24
Mar. 30 Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH .......................................................... .....................................2 1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................... ................................................ ..2 1.3 TUJUAN ........................................................... .................................................................. ..... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN REDENOMINASI ........................................................ ..................................... 3 0 Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Redenominasi & Sanering Rupiah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Redenominasi & Sanering Rupiah

Citation preview

Page 1: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

MASALAH ...............................................................................................2

1.2 RUMUSAN

MASALAH .......................................................................................................... ..2

1.3 TUJUAN ...............................................................................................................................

... 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN REDENOMINASI ............................................................................................. 3

2.2 TUJUAN REDENOMINASI ..................................................................................................... .6

2.3 SYARAT REDENOMINASI ...................................................................................................... 6

2.4 SEJARAH REDENOMINASI DI INDONESIA ......................................................................... .7

2.5 TAHAPAN REDENOMINASI ....................................................................................................9

2.6 PERBEDAAN ANTARA REDENOMINASI DAN SANERING .................................................10

2.7GAMBARAN PENERAPAN REDENOMINASI PADA SUATU NEGARA ...............................11

2.8 PENOLAKAN REDENOMINASI..............................................................................................12

0

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Page 2: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

2.9 BEBERAPA KOMENTAR TENTANG REDENOMINASI ....................................................... 13

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................................... 15

3.2 SARAN................................................................................................................................... 16

DAFRAT PUSTAKA ............................................................................................................................17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rancangan akan dilakukan penyederhanaan nilai mata uang Rupiah oleh pemerintah yang

disebut sebagai redenominasi sampai saat ini masih belum mendapatkan kepastian. Hal ini

dikarenakan membutuhkan banyak pertimbangan, apakah ini akan memberikan dampak positif bagi

Negara ini dan memberikan penghitungan yang lebih efektif untuk ke depannya. Dalam hal ini harus

dipertimbangkan segala sesuatu kemungkinan yang dapat muncul agar rancangan ini bukan hanya

sebagai suatu kebijakan yang akan menjadi wacana, tetapi akan benar-benar dilaksanakan dengan

persiapan yang matang.

Sebelumnya kita harus bisa mendefinisikan secara pasti tentang redenominasi, dan dapat

membedakannya dengan sanering. Karena pada kenyataannya, masalah ini terus diperbincangkan

tetapi sering sekali masyarakat salah mengartikan tentang redenominasi, dan cenderung

mengartikannya kepada sanering yang pernah diterapkan di Indonesia pada masa Soekarno. Inilah

yang akan dibahas dalam makalah ini, beserta tujuan rancangan redenominasi, syarat-syarat yang

harus diperhatikan, dan tahapan dari redenominasi itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

· Apa pengertian dari Redenominasi?

· Apakah yang menjadi tujuan dari rancangan Redenominasi?

Page 3: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

· Apa saja yang menjadi syarat dilakukannya redenominasi?

· Bagaimana tahapan dalam redenominasi?

· Bagaimana perbedaan antara redenominasi dengan sanering?

1.3 Tujuan

· Mengetahui pengertian dari redenominasi sekaligus dapat membedakannya dengan sanering

· Mengerti akan syarat, tujuan, dan tahapan dari redenominasi itu sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Redenominasi

Menurut Bank Indonesia, Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan)

mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa

mengurangi nilai mata uang tersebut. Dalam hal ini, redenominasi hanya berusaha menyederhankan

nilai matauang sekaligus nilai suatu barang. Ini dimaksudkan agar penghitungan keuangan dalam

urusan kenegaran maupun swasta akan terasa lebih ringan dan sederhana. Akan sangat berbeda

kaitannya dengan istilah Sanering yaitu pemangkasan / pemotongan nilai mata uang yang tidak diikuti

dengan penyederhanaan nilai suatu barang, sehingga menyebabkan daya beli rendah karena biaya

yang terlalu terkesan mahal. Redenominasi dapat membantu tingkat inflasi apabila diterapkan dalam

suatu Negara.

Misal Rp 1.000 menjadi Rp 1. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-

harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah. Maksudnya, kalau hari ini seporsi nasi

goreng bisa dibeli dengan harga Rp. 10.000,-. Lalu besok dilakukan redenominasi tiga digit, dari Rp.

1.000,- menjadi Rp. 1,-. Maka untuk membeli seporsi nasi goreng kita hanya perlu membayar Rp.

10,- dengan pecahan mata uang baru. Berbeda halnya dengan Sanering dimana terjadi pemotongan

nilai mata uang tetapi harga barang tetap pada status yang lama, sehingga ketika nasi goring hari ini

harganya adalah Rp 10.000, dan sudah diterapkan Redenominasi Rupiah sebesar 3 digit, sehingga

nilai mata uang Rp 10.000 menjadi Rp 10, akan berdampak pada rendahnya daya beli masyarakat

terhadap nasi goreng karena ketidakseimbangan antara harga nasi goring dengan nilai mata uang,

yang member kesan lemah kepada nilai mata uang.

Page 4: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Sanering ini sudah pernah dilakukan di Indonesia pada jaman Soekarno sekitar tahun 1959,

sedangkan untuk Redenominasi belum pernah dilakukan hingga hari ini.

Akhir-akhir ini kita sering mendengar dan melihat tentang banyaknya wacana BANK

INDONESIA perihal redenominasi terhadap rupiah.Banyak pihak-pihak yang pro dan kontra perihal

masalah ini, namun banyak pihak yang belum memahami perihal redenominasi tersebut dan apa

pengaruh redenominasi tersebut baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya. Menurut Gubernur

Bank Indonesia terbaru Darmin Nasution Redenominasi adalah penyederhanaan penyebutan satuan

harga maupun nilai mata uang. Artinya pecahan mata uang di sederhanakan tanpa mengurangi nilai

dari mata uang tersebut. Misalnya Rp.10.000 menjadi Rp.10, Rp.1000 menjadi Rp.1 dan seterusnya,

tetapi nilai mata uang sebelum dan sesudah redenominasi itu nilainya tetap sama. Menurut

Ensiklopedia Bahasa Indonesia lebih tepatnya Redenominasi Rupiah adalah pemotongan mata uang

menjadi lebih kecil tanpa merubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter

yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin lemah dengan kata lain harga produk

dan jasa harus di tuliskan denagn jumlah yang lebih besar,ketika angka-angka ini semakin membesar

mereka dapat mempengaruhi transaksi harian karena resiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan

oleh jumlah uang lembaran yang harus dibawa atau karena resiko psikologi manusia yang tidak

efektif perhitungan angka dalam jumlah yang besar,maka pihak yang berwewenang dapat menangani

masalah ini dengan redenominasi.

Yang menjadi masalah dalam masyarakat saat ini adalah ketakutan jika redenominasi

tersebut dapat berpengaruh pada daya beli masyarakat seperti sanering yang terjadi pada jaman

Soekarno yang mempengaruhi daya beli masyarakat dan berpengaruh pada perekonomian nasional.

Gubernur Bank Indonesia,Narmin Nasution menegaskan bahwa Redenominasi bukanlah merupakan

pemotongan daya beli masyarakat melalui nilai mata uang seperti pada istilah sanering

”Redenominasi sama sekali tidak merugikan masyarakat karena redenominasi berbeda dengan

sanering atau pemotongan,dalam redenominasi niali uang terhadap barang tidak akan berubah yang

terjadi hanyalah penyederhanaan dalam nilai nominalnya berupa penghilangan beberapa digit angka

nol” ujar Darmin Nasution.

Redenominasi biasanya dilakukan dalam situasidan kondisi ekonomi yang stabil dan menuju

ke arah yang lebih sehat sedangkan sanering adalah pemotongan nilai mata uang dalam kondisi

perekonomianyang tidak sehat yaitu dengan memotong nilai uangnya saja.

Redenominasi dilakukan untuk menyederhanakan sistem akuntansi dalam sistem

pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian. Walaupun telah banyak

penjelasan yang diutarakan oleh Bank Indonesia mengenai perbedaan antara Sanering dan

Redenominasi namun tetap saja banyak masyarakat yang menganggap bahwa antara sanering dan

Redenominasi hanyalah perbedaan istilah yang mempunyai makna yang sama yang akan

berpengaruh pada daya beli masyarakatdan perekonomian nasional.

Page 5: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Secara lebih rinci Bank Indonesia menjelaskan perbedaan antara Redenominasi dan

Sanering diantaranya adalah pada redenominasi tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama

sedangkan pada sanering menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis,

redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam

melakukan transaksi dam mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan ekonomi regional

sedangkan sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga

biasanya dilakukan karena inflasi yang sangat tinggi,pada redenominasi nilai uang terhadap barang

tidak berubah karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan

sedangkan pada sanering nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil karena yang

dipotong adalah nilainya, redenominasi dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil ekonomi tumbuh

dan inflasi terkendali sedangkan pada sanering dilakukan pada saat keadaan makro ekonomi yang

tidak sehat dan ketika situasi inflasi yang sangat tinggi, redenominasi disiapkan secara matang dan

terukur sampai masyarakat siap agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat sedangkan pada

sanering tidak ada masa transisi dan biasanya dilakukan secara tiba-tiba.

Seberapa kerasnya usaha Bank Indonesia untuk menjelaskan bahwa redenominasi jamun

tak dapat dipungkiri jika masyarakat cukup paham dampak-dampak redenominasi baik itu dari segi

positif maupun negatif, bila kita melihat dari sudut pamndang masyarakat dan melepaskan pengaruh

Bank Indonesia mak untuk kebijakan ini Bank Sentral harus menarik semua mata uang lama dan

mencetak mata uang yang baru tapi ini hanyalah dampak yang paling yangdapat diatasi oleh Bank

Indonesia, justru kelompok korporat swasta yang akan menanggung banyak dampak dari

redenominasi.

Bank-bank swasta harus merubah sistem mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) agar sesuai

dengan nominal yang baru atau mungkin malah menarik semua ATM yang lama dan menggantinya

dengan yang baru jika memang pemerintah merubah total bentuk fisik dan ukuran kertas mata uang

yang baru. Operasi perubahan maupun penggantian mesin pasti akan memakan biaya yang cukup

mahal, mungkin tidak setinggi biaya untuk mencetak uang-uang baru tetapi disini pihak swastalah

yang menanggung beban.

Selain itu masih banyak permasalahan yang akan dihadapi sebagai dampak dari

redenominasi tersebut, penghilangan jumlah nol akan mengacaukan perhitungan akuntansi yang

telah terkomputensasi dan jika itu terjadi di seluruh negri dan menimpa kantor-kantor pemerintah dan

swasta maka akan terjadi bencana administrasi nasional.

Dampak lainnya yang perlu diperhatikan dengan cermat adalah adanya potensi pembulatan

harga ke atas dengan alasan untuk mempermudah transaksi, harga barang aseanyang dahulunya

adalah Rp.1700 setelah adanya redenominasi harganya akan berubah menjadi Rp.1,7 dan kemudian

harganya akan dibulatkan menjadi Rp.2.

Tentu saja secara luas praktik ini akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat inflasi.

Sebelum melakukan redenominasi ini hendaknya Bank Indonesia meyakinkan infrastruktur yang

Page 6: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

terkait dengan dampak redenominasi sudah disesuaikan dan di setting sedemikian rupa sehingga

kompatibel dengan mata uang baru dengan lebih sedikit nol.

Biaya penyesuain infrastruktur akibat redenominasi mungkin akan lebih besar dari perkiraan

pemerintah karena pemerintah harus menjangkau semua sektor ekonomi yang terancam terkena

dampak redenominasi tersebut. Redenominasi adalah kebijakan yang tepat tetapi sebaiknya

dipersiapkan panjang dan matang sebelum akhirnya direalisasikan dan sebisa mungkin menutup flaw

yang mungkin terjadi dalam implementasinya.

Perlu ditekankan disini bahwa pokok permasalahan bukan hanya sekedar mensosialisasikan

masalah ini ke pihak-pihak yang terkait lebih dari itu redenominasi menuntut perubahan infrastruktur

dan administrasi secara masif atau ekonomi negri kita akan digoncang prahara pembukuan terkait

dengan dampak redenominasi. Dalam tahapan riset mengenai Redenominasi, Bank Indonesia akan

secara aktif melakukan diskusi dengan berbagai pihak untuk mencari masukan dan hasilnya akan

diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar dapat menjadi komitmen nasional, selain itu Bank

Indonesia secara aktif melakukan kajian Redenominasi Rupiah dimana hal ini terkait dengan

pelaksanaan integrasi masyarakat ekonomi regional seperti ASEAN.

Redenominasi membutuhkan waktu sedikitnya lima tahun dan selama itu pedagang wajib

mencantumkan label dalam dua jenis mata uang yakni mata uang lama yang belum dipotong dan

mata uang baru yang nol nya sudah dipotong,sehingga tercipta control publik. Beberapa faktor yang

mendukung suksesnya program redenominasi ini adalah ekspektasi inflasi yang berada pada kisaran

yang rendah denagn pergerakan yang stabil,stabilitas perekonomian yang terjaga serta adanya

jaminan terhadap stabilitas harga serta adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat.

2.2 Tujuan Redenominasi

Tujuan utama dari dilakukannya redenominasi adalah untuk menyederhanakan pecahan

uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakuan transaksi. Dengan penyederhanaan ini, setiap

orang akan terbantu dalam melakukan kegiatan transaksi karena pecahan mata uang yang harus

dibawa dalam setiap melakukan transaksi tidak terlalu banyak. Penyederhanaan pecahan mata uang

ini akan sangat membantu semua orang di berbagai bidang aktivitas dan pekerjaan, memberikan

cara yang lebih efisien bagi setiap orang dan memberikan kenyaman yang berarti. Selain itu, tujuan

yang lain adalah mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional. Di dalam

wilayah ASEAN daerah yang masih memiliki pecahan mata uang hingga ribuan adalah Indonesia dan

Vietnam, ini menyebabkan bahwa negara kita masih belum menunjukkan tingkat efisiensi dalam nilai

mata uang. Hal ini harus lebih menjadi perhatian bersama karena menyangkut soal harga diri bangsa

di tengah-tengah dunia, sehingga mata uang rupiah tidak dianggap sebagai mata uang murahan oleh

negara lain. Dengan bahasa yang lebih sederhana bisa dikatakan bahwa redenominasi dilakukan

untuk meningkatkan harga diri Indonesia di dunia internasional. Karena selama ini hanya ada 3

negara yang pecahan mata uangnya hingga ribuan, yaitu: Indonesia, Vietnam dan Zimbabwe.

Page 7: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

2.3 Syarat Redenominasi

Menurut ekonom UGM, A. Tony Prasetiono, redenominasi dapat dilakukan bila 2 syarat berikut

terpenuhi:

Inflasi stabil di bawah 5% selama 4 tahun berturut-turut.

Negara memiliki cadangan devisa 100 – 200 miliar.

2.4 Sejarah Redenominasi di Indonesia

Oktober 1946

Upaya mengatur mata uang untuk pertama kalinya terjadi pada bulan Oktober 1946. Umur

Indonesia waktu itu baru 1 tahun, wajar jika mata uang para penjajah masih wara-wiri dalam

perekonomian Indonesia.  Gulden, mata uang NICA, saat itu masih berlaku sebagai alat tukar.

Namun nilainya yang sedikit, membuat nilai Gulden semakin tinggi. Sedangkan mata uang Jepang,

sebagai penjajah terakhir, saat itu beredar dalam jumlah yang sangat banyak. Akibatnya nilai mata

uang Jepang sangat rendah. Sementara itu, masa-masa penjajahan Jepang membuat bangsa

Indonesia tidak produktif. Supply barang sangat sedikit, sementara uang yang beredar sangat

banyak. Kondisi itu adalah kondisi yang sangat sehat untuk menumbuhkan inflasi, inflasi

melonjak luar biasa.  Karenanya kelebihan uang beredar dijadikan tersangka utama biang kerok

inflasi. Satu-satunya jalan menyelesaikan inflasi adalah dengan mengatur kembali jumlah uang

beredar. Caranya dengan mengganti uang NICA dan uang Jepang menjadi uang Indonesia. Uang

tersebut adalah uang nasional pertama, yang dinamai Oeang Republik Indonesia (ORI).

 10 Maret 1950

Sanering pertama agaknya tidak terlalu berhasil. Terbukti di tahun 1950 uang NICA dan dan

uang De Javasche Bank  masih juga beredar, padahal sanering pertama telah berupaya untuk

menarik semua uang ‘eks penjajah’ dengan ORI. Produksi barang di Indonesia pasca merdeka

ternyata belum bisa meningkat secara signifikan.  Jumlah barang yang diproduksi masih belum cukup

untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Adapun teknologi pencetakan uang masih sangat sederhana,

tak ayal aksi pencetakan uang palsu menjadi sangat marak. Akibatnya inflasi sangat tinggi dan tidak

bisa dikendalikan.

Page 8: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Saat itu Menteri Keuangan Kabinet Hatta II adalah Sjafruddin Prawiranegara, dari Partai

Masyumi. Sjafruddin menerapkan suatu kebijakan “gunting Sjafruddin”. Pada saat itu uang

ORI disebut "uang putih" sedangkan uang uang NICA disebut "uang merah".  Tertanggal 10 Maret

1950, Sjafruddin ‘memerintahkan’ agar uang merah yang bernilai diatas Rp. 5,- digunting menjadi

dua. Hanya bagian kiri dari guntingan tersebut yang berlaku sebagai nilai tukar. Itupun nilainya hanya

setengah dari nilai sebelumnya. Aturan ini berlaku baik bagi uang yang beredar secara fisik, maupun

uang yang berada dalam simpanan bank.  Sementara itu uang yang bagian kanan dapat ditukarkan

ke bank sebagai obligasi negara dengan nilai setengahnya dari yang tercantum. Obligasi tersebut

baru bisa diambil kembali 40 tahun mendatang dengan bunga sebesar 3 persen per tahun. Kebijakan

ini adalah langkah dalam menyelesaikan masalah utang negara yang bertumpuk dan kas negara

yang minim. Sjafruddin meneruskan semangat sanering pertama yaitu membuat mata uang nasional

menjadi satu-satunya mata uang yang berlaku dalam perekonomian domestik Indonesia.

Jadi ada tiga point penting dalam “gunting  Sjafruddin” ini, yaitu :

1. Pertama, mengefisienkan perdagangan dengan menyeragamkan mata uang.

2. Kedua, mengurangi  jumlah uang yang beredar dan menekan laju inflasi.

3. Ketiga, mengisi kas negara dengan ‘memaksa’ masyarakat menyimpan sebagian uangnya di

bank.

25 Agustus 1959

Walaupun banyak pengamat ekonomi mengatakan kebijakan “gunting Sjafruddin” berhasil,

namun sembilan tahun kemudian Indonesia kembali dihadapkan pada sanering berikutnya. Sanering

ketiga terjadi tahun 1959, yang dikenal dengan nama "politik pengebirian uang". Istilah tersebut

sangat tepat karena salah satu tujuannya adalah  untuk mengurangi jumlah peredaran uang

terutama yang dimiliki oleh orang-orang kaya. Karena selain meredenominasi uang pecahan ‘besar’

pemerintah juga membekukan deposito  diatas Rp. 25.000,-

Bila melihat bentuknya, bisa dikatakan kebijakan tahun 1959 ini adalah redenominasi mata

uang, karena hanya mengurangi 1 digit nol. Uang kertas bernilai Rp. 500,-  diubah menjadi Rp. 50,-

dan Rp 1.000,- menjadi  Rp. 100. Sayangnya, kondisi ekonomi dan politik Indonesia saat itu sedang

tidak sehat. Konsentrasi pemerintah terpecah antara penyelesaian masalah internasional, dan

masalah konflik sosio –politik nasional.

19 Desember 1965

Melemahnya perekonomian Indonesia terus berlangsung hingga tahun 1965. Jika nilai tukar

Rupiah pada tahun 1959 terhadap US$ adalah Rp. 45,-, maka pada tahun 1965 nilai tukar kita adalah

Rp. 35.000. Angka yang fantastik!.

Page 9: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Pemerintah saat itu masih berkutat dengan masalah-masalah politik dalam dan luar negeri,

sehingga penguatan pembangunan ekonomi menjadi terabaikan. Presiden Soekarno yang berkuasa

sejak tahun 1945,  masih melakukan aksi-aksi politik luar negeri. Walau perjuangan merebut Irian

Barat telah berhasil di tahun 1963, Soekarno masih sibuk berkonfrontasi dengan Malaysia.  Untuk

memperkuat posisinya secara politik di dalam negeri Soekarno menggalang kekuatan dengan

menggandeng TNI dan PKI. Sayangnya kepercayaan Soekarno pada PKI  dikhianati dengan

pemberontakan yang dikenal sebagai G30SPKI.  

Kisruhnya  kondisi politik  dan makin terabaikannya ekonomi membuat negara berada dalam

kondisi ‘terpuruk”. Akhir tahun 1965, tepatnya 19  Desember 1965, wakil perdana menteri III, Chairul

Saleh  mencoba menyelesaikan masalah ekonomi dengan memberlakukan redenominasi. Uang

senilai Rp. 1000,- ditukar dengan Rp.1,-.  Sayangnya kebijakan tersebut tidak didukung oleh

perangkat ekonomi lainnya. Akibatnya di tahun 1966 inflasi meloncat sampai titik 650 persen. 

2.5 Tahapan Redenominasi

Meskipun menurut Wakil Presiden Boediono, redenominasi rupiah masih menjadi wacana,

namun Bank Indonesia sudah membuat tahapan redenominasi:

2011-2012: tahap sosialisasi. Bank Indonesia akan mensosialisasikan redenominasi kepada

masyarakat. Semua sistem akuntansi, pencatatan dan sistem informasi akan disesuaikan secara

bertahap.

2013-2015: tahap transisi. Bank Indonesia akan menerbitkan pecahan mata uang baru yang

nilainya 1.000 kali uang lama. Dalam tahap ini barang akan diberi dua label, yaitu label harga

lama dan label harga baru.

2016-2018: tahap penarikan uang lama. Bank Indonesia akan menarik uang lama. Sehingga

diharapkan pada akhir 2018 mata uang lama sudah tidak beredar lagi.

2019-2020: tahap pemantapan. Bank Indonesia akan mengganti uang baru yang bertuliskan

“uang baru” dengan uang baru yang tidak memiliki tulisan baru tersebut. Sehingga diharapkan

pada tahun 2021 redenominasi rupiah telah selesai

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan redenominasi rupiah, yaitu:

1. Diperlukan biaya yang besar untuk mencetak uang baru.

2. Diperlukan biaya yang besar untuk melakukan sosialisasi.

3. Pemahaman masyarakat harus diperbaiki agar jangan sampai masyarakat mengira pemerintah

melakukan sanering.

Page 10: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

4. Eksportir harus siap. Karena dalam hal terjadi redenominasi, maka yang paling dirugikan adalah

eksportir.

5. Dari segi peraturan perundang-undangan juga harus siap, terutama peraturan yang mengatur

mengenai denda.

6. Dari segi teknologi juga harus siap. Jangan sampai karena kesalahan sistem komputer bank,

muncul banyak orang kaya baru.

2.6 Perbedaan Antara Redenominasi Dengan Sanering

Syarat-syarat

Pertumbuhan ekonomi tinggi

Inflasi rendah dan stabil

Page 11: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Daya beli masyarakat baik

Adanya jaminan stabilitas harga

Adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat

Pertumbuhan ekonomi melambat

Inflasi tinggi dan cepat

Daya beli masyarakat lemah

2.7 Gambaran Penerapan Redenominasi Pada Suatu Negara

Belajar Kesuksesan Redenominasi dari Lira Turki : Redenominasi menjadi istilah yang paling

banyak didiskusikan dalam beberapa waktu terakhir, mulai dari ibu-ibu rumah tangga hingga ke

pengusaha kelas kakap.Topiknya bisa sama, tetapi kesimpulannya berbeda-beda. Ada yang

langsung paham, dan banyak juga yang bingung. Hal yang menghawatirkan karena istilah

redenominasi langsung dikaitkan dengan sanering, yaitu pemotongan nilai tukar uang.

Redenominasi berbeda seratus persen dengan sanering. Redenominasi dapat diartikan

sebagai penyederhanaan satuan nilai mata uang yang diikuti penyederhanaan nilai barang.

Sementara sanering adalah pemotongan nilai mata uang yang tidak diikuti penyederhanaan nilai

barang. Redenominasi belum pernah dilakukan di Indonesia sementara sanering sudah pernah

dilakukan puluhan tahun yang lalu untuk mengantisipasi inflasi tinggi yang telah membuat rupiah tidak

memiliki nilai sama sekali.

Bayangkan jika Anda memiliki uang Rp 1.000.000. Anggap uang sebesar itu bisa membeli

satu telepon seluler baru. Kemudian, pemerintah melakukan redenominasi rupiah dari sebelumnya

Rp 1.000.000 menjadi Rp 1.000. Setelah redenominasi, uang baru senilai Rp 1.000 bisa dipakai

membeli satu telepon seluler serupa.

Secara teoretis hanya itulah yang akan terjadi setelah redenominasi, yang artinya

penggunaan mata uang baru dengan tujuan menggantikan mata uang lama. Bedanya, angka nominal

yang tertera pada mata uang baru akan menjadi lebih kecil, biasanya dengan mengurangi jumlah

angka nol.

Berdasarkan bukti empiris, jika syarat-syarat dipenuhi, redenominasi tidak akan mengurangi

nilai penghasilan riil. Redenominasi juga tidak akan mengurangi kemampuan daya beli mata uang

lama, yang akan digantikan dengan uang baru.

Page 12: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Salah satu negara yang tergolong relatif sukses melakukan redenominasi adalah Turki,

seperti tertulis dalam makalah ”The National Currency Re-Denomination Experience in Several

Countries—a Comparative Analysis” oleh Duca Ioana, dosen dari Titu Maiorescu University

Bucharest, Romania.

Romania juga tergolong sukses melakukan redenominasi sehubungan dengan niatnya

bergabung dengan zona euro. Steve Hanke adalah ekonom AS yang pernah mencoba menerapkan

redenominasi pada akhir Orde Baru di Indonesia, tetapi batal. Namun, dia mengajari Bulgaria

melakukan redenominasi yang tergolong berhasil.

Juga dalam rangka persiapan memasuki keanggotaan Uni Eropa, walau agak berat, Turki

memutuskan redenominasi pada tahun 1998.

Setelah persiapan tujuh tahun, mulai 1 Januari 2005, pada awal tahun anggaran, Turki

melakukan redenominasi terhadap lira. Redenominasi dilakukan di awal tahun anggaran dengan

tujuan agar semua catatan pembukuan keuangan negara dan perusahaan langsung menggunakan

mata uang baru dengan angka nominal yang lebih kecil.

Setelah redenominasi, semua mata uang lama dikonversikan ke mata uang baru. Jika nama

mata uang lama adalah lira Turki dengan simbol TL, maka mata uang baru diberi kode YTL yang

artinya uang baru lira Turki. Huruf Y adalah singkatan dari yeni dalam bahasa Turki, yang artinya

'baru'.

Kurs konversi adalah 1 YTL untuk 1.000.000 TL. Turki menghilangkan enam angka nol. Mata

uang kertas lama TL memiliki angka nominal tertinggi, yaitu 20.000.000 TL, dan pada 1 Januari 2005

menjadi 20 YTL.

Setelah redenominasi, Turki memiliki mata uang kertas baru, yakni 1 YTL (menggantikan

1.000.000 TL), dan 5 YTL, 10 YTL, 20 YTL, 50 YTL, dan 100 YTL.

Turki memiliki uang kertas lama dengan nilai paling rendah 50.000 TL. Setelah 1 Januari

menjadi 0,050 YTL alias 5 sen (5 YKr). Untuk mengakomodasi ini, Pemerintah Turki juga

mengeluarkan uang logam pecahan, mulai dari 1 YKr, 5 YKr, 10 YKr, 25 YKr, dan 50 YKr.

YKr adalah singkatan dari yeni kurus atau sen baru dalam wujud koin. Sebanyak 100 YKr

setara dengan 1 YTL. Selain mengeluarkan mata uang keras 1 YTL, Turki juga mengeluarkan

pecahan baru dalam bentuk koin setara 1 TRL yang nilainya setara dengan 100 YKr.

Turki melakukan redenominasi lewat beberapa tahap. Tahap pertama, mata uang TL dan

YTL tetap beredar secara simultan selama setahun. Setelah setahun, mata uang TL akan ditarik.

Waktu setahun ini bertujuan agar warga memiliki waktu leluasa menggantikan TL ke YTL.

Pada tahap kedua, seperti di banyak negara, setelah beberapa tahun, mata uang YTL

dikembalikan menjadi TL. Dengan kata lain, penggunaan TL dengan angka nominal baru dipulihkan.

Page 13: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Untuk membantu pengenalan mata uang baru dan untuk menghindari kebingungan dalam

proses penggunaan YTL dari TL, dua mata uang dengan daya beli serupa itu dicetak dalam warna

dan desain serupa. Misalnya, desain dan warga mata uang 1 YTL sama dengan 1.000.000 TL.

Syarat sukses redenominasi Turki, sebelumnya Polandia dengan zloty, adalah keharusan

negara pelaku redenominasi melakukan stabilisasi harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

2.8 Penolakan Redenominasi

Dalam makalah yang berjudul ”Dropping Zeros, Gaining Credibility? Currency

Redenomination in Developing Nations”, Layna Mosley dari Department of Political Science

University of North Carolina Chapel Hill, NC, AS, mengatakan, redenominasi an sich tidak otomatis

menurunkan inflasi.

Hal itu juga dinyatakan Profesor Mike Kwanashie pada 5 Januari 2009. Mike, yang saat itu

penasihat Pemerintah Nigeria, menunjukkan, Zimbabwe, Brasil, Argentina, Rusia, dan Ghana gagal

dalam melakukan redenominasi karena kegagalan mengendalikan inflasi dan tak mampu mendorong

pertumbuhan.

Di Rusia, redenominasi bahkan dianggap sebagai instrumen tak langsung pemerintah

merampok kekayaan rakyat. Dalam 85 tahun terakhir, ada 50 negara yang melakukan redenominasi.

Negara pertama adalah Jerman pada tahun 1923 karena hiperinflasi dengan mengurangi 12 angka

nol.

Korea Utara pada akhir tahun 2009 melakukan redenominasi dengan menjadi 100 won

menjadi 1 won. Namun, saat warga hendak menggantikan uang lama won ke uang baru, stok uang

baru tidak ada. Melihat kegagalan banyak negara itu, dan menyadari Nigeria tidak siap melakukan

reformasi ekonomi, Kwanashie menolak redenominasi atas naira Nigeria.

”Kurs yen Jepang berada di atas angka 100 per dollar AS. Apa masalahnya? Jepang tetap

merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia,” kata Kwanashie.

2.9 Beberapa Komentar Tentang Redenominasi

Wakil Presiden Boediono

Menghimbau semua pihak untuk menjaga ketenangan dan kestabilan situasi ekonomi dan

moneter. Menurut Wapres, redenominasi bukan berarti menandakan perekonomian memburuk.

Redenominasi justru dilakukan pada saat perekonomian dalam kondisi yang baik. (Kompas)

Menteri Keuangan Agus Martowardojo

Page 14: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Mengatakan bahwa meskipun belum dikonsultasikan oleh pemerintah, namun kajian

redenominasi rupiah yang akan dilakukan Bank Indonesia (BI) diyakini tidak berdampak buruk bagi

perekonomian Indonesia. (Detik)

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wiryawan

Mendukung ide redenominasi yang sedang digulirkan Bank Indonesia. Ide simplifikasi

nominal rupiah ini diyakini akan mempermudah hidupnya. "Saya oke-oke saja dengan ide

redenominasi," kata Gita. (Tempo)

Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan

Mengatakan bahwa kebijakan redenominasi mata uang rupiah yang direncanakan oleh Bank

Indonesia (BI) memang harus dilakukan karena kondisi perekonomian Indonesia yang semakin

membaik. Kebijakan ini bisa membuat perekonomian makin praktis. (Detik)

Analis PT Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih dan VP Research & Analys PT Valbury Asia

Securities Nico Omer Jonckheere

Mengatakan bahwa redenominasi atau pengurangan nominal rupiah hanya memberikan efek

psikologis ke pasar saham. Jika rencana itu tersosialisasi dengan baik, maka semestinya pasar

saham tidak terpengaruh dan bisa bergerak dengan normal lagi. (Detik)

Page 15: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat diketahui perbedaan antara denominasi dengan sanering.

Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih

sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Dalam

hal ini, redenominasi hanya berusaha menyederhankan nilai mata uang sekaligus nilai suatu barang.

Ini dimaksudkan agar penghitungan keuangan dalam urusan kenegaran maupun swasta akan terasa

lebih ringan dan sederhana. Sedangkan sanering adalah pemangkasan/ pemotongan nilai mata uang

yang tidak diikuti dengan penyederhanaan nilai suatu barang, sehingga menyebabkan daya beli

rendah karena biaya yang terlalu terkesan mahal.

Jumlah nol yang banyak mengakibatkan ongkos bertransaksi terlalu mahal atau tidak efisien.

Pecahan mata uang yang terlalu besar kurang efisien karena membuat proses pembayaran dan

transaksi tunai menjadi lebih susah. Jadi timbulah ide kreatif merampingkan rupiah, yang dalam

bahasa kerennya disebut redenominasi mata uang (currency redenomination). Pengurangan pecahan

mata uang bisa menyederhanakan sistem akuntansi dan pembayaran. Masyarakat tidak perlu resah

dengan rencana redenominasi. Sebab, redenominasi hanya menyederhanakan pecahan uang rupiah

tanpa mengurangi nilainya.

Redenominasi rupiah harus dibarengi pembangunan persepsi masyarakat terhadap

kebijakan tersebut. Jangan sampai persepsi yang timbul adalah pemotongan nilai mata uang, yang

membuat masyarakat menarik dana mereka dari bank dan melakukan investasi ke luar negeri.

Rencana positif redenominasi harus dilakukan secara hati-hati. Dampak psikologi kepada masyarakat

dan investor akan tergantung dengan bagaimana Bank Indonesia melakukan sosialisasi.

Redenominasi jangan sampai menimbulkan gejolak stabilitas ekonomi. Kesiapan masyarakat menjadi

Page 16: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

poin penting bagi bank sentral. Redenominasi sebetulnya sangat baik, tetapi harus dipahami jika

kesiapan masyarakat menjadi hal penting yang harus diperhatikan.Kesiapan masyarakat juga

diperlukan karena tanpa kesiapan masyarakat maka bisa-bisa terjadi gejolak ekonomi dimana terjadi

kepanikan di masyarakat. Hal tersebut berbahaya, karena masyarakat tidak mengerti dan jangan

sampai disalahartikan seperti sanering.

Bank Indonesia sebelum melakukan redominisasi untuk terlebih dahulu bank Indonesia

meyakinkan semua infrastruktur terkait sudah disesuaikan dan disetting sedemikian rupa sehingga

kompatibel dengan mata uang baru dengan lebih sedikit nol. Rencana redenominasi rupiah bakal

memakan biaya tinggi. Bank Indonesia juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk

mengganti dan mencetak uang baru. Pencetakan uang selalu menguras anggaran Bank Indonesia.

Ada tiga alasan Indonesia menerapkan redenominisasi yaitu yang pertama, inflasi di

Indonesia terkendali, yaitu di bawah 10 persen, yang ke dua utang pemerintah dari persentase

Produk Domestik Bruto (PDB) terus turun, dan yang ke tiga kondisi perekonomian yang stabil.

Redenominasi tidak akan memberikan efek negatif terhadap perekonomian. Ekonomi yang kuat dan

politik yang stabil akan memudahkan proses redenominasi. Jika pelaku bisnis yakin bahwa ekonomi

berkinerja baik, redenominasi bisa berjalan sesuai dengan harapan. Tetapi, redenominasi

mengakibatkan angka inflasi meningkat apabila pelaku bisnis berpersepsi ekonomi melambat atau

memburuk ketika kebijakan itu diterapkan. Sukses redenominasi hanya bisa dilakukan pada saat

inflasi dan ekspektasi inflasi stabil dan rendah.

3.2 Saran

Dalam hal ini, yang harus menjadi perhatian bersama adalah bagaimana pemerintahan dapat

mempersiapkan segala bentuk yang berhubungan dengan kesiapan redenominasi dalam jangka

panjang jika memang ini akan diterapkan di Indonesia, dan akan membawa mata uang Indonesia

lebih efisien. Karena walau bagaimanapun juga ini berkaita dengan keuangan Negara Indonesia di

mata dunia, jangan sampai akan menurunkan harga diri bangsa kita di tengah-tengah dunia, jika

perlu kita tunjukka bahwa kita layak bersaing di tengah-tengah persaingan dunia yang semakin

gencar ke arah yang lebih baik.

Page 17: Redenominasi & Sanering Rupiah

Mar. 30

1

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Arpan, Sarpani, 01 Januari 2013, Pengaruh Redenominasi dan Sanering Rupiah Terhadap

Psikologi Konsumen, Arpan News, http://arpanblogger.blogspot.com/2013/01/pengaruh-

redenominasi-sanering-rupiah.html diakses 27 Maret 2013

Arsip Makhijani, Dyah N.K., 03 Agustus 2010, Redenominasi Bukan Pemotongan Uang, Bank

Indonesia Website, http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/sp_123810.htm

diakses 27 Maret 2013

Journal non-personal. 2011. Kajian Tentang Rencana Redenominasi Rupiah Dalam Sistem

Keuangan Jangka Panjang di Indonesia.

http://www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/jrak/article/view/62, diakes 27 Maret 2013

Artikel non-personal, 25 Maret 2013, Redenominasi, Wikipedia Bahasa Indonesia,

http://id.wikipedia.org/wiki/Redenominasi , diakses 27 Maret 2013

Artikel Imade, Yangki, 04 Januari 2011, Seputar Redenominasi Rupiah, Kandank Ilmu,

http://kandankilmu.org/2011/01/04/artikel-seputar-redenominasi-rupiah/, diakses 27 Maret

2013

Artikel unardy, Wibowo, 04 Agustus 2010, Redenominasi Rupiah, Wibowotunardy Blog,

http://www.wibowotunardy.com/redenominasi-rupiah/, diakses 27 Maret 2013

Artikel Nevergiveupyo, 05 August 2010, Redenominasi Rupiah, Dari Nusantara untuk Dunia,

http://baltyra.com/2010/08/05/redenominasi-rupiah/, diakses 27 Maret 2013