan Model Analissi Interaktif

Sumber data : Heribertus Sutopo (1998 : 34 - 37).

I. Sistematika Penelitian

16

PENGUMPULAN DATA

KESIMPULAN

SAJIAN DATA REDUKSI DATA

Page 17: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

Dalam penelitian ini akan diuraikan tentang sistematika penulisan

sebagai gambaran tentang penulisan ilmiah ini secara keseluruhan, artinya pada

sub bab ini akan diuraikan secara sistematis keseluruhan isi yang terkandung

dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan titik tolak dari penulisan skripsi dimana

dipaparkan tema dan permasalahan, pada bab ini terdiri dari dari sub

pokok yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dikemukakan teori-teori yang mendasari masalah yang

akan dibahas. Diantaranya tentang tinjauan tentang pelaksanaan

putusan Hakim (eksekusi), sita eksekusi dan perlawanan pihak ketiga.

BAB III, TINJAUAN UMUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

Pada bab ini berisi antara lain: Gambaran Umum Pengadilan Negeri

Surakarta berisi tentang sejarah Pengadilan Negeri Surakarta, Bagian

kedua berisi Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Surakarta, dan

yang ketiga adalah Tugas dan Wewenang Pengadilan Negeri

Surakarta

BAB IV ANALISIS DATA

Berisi tentang analisis data yang berkaitan dan merupakan jawaban

dari permasalahan implikasi yuridis yang timbul dengan diajukannya

perlawanan pihak ketiga terhadap eksekusi dalam sengketa perdata di

Pengadilan Negeri serta alasan yang dapat menangguhkan eksekusi

dalam perlawanan pihak ketiga.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran.

17

Page 18: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

J. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Des Januari Pebruari Maret

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Proposal

2 Perijinan

3 Pelaksanaan Penelitian

4 Analisa Data

5 Pembuatan Laporan

18

Page 19: Proposal tentang Implikasi Yuridis Perlawanan Pihak Ketiga terhadap Eksekusi dalam Sengketa Perdata-Nin Yasmine Lisasih

DAFTAR PUSTAKA

J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin, J.T. Prasetyo, 2002. Kamus Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.

M. Yahya Harahap. 2005. Ruang Lingkup Permasalahan eksekusi Bidang Perdata. Jakarta : Sinar Grafika

R. Soeparmono. 2002. Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi. Bandung : CV. Mandar Maju.

R. Subekti. 1998. Hukum Acara Perdata. Bandung : Bina Cipta.

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.

Sudikno Mertokusuma, 2002. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta : Liberty.

Sumadi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Rajawali Press.

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Aneka Karya.

19