Proposan Jatinangor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jatinangor Gunung Manglayang

Citation preview

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    1/44

    FASIES AIR TANAH GUNUNG MANGLAYANG BAGIAN

    TENGGARA DAERAH JATINANGOR DAN

    SEKITARNYA, KABUPATEN SUMEDANG, PROVINSI

    JAWA BARAT

    Proposal Tugas Akhir

    HALAMAN JUDUL

    Disusun Oleh

    Rama Baiquni Herawan

    270110090017

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

    PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

    JATINANGOR

    2014

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    2/44

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Air merupakan sumber kehidupan. Seluruh mahkluk hidup di dunia ini

    membutuhkan air untuk kebutuhan hidupnya. Manusia terutama membutuhkan air

    untuk keperluan hidupnya seperti untuk minum, makan, mencuci dan lain-lain.

    Oleh karena itu dimana manusia tinggal maka harus ada sumber air untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Air yang biasa kita gunakan saat ini merupakan hasil dari siklus hidrologi

    yang terjadi di alam. Air tersebut biasa dikenal sebagai air tanah.

    Kontak antara air dengan batuan menyebabkan air melarutkan kandungan

    mineral pada batuan. Proses pelarutan tersebut merubah sifat fisik dan kimia pada

    air tanah.

    Daerah vulkanik secara morfologi dapat berfungsi sebagai daerah

    penangkap hujan dengan curah hujan yang tinggi. Sifat batuan piroklastik yang

    umumnya berpori dan tidak kompak serta berselang-seling dengan lava yang

    kedap air menyebabkan terakumulasinya air tanah yang cukup besar dengan

    pemunculan mata air-mata air dengan debit yang cukup besar.

    Daerah jatinangor dan sekitarnya adalah salah satu contoh daerah vulkanik

    yang memiliki potensi air yang baik. Bentuk bentang alamnya yang berupa

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    3/44

    lembahan dan perbukitan berpotensi baik sebagai daerah resapan dan daerah

    luahan air tanah. Namun seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk maka

    kebutuhan air pun semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan

    bagaimana kondisi fasies air tanahnya untuk kemudian bisa dipergunakan sebagai

    pertimbangan untuk mengetahui daerah resapan.

    Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dibuat dengan judul Fasies Air

    tanah Gunung Manglayang Bagian Tenggara Daerah Jatinangor dan

    Sekitarnya, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

    1. Bagaimana sistem akifer dari daerah penelitian?2. Bagaimana fasies air tanah dari daerah penelitian?

    1.3 Maksud dan Tujuan

    Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa

    kondisi hidrogeologi di daerah Jatinangor dan sekitarnya. Untuk mengetahui

    kondisi hidrogeologi tersebut dilakukan beberapa metode dengan pendekatan

    geomorfologi, geologi dan kimia air tanah.

    Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui lapisan batuan

    yang berfungsi sebagai akifernya serta fasies dari air tanah yang terdapat pada

    daerah penelitian.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman akan

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    4/44

    keadaan hidrogeologi serta faktor-faktor yang mempengaruhi dari keadaan air

    tanah di daerah penelitian dengan harapan dapat membantu mengetahui daerah

    resapan air tanah di daerah penelitian.

    1.5 Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian (gambar 1.1) berada di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan

    Tanjungsari, Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan Cileunyi serta sebagian daerah

    Gunung Manglayang dengan koordinat 065235,78LS - 065600,17LS dan

    1074433,90BT -1074738,64BT. Beberapa desa yang termasuk dalam lokasi

    penelitian meliputi Desa Cileunyi Wetan, Cileunyi Kulon, Sindangsari, Cilayung,

    Cileles, Cibeusi, Kutamandiri, Mekarsari dan Sukasari. Sungai utama pada daerah

    ini adalah Sungai Cibeusi dan Sungai Cikeruh, sedangkan sungai-sungai lainnya

    merupakan hulu dan cabang dari sungai tersebut.

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    5/44

    Gambar 1. 1Lokasi daerah penelitian

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    6/44

    30

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Fisiografi Regional

    Fisiografi regional Jawa-Barat menurut Van Bemmelen (1949) yang

    dimodifikasi oleh Martodjodjo (1984) (gambar 2.1) dibagi menjadi 6 zona

    meliputi :

    1. Zona Gunungapi Kuarter2. Zona Dataran Pantai Jakarta3. Zona Bogor4. Zona Kubah dan Pegunungan pada Zona Depresi Tengah5. Zona Bandung6. Zona Pegunungan Selatan Jawa-Barat

    Daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Bandung. Zona Bandung

    merupakan depresi diantara gunung-gunung (intermontagne depression). Zona ini

    melengkung dari Pelabuhan Ratu mengikuti Lembah Cimandiri menerus ke timur

    melalui kota Bandung, dan berakhir di Segara Anakan di muara S. Citanduy,

    dengan lebar antara 20 - 40 km. Zona Bandung merupakan puncak geantiklin

    Jawa Barat, kemudian runtuh setelah pengangkatan. Daerah rendah ini kemudian

    terisi oleh endapan gunungapi muda. Dalam Zona Bandung, terdapat beberapa

    tinggian yang terdiri dari endapan sedimen tua yang menyembul diantara endapan

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    7/44

    30

    31

    vulkanik. Salah satu yang penting adalah G. Walat di Sukabumi dan Perbukitan

    Rajamandala di daerah Padalarang.Dari penyelidikan ini, Zona Bandung dalam

    sejarah geologinya tidak dapat dipisahkan dengan Zona Bogor, kecuali oleh

    banyaknya puncak-puncak gunungapi yang masih aktif sampai sekarang.

    Lokasi penelitian berada di timur laut dari Zona Bandung. Daerah ini

    terdiri dari endapan vulkanik muda yang diperkirakan berasal dari gunungapi

    kuarter. Daerah penelitian berada diantara dua gunung yaitu Gunung manglayang

    dan Gunung Tampomas. Daerah penelitian merupakan bagian kaki dari gunung

    manglayang bagian tenggara.

    Gambar 2. 1Jalur Fisiografi Jawa Barat dan Banten (modifikasi dari VanBemmelen, 1949)

    2.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

    Menurut Hadian dkk (2013) Stratigrafi daerah jatinangor dibagi menjadi

    lima satuan dengan kemunculan paleosoil sebagai kontak ketidakselarasan serta

    Daerah penelitian

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    8/44

    32

    terhentinya suatu hubungan stratigrafi yang khas dan terjadi perubahan sifat fisik

    litologi Pada awalnya satuan breksi jatuhan piroklastik 2 di kala pleistosen tengah

    terendapkan paling bawah dan pada bagian timur dibatasi oleh sesar cikeruh. Pada

    saat yang hamper bersamaan terendapkan pula satuan breksi sisipan lava di bagian

    timur satuan breksi jatuhan piroklastik 2 tadi yang dibatasi oleh sesar Cikeruh.

    Selanjutnya pada kala pleistosen atas terendapkan satuan breksi jatuhan

    piroklastik 1 yang menindih satuan breksi jatuhan piroklastik 2. Hamper secara

    bersamaan pula pada bagian timur satuan breksi jatuhan piroklastik 1 terendapkan

    satuan aglomerat, kedua satuan ini pula terpisahkan oleh sesar cikeruh. Lalu pada

    kala pleistosen atas hingga holosen terendapkan satuan breksi aliran piroklastik.

    Satuan ini merupakan satuan termuda dari daerah penelitian, dan menempati

    elevasi tertinggi dan menindih satuan breksi jatuhan piroklastik 1.

    Urutan satuan batuan dari satuan yang paling tua hingga ke satuan yang

    paling muda adalah sebagai berikut.

    2.2.1 Satuan breksi jatuhan piroklastik 2 (Qot)Satuan ini tersusun oleh breksi jatuhan piroklastik grain supported,pasir,

    dan tuf lapili. Hubungan stratigrafi antar masing- masing batuan pada satuan

    breksi jatuhan piroklastik 2bersifat "gradded bedding" (berangsur menghalus ke

    atas). Berikut ini penjelasan karakteristik batuan yang menyusun satuan ini:

    Tuf lapilli; Tuf lapili dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    kuning tua, ukuran butir lempung sampai lapili, bentuk butir menyudut tanggung

    sampai menyudut, pemilahan sedang, kemas terbuka, dan kekerasan lunak.

    Pasir; Pasir dengan warna segar coklat muda dan warna lapuk coklat tua,

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    9/44

    33

    ukuran butir halus sampai kasar, bentuk butir membundar tanggung sampai

    menyudut tanggung, pemilahan sedang, kemas terbuka, dan kekerasan dapat

    diremas dan mudah dipecahkan.

    Breksi jatuhan piroklastikgrain supported; Secara keseluruhan material

    ini terdiri dari komponen batuan beku andesit, ukuran komponen kerakal sampai

    bongkah dengan diameter 0,6 - 80cm, bentuk komponen menyudut tanggung

    sampai menyudut, pemilahan baik sampai buruk, kemas tertutup, dan didominasi

    oleh komponennya serta matriks terdiri dari tuf sampai pasirtufan.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    hitam. Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi hipokristalin, bentuk

    kristal subhedral sampai anhedral, serta tingkat kekerasannya keras.

    Matriks tuf dengan warna segar coklat muda dan warna lapuk coklat tua,

    ukuran butir lempung sampai halus, bentuk butir menyudut tanggung sampai

    menyudut, kemas tertutup, dan kekerasan dapat diremas.

    Matriks pasir tufan dengan warna segar coklat muda dan warna lapuk

    hitam, ukuran butir lanau sampai kasar, bentuk butir menvudut tanggung samoai

    menvudut. kemas terbuka. dan kekerasan lunak.

    2.2.2 Satuan breksi sisipan Lava (Qts)

    Satuan ini terdiri atas pasir tuffan, breksi monomik matriks supported,

    breksi monomik grain supported, dan lava andesit 2.

    Pasir tuffan; dengan warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat muda,

    ukuran butir lanau sampai kasar, bentuk butir menyudut tanggung sampai

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    10/44

    34

    menyudut, kemas tertutup dan kekerasan lunak.

    Breksi matriks supported;Secara Megaskopis komponen andesit dengan

    warna segar abu-abu terang dan warna lapuk coklat tua. Tekstur pada komponen

    ini bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi hipokristalin, bentuk kristal

    subhedral, serta tingkat kekerasannya keras. Kandungan mineral terdiri dari

    plagioklas, alkali-feldspar, kuarsa, piroksen, dan opak. Jenis mineral plagioklas

    merupakan andesin (An20,5).

    Matriks terdiri atas pasir tuffan dengan warna segar coklat muda dan

    warna lapuk kuning, ukuran butir lanau sampai halus, bentuk butir menyudut

    tanggung sampai menyudut, kemas tertutup, dan kekerasan lunak. Kandungan

    mineral terdiri dari fragmen batuan (plagioklas, alkali-feldspar, biotit, piroksen,

    dan opak), kristal (plagioklas, alkali-feldspar, kuarsa, biotit, amphibol, piroksen,

    dan opak), dan matriks gelas. Kandungan mineral didominasi oleh litik, sehingga

    matriks ini berjenis tuff litik.

    Komponen terdiri atas batuan beku andesit dan basalt, serta bermatriks

    pasir tuffan. Komponen rata-rata berukuran kerakal sampai bongkah dengan

    diameter 5cm-50cm, bentuk komponen membundar tanggung sampai menyudut

    tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka, dan didominasi oleh matriksnya.

    Breksi grain supported 1; terdiri atas komponen batuan beku andesit,

    basalt, dan scoria, serta bermatriks tuff. Komponen rata-rata berukuran kerakal

    sampai bongkah dengan diameter 0,5 - 120cm, bentuk komponen menyudut

    tanggung sampai menyudut, pemilahan buruk, kemas tertutup, dan didominasi

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    11/44

    35

    oleh komponennya.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    abu-abu gelap. Tekstur pada komponen ini bergranularitas phorfiritik, derajat

    kristalisasi hipokristalin, bentuk kristal subhedral sampai anhedral, serta tingkat

    kekerasannya keras. Kandungan mineral terdiri plagioklas, alkali-feldspar,

    piroksen, biotit, dan opak. Jenis mineral plagioklas merupakan andesin (An26).

    Lava andesit 2; dengan warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk abu-

    abu terang sampai hitam, tekstur bergranularitas aphanitik sampai phorfiritik,

    derajat kristalisasi hipohyalin, bentuk kristal subhedral sampai anhedral, banyak

    kekar dengan kenampakan lembaran-lembaran yang tersebar secara lateral, serta

    tingkat kekerasannya keras. Kandungan mineral terdiri dari plagioklas, k-feldspar,

    kuarsa, biotit, amphibol, piroksen, dan opak). Jenis mineral plagioklas merupakan

    oligoklas (An12). Lava ini kemungkinan merupakan hasil erupsi Gunung

    Tangkuban Perahu.

    Breksi grain supported 2; terdiri atas komponen batuan beku andesit,

    basalt, dan scoria, serta bermatriks pasir tuffan. Komponen rata-rata berukuran

    kerakal sampai bongkah dengan diameter 2 - 180 cm, bentuk komponen

    membundar tanggung sampai menyudut, pemilahan buruk, kemas tertutup, dan

    didominasi oleh komponennya.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    abu-abu gelap. Tekstur pada komponen ini bergranularitas phorfiritik, derajat

    kristalisasi hipokristalin, bentuk kristal subhedral sampai anhedral, keras.

    Kandungan mineral terdiri plagioklas, alkali-feldspar, piroksen, biotit, dan opak,

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    12/44

    36

    jenis mineral plagioklas andesin (An26).

    2.2.3 Satuan Breksi Jatuhan Piroklastik 1 (Qmt)

    Satuan ini tersusun oleh tuf, tuf lapilli, breksi vulkanik monomik matriks

    supported, dan breksi jatuhan piroklastik grain supported. Hubungan stratigrafi

    antar masing-masing batuan pada satuan breksi jatuhan piroklastik 1 bersifat

    gradded bedding(berangsur menghalus keatas).

    Tuf; warna segar colat muda dan warna lapuk coklat tua, ukuran butir

    lempung sampai halus, bentuk butir menyudut tanggung sampai menyudut,

    pemilahan sedang, kemas tertutup dan kekerasan dapat diremas.

    Tuf lapilli; warna segar coklat muda dan warna lapuk coklat tua, ukuran

    butir lempung sampai lapilli, bentuk butir menyudut tanggung sampai menyudut,

    pemilahan buruk, kemas tertutup dan kekerasan lunak.

    Breksi vulkanik monomik matriks supported; terdiri dari komponen

    batuan beku andesit, ukuran komponen kerakal sampai berangkal dengan diameter

    1 20 cm, bentuk komponen menyudut tanggung sampai menyudut,

    pemilahanburuk, kemas terbuka dan didominasi oleh matriksnya serta matriks

    terdiri dari tuf.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    coklat tua sampai hitam. Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi

    hipokristalin, bentuk Kristal subhedral sampai anhedral, serta tingkat

    kekerasannya keras.

    Matriks tuf dengan warna segar coklat muda dan warna lapuk coklat tua,

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    13/44

    37

    ukuran butir lempung sampai halus, bentuk butir menyudut tanggung sampai

    menyudut, kemas tertutup dan kekerasan dapat diremas sampai lunak.

    Breksi jatuhan piroklastik grain supported; terdiri dari komponen

    batuan beku andesitic, ukuran komponen kerakal sampai bongkah dengan

    diameter 2 35 cm, bentuk komponen membundar tanggung sampai menyudut

    tanggung, pemilahan sedang, kemas tertutup dan didominasi oleh komponennya

    serta matriks terdiri dari tuf sampai tuf lapilli.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    coklat tua sampai hitam. Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi

    hipokristalin, bentuk Kristal subhedral sampai anhedral dan tingkat kekerasannya

    lunak sampai keras.

    Matriks tuf sampai tuf lapilli dengan warna segar coklat muda dan warna

    lapuk coklat tua, ukuran butir lempung sampai lapilli, bentuk butir menyudut,

    kemas terbuka sampai tertutup dan kekerasan dapat diremas sampai lunak.

    2.2.4 Satuan Aglomerat (Qys)

    Satuan in itersusun oleh aglomerat, breksi vulkanik monomik grain

    supported, dan breksi vulkanik monomik matriks supported. Hubungan stratigrafi

    antar masing-masing batuan pada satuan aglomerat bersifat gradded bedding

    (berangsur menghalus keatas).

    Breksi vulkanik monomik grain supported 1; secara keseluruhan

    material ini terdiri dari komponen-komponen basal dan andesit, ukuran kompoen

    kerakal sampai berangkal dengan diameter 2 12 cm, bentuk komponen

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    14/44

    38

    menyudut tanggung sampai menyudut, pemilahan sedang, kemas tertutup dan

    didominasi oleh komponennya serta matriks terdiri dari tuf.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang warna lapuk hitam.

    Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi hipokristalin, bentuk Kristal

    subhedral sampai anhedral dan tingkat kekerasannya keras.

    Komponen basal dengan warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk

    hitam. Tekstur bergranularitas aphanitik, derajat kristalisasi hipohyalin, bentuk

    Kristal subhedral sampai anhedral dan tingkat kekerasannya keras.

    Matriks tuf dengan warna segar coklat muda dan warna lapuk kuning tua,

    ukuran butir lempung sampai lapilli, bentuk butir menyudut tanggung sampai

    menyudut, kemas terbuka dan kekerasan dapat diremas.

    Aglomerat; secara keseluruhan material ini terdiri dari komponen andesit

    dan basal, ukuran komponen kerakal sampai bongkah dengan diameter 2 -50 cm,

    bentuk komponen membundar sampai membundar tanggung, pemilahan buruk,

    kemas tertutup dan didominasi oleh komponennya serta matriks terdiri dari tuf.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    coklat tua. Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi hipokristalin,

    bentuk Kristal subhedral sampai anhedral dan tingkat kekerasannya keras.

    Komponen basal dengan warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk

    hitam. Tekstur bergranularitas aphanitik, derajat kristalisasi hipohyalin, bentuk

    Kristal subhedral sampai anhedral dan tingkat kekerasannya keras.

    Matriks tuf dengan warna dengan warna segar coklat muda dan warna

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    15/44

    39

    lapuk kuning tua sampai coklat tua, ukuran butir lempung sampai halus, bentuk

    butir menyudut, kemas terbuka sampai tertutup dan kekerasan dapat diremas.

    Breksi vulkanik monomik matriks supported; terdiri dari komponen

    andesit, ukuran komponen kerakal sampai bongkah dengan diameter l - 70cm,

    bentuk komponen membundar tanggung sampai menyudut tanggung, pemilahan

    buruk, kemas terbuka, dan didominasi oleh matriksnya serta matriks terdiri dari

    tuf.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    abu-abu gelap. Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi hipokristalin,

    bentuk kristal subhedral sampai anhedral, dan tingkat kekerasannya keras.

    Matriks tuf dengan warna segar coklat muda dan warna lapuk coklat tua,

    ukuranbutir lempung sampai halus, bentuk butir menyudut tanggung sampai

    menyudut, kemas tertutup, dan kekerasan lunak.

    Breksi vulkanik monomik grain supported 2; terdiri dari komponen

    basal, ukuran komponen kerakal sampai bongkah dengan diameter l - 70cm,

    bentuk komponen menyudut tanggung sampai menyudut; pemilahan sedang,

    kemas tertutup, dan didominasi oleh komponennya serta matriks terdiri dari

    pasirtufan.

    Komponen basal dengan warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk

    hitam. Tekstur bergranularitas aphanitik, derajat kristalisasi hipohyalin, bentuk

    kristal anhedral, pada beberapa komponen terdapat struktur vesikuler, dan tingkat

    kekerasannya keras.

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    16/44

    40

    Matriks pasir tufan dengan warna segar coklat muda dan warna lapuk

    hitam, ukuran butir lanau sampai kasar, bentuk butir menyudut tanggung sampai

    menyudut, kemas terbuka dan kekerasan lunak.

    2.2.5 Satuan Breksi Aliran Piroklastik (Qyt)

    Satuan ini terdiri dari breksi aliran piroklastik dan lava andesit 1.

    Hubungan stratigrafi antar masing-masing batuan pada satuan breksi aliran

    piroklastik merupakan perselingan antara breksi dengan lava.

    Breksi aliran piroklastik grain supported 1; terdiri dari komponen

    batuan beku andesit, ukuran komponen kerakal sampai bongkah dengan diameter

    5 30 cm, bentuk komponen menyudut tanggung sampai menyudut, pemilahan

    sedang, kemas tertutup, dan didominasi oleh komponennya serta matriks terdiri

    dari pasir tufan.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu terang dan warna lapuk

    coklat sampai putih. Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi

    hipokristalin, bentuk Kristal subhedral sampai anhedral, serta tingkat

    kekerasannya keras.

    Matriks pasir tufan dengan warna segar coklat muda dengan warna lapuk

    coklat tua, ukuran butir lanau sampai kasar, bentuk butir menyudut tanggung

    sampai menyudut, kemas tertutup, dan kekerasan dapat diremas sampai lunak.

    Lava andesit 1; warna segar abu-abu terang dan warna lapuk merah tua.

    Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat kristalisasi hipokristalin, bentuk Kristal

    subhedral sampai anhedral, berstruktur columnar joint dan tingkat kekerasannya

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    17/44

    41

    keras.

    Breksi aliran piroklastik grain supported; secara keseluruhan material

    ini terdiri dari komponen batuan beku andesit dan basal, ukuran komponen

    kerakal sampai bongkah dengan diameter 0,5 50 cm, bentuk komponen

    menyudut tanggung sampai menyudut, pemilahan buruk, kemas tertutup, dan

    didominasi oleh komponennya serta matriks terdiri dari tuf.

    Komponen andesit dengan warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk

    abu-abu gelap sampai coklat tua. Tekstur bergranularitas phorfiritik, derajat

    kristalisasi hipokristalin, bentuk Kristal subhedral sampai anhedral, dan tingkat

    kekerasannya keras.

    Komponen basal dengan warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk

    coklat. Tekstur bergranularitas aphanitik, kristalisasi hipokristalin, bentuk Kristal

    subhedral sampai anhedral dan tingkat kekerasannya keras.

    Matriks tuff dengan warna segar coklat muda dan warna lapuk coklat tua,

    ukuran butir lempung sampai halus, bentuk butir menyudut tanggung sampai

    menyudut, kemas terbuka sampai tertutup dan kekerasan dapat diremas sampai

    lunak.

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    18/44

    42

    Gambar 2. 2Peta Geologi Daerah Penelitian (tanpa skala)(Hadian dkk, 2013)

    2.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian

    Hadian dkk (2013) menjelaskan bahwa struktur geologi yang berkembang

    di daerah penelitian berupa Sesar Normal (step fault)meliputi sesar Cikeruh, sesar

    Hegarmanah, sesar Cikeuyeup, dan sesar Cileles.Sesar Cikeruh, Cikeuyeup dan

    Cileles berarah relatif utara selatan yang berada di daerah penelitian yanmg berada

    di timur, barat dan utara dari Kampus Unpad Jatinangor. Sesar ini merupakan

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    19/44

    43

    sesar normal yang berarah baratlaut-tenggara dengan blok bagian barat yang

    mengalami penurunan

    2.4. Hidrogeologi Regional

    2.4.1 Daerah Aliran Sungai

    Berdasarkan Keputusan Presiden No 12 Tahun 2012 tentang penetapan

    wilayah sungai, daerah penelitian merupakan bagian dari daerah aliran Sungai

    Citarum. Daerah penelitian yang merupakan sub-DAS Cileles terdapat di sebelah

    timur dari DAS Citarum. Muara dari sub-DAS Cileles ini terdapat pada DAS

    Citarum bagian hulu.

    Gambar 2. 3 Pembagian Daerah Aliran Sungai berdasarkan Keppres no 12 Tahun

    2012

    Daerah penelitian

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    20/44

    44

    2.4.2 Cekungan Air Tanah

    Berdasarkan Peta Cekungan Air Tanah Indonesia wilayah Jabar dan DKI

    (Sukrisna dkk, 2004), daerah penelitian termasuk kedalam cekungan air tanah

    Bandung-Soreang dan cekungan air tanah Sumedang.

    Gambar 2. 4Peta Cekungan Air Tanah lembar Jabar-DKI (modifikasi dari

    Sukrisna dkk, 2004)

    2.4.3 Sistem Akifer

    Daerah penelitian termasuk ke dalam lembar Peta Hidrologeologi

    Indonesia skala 1:250.000 lembar V Bandung (Soetrisno S., 1983) (gambar 2.4.).

    Berdasarkan keadaan peta tersebut, daerah penelitian termasuk ke dalam Mendala

    air tanah cekungan antar gunung.

    Secara regional pada daerah penelitian terdapat tiga macam sistem akifer,

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    21/44

    45

    seperti tertera pada gambar dibawah

    Gambar 2. 5Peta hidrogeologi regional daerah penelitian (Soetrisno S., 1983)

    Tabel 2. 1keterangan Sistem akifer regional daerah penelitian (Soetrisno S, 1983)

    Simbol Warna Keterangan

    Akifer dengan produktivitas sedang dengan persebaran yang

    luas dan memiliki debit sumur kurang dari 5 l/detik.

    Setempat akifer produktif. Akifer ini keterusannya sangat

    beragam, umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    22/44

    46

    dalamnya muka air tanah.

    Akifer dengan produktivitas rendah, setempat

    2.5 Siklus Hidrologi

    Dari keseluruhan air yang ada di bumi 97% merupakan air laut, sisanya

    merupakan air tawar yang bisa dikonsumsi oleh manusia. Air tawar yang ada di

    dunia 98% merupakan air tanah (Fetter, 2001). Air tanah berasal dari suatu siklus

    yang biasa disebut sebagai siklus hidrologi.

    Siklus hidrologi bermula dari air di laut. Air laut mengalami penguapan

    (evaporasi) lalu terakumilasi di atmosfer. Air yang menguap sebagian jatuh ke

    laut, lalu sebagian lagi jatuh ke daratan oleh proses hujan (presipitasi). Beberapa

    dari air berubah menjadi es dan glasier, lalu sebagian bergerak di daratan dan

    mengisi danau. Lalu sebagian lagi mengalir pada aliran sungai dan sebagian lagi

    meresap (infiltrasi) ke dalam tanah di recharge zone dan menjadi air tanah (Fetter,

    2001).

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    23/44

    47

    Gambar 2. 6Model siklus hidrologi

    2.6 Sifat Permeabilitas Batuan

    Berdasarkan sifat permeabilitasnya batuan dapat dibagi menjadi 3 kategori

    (Kruseman & de Ridder, 1994), yaitu :

    1. Akifer berasal dari kata aqua yang berarti air dan ferre yang berartimengandung, sehingga akifer adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan

    dan mengalirkan air.

    Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping yang berlubang atau lava yang

    retak-retak.

    2. Akiklud berasal dari kata aqua yang berarti air dan claudere yang berartimenutup, sehingga akiklud adalah lapisan batuan yang bersifat kedap air

    (menyimpan tetapi tidak mengalirkan dengan jumlah yang berarti).

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    24/44

    48

    Contoh : lempung, serpih (shale), tufa halus, lanau (silt), batu ukuran lempung

    3. Akitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan dan membawa air dalamjumlah terbatas.

    2.7 Media Aliran Air tanah

    Berdasarkan sifat fisik batuan, secara garis besar ada 3 jenis media aliran

    air tanah (gambar 2.6), yaitu sistem media pori, sistem media rekahan dan sistem

    media pelarutan. Ketiga sistem ini memiliki karakter air tanah yang berbeda satu

    sama lain. Pada sistem media berpori, air tanah mengalir melalui rongga antar

    butir yang terdapat dalam suatu batuan misalnya batupasir dan batuan aluvial.

    Sistem media rekahan, air mengalir melalui rekahan-rekahan yang terdapat pada

    batuan yang terkena tektonik kuat, pada batugamping, batuan metamorf, dan lava.

    Rekahan terjadi selain akibat proses tektonik, juga akibat proses pelarutan.

    Gambar 2. 7 Model akifer media pori ruang antar butir dan media rekahan

    (S. Mandel, 1981)

    Porositas Primer Porositas Sekunder

    Antar Butiran Rekahan Pelarutan

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    25/44

    49

    2.8 Sifat Hidrodinamik Akifer

    Akifer merupakan suatu lapisan batuan yang mampu menyimpan dan

    mengalirkan air. Secara hidrodinamik jenis akifer di alam dibagi menjadi 3 jenis

    (Kruseman & de Ridder, 1994), yaitu:

    1 Akifer tertekan

    Akifer tertekan (gambar 2.8) merupakan suatu akifer yang pada bagian

    atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan bersifat akifug atau akiklud.

    Gambar 2. 8Konfigurasi akifer tertekan dan muka air tanah pada sumur

    (Kruseman 1994)

    2 Akifer tak tertekan

    Akifer tak tertekan (gambar 2.9)merupakan suatu akifer yang dibagian

    bawahnya dibatasi oleh satu lapisan impermeabel dan pada bagian atasnya tidak

    ada lapisan penutup/impermeabel layer.

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    26/44

    50

    Gambar 2. 9Konfigurasi akifer tak tertekan dan muka air tanah pada sumur(kruseman, 1994)

    3 Akifer bocoran

    Akifer bocoran(gambar 2.10) merupakan akifer yang dibatasi oleh lapisan

    semi permeabel/ lapisan akitar (di atas dan atau di bawahnya).

    Gambar 2. 10Konfigurasi akifer bocoran dan muka air tanah pada sumur

    (Kruseman, 1994)

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    27/44

    51

    2.9 Sifat Heterogenitas Suatu Akifer dan Keisotropikannya

    Berdasarkan karakteristik kehomogenan suatu batuan dan sifat isotropik

    batuannya akifer dapat dibagi ke dalam beberapa jenis( Kruseman & de Ridder,

    1994 ), yaitu :

    1 Kondisi akifer homogen isotropik

    Kondisi akifer homogen isotropic (gambar 2.11) merupakan suatu akifer

    yang memiliki besar butir yang sama (homogen) dan aliran air tanah memiliki

    kecepatan aliran yang sama ke segala arah. Besaran vektor konduktifitas hidrolik

    horizontal sama dengan vektor berarah vertikal (Kh=Kv) atau disebut isotropik.

    Contoh : Batupasir dll.

    2 Kondisi akifer homogen anisotropik

    Kondisi akifer homogen anisotropik (gambar 2.12) merupakan akifer yang

    memiliki karakteristik litologi yang sama dengan besar butir relatif sama

    (homogen) tetapi aliran air tanah pada akifer tersebut mempunyai kecepatan aliran

    yang tidak sama ke berbagai arah.

    Gambar 2. 11Akifer homogen isotropik (Kruseman, 1994)

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    28/44

    52

    Gambar 2. 12Akifer homogen anisotropic (Kruseman, 1994)

    3 Kondisi akifer heterogen anisotropik

    Kondisi akifer heterogen anisotropic (gambar 2.13) merupakan akifer

    yang memiliki karakteristik litologi campuran serta memiliki besar butir yang tak

    seragam serta aliran air tanah pada akifer tersebut memiliki kecepatan aliran yang

    tidak seragam dimana Kh tidak sama dengan Kv (anisotropik). Contoh : Batupasir

    dengan struktur sedimen graded bedding.

    Gambar 2. 13Akifer heterogen anisotropik (Kruseman, 1994)

    4 Kondisi akifer heterogen terkekarkan

    Kondisi akifer heteroge terkekarkan (gambar 2.14) merupakan akifer yang

    memiliki karakteristik litologi campuran dengan litologi yang terkekarkan dimana

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    29/44

    53

    perhitungan kecepatan aliran berbeda dengan kondisi aliran pada media pori

    (Porous Media). Contoh : Batu gamping, lava, dll.

    Gambar 2. 14Akifer heterogen terkekarkan (Kruseman, 1994)

    2.10 Keterdapatan Air Tanah

    Daerah vulkanik dapat tersusun oleh material-material piroklastik seperti

    tuf, breksi, aglomerat serta batuan beku berupa lava. Batuan yang berbeda jenis

    tersebut memiliki sifat kesarangan air dan akifer yang berbeda disebabkan oleh

    perbedaan tekstur, struktur, kekompakan serta tingkat resistensi batuan terhadap

    proses pelapukan dan erosi.

    Berdasarkan karakteristik batuannya keterdapatan air tanah dapat

    dikelompokan dalam tiga sistem akifer, yaitu

    1. Keterdapatan air tanah pada sistem akifer dengan aliran melalui ruangantar butir.

    2. Keterdapatan air tanah pada sistem akifer dengan aliran melalui rekahan 3. Keterdapatan air tanah pada sistem akifer dengan aliran melalui ruang

    antar butir dan rekahan

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    30/44

    54

    2.10 Interaksi air dan batuan

    Air adalah pelarut yang efektif dan paling umum dipakai untuk melarutkan

    zat padat, cair dan gas. Pada siklus hidrologi air hasil presipitasi sebagian meresap

    masuk kedalam permukaan tanah. Hal tersebut menyebabkan terjadinya interaksi

    antara air dan batuan yang ada di bawah permukaan dan terjadinya proses

    geokimia pada air tanah.

    Properti kimia air tanah secara umum bergantung pada jumlah air yang

    meresap dan prosen geokimia yang terjadi di bawah permukaan. Hal tersebut

    mempengaruhi perubahan kualitas air seperti sifat fisik air tanah serta sifat kimia

    air tanah.

    2.11 Sifat Fisik Air Tanah

    Sifat-sifat fisik air tanah bergantung kepada kuantitas dari air yang

    menyerap masuk ke dalam tanah. Pada saat terjadi penyerapan tersebut

    berlangsung proses geokimia di bawah permukaan hal tersebut mempengaruhi

    kualitas air tanah, temperature (T), daya hantar listrik (EC), zat padat terlarut

    (TDS) serta tingkat keasaman (pH) dari air tanah tersebut.

    1 Daya Hantar Listrik (EC)

    Daya hantar listrik (Electric Conductivity) adalah ukuran kemampuan

    suatu zat untuk menghantarkan arus listrik dalam temperature tertentu yang

    dinyatakan dalam mikroSiemens (S). Nilai konduktivitas merupakan fungsi

    antara temperature, jenis-jenis ion terlarut serta konsentrasi ion terlarut.

    Peningkatan ion-ion yang terlarut menyebabkan nilai konduktivitas air juga

    meningkat.

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    31/44

    55

    Berikut adalah klasifikasi nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air

    menurut Mandel (1981)

    - Air destilasi (aquades) : 0,5 50 S- Air hujan : 5 30 S- Air tanah segar : 30 2.000 S- Air laut : 45.000 55.000 S- Air garam (brine) : > 90.000 S

    2 Zat Padat Terlarut (TDS)

    Zat padat terlarut (Total Dissolve Solid) adalah nilai dari zat organik dan

    anorganik yang terlarut di air dalam molekul, terionisasi atau butiran mikro

    (koloid). Zat padat terlarut dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh

    konsentrasi ion utama.

    3 Nilai Keasaman (Ph)

    Nilai pH pada air tanah bergantung pada jenis endapan akifernya.air yang

    bersifat asam (pH < 7) biasanya terdapat pada daerah-daerah dengan endapan

    vulkanik. Sedangkan air yang bersifat basa (pH > 7) biasanya terdapat pada

    daerah-daerah dengan batuan ultramafic (Hem, 1985).

    Nilai pH air murni adalah 7. Perubahan temperature air akan menyebabkan

    perubahan reaksi kimia yang bisa menyebabkan pH air berubah. Metode paling

    sederhana untuk mengetahui nilai pH air adalah dengan menggunakan kertas

    indicator pH.

    4 Temperatur (oC)

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    32/44

    56

    Temperatur air tanah pada tempat dan waktu tertentu merupakan hasil dari

    berbagai macam proses pemanasan yang terjadi di bawah atau di permukaan bumi

    (Matthess, 1982). Temperatur air tanah dan udara diukur menggunakan

    thermometer.

    Perbandingan temperatur air dan temperatur udara pada saat pengukuran

    dapat diketahui adanya zonasi hipertermal, mesotermal dan hipotermal. Pada

    zonasi hipertermal temperatur air akan lebih tinggi dibandingkan temperatur

    udara. Pada zonasi mesotermal termperatur air sama dengan temperature rata-rata

    udara. Pada zonasi hipotermal temperature air lebih rendah dibandingkan

    temperature udara. Temperature udara local berhubungan dengan ketinggian

    lokasi pengukuran, semakin tinggi lokasi pengukuran maka akan semakin rendah

    temperature udara lokalnya. Sedangkan temperature air dipengaruhi oleh gradient

    geotermik, yaitu semakin dalam letak air tanah maka temperature air tanah akan

    semakin tinggi. Kenaikan temperature air tanah akan mengakibatkan ion-ion lebih

    mudah terlarut sehingga akan merubah sifat fisik dan kimia air.

    2.12 Sifat Kimia Air Tanah

    Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam air tanah dapat dikelompokan

    menjadi unsur mayor, unsur minor dan unsur jarang. Unsur yang sering digunakan

    dalam penyajian data kimia adalah unusur mayor yang terkandung dalam air tanah

    terdiri dari ion-ion Mg, Ca, Na, K, Cl, SO4 dan HCO3.

    Penyajian data kimia bisa dilakukan dengan dua cara yaitu penyajian

    secara numeric dan penyajian secara grafik. Penyajian secara numeric data-data

    disajikan dalam bentuk table dengan satuan ppm atau mg/l.

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    33/44

    57

    Dalam penyajian secara grafis data-data kimia tersebut harus diketahui

    perbandingannya. Untuk mengetahui perbandingannya maka satuan mg/l

    dikonversi ke dalam meq/l. Konversi dilakukan dengan membagi konsentraasi ion

    dalam mg/l dengan konsentrasi ion. Konsentrasi ion didapat dari membagi berat

    molekul dibagi nilai konversi (berat molekul).

    Berikut adalah nilai-nilai konversi untuk unsur-unsur mayor

    Tabel 2. 2Nilai konversi ion unsur-unsur mayor (major element)

    (Matthess, 1982)Na

    + 22,9898 Cl

    - 35,453

    K+ 39,92 SO4

    2- 48,031

    Ca+ 20,04 HCO3

    - 61,017

    Mg2+

    12,156

    Penyajian data grafis yang umum digunakan adalah diagram Stiff

    (1951)(gambar 2.15) dan diagram schoeller (1935, 1938)(gambar 2.16).

    Gambar 2. 15Contoh Stiff diagram

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    34/44

    58

    Gambar 2. 16Contoh Schoeller diagram

    Berdasarkan kandungan kimiawinya air tanah dapat dibuat zona-zona

    kimia dari permukaan hingga air tanah yang paling dalam (Freeze and Cherry,

    1979), dengan reaksi kimia sebagai berikut:

    HCO3-

    HCO3-

    + SO42-

    SO42-

    + Cl

    -

    Cl

    -

    + SO42-

    Cl

    -

    Pertama-tama pada sistem aliran air tanah dangkal air tanah akan

    didominasi oleh anion HCO3- dengan konsentrasi yang rendah. Setelah itu, pada

    sistem aliran air tanah menengah air tanah akan didominasi oleh ion sulfat.

    Selanjutnya pada sistem air tanah dibagian paling bawah air tanah akan

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    35/44

    59

    didominasi oleh ion Cl dengan konsentrasi yang cukup tinggi (Domenico, 1972).

    Berikut adalah beberapa mineral yang menjadi sumber pengayaan ion pada

    akifer batuan vulkanik.

    Tabel 2. 3Mineral sumber pengayaan ion pada air tanah (Todd, 1980)

    Ion Sumber Mineral

    Caampibol, feldspar, gypsum, piroksen, aragonit, kalsit,

    dolomit, mineral lempung

    Mg ampibol, olivin, piroksen, dolomit, magnesit, minerallempung

    Nafeldspar (albit), mineral lempung, halit, mirabilit dan

    limbah industri

    Kfeldspar (ortoklas dan mikroklin), feldspatoid, mika,

    mineral lempung

    HCO3 limestone, dolomit

    SO4 Oksidasi sulfida, gipsum, anhidrit

    Cl sumber utama evaporit; sumber minor batuan beku

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    36/44

    60

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Objek Penelitian

    Objek penelitian ini meliputi aspek-aspek geomorfologi, geologi, dan

    hidrogeologi di daerah penelitian.Hal ini didukung oleh berbagai data primer dan data

    sekuder di daerah penelitian.Data primer adalah data-data yang didapat dari hasil

    pengamatan di lapangan, sedangkan data sekunder meliputi data-data peneliti

    terdahulu yang dapat menjadi acuan dalam pengamatan di daerah setempat. Penelitian

    ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik di daerah penelitian.

    3.2 Tahap Penelitian

    Tahap penelitian dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu :

    1. Tahap Persiapan.2. Tahap Pekerjaan Lapangan3. Tahap Interpretasi data.4. Tahap Penulisan Laporan.

    3.2.1 Tahap Persiapan

    Tahap ini merupakan tahap awal sebelum melakukan pengamatan di lapangan.

    Tahap persiapan ini meliputi :

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    37/44

    61

    1. Studi literatur geologi regional peneliti terdahulu pada daerah penelitian.2.

    Studi literatur hidrogeologi regional peneliti terdahulu pada daerah penelitian.

    3. Menyusun kerangka kerja.4. Persiapan alat-alat yang dibutuhkan di lapangan meliputi:

    Peta Topografi regional daerah penelitian Peta Geologi regional daerah penelitian Peta Hidrogeologi regional daerah penelitian Palu geologi Kompas geologi Loupe geologi perbesaran 10x 20x Kamera digital Plastik sampel Buku lapangan Alat tulis Ec meter, Tds meter, Ph meter

    3.2.2 Tahap Pekerjaan Lapangan

    Dalam tahapan ini data-data yang diambil dan diamati berupa data yang

    berhubungan dengan aspek geologi, dan hidrogeologi di daerah penelitian. Pekerjaan

    di lapangan meliputi :

    1. Pengamatan aspek-aspek geomorfologi di daerah penelitian.2. Pengamatan aspek-aspek geologi di daerah penelitian.

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    38/44

    62

    3. Pengamatan aspek-aspek hidrogeologi berupa mataair yang ada di daerahpenelitian.

    3.2.2.1 Pengamatan Geomorfologi

    Dalam pengamatan ini dilakukan pembagian geomorfologi yang mengacu

    kepada sistem morfologi gunungapi tipe strato.

    Morfologi gunungapi tipe strato ini membagi daerah gunung api kepada 3

    bagian (Mandel, 1981 dalam Puradimadja, 2006) yaitu

    1. Puncak2. Tubuh3. KakiPembuatan peta ini dicocokkan dengan peta Dem dan keadaan bentang alam

    di daerah penelitian.

    Gambar 3. 1 Pembagian morfologi gunungapi tipe strato(Mandel, 1981, dalam Puradimadja, 2006)

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    39/44

    63

    3.2.2.2 Pengamatan Geologi

    Pengamatan geologi di lapangan ini mengacu kepada peta geologi peneliti

    terdahulu yang tedapat pada peta geologi pada bab ii dan data primer yang didapat

    dari hasil penelitian di lapangan. Diambil beberapa sampel untuk dianalisa lebih

    lanjut. Gambaran keadaan geologi di daerah penelitian dijadikan acuan untuk

    mengetahui karakteristik lapisan akifer di daerah penelitian.

    3.2.2.3 Pengamatan Hidrogeologi

    Pengamatan hidrogeologi dilakukan dengan mengamati 11 mataair yang

    berada di daerah penelitian. Data yang diambil dilapangan adalah sifat fisik air antara

    lain

    1. suhu udara2. suhu air3. konduktivitas elektrik (EC)4. total zat padat terlarut (Tds)5. nilai keasaman (pH)6. debit mataair7. sampel air (1 lt)Selanjutnya sampel air diolah di laboratorium untuk mengetahui kadar unsur

    kimia (unsur mayor) yang terkandung pada air tersebut. Data-data kimia air yang

    diperoleh yaitu,

    1. kalsium (Ca)

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    40/44

    64

    2. magnesium (Mg)3.

    natrium (Na)

    4. kalium (K)5. klorida (Cl)6. sulfat (SO4)7. bikarbonat (HCO3)Data sifat fisik air kemudian dikorelasikan dengan data kimia air untuk

    kemudian diolah dan menghasilkan data fasies air tanah daerah penelitian.

    3.2.3 Tahap Interpretasi data

    Pada tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan data-data yang telah

    diambil dilapangan untuk kemudian diinterpretasi lebih lanjut.

    Penginterpretasian data dimulai dari data geomorfologi yang telah diolah

    sehingga kemudian menghasilkan pembagian morfologi gunungapi dari daerah

    penelitian seperti bagian puncak, tubuh dan kaki. Data geomorfologi tersebut

    kemudian dikorelasikan dengan data geologi untuk mendapatkan gambaran tentang

    fasies gunungapi secara umum.

    Selanjutnya data geologi digunakan untuk interpretasi hidrostratigrafi dari

    daerah penelitian. Dari data hidrostratigrafi didapatkan mana lapisan yang akifer dan

    bukan akifer.

    Setelah itu dari data petrografi didapatkan kandungan mineral batuan. Dari

    data kandungan mineral tersebut dapat diketahui unsur kimia pembentuk batuan

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    41/44

    65

    secara umum. Data kimia batuan itu kemudian dikorelasikan dengan data kimia air

    untuk mengetahui pengaruh batuan terhadap air tanah beserta proses yang terjadi

    terhadap air tanah.

    3.2.4 Tahap Penulisan Laporan

    Pada tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari semua kegiatan

    penelitian.Data hasil pengamatan di lapangan dianalisa dan diinterpretasi di

    studio.Hasil laporan kemudian didiskusikan kembali dengan dosen pembimbing agar

    isi laporan memenuhi kriteria standar yang benar.Setelah itu laporan direvisi kembali

    dan dapat dituangkan dalam bentuk laporan karya ilmiah.

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    42/44

    66

    3.3 Bagan Alir Penelitian

    Gambar 3. 2 Bagan Alir Penelitian

    Pekerjaan Lapangan

    Morfologi

    Peta Topografi

    Stratigrafi

    Struktur Geologi

    Peta Geologi Peta Hidrogeologi

    Regional

    Korelasi dan Interpretasi

    Sifat Kimia Air

    TanahSifat Fisik Air

    Tanah

    Litologi

    Karakteristik akifer

    Fasies Air Tanah

    Studi Literatur

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    43/44

    67

    DAFTAR PUSTAKA

    Bakosurtanal. 2001. Peta Rupa Bumi Lembar 1209-321 Cicalengka. Bogor.

    Bakosurtanal

    Fetter, C. W. 2001. Applied Hydrogeology. London-Australia-Singapore-Canada-

    Japan-Malaysia-New Jersey. Pearson Education

    Hadian dkk. 2013. Studi Penentuan Zona Resapan Dan Umur Air Pada Endapan

    Vulkanik Dikawasan Kampus Unpad Jatinangor Dengan Menggunakan

    Metode Isotop Stabil. Buletin Geologi Tata Lingkungan Volume 23 No 3

    Desember 2013. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. ISSN 1410-

    1696

    Keputusan Presiden No 12 Tahun 2012. Jakarta. Presiden Republik Indonesia

    Kruseman, G. P. and De Ridder, N. A. 1994. Analysis and Evaluation of Pumping

    Test Data. Wageningen. International Institute for Land Reclamation and

    Improvement,

    Martodjojo, S. 2003. Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat. Bandung. Institut

    Teknologi Bandung

    Puradimadja, D. J. 2006. Hidrogeologi Kawasan Gunungapi dan Karst di Indonesia.

    Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung

    Silitonga, P. H. 1973. Peta Gelogi Regional lembar Bandung. Bandung. Pusat

  • 5/26/2018 Proposan Jatinangor

    44/44

    68

    Penelitian dan Pengembangan Geologi

    Soetrisno, S. 1983. Peta Hidrogelogi Regional Lembar Bandung. Bandung. Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Geologi

    Sukrisna dkk. 2004. Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Jawa Barat dan Daerah

    Khusus Ibukota Jakarta. Bandung. Departemen Energi dan Sumberdaya

    Mineral

    Todd, D. K and Mays, L. W. 2005. Groundwater Hydrology. United States. John

    Wiley and Sons