14
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. JUDUL PENELITIAN Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis He Bagi Siswa Kelas VI Semester I SDN Hulu Sungai Selatan I Tahun Pela 2009/2010 Melalui Problem Based Learning B. BIDANG ILMU IPA Konsep Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan C. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan ca mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan h penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu pro penemuan. Dengan pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekita prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan I diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peser didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI, IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuh manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat di identifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana a tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkun teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmia ( scientific inquiry ) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja

PROPOSALPTKIPAH.Sulas

Embed Size (px)

Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL PENELITIAN Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan Bagi Siswa Kelas VI Semester I SDN Hulu Sungai Selatan I Tahun Pelajaran 2009/2010 Melalui Problem Based Learning B. BIDANG ILMU IPA Konsep Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan C. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI, IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat di identifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja

dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Nasution (2003:36-38) menyebutkan bahwa tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik (mastery learning). Berdasarkan hasil pengalaman peneliti dalam mengajar IPA di SD Negeri Hulu Sungai Selatan 1, bahwa pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang dilakukan. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa. Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, pembelajaran IPA di SDN Hulu Sungai Selatan dengan kondisi peserta didik yang ada pada saat ini serta mendasari pada hasil rata-rata tes kemampuan awal yang dilakukan ternyata hasilnya masih dibawah Kriteia Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65,00. Para siswa sebenarnya memiliki kemampuan awal yang telah diterima di kelas sebelumnya. Kemampuan awal siswa ini harus digali agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih mendekatkan pada lingkungan siswa dan lebih kontekstual. Konsepkonsep yang dikembangkan sebaiknya berhubungan dengan alam sekitar agar menjadi konteks pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian mengaitkan konteks lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi materi bukan pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan proses yang panjang. Namun kenyataannya guru cenderung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar bermakna.

Sementara Oemar Hamalik (2003:50) berpendapat, bahwa unsurunsur dinamis yang terkait dalam proses belajar terdiri dari (1) motivasi siswa; (2) bahan belajar; (3) alat bantu belajar; (4) suasana belajar; dan (5) kondisi subyek yang belajar. Kelima unsur inilah menurutnya yang bersifat dinamis, yang sering berubah menguat atau melemah, dan yang mempengaruhi proses belajar tersebut. Berdasarkan beberapa fakta tersebut diatas, salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi dalam meningkatkan hasil belajar konsep ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan adalah menggunakan Problem Based Learning. Ada beberapa keunggulan dari metode ini, diantaranya: lebih menantang, kontekstual, siswa sendiri yang menemukan, dan menumbuhkan semangat kemandirian siswa. Hal yang terpenting adalah siswa merasa perlu untuk mencari jawaban dari soal/problem yang ditemuinya yang benar-benar terjadi di lingkungannya dan melatih bagaimana proses menemukan jawaban tersebut secara ilmiah dan sistematis. 2. Perumusan dan Pemecahan Masalah Berdasarkan masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah melalui pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar konsep ciri-ciri khusus khusus beberapa jenis hewan? 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : a. Melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran konsep ciri-ciri khusus khusus beberapa jenis hewan. b. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konsep ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan melalui pendekatan pembelajaran. berdasarkan masalah (Problem Based Learning). 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah, guru IPA, dan para siswa: a.Guru dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu metode yang dapat membantu guru dalam membelajarkan siswa

konsep ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan sehingga dengan mudah memahami konsep tersebut dengan baik sehingga pembelajaran IPA di kelas tidak monoton. b.Siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga mengurangi kebosanan dalam belajar. c.Kemampuan awal siswa dapat digali secara optimal agar siswa belajar lebih mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru. d.Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA meningkat. e.Hasil belajar siswa pembelajaran IPA meningkat f.Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang variasi pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru serta meningkatkan mutu proses pembelajaran. Adapun manfaat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a. Bagi diri peneliti, merupakan pengalaman yang berarti sebagai bekal untuk meningkatkan kemampuan dalam perbaikan proses pembelajaran; b. Bagi Peserta Didik, membantu mengatasi kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, terutama mata pelajaran IPA; c. Bagi Guru, sebagai bahan koreksi dan perbaikan untuk melaksanakan proses pembelajaran bagi peserta didik pada masa-masa berikutnya; d. Bagi Sekolah, meningkatkan pelayanan kepada pelanggan internal(peserta didik), meningkatkan sumber daya manusia guru, secara umum prestasi sekolah mejadi lebih meningkat. D. KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:741), menyatakan metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000).

Menurut Arends (1997:156), model Problem Based Learning sangat berguna untuk mengembang kan berpikir ke tingkat berpikir yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah, termasuk belajar bagaimana belajar. Model pengajaran ini cocok untuk materi pelajaran yang terkait erat dengan masalah nyata, meningkatkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah, mempelajarai peran orang dewasa melalui pengalamannya dalam situasi yang nyata, serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai pebelajar yang otonom. Pada pelajaran IPA, Problem Based Learning merupakan salah satu pembelajaran yang cukup menarik dan sudah siap untuk digunakan, pembelajaran berdasarkan masalah mengajak siswa-siswa dalam penyelesaian kasus permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan IPA, meningkatkan minat diskusi di antara siswa dan mendorong kegiatan belajar. Satu lingkungan yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada praktik kerja/magang dan mampu membentuk para pembelajar untuk belajar dari sendiri, pembelajaran berdasarkan masalah juga lebih baik dari pada satu lingkungan yang menggunakan proses pembelajaran mimetis dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan mengulang apa yang sudah mereka katakan (Osmundsen, 2001). Peranan guru dalam Problem Based Learning adalah untuk mengajukan permasalahan, pertanyaan, dan menyediakan fasilitas yang diperlukan siswa. Arends (1997:156) menekankan pentingnya guru memberi scaffolding berupa dukungan dalam upaya meningkatkan inkuiri dan perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran berdasarkan masalah diperlukan untuk menyajikan kepada siswa pada situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan bantuan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Arends (1997:161) Problem Based Learning terdiri dari 5 tahapan utama yang dimulai oleh guru dengan orientasi dengan masalah pada siswa dan diakhiri dengan suatu penyajian dan analisis hasil dari kerja siswa, kelima tahapan tersebut seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah Tahap Perilaku Guru Tahap-1 Orientasi siswa kepada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Tahap-2 Mengorganisasi siswa dalam belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sesuai yang diperlukan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan pameran Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai yakni diagram futures wheels dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelesaian mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Sumber: Arends, 1997) 2. Hasil belajar Kata hasil belajar memuat unsur dua kata yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Inggris achievment yang artinya tingkat kesuksesan individu dalam menyelesaikan tugasnya. Hasil belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai oleh anak yang satu dengan yang lainnya tidak sama.Winkel, WS (1980:162), prestasi adalah usaha yang dapat dicapai. Fuad Hasan (1982:38), menyatakan bahwa prestasi adalah pencapaian hasil (tujuan) setelah berusaha dan derajat keberhasilan yang dicapai dalam suatu tugas. Sumadi Suryabrata (1984:25), prestasi adalah hasil yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895), menjelaskan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang secara individual setelah melakukan suatu usaha/kegiatan.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Ada beberapa ahli yang berpendapat tentang pengertian belajar. Winkel, WS (1980:162), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Oemar Hamalik (1983:21), menjelaskan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dari latihan. Slameto (1987:2), memberikan definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Oemar Hamalik (2003:36), merumuskan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:17), menjelaskan belajar adalah (1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; (2) berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895), hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Dari definisi-definisi tentang belajar yang dijelaskan oleh berbagai berbagai ahli tersebut dapat dijelaskan bawa belajar adalah perubahan tingkah laku dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dapat menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Agar belajar

dapat berkualitas dengan baik, perubahan tersebut harus dilahirkan oleh pengalaman dan interaksi antara manusia dengan lingkungannya. 3. Hakikat IPA Secara umum istilah sains memiliki arti sebagai Ilmu Pengetahuan, oleh karena itu sains didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga secara umum istilah sains mencakup Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Secara khusus istilah sains dimaknai sebagai Ilmu Pengetahuan Alam atau Natural Science. Pengertian atas istilah sains sebagai Ilmu Pengetahun Alam sangat beragam. Conant, mendefinisikan sains sebagai bangunan atau deretan konsep saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi. Campbell, dalam Poedjiadi, dalam Maslichah Asyari (2006:6) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang bermanfaat dan cara bagaimana atau metoda untuk memperolehnya. Sedangkan menurut Carin & Sund dalam Maslichah Asyari (2006:6), sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Abruscato dalam bukunya Teaching Children Science dalam Maslichah Asyari (2006:6) mendefinisikan tentang sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematis guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:978), sains diartikan pengetahuan yang sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi, dsb; ilmu pengetahuan alam. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas secara umum dapat dijelaskan bahwa sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Artinya sains selain sebagai produk yaitu pengetahuan manusia juga sebagai proses yaitu bagaiman cara mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk selanjutnya istilah sains kami sebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). a. IPA sebagai Ilmu. Secara umum sekurang-kurangnya mencakup tiga aspek yaitu aspek aktivitas, metode dan pengetahuan. Ketiga aspek tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Keberadaan dan

perkembangan ilmu harus diusahakan dengan adanya aktivitas manusia dan aktivitas tersebut harus dilaksanakan dengan menggunakan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis tersebut akan menghasil- kan pengetahuan yang sistematis. b. Sains sebagai aktifitas manusia Menurut The Liang Gie dalam Maslichah Asyari (2006:8), sains sebagai aktivitas manusia mengandung tiga dimensi, yaitu: 1) Rasionalisasi, artinya merupakan proses pemikiran yang berpegang pada kaidah-kaidah logika; 2) Kognitif, artinya merupakan proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan; 3) Teteologis, artinya untuk mencapai kebenaran, memberikan penjelasan/ pencerahan dan melakukan penerapan dengan melalui peramalan atau pengendalian. Sains sebagai suatu metode dapat berbentuk: 4) Pola prosedural yang meliputi pengamatan, pengukuran, deduksi, induksi, analisis, sintesis, dan sebagainya; 5) Tata langkah, yaitu urutan proses yang diawali dengan penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan kesimpulan, dan pengujian hasil. Dalam perkembangannya tata langkah ini dikenal dengan metode ilmiah sains sebagai pengetahuan yang sistematis terkait dengan obyek material atau bidang permasalahan yang dikaji. Adapun obyek material sains dapat dibedakan atas benda fisik/mati, makhluk hidup, peristiwa sosial, dan ide abstrak. Sains dalam arti khusus sebagai Ilmu Pengetahuan Alam memiliki obyek material benda fisik yang meliputi segala benda/material yang ada di bumi(tanah, air, udara) dan antariksa (galaksi, matahari, planet, dan satelit) serta makhluk hidup yang meliputi hewan, manusia, dan tumbuhan. Sedangkan persoalan yang dikaji meliputi gejala perubahan materi/benda, struktur dan fungsi benda/makhluk hidup maupun prosesproses biokimiawi dalam tubuh makhluk hidup.

E. METODE PENELITIAN 1. Setting Penelitian a. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus ) Tahun Pelajaran 2009/2010 selama kurang lebih3 bulan, dan agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar maka penelitian ini dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. b. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Hulu Sungai Selatan I Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Adapun pertimbangan peneliti dalam menetapkan tempat uji coba penelitian adalah, bahwa SDN Hulu Sungai Selatan bersifat terbuka (open minded) dalam upaya menerima inovasi pendidikan. c. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SDN Hulu Sungai Selatan tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 18 orang terdiri atas laki-laki 8 orang dan perempuan 10 orang. d. Obyek Penelitian Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas VI semester I pada pembelajaran konsep ciri-ciri khusus Beberapa Jenis Hewan Melalui Problem Based Learning. 2. Faktor-faktor yang Diteliti PTK ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus, dan pada masing-masing siklus tediri atas dua kali pertemuan (22x35 menit). Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi empat tahapan yaitu: Sebelum melakuakan penelitian, peneliti merancang sebuah pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning pada mata pelajaran IPA konsep ciri-ciri khusus bebrapa jenis hewan siswa kelas VI SD Negeri Hulu Sungai Selatan I dalam dua siklus. Tahap selanjutnya adalah mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, menyusun silabus dengan mengambil kompetensi dasar mendeskripsikan ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan, menyiapkan instrumen tes, menyiapkan instrumen penelitian, dan lain-lain.

3. Rencana Tindakan Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning. Setiap siswa diberikan LKS yang berisi soal/problem untuk mereka selesaikan. Data yang terkumpul berupa tingkat keberhasilan setiap siklus, yaitu peningkatan hasil belajar siswa. Sesuai dengan intrumen yang kami gunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pemberian soal tes, karena teknik ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Analisa data yang dilakukan tidak menggunakan uji statistik, tapi menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data ini mencerminkan penelitian kualitatif dengan latar belakang penelitian sebagai sumber pengambilan data yang bersifat alamiah. Analisis data bersifat deskriptif dengan manusia sebagai instrumen kunci, serta memperhatikan proses bagaimana peserta didik dapat memperoleh prestasinya. Jadi tidak semata-mata cukup dengan memperhatikan hasil yang diperoleh peserta didik saja. Adapun rencana tindakan yang akan dilaksanakan setiap siklusnya adalah sebagai berikut: Siklus I a. Pelaksanaan tindakan,. Setiap siswa mendapatkan satu lembar kerja (LKS) yang berisi soal/problem untuk dikerjakan. Kemudian siswa bekerja mencari penyelesaian sosal-soal tersebut sampai dengan batasan waktu tertentu. Siswa diberi kebebasan untuk memecahkan soal-soal tersebut dengan mencari informasi yang berhubungan dengan masalahnya dari beberapa sumber yang tersedia. Setelah batas waktu yang diberikan berakhir, hasil kerja siswa di kumpulkan untuk diperiksa dan di analisa oleh guru dan observer. b. Observasi dan pengumpulan data. Bersama dengan observer peneliti melakukan pengamatan jalannya pembelajaran yang meliputi proses pengamatan terhadap aktivitas dalam pembelajaran secara keseluruhan, mengamati aktifitas siswa dalam Problem Based Learning, mengerjakan tugas LKS, pemaparan hasil di depan kelas; melakukan penilaian hasil dan membuat laporan hasil temuan; serta

mengumpulkan data dan, menghitung prosentase keberhasilan belajar peserta didik. c. Mengamati kesulitan peserta didik dalam mengerjakan LKS dan diskusi kelas maupun kesulitan dalam Problem Based Learning. d. Refleksi, berupa lembar observasi dan catatan selama kegiatan kemudian dikaji untuk direnungkan. Evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran untuk diperbaiki dan dilaksanakan pada pembelajaran siklus berikutnya. e) Mengambil kesimpulan Siklus II Siklus II akan dilaksanakan jika hasil dari siklus I masih terdapat kelemahan dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan 4. Data dan Jenis Data Data yang diperlukan pada penelitian ini berupa nilai ulangan, yaitu nilai hasil ulangan pada setiap akhir siklus. 5. Teknik Pengambilan Data Dengan memperhatikan judul penelitian dan instrumern penelitian yang digunakan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data tes. Pada setiap akhir siklus siswa diberi seperangkat soal untuk dikerjakan, kemudian diberi skor pada setiap jawaban yang benar sebagai pedoman untuk memberikan nilai pada siswa. 6. Teknik analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif karena penelitian ini bertujuan unuk mengetahui sejauh mana metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA konsep ciri-ciri khusus bebrapa jenis hewan pada siswa kelas VI semester I SDN Hulu Sungai Selatan Tahun Pelajaran 2009/20010. Dalam pelaksanaan analisis data kegiatan utamanya adalah mengolah skor menjadi nilai. Adapun tahap analisisnya adalah sebagai berikut: a) Menyusun tabel frekuensi untuk tiap-tiap individu b) Menghitung Mean( M)

7. Indikator Kerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika siswa mampu mendeskripsikan dengan benar ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan dan aktifitas siswa selama

pembelajaran dengan Problem Based Learning, mengerjakan LKS, maupun dari pencapaian nilai hasil ulangan siswa pada setiap akhir siklus yakni 75% dari seluruh siswa mencapai batas angka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65,00. 8. Hipotesis Penelitian Dengan menerapkan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar konsep ciri-ciri khusus bebarapa jenis hewan bagi siswa kelas VI SDN Hulu Sungai Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010.

F. JADWAL PENELITIAN

NO 1 2 3 4 6 7

JENIS KEGIATAN1

BULAN PELAKSANAAN JUNI JULI AGUSTUS2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Persetujuan Proposal Persiapan Penelitian Tindakan Kelas Pengolahan Data Analisis Hasil Laporan Hasil Penelitian

x

x x x x x x x x x x x x x

DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:Rineka Cipta Asyari, Maslichah. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar.Yogyakarta:Materi Kuliah PPS II Badan Standar Nasional Pendidikan. 2008. Model Silabus Kelas VI. Jakarta:Depdiknas Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka ________. 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kelas I s.d. VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta:Depdiknas Hamalik, Oemar 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:Tarsito Kasbulah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Malang:Universitas Negeri Malang Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan.Bandung:Remaja Rosdakarya Roestiyah.2001.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:Depdiknas Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung:Remaja Rosdakarya Suryabrata, Sumadi.1984. Metodologi Penelitian. Jakarta:Raja Grafindo Persada Sutanto, Purwo. 2007. IPA 6 untuk Kelas 6 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Klaten:Sahabat Winkel. 1980. Psikologi Pengajaran. Jakarta:Gramedia