Upload
truongtruc
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSES PENYEMBELIHAN HEWAN DENGAN METODE STUNNING DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)
Riadi Barkan
NIM: 108043100022
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 mei 2014
Riadi Barkan
ABSTRAK
Riadi Barkan. NIM 108043100022. PROSES PENYEMBELIHAN HEWAN
DENGAN METODE STUNNING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Konsentrasi
Perbandingan Mazhab Fiqh, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 1435
H/2014 M. + 59 halaman + 1 Lampiran.
Masalah utama dalam skripsi ini adalah mengenai pembahasan hukum penyembelihan
dengan cara stunning. Dimana stunning ini merupakan penyembelihan dengan cara
pemingsanan terlebih dahulu pada hewan yana akan disembelih dengan menggunakan listrik.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah stunning ini sesui dengan syariat Islam.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penulis tidak menggunakan
sample. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan dimana penulis
pengidentifikasian secara sistemis dari sumber yang berkaitan dengan objek. kemudian
penulis menganalisis dengan cara deduktif dan komperatif yakni penulis memulai dari teori
masalah penyembelihan yang bersifat umum, selanjutnya penulis kemukakan secara khusus
dengan masalah penyembelihan dengan sunning. Secara teoritis penulis melakukan
pembahasan ini dengan melihat perbandingan aspek Fiqh Islam.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyembelihan dengan cara stunning telah sesuai
dengan syariat Islam karena hewan yang dipingsankan dapat hidup kembali, dan dengan
catatan jenis stunning tersebut tidak melukai atau menyakiti hewan yang akan disembelih.
Kata kunci : Stunning, Ihsan, Animal Walfare.
Pembimbing : Dr. Fuad Thahari, MA
Daftar pustaka : tahun 1978 s.d tahun 2012
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur selalu dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya serta berbagai anugrah melimpah yang diberikan
kepada kita semua, khususnya penulis, sehingga penulis mampu menyelasaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam disampaikan pula kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, para keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Berkat beliau
dan para penerusnya, penulis mengenal Islam dan berusaha menjadi muslim yang baik.
Dalam proses penulisan skripsi ini, tentu saja banyak pihak yang membantu penulis.
Mulai dari guru-guru, staf perpustakaan, keluarga dan kawan-kawan penulis dan sebagainya.
Untuk itu, izinkan penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak atas bantuan, motivasi, dukungan, saran, dan kritik, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
1. Penulis haturkan banyak terima kasih kepada dekan Fakultas Syariah dan Hukum, yaitu
bapak Dr. J.M. Muslimin MA.
2. Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab dan fiqh bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag,
beserta wakilnya bapak Fahmi M. Ahmadi M.Si, yang telah memberikan motifasi kepada
penulis dan juga tak lupa Penasehat Akademik yaitu Dr. H. Asroru Ni'am, Lc meskipun
beliau sibuk, akan tetapi masih dapat menyempatkan waktunya untuk bertatap muka,
sehingga penulis dapat berkonsultasi masalah skripsi ini.
3. Dosen pembimbing penulis yaitu Dr. Fuad Thari, MA, yang telah sabar membimbing
penulis dan memberikan banyak sekali pelajaran yang dapat penulis ambil, baik dalam
hal penulisan skripsi, isi skripsi maupun moral penulis seperti menghargai waktu,
kejujuran dan kesabaran.
4. Para guru-guru penulis yakni KH. Bunyamin, KH. Bahruddin, H. Najamuddin S.Pdi yang
telah memberikan motifasi kepada penulis agar penulis tidak menunda dalam pembuatan
skripsi ini. Alm Drs. KH. Muhammad Yunus yang sebelum wafatnya berpesan agar
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi gelar sarjana syariah, Dan juga
DR. Sudirman Abbas yang telah memberikan bahan berupa buku-buku untuk skripsi
penulis. Serta tak lupa penulis berterima kasih kepada guru sekaligus paman penulis Ust.
Ahmad Syamwil S.Th, yang telah memberi pemahaman ketika penulis kesulitan dalam
memahami sumber bacaan untuk skripsi ini.
5. Tak lupa juga orang tua sekaligus motivasi tersendiri bagi penulis ayahanda H. Amrullah
dan ibunda Hj. Zainah, berkat air mata dan doa beliau, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Penulis berterima kasih juga kepada bapak Dr. Achmad Badawi, MM dan bapak
Muhammad Thoha yang telah menyisihkan hartanya untuk pendanaan skripsi penulis.
7. Terima kasih juga kepada Keluarga besar alm. H. Munzir dan keluarga besar alm H.
Abdurrahman.
8. Terima kasih teman seperjuangan penulis, semasa kuliah khususnya Ahmad Reza Fahlefi,
Suhendra, Asmahadi, Fauzan dan Humaidah.
9. Terima kasih kepada saudara-saudara penulis, khususnya Muhammad Ilham yang telah
menemani penulis ke perpustakaan Iman Jama untuk mngerjakan skripsi ini.
10. Para staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Iman
Jama, yang begitu banyak membantu penulis dalam mencari bahan-bahan untuk skripsi
penulis.
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 5
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
E. Metode Penelitian ................................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 10
BAB II PENGERTIAN PENYEMBELIHAN
A. Pengertian Penyembelihan ................................................................ 11
B. Orang Yang Menyembelih ................................................................ 24
C. Binatang Yang Disembelih ............................................................... 27
D. Alat Menyembelih ............................................................................. 34
BAB III PENYEMBELIHAN HEWAN SECARA STUNNING
A. Pengertian Penyembelihan Hewan Secara Stunning ......................... 45
B. Pengertian Ihsan Dalam Menyembelih ............................................. 48
BAB IV PANDANGAN ISLAM TENTANG PENYEMBELIHAN SECARA
STUNNING
A. Pendangan Islam Dalam Penyembelihan Secara Stunning .............. 52
B. Analisis Penyembelihan Secara Stunning ........................................ 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ihsan dalam Islam jelas membuktikan tentang nilai perasaan kasih sayang yang perlu
dimiliki oleh seorang muslim di mana perasaan ini memberikan pengaruh yang sangat besar
dalam pembentukan jiwa manusia.
Perlakuan yang baik terhadap hewan menjadikan mereka mampu bertindak lebih
produktif dalam memberikan keuntungan bagi manusia. Sapi perah misalnya, akan menjadi
terhenti prodiktifitas susunya jika diperlakukan secara kasar atau karena suatu hal yang
membuat sapi tersebut menjadi stress, sayangnya tidak banyak yang mengetahui bila hewan
juga mempunyai hak atas hidup yang sama seperti manusia.1
Allah SWT telah mewajibkan manusia untuk berbuat baik. Oleh karena itu, jika kita
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisau
dan memberi kelapangan bagi hewan yang akan disembelih. Seseorang menyembelih hewan
untuk dimakan bersama keluarga atau untuk disedekahkan kepada fakir miskin. Dalam hal ini
Islam telah memberikan aturan dan tata cara menyembelih.2 Islam memerintahkan untuk
belaku baik dalam menyembelih, di mana alat yang digunakan harus benar-benar tajam dan
tidak menyiksa hewan sebelum disembelih dan juga harus menyebut nama Allah.3
Penyembelihan hewan harus sesuai dengan tuntunan Islam. Jika tidak, maka akan berdampak
kepada daging yang akan dikonsumsi oleh masyarakat tentang kehalalan makanan tersebut.
1 Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam dalam Islam (Jakarta 2005, yayasan obor
Indonesia.hal. 47.
2 Abdul Aziz, Ensiklopedia Etika Islam, (Jakarta: Maghfirah Pustaka), hal. 681.
3 Yusuf Qardhawi, Halal Dan Haram, (Jakarta: Robbani Press, 2011),cet XI, h. 62.
Dalam Islam, konsep dasar makanan itu ada tiga, yaitu halal, haram, dan subhat. Halal
seperti apa yang tercantum dalam Al-Quran yang berarti dibenarkan atau dibolehkan.
Sedangkan haram adalah sesuatu yang sangat dilarang keras dan harus dihindari. Sedangkan
subhat adalah sesuatu yang dicurigai di dalamnya terdapat bagian halal dan haramnya.4
Pengolahan makanan yang dilakukan manusia dengan cara yang haram atau
mencampuradukkan dengan sesuatu yang haram maka hukumnya adalah haram, baik dalam
mengelolanya maupun memakannya.5 Proses penyembelihan sangat berpengaruh terhadap
makanan yang dihasilkan. Di sini juga diperlukan pemanfaatan teknologi dalam
penyembelihan hewan.
Ajaran Islam juga ikut mendorong dan menuntun perkembangan sains dan teknologi.
Islam mengajarkan manusia sebagai khalifah dimuka bumi untuk memikul tugas pokok
sebagai hamba Allah selalu beribadah kepada-Nya, artinya bahwa segala bentuk dan macam
hasil sains dan eksplorasi alam tetap dalam kerangka untuk mendekatkan diri dan bertakwa
kepada Allah, sehingga hasil dari seluruh penciptaan tidak kehilangan transendensinya
terhadap Tuhan.6
Namun harus juga diperhatikan bahwa IPTEK tidak selalu berdampak positif bagi
umat manusia, IPTEK berkaitan dengan pengolahan makanan juga dapat berdampak negatif
terhadap kualitas makanan tersebut.7 Hal ini untuk menciptakan makanan yang halal (jelas,
bersih, diizinkan). Istilah ini sering digunakan secara bertentangan dengan istilah haram.
Dalam penggunaan secara umum, istilah ini bermakna makanan yang disembelih dengan baik
4 Moh. Muchtar Ilyas, Islam Dan Produk Halal, (Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2007).
5 Quraish Sihab, Tanya jawab Mistik, Seks, dan Ibadah, (Jakarta: Republika, 2004), cet II. h. 47.
6 Sairul Halim, Menguak keterpaduan Sains Teknologi Islam, (Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1998),
Cet III, hal 72.
7 Kantor Menteri Negara Urusan Pangan RI, (Jakarta: 1995) hal 123.
dan disiapkan untuk orang muslim.8 Seiring perkembangan zaman berbagai kemudahan
diberikan, termasuk peralatan modern yang dapat mempermudah proses penyembelihan dan
pengolahan hewan dengan menggunakan mesin.
Penyembelihan hewan secara mekanis ini memiliki proses yang begitu panjang
hingga menjadi barang yang siap untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu prosesnya
adalah dengan metode stunning yaitu pemingsanan pada hewan yang akan disembelih dengan
menggunakan aliran listrik.
Metode stunning untuk hewan dengan skala kecil biasanya dengan cara ayam digantung
dengan kepalanya menghadap ke tanah (bukan kiblat), ayam disiram dengan air dingin dan
dialiri muatan listrik. Penyiraman air yang bermuatan listrik untuk membius memang tidak
menyebabkan kematian ayam. Akan tetapi, jika ayam dalam kondisi sakit akan menyebabkan
ayam mati sebelum disembelih. Untuk hewan ternak besar seperti sapi dan kambing, biasanya
digunakan metode penembakan atau pemukulan pada bagian kepalanya. Dengan pistol dan
peluru khusus, proses penembakan ini dilakukan pada ukuran kaliber yang berbeda-beda
sesuai dengan besar kecilnya ukuran sapi. Metode ini dikenal dengan captive bolt pistol yaitu
kepala yang ditembak dengan peluru tumpul yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
otak, sehingga ternak akan mengalami goyah dan pingsan. Dalam keadaan pingsan inilah sapi
menjadi lebih mudah untuk dikendalikan, sapi tersebut akan jatuh dan langsung disembelih
oleh jagal.9
Berdasarkan masalah di atas penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai hukum
pemotongan dengan metode stunning yaitu penyembelihan pada hewan yang dipingsankan
terlebih dahulu dengan menggunakan aliran listrik yang menyebabkan tersiksanya hewan
8 Muhammad Iqbal & William Hunt, Ensiklopedi Ringkas tentang Islam, (Jakarta: Taramedia, 2003), h.
131.
9 htpp://www.kemenag.go.id.
yang akan disembelih. Apakah sesuai dengan konteks hukum Islam atau malah bertentangan
dengan hukum Islam.
Penulis tertarik untuk membahas tentang hukum proses penyembelihan secara
mekanis dengan fokus menggunakan metode stunning pada hewan yang akan potong dengan
mengambil judul “PROSES PENYEMBELIHAN HEWAN DENGAN METODE
STUNNING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas agar pembahasan ini tidak meluas dan agar pokok permasalahan
tidak melebar, pada penyembelihan secara mekanis banyak sekali macamnya dan proses
hingga menjadi daging yang siap diedarkan, namun penulis membatasinya pada pandangan
hukum Islam terhadap penyembelihan secara mekanis dengan proses stunning.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah penyembelihan dengan cara stunning telah memenuhi unsur ihsan terhadap hewan ?
b. Bagaimana tata cara dan ketentuan penyembelihan dengan metode stunning ?
c. Bagaimana pandangan Islam mengenai penyembelihan dengan cara stunning ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:
a. Untuk mengetahui konsep ihsan dalam menyembelih secara mekanis.
b. Untuk mengetahui tata cara dan ketentuannya.
c. Untuk mengetahui pandangan Islam tentang penyembelihan secara mekanis.
2. Manfaat Penelitian
Sementara manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini memberikan pemahaman
kepada masyarakat agar menggunakan alat pemotong hewan, serta menambah khazanah
keilmuan penulis.
D. Tinjauan Pustaka
Secara historis, bahwa sebelumnya sudah ada beberapa buku yang membahas masalah
mengenai pemotongan secara mekanis, yaitu :
Pertama: Buku ”Halal Dan Haram”, Penulis Dr. Yusuf Qardhawi, dalam buku ini
menjelaskan tentang makanan baik yang halal maupun yang haram dengan prosesnya sesuai
dengan syariat islam pada masa modern. Sedangkan penulis lebih fokus kepada pendapat
ulama tentang penyembelihan menggunakan alat modern dengan metode stunning.
Kedua: Buku Islam Dan Produk Halal karangan Drs. H. Moh. Muchtar Ilyas, Tahun
2007. Dalam buku ini membahas agar masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih
produk yang halal dikarenakan proses yang berkembangnya zaman modern. Sedangkan
penulis lebih fokus dengan posesnya yang dilakukan secara mekanis.
E. Metode Penelitian
Untuk menghasilkan suatu karya ilmiah, perlu menggunakan pendekatan yang tepat
dan sistematis, sebagai pegangan dalam penulisan skripsi dan pengolahan data untuk
memperoleh data yang valid.
1. Jenis data
Dalam sebuah penelitian dibedakan dua jenis data, yaitu pertama yang diperoleh
langsung dari masyarakat (primary data atau basic data), kedua data yang diperoleh dari
bahan kepustakaan (secondary data).10
Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis data yang kedua, yaitu data
kepustakaan yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, koran, internet, yang
menjadi insiprasi penulis, dan kumpulan fatwa MUI.
2. Sumber data
Seperti data yang telah penulis paparkan di atas, bahwa pembahasan skripsi ini
bersumber dari bahan kepustakaan (secondary data), oleh karena data yang dikaji bersumber
dari bahan-bahan kepustakaan yang terkait dengan pembahasan ini, maka sumber data
penulis adalah buku-buku fiqih, internet, kumpulan fatwa MUI dan buku-buku lain yang
mendukung pembahasan ini.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh
data yang diperlukan.11
Dalam pengumpulan data ini penulis berusaha mengumpulkan data-
data yang berkaitan dengan menggunakan pustaka-pustaka utama.
Dari data yang terkumpul, penulis menggali keterangan tentang kriteria halal dan
haram suatu penyembelihan. Proses selanjutnya penulis berusaha mengklasifikasikan data-
data tersebut, dan penulis dapat menggambarkan tentang pembahasan.
4. Teknik analisis data
Teknik analisis data meliputi upaya melihat, membaca, menganalisa, menafsirkan,
dan membandingkan bahan-bahan dokumen yang meliputi: (1) otobiografi; (2) surat-surat
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), cet. 3, h.
12.
11
Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), cet. 3, h. 211.
pribadi, buku atau catatan harian (jurnal), kenang-kenangan; (3) surat kabar; (4) dokumen-
dokumen pemerintah; (5) laporan.12
Inilah yang disebut dengan analisis data kualitatif.
Ada dua teknik yang penulis gunakan dalam menganalisis data, yaitu :
a. Metode deduktif
Metode deduktif adalah teknik analisis data yang dimulai dari teori yang bersifat umum,
selanjutnya dikemukakan kenyataan yang bersifat khusus.13
Dalam menerapkan metode
deduktif tersebut penulis memulai dari teori masalah penyembelihan dan stunning yang
bersifat umum, selanjutnya penulis kemukakan secara khusus.
b. Metode komperatif
Metode komperatif ini adalah teknik analisis data dengan membandingkan antara beberapa
sistem atau fenomena yang berbeda dengan membandingkan aspek dan diakhiri dengan
rumusan kesimpulan.14
Secara teoritis penulis melakukan pembahasan dengan melihat aspek
Fiqh Islam.
5. Cara pendekatan
Ada dua cara pendekatan yang penulis terapkan dalam membahas penelitian ini, yaitu:
15
a. Pendekatan Normatif, yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang menitikberatkan kepada
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
b. Pendekatan Tekstual, yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang menitikberatkan kepada
dalil-dalil.
6. Teknik Penulisan
12
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) h. 103. 13
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 30.
14
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 31.
15
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 31.
Adapun untuk teknik penulisannya, penulis memakai acuan dari buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran mengenai materi yang menjadi pokok penulisan
skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan penulisan,
maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I, Merupakan pendahuluan, memuat latar belakang, pembahasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan dan sistematika penulisan.
BAB II, Pengertian penyembelihan memuat tentang definisi penyembelihan, orang
yang menyembelih, alat sembelihan, hewan yang disembelih.
BAB III, Pengertian penyembelihan secara stunning, memuat tentang definisi
penyembelihan hewan secara stunning, berperilaku ihsan terhadap hewan sembelihan.
BAB IV, Pandangan Islam tentang penyembelihan secara stunning, memuat tentang
pendapat Islam mengenai penyembelihan secara stunning dan analisis tentang proses
penyembelihan yang dibolehkan dan diharamkan.
BAB V, merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
PENGERTIAN PENYEMBELIHAN
A. Pengertian Penyembelihan
Fiil (kata kerja) dari kata dzakaah ialah dzakkaa, yudzakkii, dzaka‟an.16
Az Zakat
asalnya at tathayyub. Misalnya kata: raihatun zakiyyatun artinya: bau yang sedap, az
zabhu dinamai dengan kata ini (Az Zakatu) karena pembolehan secara hukum syara
membuatnya menjadi thayyib (baik, harum, sedap) dan dikatakan pula az zakatu
bermakna at tatmin (Penyempurna).17
Az Zakaat bermakna az zabah atau an nahar isim
masdar dari zakiyyun.18
Ulama Hanafi dan Maliki memberi takhrif sebagai memutuskan saluran urat.
Urat-urat yang perlu diputuskan adalah sebanyak empat, yaitu: urat hulkum, urat Mari‟
dan dua urat darah di kiri dan kanan hulkum.19
Adapun pendapat ulama Syafi‟i dan
Hanbali, az zakah ialah sembelihan binatang yang mampu dikuasai dan harus dengan
memutuskan hukum dan mari‟.20
Adapun syarat-syarat penyembelihan meliputi:
1. Mengucapkan nama Allah (Basmalah)
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum mengucapkan nama Allah ketika
menyembelih, terbagi menjadi tiga pendapat: 21
a. Ada yang berpendapat fardhu (wajib) secara mutlak.
b. Pendapat lain mengatakan fardhu ketika ingat dan gugur kewajiban ketika lupa.
16
Abu Sari‟ Muhammad Abdul Hadi, Hukum Makanan Dan Sebelihan Dalam Pendapat Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1997), h. 94.
17
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Penerjemah Kamaluddin, (Bandung: PT. Alma‟arif), jilid 13 h. 122. 18
Muhammad Abu Faris, Ahkamu Az Zabah Fil Islam, Maktabah Al manar, h. 34. 19
Syed Ahmad Syed Hussain, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, (Malaysia: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1994), h. 747.
20
Syed Ahmad Syed Hussain, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 748. 21
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid. Penerjemah Beni Sarbeni, Abdul Hadi, zuhdi, (Pustaka azam,
2006), jilid I, h. 939.
c. Pendapat terakhir mengatakan sunnah yang ditekankan (mu‟akad)
Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini sebagai berikut:
a. Mazhab Hanafi
Imam Ala al-din al-Samarqandi22
berkata, “Adapun syarat-syarat kehalalan
(dalam sembelihan) di antaranya adalah membaca basmalah (saat menyembelihnya).
Seandainya basmalah tersebut dengan sengaja dibaca, maka menurut mazhab kami
hukumnya tidak halal”. 23
Imam Al-Kasani24
berkata, “Adapun syarat dalam menyembelih (yang sah)
jumlahnya bermacam-macam, diantaranya adalah membaca basmalah ketika ingat
menurut mazhab kami”. Kemudian beliau menyebutkan dalilnya, pendapat kami ini
berdasarkan firman Allah SWT:
(/ ٦:١٢١االنعام)
Artinya : Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama
Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah
suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya
agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (Al-An‟am 6:121)
Dari ayat tersebut ada dua hal yang dijadikan dalil yaitu:25
22
Beliau adalah Muhammad bin Ahmad bin Abu Ahmad, Abu Bakar „Ala Al-Din Al-Samarqandi.
Beliau merupakan seorang pakar dari kalangan tokoh ulama Hanafiyyah. Beliau bermukim di Halb dan
namanya melambung lewat bukunya Tuhfah al-Fuqa. Di samping itu, beliau juga memiliki kitab-kitab lainnya,
seperti al-Ushul. Beliau meninggal pada tahun 450 H. lihat al-Zirikli, juz V, h. 317.
23
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2009), h. 314.
24
Beliau adalah 'Ala 'al-Din Abu Bakar bin Mas'ud bin Ahmad al-Kasani al-Hanafi yang dijuluki malik
al-Ulama (rajanya para ulama). Namanya dinisbatkan pada Kasan, sebuah kota di negeri Turkistan, di belakang
sungai Sihun, belakang Syasy Beliau belajar fiqih kepada Imam Abu Bakar al-Samarqandi dan membaca
sebagian besar karyanya di hadapannya. Beliau meningga di Halb pada tahun 578 H. lihat „Umar Ridha
Kahalah, Mujam al-M‟allifin, Juz III, hal 75-76, dan al-Taqy al-Ghazi, al-Thabaqat al-Saniyyah Fi Tarajim al-
Hanafiyyah, juz I, h. 148. 25
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 314.
Pertama: Larangan yang mutlak di atas menunjukkan haramnya objek
perbuatan yang dilarang.
Kedua: Allah menyebut perbuatan mengonsumsi hewan yang tidak disebut
nama Allah (ketika disembelih) sebagai suatu kefasikan.
Kemudian Imam Al-Kasani berkata, “Kami mendapatkan sebuah riwayat dari
Rasyid bahwa Nabi saw bersabda:
كالذكدي الص ود م عت ي ال مم لس يل ن اوللحملس مال ةحي بذArtinya : Sembelihlahan orang muslim adalah halal meskipun ia tidak menyebut
nama Allah (ketika menyembelihnya), selagi ia tidak sengaja (meninggalkannya),
demikian pula hewan buruan.26
Karenanya, para ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa apabila tidak
membaca basmalah dengan sengaja ketika menyembelih, maka sembelihannya tidak
halal. Jika tidak membaca basmalah itu karena lupa, maka sembelihannya halal.
Karena makna ayat al-Quran di atas tidak mencakup sembelihan yang tidak dibacakan
basmalah.27
Al-Kasani berkata, “Adapun ayat Al-Quran tersebut yang tidak mencakup
sembelihan yang tidak dibacakan basmalah, maka hal itu karena dua hal:
Pertama, Allah berfirman, ق س ف ل ه ن ا و “sesungguhnya perbuatan tersebut adalah
suatu kefasikan”. Yaitu tidak membaca basmalah saat menyembelih adalah suatu
kefasikan. Apabila tidak membaca basmalah itu karena lupa, maka hal itu bukanlah
suatu kefasikan. Begitu pula setiap kali lupa membaca basmalah, maka tidak disebut
suatu kefasikan, karena hal ini merupakan masalah ijtihadiyyah (hukum yang
ditetapkan oleh hasil ijtihad). Adanya perbedaan pendapat di antara sahabat dalam hal
26
lihat kitab bughyah al-Bahits„an zawa„id musnad al-Harits karya al- Harits bin Abu Usamah, juz 1,
hal 478. Hadis ini diriwayatkan oleh Harits bin Abu Usamah, dalam hadits ini dha„if karena di dalam sanadnya
terdapat rawi bernama al-Ahwash bin hakim. Ia adalah seorang yang dha‟if maka haditsnya tidak dapat
dijadikan hujjah dalam syariat Islam. 27
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 314.
ini, menunjukan bahwa yang dimaksud dengan ayat al-Quran di atas tidak membaca
basmalah dengan sengaja, bukanlah karena lupa. 28
Kedua, seorang yang lupa (membaca basmalah) tidak disebut meninggalkan
membaca basmalah, melainkan ia tetap menyebut nama Allah (berzikir), karena zikir
dapat dilakukan dengan lisan maupun dengan hati. Allah Swt berfirman:
(١١:٢١ الكهف)
Artinya : Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini;
dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati
batas. (Al-Kahfi 18:28)
Seseorang yang lupa dalam menyebut nama Allah, maka sembelihannya tetap
boleh dimakan. Karena pada dasarnya ia telah berzikir di dalam hatinya, hal ini
berdasarkan riwayat dari Ibn Abbas ra bahwa beliau ditanya tentang seorang pria yang
menyembelih tetapi lupa untuk menyebut nama Allah ketika menyembelih. Maka
beliau menjawab: “Nama Allah Swt selalu ada di hati setiap muslim, maka hendaklah
ia makan (sembelihannya)”.29
b. Mazhab Maliki
Imam Sahnun30
berkata kepada Imam Ibn al-Qasim,31
“Aku bertanya :
28
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 315. 29
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran Dan Hadits, h. 316.
30
Beliau adalah 'Abd al-Salam bin Sa'id bin Habib al-Tanuhi, diberi gelar Sahnun. Beliau seorang Qadhi yang ahli fiqih. Pengaruh keilmuannya tersebar di wilayah Barat Beliau adalah seorang zahid yang tidak mengharapkan jabatan dalam ceramahnya. Asalnya dari Syam, di wilayah Himsha. Beliau lahir di Qairawan pada tahun 160 H. Beliau menjabat Qadhi sejak tahun 234 H sampai meninggal dunia pada tahun 240 H. Riwayat-riwayat Hadisnya banyak sekali. Beliau meriwayatkan al-Mudawanah tentang masalah-masalah furu' madzhab Maliki, dari 'Abdurrahman bin Qisim, dari Imam Malik. Lihat al-Zirikli, juz VI, h. 5.
Bagaimana bacaan basmaalah ketika menyembelih menurut Malik ? beliau menjawab
bahwa Imam Malik32
berkata, “Bismillahi Wallahu Akbar” aku bertanya : “Apakah
Imam Malik memakruhkan membaca salawat terhadap rasulullah setelah membaca
basmalah, atau membaca Muhammad Rasulullah setelah membaca basmalah ketika
menyembelih ? Beliau menjawaab “Aku belum pernah mendengar dari Imam Malik
sedikitpun tentang itu”, dalam hal menyembelih tidak disebut kecuali nama Allah
saja.33
Imam Al-Baji34
menuturkan bahwa Imam Malik meriwayatkan dari Hisyam
bin Urwah dari ayahnya, beliau berkata:
لن اماسنن افقي للو:يارسلاللمل سووي لعاللل صاللولسرلئس ةيادبال اى وي لعاللل صاللولسرالق ف لم ااهي لعاللواسمىل يرد نلانمح لابنن و ت أ ياوىلكث اهي لعاللواسممل سو
Artinya : “Rasulullah SAW ditanya tentang sesuatu : “yaitu wahai Rasulullah SAW,
sesungguhnya sekelomok orang badui memberikan kami daging, sementara kami
tidak mengetahui apakah mereka menyebut nama Allah atasnya atau tidak ? lalu
beliau bersabda : “sebutlah nama Allah lah kalian atasnya, kemdian makanlah”. 35
Kemudian Al-Baji mengomentari perkataan penanya di atas, “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya penduduk pedalaman datang dengan membawa daging
31 Beliau adalah Abdurrahman bin al-Qasim bin Khalid bin Junadah al-'Itqi al-Mishri Gelarnya adalah
Abu 'Abdillah tetapi lebih populer dengan sebutan Ibn al-Qasim. Beliau seorang ahli fiqih yang zuhud dan pandai. Beliau belajar ilmu agama kepada Imam Malik dan seiring berdiskusi dengannya. Beliau lahir di Mesir pada tahun 132 H. Kitabnya yang berjudul al-Mudawwanah al-Kubra sebanyak 16 juz. Kitabnya ini sekaligus menjadi referensi terbesar dalam Madzhab Maliki. 'Beliau meriwayatkan hadis dari Imam Malik pada tahun 191
H, beliau meninggal di Mesir. Lihat al-Zirikli, juz III, h. 323.
32 Beliau adalah Malik bin Anas bin Malik al-Ashbahi al-Himyari, dengan gelar Abu 'Abdillah, seorang
Imam Madinah dan termasuk salah seorang Imam madzhab yang empat. Sebutan al-Malikiyyah dinisbatkan kepada namanya. Beliau lahir di Madinah pada tahun 93 H. Beliau konsentrasi dalam menjalankan agamanya, jauh dari pengaruh para amir dan raja. Beliau meninggal di Madinah pada tahun 179 H.
33
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran Dan Hadits, h.316.
34
Beliau adalah Sulaiman bin Khalaf bin Sa'ad al-Tajibi al-Qurthubi, Abu al-Walid al-Baji. Beliau adalah ulama fiqih senior dari kalangan Malikiyyah. Beliau termasuk perawi Hadis. Asalnya dari Batlius. Beliau lahir di Bajah Andalusia pada tahun 403 H. Beliau mengembara ke Hijaz pada tahun 426 H dan menetap di sana selama tiga tahun. Beliau bermukim di Baghdad selama tiga tahun, di Mosul selama satu tahun, dan beberapa saat di Damaskus dan Halb. Kemudian beliau kembali ke Andalusia dan menjabat sebagai Qadhi. Beliau meninggal di Almeria pada tahun 474 H. Lihat al-Zirikli, juz III, h. 125.
35 Imam Malik, Al muatha, Dar Ehia Al Tourath al Arabi, Beirut, (lebanon: 2003), hadis no 493, h.
310.
sementara kami tidak mengetahui apakah mereka menyebut nama Allah atasnya atau
tidak ? “Bahwa ketetapan Rasulullah Saw terhadap mereka dalam menanggapi dan
menjawab pertanyaan orang tersebut menjadi dalil atas urgensi membaca basmalah
ketika menyembelih. Seandainya membaca basmalah tidak memiliki konsekuensi
hukum, tentu Rasulullah akan menjawabnya, ( ن ل و ىا ا و , س ة ي و س الت ن ه ن ك ي ل ا ع ه اء ى س
Kalian tidak perlu membaca basmalah (ketika menyembelih), baik membaca“ (ىاو س ت
basmalah ataupun tidak adalah sama saja”.36
Ibn Qasim meriwayatkan dari Imam
Malik dalam kitab al-mudawwanah tentang orang yang dengan sengaja tidak
membaca basmalah ketika menyembelih, beliau berkata: “Sembelihnya jangan kamu
makan. Tetapi jika ia tidak membacanya karena lupa, maka kamu boleh memakannya.
c. Mazhab Syafi’i
Imam Syafi‟i37
berkata, “Dan membaca atas sembelihan. Jika ada zikir
tambahan, maka itu lebih baik. Aku tidak memakruhkan adanya penambahan beserta
bacaan basmalah ketika menyembelih, berupa bacaan shalawat (Shalla Allah Ala
Rasulillah), bahkan aku menyukai hal itu dilakukannya. Aku menyukai seseorang
memperbanyak bacaan salawat kepada nabi Saw dalam setiap keadaan, karena zikir
kepada Allah Swt dan bacaan shalawat kepada nabinya merupakan bentuk iman dan
ibadah kepada Allah, yang insya Allah orang yang melakukannya akan mendapatkan
pahala”.38
36
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 317. 37
Beliau adalah Abu 'Abdillah Muhammad bin Idris bin al-'Abbas bin 'Utsman bin Syafi' bin al-Sa'ib
bin 'Abd Yazid bin Hisyam bin al-Muthallib bin 'Abd Manaf al-Qurasyi al-Muthallibi al-Maliki. Beliau lahir di
Gaza pada tahun 150 H. Pada usia dua tahun, beliau dibawa pindah ke Makkah. Istilah al-Syafi'iyyah
dinisbatkan kepada namanya. Karya-karyanya antara lain adalah al-Umm, al-Risdlah, dan lain sebagainya.
Beliau meninggal dunia pada akhir Rajab 204 H. lihat al-Suyuthi, Thabaqah al-Hufazh, h.153.
38
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 317.
Tampaknya Imam Syafi‟i tak sependapat dengan Imam Malik, di mana Imam
Malik Memakruhkan bacaan shalawat kepada Nabi Saw beserta bacaan basmalah saat
penyembelihan. Bahkan Imam Malik memprotes sebagian perkataan orang ketika
menyembelih, ( ك ي ل ا و ك ن ه ن ه لل ا ) “Ya Allah, sembelihan ini dari padaMu dan ia kembali
kepadaMu”. Imam Syafi‟i menambahkan bantahannya atas pendapat Imam Malik,
seraya berkata. “Kami tidak mengetahui seorang muslim dan tidak
mengkhawatirkannya ia bersalawat kepada Nabi Saw kecuali hal itu menunjukan
keimanan kepada Allah. Aku merasa khawatir bahwa setan akan merasuki pemikiran
sebagian orang-orang bodoh yang melarang menyebut nama Rasulullah Saw ketika
menyembelih hewan, untuk mencegah mereka bershalawat kepada beliau”.39
Imam Nawawi berkata, “Dianjurkan menyebut nama Allah ketika
menyembelih dan ketika melepaskan anjing pemburu atau panah yang diarahkan pada
hewan buruan. Seandainya tidak membaca basmalah karena sengaja atau lupa, maka
sembelihnya atau buruannya tetap halal”.40
d. Mazhab Hanbali
Imam Ibn Qudamah41
berkata, ”Syarat yang ketiga diantara syarat
menyembelih adalah menyebut nama Allah”. Hal ini berdasarkan firman Allah:
39
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran Dan Hadits, h. 317.
40
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran Dan Hadits, h. 318.
41
Beliau adalah 'Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah bin Miqdam bin Nashr bin 'Abdullah al-Maqdisi, kemudian al-Dimasyqi. Beliau seorang ahli fiqih yang shalih, imam yang zahid, Syeikh al-Islam, salah seorang tokoh dunia, bergelar Muwaffaq al-Din Abu Muhammad. Beliau lahir di Jamail pada bulan Sya'ban 541 H. Ketika berusia 20 tahun, beliau bersama keluarganya datang di Damaskus. Beliau mempelajari al-Qur'an di sana dan sibuk menghafal kitab Mukhtashar al-Khiraqi. Beliau belajar dari ayahnya. Kemudian beliau bersama sepupunya, yaitu al-Hafizh 'Abd al-Ghani, pindah ke Baghdad pada tahun 561 H. Di Baghdad ini, beliau mendapat pelajaran agama dari banyak para ulama. Beliau memiliki banyak karya tulis, di antaranya al-Mughni fi Syarh al-Khiraqi. Tebal kitab ini mencapai 10 jilid, mengulas masalah dalam madzhab Hanbali. Pembahasannya begitu baik dan lengkap. Kitab lainnya adalah al-Muqni' sebanyak dua jilid. Beliau meninggal di Damaskus pada tahun 620 H. Lihat: Ibn Rajab al-Hanbali, Dzail Thabaqat al-Hanabilah, juz 1, h. 237.
(/ ٦:١٢١االنعام )
Artinya : Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama
Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah
suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya
agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (Al-An‟am 6:121)
Apabila tidak membaca basmalah dengan sengaja, maka sembelihannya tidak
halal. Apabila tidak membacanya karena lupa, maka sembelihannya halal. Hal ini
berdasarkan riwayat Rasyid bin Sa‟ad bahwa Rasulullah bersabda :
كالذكدي الص ود م عت ي ال مم لس يل ن اوللحملس مال ةحي بذArtinya : Sembelihlahan orang muslim adalah halal meskipun ia tidak menyebut
nama Allah (ketika menyembelihnya), selagi ia tidak sengaja (meninggalkannya),
demikian pula hewan buruan.42
Riwayat kedua menyatakan bahwa tidak membaca basmalah saat
menyembelih, baik sengaja maupun lupa adalah boleh. Hal ini berdasarkan sebuah
riwayat bahhwa para sahabat Nabi Saw memberikan kemurahan untuk memakan
hewan yang desembelih tanpa menyebut nama Allah.
الق,ف مل سووي لعىاللل صبالن لالجراء:جالقون عالليضرةري رىبان عي ر: االلولسا قىم سين ىاسن ي وحبذ يلجالر تي ار, اال. كلعاللمس : ل ى
ملس مArtinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Bahwa ada orang datang dan bertanya
kepada Nabi Saw. “Wahai Rasulullah”, kata orang itu, “Bahwa menurut anda
tentang seseorang yang menyebelih hewan, tetapi lupa membaca basmalah”. Nabi
Saw menjawab, ”Nama Allah ada pada setiap muslim43
(HR. Al Baihaqi).
42
Lihat kitab bughyah al-Bahits„an zawa„id musnad al-Harits karya al Harits bin abu usamah, juz 1,
hal 478. Hadis ini diriwayatkan oleh harits bin abu usamah, dalam hadits ini dha„if karena di dalam sanadnya
terdapat rawi bernama al-Ahwash bin hakim. Ia adalah seorang yang dha‟if maka haditsnya tidak dapat
dijadikan hujjah dalam syariat Islam. 43
Lihat Al-sunan al-Kubra, karya Al-Baihaqi jilid IX, hal 402; sunan al-Daruquthni, juz IV, h. 295.
Imam Ibn Muflih44
memberikan alasan riwayat ini. Beliau berkata, “Apabila
membaca basmalah itu disyaratkan, maka sembelihan yang dilakukan dengan
keraguan ketika membacanya hukumnya tidak halal. Sebab, keraguan dalam syarat
merupakan keraguan dalam perbuatan yang disyaratkan itu. Padahal sembelihan yang
dilakukan dengan keraguan dalam membaca basmalah adalah halal, dengan dalil
bahwa sembelihan ahli kitab itu halal, padahal kenyataannya mereka tidak membaca
basmalah”.45
Riwayat ketiga dari Imam Ahmad adalah tidak boleh meninggalkan bacaan
basmalah, baik ketika dengan sengaja meupun kerena lupa. Hal ini berdaasarkan
firman Allah Swt:
……. (/ ٦:١٢١االنعام )
Artinya : Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama
Allah ketika menyembelih. (Al-An‟am 6:121)
Karena apabila sesuatu itu dijadikan syarat, maka sesuatu itu tidak boleh
ditinggalkan dengan alasan lupa, seperti wudhu sebagai syarat sahnya shalat.
Riwayat yang ke empat dari Imam Ahmad mengatakan bahwa membaca
basmalah merupakan syarat yang dikhususkan untuk orang muslim. Ada juga riwayat
sebaliknya bahwa membaca basmalah hanya khusus untuk ahli kitab karena didalam
diri orang muslim terdapat nama Allah.46
44
Beliau adalah Imam Al-Alim Al-Alamah Al-Hammam Syaikhul Islam Al-Faqih Al-Muhaddits
Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Muflih bin Muhammad bin Mufarraj Ar Raimani Ad Damasqi Al
Hanbali, beliau dilahirkan pada tahun 707 H. Dan wafat pada tahun 763 H. Beliau lebih dikenal dengan nama
Ibnu Muflih, salah satu guru beliau adalah Ibnu Taimiyah. Bahkan Imam Ibnu Qayyim suka bertanya dan
berknsultasi kepada Ibnu Muflih. Beliau juga meriwayatkan Hadits dari Al-Hafidz Abul Hajjaj Al-Mizzi dan Al-
Hafiz Adz-Dzahabi.
45
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 319. 46
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 320.
2. Penyembelihan hewan tersebut bisa dikuasai dengan memotong hulqun dan mar‟i
sekiranya kehidupan hewan itu masih hayyatu mustaqirrah dengan menggunakan sesuatu
yang melukai yang bukan kuku dan tulang.
Tentang spesifikasi penyembelihan, para ulama telah sepakat bahwa
penyembelihan yang dapat menjadikan halal hewan sembelihan adalah yang dapat
memutuskan dua urat leher tenggorokan dan kerongkongan, mereka berbeda pendapat
dalam beberapa hal:47
Tentang jumlah bagian yang terpotong dan kadarnya :
a. Pendapat yang masyhur dari mazhab Imam Malik dalam hal ini adalah wajib
terputusnya dua urat leher dan tenggorokannya, kurang dari itu tidak sah.
b. Pendapat lainnya mengatakan harus ke empat-empatnya.
c. Yang lain berpendapat cukup dua urat leher saja.
Tidak ada perbedaan pendapat dalam mazhab Imam Malik tentang disyaratkan
terputusnya dua urat leher, yaitu harus terpenuhi keduanya. Adapun tentang syarat
terputusnya tenggorokan terdapat perbedaan pendapat:48
a. Menurut pendapat yang mewajibkannya, ada yang mengatakan seluruhnya, dan yang
lain mengatakan sebagian besarnya saja.
b. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat yang wajib dalam penyembelihan adalah
terputusnya tiga dari empat bagian tanpa ditentukan: dua urat leher dan tenggorokan,
atau tenggorokan, kerongkongan dan tenggorokan, atau kerongkongan dan dua urat
leher.
c. Imam Syafi‟i berpendapat yang wajib adalah terputusnya kerongkongan dan
tenggorokan saja.
47
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 933. 48
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 934.
Sebab perbedaan pendapat karena tidak disebutkannya syarat yang ditetapkan
berdasarkan nash, hanya ada hadits yang membicarakan hal ini: pertama mengandung
khabar adanya mengalirkan darah saja, kedua mengandung khabar tentang tentang
memutuskan dua urat leher bersamaan dengan mengalirkan darah.49
Bahwa perbedaan pendapat didasari pada sabda Rasulullah SAW:
روقب نسعيدعن شع بةعن هعن رفاعةب نعبايةعن مس الل ورسولياقالأن وجد موذكرالد مأن هرماف قالمدىلنالي س )رواهالبخاري(فكل الل واس
Artinya: Dari Syu'bah dari Sa'id bin Masruq dari Abayah bin Rifa'ah dari Kakeknya
bahwa ia berkata, "Wahai Rasulullah, kami tidak memiliki pisau tajam?" beliau pun
bersabda: "Apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya,
maka makanlah”. 50
(HR. Bukhari)
B. Orang Yang Menyembelih
Dalam sara‟, masalah ini terbagi menjadi tiga kelompok: 51
1. Kelompok yang disepakati oleh para ulama kebolehannya melakukan penyembelihan.
2. Kelompok yang diperselisihkan oleh para ulama tidak bolehnya mereka melakukan
penyembelihan.
3. Kelompok yang diperselisihkan kebolehannya untuk melakukan penyembelihan.
Adapun kelompok yang disepakati oleh para ulama kebolehannya untuk
melakukan penyembelihan adalah mereka yang memenuhi lima syarat berikut:52
1. Islam
2. Laki-laki
3. Baligh
49
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 934. 50
Lihat shohih al Bukhari, pada Bab: Penyembelihan dan perburuan, No. Hadist : 5074. Shohih
Muslim, pada bab: Hewan kurban, No. Hadist : 3638. Ibnu Majah, pada bab: Sembelihan No. Hadist: 3169.
51
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, jilid I, h. 944.
52
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, jilid I, h. 944.
4. Berakal
5. Tidak meninggalkan shalat
Sementara kelompok yang disepati oleh para ulama tidak bolehnya untuk
melakukan penyembelihan adalah orang-orang musyrik para penyembah berhala,
berdasarkan firman Allah:
….(٥:٣/ )الوائدة
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah. (Al-Maidah 5:3)
Adapun kelompok yang diperselisihkan kebolehannya untuk melakukan
penyembelihan sangat banyak sekali, akan tetapi yang masyhur adalah sepuluh kelompok
:53
1. Ahlul kitab
2. Majusi
3. Kaum saba‟
4. Wanita
5. Anak-anak
6. Orang gila
7. Orang mabuk
8. Yang melalaikan shalat
9. Pencuri
10. Perampok
Tentang ahlul kitab para ulama sepakat atas bolehnya memakan sembelihan
mereka berdasarkan firman Allah yang berbunyi:
53
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 945.
(٥:٥/)الوائدة
Artinya : Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-
orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi
mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-
wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-
orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka
dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima
hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-
orang merugi. (Al-Maidah 5:5)
Namun mereka berbeda pendapat dalam memperinci masalah ini: para ulama telah
sepakat, apabila mereka bukan kaum nasrani dan taghlib dan bukan pula orang-orang
murtad, maka mereka boleh menyembelih untuk diri mereka sendiri. Telah dimaklumi
bahwa mereka menyebut nama Allah atas sembelihan mereka, dengan syarat
sembelihannya bukan dari hewan yang diharamkan dalam taurat dan bukan pula yang
mereka haramkan sendiri atas diri mereka, maka (sembelihan mereka) boleh dimakan
keculi lemaknya.54
Sembelihan golongan sabi‟in, sekiranya pegangan dan dasar akidah mereka
menyamai ahli kitab maka sembelihan mereka halal dimakan, sebaliknya jika aqidah
mereka berbeda dari ahlul kitab tetapi bercampur aduk di antara agama majusi dan
nasrani maka sembelihan mereka tidak harus dimakan, ini adalah pendapat kalangan
ulama Syafi‟i pendapat ini adalah lebih sesuai berbanding pendapat yang mengatakan ia
54
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 946.
halal secara mutlak seperti pendapat Hanafi, dan yang mengatakan haram secara mutlak
seperti pendapat ulama Maliki.55
C. Binatang Yang Disembelih
Sembelihan adalah syarat yang mengharuskan kita untuk memakan binatang darat
yang halal dimakan. Sebagaimana telah dijelaskan, hewan tidak halal dimakan tanpa
disembelih. Sebagaimana firman Allah:
(/ ٥:٣الوائدة)
Artinya : diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi
nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Al-Maidah 5:3)
Dari sudut penyembelihan Menurut hukum syara‟ mempunyai tiga kategori:56
Binatang darat, binatang air, dan binatang dua alam (hidup di darat dan dalam air).
Dan di antaranya ada yang halal dimakan tanpa disembelih, ada yang hanya halal
dimakan dengan syarat disembelih, dan ada yang tidak halal dimakan walaupun
disembelih.
55
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 752. 56
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 779.
1. Binatang Darat
Para ulama fikih sepakat bahwa hewan darat bila keadaanya maqdur „alaih
(dapat dikuasai sembelih lehernya) dan hidupnya belum putus dan disembelih dengan
penyembelihan syara maka halal dimakan.57
Binatang yang tidak mempunyai darah
langsung seperti belalang, lalat, semut, lebah, laba-laba dan binatang-binatang yang
berbisa. Semua binatang jenis binatang ini tidak halal dimakan kecuali belalang,
karena semuanya termasuk dalam binatang yang kotor yang tidak sesuai dimakan.
Dengan berlandaskan firman Allah :
……..(/ ٥:٣الوائدة)
Artinya : Diharamkan Bangkai untuk kamu….. (Al-Maidah 5:3)
Ulama Maliki mensyaratkan apabila belalang itu halal dimakan maka perlu
disembelih dengan apapun cara yang boleh mematikannya seperti menggaretkan
anggotanya. Ulama Hanbali berkata, “Barang siapa yang memakan belalang dalam
keadaan hidup adalah makruh karena perbuatan itu menyiksanya”.58
Binatang yang mempunyai darah mengalir, jika ia merupakan binatang jinak
maka yang halal yaitu binatang ternak seperti unta, lembu dan kambing. Hal ini
adalah pendapat ijma di kalangan para ulama, berdasarkan firman Allah:
(١٦:٥/ النحل)
Artinya : Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu)
yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.
(An-Nahl 16:5)
(٤٤:٩٧/)الوؤهن
Artinya : Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk
kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. (Al Mu‟min 40:79)
57
Abu Sari‟, Hukum Makanan Dan Sebelihan Dalam Pendapat Islam, h. 317. 58
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 782.
Ulama Syafi‟i mengharamkan burung kakak tua dan burung merak. karena daging
keduanya tidak baik, Beliau juga mengaharamkan daging belatuk dan juga burung yang
memburu dan memakan burung-burung kecil. Adapun ulama Mazhab Hanbali
mempunyai dua pendapat berkaitan dengan burung belatuk dan burung pemburu ini
dinaqalkan daripada Imam Ahmad: Pertama adalah halal, karena keduanya tidak
mempunyai kuku yang mencengkam dan dagingnya tidak dikira buruk. Kedua hukumnya
adalah haram, adapun yang menjadi dalil menunjukan keharamannya dengan peristiwa
pada masa peperangan khaibar, Nabi telah melarang memakan semua binatang yang
bertaring dan juga semua jenis burung yang berkuku tajam.59
2. Binatang Air
Dalam penyembelihan binatang air ini, ulama mempunyai dua pendapat tentang
hukum memakannya.
a. Mazhab Hanafi
Semua jenis hewan yang hidup di dalam air adalah haram dimakan kecuali ikan
saja. Ikan halal dimakan tanpa disembelih dengan syarat ikan tersebut tidak mati dengan
sendirinya dan dalam kondisi terapung. Jadi apabila ikan tersebut mati tanpa disembelih
serta dalam keadaan terapung maka tidak halal dimakan.60
Dalil yang mereka pegang
diantaranya firman Allah Surat Al-Maidah 5:3:
……../ (٥:٣)الوائدة
Artinya : Diharamkan Bangkai untuk kamu….. (QS. Al-Maidah 5:3)
Juga firman Allah Surah Al-Araf :
… … /(٩:١٥٩)االعراف
Artinya : …Dan mengharamkan kepada meraka segala benda yang buruk…(Al-Araf
7:157)
59
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam h. 785. 60
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 780.
Selain ikan yang ada di dalam air, binatang tersebut adalah binatang yang kotor.
Seperti: katak, ketam ular dan sebagainya. Rasulullah telah melarang menggunakan obat
yang diterbuat dari binatang katak, karena katak bukan kehidupan yang terhormat dan
adapun larangan membunuhnya disebabkan karena ia haram dimakan.61
b. Pendapat Jumhur Ulama Selain Mazhab Hanafi
Semua kehidupan yang hidup di dalam air seperti ikan adalah halal dimakan tanpa
perlu disembelih tanpa mengira bagaimana cara ia mati, baik mati dengan sendirinya,
dipukul oleh nelayan ataupun air pasang atau surut. Akan tetapi sekiranya ia kembung
terapungnya itu menyebabkan keracunan dan madharat, maka ia haram dimakan.62
Untuk pendapat mereka ini ulama jumhur mengemukakan alasan dari pada firman
Allah :
(/ ٥:٧٦لوائدة)
Artinya : Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Al Maidah 5:96)
3. Binatang Amfibia63
Yaitu jenis binatang yang boleh hidup di darat dan di dalam air sekaligus seperti
katak, kura-kura, ketam ular, buaya, dan sebagainya, ada tiga pendapat yang berkaitan
dengan binatang jenis ini:
a. Pendapat Mazhab Hanafi dan Syafi’i
61
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 780.
62
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 781. 63
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 787.
Binatang ini tidak halal dimakan karena tergolong dalam binatang yang kotor dan
disebabkan keracunan yang terdapat pada ular khususnya.64
Dalam firman Allah telah
ditegaskan :
(٩:١٥٩االعراف /)Artinya : Orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran),
mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A‟raf 7:157)
Dan Nabi Muhammad juga melarang membunuh katak dengan hadits yang
diriwayatkan dari Abdullah bin Usman Nabi bersabda:
دواءوسل معلي والل وصل ىالل ورسولعن دطبيبذكرقالعث مانب نالر ح نعب دعن الضمف دع)رواهق ت لعن وسل معلي والل وصل ىالل ورسولف ن هىفيوي علالضمف دعوذكراحد(
Artinya: Dari Sa'id bin Khalid dari Sa'id bin Musayyab dari Abdurrahman bin 'Utsman
berkata; ada seorang tabib di sisi Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam menyebutkan
suatu obat, yaitu berupa katak. Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melarang
membunuh katak.65
(HR. Ahmad)
b. Pendapat Mazhab Maliki
64
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 787. 65
Lihat kitab Al Musnad, karya Ahmad bin Muhamad bin Hanbal, pada Bab: Musnad Penduduk
makkah, No. Hadis : 15197.
Memakan katak dan segala jenis serangga karena tidak terdapat nash yang
mengharamkannya. Maksud benda kotor yang diharamkan adalah setiap perkara yang
diharamkan oleh syara‟ saja, oleh karena itu perkara yang tidak terdapat nash dan
dianggap tidak menjijikan oleh orang yang memakannya tidaklah menjadi haram.66
c. Pendapat Mazhab Hanbali
Setiap binatang air yang merayap adalah halal dengan syarat disembelih terlebih
dahulu. Seperti: burung air, kura-kura, anjing laut. Berbeda halnya dengan yang tidak
mempunyai darah seperti ketam, maka ia halal tanpa disembelih, hal ini menurut sebagian
Mazhab Hamnbali. Pendapat yang ashah sebagaimana yang tercatat dalam Syarh Al
mughni‟ oleh Ibn Mufli al Hanbali, berkata: ketam adalah tidak halal kecuali
disembelih.67
D. Alat Menyembelih
Para ulama sepakat bahwa sesuatu yang dapat mengalirkan darah dan memotong
urat leher berupa besi, batu atau bambu maka boleh digunakan untuk menyembelih. Tidak
ada perbedaan dalam mazhab Imam Malik bahwa penyembelihan dengan tulang
dibolehkan apabila ia dapat mengalirkan darah, tetapi mereka berbeda pendapat tentang
penyembelihan dengan gigi dan kuku, terbagi menjadi tiga pendapat :68
1. Melarang secara mutlak
2. Membedakan antara keadaaan masih bersambung atau sudah terlepas dari tubuhnya.
3. Memakruhkannya.
Para ulama sepakat bahwa menyembelih boleh dan sah dilakukan dengan semua
alat yang tajam, baik berasal dari besi, batu yang keras, bambu, timah, tembaga, emas,
perak, atau bahan lainnya. Kriteria alat dalam hal ini adalah setiap benda yang dapat
66
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 787. 67
Syed Ahmad, Fiqh Dan Perundangan Hukum Islam, h. 787.
68
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 937.
menumpahkan darah dan memutuskan urat leher, sekiranya dapat memotong atau
membelah dengan bagian tajamnya bukan dengan beratnya. Hal ini berdasarkan sabda
Nabi Saw:
روقب نسعيدعن شع بةعن هعن رفاعةب نعبايةعن مس الل ورسولياقالأن وجد موذكرالد مأن هرماف قالمدىلنالي س الظمفرأم اوالس ن الظمفرلي سفكل الل واس
بفمدى )رواهالبخاري( فحبسوبعيوند ف عظ مالس نموأم اشةال
Artinya: Dari Syu'bah dari Sa'id bin Masruq dari Abayah bin Rifa'ah dari Kakeknya
bahwa ia berkata, "Wahai Rasulullah, kami tidak memiliki pisau tajam?" beliau pun
bersabda: "Apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya,
maka makanlah. Kecuali kuku dan As-Sin. Sebab kuku adalah alat penyembelihan orang-
orang Habasyah, sementara As-Sin adalah tulang". 69 (HR. Bukhari)
Pendapat Ulama Tentang Gigi dan Kuku Untuk Menyembelih Teks Hadis
mengatakan bahwa gigi atau kuku tidak boleh digunakan sebagai alat untuk
menyembelih. Kendati begitu, para ulama berbeda pendapat mengenai bolehnya gigi atau
kuku untuk menyembelih, sebagai berikut:70
a. Madzhab Hanafi
Imam Al-Kasani dari kalangan Hanafiyyah berkata, "Dalam Hadis tersebut,
maksudnya adalah gigi dan kuku yang tidak terpisah dari tubuh, karena bangsa Habasyah
melakukan hal itu untuk menampakkan keganasan algojo. Dan itu dilakukan dengan
mencengkram, tidak terpisah dari anggota tubuhnya.71
Berdasarkan ijma' menyembelih dengan dua alat ini adalah tidak boleh. Imam Al-
Hashkafi72
dari kalangan Hanafiyyah berkata, "Menyembelih hukumnya halal (dengan
69
Lihat shohih al Bukhari, pada Bab: Penyembelihan dan perburuan, No. Hadist: 5074. Muslim, pada
bab: Hewan kurban, No. Hadist : 3638. Ibnu Majah, pada bab: Sembelihan, No. Hadist: 3169.
70
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 295. 71
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran Dan Hadits, h. 295.
72
Beliau adalah Muhammad bin 'Ali bin Muhammad bin 'Ali bin 'Abdurrahman bin Muhammad al-Hishni al-Dimasyqi al-Hanafi, seorang fakih dan mufti yang terkenal dengan nama al-Hashkafi. Beliau lahir di Damaskus pada
setiap alat yang dapat memutuskan urat leher). Urat leher di sini maksudnya adalah empat
urat leher, (dan menumpahkan darah) yaitu mengalirkannya (meskipun) dengan api atau
(dengan tongkat) yaitu kulit bambu (atau batu api) yaitu batu putih seperti pisau yang
digunakan untuk menyembelih, (kecuali gigi dan kuku yang tidak terpisah dari tubuhnya.
Seandainya dua alat ini dicabut, maka sembelihan itu halal) menurut madzhab kami
(tetapi makruh), karena hal ini mengandung unsur yang membahayakan hewan, seperti
menyembelihnya dengan mata pisau yang tumpul".73
Gigi dan kuku yang tidak terpisah dari tubuh tidak boleh digunakan sebagai alat
menyembelih dalam madzhab Hanafi. Apabila gigi dan kuku ini dicabut dari tempat
asalnya, artinya gigi tersebut dipisahkan dari mulut (rahang) dan kuku dipisahkan dari jari
tangan, maka alat tersebut dapat digunakan untuk menyembelih, sembelihannya halal
tetapi makruh.74
Hal ini dikuatkan oleh Imam Ibn 'Abidin75
dalam kitabnya Hasyiyah Ibn 'Abidin,
beliau berkata, "(Tetapi makruh) maksudnya menyembelih dengan alat tersebut adalah
makruh, adapun memakan sembelihannya adalah boleh”. Masing-masing dari Imam al-
Hashkafi dan Imam Ibn 'Abidin tidak mencantumkan teks Hadis dalam kitab mereka.
Keduanya juga tidak menyebutkan alasan dibolehkannya menyembelih dengan gigi dan
kuku tersebut. Padahal Hadis menyatakan, "Selagi tidak menggunakan gigi atau kuku".
tahun 1025 H atau 1021 H. Wafat di Damaskus pada tanggal 10 Syawal 1088 H. dan dimakamkan di pemakaman al-Bab al-Shaghir. Lihat al-A‟lam, juz VI, h. 294.
73
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran Dan Hadits, h. 296.
74
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 297. 75
Beliau adalah Muhammad Amin bin 'Umar bin 'Abd al-'Aziz bin Ahmad bin 'Abd al-Rahim bin
Najm al-Din bin Muhammad Shalah al-Din, yang masyhur dengan sebutan Ibn 'Abidin. Beliau dilahirkan di
Damaskus Syiria 1198 H. Ayahnya memberinya pendidikan agama dengan baik, karenanya beliau sudah hafal
al-Qur'an saat usianya masih muda. Ayahnya adalah seorang saudagar. Beliau menjalani hidup dalam keadaan
berkecukupan. Beliau meninggal di Damaskus pada tahun 1252 H. dan dimakamkan di pemakaman al-Bab al-
Shaghir. Di antara karya tulisnya yang paling menonjol adalah kitab Radd al-Muhtar 'ola Durr al-Mukhtar
dalam masaiah fiqih. Karyanya ini terkenal dengan nama Hdsyiyah Ibn 'Abidin. lihat al-A‟lam, juz VI, h. 42.
Nabi Saw telah mengungkapkan alasan beliau tentang tidak dibolehkannya gigi dan kuku
digunakan untuk menyembelih, dalam sabda beliau:
روقب نسعيدعن شع بةعن هعن رفاعةب نعبايةعن مس الل ورسولياقالأن وجد موذكرالد مأن هرماف قالمدىلنالي س الظمفرأم اوالس ن الظمفرلي سفكل الل واس
بفمدى )رواهالبخاري( فحبسوبعيوند ف عظ مالس نموأم اشةال Artinya: Dari Syu'bah dari Sa'id bin Masruq dari Abayah bin Rifa'ah dari Kakeknya
bahwa ia berkata, "Wahai Rasulullah, kami tidak memiliki pisau tajam?" beliau pun
bersabda: "Apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya,
maka makanlah. Kecuali kuku dan As-Sin. Sebab kuku adalah alat penyembelihan orang-
orang Habasyah, sementara As-Sin adalah tulang". 76 (HR. Bukhari)
Karena pada umumnya, penyembelihan tersebut dilakukan dengan mencekiknya.
Apapun pendapat ulama tentang alasan dilarangnya menyembelih hewan dengan gigi dan
kuku, cukup mengambil alasan yang dikemukakan oleh Rasulullah Saw bahwa gigi
adalah tulang dan kuku adalah pisaunya orang-orang Habasyah.77
b. Madzhab Maliki
Riwayat-riwayat dari Imam Malik bin Anas rahimahullah tentang alat
menyembelih ini berbeda-beda. Ibn Al-Mawaz meriwayatkan dari Malik berkata,
"Rasulullah Saw membolehkan menyembelih dengan batu dan tulang. Maksudnya adalah
batu api dan kulit tongkat dan bambu. Setiap alat yang mengalirkan darah, sembelihannya
adalah halal, kecuali gigi dan kuku”.78
Imam Malik dalam kitabnya Al-Muwaththa meriwayatkan sebuah Hadis Nabi Saw
dari 'Atha' bin Yasir, sebagai berikut:
76
Lihat shohi Bukhari, pada Bab: Penyembelihan dan perburuan, No. Hadist: 5074. Muslim, pada
bab: Hewan kurban, No. Hadist: 3638. Ibnu Majah, pada bab: Sembelihan No. Hadist: 3169. 77
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 297.
78
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 297.
لمب نزي دعن مالكعن ن صارمن رجلأن يسارب نعطاءعن أس حارثةبنمن ال حةي ر عىكان الل وصل ىالل ورسولفسئلبشظاظفذك اىاال مو تفأصاب هابأحدلولق فكلوىابأ سبالي سف قالذلكعن وسل معلي و
Artinya: Dari Malik dari Zaid bin Aslam dari Atha' bin Yasar berkata, "Seorang laki-laki
Anshar dari Bani Haritsah pernah mengembalakan unta perahan di padang uhud, unta
tersebut lalu mati hingga ia menyembelihnya dengan kayu yang tajam. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam lalu ditanya tentang hal itu, beliau menjawab; "Itu tidak
mengapa, makanlah daging tersebut".79
Hadis ini dijadikan dalil oleh Imam Malik dalam riwayatnya yang pertama.
Adapun riwayat Imam Malik yang kedua, yaitu Imam Sahnun menuturkan, "Aku
bertanya, "Apakah Malik membolehkan menyembelih hewan dengan tulang?" Beliau
menjawab, "Boleh". Sebagaimana Ibn Wahb juga meriwayatkan dari Malik dalam kitab
Al-Mabsuth, bahwa segala sesuatu yang terbuat dari keramik, tulang, tanduk, atau benda
lain yang dapat memutuskan urat leher, maka boleh untuk menyembelih.80
Imam Al-Baji, seorang Ulama Maliki berkata, "Ada perbedaan antara riwayat Ibn
Al-Mawaz dan riwayat yang kami sebutkan setelahnya tentang sembelihan dengan
menggunakan tulang dan kuku”. Para ulama madzhab kami dari bangsa Irak berbeda
pendapat dalam masalah ini. Al-Qadhi Abu Al-Hasan dalam kitabnya al-Zhahir dari
Madzhab Maliki berpendapat bahwa menyembelih dengan menggunakan gigi-dan kuku
tidak diperbolehkan. Aku melihat beberapa guru kami yang pernah berguru kepadanya
mengatakan bahwa hukum sembelihannya makruh, dan boleh dengan menggunakan
tulang.81
79
Imam Malik, Al muatha, Dar Ehia Al Tourath al Arabi, Beirut, (lebanon: 2003), hadis no 494, h.
310.
80
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 297.
81
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 297.
Al-Qadhi Abu Al-Hasan berkata, "Menurutku, jika gigi dan kuku yang digunakan
untuk menyembelih itu panjang dan tajam, sehingga dapat memutuskan tenggorokan
secara sekaligus, maka sembelihannya adalah sah. Demikian pula dengan benda-benda
dari tulang lainnya, baik yang menyatu (dengan anggota badan) maupun yang terpisah
dari padanya, baik berasal dari hewan yang dagingnya halal dimakan maupun dari hewan
yang tidak halal dimakan dagingnya”.82
Al-Baji menambahkan, "Jika demikian, berarti Al-Qadhi Abu Al-Hasan
menyatakan bahwa menyembelih dengan gigi dan kuku yang menyatu dengan anggota
badan adalah boleh. Beliau menjawab makna Hadis di atas dengan dua hal: Pertama,
Hadis itu menunjukkan kemakruhan, dan kedua Hadis itu menunjukkan adanya larangan
menyembelih dengan kuku dan gigi yang kecil dan tidak sah memutuskan urat leher
dengan menggunakan dua alat tersebut”.83
c. Madzhab Syafi'i
Imam Syafi'i rahimahullah berkata, "Setiap alat yang digunakan untuk
menyembelih, dari apapun bahannya, yang dapat mengalirkan darah dan memutuskan
urat leher dan bagian yang disembelih, dengan tanpa meremukkan, maka menyembelih
dengan alat tersebut adalah boleh, kecuali kuku dan gigi”. Larangan menggunakan kuku
dan gigi dalam menyembelih adalah berdasarkan Hadis dari Nabi Saw. Karenanya, siapa
yang menyembelih dengan kuku atau gigi, baik menyatu dengan tubuh atau terpisah dari
padanya, atau dengan menggunakan kuku hewan buas atau giginya, atau benda lain yang
sejenis kuku dari spesies burung atau yang lainnya, maka mengonsumsi sembelihan itu
adalah tidak halal, karena ada nash Hadis dari Nabi Saw yang melarang hal itu.84
82
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 298.
83
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 298. 84
As Syafi‟i, al Umm, Beirut (libanon: 2003) juz IV, h. 236.
Di kalangan ulama madzhab Syafi'i tidak ada perbedaan dalam masalah ini. Imam
al-Nawawi berkata, "Imam al-Syafi'i dan murid-murid atau penerus madzhabnya,
mengatakan bahwa menyembelih dengan menggunakan kuku, gigi, dan semua jenis
tulang adalah tidak sah. Selain itu, semua alat tajam, baik berasal dari besi seperti pedang,
pisau, panah, dan tombak, maupun berasal dari timah, tembaga, emas, perak, kayu yang
tajam, tongkat, kaca, batu, atau bahan lainnya, dapat digunakan untuk menyembelih.
Dalam hal ini, tidak ada perbedaan pendapat di antara kami".85
d. Madzhab Hanbali
Imam Ibn Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni berkata, "Mengenai alat yang
digunakan untuk menyembelih, ada dua syarat; pertama, alat tersebut harus tajam, dapat
memotong atau membelah bagian yang disembelih karena ketajamannya, bukan karena
beratnya. Kedua, alat tersebut tidak berupa gigi atau kuku. Apabila dua syarat ini
terpenuhi dalam sebuah alat, baik berupa besi, batu, tongkat, atau kayu, maka
sembelihannya adalah halal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Saw:
روقب نسعيدعن شع بةعن هعن رفاعةب نعبايةعن مس الل ورسولياقالأن وجد موذكرالد مأن هرماف قالمدىلنالي س )رواهوالس ن الظمفرلي سفكل الل واس
البخاري(Artinya: Dari Syu'bah dari Sa'id bin Masruq dari Abayah bin Rifa'ah dari Kakeknya bahwa ia berkata, "Wahai Rasulullah, kami tidak memiliki pisau tajam?" beliau pun bersabda: "Apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebutkan nama Allah atasnya, maka makanlah. Kecuali kuku dan tulang". (HR. Bukhari)
86
Imam Ibn Qudamah menambahkan dua Hadis yang lain sebagai berikut:
85
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran Dan Hadits, h. 299.
86
Lihat shohi Bukhari, pada Bab: Penyembelihan dan perburuan, No. Hadist : 5074. Muslim, pada bab: Hewan kurban, No. Hadist : 3638. Ibnu Majah, pada bab: Sembelihan No. Hadist : 3169.
أصابأحدناإن أرأي تالل ورسولياق ل تقالحاتب نعدي عن قطري ب نمري عن بحسك يمعوولي سصي دا واذ كر شئ تباالد مأم رر ف قالال عصاوشق ةبال مر وةأيذ م رواهابوداود(( وجل رعز والل اس
Artinya: Dari Murai bin Qothary, dari Adi bin Hatim, dia berkata; aku berkata; wahai Rasulullah bagaimana menurut engkau jika salah seorang diantara kami mendapat hewan buruan sedangkan dia tidak mempunyai pisau, apakah (boleh) dia menyembelih dengan batu yang tajam? Maka beliau bersabda: "alirkanlah darah (hewan itu) dengan apa yang kamu punyai dan sebutlah nama Allah 'azza wajalla".
87 (HR. Abu Daud)
Imam Ibn Qudamah berpendapat bahwa menyembelih boleh menggunakan tulang,
tetapi tidak boleh menggunakan gigi dan kuku. Sedangkan para ulama madzhab Syafi'i
berpendapat atas tidak bolehnya menyembelih dengan menggunakan gigi, kuku, dan
semua jenis tulang. Karena gigi, sebagaimana yang diberitahukan oleh Nabi Saw adalah
tulang.88
Dalam mentarjih pendapatnya, Imam Qudamah berkata, "Kita berpedoman pada
keumuman Hadis Rafi', yaitu Rafi‟ bin Hudaij, yang mengatakan: "Selagi tidak
menggunakan gigi atau kuku" karena sesungguhnya suatu alat yang tidak boleh
digunakan untuk menyembelih ketika menyatu (dengan badannya), maka ketika terpisah
alat tersebut juga tidak boleh digunakan, seperti halnya alat yang tidak tajam.89
Kemudian beliau melanjutkan, "Karena tulang tersebut masuk dalam cakupan
lafadz yang membolehkan, lalu secara khusus, gigi dan kuku dikecualikan dari cakupan
lafadz tersebut”. Maka semua tulang (selain gigi dan kuku) masuk dalam kategori alat
yang boleh digunakan untuk menyembelih.90
87
Lihat kitab as Sunan karya Abu Daud, pada bab Sembelihan No. Hadist : 2441. Nasa'I pada bab
Buruan dan Sembelihan No. Hadist : 4230. 88
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 300.
89
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 300.
90
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 300.
Al-Manthuq (makna yang tersurat) lebih dikedepankan hukumnya dari pada al-
ta'lil (makna yang tersirat) yaitu ta‟lil (penjelasan sebab) dari Nabi Saw bahwa gigi
adalah tulang. Oleh sebab itu, alasan dilarangnya kuku adalah karena alat tersebut
merupakan pisau bagi orang-orang Habasyah. Tetapi menyembelih dengan pisau tidak
diharamkan, meskipun alat tersebut merupakan pisau juga bagi mereka. Hal itu karena
tulang sudah tercakup di dalam makna Hadis-hadis yang bersifat umum, sehingga maksud
menyembelih pun dapat dicapai dengan tulang itu, maka tulang mirip dengan alat-alat
menyembelih lainnya.91
91
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 300.
BAB III
PENYEMBELIHAN HEWAN SECARA STUNNING
A. Pengertian Penyembelihan Hewan Secara Stunning
Sebagian ulama berpendapat bahwa diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh penyembelih adalah ia harus berakal. Apa hukum menyembelih hewan dengan
menggunakan mesin potong (slaughtering machine), sementara mesin potong ini
sekarang telah digunakan untuk menyembelih hewan, caranya adalah seorang
mengoprasikan sebuah pisau mekanis yang berbentuk bundar. Ayam digantung dengan
berbaris, dan berjalan dengan otomatis dalam keadaan berbalik, kepalanya di bawah dan
kakinya di atas. Begitu ayam tersebut menyentuh pisau mekanis yang sedang berputar,
maka secara otomatis urat-urat lehernya terpotong oleh pisau.92
Penyembelihan hewan ternak dengan menggunakan mesin dan disertai
pemingsanan terlebih dahulu sehingga dapat mempermudah dan mempercepat
penyembelihan yang lazim dikenal dengan istilah penyembelihan secara mekanis, proses
penyembelihan hewan secara mekanis adalah sebagai berikut:93
a. Sebelum disembelih, hewan ternak dipingsankan terlebih dahulu dengan listrik.
b. Setelah dipingsankan, hewan yang akan disembelih tetap dalam keadaan hidup
(bernyawa) sehingga jika tidak jadi disembelih tetap dapat hidup secara normal.
c. Sesudah dipingsankan, hewan tersebut baru dipotong dengan menggunakan pisau
yang tajam sehingga dapat memutuskan saluran pernafasan (hulqum), saluran
makanan (mari‟), dan dua urat leher (wadajain).
92
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 302.
93
M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT Almawardi
Prima, 2003), h. 273.
d. Pemotongan hewan dilakukan oleh petugas pemotong hewan yang beragam Islam dan
terlebih dahulu membaca basmalah.
e. Sesudah dipotong dan darahnya telah berhenti mengalir, maka isi perut hewan
tersebut dikeluarkan semua dan selanjutnya dagingnya dipotong-potong.
Metode Stunning atau penyembelihan dengan cara melemahkan binatang sebelum
disembelih telah diterapkan di negara-negara maju seperti Belanda, Australia dan negara-
negara barat, metode ini lahir karena kebutuhan daging yang terus meningkat sehingga
cara ini dinilai sangat membantu dalam proses penyembelihan. Metode stunning telah
diterapkan di banyak di negara Amerika, Eropa, Australia, termasuk juga di Indonesia.
Metode ini di satu sisi memang memberikan banyak kemudahan dalam menyembelih
hewan ternak, khususnya dalam skala besar. Namun di sisi lain metode ini juga
menyebabkan resiko dalam kehalalan, jika tidak dilakukan dengan tepat dan baik.
Adapun tujuan stunning ada dua:94
1. Menghilangkan kesadaran dan perasaan dari hewan yang akan desembelih, sehingga
ketika disembelih, hewan tersebut tidak merasakan sakit sama sekali.
2. Mempermudah kerja produksi, dimana penyembelihan tidak perlu waktu lama untuk
proses penyembelihannya. Apabila penyembelih tidak menggunakan stunning maka
produksi yang dihasilkan akan sengat sedikit.
Penyembelihan hewan secara mekanik ini ada beberapa macam metode: 95
Stunning jenis Penetrative Captive Bolt dan Non-Penetrative Captive Bolt
(Mushroom Head Gun)
Stunning jenis Kejutan Elektrik (Electrical Stunning) dengan syarat-syarat
berikut:
94
M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, h. 327.
95
www.hdcglobal.com.
1. Stunner yang digunakan adalah jenis kejutan di kepala saja (head only stunner).
2. Kekuatan arus elektrik hendaklah dikawal (tidak boleh melebihi had yang ditetapkan)
yaitu antara 0.75 ampere untuk kambing, 2.0 ampere untuk lembu dan tempo masa
aliran elektrik ialah antara 3-6 saat.
3. Perlu dikawal selalu oleh petugas muslim yang mengetahui tentang stunning.
Stunning WaterBath untuk ayam dan itik (poultry) adalah diharuskan dengan
syarat:
1. Kekuatan arus elektrik adalah dikawal supaya tidak mematikan hewan,
2. Perlu dikawal selalu oleh petugas muslim yang mengetahui tentang stunning.
3. Penggunaan wadah dalam prosedur sembelihan adalah diharuskan dengan syarat tidak
menyakiti atau mematikan hewan tersebut.
B. Pengertian Ihsan dalam Menyembelih
Dalam kamus, kata ihsan dan kata-kata bentukannya memiliki beberapa makna,
diantaranya: Hasuna: menjadi atau tampak sempurna, indah, bagus; Ihsanan: (berbuat
secara) sempurna; Ahsana: ia melakukan sesuatu kebaikan yang besar; Ihsan: kebaikan;
Husna: Hadiah atau balasan yang baik; Hasan: sempurna, indah, bagus; Hisanun: sesuatu
yang indah sempurna. 96
Ihsan adalah kata benda verbal (masdar) yang mengacu kepada apa yang
seharusnya dilakukan seseorang dengan cara yang sebaik-baiknya. Dari tinjauan syariat
kata ini berarti beribadah kepada Allah seolah-olah kau melihat Nya, dan apabila kau
tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.97
Para Ulama menjelaskan bahwa ihsan
diterapkan pada dua hal:
96
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf Dan Ihsan, (Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta),
Penerjemah zaimul‟am, 2007, h. 39.
97
Syekh Muhammad hisyam kabbani, tasawuf dan ihsan, h. 38.
1. Ihsan dalam beribadah kepada Allah, yaitu:
ت راهفإن وي راك تكن ل كأن كت راهفإن ت ع بدالل و )روهخبارى(أن Artinya: “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Jika engkau
tidak melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.98
(HR al-Bukhari dan
Muslim)
Ihsan kepada Allah dalam beribadah ini terbagi menjadi dua:
a. Maqoomul Musyaahadah : beribadah seakan-akan menyaksikan Allah.
Seorang manusia di dunia tidak akan bisa melihat Allah dalam keadaan
terjaga. Ia hanya bisa menyaksikan Allah dengan mata kepalanya langsung di akhirat
(surga). Namun, dengan penghambaan dan keyakinan yang tinggi ia beribadah
sehingga seakan-akan menyaksikan sesuatu yang ghaib menjadi nyata. Ia merasa
beribadah dengan berdiri di hadapan Allah dan melihat Allah. Sebagian Ulama
menyatakan: seakan-akan ia menyaksikan Allah dengan hatinya.99
b. Maqoomul murooqobah: beribadah dengan perasaan selalu diawasi oleh Allah.
Pada tingkatan ini perasaan yang menonjol adalah perasaan menghinakan diri
dan takut kepada Allah. Tingkatan yang pertama (maqoomul musyaahadah) lebih
tinggi kedudukannya dibandingkan tingkatan yang kedua (maqoomul
murooqobah).100
2. Ihsan (berbuat baik) kepada makhluk.
Orang yang senantiasa berbuat ihsan akan mendapat kedekatan bersama Allah,
kecintaan dari Allah, pahala yang berlipat, balasan Jannah (surga) serta kenikmatan
melihat Wajah Allah. Ada beberapa bagian ihsan, termasuk semua sifat baik seorang
muslim seperti takwa, wara‟, zuhud, khusuk, sidik (benar), tawakkal, adab (budi baik),
98
Lihat Shahih Al-Bukhari, hadis no 50 dan Muslim no 8. 99
http://www.firanda.com. 100
http://www.firanda.com.
taubah (kembali kejalan yang benar), hilm (lembut), rahman (kasih sayang), dan lain-
lain.101
Balasan yang akan diterima oleh orang yang senantiasa berbuat ihsan:
Mendapatkan kedekatan bersama Allah
(١٦:١٢١)النحل/إن الل ومعال ذينات قو اوال ذينىم م سنونArtinya: Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dam orang-orang
yang berbuat ihsan (kebaikan) (Q.S an-nahl:128)
Mendapatkan kecintaan dari Allah
سنو… سنيوأح ال مح (٢:١٧٥)البقرة/اإن الل ويبمArtinya : …Dan berbuat ihsan-lah karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat ihsan.102
(Al-Baqoroh:195)
Syariat Islam diturunkan dari Allah, dan disampaikan oleh Nabi yang pemurah
penuh kasih sayang sebagai rahmat bagi seluruh alam.
ةلل عالمي رح (٢١:١٤٩)النبياء/وماأر سل ناكإل Artinya : Dan tidaklah Kami utus engkau kecuali sebagai rahmat (kasih sayang) bagi
segenap alam semesta.103
(Al-Anbiya‟:107)
Karena itu seluruh aturan-aturan dalam agama Islam mengandung kasih sayang,
sekalipun orang yang pendek akalnya menganggap itu sebagai kekerasan, dzhalim
terhadap hewan adalah perbuatan dosa dan bisa berakibat adzab di neraka.
عب دالل وأن رسولالل و عن هاحت رأةفىر ةسجنت ام صل ىالل وعلي ووسل مقالعذ بت هاتأ كلمن هاولىيت ركت هاإذ حبست هاوسقت فيهاالن ارلىيأط عمت فدخلت ماتت
ر ض )رواهمسلم(خشاشال
101
Syekh Muhammad hisyam kabbani, tasawuf dan ihsan, h. 43.
102
Al-Quran, Surah Al-Baqoroh:195.
103
Al-Quran, Surah Al-Anbiya‟:107.
Artinya: Dari 'Abdullah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Seorang wanita disiksa Allah pada hari kiamat lantaran dia mengurung seekor kucing
sehingga kucing itu mati. Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala memasukkannya ke
neraka. Kucing itu dikurungnya tanpa diberi makan dan minum dan tidak pula
dilepaskannya supaya ia dapat menangkap serangga-serangga bumi”.104
(HR. Muslim)
Maka dari itu haruslah berbuat baik terhadap hewan, begitu juga dalam hal
menyembelih hewan dengan berprilaku ihsan, sebagaiman Rasulullah bersabda yang
diriwayatkan Syadad bin Aus.105
رسو لاللصل ىاللعلي ووسل مقال: سرضياللعن وعن أبي ع لىشد اداب نأو عن فأ ء,فإذاق ت ل تم كل شي سانعلى كتبا إلح الل سنواإن فأح لةوإذاذب تم سنواال قت ح
ذبي حتو.]رواهمسلم[ رتوول يح الذ ب ةول يحد أحدكم شف Artinya : Dari Abu Ya‟la, Syaddad bin Aus radhiyallahu „anhu, dari Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan
(berlaku baik) pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan
cara yang baik dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik
dan hendaklah menajamkan pisau dan memberi kelapangan bagihewan yang
disembelihnya”.106
(HR. Muslim).
Maka berperilaku ihsan terhadap hewan yang disebelih dengan cara :107
1. Menggunakan benda tajam.
2. Tidak menyembelih dengan benda tumpul sehingga menyakiti hewan.
3. Tidak menyembelih hewan dihadapan teman-temannya (hewan lain) sehingga
membuat hewan-hewan yang lain takut.
104
Lihat Shahih Muslim, Bab : Haramnya membunuh kucing, No. Hadist : 4160. Bukhari Bab :
Memberi air minum, No. Hadist : 2192. Ahmad Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu No. Hadist :
7511.
105
Lihat riwayat Ibnu Abi Khoytsamah dinukil dalam al-Ishobah, Syaddaad bin Aus adalah Sahabat
Nabi yang „alim (berilmu) dan memiliki sifat lemah lembut. Sahabat Nabi „Ubadah bin as-Shomit
menyatakan: “Syaddaad bin Aus adalah termasuk orang yang diberi ilmu dan kelembutan. Di antara manusia
ada yang hanya diberi salah satunya, Kholid bin Ma‟dan berkata: Tidaklah tersisa di Syam orang yang lebih
terpercaya, lebih faqih, dan lebih diridhai selain Ubadah bin as-Shomit dan Syaddaad bin Aus, Al-Mafshol al-
Ghulaaby menyatakan: Orang yang zuhud di kalangan Anshar ada 3 orang, yaitu Abud Darda‟, Umair bin Sa‟d,
dan Syaddad bin Aus. 106
Lihat as Sunan karya Abu Daud pada bab Sembelihan No. Hadist : 2432. Shahih Muslim, pada bab
Buruan, sembelihan, dan hewan-hewan yang dimakan, No. Hadist : 3615.
107
Muhammad Ibrahim, Ensiklopidi Islam, Penerjemah Achmad Munir Dkk, (Jakarta : Darus Sunnah
Press, 2007), h. 88.
4. Tidak mengasah pisau disepan hewan sembelihan.
5. Tidak memotong hewan yang disembelih atau memutus salah satu anggota tubuhnya
sebelum hilang ruhnya.
BAB IV
PANDANGAN ISLAM TENTANG PENYEMBELIHAN SECARA STUNNING
A. Pandangan Islam Dalam Penyembelihan Secara Stunning
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan kemudahan bagi
manusia. Salah satunya adalah kemudahan dalam menyembelih hewan degan menggunakan
mesin yang disertai dengan stunning terlebih dahulu.
Dalam penerapan stunning terhadap hewan sebelum disembelih dapat dikatakan telah
memenuhi unsur ihsan kepada hewan. Bahkan dapat menghilangkan rasa sakit, hal ini
menurut Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta dalam rapatnya
pada tanggal 7 Dzulhijjah 1420 H.108
Adapun dalil MUI berdasarkan pada hadits shahih yang
diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Syaddad ibn Aus RA bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
ي ع لى أب وسل معن علي و صل ىالل الل رسو ل عن عن و الل سرضي أو شد اداب نلةوإذاذب تم سنواال قت فأح ء,فإذاق ت ل تم كل شي سانعلى كتبا إلح الل قال:إن
سنواالذ ب ةول يحد أح ذبي حتو.]رواهمسلم[فأح رتوول يح دكم شف Artinya: Dari Abu Ya‟la, Syaddad bin Aus radhiyallahu „anhu, dari Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berlaku baik)
pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik
dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah
menajamkan pisau dan memberi kelapangan bagi hewan yang disembelihnya”.109
(HR.
Muslim)
108
Lihat Kumpulan Fatwa Majlis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, A.
Syarifuddin Abdul Ghani dan Fuad Thohari, (Jakarta: Majlis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta, 2012), h.
346.
109
Lihat as Sunan karya Abu Daud pada bab Sembelihan No. Hadist : 2432. Shahih Muslim, pada bab
Buruan, sembelihan, dan hewan-hewan yang dimakan, No. Hadist : 3615.
MUI berpendapat bahwa stunning lebih baik dari pada manual karena dapat
menghilangkan stress pada hewan dan dapat menghemat biaya. Adapun ketentuan stunning
sebagai berikut:
a. Sebelum disembelih, hewan ternak dipingsankan terlebih dahulu dengan listrik.
b. Setelah dipingsankan, hewan yang akan disembelih tetap dalam keadaan hidup
(bernyawa) sehingga jika tidak jadi disembelih tetap dapat hidup secara normal.
c. Sesudah dipingsankan, hewan tersebut baru dipotong dengan menggunakan pisau
yang tajam sehingga dapat memutuskan saluran pernafasan (trachea / hulqum),
saluran makanan (oesophagus /marik, dan dua urat leher (wadajain)-nya.
Apabila Penerapan stunning tidak sampai tingkat kematian hewan, seumpama seekor
hewan selesai stunning kemudian dibiarkan tanpa disembelih, maka beberapa waktu
kemudian hewan itu akan bergerak dan berdiri lalu berjalan seperti biasa, dapat dikatakan
halal penyembelihannya. Apabila stunning sampai kepada tingkat kematian hewan, maka
tidak diragukan lagi hewan sembelihan yang mati karena stunning ini tidak halal dimakan,
karena matinya tidak berdasarkan syariat Islam.110
kematian hewan tersebut harus akibat
penyembelihan bukan akibat stunning baik jenis captive bolt pistol yang pelurunya sangat
berpengaruh terhadap daya pingsan hewan dan dapat menyebabkan kematian hewan sebelum
disembelih.
Adapun menurut Dr. Yusuf Qardhawi,111
beliau berpendapat : "Dengan berpedoman
kepada apa yang telah diuraikan, maka kita mengerti bahwa hukum daging import dari negeri
110
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-Quran
Dan Hadits, h. 327.
111
Beliau lahir di Shafth Turaab, Kairo, Mesir, 9 September 1926, beliau adalah seorang
cendekiawan Muslim yang berasal dari Mesir. Ia dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era modern. Selain
sebagai seorang Mujtahid ia juga dipercaya sebagai seorang ketua majelis fatwa. Banyak dari fatwa yang telah
dikeluarkan digunakan sebagai bahan rujukan atas permasalahan yang terjadi. Namun banyak pula yang
mengkritik fatwa-fatwanya.
penduduk ahli kitab yang diawetkan dan penyembelihanya dilakukan dengan aliran listrik
(Stunning) dan lain sebagainya hukumnya adalah halal, selama penduduk ahlul kitab
menganggap hal ini halal dan suci".112
Kemudian fatwa dari Dr. Yusuf Qardhawi ini dibantah oleh Syaikh Dr. Shalih Al-
Fauzan,113
dengan perkataanya : "Bahwasannya fatwa penulis kitab Al-Halal wal-Haram fil-
Islam (Dr. Yusuf Qardhawi) tentang kehalalan daging import yang penyembelihannya
dilakukan dengan senggatan listrik dan yang semisalnya adalah fatwa yang bathil. Karena
penyembelihan dengan cara ini merupakan penyembelihan tidak syar'i, terlebih jika yang
menyembelihnya bukan orang Islam".114
B. Analisis Penyembelihan Secara Stunning
Agama Islam tidak melarang kemajuan alat modernisasi salah satu dari perkembangan
zaman, selama hal itu tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Serta dapat
menguntungkan bagi umat manusia bukan memberi dampak keburukan, sebagaimana firman
Allah SWT :
… … /(٩:١٥٩)االعراف
Artinya : …Dan mengharamkan kepada meraka segala benda yang buruk…(Al-Araf
7:157)
112
Lihat kitab Al-Halal wal-Haraam fil-Islaam edisi terjemah dengan judul : Halal dan Haram dalam
Islam, alih bahasa : Mu‟ammal Hamidy, PT. Bina Ilmu, Cet. 1993 halaman 79 – 80.
113 Beliau adalah Syaikh Dr. Shalih ibn Fauzan ibn Abdullah dari keluarga Fauzan dari suku Ash
Shamasiyyah.Beliau lahir pada tahun 1354 H/1933 M. Ayah beliau meninggal ketika beliau masih muda, jadi
beliau dididik oleh keluarganya. Beliau belajar al Quran, dasar-dasar membaca dan menulis dengan imam
masjid di kotanya, yaitu yang mulia Syaikh Hamud ibn Sulaiman, yang kemudian menjadi hakim di Kota
Dariyyah (bukan dar‟iyyah di Riyadh) di sebuah wilayah Qhosim. Adapun karangan beliau diantaranya : Syarah
al Aqidatul Waasitiyya, al Irshadul Ilas Sahihil I‟tiqad, al Mulakhkhas al Fiqih, at Tahqiqat al Mardiyyah yang
merupakan bagian gelar master beliau. dan sebuah bantahan terhadap buku Yusuf Qaradhawi berjudul Al-I'lam
bi-Naqdi Kitab Al-Halal wal-Haram Fil-Islam.
114 Lihat Al-I'lam bi-Naqdi Kitab Al-Halal wal-Haram Fil-Islam karya Dr. Shalih Al-Fauzan.
Begitu juga alat modernisasi dalam penyembelihan diciptakan oleh manusia agar
dapat menguntungkan, yaitu Sebuah metode digunakan untuk mempermudah penyembelihan
hewan dengan memingsankan hewan terlebih dahulu (stunning) sebelum desembelih.
Secara teknis cara ini memeberi kemudahan, karena hewan yang dipingsankan tidak
akan meronta dan melakukan gerakan, sehingga lebih mudah dalam menyembelih, sehingga
ketika dipingsankan akan mengurangi rasa stress pada hewan.
Metode pemingsanan ada beberapa macam, diantaranya Stunning WaterBath untuk
unggas (poultry) dan stunning captive bolt pistol untuk hewan ternak berskala besar.
Menurut penulis, metode stunning captive bolt pistol memang memberikan banyak
kemudahan dalam menyembelih hewan, khususnya berskala besar. sekalipun hanya pingsan
sesaat, tetapi dapat melukai kepala hewan hingga mengakibatkan madarat bagi hewan
sembelihan, hal ini tentu dilarang karena sebagaimana kaidah usul fiqih :
حالصمال بل ىجلعمد قمداسفمال ءر دArtinya : Menolak kerusakan itu lebih utama dari pada mengambil manfaat.
115
Dalam kaidah tersebut dapat dijadikan argument, karena menolak kerusakan pada adab
menyembelih (berprilaku ihsan) itu lebih dutamakan dari pada mengambil manfaat, seperti
menghemat waktu, biaya atau lain sebagainya.
Tidak boleh dalam hal ini bukanlah dagingnya haram, selama terpenuhinya syarat
penyembelihan maka halal dagingnya. Hanya cara stunning captive bolt pistol yang tidak
diperbolehkan karena mafsadat bagi hewan, kerusakan yang terjadi adalah menembusnya
peluru ke dalam kepala hewan yang mengakibatkan kerusakan tulang kepala pada waktu
stunning, hal ini tentu saja menyakiti hewan.
Kemudian berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-maidah/5 ayat 3:
115
Lihat Mabadi Awwaliyyah, Abdul Hamid Hakim, (Jakarta: Al-Maktabah Assa'adiyyah), h. 34.
/ (٥:٣)الوائدة
Artinya : diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-
orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah 5:3)
Pada lafaz ة ذ ق ى ى ال و و artinya dan yang terpukul, menurut Imam Jalaluddin Assuyuti
bermakna pukulan yang dapat mematikan.116
Menurut hemat penulis makna dari lafaz
tersebut bisa diqiyaskan dengan stunning captive bolt pistol, adapun qiyas yang digunakan
adalah qiyas Syabah (menyerupai), dengan persamaan illat yaitu pukulan yang dapat melukai
kepala hewan sehingga tersiksa dan bahkan menyebabkan kematian pada hewan.
Sebelum hewan masuk perusahaan pemotongan, umumnya mengalami keaadaan
stress contohnya dengan adanya pengangkutan dan pemasaran maka stunning lebih baik
karena dapat melumpuhkan stress pada hewan. Dan jika hewan tidak mengalami stress lalu
dengan sengaja menggunakan stunning, tanpa adanya illat atau sababiah yang pasti, maka
akan menyakiti hewan, sebagaimana kaidah ushul fiqih :
مادعاودو جوةل عال عمرو ديمك ل اArtinya : Hukum itu berputar (berubah) sesuai dengan adanya illat atau tidak adanya illat.
117
116
Lihat Tafsir Jalalain, Imam Jalaluddin As-suyuti, Al-Haramain, juz I, h. 95. 117
Lihat Mabadi Awwaliyyah, Abdul Hamid Hakim, (Jakarta: Al-Maktabah Assa'adiyyah), h. 46.
Menurut hemat penulis, jika illat itu tidak ada, yaitu apabila stress tidak terjadi pada
hewan. Maka hukum kebolehan stunning akan berubah, dapat berubah menjadi makruh dan
haram. Pada kasus ini, penulis menyimpullkan haram, alasan penulis adalah posisi normal
pada hewan baik otot dan jantungnya stabil, kemudian dengan sengaja dikejutkan pada
hewan. Akibat arus listrik tersebut kemungkinan terjadi kerusakan organ dalam yang serius,
terutama pada jantung, kontraksi otot bahkan kerusakan saraf.118
dengan demikian hewan
akan mengalami penyiksaan sebelum menyembelih, hal ini bertentangan dengan hadis yang
diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Syaddad ibn Aus RA bahwa Rasulullah SAW :
وسل م علي و صل ىالل الل رسو ل عن عن و الل سرضي أو ي ع لىشد اداب ن أب عن سنو فأح ء,فإذاق ت ل تم كل شي سانعلى كتبا إلح الل لةوإذاذب تم قال:إن اال قت ذبي حتو.]رواهمسلم[ رتوول يح سنواالذ ب ةول يحد أحدكم شف فأح
Artinya: Dari Abu Ya‟la, Syaddad bin Aus radhiyallahu „anhu, dari Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berlaku baik)
pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik
dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah
menajamkan pisau dan memberi kelapangan bagi hewan yang disembelihnya”.119
(HR.
Muslim)
Jadi jelas perintah Nabi adalah berprilaku ihsan terhadap sembelihan, meskipun
dengan metode terbaru dalam menyembelih, pada masa yang sekarang atau pada masa yang
akan datang haruslah berprilaku ihsan.
118
www.instalasilistrik.com 119
Lihat as Sunan karya Abu Daud pada bab Sembelihan No. Hadist : 2432. Shahih Muslim, pada bab
Buruan, sembelihan, dan hewan-hewan yang dimakan, No. Hadist : 3615.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ajaran Islam memandang penyembelihan hewan secara stunning telah
memenuhi unsur ihsan, karena adanya putusan Komisi Fatwa MUI dengan dalilnya
yaitu hadis shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Syadad ibn Aus.
Dengan catatan dan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua jenis Stunning disyaratkan tidak menyakiti, melukai, atau mematikan
hewan tersebut dan apabila ternyata ada stunning dapat menyakiti hewan, maka
haramlah stunning.
b. Kekuatan arus elektrik harus dikawal, dengan tujuan agar tidak terjadi kematian.
c. Aliran elektrik tidak melebihi batas yang telah ditentukan.
Menurut pendapat MUI, hewan yang roboh dipingsankan di tempat
penyembelihan apabila tidak disembelih akan bangun sendiri seperti semula
keadaannya. Selain itu penyembelihan dengan stunning tidak mengurangi keluarnya
darah mengalir, bahkan akan lebih banyak dan lebih lancar keluarnya darah sehingga
dagingnya lebih bersih.
Penyembelihan hewan ternak secara stunning dinilai lebih baik dari pada
penyembelihan secara konvensional, karena dapat meringankan rasa sakit hewan yang
akan disembelih memperlancar, mempercepat dan memperbanyak keluarnya darah
sehingga dagingnya lebih bersih dan bermutu, mempercepat waktu pemotongan, serta
lebih menghemat biaya pemotongan dan investasinya.
Penyembelihan hewan dengan cara stunning merupakan modernisasi berbuat
ihsan kepada hewan dan dapat dikatakan telah memenuhi unsur ihsan kepada hewan,
akan tetapi ada jenis stunning yang penulis haramkan dalam penggunaanya yaitu
dengan cara ditembak kepalanya pada hewan berskala besar, alasan penulis melarang
jenis stunning ini karena adanya unsur penyiksaan pada hewan.
Dengan metode stunning maka hewan dapat menngurangi keadaan stress,
bukan dalam keadaan normal pada psikologi hewan tersebut. yaitu proses
pemingsanan pada hewan sebelum dipotong. Tujuannya adalah membuat hewan tidak
sadar hanya dalam waktu singkat sehingga pada saat proses pemotongan tidak terjadi
stress.
B. Saran
1. Orang yang menyembelih haruslah mengetahui syarat penyembelihan, baik secara
manual atau mekanis.
2. Dalam hal menggunakan stunning perlu pelatihan khusus bagi para pekerja di
perusahaan hewan potong agar mengetahui tata cara dan ketentuan stunning, serta
orang yang memotong adalah muslim.
3. Untuk masalah hewan potong berskala besar tidak melakukan pemingsanan
(stunning) karena menyakiti, jika ada alat yang menggunakan stunning haruslah
diteliti terlebih dahulu. Agar tidak menyakiti, melukai atau mematikan hewan
tersebut.