9
Prosiding seminar Geoteknologi Konfilbusl ltmu Kebumian Dalam Pembangunan Berkelanjutan Bandung J Desenber 2007 ISBN : 97E-979_299_2 i S_s Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Di Pacitan Ch_usni Ansori*, Defry Hastria*, Edi Hidayat x *) Balai Informasi dan Konserrasi Ke:bumian Kaiangsambung - LI1I Abstrak : Rangkaian pegunungan selatan merupakan daerah yang didominasi oleh batuan vulkanik tersier dengan mineralisasi intensif. Di Kabupaten Pacitan, terutama pada Kec. punung dan Tulakan merupakan daerah mineralisasi penghasil batumulia. Di Kecamatan Punung ditemukan sebaran fosil kayu dalam jumlah banyak, sedangkan di Tulakan banyak ditemukan jasper, agate dan kristal kuarsa. penelitian yang dilakukan meliputi penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian iupungun dilakukan pada lintasan-lintasan terpilih yang selama ini dijumpai indikasi keterdapatan batu mulia. Penelitian laboratorium meliputi analisa petrografi, difraksi sinar X serta kimia batuan. Bardasarkan hasil penelitian lapangan dan laboratorium maka pembentukan batumulia di daerah Pacitan berasosiasi dengan pro.L. hidrotermal,lengkayaan supergen serta pembentukan endapan sungai purba. Kristal kuarsa dan jasper Tulakan dapat aimanaatUn sebagai batu poles, Sasper dan momento dengan memperhatikan tekstur dan sifat fisiknya. Fosil kayu dari punung silisifikasinya belum sempurna, namun masih dapat dimanfaatkan sebagai batu poles dan ornamen. PENDAHULUAN Bltumulia merupakan salah satu komoditi yang akhir-akhir ini banyak dicari orang. Sebagai salah satu bahan galian industri dimana untuk menentukan daerah prospeksi diperlukan panduan geologis karena proses pembentukannya dikontrol oGt proses-proses geologi. Batumulia umumnya tersebar pada daerah wlkanik Tersier, topografi terjal, shuktur geologi yang intensif serta daerah alterasi, khususnya pada rangkaian pegunungan Jawa Selatan. Aktivitas magmatik yang terjadi sepanjang busur gunungapi dan sejajar dengan zone penunjaman tersier di pulau Jawa merupakan kawasan yang potensial untuk terbentuknya cebakan-cebakan mineral logam maupun non logam. Proses pembentukan batumulia pada zone ini kemungkinan besar dikontrol oleh aktivitas magmatik tersier. Tektonik yang terjadi akibat tumbukan lempeng samudera dengan busur kepulauan Jawa pada Oligo Miosen adalah penyebab terjadinya kegiatan magmatisme dan gunungapi padajalur ini dengan lingkungan darat - laut. Menjelang akhir Miosen Awal terjadi kegiatan magmatisme yang berbeda yang menghasilkan terobosan dan piroklastika bersifat andesitis hingga dasitis. Pada Miosen Tengah tumbukan yang terjadi sejak Oligosen di selatan Jawa menghasilkan magmafisme berupa intrusi intermediate hingga asam yang menerobos Formasi Mandalika hingga Jaten. Aktivitas magmatisme dan vulkanisme beberapa periode inilah yang diduga kuat sebagai penyebab tet'adinya alterasi dan mineralisasi hidrotermal yang menyebabkan pembentukan berbagai jenis mineral logam dan batumulia. Tujuan penelitian adalah memperoleh kejelasan mengenai proses pembentukan batu mulia pada rangkaian pegunungan Selatan Jawa di pacitan, sehingga dapat dipakai sebagai acuan dalam pencarian batumulia. r79

Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

Prosiding seminar Geoteknologi Konfilbusl ltmu Kebumian Dalam Pembangunan Berkelanjutan Bandung J Desenber 2007ISBN : 97E-979_299_2 i S_s

Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan SelatanJawa Di Pacitan

Ch_usni Ansori*, Defry Hastria*, Edi Hidayat x*) Balai Informasi dan Konserrasi Ke:bumian Kaiangsambung - LI1I

Abstrak : Rangkaian pegunungan selatan merupakan daerah yang didominasi oleh batuan vulkanik tersierdengan mineralisasi intensif. Di Kabupaten Pacitan, terutama pada Kec. punung dan Tulakan merupakandaerah mineralisasi penghasil batumulia. Di Kecamatan Punung ditemukan sebaran fosil kayu dalam jumlahbanyak, sedangkan di Tulakan banyak ditemukan jasper, agate dan kristal kuarsa. penelitian yang dilakukanmeliputi penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian iupungun dilakukan pada lintasan-lintasan terpilihyang selama ini dijumpai indikasi keterdapatan batu mulia. Penelitian laboratorium meliputi analisapetrografi, difraksi sinar X serta kimia batuan. Bardasarkan hasil penelitian lapangan dan laboratorium makapembentukan batumulia di daerah Pacitan berasosiasi dengan pro.L. hidrotermal,lengkayaan supergen sertapembentukan endapan sungai purba. Kristal kuarsa dan jasper Tulakan dapat aimanaatUn sebagai batupoles, Sasper dan momento dengan memperhatikan tekstur dan sifat fisiknya. Fosil kayu dari punungsilisifikasinya belum sempurna, namun masih dapat dimanfaatkan sebagai batu poles dan ornamen.

PENDAHULUAN

Bltumulia merupakan salah satu komoditi yangakhir-akhir ini banyak dicari orang. Sebagai salahsatu bahan galian industri dimana untuk menentukandaerah prospeksi diperlukan panduan geologiskarena proses pembentukannya dikontrol oGtproses-proses geologi.

Batumulia umumnya tersebar pada daerahwlkanik Tersier, topografi terjal, shuktur geologiyang intensif serta daerah alterasi, khususnya padarangkaian pegunungan Jawa Selatan. Aktivitasmagmatik yang terjadi sepanjang busur gunungapidan sejajar dengan zone penunjaman tersier di pulauJawa merupakan kawasan yang potensial untukterbentuknya cebakan-cebakan mineral logammaupun non logam. Proses pembentukan batumuliapada zone ini kemungkinan besar dikontrol olehaktivitas magmatik tersier. Tektonik yang terjadiakibat tumbukan lempeng samudera dengan busur

kepulauan Jawa pada Oligo Miosen adalahpenyebab terjadinya kegiatan magmatisme dangunungapi padajalur ini dengan lingkungan darat -laut. Menjelang akhir Miosen Awal terjadi kegiatanmagmatisme yang berbeda yang menghasilkanterobosan dan piroklastika bersifat andesitis hinggadasitis. Pada Miosen Tengah tumbukan yang terjadisejak Oligosen di selatan Jawa menghasilkanmagmafisme berupa intrusi intermediate hinggaasam yang menerobos Formasi Mandalika hinggaJaten. Aktivitas magmatisme dan vulkanismebeberapa periode inilah yang diduga kuat sebagaipenyebab tet'adinya alterasi dan mineralisasihidrotermal yang menyebabkan pembentukanberbagai jenis mineral logam dan batumulia.

Tujuan penelitian adalah memperoleh kejelasanmengenai proses pembentukan batu mulia padarangkaian pegunungan Selatan Jawa di pacitan,sehingga dapat dipakai sebagai acuan dalampencarian batumulia.

r79

Page 2: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

GEOLOGI REGIONAL

Menurut pembagian fisiografi p. Jawa olehBemmelen (1949), maka daerah penelitian termasukzone Pegunungan Selatan bagian utara dan sebagianzone depresi. Zone pegunungan selatan diiagimenjadi dua bagian (sub-zone), yaitu sub _ zoriebagian selatan dan sub-zone bagian utara, diantarakedua sub-zone tersebut dipisahkan oleh cekunganantar gunung Wonosari dan Baturetno. Sub-zonebagian selatan merupakan dataran tinggi yangtersusun dari batugamping koral dan membentruktopografi karst, sub zone ini disebut sebagaiPegunungan Seribu. Sedangkan sub-zone bagLnutara merupakan rangkaian pegunungan danperbukitan yang membentang dari Batui Agung

lange, Panggung Massi{ plopoh n-angZ(merupakan daerah transisi zone Solo dan zoiePegunungan Selatan) sampai Kambengan range(daerah transisi bagian timur) yang merupakan sisibagian selatan dari geantiklin Jawa yang hancurpada puncaknya dan tersesarkan sehingga sisibagian utara meluncur ke utara, kemudian tirtutupendapan kwarter dan alluvial.

Pada saat awal pengangkatan geantiklin jawa,pola umum pengaliran ke arah seiatan.Pengangkatan ini mengakibatkan terbentuknyaperlipatan batuan dan sesar-sesar, sehingga paiaakhir perlipatan pola pengaliran sudah beruUair tearah utara. Hal ini dapat dibuktikan denganditemukannya sungai kering antara Bafuretno danSamudera Indonesia yang merupakan anak sungaiBengawan Solo.

Sub zone Pegunungan Selatan bagian utaratersusun oleh batupasir, fufa, konglomerat, breksidan aglomerat. Sedangkan cekungan antarpegunungan Wonosari dan Baturetno terdiri daribatugamping berlapis, selang seling dengan napaldan batupasir tufaan. Pada Batur Agung Raigebagian utara tet'adi patahan-patahan b6kmembentuk pegunungan patahan dengan gawir yangmemanjang arah timur - barat.

Menurut H. Samodra, S. Gafoer,S.Tjokrosapoetro (1992) dalam peta geologi lembarPacitan (lampiran), maka sratigrafi daerah penelitianmeliputi:

Aluvium (Qa)

Tersusun oleh lempung, lumpur, lanau, pasir,kerikil, kerakal, dan berangkal. Satuan inimerupakan endapan sungai, tersebar di dataranrendah_ sepanjang sungai. Sebarannya di bagianbarat Lembar Pacitan. Ketebalan berkisar -clari

beberapa cm sampai beberapa meter.

Formasi Wonosari (Tmwl)

Tersusun oleh batugamping terumbu, batugampingberlapis, batugamping mengeping, Uatugampin!pasiran dan napal. Batugamping ierumUimembentuk bukit menjulang antara l0 _ 25 m,tebalnya beragam antara l0 hingga lebih dari 25 m.Batugamping berlapis menempati lereng intiterumbu, banyak mengandung komponen breksitalus hasil rombakan batugamping tJrumbu, tebalnta-rata lapisannya sekitar l0 m. Batugampingmengeping berbutir sangat kasar, dan

- banyak

mengandung fosil yang terhablur ulang.Batugamping pasiran berwarna kelabu berlapis baik,berbutir kasar hingga sangat kasar,

- banyak

mengandung kepingan batuan seperti batupasir,batulempung, tuf dan batuan beku. Napal berwafnakehijauan, banyak mengandung foraminifera kecil;berupa sisipan dalam batugampiirg berlapis danbatugamping pasiran.

Satuan ini diendapkan secara genanglaut di atasFormasi Nampol, bagian bawahnya setempatmempunyai kecenderungan menjemari denganFormasi Oyo.

Formasi Nampol (Tmn)

Tersusun oleh konglomerat, batupasirkonglomeratan, aglomerat, bafulanau, batulempungdan tuf. Aglomerat dan konglomerat umumnya tidakberlapis baik. Di bagian atas formasi dijumpai lignitdan kayu terkersikkan. Fosil tidak dijumpai padasatuan ini. Umurnya diduga Miosen Tengah.Ketebalan Formasi diduga sekitar 60 m dan menebalke arah timur. Formasi ini menindih selaras FormasiWuni dan menjemari dengan Formasi Wonosari(Sartono, 1964). Formasi Nampol terendapkandalam lingkungan sungai sampai tepi pintai(Sartono, 1964).

180

Page 3: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

Formasi Wuni (Tmw)

Formasi ini tersusun oleh breksi gunungapi, tuf,batupasir tufan, batupasir sela, dun Uatulanau;setempat bersisipan lignit, berlensa batugampingdan mengandung kayu terkersikkan.

- Bleksi gunungapi berkomponen andesit, basaldan dasit, terpilah buruk, tebai lapisan lebih 20 m.Tuf berwarna kemerahan, disusun oleh feldspar,

fuar,sa, komponen batuan dan sedikit batuapung,berukuran halus hingga sedang. Batupasir t"fb;berbutir kasar disusun oleh feldspar, kuarsa, biotit,hornblenda dan komponen batuan beku. Batupasiisela berwarna kelabu, sebagian berlapis, disusunoleh komponen andesit, basal, dasit dan tuqberukuran kasar hingga sangat kasar. Bataulanauberwarna kecoklatan, kompak dan keras, berlapisbaik dan umumnya tufan. Lignit berwarnakehitaman merupakan sisipan dalam batupasir tufan,ketebalan lapisan kurang dan 20 cm. Bitugampingberwarna kelabu kecoklatan, kompak dan berftsiiB{ua1 ini dijumpai sebagai lensa dalam batupasirtufan dan tuf.

Kayu terkersikkan banyak dijumpai dalamlapisan batupasir sela. Formasi ini terbentuk dilingkungan laut dangkal yang berhubungan denganterumbu, pada'pertengahan Miosen Tengah, danterbentuk di lingkungan peralihan hingga lautdangkal.

Formasi Wuni menindih selaras Formasi Jatendan tertindih selaras Formasi Nampol. SetempatFormasi ini menjemari dengan Formasi Wonosari.Ketebalannya lebih kurang 150 m.

Formasi Jaten Qmj)

Konglomerat, bahrpasir konglomeratan, bafupasirkuarsa, batupasir tufan, batulumpur, bafulinau,lignit dan tuf, setempat mengandung belerang.

Konglomerat berwarna coklat kemerahan, terdiridari komponen batuan beku, batulanau, batupasir,batulempung, tuf terkersikkan, rijang; tebal lapisanantara I dan 3 m. Batupasir konglomeratanberkomponen batupasir, batulempung, batuanterubah, andesit, dasit dan sedikit basalt. Batupasirkuarsa disusun oleh kuarsa berbentuk bipiramid,feldspar, sedikit amfibol dan mineral bijih. Didugahablur kuarsa barasal dari rombakan tuf hablurFormasi Mandalika.

Batupasir tufan disusun oleh kuarsa, feldspar,sedikit komponen batuan beku dan sedimen slrtamineral bijih. Batulanau berwama kelabu coklat,terdiri dari kuarsa, feldspar, mineral lempung sedikitkalsit dan magnetit. Batulempung mempunyaipermukaan yang licin seperti sabun (bentonitan).Batuan ini berupa sisipan setebal ruta-rata l0 cm.

Lignit berwarna hitam, sebagian besar berupaserpih berbitumen yang berwarna hitam kecoklatan.Sebagai sisipan tebalnya berkisar antara 0,5-5 m.

Tuf umumnya lapuk dan sedikit berbatu apung.Sebagian bersifat pasiran, berbutir halus-sedang.

Formasi ini menindih takselaras FormasiArjosari, tertindih selaras Formasi Wuni didugasatuan ini berumur awal Miosen Tengah.

Bagian bawahnya terendapkan dalamlingkungan fluviatil - paralik, bagian tengahnya dilingkungan paralik - epineritik, dan bagian atasnyadi lingkungan epineritik (Sartono, 1964).

Formasi Arj osari (Toma)

Konglomerat aneka bahan, batupasir, bafulanau, danbatulempung; setempat batugamping, napal pasirandan batupasir kerikilan berbatu apung; sisipan breksigunungapi, lava dan tuf.

Konglomerat aneka bahan terdiri daribatugamping, batupasir, batulempung, tufterkersikkan, andesit, dasit, dan basal. Sebagianbreksinya terkersikkan, silika dan oksida besisebagai penyemen. Batupasir sebagian tufan,berukuran sedang-kasar dan berlapis baik

Batuan gunungapi berupa breksi, tuf dan lavapada satuan ini bersusunan serupa dengan FormasiMandalika. Banyak dijumpai urat kuarsa warnakecoklatan atau putih kotor setebal l-5cm.

Disekitar terobosan satuan ini umumnyaterkersikkan dan banyak mengadung pirit berukuranhalus. Batulempung yang bersentuhan denganterobosan sering terubah menjadi batu tanduk.

Formasi Arjosari diduga berumur OligosenAkhir Miosen Awal, dan terendapkan padacekungan yang berbatasan dengan lereng bawah lautyang curam; bersamaan dengan kegiatan gunungapi(bawah laut).

181

Page 4: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

Formasi Mandalika (Tomm)

Perselingan lava, breksi gunungapi dan tuf;bersisipan batupasir tufan, batulanau danbatulempung.

Lava berwarna kelabu tuo, sangat keras,bersusunan andesit hingga basal, dan berkekarmelembar. Sebagian batuannya terubah hinggaberwarna kehijauan dan banyak mengadung pirit.Lava yang tersingkap di hulu S. Grenduluberstruktur bantal. Sebagian singkapan sangatterkekarkan dan banyak mengandung urat kuarsa.

Breksi gunungapi disusun oleh komponenandesit, dasit dan basal, setempat tuf terkersikkan.Di beberapa tempat breksi ini komponennyamenampakan pengarahan dan berselingan denganlava. Tebalnya berkisar antara 5 dan l0 m.

Tuf berwarna putih kotor, lapuk kemerahan,terutama mengandung kuarsa dan feldspar yangberbentuk euhedral sebagian terubah menjadi kaolin.Satuan ini diduga merupakan sumber batupasirkuarsa bipiramid Formasi Jaten.

Saftran ini menjemari dengan Formasi Arjosari,sehingga umurnya diduga Oligosen Akhir hinggaMiosen Awal. Terbentuk bersamaan kegiatanmagmatisma yang menghasilkan terobosan andesit,dasit dan basal sehingga terjadi permineralan piritdan kalkopirit.

F ormas i Watup atok (To mw)

Tersusun oleh lava, bersisipan batupasir,batulempung dan rijang. Lava berwarna kehitaman,bersusunan basal, afanitik, vesikuler danterkekarkan. Lava ini berstruktur bantal danditerobos oleh retas-retas basal berjurus utara-selatan dengan lebar retas antara 40 dan 60 cm.Batupasir terdiri dari kepingan batuan beku, kuarsa,dan feldspar dengan semen silika dan oksida besi.Rijang berwarna coklat kemerahan, terkekarkan, danretakannya terisi oleh kuarsa dan karbonat; sebagaisisipan pada lava. Tebalnya beragam antara 10 danl5 cm.

Formasi Watupatok menjemari dengan bagianatas Formasi Mandalika, dan berdasarkankedudukan statigrafinya, diduga berumur Oligo-Miosen. Struktur bantal mencirikan bahwalingkungan pengendapannya adalah laut.

Batuan Terobosan

Dasit dan Andesig batuan yang dipenganrhi olehterobosan umumnya berumur Oligo-Miosen hinggaMiosen Awal terutama Formasi Mandalika, sedangMiosen Tengah tidak sama sekali. Terobosan didugaberlangsung pada akhir Miosen Awal, yaitu sebelumpengendapan batugamping Formasi Wonosari.Terobosan andesit dan dasit umumnya berbentukstok. Batuan terobosan Oligo-Miosen ini dapatdisebandingkan dengan Formasi Besole yangdiusulkan oleh Sartono (196a).

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan pendekatan lapangandan pendekatan laboratorium/shrdio. Pendekatanlapangan dilakukan untuk mendapatkan informasigeologi lapangan (lokasi, litologi, stratigrafi,struktur, tekstur batuan), kemudian dilakukananalisa pefrografi di UPT. BlKK-Karangsambung,analisa X-RD di Lab. Kimia Analitik MIPA - UGM.dan kimia batuan di Act Lab-Canada.

HASIL PENELITIAN

Lapangan

Jasper S. Tulakan

Pada dasar sungai Tulakan, Kec. Tulakan denganposisi 08o I 1,279' LS dan 1l lo 16,348' BTdijumpai bongkah-bongkah jasper dan batugampingdalam ukuran 1.5 - 0.5 m yang tersebar sepanjangaliran sungai. Dasar sungai berupa batupasir tufaan.Jasper berwarna merah - kecoklatan, pola banded,bentuk membulat hingga berbentuk lempengan.Bongkah batugamping berwarna keputihan, berupatalus breccia rudstone yang tersusun oleh fragmenbatugamping terumbu (frame stone), ukuranfragmen sekitar 10 25 cffi, bentuk fragmenmeruncing tanggung, kemas tertutup dan sortasibaik. Sungai Tulakan dapat dikatakan sebagaisungai Jasper, karena dari lokasi-l hingga ke arahhilir sekitar 2 km sangat banyak dijumpai bongkahjasper merah - coklat.

t82

Page 5: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

Foto l. Bongkah jasper merah - coklat , yangtersebar di dasar sungai Tulakan

Sekitar 100 m ke arah hulu S. Tulakan dengan posisi08o ll,2g7'LS dan lllo 16,353' BT,-dijumpaisingkapan jasper diatas batugamping tufaan, warnacoklat - merah hati, bentuk membulat sompurna -membulat tanggung, diameter bervariasi antara 50 -150 cm, beberapa bagian terlihat struktur imbrikasi,ketebalan sekitar I m. Diatasnya berupa tufagampingan, warna krem hingga coklat muda, mudahhancur, lapisan iidak teratur, ketebalan sekitar 3 m

Batugamping tufaan berwarna abu-abu kecoklatan,masif dan pejal. Jasper pada singkapan ini didugamerupakan konglomerat alas Formasi Jaten bagianbawah, yang merupakan endapan sungai, tidakselaras di atas Formasi Arjosari serta merupakansumber batu jasper yang tersebar sepanjang sungaiTulakan.

Agate, Kuarsa

Di Desa Kasihan, Kec. Tegalombo, pada kedudukan08o 06,759' LS, I I 1016,216' BT dijumpai uratkuarsa yang menunjukkan pertumbuhan kristal halusserta struktur saccaroidal di permukaannya.Ketebalan urat kuarsa utama sekitar 0.5 m denganposisi N355 oE, juga dijumpai urat lainnya denganarah yang sama dan ketebalan antara l0 - 15 cm.Urat kuarsa berwarna abu-abu kehitaman, denganpertumbuhan kristal searah urat berbentuk sepertijarum halus, terkadang dijumpai galena. Batuansekitarnya berupa tufq kekuningan, ringan danmudah hancur juga dijumpai breksi vulkanik yangmerupakan anggota Formasi Arjosari. Sekitar 15 mdari urat utam4 pada tufa abu-abu cerah dijumpailapisan mangaan setebal 1.5 m yang berasosiasidenganjasper.

Fosil Kayu

Dijumpai di Dukuh Jatisari, Desa Ploso, Kec.Punung, pada posisi 08o05,396' LS dan I I1o01,666'BT, morfologi bergelombang lemah. Fosil kayuberbagai ukuran yang tertanam pada breksi batuapung Formasi Jaten. Breksi batu apung berwamaputih ke abu-abuan, fragmen berupa batu apung(dominan) serta batu lempung, ukuran 3 - 5 mm,kemas terbuk4 sortasi jelek. Fosil kayu berwarnaabu-abu kekuningan, belum mengalami silisifikasihingga silisifikasi lemah, diameter sekitar 5 - 50 cm,posisi fosil kayu tertanam pada batu pasir tufaandengan posisi N 254 'E.

Foto 2.. Foto singkapan jasper yang menunjukkanstruktur imbrikasi di atas batugamping tufaan

183

Page 6: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

Gambar l. Foto dan sketsa urat kuarsa pada tufa diDesa Kasihan

Foto 3.. Fosil kayu yang tertanam pada batupasirtufaan, lokasi 7

Fosil kayu juga ditemukan di Desa Bungur, Kec.Punung pada posisi 08o 06,579' LS, I I1005,075'BT. Belum mengalami silifikasi namun telahmengalami karbonasisasi benvarna hitam, lunak danringan, diameter mencapai 100 cm tertanam didalam batulempung tufaan dengan posisi kayu N270 '8. Batu lempung tufaan berwarna abu-abukehitaman, ringan dan mudah pecah dengankedudukan N70T/5"; diatasnya dijumpai batu pasirtufaan , berwarna kuning - coklat muda, ringan.Proses karbonisasi sangat mungkin terjadi karenakayu yang ada mati dan tertanam pada batulempung tufaan, pada kondisi yang reduktifsehingga tidak mengalami pembusukan.

Gambar 2 .Kayu terkarbonisasi dalam lempung tufaandan sketsa singkapannyaa) batupasir kerikilan dg fragmen pumis, b)batupasirtufaan, c) batulempung tufaan d) kayu mengalamikarbonasi

Petrografi

Analisa petrografi pada Jasper Tulakan, tersusunoleh mikrokristalin kuarsa, O 0.005 - 0.01 mm,membentuk banded diantara mineral opak yangterlihat dominan. Pola banded pada jasper iniditunjukkan oleh perbedaan intensitas kandunganmineral opaknya.

Foto 4. Banded mikrokristalin kuarsa diantaramineral opak pada jasper

Pada urat kuarsa di batu pasir tufaan, dijumpaimikrokistalin kuarsa berdiameter 0.001 - 0.005 mm,serta penjajaran kristal kuarsa besar berdiamter 1.0 -0.2 mm yang tumbuh tegak lurus vein. Sedangkanpada fosil kayu masih yang belum mengalamisilifikasi terlihat nyata adanya struktur cellulair

184

Page 7: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

memanjang diantara mineral opak. Sedangkan yangtefah mengalami silisifikasi struktur cettitafr iiaainampak lagi, namun sudah terisi mikrokristalinkuarsa.

t!46

s

Foto 5 .Urat kuarsa memanjang diantaramikrokristal kuarsa

Foto 6 . Struktur cellulair pada fosil kayu yangbelum mengalami silisifikasi serta kristal kuarsapada fosil kayu yang telah mengalami silisifikasi

Difral<si sinar X

Analisa XRD menggunakan alat RINT2000 wideangle geniometer, difraksi sinar X di Lab. MIPA -Kimia, Universitas Gadjah Mada dengan bentanganscanning 2.50 - 700, voitase 40 kV da-n arus 30 mA.Pola XRD pada jasper Tulakan serta urat kuarsadapat dilihat pada gambar 9 dan 10.

n ' ""i""'---T-----"LTid>?l.! pql

Gambar 9. Difraksi sinar - X pada Jasper S. Tilakan,Q : kuarsa, Sc :Sericite

,T:or"

Kimia batuan

Analisa kimia batuan pada jasper Tulakan sertabatuan di bagian atas dan bawahnya telah dilakukanberupa analisa unsur utama (major element) sertabeberapa unsur penting dengan metode ICp (WRA)kode 4B di Activation Laboratories Ltd. Canada.

Tabel l. Hasil analisa unsur utama pada Jaspertulakan (LK-2.b), batuan di atasnya (LK-2.a) danbatuan di bagian bawahnya (LK-2.c)

Lokasi LK-2.a LK-z.b LK-2.c

150

q6g

si02Al2o3(%)Fe2 03(%)MnO(%)Mgo

1.060.59

0.19

0.005

0.1I

77.20 45.4s10.90 1.65

5.62 0.55

0.030 0.033

185

0.02 0. l6

Page 8: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

(%)CaO(%)Na2 O(o/o )KzO(o/o )Ti 02(%)P2Os(%)LOr (%)TotalBa (ppm)Sr (ppm)Y (ppm)Sc (ppm)Zr (ppm)Be (ppm)v (ppm)

55. l0

0.07

< 0.0t

0.013

0.0243.36t 00.5245233

I3<l6

0.21

0.07

< 0.01

0.438

0.044.9399.4656634957<l94

28.36

0.08

0.03

0.086

0.0223.4399.84t24532

I5<l9

DISKUSI

Jasper S. Tulakan yang dijumpai pada lokasi -2,berupa boulder dengan diameter rata-rata lebih dari50 cm. Bentuk boulder rounded hingga sub roundedserta menunjukkan stnrktur imbrikasi. Singkapanbatuan dibagian atas jasper merupakan tufa terubahyang tersusun oleh gelas vulkanik, karbonat danlempung; analisa kimia batuan menunjukkankandungan CaO (55.1 yo), LOI (43.36 %), dan Sr(523 ppm) tinggi; analisa X-RD tersusun olehkarbonat dan kuarsa. Jasper tersusun olehmikrokristalin kuarsa dan menunjukkan strukturbanded; analisa kimia batuan tersusun oleh Si Oz(77 .20 %) dan Alz Or (10.90 %o), Zr (57 ppm) dan V(9a ppm) tinggi dengan LOI (4.93 %) rendah;analisa X-RD tersusun oleh kuarsa dan sericite.Bagian bawah jasper merupakan batugampingmikrit; mengandung Si Oz (45.45 yo), Ca O(28.36 yo), LOI (23.43 %o) dan Sr (453 ppm) tinggi;analisa X-RD tersusun oleh kuarsa, sericite dankarbonat. Unsur-unsur yang mempunyai mobilitastinggi (Sr dan Ba) dan mudah larut (Na, K Ca)serta oksida immobile (Ti Ot tidak menunjukkankorelasi terjadinya pergerakan unsur mobile tersebutdari bagian atas ke bawah, hal ini menandakanbahwa proses-proses pengkayaan supergen tidakterjadi, sehingga jasper pada lokasi ini terbentuksebagai endapan sungai purba pada bidangketidakselarasan antara Formasi Jaten denganFormasi Arjosari.

Urat kuarsa pada lokasi 6 yang menghasilkanagate, kalsedon dan kristal kuarsa seringmenunjukkan tekstur s accaroidal serta pertumbuhankristal kuarsa halus. Urat kuarsa tersusun olehmikrokristal kuarsa yang tumbuh tegak lurus vein;data X-RD tersusun oleh kuarsa dan sericite. Tufayang berada disekitarnya tersusun oleh gelasvulkanik yang sebagian terubah menjadi oksida besidan lempung; data X-RD tersusun oleh kuarsa dansericite. Berdasarkan data-data tersebut maka uratkuarsa pada lokasi ini merupakan endapan epitermaldimana menurut Buchanan (1981) terbentuk padachalsedonik supetzone dengan alterasi sericitedisekitarnya.

Fosil kayu yang dijumpai pada lokasi - 7 telahmengalami proses silisifikasi (silisified wood) didalam breksi batu apung Formasi Jaten; d^tapetrografi tersusun oleh mikrokristalin kuarsa( 60 %), serat kayu dengan struktur cellulair (30 %)dan oksida besi (10 %).Hal ini menandakan bahwaproses silisifikasi yang kemungkinan dihasilkan dariproses pengkayaan supergen hasil pelapukan breksibatu apung telah terjadi. Sedangkan fosil yangditemukan di desa Bungur Kecamatan Punung tidakmengalami silisifikasi namun hanya mengalamikarbonasi dimana hal ini terlihat jelas dengankenampakan stmktur cellulair yang belum terisioleh silika serta warna kehitaman. Proses silisifikasibelum berjalan namun hanya proses karbonasi, halini kemungkinan terjadi karena kayu tersimpanpada batulempung tufaan yang bersifat impermeabelsehingga proses sirkulasi air yang membawa silikaterlarut tidak terbentuk, berbeda dengan lokasi PCT-7 dimana kayu terdapat pada breksi batu apungsehingga terjadi proses sirkulasi air yang membawasilika terlarut sehingga terjadi proses silisifikasipada kayu.

KESIMPULAN

Proses pembentukan batumulia pada rangkaianpegunungan selatan jawa di Pacitan terjadi karenaproses hidrotermal, pengkayaan supergen sertasebagai endapan sungai purba.

Proses hidrotermal menghasilkan endapanepitermal dan urat-urat kuarsa suhu rendah. Prosesini akan membentuk kristal kuarsa, amethyst dankalsedon pada Formasi Arjosari. Kristal kuarsa yangdihasilkan sering membentuk struktur comb serta

186

Page 9: Proses Pembentukan Batumulia Pada Rangkaian Pegunungan …

saccaroidal dengan ukuran besar sehingga bernilaiekonomi.

Fosil kayu yang didapatkan di sekitar Kec.Punung dihasilkan dari proses pengkayaan supergendari breksi batu apung pada Formuii fut"n yingbelum maksimal sehingga silisifikasinya iiau[sempurna.

Jasper yang banyak ditemukan di S. Tulakan,

Jne1ln-akan endapan sungai purba pada bidangketidakselarasan antara Formasi Jaten dengaiFormasi Arjosari.

DAFTAR PUSTAKA

Ansori C., Siregar S., Sumantri T.A.F.,2003,"Preliminary Study Of Opal Genesis AtLebak Regency, Banten,, proceedingInternational Conference On Mineral andEnergy Resources Managemenl UpN"Veteran" - Y o gy akarta.

Ansori C., Harijoko A., Warmada W, 2006," Characterictics and genesis of preciousOpal-CT from Banten, Java, Indonesia"Proceeding the 8 th Field Wise Seminar onGeological Engineering Field, the 3 rdInternasional Symposium & Exhibition onEarth Resouces and Geological EngineeringEducation, Gadjah Mada University _

o"", *If55l,Tl R.A., and Zussm an, I; Le67:, AnIntroduction to rock forming mineral" v.3,Longman, London.

Evans A.M., 1993, "Ore Geologt and IndustrialMinerals, an Introduction" third edition,Blackwell Scientific publications, London.

Fisher, R.V. and Schmincke, H.U., lgg4,"Pyroclastic Rocl<s", Springer-Verlag, NewYork - Tokyo

Greenbaum WW. GG,1988, ,,The Gemstone

Identifiet'', Prentice Hall press, New york.Hulburt, C.S., dan Switzer, G.S., 1979 ,,Gemologi,,

John Willey publication, New york _Brisbane - Toronto.

Kerr, Paul F, 1959, *Optical Mineralogy,,, Mc.Graw Hill Book Company, Inc, NewYork,Toronto, London

Kingston Morrison Limited., l9g7 ,,Important

Hydrothermal Minerals and TheirSi gnifi c ance ", New Zealand

Rollingson H., 1993 *(Jsing Geochemical Data:evaluation, presentation, interpretation"Longman Publisher, Singapore.

Samudera H, Gafoer S, Tjokrosapoetro, lggz"Geologi Lembar pacitan-Jawa" pusatPenelitian dan pengembangan Geologi,Bandung

Sampurno, Samudera H, lg97 .. peta GeologiLembar Ponorogo, Jawa" pusat penelitiandan Pengembangan Geologi, Bandung

Soeria Atnaja R., Maury R.C., Bellon H.,Pringgoprawiro H., polve M., and priadi B.,1.991, "The Tertiary Magmatic Belt in Java,,Joumal of South East Asian Earth Sciences,Vol 9, No %, p 13 -27

Morrison G., Guoyi D., Jaireth 5.,1990 ,,Textural

Zoning In Epithermal euartz Vein,,Klondike Exploration Services, euinsland

William H., Turner F .J., Gilbert C.M., lgg} ,,

Petrography, An Introduction to The Studyof Rocl<s in Thin Section" Freeman andCompany, New York.

187