Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Corresponding Author : [email protected] 628
JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017:628-650
PEMANFAATAN HUTAN SEBAGAI LAHAN PETERNAKAN OLEH
MASYARAKAT
Wildayana
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsyiah
Email :[email protected]
ABSTRAK
PEMANFAATAN HUTAN SEBAGAI LAHAN PETERNAKAN OLEH
MASYARAKAT
Hutan adalah sumber daya alam yang besar manfaatnya terhadap aspek
kehidupan masyarakat, manfaat tersebut dapat mensejahterakan masyarakat
apabila dikelolah dengan baik. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pemanfaatan hutan sebagai lahan peternakan oleh masyarakat di
Kemukiman Lampanah, yang terdiri dari Gampong Beruenut, Ujong Mesjid,
Leungah, Meunasah Ujong Mesjid dan Lampanah). Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perubahan sosial Robert Marisson Mac Iver. Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan melakukan
wawancara semi terstruktur sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketersedian kawasan hutan sebagai lahan peternakan
mengalami sengketa tapal batas dengan kawasan hutan HTI (Hak Tanaman
Industri), rumput sebagai sumber pakan hewan ternak di kawasan hutan
mongering apabila musim kemarau tiba. Modal dan bibit hewan ternak yang
diperoleh masyarakat rata-rata berasal dari sistem mawah, sedangkan proses untuk
mengakses kawasan hutan sebagai lahan peternakan oleh masyarakat dibagi
menjadi dua pola, yaitu jika masyarakat peternak pribadi bukan kelompok tidak
harus melakukan kesepakatan dan perizinan kepada stake holder, namun jika
masyarakat peternak kelompok, baik peternak kelompok masyarakat maupun
Badan Usaha Milik Gamppong (BUMG) harus melakukan kesepakatan dan
perizinan kepada stake holder. Alat dan teknologi yang digunakan dalam proses
beternak masih bersifat sistem tradisional serta masyarakat mendapatkan ilmu
pengetahuan peternakan secara turun-temurun atau ortodidak. Untuk melestarikan
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
629
dan mengelola hutan, masyarakat dan stake holder membuat sebuah nilai dan
norma, yaitu Qanun dan terdapat adat istiadat seperti kenduri binatang ternak.
Dalam hal ini, masyarakat telah mengalami perubahan nilai dan pola pikir tentang
peternakan, masyarakat tidak lagi berpikir jika beternak adalah mata pencaharian
untuk bertahan hidup, namun masyarakat sudah berpikir kalau mengarahkan anak
dan cucunya ke arah pendidikan itu lebih baik, daripada harus mengikuti orang
tuanya sebagai peternak.
Kata Kunci : Pemanfaatan, Hutan, Peternakan, Masyarakat.
ABSTRAC
Forest Untilization as a Ranch Area By The Society.
Fores is a natural energi resulce which have a big adventage to our life aspect, that
adventages can prosperous the people if can manage well. Therefore, this research
is aim to describe forest profit as a ranch area by the people in Lampanah Village,
which Consist of Gampong Beurenut, Ujung Mesjid, Leungah, Menasah Ujung
kepuela, and Lampanah. The teory which used in this research is a social
alteration By robert Marrison Mac Iver. This research method is used discriputive
kualitative approach by doing struktural interview as a techinique the quailability
of forest area as a ranch area are conduce to legal action of animal livestock in
forest area had been dried if dry seasons comes. The livestock seen and finance
which people gets are come from the mawah system. Meanwhile, the process to
acsess a ranch area as a people livestock are conclude into two types, that is if not
the personal ranch community doesn’t have to make a deal and make a permit to a
stoke holder, however if the people of the ranch community, is it people in the
ranch community or village communittee have to make a deal and a permit to a
stoke holder. The tools and technology which area used in the breed process are
still identifying in traditional system and the people also get a livestock sciencefor
generations or by ortodidak. To consurve and manage forest, the people and stoke
holder make a valve and costums and traditions like liestock animal kenduri. In
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
630
this part, the people wes felt in value change and think the ways about livestock,
the people doest’t thaught if being a lielihood breed to be survive anymore.
Howaver, the people was thought to give direction to their child and grandchild
into a better aducation then following their parents as a livestock
Keywords: UntilizatioForest, Livestock, Society.
PENDAHULUAN
Hutan merupakan salah satu sumbernya alam yang besar peranannya
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik aspek ekonomi, sosial,
pembangunan dan lingkungan. Menurut Reksohadiprojo (2004: 64), pentingnya
hutan bagi kehidupan ekonomi sosial masyarakat kini dirasakan semakin
meningkat, hal ini menurut kesadaran untuk mengelola sumber daya hutan tidak
hanya dari segi finansial saja namun diperluas menjadi pengelolaan sumber daya
hutan secara utuh.
Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar
bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat yang dirasakan secara langsung,
maupun yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti
penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung
seperti manfaat rekreasi, perlindungan danpengaturan tata air, pencegahan
erosi(Rahmawaty, 2004: 1)
Secara umum, hutan di Indonesia mempunyai fungsi konservasi, fungsi
lindung dan fungsi produksi. Fungsi konservasi adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pelestarian keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara
kesuburan tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan hutan produksi adalah
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan (Undang-
undang RI No.41 Bab I pasal 1 tentang Kehutanan).
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
631
Maksud dari hasil hutan dapat berupa kayu maupun non kayu. Setiap
wilayah hutan mempunyai kondisi yang berbeda- beda sesuai dengan keadaan
fisik, topografi,
flora dan fauna, serta keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Mendasarkan
pada karakteristik khusus pada hutan tersebut manusia dapat memanfaatkan
sumberdaya hutan yang terkandung di dalamnya, terutama pada kawasan hutan
produksi. Pemanfaatan hutan ini bertujuan untuk memperoleh manfaat yang
optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian
hutan itu sendiri (Pasal 15 PP No.34/2002).
Namun, masyarakat Kemukiman Lampanah, Kabupaten Aceh besar dalam
memanfaatkan hutan tidak hanya mencari kayu, rotan dan sebagai lahan pertanian.
Dimana lebih dari itu, berdasarkan observasi awal penulis melihat bahwa ada
aspek pemanfaatan dan aspek budaya dalam pemanfaatan kawasan hutan sebagai
lahan peternakan oleh masyarakat di Kemukiman Lampanah. Ketergantungan
antara manusia dan alam terlihat ketika masyarakat Kemukiman Lampanah
memanfaatkan hutan sebagai lahan untuk beternak.
TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan
hewan besar seperti sapi, kerbau , kuda, dan babi. Sedang kelompok kedua yaitu
peternakan hewan kecil sepertiayam, kelinci dll (http://repository.usu.ac.id/,
Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016).
Kegiatan sektor ekonomi jenis sumber daya alam hayati lainnya adalah
sektor peternakan, dengan memanfaatkan salah satu jenis sumber daya alam
biotik, yaitu hewan. Sistem peternakan biasa dipayakan penduduk di Indonesia
umumnya merupakan usaha sampingan, selain mata pencaharian utama yaitu
pertanian. Kegiatan peternakan dilakukan secara kecil-kecilan dan sebagai usaha
1
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
632
rumah tangga dengan cara sederhana. Karena cara pengusahaanya yang masih
tradisional dan merupakan usaha sampingan maka hasilnyapun masih bersiat
subsistens, yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sebagian kecil
sisanya baru dijual untuk menambah penghasilan. Disamping untuk menambah
kesejahteraan keluarga, pemeliharaan, misalnya sapi atau kerbau untuk mengolah
lahan pertanian.
Adapun beberapa golongan jenis peternakan di Indonesia pada umumnya
adalah sebagai berikut :
1. Ternak Besar
Hewan ternak besar yang sangat potensial untuk dibudidayakan adalah
sapi dan kerbau. Jenis sapi yang biasa diupayakan penduduk meliputi dua macam,
yaitu sapi potong dan sapi perah. Sedangkan kerbau merupakan komoditas ternak
besar kedua yang juga banyak dimanfaatkan tenaganya oleh penduduk. Hewan
ternak besar lainnya adalah kuda. Hewan ini banyak dimanfaatkan sebagai alat
transportasi yang utama sebelum ada sarana transportasi kendaraaan bermotor.
Jenis kuda yang biasa diternakkan di Indonesia berasal dari Saudi Arabia, Persia,
dan Mongolia.
2. Ternak Kecil
Ternak kecil terdiri dari atas jenis hewan domba (biri-biri), kambing, dan
kelinci. Usaha pemeliharaan domba atau kambing ditemui hampir di seluruh
wilayah tanah air, walaupun dalam sekala kecil. Di wilayah pedesaan banyak
penduduk yang memelihara hewan ini sebagai usaha sampingan pertanian. Ada
dua cara pemeliharaan kambing yang umum dilakukan penduduk, yaitu melalui
sistem penggembalaan di kawasan tegalan, atau dengan cara dikurung di kandang,
hanya sewaktu-waktu saja dilepas atau digembalakan.
Lahan Peternakan
Sejak tahun 1970, istilah lahan mulai banyak digunakan. Menurut FAO,
lahan diartikan sebagai tempat di permukaan bumi yang sifat-sifatnya layak
disebut seimbang dan saling berkaitan satu sama lain, memiliki atribut mulai dari
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
633
biosfer atmosfer, batuan induk, bentuk-bentuk lahan, tanah dan ekologinya,
hidrologi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan hasil dari aktivitas manusia pada masa
lalu dan sekarang yang menegaskan bahwa variabel itu berpengaruh nyata pada
penggunaan manusia saat ini dan akan datang. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) istilah lahan bararti tanah terbuka, tanah garapan.Lahan
diartikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan
oleh manusia, misalnya untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah, dan
lain-lain.
Pemahaman tentang tipe-tipe tanah yang penting bagi pemanfaatan dan
daya guna lahan. Tidak semua tipe tanah bisa dipakai untuk lahan pertanian, untuk
membangun rumah, berdirinya pabrik, atau alas jalan. Setiap tanah memiliki
karakteristiknya sendiri yang memberi pengaruh pada terbatasnya daya guna lahan
di atas tanah itu.Sebelum pemanfaatan lahan di atas tanah, harus melakukan
survey tanah terlebih dahulu.
Pendayagunaan tanah sebagai sumber daya tidak hanya sebatas tanah
dalam batas yang sempit, tetapi lebih luas berupa lahan. Lahan mempunyai
peranan penting dalam kehidupan manusia, tumbuhan, dan makhluk lainnya.
Manusia selalu berusaha memiliki dan menguasai lahan, yang ikut menentukan
status sosialnya.Kebutuhan hidup manusia yang beragam, penguasaan teknologi,
kondisi sosial budaya, dan ekonomi masyarakat yang berbeda merupakan faktor
yang menentukan dalam penggunaan lahan.
Kawasan Hutan
Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan
pengertian kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadannya sebagai hutantetap,
sedangkan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Secara
sederhana manfaat hutan dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem konsep alam
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
634
yang meyediakan aliran “barang” dan “jasa” yang sangat bermanfaat bagi
manusia dan lingkungan. Jasa lingkungan ini dihasilkan oleh proses yang terjadi
pada ekosistem alam. Contohnya, hutan sebagai ekosistem alam menyediakan
berbagai produk kayu dan non kayu. Selain itu, hutan merupakan reservoir besar
yang dapat menampung air hujan dan menyaring air tersebut, yang selanjutnya
dapat bermanfaat bagi manusia (Sulandari,2005 dalam Triyanto, 2009:7).
Klasifikasi nilai manfaat didasarkan atas sumber atau proses manfaat
tersebut diperoleh, yaitu :
1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari
penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri
pengolahan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti
perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan
seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga
listrik, dan ekowisata.
2. Nilai fungsi (function value), yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari
fungsi ekologis sumberdaya hutan seperti: pengendalian banjir,
pencegahan intrusi air laut, dan habitat satwa.
3. Nilai atribut (attributes value), yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukan
dari penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek
kebutuhan psikologis manusia yaitu menyangkut budaya masyarakat
(James 1991 dan Widiarso 2005 dalam Dedi Hendry Triyanto, 2009:7)
Dilihat dari aspek ekologis, kawasan hutan mampu berperan positif dalam
mengendalikan erosi dan limpasan permukaan, memperbaiki kesuburan tanah dan
keseimbangan tata air. Berdasarkan manfaat tersebut maka pembangunan kawasan
hutan sering digunakan sebagai suatu program perlindungan kawasan dari
masyarakat, perbaikan kawasan hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukan
lahannnya.
Kondisi hutan yang baik mengakibatkan terciptanya sumber-sumber
manfaat yang berkelanjutan seperti sumber kayu dan sumber air (mata air)
yangdimanfaatkan oleh masyarakat baik yang berada di dalam hutan, sekitar
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
635
kawasan hutan maupun masyarakat yang jauh dari kawasan hutan untuk
mencukupi kebutuhan akan kayu dan air sehari-hari. Pengelolaan kawasan hutan
yang baik memberikan manfaat diantaranya menghijaukan kembali lahan-lahan
kritis yang ada dan terbentuknya kembali lapisan humus yang dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Manfaat lain dari terjaganya kawasan hutan adalah terserapnya
air hujan dengan baik sehingga mencegah terjadinya erosi permukaan tanah atau
longsor (Suhendang, 2002 dalam Triyanto, 2009:8).
Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.691/Kpts.II/1992, yang dimaksud
masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat
yang mendiami atau berada di dalam hutan maupun di pedesaan sekitar hutan
(Ardiansyah, 2002). Admawidjaja (1991), menyatakan kebijakan yang ditempuh
oleh pemerintah dalam melestarikan hutan selalu memperhatikan keberadaan
masyarakat di sekitar dan di dalam hutan. Mereka memanfaatkan segala sumber
penghidupan yang ada di dalam hutan untuk mempertahankan eksistensi
kelompoknya yang masih terbelakang yang tidak pernah mengenal keadaan di
luar batas wilayahnya.
Dalam kondisi sosial ekonomi yang sederhana, mereka secara alamiah
adalah penjaga dan pelestari alam lingkungannya. Masyarakat di sekitar dan di
dalam hutan (enclave), tidak dirugikan oleh larangan mengambil hasil hutan untuk
memenuhi kebutuhan hdup sehari-hari. Sebaliknya masyarakat dibina
kesadarannya sebagai penjaga hutan konservasi dengan imbalan pada saat musim
tertentu dapat mnenikmati hasil hutan seperti getah, rotan, buah-buahan, ranting-
ranting kayu mati, dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Diusahakan pemungutan
hasil hutan terbatas di encalave dan zona penyangga dan areal yang telah ditunjuk.
Sebagian besar dari masyarakat desa di sekitar hutan bermata pencaharian sebagai
petani dengan lahan yang sempit dan bahkan tidak memilii lahan. Soedjatmoko
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
636
(1998) dalam Kartasubrata (1986) Struktur masyarakat pedesaan di Jawa
menunjukan pembagian dalam tiga golongan, yaitu :
1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk
menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.
2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki atau menguasai tanah
yang luasnya atau kwalitasnya marginal, sehingga kehidupan keluarganya
sangat tergantung dari kesempatan kerja sampingan, selain iklim dan
faktor pasar.
3. Golongan ketiga, yang makin lama makin besar jumlahnya di Asia yang
umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak tidak mempunyai tanah.
Penduduk masyarakat dipinggir hutan dianggap memiliki fungsi sebagai
tempat penyangga seluruh aspek kehidupan sosial, ekonomi dan budaya mereka.
Dari hutan mereka memperoleh obat-obatan, buah-buahan, binatang buruan dan
kayu bakar. Di samping itu bagi penduduk desa tepian hutan, hutan adalah
cadangan bagi mereka ketika desa mereka tidak mampu lagi menyediakan lahan
pertanian apabila terjadi pertambahan penduduk (Soetrisno, 1995).
Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Dengan Sumber Daya
Hutan
Masyarakat sebagai bagian dari mahluk hidup, memegang peranan yang
menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem
mencakup komponen mahluk hidup (manusia, hewan, jasad renik,
tumbuhtumbuhan) dan lingkungan yang tidak hidup (udara, energi, matahari,
cahaya, air, tanah, angin, mineral dan lain sebagainya) yang keduanya saling
berinteraksi dan saling berhubungan (Manan, 1998 dalam Triyanto 2009:10).
Masyarakat sekitar hutan, segaimana juga masyarakat pedesaan pada
umumnya adalah masyarakat agraris yang sangat bergantung pada alam
lingkungannya, mata pencahariannya adalah petani. Tapi tidak semua kebutuhan
hidup ini bisa atau dapat dipenuhi dari bekerja sebagai petani, bisa dilihat dari
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
637
kondisi tanahnya dan kemampuan serta teknik bertani yang masih sederhana
(Junianto, B. 2007 dalam Triyanto, 2009:10).
Keterkaitan atau interaksi antara masyarakat dengan hutan telah
berlangsung cukup lama karena hutan memberikan manfaat langsung dan tidak
langsung bagi masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pembukaan lahan, penebangankayu,
pembersihan lahan, sehingga mendapat upah (pendapatan) yang lumayan. Selain
itu, bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar yang
terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan memberikan
nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar
kawasan hutan (Mangandar, 2000 dalam Triyanto, 2009:10).
Contoh kongkrit interaksi sistem sosial masyarakat dengan hutan dapat
dilihat dari ketergantungan masyarakat desa di dalam dan di sekitar hutan
sumbersumber bahan kehidupan dasar seperti air, kayu bakar, bahan makanan dari
hutan. Pada saat populasi manusia belum padat, gambaran interaksi kedua sistem
masih bisa diterima artinya berfungsi normal. Tetapi pada kondisi populasi
manusia semakin padat, terutama masyarakat di dalam dan di sekitar hutan hutan
semakin bertambah, maka gambaran kedua sistem cenderung timpang artinya
sumberdaya hutan tidak mampu lagi menyediakan aliran bahan energi dan
material kepada sistem sosial. Apabila kondisi tersebut dibiarkan tanpa ada
perubahan sikap dari sistem sosial masyarakat, maka fungsi hutan sebagi pengatur
lingkungan hidup yang baik mustahil akan tercapai
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Husaini dan
Purnomo (2008: 78), Peneltitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha
memahami dan menafsirkan makna atau peristiwa interaksi tingkah laku manusia
dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, alat pengumpulan data atau instrumen
penelitian dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi, peneliti
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
638
merupakan key instrument, dalam mengumpulkan data, si peneliti harus terjun
sendiri ke lapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data sering digunakan ialah
observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati
darorang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984: 5 dalam Bagong Suyanto,
2005: 166).
Pendekatan metode penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Metode ini digunakan karena peneliti secara aktif dapat
berinteraksi secara langsung dengan informan, sehingga peneliti dapat melihat,
memendengar pendapat, gagasan dan tergambar kehidupan individu informan
dalam tata budaya agar hasil yang diperoleh lebih baik. Maka dari itu, jenis
penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai
sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah
variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang ingin diteliti (Sanapiah
Faisal, 2005: 20).
Lokasi Penelitian dilakukan di Kemukiman Lampanah Kabupaten Aceh
Besar. Kemukiman Lampanah dipilih sebagai lokasi penelitian karena
pertimbangan bahwa Kemukiman Lampanah masih terdapat banyak hutan yang
dimanfatkan oleh masyarakat sekitar.
Informan penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan
informasi atau data terkait dengan masalah dan fokus penelitian yang akan dikaji
atau diteliti.Dengan kriteria informan adalah pemilik hewan ternak yang
memanfaatkan lahan hutan, dengan rasio umur 45-65 tahun diutamakan laki-laki
dan tokoh masyarakat. Penulis memilih informan penelitian dengan rasio sebaran
umur antara 45-65, karena penulis ingin melihat perkembangan dan mayoritas
peternak berumur demikian. Serta untuk jenis kelamin dipilih laki-laki, karena
mayoritas peternak dan yang memahami tentang hutan adalah laki-laki. Dalam
penelitian ini, penentuan informan dilakukan dengan teknik Purposive Sampling.
26
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
639
Sehingga, informan yang dipilih bersarkan teknik tersebut memilih informan yang
dapat benar-benar memberikan informasi sesuai dengan realitas dan fokus
penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua
metode sebagai berikut:
1) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan ini merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan penelaahan kepustakaan melalui dokumentasi lainnya yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Dengan mempelajari
dokumen-dokumen ini maka akan dapat lebih mudah untuk memahami kon
sep, pendapat ahli, data serta kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan. Studi yang akan dilakukan adalah
membaca, mengutip serta mengkaji teori dan informasi yang dianggap
relevan dengan permasalahan penelitian yang telah ditemukan, untuk
selanjutnya dirangkum dan dijadikan rujukan dalam menganalisis temuan
lapangan.
2) Studi Lapangan
Pengumpulan data dengan teknik studi lapangan dilakukan dengan cara
peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer.
Adapun cara pengumpulan datanya dengan melakukan wawancara.
Wawancara dilakukan secara mendalam dan terarah dengan daftar
pertanyaan dan melakukan pencatatan terhadap gejala yang ada.
Teknik wawancara yang digunakan adalahwawancara mendalam (in depth
interview).
- Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman dalam (Muhammad Idrus, 2009:148) mengungkapkan
bahwa dalam penelitian kualitatif dilakukan analisis data secara interaktif yang
terdiri dari empat hal utama yaitu:
1) Pengumpulan data
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
640
Dalam proses analisisinteraktif, kegiatan pertama yang dilakukan adalah
proses pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari
berbagai sumber, yaitu:
a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam (in depth
interview) dan menggunakan pedoman wawancara (interview guide).
b. Data sekunder diperoleh dari catatan, buku, artikel, internet dan tulisan
ilmiah yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan.Pada tahap
ini, peneliti membaca, mengkaji, dan menelusuri data yang telah
dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara.
2) Reduksi data
Reduksi data berarti proses memilih, merangkum dan menyederhanakan
hal-hal pokok yang sesuai dengan permasalahan penelitian dengan tujuan
untuk memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam
melakukan pengumpulan data. Data yang telah diseleksi dan
disederhanakan, peneliti melakukan pengelompokkan data sesuai dengan
topik permasalahan.
3) Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang memberikan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Proses
penyajian data ini belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian
disusun sehingga peneliti tidak boleh terburu-buru untuk menghentikan
kegiatan ini sebelum yakin bahwa semua hal yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian telah dipaparkan atau disajikan oleh peneliti.
Pada tahap ini, peneliti membandingkan data dari hasil studi lapangan
dengan data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan untuk memperoleh
hasil yang relevan. Dalam hal ini, peneliti mengkaji dalam bentuk deskriptif
sebagai bentuk penyajian data.
4) Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Tahap akhir dari proses pengumpulan data adalah verifikasi dan
penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan bisa saja dilakukan saat proses
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
641
pengumpulan data berlangsung, kemudian dilakukan reduksi dan penyajian
data. Tetapi kesimpulan yang dilakukan di awal akan menjadi kesimpulan
awal belum menjadi kesimpulan final. Simpulan perlu diverifikasi agar data
relevan dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan aktifitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data
kembali dengan cepat. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan melakukan
replikasi dalam satuan data yang lain.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Teori Perubahan Sosial Robert Marisson Mac Iver Terhadap
Pemanfaatan Hutan Kemukiman Lampanah Sebagai Lahan Peternakan
Oleh Masyarakat.
Pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan teori perubahan sosial yang
dijelaskan oleh Robert Masrisson Mac Iver, dimana dalam konteks pemanfaatan
hutan sebagai lahan peternakan oleh masyarakat dapat dianalisis menggunakan
konsep utilitarian dan culture yang merupakan dua indikator dalam teori Robert
Marisson Mac Iver. Utilitarian adalah alat yang digunakan oleh masyarakat untuk
mencapai atau memanfaatkan sesuatu dengan tujuan memenuhi kebutuhan,
sedangkan culture adalah nilai dan norma yang mengatur dan sangat
mempengaruhi proses pemanfaatan alat tersebut sebagai media untuk mencapai
tujuan atau kebutuhan masyarakat. Dalam hal pemanfaatan hutan sebagai lahan
peternakan oleh masyarakat Kemukiman Lampanah adalah bahwa yang dikatakan
utilitarian disini berarti yang berkaitan dengan ketersedian lahan hutan sebagai
sumber daya pakan hewan ternak, modal awal atau bibit hewan ternak yang
didapatkan oleh masyarakat Kemukiman Lampanah, tenaga ahli dalam peternakan
dan penggunaan teknologi dalam beternak. Sedangkan cuture adalah melihat
bagaimana perubahan atau kestabilan pola pikir masyarakat peternak terhadap
mata pencahariannya sebagai peternak, adat istiadat yang digunakan dalam
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
642
beternak seperti nilai dan norma yang terdapat serta pengetahuan masyarakat
sendiri tentang peternakan.
Ketersedian lahan hutan sebagai sumber daya alam yang menyedia lahan
dan pakan untuk proses beternak di Kemukiman Lampanah masih terjadi sengketa
tapal batas kawasan hutan dengan HTI (Hak Tanaman Industri), dari 5 (lima)
Gampong di Kemukiman Lampanah 3 (tiga) diantaranya masih mengalami
sengketa tapal batas sampai sekarang. Masyarakat sudah mengusahakan masalah
ini dengan mengadvokasi kepada pihak-pihak terkait, agar sengketa tapal batas
antara kawasan hutan Kemukiman Lampanah dengan HTI dapat diperjelas dan
menghindar terjadinya konflik vertikal.
Kawasan hutan Kemukiman Lampanah yang dijadikan sebagai lahan
peternakan oleh masyarakat menyediakan kecukupan sumber pakan hewan ternak
seperti rumput. Namun ketika pada musim kemarau tiba, sedikit terkendala
dengan ketersedian pakan hewan ternak, yaitu rumput yang merupakan sumber
pakan ternak menjadi mengering. Tidak hanya itu saja yang menjadi kendala
masyarakat dalam proses beternak di kawasan hutan Kemukiman Lampanah,
namun keberadaan binatang buas seperti harimau juga menjadi kendala dan
meresahkan masyarakat peternak. Karena hampir setiap tahunnya masyarakat
dalam satu keluarga kehilangan 1 (satu) sampai 2 (dua) hewan ternak dimakan
oleh harimau.
Modal awal atau bibit hewan ternak yang diperoleh oleh masyarakat
Kemukiman Lampanah melalui sistem mawah (bagi hasil). Rata-rata masyarakat
di Kemukiman Lampanah mendapatkan modal atau bibit untuk menjadi peternak
adalah mengaplikasikan sistem mawah yang merupakan kearifan lokal tradisional
warisan leluhur mereka. Sistem mawah pada masyarakat Kemukiman Lampanah
sangat bervariasi polanya, setiap pola sistem mawah dalam masyarakat tergantung
pada perjanjian antara pemilik modal dengan pemelihara hewan ternak. Hanya ada
1 (satu) Gampong di Kemukiman Lampanah yang mendapatkan modal atau bibit
hewan ternak dari Islamic Relief, namun modal atau bibit hewan ternak tersebut
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
643
bukan milik masyarakat, akan tetapi milik kelompok usaha Gampong dalam
bentuk BUMG (Badan Usaha Milik Gampong), masyarakat hanya sebagai
pengelola dan pekerja saja.
Sedangkan untuk pola dalam mengakses kawasan hutan Kemukiman
Lampanah sebagai lahan yang digunakan untuk beternak oleh masyarakat adalah
terbagi kedalam dua tipe pola yang terdapat dalam masyarakat Kemukiman
Lampanah. Yaitu, jika masyarakat peternak pribadi mengakses kawasan hutan
tidak ada kesepakatan atau perjanjian maupun pembertahuan kepada para stake
holder, biasanya mereka melepaskan saja hewan ternak mereka ke kawasan hutan
Kemukiman Lampanah, namun adanya larangan untuk melepaskan hewan ternak
di lahan kawasan hutan ternak yang sudah dipagar. Karena itu merupakan lahan
kawasan hutan ternak milik kelompok usaha Gampong atau milik sekelompok
masyarakat ternak yang aksesnya sudah adanya kesepakatan dan pemberitahuan
kepada para stake holder. Dan jika masyarakat peternak kelompok, baik
kelompok bersifat independen maupun kelompok BUMG. Mereka mengakses
lahan kawasan hutan ternak melalui berbagai pola, yaitu harus melapor pada
Keuchik (Kepala Desa), Petua Seunebok dan Imuem Mukim. Biasanya mereka
melakukan kesepakatan dan perjanjian kepada para stake holder tersebut, mulai
dari kesepakatan batas lahan yang digarab untuk beternak dan jangka waktu untuk
memanfaatkan lahan kawasan hutan ternak tersebut.
Ada beberapa Gampong di Kemukiman Lampanah yang menggunakan
sistem peminjaman lahan kawasan hutan kepada masyarakatnya ketika ingin
menggarab, peminjaman tersebut menggunakan kesepakatan dan perjanjian dalam
jangka waktu yang harus ditentukan oleh para aparatur Gampong. Pola
peminjaman lahan kawasan hutan ternak ini hanya berlaku bagi masyarakat
ternak, sedangkan pada masyarakat petani mereka diberikan lahan kawasan hutan
jika ingin menggarap sebagai kawasan untuk bertani, namun dengan ukuran luas
lahan hutan maksimal 2 Ha (dua hektar).
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
644
Dalam proses beternak, masyarakat Kemukiman Lampanah masih
menggunakan alat dan teknologi tradisional, seperti pada umumnya masyarakat
peternak di pedesaan tertinggal di Indonesia. Sedangkan pengetahuan dan ilmu
tentang beternak masih mereka dapatkan secara ortodidak (alami) dan
mengaplikasikan ilmu peternakan yang diwariskan secara turun-temurun.
Nilai dan norma yang terdapat dalam proses beternak pada masyarakat
Kemukiman Lampanah dibagi dalam dua tipe nilai dan norma masyarakat
peternak di Kemukiman Lampanah. Yaitu, Qanun (Undang-Undang khas Aceh)
dan nilai serata peraturan yang tidak tertulis atau peraturan yang masih mereka
pegang teguh dari para leluhur (nenek moyang) mereka dalam proses beternak.
Nilai dan norma dalam bentuk Qanun merupakan aturan yang dibuat oleh stake
holder berdasarkan kesepakatan dengan masyarakat peternak, Qanun tersebut
pada intinya berisi tentang pola pengelolaan, pemanfaatan dan aturan dalam
mengakses lahan kawasan hutan ternak di Kemukiman Lampanah. Serta aturan
yang tidak tertulis atau kepercayaan nenek moyang yang masih dipegang teguh
oleh masyarakat adalah berbentuk upacara kenduri binatang ternak. Upacara
tersebut dilakukan oleh masyarakat peternak dengan tujuan untuk meminta
kepada Sang Pencita Allah SWT, agar hewan ternak mereka dijauhkan dari segala
penyakit yang merugikan, dijauhkan dari binatang buas yang memakan hewan
ternak dan meminta tetap adanya keimbangan kawasan hutan ternak dengan
ketersedian sumber daya pakan hewan ternak seperti rumput.
Seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya arus globalisasi yang
membawa nilai dan norma baru bagi masyarakat di Negara-negara dunia ketiga,
sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat peternak di Kemukiman Lampanah.
Dimana masyarakat dalam mengandalkan hidup atau bertahan hidup dulunya
dengan mata pencaharian sebagai peternak, namun rata-rata mereka mulai
mengalami perubahan pola pikir tentang mata pencaharian dan gaya bertahan
hidup, yaitu mereka lebih mengutamakan pendidikan anak dan cucu mereka
ketimbang meneruskan generasinya sebagai peternak sukses. Walaupun mereka
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
645
terkadang sebagian kecil menyadari bahwa hasil peternakan yang mereka peroleh
dapat digunakan untuk segala kebutuhan keluarga, tanpa kecuali pendidikan anak.
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini, berdasarkan anilisis kajian Pemanfaatan Hutan
Kemukiman Lampanah Sebagai Lahan Peternakan Oleh Mayarakat dengan
menggunakan teori perubahan sosial Robert Marrison Mac Iver, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
A. Aspek Peralatan (Utilitarian Elements)
1. Ketersedian lahan kawasan hutan ternak di Kemukiman Lampanah masih
ada 3 (tiga) Gampong mengalami sengketa tapal batas dengan kawasan
hutan HTI (Hak Tanaman Industri). Masyarakat peternak di Kemukiman
Lampanah juga menghadapi kendala lain, selain masalah sengketa tapal
batas tersebut, yaitu ketersedian sumber daya pakan hewan ternak yang
terdapat di kawasan hutan ternak Kemukiman Lampanah, seperti
ketersedian rumput yang mongering pada musim kemarau.
2. Modal awal atau bibit hewan ternak yang didapatkan oleh masyarakat
peternakan adalah menggunakan sistem mawah. Namun, ada 1 (satu)
Gampong di Kemukiman Lampanah yang mendapatkan modal atau bibit
hewan ternak dari Islamic Relief, namun itu bukan kelompok ternak
milikmasyarakat. Akan tetapi milik kelompok usaha Gampong yang
disebut Badan Usaha Milik Gampong (BUMG).
3. Proses beternak pada masyarakat di Kemukiman Lampanah dalam hal
pola mendapatkan atau mengakses lahan kawasan hutan ternak dibagi
kedalam dua tipe pola. Yaitu, jika masyarakat peternak pribadi bukan
kelompok usaha ternak masyarakat. Biasanya mereka mengakses lahan
tersebut tanpa kesepakatan atau pemberitahuan kepada para stake holder,
mereka melepaskan hewan ternak dengan begitu saja. Akan tetapi dengan
memperhatikan tapal batas antara kawasan hutan milik Kemukiman
71
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
646
Lampanah dengan kawasan hutan HTI (Hak Tanaman Industri).
Sedangkan pada masyarakat kelompok usaha Gampong dan masyarakat,
mereka harus melalui tahap perizinan dan kesepakatan kepada para stakte
holder utnuk mengakses lahan tersebut.
4. Dalam proses beternak, masyarakat peternak di Kemukiman Lampanah
masih menggunakan alat dan teknologi peternakan tradisional, yaitu sama
seperti masyarakat peternak di pedesaan terpencil di Indonesia. Sedangkan
untuk pengetahuan dan ilmu tentang peternakan, masyarakat
menggunakan sistem tradisional, yaitu mereka mendapatkan ilmu
pengetahuan tentang beternak yang diwariskan secara turun-temurun dan
ortodidak (alami).
B. Aspek Budaya (Cultural Elements)
1. Kearifan lokal tradisional yang terdapat pada masyarakat peternak di
Kemukiman Lampanah untuk mengelola dan melestarikan kawasan
hutan ternak adalah terbentuknya Qanun (Undang-Undang khas Aceh)
dan kepercayaan yang berbentuk nilai dan norman yang diturunkan
dari nenek moyang mereka, misalnya seperti kenduri binatang ternak.
2. Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat peternak di Kemukiman
Lampanah dalam menafsirkan mata pencaharian sebagai peternak.
Dimana masyarakat peternak tidak lagi melihat profesi sebagai
peternak dapat menjanjikan untuk dapat bertahan hidup dimasa depan.
Namun, masyarakat lebih percaya terhadap institusi pendidikan
sebagai saluran mobilitas paling utama dalam hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Amsyari Fuad, 1981. Prinsip-prinsip Masalah Perencanaan Lingkungan, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
647
Arief, Arifin.2001. Hutan Dan Kehutanan Indonesia, Jakarta: PT Canisius.
Arikunto, 2003.Manajemen Penelitian, Jakarta: Rhineka Cipta .
Danusaputro, St. Munadjat, 1980. Hukum Lingkungan, Bandung: Binacipta
Faisal, Sanapiah.2005.Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Grafindo
Persada
Hardjasoemantri, Koesnadi, 2005. Hukum Tata Lingkungan, Jogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Kardi, W. dkk.1992.Manual Kehutanan, Jakarta: Departemen Kehutanan
Republik Indonesia
Makka, D. 2004. Penyediaan Kredit KKP dalam mendukung pengembangan sapi
potong dan unggas di kawasan agribisnis peternakan. Direktorat
pengembangan peternakan. Direktorat Bina Produksi. Disampaikan Pada
Pertemuan Kemitraan Usaha Peternakan Sumatera Selatan.
Reksohadiprojo,S.2004. Produksi Tanaman Hijau. Yogyakarta: BPFE.
Satori, Djam’an & Komariah Aan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
Setiadi & Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada media
Group
Soekanto, Soerjono, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
648
Soemarwoto otto, 1981.“Pengelolaan Manfaat dan Resiko Lingkungan,Lembaga
Ekologi UNPAD, Bandung.
Soerianegara, I. dan A. Indrawan, 1982.Ekologi Hutan Indonesia.Bogor : Fakultas
Kehutanan IPB
Sudjana, 1976.Metode Distribusi Frekuensi, Bandung: Tarsito
Sumadi Suryabrata, 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sumintarsih,dkk., Kearifan Tradisional Masyarakat Pedesaan dalam
Hubungannya
dengan pemeliharaan Lingkungan Hidup Dareh istimewa Yogyakarta,
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.
Suyanto, Bagong & Sutinah.2005.Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Syahrin Alvi, 2003. Pengaturan Hukum Dan Kebijakan Pembangunan
Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, Medan: Pustaka Bangasa
Press.
Syarbaini, Syahrial,2009.Dasar-Dasar Sosiologi, Yogyakarta: Candi Gebang
Permai.
Syarif, 2005.Hukum Pawang Hutan, Bandung: Angkasa
Taher, Alamsyah. 2009. Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press
Usman, Husaini & Akbar.2008.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Wirawan.2013.Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma.Jakarta:Kencana
Prenadamedia Group
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
649
Skripsi :
Dede Hendry Triyanto. 2009. Persepsi, Motivasi, Sikap dan Perilaku Masyarakat
Lokal Terhadap Keberadaan Hutan. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor
Sartini. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Jurnal
Filsafat,
Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2.
Situ Zulaifah. 2006. Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat
Untuk Pengembangan Kawasan Hutan Regaloh Di Kabupaten Pati Jawa
Tengah. Tesis. Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro.
T. Hafid Mushawwir. 2013. Sistem Mawah Pada Usaha Ternak Sapid an
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Kecamatan Blang
Bintang Kabupaten Aceh Besar. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh.
Internet :
Aji, Gutomo Bayu. tt. Pengelolaan Hutan Adat dan Partisipasi Masyarakat Desa
Buluhcina,KabupatenKampar,Riau.
http://www.damar.or.id/artikel/pengelolaanhutanadat.php.Diakses
pada 28 November 2016.
Dede Hendry Triyanto. 2015. 2009. Persepsi, Motivasi, Sikap dan Perilaku
Masyarakat Lokal Terhadap Keberadaan Hutan.
https://repository.ipb.ac.id. Diakses : 11Oktober 2016
Erlina. 2012. http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada 28 Desember 2016
Komunitas Lampanah.https://komunitaslampanah.blogspot.co.id/. Diakses pada
tanggal 28 November 2016
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Pemanfaatan Hutan Sebagai Lahan Peternakan Oleh Masyarakat (Wildayana)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
650
Respotory Universitas Sumatera Utara (Medan). https://repository.usu.ac.id.
Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016
Situ Zulaifah. 2006. Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat
Untuk Pengembangan Kawasan Hutan Regaloh Di Kabupaten Pati Jawa
Tengah.. http://eprints.undip.ac.id. Diakses : 08September 2016