15
PENGEMBANGAN TERNAK PERAH DI INDONESIA Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Pengembangan Ternak Perah Oleh : Salsabila Urfa Al-‘ala 200120140501 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA - FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015

Ptp Pengembangan Perah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perah

Citation preview

Page 1: Ptp Pengembangan Perah

PENGEMBANGAN TERNAK PERAH DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Pengembangan

Ternak Perah

Oleh : Salsabila Urfa Al-‘ala

200120140501

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA - FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015

KATA PENGANTAR

Page 2: Ptp Pengembangan Perah

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala

berkat dan rahmat–Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan

makalah dengan judul Pengembangan Ternak Perah di Indonesia. Tak

lupa Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam. Penulisan makalah ini untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah pengembangan ternak perah.

Makalah ini disusun dengan tujuan memberikan informasi dalam

pengembangan potensi serta masalah yang dihadapi oleh para peternak

sapi perah. Berdasarkan data yang diperoleh, banyak kendala yang harus

dibenahi untuk kemajuan usaha ternak perah secara keseluruhan apabila

ingin melestarikan usaha ternak perah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata

kuliah pengembangan ternak perah yang telah membimbing,

mengarahkan, memberikan dukungan serta motivasinya kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.

Jatinangor, Desember 2015

Penulis.

Page 3: Ptp Pengembangan Perah

DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................. 11.2. Identifikasi Masalah ....................................................... 31.3. Maksud dan Tujuan ....................................................... 41.4. Kegunaan ....................................................................... 4

II. PEMBAHASAN...................................................................... 5

2.1. Perkembangan Peternakan Sapi Perah di Indonesia..... 52.1.1 Teknologi Reproduksi............................................ 52.1.2 Teknologi Pakan ................................................... 122.1.3 Teknologi Produksi................................................ 16

2.2. Kendala serta Permasalahan Pengembangan Peternakan Sapi Perah di Indonesia.............................. 19

III. KESIMPULAN........................................................................ 21

3.1. Kesimpulan...................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 25

Page 4: Ptp Pengembangan Perah

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang memiliki

karakteristik laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dibarengi dengan

laju pertumbuhan yang pesat. Peningkatan jumlah penduduk saat ini

memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan

(demand) produk pangan masyarakat. Selain itu, perkembangan

masyarakat saat ini lebih ke arah yang lebih maju baik dari segi

pendapatan maupun tingkat pengetahuan masyarakat mengenai

pentingnya nilai gizi pangan. Hal ini membuat masyarakat cenderung lebih

meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi. Salah satu

produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap

tahunnya adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan

meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari

5,79 kg/kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 6,8 kg/kapita

pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2009).

Seiring dengan perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia,

berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah pula baik

permasalahan dari sisi peternak, koperasi, maupun dari industri

pengolahan susu. Sejak dilakukan impor sapi perah secara besar-besaran

dari Australia dan New Zealand pada awal tahun 1980-an, ternyata

produktivitas usaha ternak rakyat masih tetap rendah seolah jalan

ditempat, karena manajemen usaha ternak dan kualitas pakan yang

diberikan sangat tidak memadai. Memperbaiki manajemen peternakan

rakyat merupakan problema yang cukup komplek, tidak hanya merubah

Page 5: Ptp Pengembangan Perah

sikap peternak tetapi juga bagaimana menyediakan stok bibit yang baik

dan bahan pakan yang berkualitas dalam jumlah yang memenuhi

kebutuhan.

Dalam perdagangan bebas, restriksi perdagangan terutama tarif

bea masuk setahap demi setahap harus dikurangi sampai mencapai 0 %.

Dengan adanya perdagangan bebas ini, produk susu segar impor dapat

memasuki pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini dapat

memberikan peluang dan kesempatan pada konsumen untuk memilih

produk susu yang mereka inginkan sesuai dengan kualitas dan harga

yang dapat mereka jangkau. Tapi di sisi lain, hal ini dapat menyebabkan

keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena ketidakmampuan

bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu dibandingkan

dengan susu segar impor. Kondisi inilah yang menyebabkan para

peternak sapi perah kembali tidak bergairah untuk meneruskan usaha

peternakan sapi perahnya.

Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi

kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga

pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan berpikir. Begitu pentingnya

susu, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa

yang cerdas dan sehat, penyediaan susu bagi masyarakat merupakan hal

yang mutlak. Namun, disisi lain menunjukkan bahwa sebagian besar susu

yang tersedia dan beredar di pasaran merupakan produk impor, kontribusi

produksi nasional sangat kecil, itupun harus melalui “perjuangan” dari

Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) untuk meningkatkan quota

dan harga beli susu segar produksi dalam negeri dari indusri pengolah

Page 6: Ptp Pengembangan Perah

susu (IPS). Ketergantungan akan penerimaan dari IPS menyebabkan

pengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia relatif lamban.

Pengembangan sektor peternakan khususnya usaha ternak sapi

perah di Indonesia saat ini perlu dilakukan karena kemampuan pasokan

susu peternak lokal saat ini baru mencapai 25 persen sampai 30 persen

dari kebutuhan susu nasional (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007).

Besarnya volume impor susu menunjukkan prospek pasar yang sangat

besar dalam usaha peternakan sapi perah untuk menghasilkan susu sapi

segar sebagai produk substitusi susu impor.

Mengingat kondisi geografis, ekologi dan kesuburan lahan di

beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok dalam

pengembangan peternakan sapi perah (agribisnis persusuan) serta

besarnya kekurangan pasokan susu dalam negeri, sebenarnya banyak

sekali kerugian yang diperoleh Indonesia akibat dilakukannya kebijakan

impor susu. Diantaranya adalah terkurasnya devisa nasional, tidak

dimanfaatkannya potensi sumber daya manusia yang ada khususnya

masyarakat pedesaan untuk pengembangan agribisnis persusuan, dan

hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh pemerintah dari

pajak apabila agribisnis persusuan ini dikembangan secara baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun rumusan masalah yang disusun dalam makalah ini adalah

sebagai berikut :

1) Bagaimana Perkembangan Peternakan sapi perah di Indonesia.

2) Apa kendala dan permasalahan pengembangan ternak perah di

Indonesia.

Page 7: Ptp Pengembangan Perah

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah

sebagai berikut :

1) Mengetahui Perkembangan Peternakan sapi perah di Indonesia

2) Mengetahui kendala dan permasalahan pengembangan ternak

perah di Indonesia.

1.4 Kegunaan

Adapun kegunaan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut :

Sebagai bahan informasi megenai perkembangan peternakan sapi perah

bagi peternak dan pihak terkait dalam pengembangan ternak perah di

Indonesia

Page 8: Ptp Pengembangan Perah

II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Sapi Perah di Indonesia

2.2. Kendala dan Permasalahhan Pengembangan Ternak Perah di

Indonesia

Page 9: Ptp Pengembangan Perah

IV

KESIMPULAN

Penerapan teknologi reproduksi konvensional , seperti inseminasi

buatan, transfer embrio dan penyimpanan semen dan embrio

merupakan teknologi yang masih bisa diandalkan untuk

pengembangan ternak perah di Indonesia

Upaya penerapan teknologi genetik untuk pengembangan ternak

perah di Indonesia masih perlu waktu untuk penguasaan

teknologinya.

Biotenologi mempunyai peran penting dalam menangani masalah –

masalah kekurangan produk-produk peternakan.

Perlu adanya identifikasi jenis bioteknologi apa yang dibutuhkan

oleh masyarakat peternak .

Prospek penerapan bioteknologi cukup baik dan memerlukan

perhatian dari pemerintah

Page 10: Ptp Pengembangan Perah

DAFTAR PUSTAKA

Board on Agriculture National Research Counci (BANRC). 1993) Managing Gobal Genetik Resources: Agricultural Imperatives (Liveswtock). National Academic Press. Washington. DC. USA.

Cunningham, E.P., 1999. Recent Developemnt in Biotechnology as they related to animal genetik resources for food and agriculture. FAO. http:/www.fao.org

Cunningham,E.P. & Syrstad, O.1987. Crossbreeding bos inicus and bos Taurus for milk production in the tropics. FAO Animal Production & Health Paper 68.

Charlier, C., Farnir, F., Berzi, P., Vanmanshoven, P., Brouwers, B., Vromans, H., & Georges, M. 1996.Identity by descent Mapping Traits in livestock : Application to map the bovine syndactyly Locus to Chromosome 15. Genome research 6 : 580-589.

Chupin, D $ Thibier, M. 1995. Survey of the present status of the use of artificial insemination in developed countries. World Animal Review. 82: 58-68.

Chupin, D & Schuh, H, 1993. Survey of present status of the use of artificial insemination in developing countries. Word Anim Review 74/75:26-35.

Crozet N., 1997. In vitro generation of one cell embryos in sheep and goat. In : Transgenic Animals: Generation and Use. Eds. L.M. Houdebine. 45-50. Harwood Academic Publisher Amsterdam.

Georges,M. & Andersson, L.1996. Livestock genomics comes of age. Genome Research 6(10) :907-921

Gogolin-Ewens K.J., Meeusen E.N.T., Scott P.C., Adams T.E. & Brandon M.R., 1990. Genetik selection for disease resistance and traits economic importance in animla production. Revue Scientifique et Technique de L’Office des Epizooties 9. 865 – 896.

Page 11: Ptp Pengembangan Perah

Hew C.L. Fletcher G.L. & Davies P.L 1995. Transgenic salmon: tailoring the genome for food production. J. of Fish Biology 47 (Supllement A): 1 – 19.

Houdebine L.M. 1998. La transgense animale et ses applications. INRA. Prod. Anim 11: 81-94.

Johnson, L.A., Cran, D.G. Welch, G.R. & Polge, C. 1996. Gender pre-selection in mammals. Proc XX Beltsville Symposium: Biotechnology’s role in Genetik Improvement of Farm Animlas. 16 – 189. ( Eds. Miller, RH, et al) USDA.

Kappes, S.M. 1999. Utilization of gene mapping information in livestock animals. Theriogenology 51: 135 – 147.

Kato, Y., Tani, T., Sotomaru, Y., Kurokawa, K., Kato, J., Doguchi, H., Yasue, H. & Tsunoda, Y. 1998. Eight calves cloned from somatic cells of a single adult. Science 282 : 2095-2098.

Kruip, Th.A.M. & den Dass, J.H.G. 196. In vitro produced and cloned embryos : effects on pregnancy, parturition and offspring. Theriogenology 47 : 43-52

Powel B.C., Walker, S.K., Bawden C.S., Sivaprasad A.V. & Rogers G.E. 1994. Transgenic sheep and wool growth: possibilities and currents status. Reprod. Fertl Dev. 6: 615 – 623.

Pursel V.G., & Rexroad C.E. , 1993. Status of research with transgenic farm animals. J. Anim. Sci. (Suppl3) : 10 – 9.

Reis, A., M.E. Staines, R.G. Watt, D.F. Dolman & T.G. McEvoy. Embryo production defined oocyte maturation and zygote culture media following repeated ovum pick-up(OPU) from FSH-Stimulated Simmental heifers. Anim Reprod. Sci. 72: 137-151.

Rege J.E.O , 2000 . Biotechnology options for improving livestock production in developing countries, with special reference to sub Saharan Afric. International Livestock Centre for Africa (ILCA) . Addis Ababa. Ethiopia.

Ruane, J., Gunnar, K. & Sehested, E. 1997. Views on the potensial impact of kloning on animal breeding and production. Acta Agric. Scand., Sect. A, Animal Sci. 47 : 209-212

Smith C. & Simpson S.P. 1986. The use of genetik polymorphisms in livestock improvement. Journal of Anim. Breed and Genet. 103:205-217.

Page 12: Ptp Pengembangan Perah

Thibier, M & Nibart, M. 1995. The sexing of Bovine Embryos in the field. Theriogenology 43: 71 –80.

Tervit, HR, 1997. In vitro production of cattle embryos. In : Milk Composition, Production and Biotechnology 341-355 ( Eds. Welch,

Thibier, M. & Nibart, M. 1995. The sexing of bovine embryos in the field. Theriogenology 43: 71-80.

Wakayama, T., Perry, A.C. F., Zuccoti, M., Johnson, K. R. & Yanagimachi, R. 1998. Full-term development of mice from enucleated oocytes injected with cumulus cell nuclei. Nature.394 : 369.

Wall, RJ. 1996. Modification of milk composition in transgenic animals. Proc XX Beltsville Symposium: Biotechnology’s role in Genetik Improvement of Farm Animlas. 16 – 189. ( Eds. Miller, RH, et al) USDA.

Wheeler, M..B., E.M. Walters, S.G. Clark., 2003. Anim Reprod. Sci. 72: 265 – 289.

Wiladsen,S.M 1986. Nuclear transplantation in sheep. Nature 320:63-65

Wilmut,I., /schnieke,A.E., McWhir, J.,Kind, A.J. dan Campbell, K.H.S. 1997. Viable offspring derived from fetal and adult mammalian cells.Nature 385 : 810-813

Womack, J.E. & Kata, S.R. 1995. Bovine genome mapping : evolutionary inference and the power of comparative genomics. Current Opinions in genetiks & Dev. 5 :725-733, J., dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah: Srigandono, B. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 351-352.