REFERAT ANAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan ujian

Citation preview

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    1/48

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Kelainan kongenital adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir dapat

    disebabkan oleh faktor genetik maupun non-genetik. Kematian pada neonatus

    merupakan kejadian yang paling sering terjadi pada anak-anak usia dibawah 5

    tahun. Kelainan bawaan merupakan penyebab kematian tersering ketiga setelah

    prematuritas dan gizi buruk.

    Di negara maju, 30% dari seluruh seluruh penderita yang dirawat di rumah

    sakit anak terdiri dari penderita kelainan kongenital dan akibat yang

    ditimbulkannya. Di Asia Tenggara, jumlah penderita kelainan bawaan cukup

    tinggi yaitu mencapai 5%. Di Indonesia prevalensi kelainan bawaan mencapai

    angka 5 per 1.000 kelahiran. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (I975-

    1979), secara klinis ditemukan angka kejadian kelainan kongenital sebanyak 225

    bayi di antara 19.832 kelahiran hidup atau sebesar 11,6I per 1000 kelahiran hidup,

    sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan (1977-1980) sebesar 48 bayi

    (0,33%) di antara 14.504 kelahiran bayi dan di Rumah Sakit Universitas Gadjah

    Mada (1974-1979) sebesar 164 dari 4625 kelahiran bayi. Di Ruang Perinatologi

    RSAB Harapan kita Jakarta dari tahun 1994 2005 kelainan bawaan terdapat

    pada 2,55% dari seluruh bayi yang lahir.

    Angka kejadian dan jenis kelainan kongenital dapat berbeda-beda untuk

    berbagai ras dan suku bangsa, begitu pula dapat tergantung pada cara perhitungan

    besar kecilnya kelainan kongenital. Banyak faktor risiko dari kelainan kongenital,

    di antaranya faktor umur ibu, hormonal, radiasi, dan gizi. Banyak kelainan

    kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janin dan faktor lingkungan

    hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia,

    hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali

    penyebab kelainan kongenital tidak diketahui.

    Pada penulisan referat ini akan dibahas sedikit mengenai kelainan

    kongenital seperti Tetralogy of Fallot, VSD (ventrikel septal defect), atresia ani,

    1

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    2/48

    2

    dan hidrosefalus dari mulai definisi, etiologi, epidemiologi, diagnosis, pencegahan

    serta penatalaksaannya.

    I.2 Tujuan Penulisan

    1. Tujuan umumReferat ini diajukan untuk memenuhi sebagian syara kegiatan

    Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr.

    Margono Soekarjo Purwokerto.

    2. Tujuan khususPenulisan Referat ini bertujuan untuk mengetahui kelainan kongenital,

    yang mencakup definisi, etiologi, patogenesis, klinis serta diagnosis dan

    pencegahan terhadap terjadinya kelainan kongenital.

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    3/48

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. 1 Definisi

    Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada

    sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.

    Ilmu yang mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi.

    II .2. Embriogenesis

    Perkembangan pranatal terdiri dari 3 tahap yaitu:

    1. Tahap implantasi (implantation stage), dimulai pada saat fertilisasi /pembuahan sampai akhir minggu ketiga kehamilan.

    2. Tahap embrio (embryonic stage), awal minggu keempat sampatminggu ketujuh kehamilan:

    Terjadi diferensiasi jaringan dan pembentukan organ definitif. Jaringan saraf berproliferasi sangat cepat dengan menutupnya

    tabung saraf (neural tube) dan fleksi dari segmen anterior

    membentuk bagian otak.

    Jantung mulai berdenyut, sehingga darah dapat bersirkulasi melaluisistem

    vaskular yang baru terbentuk meskipun struktur jantung belum

    terbentuk sempurna.

    Terlihat primordial dari struktur wajah, ekstremitas dan organdalam.

    3. Tahap fetus (fetal stage), dimulai minggu kedelapan sampai lahir. Padatahap ini diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah dalam

    ukuran, pertumbuhan progresif struktur skeletal, muskulus dan

    terutama otak.

    II.3. Embriogenesis abnormal

    Kegagalan atau ketidaksempurnaan dalam proses embriogenesis

    dapat menyebabkan terjadinya malformasi pada jaringan atau organ. Sifat

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    4/48

    4

    dari kelainan yang timbul tergantung pada jaringan yang terkena,

    penyimpangan, mekanisme perkembangan, dan waktu pada saat

    terjadinya. Penyimpangan pada tahap implantasi dapat merusak embrio

    dan menyebabkan abortus spontan. Diperkirakan 15% dari seluruh

    konsepsi akan berakhir pada periode ini.

    Bila proliferasi sel tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya

    defisiensi struktur, dapat berkisar dari tidak terdapatnya ekstremitas

    sampai ukuran daun telinga yang kecil. Abnormal atau tidak sempurnanya

    diferensiasi sel menjadi jaringan yang matang mungkin akan

    menyebabkan lesi hematoma lokal seperti hemangioma atau kelainan yang

    lebih luas dari suatu organ. Kelainan induksi sel dapat menyebabkan

    beberapa kelainan seperti atresia bilier, sedangkan penyimpangan imigrasi

    sel dapat menyebabkan kelainan seperti pigmentasi kulit.

    Proses kematian sel yang tidak adekuat dapat menyebabkan

    kelainan, antara lain sindaktili, atresia ani. Fungsi jaringan yang tidak

    sempurna akan menyebabkan celah bibir/ dan langit-langit. Beberapa zat

    teratogen dapat mengganggu perkembangan, tetapi efeknya sangat

    dipengaruhi oleh waktu pada saat aktivitas teratogen berlangsung selama

    tahap embrio.

    II.4. Etiologi

    Menurut Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008) etiologi

    kelainan bawaan dapat dibedakan menjadi:

    1. Faktor genetik

    Kelainan karena faktor genetik adalah kelainan bawaan yangdisebabkan oleh kelainan pada unsur pembawa keturunan yaitu gen.

    Kelainan yang disebabkan oleh faktor genetik dikelompokkan ke dalam

    kelainan akibat mutasi gen tunggal, kelainan aberasi kromosom, dan

    kelainan multifaktorial (gabungan genetik dan pengaruh lingkungan).

    a. Kelainan mutasi gen tunggal (single gen mutant)

    Kelainan single gen mutant atau disebut juga pola

    pewarisan Mendel (Mendelian) terbagi 4 macam antara lain:

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    5/48

    5

    otosomal resesif, otosomal dominan, x-linked recessive, x-linked

    dominant.

    b. Gangguan keseimbangan akibat kelainan aberasi kromosom

    Kelainan kromosom dibagi atas aberasi numerik dan

    aberasi struktural. Kelainan pada struktur kromosom seperti delesi,

    translokasi, inversi, dan lain sebagainya, ataupun perubahan pada

    jumlahnya (aberasi kromosom numerik/ aneuploidi) yang biasanya

    berupa trisomi, monosomi, tetrasomi, dan lain sebagainya.

    Kelainan bawaan berat (biasanya merupakan anomali multipel)

    seringkali disebabkan aberasi kromosom. Aberasi numerik timbul

    karena terjadinya kegagalan proses replikasi dan pemisahan sel

    anak yang disebut juga non-disjunction. Sedangkan aberasi

    struktural terjadi apabila kromosom terputus, kemudian dapat

    bergabung kembali atau hilang.

    2. Faktor non-genetik

    Kelainan oleh faktor non-genetik dapat disebabkan oleh obat-

    obatan,alkohol, teratogen, dan infeksi.

    1. Pemakaian alkohol oleh ibu hamilPemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma

    alkohol pada janin dan obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu

    hamil juga bisa menyebakan kelainan bawaan.

    2. Teratogenik

    Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan

    atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat

    tertentu dan racun merupakan teratogen. Secara umum, seorangwanita hamil sebaiknya:

    Mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang diaminum

    Berhenti merokokTidak mengkonsumsi alcoholTidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat

    mendesak.

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    6/48

    6

    3 .Infeksi

    Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa

    infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah

    kelainan bawaan: - Sindroma rubella kongenital ditandai dengan

    gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung,

    keterbelakangan mental dan cerebral palsy - Infeksi

    toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata

    yang bisa berakibat fatal, gangguan pendengaran, ketidakmampuan

    belajar, pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental dan

    cerebral palsy - Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika

    ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan

    berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy,

    gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi -

    Penyakit ke-5 bisa menyebabkan sejenis anemia yang berbahaya,

    gagal jantung dan kematian janin - Sindroma varicella kongenital

    disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya

    jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan

    kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil

    dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.

    3. Gizi

    Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan

    menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang

    baik. Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalahasam

    folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinyaspina

    bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisaterjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka

    setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal

    sebanyak 400 mikrogram/hari.

    4. Faktor fisik pada rahim

    Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga

    merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang

    abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    7/48

    7

    bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi

    pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa

    menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses

    pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin

    mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak

    yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).

    II.5. Patogenesis

    Berdasarkan patogenesisnya, Effendi (2006) dalam Neonatologi

    IDAI (2008) membedakan kelainan kongenital sebagai berikut:

    1. Malformasi

    Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan

    atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis.

    Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti,

    melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu

    kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada

    satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ, atau mengenai berbagai

    sistem tubuh yang berbeda.

    2. Deformasi

    Deformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang abnormal

    sehingga mengubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang

    semula berkembang normal, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia

    (mandibula yang kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan

    ruang dalam uterus ataupun faktor ibu seperti primigravida, panggul

    sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.3. Disrupsi

    Defek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan yang

    semula berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang hanya

    disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia,

    perdarahan atau perlekatan. Kelainan akibat disrupsi biasanya mengenai

    beberapa jaringan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa bahwa baik

    deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai struktur yang semula

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    8/48

    8

    berkembang normal dan tidak menyebabkan kelainan intrinsik pada

    jaringan yang terkena.

    4. Displasia

    Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital adalah

    displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan

    struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam

    jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat

    penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan

    produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh

    mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek

    klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga

    patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan

    efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang

    ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif

    berlangsung singkat. Displasia dapat terus menerus menimbulkan

    perubahan kelainan seumur hidup.

    II.6. Gejala Klinis

    Kelainan bawaan menyebabkan gangguan fisik atau mental atau

    bisa berakibat fatal. Terdapat lebih dari 4.000 jenis kelainan bawaan,

    mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun banyak

    diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi kelainan

    bawaan tetap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun

    pertama kehidupan bayi.

    Beberapa kelainan bawaan yang akan dibahas adalah :II.6.1.Kelainan jantung

    VSD (ventricular septal defect)

    Definisi

    Defek septum ventrikel jantung atau ventricular septal defect

    (VSD) adalah kelainan kongenital yang terjadi akibat terbukanya septum

    interventricularis yang memungkinkan terjadinya hubungan darah antara

    ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Septum interventricularis adalah

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    9/48

    9

    pemisah antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan, yang terdiri atas pars

    membranacea dan pars muskularis. VSD disebabkan oleh malformasi

    embriogenik dari septum interventricularis. Kejadian ini dapat berdiri

    sendiri atau bersamaan dengan kelainan kongenital jantung lainnya. Defek

    biasanya terjadi pada septum interventricularis pars membranacea.1

    Gambar 1.Aliran darah pada VSD6

    Defek pada septum interventricularis ini, pertama kali

    dideskripsikan oleh Roger (1879), yang menamakan defek septum

    interventricularis asimptomatik sebagai maladie de Roger.Penyakit ini

    biasanya terdiagnosis pada usia kanak-kanak. Pada orang dewasa, penyakit

    ini jarang terdiagnosis karena pada umumnya defek septum

    interventricularis yang besar segera dikoreksi dengan pembedahan, dan

    defek septum interventricularis yang kecil biasanya tertutup secara

    spontan.2,3

    Insiden dan Epidemiologi

    VSD menduduki peringkat pertama yang tersering dari seluruh

    cacat pada jantung. Kejadian pada VSD terhitung kira-kira 25-40% dari

    seluruh kelahiran dengan cacat jantung bawaan. Kejadian VSD di Amerika

    Serikat dan di dunia sebanding, kira-kira satu sampai dua kasus per seribu

    bayi yang lahir. Riset menunjukkan bahwa prevalensi VSD di Amerika

    Serikat meningkat selama tiga puluh tahun terakhir. Riset BWIS

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    10/48

    10

    melaporkan bahwa peningkatan ini terjadi karena makin sensitifnya

    deteksi penyakit ini oleh echocardiography.1

    Di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita,

    tipe perimembranus adalah yang terbanyak ditemukan (60%), kedua

    adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah tipe muskuler (3%).

    VSD sering ditemukan pada kelainan kongenital lainnya, seperti Sindrom

    Down. 4,5

    Etiologi

    VSD terjadi karena kegagalan penyatuan atau kurang

    berkembangnya komponen atau bagian dari septum interventricularis

    jantung (terutama pars membranacea). Perkembangan ini terjadi pada hari

    ke-24 sampai ke-28 masa kehamilan. Kegagalan gen NKX2.5 dapat

    menyebabkan penyakit ini. Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-

    obatan terlarang telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang paling

    mungkin pada VSD. The National Center on Birth Defects and

    Developmental Disabilities, Centers for Disease Control and Prevention

    memiliki data yang menunjukkan bahwa para ibu yang menggunakan

    marijuana sebelum masa konsepsi berhubungan erat dengan peningkatan

    risiko memiliki bayi dengan VSD.1,5

    Mengonsumsi alkohol juga berhubungan dengan peningkatan

    kejadian VSD. BWIS mengungkapkan bahwa konsumsi alkohol pada

    wanita berhubungan dengan VSD tipe muskuler.Tidak ditemukan korelasi

    dengan VSD tipe perimembranus. Sebuah riset dari Finlandia lebih lanjut

    menemukan bahwa konsumsi alkohol berhubungan dengan peningkatan

    kasus VSD sebanyak 50%.

    1

    Patofisiologi

    VSD menyebabkan terjadinya left-to-right shunt pada ventrikel.

    Terjadinya left-to-right shunt pada ventrikel menyebabkan tiga

    konsekuensi hemodinamik, yaitu:1

    Meningkatnya volume ventrikel kiriMeningkatnya aliran darah pulmoner

    Sistem cardiac outputyang terkompensasi

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    11/48

    11

    Gangguan fungsional yang disebabkan oleh VSD lebih bergantung

    pada ukuran shunt daripada lokasi dari VSD itu sendiri, yaitu besar

    kecilnya defek dan keadaan pembuluh darah pulmoner. Sebuah VSD yang

    kecil dengan resistensi aliran yang tinggi menyebabkan sebuah left-to-

    right shunt yang sempit. Hubungan interventricular yang besar

    menyebabkan sebuah left-to-right shuntyang besar, hanya jika tidak ada

    stenosis pulmonal atau resistensi pembuluh darah pulmoner yang tinggi,

    karena faktor-faktor tersebut turut mempengaruhi aliranshunt.1

    Selama kontraksi ventrikel, atau disebut juga fase sistol, sebagian

    darah dari ventrikel kiri bocor ke ventrikel kanan, melewati jantung dan

    masuk kembali ke ventrikel kiri melalui vena pulmonalis dan atrium kiri.

    Ada dua konsekuensi yang ditimbulkan dari proses tersebut. Pertama,

    refluks aliran darah menyebabkan volume yang meningkat pada ventrikel

    kri. Kedua, karena ventrikel kiri secara normal memiliki tekanan darah

    sistolik yang lebih tinggi (sekitar 120 mmHg) daripada ventrikel kanan

    (sekitar 20 mmHg), kebocoran darah ke dalam ventrikel kanan

    menyebabkan peningkatan tekanan dan volume ventrikel kanan, yang

    lebih lanjut mengakibatkan hipertensi pulmonal dengan gejala-gejala yang

    terkait. Gejala-gejala ini akan lebih terlihat pada pasien-pasien dengan

    defek yang besar, yang mungkin dapat memberikan manifestasi klinis

    berupa sesak napas, malas makan, dan pertumbuhan terhambat pada bayi.

    Pasien-pasien dengan defek yang kecil mungkin saja dapat memberikan

    gejala yang asimptomatis.5

    Diagnosis

    Gejala KlinisVSD adalah penyakit jantung bawaan yang asianotik, dikenal juga dengan

    left-to-right shunt, jadi tidak ada tanda-tanda sianosis.5

    Gejala klinis dan gangguan fungsi jantung pada VSD bergantung pada

    besarnya defek, keadaan vaskularisasi pulmoner, derajat shunt, dan lokasi

    defek. Gejala-gejala VSD, antara lain:1

    VSD dengan defek yang kecil biasanya tidak bergejala.1

    Terjadi respiratory distressdan takipnea ringan.

    1

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    12/48

    12

    Pada VSD yang moderat, kulit dan menjadi pucat dan diaforetik,dan dapat disertai dengan pneumonia atau infeksi saluran

    pernapasan bagian atas.1

    VSD yang disertai dengan komplikasi berupa hipertensi pulmonaldan shunt terbalik (Sindrom Eisenmenger), memiliki gejala klinis

    berupa sesak napas, nyeri dada, sinkop, hemoptisis, sianosis,

    clubbing finger, dan polisitemia.1

    Aspek fisik

    Tanda:

    Murmur pansistolik/holosistolik (tergantung dari besar kecilnyadefek) di sela iga III-IV parasternal kiri yang menyebar sepanjang

    parasternal dan apeks, aktivitas ventrikel kiri meningkat, dan dapat

    teraba thrill(turbulensi aliran darah yang teraba). Bunyi jantung

    normal, tetapi komponen pulmonal bunyi jantung kedua mengeras

    bila terjadi hipertensi pulmonal. Seorang bayi dengan VSD akan

    terhambat pertumbuhannya dan akan terlihat tachypnea (bernapas

    cepat).4,5

    Pada aliran pirau yang besar, dapat terdengar bising mid-diastolikdi daerah katup mitral akibat aliran yang berlebihan.Tanda-tanda

    gagal jantung kongestif dapat ditemukan pada bayi atau anak

    dengan aliran pirau yang besar. Bila telah terjadi penyakit vaskuler

    paru dan Sindrom Eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan

    jari-jari berbentuk tabuh, bahkan mungkin disertai tanda-tanda

    gagal jantung kanan.4

    Pemeriksaan Radiologi Foto thorax

    Macam-macam ekspertise yang dapat ditemukan pada VSD, antara

    lain:3,6,7

    Karakteristik foto yang ditemukan pada VSD adalah kardiomegali

    terutama bagian kiri jantung, disertai tanda-tanda peningkatan

    vaskularisasi pulmoner. Peningkatan aliran balik vena pulmonalis

    mengakibatkan terjadinya peningkatan volume pada atrium kiri dan

    ventrikel kiri, yang akhirnya berujung ke dilatasi kedua ruang jantung

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    13/48

    13

    tersebut. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan batas jantung kiri berubah

    bentuk. Pembesaran atrium kiri lebih baik jika dilihat dari aspek lateral

    atau obliqus anterior sinistra, yang mana foto tersebut akan menunjukkan

    gambaran bulging sepanjang batas jantung posterior bagian atas, yang

    mengakibatkan pergeseran esophagus dan bronchus principalis sinistra.

    Jika defek yang terjadi besar, maka pembesaran biventricular akan terjadi.6

    Gambar 2. Foto thorax PA menunjukkan pembesaran jantung yang lebih

    dominan pada bagian kiri dan peningkatan vaskularisasi pulmoner6

    Gambar 3.Foto lateral menunjukkan pembesaran atrium kiri6

    Pada VSD, moderate left-to-right shunt, foto thorax PA

    menunjukkan kardiomegali,arteri pulmonalis menonjol, aorta menjadi

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    14/48

    14

    kecil, dan terdapat tanda-tanda peningkatan vaskularisasi pulmoner. Hal

    ini dapat terjadi karena darah yang seharusnya mengalir ke aorta, sebagian

    mengalir kembali ke ventrikel kanan. Atrium kiri yang menampung darah

    dari vena pulmonalis yang jumlahnya banyak, akan melebar dari biasa dan

    dapat mengalami dilatasi. Akibatnya, otot-otot ventrikel kiri akan

    mengalami hipertrofi. Arah arus dari kiri ke kanan dapat berbalik menjadi

    dari kanan ke kiri bila terjadi kelainan pada pembuluh darah paru-paru,

    yaitu pembuluh darah paru lumennya menjadi sempit terutama di bagian

    perifer. Hal ini berakibat tekanan di arteri pulmonalis menjadi tinggi.

    Tekanan di ventrikel kanan juga meninggi. Bila tekanan di ventrikel kanan

    menadi lebih tinggi daripada tekanan di ventrikel kiri, maka terjadilah

    pembalikan arah kebocoran menjadi right-to-left shunt. Perubahan arah

    kebocoran ini menyebabkan penderita menjadi sianosis, sesuai dengan

    gejala-gejala Eisenmenger. Foto oblique anterior dextra menunjukkan

    pergeseran esophagus ke posterior, yang menandakan adanya dilatasi

    atrium kiri disertai tanda-tanda pembesaran biventricular.3,7

    Gambar 4.Foto thorax PA menunjukkan kardiomegali, arteri pulmonalis

    menonjol, dan terdapat tanda-tanda peningkatan vaskularisasi pulmoner3

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    15/48

    15

    Gambar 5. Foto oblique anterior dextra menunjukkan pergeseran

    esophagus ke posterior, yang menandakan adanya dilatasi atrium kiri

    disertai tanda-tanda pembesaran biventricular3

    Pada VSD, large left-to-right shunt, foto thorax PA menunjukkan

    kardiomegali, dengan apeks jantung melebar sampai ke dinding thorax

    kiri. Peningkatan vaskularisasi pulmoner pada kedua lapangan paru, dan

    arteri pulmonalis menonjol. Ada kemungkinan terdapat air trappingpada

    lapangan paru. Foto oblique anterior dextra dan barium mealmenunjukkan

    kompresi esophagus oleh atrium kiri, yang menandakan dilatasi atrium

    kiri.3

    Gambar 6. Foto thorax PA menunjukkan kardiomegali, dengan

    apeks jantung melebar sampai ke dinding thorax kiri.

    Peningkatan vaskularisasi pulmoner pada kedua lapangan paru,

    dan arteri pulmonalis menonjol3

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    16/48

    16

    Gambar 7. Foto thorax PA menunjukkan kardiomegali disertai tanda-tanda

    peningkatan vaskularisasi pulmoner pada kedua lapangan paru.Air trapping

    tampak pada lobus medial pulmo dextra3

    Gambar 8.Foto oblique anterior dextra dan barium mealmenunjukkan kompresi

    esophagus oleh atrium kiri, yang menandakan dilatasi atrium kiri3

    Diagnosis Banding

    Sekitar 70% dari penyakit jantung bawaan bersifat asianotik, yang

    paling sering antara lain: defek septum ventrikel (VSD), paten duktus

    arteriosus (PDA), defek septum atrial (ASD), dan stenosis pulmonal.8

    Perbandingan keempat penyakit jantung bawaan tersebut, sebagai

    berikut:7,8

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    17/48

    17

    Tabel 1. Diagnosis banding pada VSD7,8

    Uraian VSD PDA ASD Stenosis pulmonal

    Gejala klinis

    Asianotik,

    murmur

    pansistolik yangterdengar pada

    linea sternalis kiri

    bawah

    Asianotik,murmur kontinyu

    yang terjadikarena variasi

    ritme dari

    perbedaan

    tekanan darahselama siklus

    jantung. Murmur

    terdengar pada

    daerah sternum

    kiri atas. Pulsus

    celer (+)

    Asianotik,murmur sistolik

    yang terdengar

    pada ICS II kiri

    dan murmur mid-diastolik yang

    terdengar pada

    daerah sternum

    kanan bawah

    Asianotik, murmur

    sistolik pada lineasternalis kiri atas

    Bentuk

    jantung pada

    gambaran

    radiologi

    Kardiomegali,

    denganpenonjolan arteri

    pulmonalis dan

    dilatasi atriumkiri dan ventrikel

    kiri

    Kardiomegali,

    dengan pelebaran

    arteri pulmonalis,arcus aorta

    tampak normal,

    aorta descendensmengecil, dan

    dilatasi atrium

    dan ventrikel kiri

    Kardiomegali,

    denganpenonjolan arteri

    pulmonalis,

    dilatasi ventrikel

    kanan, atrium kiri

    dan ventrikel kiri

    normal

    Kardiomegali, dengandilatasi pada atrium

    dan ventrikel kanan,

    arteri pulmonalis

    menonjol, dan aorta

    mengecil

    Corakan

    vaskulerBertambah Bertambah Sangat melebar

    Berkurang dan tampak

    kecil

    Penatalaksaan

    Pertama setelah diagnosis VSD ditegakkan, secara kualitatif besar

    aliran pirau dapat ditentukan dengan petunjuk Klinis, Elektrokardiografi,

    dan Radiologi (KER).4

    Tabel 2. Penggolongan hemodinamis (Pierre Corone 1977, Fyler 1961)4

    Golongan PenyulitPerbandingan tekanan ventrikel

    kanan dan tekanan sistemik (mmHg)

    Ia

    Ib

    Normal

    30-35

    IIa

    IIb

    70% tekanan sistemik

    III Resistance ratio >70%

    IV Pulmonal stenosis

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    18/48

    18

    Tabel 3. Petunjuk K.E.R.4

    K (Klinik) E (EKG) R (Rontgen)

    Dada

    membenjol =

    2

    Biru:

    (menangis

    = 10,

    menetap =

    12)

    BB

    rendah:

    (p 10%

    = 8, p

    25% =

    4)

    Payah

    jantung = 8

    (sesak

    napas/lekas

    capek = 4)

    RVH = 8

    LVH = 6

    (RAD = 4)

    RAH = 2

    LAH = 2

    Gangguan

    konduksi/irama =

    2

    CTR35 B = besar

    Penanganan VSD dapat meliputi penanganan konservatif maupun

    pembedahan.VSD dengan defek yang kecil dapat tertutup dengan

    sendirinya, seiring dengan semakin berkembangnya jantung, dan dalam

    beberapa kasus ditangani secara konvensional.5

    Penanganan pertama VSD pada bayi yang disertai gagal jantung

    (biasanya KER: MB sampai B) adalah dengan memberikan terapi

    konservatif, berupa kardiak glikosida (contoh: digoxin 10-20

    g/kgBB/hari), loop diuretik (contoh: furosemide 1-3 mg/kgBB/hari), dan

    ACE Inhibitors (contoh: captopril 0,5-2 mg/kgBB/hari). Bila gagal jantung

    tidak dapat teratasi dengan medikamentosa dan pertumbuhan terlihat

    terhambat maka sebaiknya dilakukan tindakan paliatif bedah pulmonary

    artery binding untuk mengurangi aliran yang berlebih ke paru atau

    langsung penutupan VSD bila berat badan anak mengizinkan. Hal ini

    tentunya bergantung pada pengalaman dan kemampuan pusat bedah

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    19/48

    19

    jantung setempat. Bila gagal jantung dapat teratasi dan anak tumbuh baik,

    maka kateterisasi jantung dan bedah penutupan VSD dilakukan setelah

    anak berumur 2-4 tahun (kemungkinan nilai KER menetap atau

    menurun).4,5

    Untuk nilai KER MK sampai K hanya perlu observasi sebulan

    sekali bila usia kurang dari satu tahun dan tiap enam bulan bila usia lebih

    dari satu tahun. Mungkin KER bertambah, terutama pada usia kurang dari

    satu tahun setelah tahanan paru menurun, sehingga perlu ditatalaksana

    seperti KER MB sampai B. Bila KER menetap maka kateterisasi jantung

    dapat ditunda sampai usia 3-4 tahun dan bila KER menurun dapat ditunda

    sampai 7-8 tahun. Dalam perjalanannya, penutupan spontan dapat terjadi

    pada beberapa tipe VSD (tipe muskuler dan perimembranus).4

    Prognosis

    Dari seluruh kasus VSD yang tercatat pada bayi-bayi usia satu

    bulan, 80% menutup secara spontan. Penutupan spontan defek septum

    ventrikel bergantung pada besarnya defek, anatomi, dan umur pasien.

    Penutupan spontan paling sering terjadi pada usia satu tahun dan dengan

    kerusakan yang kecil.1

    Mortalitas yang terjadi akibat riwayat penyakit VSD menunjukkan

    bahwa 27% pasien meninggal pada usia 20 tahun, 53% pada usia 40 tahun,

    dan 69% pada usia 60 tahun.1

    Pada penyakit-penyakit VSD tanpa komplikasi, tingkat mortalitas

    saat dilakukan tindakan operasi mendekati 0%. Mortalitas dan morbiditas

    meningkat pada VSD yang multiple, hipertensi pulmonal, dan diikuti

    dengan anomali-anomali yang lain.

    1

    Tetralogy of Fallot (TOF)

    Definisi

    TOF (Tetralogy of Fallot) adalah kelainan anatomi yang

    disebabkan oleh kesalahan dari perkembangan infundibulum ventrikel

    kanan. Kelainan ini pertama kali dilaporkan oleh Fallot (1888).9

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    20/48

    20

    Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang

    paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan

    keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum

    ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih

    kurang 10 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, dan merupakan

    penyebab utama diantara penyakit jantung bawaan sianotik.

    Epidemiologi

    Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang

    paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan

    keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum

    ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten. Di US

    angka kejadiannya mencapai 3-6 dari 10000 kelahiran. Tetralogi fallot

    merupakan penyebab tersering pada PJB yang menyebabkan sianosis.

    Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.9

    Klasifikasi

    Tetralogy of Fallot dengan tidak adanya katup pulmonal (3-5%),

    tetralogi fallot dengan kanal pada atrioventrikular (2 %), tetralogi fallot

    dengan atresia pulmonal, dan tetralogi fallot dengan stenosis pulmonal

    (paling banyak)

    Derajat keparahan tetralogi Fallot dibagi 4:

    Derajat I: tidak ada sianosis, kemampuan aktivitas normal Derajat II: sianosis waktu aktivitas, kemampuan aktivitas berkurang Derajat III: sianosis waktu istirahat, sianosis bertambah saat

    beraktivitas, ada dispneu

    Derajat IV: sianosis dan dispneu waktu istirahat, ada jari tabuh(clubbing finger).9

    Anamnesis

    Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi

    (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).12

    Riwayat keluarga : apakah saudara dekatnya ada yang terkena blue babies,

    lahir dalam keadaan meninggal karena penyakit jantung kongenital. Dan

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    21/48

    21

    ditanyakan apakah terdapat anggota keluarga yang lain mengalami

    penyakit jantung, seperti hipertensi, arterosklerosis, stroke, PJB, aritmia.12

    Riwayat Anak : Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan

    pertumbuhan karena sulit untuk makan (ketika makan terasa sesak)

    sehingga asupan kalorinya sangat sedikit. Apakah saat beraktifitas

    mengalami dispneu atau takipneu (karena inadekuat O2 ke jaringan).

    Ortopneu biasanya diakibatkan kongesti vena pulmonary. Berkeringat

    secara abnormal biasanya disebabkan oleh gagal jantung kongesti. Nyeri

    pada dada yang disebabkan karena iskemia pada otot jantung. Pernah

    mengalami sincope atau tidak (karena stenosis aorta, hipertensi pulmonal,

    heart rateyang sangat tinggi/sangat rendah).12

    Pemeriksaan Fisik9

    Inspeksi

    Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayitampak biru setelah tumbuh.

    Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan. Skoliosis (ke arah kanan) Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal

    hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas

    kusmaul,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.

    Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam

    beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.

    Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besartampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan

    Palpasi

    Teraba getaran bising sepanjang tepi sternum kiriAuskultasi

    Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerahpulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat

    obstruksi. Bising ini adalah bising stenosis pulmonal, bukan bising

    defek septum ventrikel. Darah dari ventrikel kanan yang menuju

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    22/48

    22

    ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami turbulensi karena tekanan

    sistolik antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama. Pada serangan

    anoksia bising menghilang (aliran darah ke paru sangat

    sedikit/tidak ada)

    Bunyi jantung I keras (penutupan trikuspid yang kuat). Bunyi jantung II terpisah dengan komponen pulmonal yang lemah Pada bayi laki-laki dengan usia 9 bulan dengan keadaan BB tidak

    naik, sesak napas, dan sianosis, serta pemeriksaan fisik sebagai

    berikut :

    Tanda vital : HR 130 x/menit ; RR 50 x/menit Inspeksi : bibir tampak sedikit kebiruan dan jari-jari

    kebiruan, bertambah jelas bila menangis = retraksi dada

    Palpasi : pada dinding abdomen : datar dan lemas ;pembesaran hepar (1/3-1/4) ; lien tidak teraba

    Perkusi Auskultasi : paru : vesikuler dan tidak terdapat ronkhi ;

    jatung : BJ I-II normal dengan bising/murmur jelas

    terdengar.

    Pemeriksaan Penunjang9

    Pemeriksaan laboratorium

    Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)

    akibat saturasi oksigen yang rendah. Nilai AGD menunjukkan

    peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan

    parsial oksigen (PO2) dan penurunan pH. Pasien dengan Hb dan Ht

    normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi. Nilai juga faktor

    pembekuan darah (trombosit, protombin time)

    Radiologis

    Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah

    pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . Tampak pembesaaran aorta

    asendens. Gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat

    sehingga seperti sepatu.

    Ekokardiografi

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    23/48

    23

    Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi

    ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran

    darah ke paru-paru.

    Kateterisasi

    Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui

    defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan

    mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Melihat ukuran a.pulmonalis.

    Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan

    ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

    Etiologi9

    Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak

    diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.

    Faktorfaktor tersebut antara lain :

    Faktor endogeno Berbagai jenis penyakit genetik :

    Kelainan kromosom (down syndrom) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit

    jantung bawaan

    Adanya penyakit tertentu dalam keluarga sepertidiabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau

    kelainan bawaan.

    Faktor eksogeno Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB

    oral atau suntik, minum obat tanpa resep dokter

    (thalidomide,dextroamphetamine.aminopterin)

    o Ibu menderita penyakit infeksi : rubellao Pajanan terhadap sinarXo Nutrisi yang kurang pada saat kehamilano Alcoholo Ibu hamil yang berusia > 40 tahuno Nutrisi yang buruk saat kehamilan

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    24/48

    24

    Patofisiologi9,11

    Takut pada anak Kecemasan anak Krg pengetahuan klg ttg caramerawat anak dg asma

    Kecemasan orang tua,perubahanproses keluarga, koping keluarga

    inefektif

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    25/48

    25

    Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan

    terjadi perubahan hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu

    menyebabkan darah yang berasal dari vena cava superior dan inferior

    seluruhnya akan tertampung dalam ventrikel kanan. Kemudian masuk ke

    aorta tanpa membebani ventrikel kiri, sehingga timbul hipertrofi ventrikel

    kanan sedangkan ventrikel kiri relatif kecil. VSD tersebut menyebabkan

    terjadinya shunt kanan ke kiri sehingga timbul sianosis. Stenosis pulmonal

    menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi menurun sehingga terjadi

    hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia.

    Penatalaksanaan10

    Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi

    ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain

    dengan cara :

    Medika Mentosa

    Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusatpernafasan dan mengatasi takipneu.

    Natrium Bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat

    karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena

    aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    26/48

    26

    tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila

    hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :

    o Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkandenyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total

    dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus

    diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya

    diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.

    Berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl,sekali pemberian 5 ml/kgBB

    Propanolol oral 1 mg/kg/hari dalam 4 dosis dapat digunakan untukserangan sianotik

    Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi Pemberian Prostaglandin E1 untuk sianosis atau pada keadaan akut

    (vasodilator arteriol dan menghambat agregasi trombosit)

    Pemberian Vasopressor pada awal serangan atau jika terapi lain gagal(methoxamine, phenylephrine)

    Non Medika Mentosa

    Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber

    infeksi terjadinya endokarditis infektif atau abses otak.

    Hindari dehidrasiPembedahan

    Bedah paliatif

    Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Block-

    Taussig) Shunt yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan

    menghubungkan a.subklavia dengan a.pulmonalis yang ipsilateral.

    Umumnya operasi paliatif dilakukan pada bayi kecil atau dengan

    hipoplasia a.pulmonalis dan pasien yang sering mengalami sianotik. Selain

    BT Shuntterdapat pula Potts Shunt, Waterston Shunt, dan Glenn Shunt.

    Tetapi BT Shunt merupakan yang paling sering digunakan karena

    memberikan hasil yang paling baik. Tetapi BT Shunt juga menimbulkan

    beberapa komplikasi walaupun angka kejadiannya sangat kecil.

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    27/48

    27

    Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain : hipoplasia pada lengan,

    gangren pada digitalis, cedera nervus frenikus, stenosis a.pulmonal.10

    Bedah Korektif

    Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului

    atau tanpa bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil,

    umumnya koreksi total dilakukan pada pasien tetralogi Fallot di bawah

    usia 2 tahun.10

    Prognosis

    Jika tidak dilakukan tindakan operasi maka rata-rata mencapai

    umur 15 tahun. Dengan operasi paliatif dan korektif makan prognosis akan

    menjadi lebih baik.12

    Komplikasi

    Trombosis pulmonal

    Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang

    disebabkan oleh polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk

    terjadinya trombosis. Trombosis dapat terjadi di mana saja tapi yang

    berbahaya jika terjadi di paru dan otak.12

    Abses otak

    Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri,

    terutama terjadi pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal luas

    sebagai faktor predisposisi abses otak. Pada penderita ditemukan

    polisitemia dengan aliran darah yang lambat, sehinga dapat menyebabkan

    terjadinya infark kecil di dalam otak yang merupakan tempat abses mulai

    timbul. Aliran darah pirau dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru,

    sehingga memudahkan terjadinya septikemia. Hal-hal tersebut merupakanfaktor predisposisi terjadinya abses otak pada penderita penyakit jantung

    bawaan sianotik. Terjadinya abses dapat dibagi menjadi empat stadium,

    yaitu: fase serebritis dini, fase serebritis lambat, pembentukan kapsul dini

    dan pembentukan kapsul lambat. Abses otak pada penyakit jantung

    bawaan sianotik biasanya soliter, sering terdapat pada lobus frontalis,

    temporalis, dan parietalis.12

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    28/48

    28

    II.6.2. Malformasi Anorektal

    Definisi

    Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi anorektal adalah

    suatu kelainankongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk

    didalamnya agenesis ani, agenesis rekti dan atresia rekti. Insiden 1:5000

    kelahiran yang dapat muncul sebagai sindrom VACTRERL (Vertebra,

    Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).13

    Epidemiologi

    Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di seluruh dunia

    adalah 1 dalam 5000 kelahiran.14 Secara umum, malformasi anorektal

    lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Fistula

    rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak ditemui pada bayi

    lakilaki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan,

    jenis malformasi anorektal yang paling banyak ditemui adalah anus

    imperforata diikuti fistula rektovestibular dan fistula perineal.15 Hasil

    penelitian Boocock dan Donna di Manchester menunjukkan bahwa

    malformasianorektal letak rendah lebih banyak ditemukan dibandingkan

    malformasi anorektalletak tinggi.16

    Patofisiologi

    Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal

    pada kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya

    obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi

    abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila

    urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi

    sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir kearahtraktus urinarius menyebabkan infeksi berulang.

    Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum

    dengan organ sekitarnya. Pada perempuan, 90% dengan fistula ke vagina

    (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki umumnya

    fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika) bila

    kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke

    uretra (rektouretralis).17

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    29/48

    29

    Etiologi

    Atresia ani atau anus imperforata dapat disebabkan karena:

    1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga

    bayi lahir tanpa lubang dubur.

    2. Gangguan organogenesis dalam kandungan

    3. Berkaitan dengan sindrom down

    Malformasi anorektal memiliki etiologi yang multifaktorial. Salah

    satunya adalah komponen genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa

    risiko malformasi meningkat pada bayi yang memiliki saudara dengan

    kelainan malformasi anorektal yakni 1 dalam 100 kelahiran, dibandingkan

    dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga

    menunjukkan adanya hubungan antara malformasi anorektal dengan

    pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome). Kedua hal tersebut

    menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-macam gen yang berbeda

    dapat menyebabkan malformasi anorektal atau dengan kata lain etiologi

    malformasi anorektal bersifat multigenik.17

    Klasifikasi

    Klasifikasi yang paling sering digunakan untuk malformasi

    anorektal adalah klasifikasi Wingspread yang membagi malformasi

    anorektal menjadi letak tinggi, intermedia dan letak rendah. Akan tetapi,

    untuk tujuan terapi dan prognosis digunakan klasifikasi yang dibuat

    berdasarkan jenis.14

    Melbourne membagi berdasarkan garis pubokoksigeus dan garis

    yang melewati ischii kelainan disebut:13

    a.

    Letak tinggi apabila rektum berakhir diatas muskulus levator ani(muskulus pubokoksigeus).

    b. Letak intermediet apabila akhiran rektum terletak di muskuluslevator ani.

    c. Letak rendah apabila akhiran rektum berakhir bawah muskuluslevator ani.

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    30/48

    30

    Manifestasi klinis

    Gejala yang menunjukan terjadinya malformasi anorektal terjadi dalam

    waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa:

    a. Perut kembungb. Muntahc. Tidak bisa buang air besard. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik

    dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan.

    Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan

    malformasi anorektal adalah:14,15

    1. Kelainan kardiovaskuler

    Ditemukan pada sepertiga pasien dengan anus imperforata. Jenis

    kelainan yang paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan

    paten ductus arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular

    septal defect.

    2. Kelainan gastrointestinal

    Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%),

    obstruksi duodenum (1% - 2%)

    3. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis

    Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan

    lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan

    hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan adalah

    myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.

    4. Kelainan traktus genitourinarius

    Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan padamalformasi anorektal. Beberapa penelitian menunjukkan insiden

    kelainan urogeital dengan malformasi anorektal letak tinggi antara 50

    % sampai 60%, dengan malformasi anorektal letak rendah 15% sampai

    20%.

    Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri ataupun muncul bersamaan

    sebagai VATER (Vertebrae, Anorectal, Tracheoesophageal and Renal

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    31/48

    31

    abnormality) dan VACTERL (Vertebrae, Anorectal, Cardiovascular,

    Tracheoesophageal, Renal and Limb abnormality).15

    Diagnosis

    Pena menggunakan cara sebagai berikut:13

    1. Bayi laki-laki dilakukan pemeriksaan perineum dan urin bila :

    a. Fistel perianal (+), bucket handle, anal stenosis atau anal

    membranberarti atresia

    letak rendah maka dilakukan minimal Postero Sagital

    Anorektoplasti (PSARP) tanpa kolostomi

    b. Bila mekoneum (+) maka atresia letak tinggi dan dilakukan

    kolostomi terlebih dahulu, setelah 8 minggi kemudian dilakukan

    tindakan definitif. Apabila pemeriksaan diatas meragukan

    dilakukan invertrogram. Bila akhiran rektum < 1 cm dari kulit

    maka disebut letak rendah. Akhiran rektum > 1 cm disebut letak

    tinggi.

    Pada laki-laki fistel dapat berupa rektovesikalis, rektouretralis dan

    rektoperinealis

    2. Pada bayi perempuan 90 % atresia ani disertai dengan fistel.13

    Bila ditemukan fistel perineal (+) maka dilakukan minimalPSARP tanpa kolostomi.

    Bila fistel rektovaginal atau rektovestibuler dilakukankolostomi terlebih dahulu.

    Bila fistel (-) maka dilakukan invertrogram: apabila akhiran < 1cm dari kulit dilakukan postero sagital anorektoplasti, apabila

    akhiran > 1 cm dari kulit dilakukan kolostomi terlebih dahulu.

    Penatalaksanaan

    Pena secara tegas menjelaskan bahwa pada atresia ani letak tinggi

    dan intermediet dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi

    dan diversi. Operasi definitif setelah 4 8 minggu. Saat ini teknik yang

    paling banyak dipakai adalah posterosagital anorektoplasti, baik minimal,

    limited atau full postero sagital anorektoplasti.13

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    32/48

    32

    Teknik Operasi13

    a. Dilakukan dengan general anestesi, dengan intubasi endotrakeal,dengan posisi pasien tengkurap dan pelvis ditinggikan.

    b. Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untukidentifikasi anal dimple.

    c. Insisi bagian tengah sakrum kearah bawah melewati pusat spingter danberhenti 2 cm didepannya.

    d. Dibelah jaringan subkutis, lemak, parasagital fiber dan musclecomplex.

    e. Os koksigeus dibelah sampai tampak muskulus levator, dan muskuluslevator dibelah tampak dinding belakang rektum.

    f. Rektum dibebas dari jaringan sekitarnya.g. Rektum ditarik melewati levator, muscle complex dan parasagital

    fiber.

    h. Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension.

    Gambar 9.Algoritma penatalaksanaan malformasi anorektal

    pada neonatus laki-laki18

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    33/48

    33

    Dengan inspeksi perineum dapat ditentukan adanya malformasi anorektal

    pada 95% kasus malformasi anorektal pada bayi perempuan. Prinsip

    penatalaksanaan malformasi anorektal pada bayi perempuan hampir sama

    dengan bayi laki-laki.15

    Gambar 10.Algoritma penatalaksanaan malformasi anorektal

    pada neonatus perempuan18

    Anoplasty

    PSARP adalah metode yang ideal dalam penatalaksanaan kelainan

    anorektal. Jika bayi tumbuh dengan baik, operasi definitif dapat dilakukan

    pada usia 3 bulan. Kontrindikasi dari PSARP adalah tidak adanya kolon.

    Pada kasus fistula rektovesikal, selain PSARP, laparotomi atau

    laparoskopi diperlukan untuk menemukan memobilisasi rektum bagian

    distal. Demikian juga pada pasien kloaka persisten dengan saluran kloaka

    lebih dari 3 cm.15

    Penatalaksanaan Post-operatif

    Perawatan Pasca Operasi PSARP13

    a. Antibiotik intra vena diberikan selama 3 hari ,salep antibiotik diberikan

    selama 8- 10 hari.

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    34/48

    34

    b. 2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan heger dilatation,

    2 kali sehari dan tiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan anal dilator

    yang dinaikan sampai mencapai ukuran yang sesuai dengan umurnya.

    Businasi dihentikan bila busi nomor 13-14 mudah masuk.

    Kalibrasi anus tercapai dan orang tua mengatakan mudah

    mengejakan serta tidak ada rasa nyeri bila dilakukan 2 kali sehari selama

    3-4 minggu merupakan indikasi tutup kolostomi, secara bertahap frekuensi

    diturunkan.13

    Pada kasus fistula rektouretral, kateter foley dipasang hingga 5-7 hari.

    Sedangkan pada kasus kloaka persisten, kateter foley dipasang hingga 10-

    14 hari. Drainase suprapubik diindikasikan pada pasien persisten kloaka

    dengan saluran lebih dari 3 cm. Antibiotik intravena diberikan selama 2-3

    hari, dan antibiotik topikal berupa salep dapat digunakan pada luka.15

    Dilatasi anus dimulai 2 minggu setelah operasi. Untuk pertama kali

    dilakukan oleh ahli bedah, kemudian dilatasi dua kali sehari dilakukan

    oleh petugas kesehatan ataupun keluarga. Setiap minggu lebar dilator

    ditambah 1 mm tercapai ukuran yang diinginkan. Dilatasi harus

    dilanjutkan dua kali sehari sampai dilator dapat lewat dengan mudah.

    Kemudian dilatasi dilakukan sekali sehari selama sebulan diikuti dengan

    dua kali seminggu pada bulan berikutnya, sekali seminggu dalam 1 bulan

    kemudian dan terakhir sekali sebulan selama tiga bulan. Setelah ukuran

    yang diinginkan tercapai, dilakukan penutupan kolostomi.15

    Setelah dilakukan penutupan kolostomi, eritema popok sering

    terjadi karena kulit perineum bayi tidak pernah kontak dengan feses

    sebelumnya. Salep tipikal yang mengandung vitamin A, D, aloe, neomycindan desitin dapat digunakan untuk mengobati eritema popok ini.15,17

    Prognosis

    Hasil operasi kelainan anorektal meningkat dengan signifikan sejak

    ditemukannya metode PSARP.17

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    35/48

    35

    II.6.3. Kelainan Sistem Saraf

    Hidrosefalus

    Definisi

    Hidrosefalus adalah akumulasi cairan pada ventrikulus otak dan

    ruang subarachnoid sebagai akibat peningkatan jumlah cairan

    serebrospinal (CSS).Akumulasi cairan tersebut disebabkan oleh suatu

    gangguan pembentukan, aliran atau penyerapan dari CSS.Kondisi ini juga

    bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS19

    Etiologi

    Penyebab terjadinya hidrosefalus pada bayi dan anak dibagi

    menjadi 2, yaitu penyebab bawaan (kongenital) dan penyebab dapatan22

    1. Penyebab bawaan (kongenital)a. Stenosis akuaduktus silvii (10%)

    Kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi (Toxoplasma,

    Rubella) atau perdarahan selama kehidupan fetal23,24.

    b. Malformasi Dandy-Walker (2-4%)

    Gambar 11.Perbedaan Kelainan Anatomis

    Malformasi Arnold-Chiari dan Dandy-walker Syndrome25

    Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hypoplasia

    vermis cerebellum (Gambar 4).Hidrosefalus terjadi akibat dilatasi

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    36/48

    36

    hubungan ventrikel IV dan subarachnoid yang tidak adekuat.

    Hidrosefalus biasanya tampak pada usia 3 bulan pertama25.

    c. Malformasi Arnold-ChiariPada malformasi Arnold-Chiari, fossa posterior tidak terbentuk

    dengan benar.Fossa posterior yang kecil menyebabkan batang otak,

    serebellum, atau tonsil serebellar terperas ke bawah melalui celah

    pada dasar cranium (Gambar 4).Jaringan yang mengalami dislokasi

    bisa saja menghambat aliran dari cairan serebrospinal26.

    d. Agenesis Foramen Monroe. Aneurisma Vena Galeni

    Vena galeni mengalir diatas akuaduktus sylvii. Ketika terjadi

    aneurisma, vena akan menggembung dan membentuk kantong

    sehingga seringkali menekan akuaduktus sylvii dan mengakibatkan

    obtruksi aliran CSS27.

    2. Penyebab didapat (Acquired)a. Tumor Otak (20%)

    Tumor dapat mengakibatkan penekanan pada system ventrikuler

    dan mengakibatkan obstruksi aliran CSS28,29

    .

    b. PerdarahanPost hemorrhagic hydrocephalus (PHH) dan post hemorrhagic

    ventricle dilatation (PVD). Pada PVD terdapat perdarahan yang

    hebat, juga terjadi pelebaran ventrikel yang progresif, tidak

    didapatkan adanya tanda peningkatan tekanan intracranial dan

    dapat sembuh sendiri walaupun tanpa intervensi.PHH merupakan

    suatu komplikasi dari perdarahan intraventricular, dapatmenyebabkan penyumbatan atau penurunan kemampuan otak

    untuk menyerap CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus20

    c. Meningitis BakterialMeningitis adalah peradangan pada selaput meningen.Hidrosefalus

    berkembang ketika jaringan parut (fibrosis leptomeningeal) dari

    infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang

    subarachnoid.Infeksi bakteri pada meningen juga dapat

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    37/48

    37

    menyebabkan arachnoiditis dan menyebabkan hilangnya atau

    rusaknya tempat absorpsi CSS21.

    d. Peningkatan tekanan sinus venosusPeningkatan tekanan sinus venosus terjadi pada akondroplasia,

    kraniostenosis atau trombosis venous.Peningkatan tekanan sinus

    venosus menghambat absorbsi CSS pada villi arachnoidea29.

    e. IatrogenikHipervitaminosis A dapat menyebabkan peningkatan sekresi cairan

    serebrospinalatau meningkatkan permeabilitas sawar darah otak,

    sehingga menimbulkan hidrosefalus29.

    Klasifikasi

    1. Berdasarkan Anatomi/ Sirkulasi CSS30a. Hidrosefalus Non-communicating

    Adanya obstruksi disepanjang saluran CSS (dari ventrikel lateral

    hingga ruang subarachnoid). Contohnya apabila terjadi sumbatan

    yang diakibatkan karena aqueductal stenosis, ventriculitis, clot

    akibat perdarahan interventricular.

    b. Hidrosefalus CommunicatingCairan serebrospinal dapat melalui seluruh lajur foramen termasuk

    yang didasar otak.Walaupun demikian, tidak terjadi penyerapan ke

    vena akibat adanya hambatan di arachnoid vili.Keadaan ini dapat

    disebabkan karena adanya meningitis atau perdarahan

    subarachnoid yang parah.

    2. Berdasarkan Gambaran Klinis19,29a.

    Hidrosefalus manifestHidrosefalus yang tampak jelas dengan tanda-tanda klinis yang

    nyata.

    b. Hidrosefalus tersembunyiHidrosefalus dengan ukuran kepala yang normal dan tanda klinis

    yang kurang nyata.

    3. Berdasarkan Waktu Pembentukannya19,29a. Hidrosefalus kongenital

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    38/48

    38

    Hidrosefalus yang terjadi dan berkembang pada masa intrauterin

    b. Hidrosefalus infantilHidrosefalus yang terjadi karena cidera kepala selama proses

    kelahiran

    c. Hidrosefalus akuisitaHidrosefalus yang terjadi setelah masa neonatus atau disebabkan

    oleh factor lain setelah masa neonatus.

    Patogenesis

    Hidrosefalus terjadi karena adanya gangguan absorpsi, obstruksi,

    cairan serebrospinalis dan/atau produksi yang berlebihan. Pada

    hidrosefalus komunikans terjadi hubungan langsung antara CSS sistem

    ventrikulus dan CSS di ruang subaraknoid. Hambatan aliran CSS pada tipe

    ini biasanya pada bagian distal dari sistem ventrikulus ini, yaitu pada

    ruang subaraknoid (sebagai akibat fibrosis dari infeksi sebelumnya) atau

    pada granulatio arachnoidea (sebagai akibat kelainan bentuk struktur ini).

    Hal ini mengakibatkan akumulasi CSS dan pembesaran ruang ventrikulus.

    Pada hidrosefalus nonkomunikans, CSS pada ruang ventrikulus

    tidak bisamencapai ruang subaraknoid karena adanya hambatan aliran CSS

    pada foramen Monroe, aquaductus cerebri Sylvii atau pada foramen

    Magendi dan Luschka19.Obstruksi pada foramen Monroe misalnya

    diakibatkan oleh tumor, menghalangi aliran CSS dari ventrikulus lateralis

    ke ventrikulus tertius, mengakibatkan akumulasi cairan dan pembesaran

    pada ventrikulus lateralis pada sisi yang mengalami sumbatan.Obstruksi

    aquaductus cerebri Sylvii oleh tumor, peradangan atau atresia kongenital

    mengakibatkan akumulasi cairan dan pembesaran pada ventrikulus tertiusdan kedua ventrikulus lateralis. Obstruksi pada foramen Magendi dan

    Luschka oleh tumor, inflamasi atau atresia Kongenital mengakibatkan

    akumulasi dan pembesaran pada ventrikulus quartus, ventrikulus tertius

    dan kedua ventrikulus lateralis.19

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang.

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    39/48

    39

    1. Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan Lingkaran kepala

    Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan

    lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart

    (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada

    anak yang lebih besar lingkaran kepala dapat normal hal ini

    disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan

    secara fungsional.Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan

    suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara

    menyeluruh19,33

    Tabel 5.Ukuran rata-rata kepala normal33

    Umur Lingkar Kepala

    Lahir 35 cm

    Umur 3 bulan 41 cm

    Umur 6 bulan 44 cm

    Umur 9 bulan 46 cm

    Umur 12 bulan 47 cm

    Umur 18 bulan 48,5 cm

    b. TransiluminasiSyarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka,

    pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah

    pemeriksa beradaptasi selama 3 menit.Alat yang dipakai lampu senter

    yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo

    dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm33.

    2. Pemeriksaan Penunjanga. Foto Polos Kepala

    Foto polos kepala dapat memberikan informasi penting seperti ukuran

    tengkorak, tanda peningkatan TIK, massa pada fossa cranii serta

    kalsifikasi abnormal. Hidrosefalus pada foto polos kepala akan

    memberikan gambaran ukuran kepala yang lebih besar dari orang

    normal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica, gambaran vena-vena

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    40/48

    40

    kepala tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula eksterna

    dan interna menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering

    ditemukan gambaran impressiones digitate akibat peningkatan

    TIK30,33.

    Gambar 12.Foto Polos Kepala Pada Anak Dengan Hydrosefalus

    b. USGPada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat

    ditegakkan degan USG.Pada USG akan tampak dilatasi dari ventrikel.

    USG sangat jarang digunakan dalam mendiagnosis hidrosefalus30.

    c. CT-ScanDengan menggunakan CT-Scan, kita dapat menentukan ukuran dari

    ventrikel.Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan

    lokasi dan ukuran dari tumor tersebut.Pada pasien dengan hidrosefalus

    akan tampak dilatasi dari ventrikel pada foto CT-Scan serta dapat

    melihat posisi sumbatan yang menyebabkan terjadinya hidrosefalus.

    Dengan CT-Scan saja hidrosefalus sudah bisa ditegakkan30.

    d. VentrikulografiVentrikulografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kontras

    yang dimasukan ke dalam ventrikel, kemudian di foto.Pada anak yang

    sudah besar fontanela telah menutup, sehingga untuk memasukkan

    kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau

    oksipitalis.Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    41/48

    41

    tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur

    ini telah ditinggalkan29.

    e. Pemeriksaan cairan serebrospinalAnalisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau

    meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan

    kemungkinan ada infeksi sisa29.

    Penatalaksanaan

    1. Pencegahan21,24,30a. Sebelum menikah, pasangan calon pengantin harus memeriksakan

    kondisi kesehatannya untuk mencegah kelainan bawaan pada bayi

    saat hamil nanti.

    b. Sesudah menikah khususnya selama masa kehamilan, harusdilakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur ke dokter agar

    dapat diketahui bagaimana kesehatan janin yang dikandung dan

    kemungkinan terjadinya hidrosefalus.

    c. Pada masa bayi dan anak, hidrosefalus sering terjadi akibat infeksiotak yang mengganggu peredaran cairan otak, sehingga imunitas

    dan gizi anak harus baik supaya tidak mudah terinfeksi.

    d. Lindungi kepala bayi dan anak dari cedera dan guncangan yangkuat.

    2. Terapi nonmedikamentosa21,30a. Stabilisasi pernafasan apabila terdapat gangguan pernafasan.

    b. Berikan makanan yang sesuai dengan umur dan kebutuhan gizianak, baik itu melaui oral maupun nasal sonde.

    c.

    Lakukan terapi (rehabilitasi medik) terhadap gangguanperkembangan yang mungkin terjadi.

    d. Edukasi keluarga mengenai penyakit hidrosefalus dan komplikasiserta kemungkinan kelainan yang akan dialami oleh anak.

    3. Terapi medikamentosaDitujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya

    mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroidalis atau upaya

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    42/48

    42

    meningkatkan resorpsinya.Terapi medikamentosa ini dapat diberikan

    pada pasien yang tidak gawat.Obat yang sering digunakan adalah:

    a. AsetazolamidCara pemberian dan dosis; per oral 2-3x125 mg/hari, dosis ini

    dapat ditingkatkan sampai maksimal 1200 mg/hari.

    b. FurosemidCara pemberian dan dosis; per oral 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau

    injeksi IV 0,6 mg/kgBB/hari.

    Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu, pasien diprogramkan

    untuk operasi21.

    Pada pasien hydrosefalus yang disebabkan oleh infeksi intracranial

    seperti meningitis, encephalitis harus tetap dilakukan pengobatan

    terhadap penyakit infeksinya tersebut.Pengobatan infeksi intracranial

    dengan pemberian Antibiotik..Pada anak yang mengalami gejala

    kejang maka berikan obat pemotong kejang dan rumatan seperti

    diazepam, fenobarbital, asam valproate. Perbaiki keadaan umum dan

    koreksi semua ketidakseimbangan elektrolit serta metabolik yang

    mungkin terjadi sebelum dilakukan tindakan bedah.22

    4. Terapi OperasiOperasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus.

    Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan

    Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka

    waktu 10-30 menit29. Beberapa terapi bedah yang dapat dilakukan

    adalah:

    a.

    Third Ventrikulostomi/ Ventrikel IIILewat kraniotomi, ventrikel III dibuka melalui daerah chiasma

    opticum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang

    sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar21,29.

    b. Operasi Pintas/ Shunting1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain29

    a) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magnab) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    43/48

    43

    c) Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superiord) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke bronchuse) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinumf) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum

    2) Lumbo Peritoneal ShuntCSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga

    peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy

    secara perkutan.

    Komplikasi Shunting29,32:

    1) Infeksi2) Hematoma subdural3) Obstruksi4) Keadaan CSS yang rendah5) Asites6) Kraniosinostosis

    Prognosis

    Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa,

    gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi,

    50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi

    berulang. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar

    40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal. Pada kelompok yang

    dioperasi, angka kematian adalah 7%.Setelah operasi sekitar 51% kasus

    mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental

    ringan31.

    Pada anak-anak dengan hidrosefalus terjadi peningkatanketidakmampuan mental dan kognitif.Kemampuan atau pengetahuan

    umum sangat berkurang bila dibandingkan dengan populasi anak-anak

    pada umumnya, kebanyakan anak mengalami keterbelakangan mental,

    verbal dan ingatan31

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    44/48

    44

    II.7. Pencegahan

    Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal

    yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan

    bawaan:

    Tidak merokok dan menghindari asap rokok Menghindari alkohol Menghindari obat terlarang Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin Mengkonsumsi suplemen asam folat Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi Menghindari zat-zat yang berbahaya.

    II.8. Vaksinasi

    Vaksinasi membantu mencegah penyakit akibat infeksi. Meskipun

    semua vaksin aman diberikan pada masa hamil, tetapi akan lebih baik jika

    semua vaksin yang dibutuhkan telah dilaksanakan sebelum hamil. Seorang

    wanita sebaiknya menjalani vaksinasi berikut:

    Minimal 3 bulan sebelum hamil :MMR Minimal 1 bulan sebelum hamil : varicella Aman diberikan pada saat hamil -Booster tetanus-difteri (setiap 10

    tahun) Vaksin hepatitis A - Vaksin hepatitis B

    Vaksin influenza (jika pada musim flu kehamilan akan memasukitrimester kedua atau ketiga) - Vaksinpneumokokus.

    Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya

    kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu

    kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat

    kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun

    orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    45/48

    45

    BAB III

    KESIMPULAN

    1. Kelainan Kongenital adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir, bisadisebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.

    2. Kelainan kongenital terjadi karena kegagalan atau ketidaksempurnaan padaproses embriogenesis yang menyebabkan terjadinya malformasi pada jaringan

    atau organ.

    3. Kelainan jantung bawaan atau lebih dikenal sebagai penyakit jantung bawaan(PJB) secara umum dibagi dari tipe asianotik dan sianotik. Contoh asianotikdidapatkan pada kelainan jantung VSD (ventricular septal defect) dan contoh

    sianotik didapatkan pada kelainan jantung TOF (tetralogy of fallot).

    4. Kelainan pada intestinal dalam hal ini adalah atresia ani merupakan penyakitkelainan bawaan tersering, dibanding malformasi anorektal yang lain.

    5. Kelainan pada sistem saraf dalam hal ini adalah hidrosefalus juga merupakankelainan tersering yang mengenai bayi baru lahir di Indonesia.

    6. Penatalaksanaan secara umum pada kelainan bawaan adalah tindakan operatifatau bedah, tergantung dari seberapa derajat kelainannya.

    7. Prognosis dari setiap penyakit kelainan bawaan berbeda-beda, tergantungseberapa parah derajat kelainan yang didapat, tindakan operatif yang efisien,

    dan perawatan post-operatif untuk memperbaiki keadaan bayi pasca tindakan

    bedah tersebut.

    45

  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    46/48

    46

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Milliken JC, Galovich J. Ventricular septal defect [online]. 2010 [cited 2010 Dec28]. Available from: URL:http://emedicine.medscape.com/article/162692-print

    2. Singh VN, Sharma RK, Reddy HK, Nanda NC. Ventricular septal defect imaging[online]. 2008 [cited 2010 Dec 28]. Available from: URL:

    http://emedicine.medscape.com/article/351705-print

    3. McMahon C, Singleton E. Plain radiographic diagnosis of congenital heartdisease [online]. 2009 [cited 2010 Dec 28]. Available from: URL:

    http://www.bcm.edu/radiology/cases/pediatric/text/2b-desc.htm

    4. Rilantono LI. Defek septum ventrikel. Dalam: Rilantono LI, Baraas F, Karo SK,Roebiono PS, editor. Buku ajar kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia; 1996. h. 232-235.

    5. Wikipedia. Ventricular septal defect [online]. 2010 [cited 2010 Dec 28].Available from: URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Ventricular_septal_defect

    6. John SD, Swischuk LE. Pediatric chest. In: Brant WE, Helms CA, editors.Fundamentals of diagnostic radiology 2

    nd ed. USA: Lippincott Williams and

    Wilkins; 2007. p. 1261-3,8.

    7. Purwohudoyo SS. Sistem kardiovaskuler. Dalam: Ekayuda I, editor. Radiologidiagnostik edisi kedua. Jakarta: Divisi Radiodiagnostik, Departemen Radiologi

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. h. 184-91.

    8. Ho ECK. Acyanotic congenital heart disease [online]. 2002 Available from:URL: http://www.hawaii.edu/medicine/pediatrics/pedtext/s07c02.html (diakses

    tanggal 09-09-2013)

    9. Hoffman JIE. Tetralogy of Fallot, Patent Ductus Arteriosus, Ventricular SeptalDeffect. Rudolphs Pediatrics 20thedition. London : Appleton & Lange. 1996.

    10. Singh VN. Tetralogy of Fallot : Surgical Prespective. 2008. Diunduh dari :http://emedicine.medscape.com/article/904652(diakses tanggal 12-09-2013)

    11. Spektor M. Tetralogy of Fallot. 2008. Diunduh dari :http://emedicine.medscape.com/article/760387(diakses tanggal 10-09-2013)

    46

    http://emedicine.medscape.com/article/162692-printhttp://emedicine.medscape.com/article/162692-printhttp://emedicine.medscape.com/article/162692-printhttp://emedicine.medscape.com/article/351705-printhttp://emedicine.medscape.com/article/351705-printhttp://www.bcm.edu/radiology/cases/pediatric/text/2b-desc.htmhttp://www.bcm.edu/radiology/cases/pediatric/text/2b-desc.htmhttp://en.wikipedia.org/wiki/Ventricular_septal_defecthttp://en.wikipedia.org/wiki/Ventricular_septal_defecthttp://en.wikipedia.org/wiki/Ventricular_septal_defecthttp://www.hawaii.edu/medicine/pediatrics/pedtext/s07c02.htmlhttp://www.hawaii.edu/medicine/pediatrics/pedtext/s07c02.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/904652http://emedicine.medscape.com/article/904652http://emedicine.medscape.com/article/760387http://emedicine.medscape.com/article/760387http://emedicine.medscape.com/article/760387http://emedicine.medscape.com/article/904652http://www.hawaii.edu/medicine/pediatrics/pedtext/s07c02.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Ventricular_septal_defecthttp://www.bcm.edu/radiology/cases/pediatric/text/2b-desc.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/351705-printhttp://emedicine.medscape.com/article/162692-print
  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    47/48

    47

    12. Suprata N. Abses Otak pada Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Dexa MediaNo.3, Vol 19. 2006. Diunduh dari : http://www.dexa-

    medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-

    Sept2006.pdf(diakses tanggal 09-09-2013)

    13. Bedah UGM. Atresia Ani. http://www.bedahugm.net (diakses tanggal 12-09-2013).

    14. Grosfeld J, ONeill J, Coran A, Fonkalsrud E. Pediatric Surgery 6th edition.Philadelphia: Mosby elseivier, 2006; 1566-99.

    15. Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M. principles and Practice ofPediatric Surgery Vol.2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005;

    1395-143416. Boocock G, Donnai D. Anorectal Malformation: Familial Aspects and

    Associated Anomalies. Archives of Disease in Childhood, 1987, 62, 576-579.

    http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1778456&blobtype=pdf

    (diakses tanggal 13-09-2013)

    17. Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation. Orphanet Journal of Rare Diseases2007, 2:33. http://www.ojrd.com/content/2/1/33 (diakses tanggal 12-09-2013)

    18. University of Michigan. Imperforate Anus. Departement of Surgery Universityof Michigan

    http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/a/anorectalmalformat

    ion[diakses tanggal 12-09-2013)

    19. Rekate HL. 2009. A Contemporary Definition and Classification ofHydrocephalus. Semin Pediatr Neurol. 16(1): 9-15

    20. Sajjadian N, Fakhrai H, Jahadi R. Incidence of Intraventricular Hemorrhage andPost Hemorrhagic Hydrocephalus in Pretern Infants.Acta Medica Iranica. 48(4):

    260-62

    21. Judarwanto W. 2012. Penanganan Terkini Hidrosefalus Pada Anak. Online.Diunduh dari http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/10/penanganan-

    terkini-hidrosefalus-pada-anak/.(diakses tanggal 15-09-2013)

    http://www.dexa-medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-Sept2006.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-Sept2006.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-Sept2006.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-Sept2006.pdfhttp://www.bedahugm.net/http://www.bedahugm.net/http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1778456&blobtype=pdfhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1778456&blobtype=pdfhttp://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/a/anorectalmalformationhttp://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/a/anorectalmalformationhttp://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/a/anorectalmalformationhttp://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/10/penanganan-terkini-hidrosefalus-pada-anak/http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/10/penanganan-terkini-hidrosefalus-pada-anak/http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/10/penanganan-terkini-hidrosefalus-pada-anak/http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/10/penanganan-terkini-hidrosefalus-pada-anak/http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/10/penanganan-terkini-hidrosefalus-pada-anak/http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/a/anorectalmalformationhttp://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/a/anorectalmalformationhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1778456&blobtype=pdfhttp://www.bedahugm.net/http://www.dexa-medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-Sept2006.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-Sept2006.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload070416977395001176746090DM_Juli-Sept2006.pdf
  • 5/25/2018 REFERAT ANAK

    48/48

    48

    22. Hassan R dan Alatas H. 2002.Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian IlmuKesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

    23. Cinalli G, Spennato P, Nastro A, Aliberti F, Trischitta V, et al. 2011.Hydrocephalus in Aqueductal Stenosis. Childs Nerv Syst. 27: 1621-42

    24. Yudhasmara. 2012. TORCH Newborn Syndrome: Dampak Infeksi KehamilanTORCH Pada Bayi. Online. Diunduh dari

    http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/12/torch-newborn-syndrome-

    dampak-infeksi-kehamilan-torch-pada-bayi/.(diakses tanggal 14-09-2013)

    25. Spennato P, Mirone G, Nastro A, Buonocore MC, Ruggiero C, et al. 2011.Hydrocephalus in Dandy-Walker Malformation. Childs Nerv Syst. 27: 1665-81

    26.

    Catejon OJ. 2009. Blood-brain Barrier Ultrasturctural Alterations in HumanCongenital Hydrocephalus and Arnold-Chiari Malformation. Folia Neuropathol.

    (1): 11-19

    27. Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia. 2005. Hidrosefalus. Dalam: BukuAjar Neurologi Klinik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pp: 209-16

    28. Lin JJ, Wu CT, Hsia SH. 2009. Community-Acquired Pseudomonas MeningitisCauses Obstructive Hydrocehalus. Childs Nerv Syst. 25: 723-25

    29. Rizvi R, Anjum Q. 2005. Hydrocephalus in Children. J Pak Med Assoc. 55(11):502-7

    30. Okumura A. 2012. Neonatal Seizures. Chang Gung Med J. 5 (5): 365-7431. Lacy M, Oliveira M, Austria E, Frim MD. 2009. Neurocognitive Outcome After

    Endoscopic Third Ventriculocisterostomy in Patients With Obstructive

    Hydrocephalus. J Int Neuropsychol Soc. 15(3): 394-8

    32. Venkataramana NK, Mukundan CR. 2011. Evaluation of functional outcomes incongenital hydrocephalus.J Pediatr Neurosci. 6:412

    33. Khalilullah SA. 2011.Review Article Hidrosefalus. Universitas Syiah Kuala:Banda Aceh.

    http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/12/torch-newborn-syndrome-dampak-infeksi-kehamilan-torch-pada-bayi/http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/12/torch-newborn-syndrome-dampak-infeksi-kehamilan-torch-pada-bayi/http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/12/torch-newborn-syndrome-dampak-infeksi-kehamilan-torch-pada-bayi/http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/12/torch-newborn-syndrome-dampak-infeksi-kehamilan-torch-pada-bayi/http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/12/torch-newborn-syndrome-dampak-infeksi-kehamilan-torch-pada-bayi/