4
PROSTOTUSI MMR 1. Membuat bite rim dengan cara 4 lapis digulung kemudian anterior 10-12 mm posterior 6-8mm dengan lebar 4 mm untuk anterior 6 mm untuk posterior. Tentukan poros condyle dengan cara menarik garis lurus MAE 13 mm didepanMAE klo sudah menemukan titik poros kondyle tandai. Benang dipasangkan ke titik poros kondyle kanan dihubungkan ke SNA dilanjutkan ke titik poros kondyle kiri. Di fiksasi dengan plaster . fungsi dari tali penghunung untuk melihat kesejajaran bite rim rahang atas 2. Pasang bite rim rahang atas. Batasnya 2 mm dibawah tepi bibir rahang atas dengan posisi rest posisi. Pasang oklusal bite plane dilihat apakah bite rim sudah sejajar dan tanpa celah. Pasien diminta untuk dengan ibu jarinya untuk menopang oklusal guide plane. Melihat kesejajaran dari anterior apakah sudah sejajar dengan garis pupil , dan dari samping sejajar garis chamfer. Setelah semua sejajar maka diperoleh untuk rahang atas. 3. Pasang biterim rahang bawah pastikan biterim ra dan rb tanpa celah. Dilakukan pemmgukuran vertical dimensi dengan metode willis. A. Vertikal dimensi resposisi diperoleh dengan cara menghitung PM = HD (PM: pupil mata sudut mulut = hidung ke dagu) dengan menggunakan sliing caliper. B. Pengukuran vertical dimensi oklusi dengan cara PM =HD di kurangi 2 mm yaitu Biterim rahang bawah dikurangi. Cek menggunakan sliding caliper dan lihat profil pasien secara estetis (otot tegang atau engga, klo tegang dikurang lagi maksimal 4 mm) . 4. Cek pengucapan huruf (aspek fonetik) pasien diminta mengucapkan huruf M B P S, dengan pengucapan huruf S yang panjang berfungsi untuk mengecek free way space a. jika sulit mengucapkan huruf S kurangi biterim rahang bawah . b. jika mengucapkan huruf S nya muncrat tambahkan biterim rahang bawah 5. Pencarian sentric relation record, pasien diminta untuk menengadahkan kepala (Mendongak) lalu membuka menutup mulut dan

Pros to Tusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

to

Citation preview

Page 1: Pros to Tusi

PROSTOTUSI

MMR

1. Membuat bite rim dengan cara 4 lapis digulung kemudian anterior 10-12 mm posterior 6-8mm dengan lebar 4 mm untuk anterior 6 mm untuk posterior. Tentukan poros condyle dengan cara menarik garis lurus MAE 13 mm didepanMAE klo sudah menemukan titik poros kondyle tandai. Benang dipasangkan ke titik poros kondyle kanan dihubungkan ke SNA dilanjutkan ke titik poros kondyle kiri. Di fiksasi dengan plaster . fungsi dari tali penghunung untuk melihat kesejajaran bite rim rahang atas

2. Pasang bite rim rahang atas. Batasnya 2 mm dibawah tepi bibir rahang atas dengan posisi rest posisi. Pasang oklusal bite plane dilihat apakah bite rim sudah sejajar dan tanpa celah. Pasien diminta untuk dengan ibu jarinya untuk menopang oklusal guide plane. Melihat kesejajaran dari anterior apakah sudah sejajar dengan garis pupil , dan dari samping sejajar garis chamfer. Setelah semua sejajar maka diperoleh untuk rahang atas.

3. Pasang biterim rahang bawah pastikan biterim ra dan rb tanpa celah. Dilakukan pemmgukuran vertical dimensi dengan metode willis.

A. Vertikal dimensi resposisi diperoleh dengan cara menghitung PM = HD (PM: pupil mata sudut mulut = hidung ke dagu) dengan menggunakan sliing caliper.

B. Pengukuran vertical dimensi oklusi dengan cara PM =HD di kurangi 2 mm yaitu Biterim rahang bawah dikurangi. Cek menggunakan sliding caliper dan lihat profil pasien secara estetis (otot tegang atau engga, klo tegang dikurang lagi maksimal 4 mm) .

4. Cek pengucapan huruf (aspek fonetik) pasien diminta mengucapkan huruf M B P S, dengan pengucapan huruf S yang panjang berfungsi untuk mengecek free way space a. jika sulit mengucapkan huruf S kurangi biterim rahang bawah . b. jika mengucapkan huruf S nya muncrat tambahkan biterim rahang bawah

5. Pencarian sentric relation record, pasien diminta untuk menengadahkan kepala (Mendongak) lalu membuka menutup mulut dan menelan ludah sampai pasien terbiasa. Hal itu untuk membiasakan pasien untuk sentrik relasi.

6. Pasien diminta untuk mengkontakan biterim atas dan bawah kemudian tandai midline dengan menggunakan patokan fultrum. Pasien diminta senyum untuk menandai garis tertawa. Tandai untuk batas gigi c gigi atas denagn batas nya cuping hidung. Kemudian fiksasikan

7. Fiksasi dengan double V groove dengan cara, bite rim rahang atas kira2 daerah p dan m dikurangi membentuk segi 3 dan rahang bawah ditambahi malam bentuk kira2 segi tiga. Bite rim rahang bawah pada bagian segi 3 di beri vaselin , kemudian hangatkan biterim oklusal rahang bawah kemudian masukan dalam mulut pasien diminta mengontakan bite rim. Seeelesaiiii kemudiann MOUNTING …

PEMASANGAN GIGI GTL

RA

Page 2: Pros to Tusi

I1 RA tegak lurus bidang incisal / miring 5 derajat bidang incisal. Incisal ridge menempel pada biterim. 1/3 servikal lebih depresi ke palatal

I2 RA aksis lebih miring daripada I1 sekitar 10 derajat terhadap midline, incisal ridge menggantung dari bite rim rahang bawah. Facies facial i2 menempel dengan facies distal i1, servikal depresi kepalatal

C RA aksis gigi sejajar midline puncak cupspit menyentuh biterim rahang bawah insical c berkontak dengan disto incisal i2. 1/3 servikal facies labial lebih prominen kearah labial. Permukaaan labial mengikuti lengkung biterim rahang bawah yang disebut tag in

RB

I1 RB tegak lurus bidang incisal bagian servikal sedikit depresi kelingual , insisal edge 1- 2mm diatas bidang oklusal menghasilkan overbite 2 mm.

I2 RB aksis gigi sedikit miring ke mesial, permukaan labial tegak lurus dibidang incisal, onsisal edge 1-2 mm diatas bidang oklusal

C RB aksis sedikit miring ke mesial, bagian servikal lebih prominen ujung kaps di antara C dan I2 RA facies insisal. Ujung caps terletak diatas bidang oklusal.

RA BAWAH

P1 RA aksis gigi tegak lurus terhadap biterim, tonjol bukal menyentuh bidang oklusal , tonjol palatinal menggantung membentuk kurva anti monsoon,

P2 RA aksis gigi sejajar bidang oklusal membentuk tonjol, kedua tonjol membentuk bidang oklusal. Membentuk kurva transisional.

M1 RA aksis miring ke mesial, mesio palatinal menyutuh bidang oklusal. tonjol mesio bukal tonjol disto bukal naik 1mm ke bidang oklusal, tonjol bidang palatinal 0,5-0,75 mm dari bidang oklusal membentuk kurva monson

M2 RA Aksis gigi lebih miring disbanding m1 tonjol mesio bukal dan mmesio palatinal lebih menggantung 1mm daripada tonjol mesio bukal dan mesio palatinal dari bidang oklusal. Tonjol disto bukal lebih menggantung daripada tonjol disto bukal gigi m1, tonjol disto palatinal lebih mengantung daripada tonjol distopalatinal m1.

RB BAWAH

RB mulai dipasang M1

Sentrik oklusi : tonjol mesio bukal m1 RA berada di mesiobukal grove m1 bawah

Tonjol mesio palatinal m1 RA berada di fosa central,

Page 3: Pros to Tusi

Working oklusi ; tonjol mesio distal m1 bawah berkontak dengan antara tonjol bukal p2 atas dan ton tonjol mesio bukal m1 RA

Balancing kontak : tonjol mesio bukal dan distobukal m1 RB berkontak dengan tonjol palatinal p2 atas dan tonjol mesio palatinal m1 atas.

P2 bawah

sentric oklusi tonjool bukal p2 bawah terletak antara p2 atas dan p1 atas ujung tonjol berkontak dengan marginal p1 RA, tonjol llingual p2 RB diantara tontol palatal p1 dan p2 rahang atas.

P1 bawah tonjol bukal p1 bawah terletak diantara tonjol bukal p1 dan c atas dengan ujung tonjol berkontak dengan marginal ridge p1 dan c atas.

M2 bawah

Inklinasi mesio bukal m2 atas berkontak dengan tepi tonjol disto bukal m1 atas. Tonjol palatinal m2 bawah berkontak dengan fosa central m2 atas.