Upload
eka-pratiwi-lusman
View
236
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBAHASAN
KATARAK SENIL
I. PENDAHULUAN
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa. Kekeruhan ini disebabkan oleh
proses agregasi dan denaturasi protein lensa, dimana dalam keadaan normal molekul
protein ini berukuran sangat kecil sehingga tidak mengganggu proses transmisi cahaya.
Penyebab dari katarak adalah multifaktor dan kompleks. Faktor-faktor resiko terjadi
katarak diantaranya adalah umur, diabetes melitus, paparan sinar matahari, steroid,
nutrisi, merokok dan alkohol. 1
Kekeruhan pada lensa yang berhubungan dengan umur biasanya terjadi pada
seseorang yang berusia diatas lima puluh tahun, sehingga dapat terjadi katarak kortikal-
korteks, katarak nukleus nuklear atau katarak subkapsul posterior-subkapsul posterior.1
Pada katarak yang terus berkembang sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari, sebaiknya dilakukan operasi pengangkatan lensa katarak untuk mengembalikan dan
mempertahankan ketajaman penglihatan. Operasi pengangkatan lensa dapat dilakukan
dengan cara mengangkat lensa serta kapsul posterior (ekstraksi intrakapsul) atau tanpa
pengangkatan kapsul posterior (ekstraksi ekstrakapsul).1
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Wescott dkk terhadap pasien yang berumur
60 tahun dan keatas yang melakukan ekstraksi katarak dan tanpa komorbid okular dan
sistemik, ditemukan bahwa kemampuan untuk mencapai ketajaman penglihatan 6/12
setelah operasi ekstraksi katarak adalah 4-6 kali lebih tinggi pada pasien yang berumur
60-69 tahun berbanding pasien yang berumur 80 tahun dan keatas. 1
Menurut World Health Organization (WHO), katarak adalah penyebab utama dari
kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Pada tahun 2002, WHO
memperkirakan bahwa katarak menyebabkan kebutaan reversibel lebih dari 17
juta(47,8%) dari 37 juta orang buta di seluruh dunia, dan jumlah ini diproyeksikan
mencapai 40 juta pada tahun 2020.2
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
Lensa merupakan salah satu media refraktif yang penting di mata yang berfungsi
untuk memfokuskan cahaya ke retina. Lensa terletak diantara iris dan corpus vitreous
yang bersifat transparan, bikonveks, menyerupai kristal. Diameternya berkisar antara 9-
10 mm dan ketebalannya bervariasi menurut umur antara 3,5 mm (saat lahir) hingga 5
mm. Beratnya sekitar 135 mg (0-9 tahun) hingga 225 mg (40-80 tahun). Lensa memiliki
dua permukaan. Bagian anterior kurang cembung dibandingkan posterior (radius
kurvatura 10 mm: 6 mm). Kedua permukaan ini bertemu pada satu garis ekuator. Indeks
refraksi lensa adalah 1,39 dan kekuatan lensa mencapai 15-16 Dioptri. Daya akomodasi
lensa berbeda beda bergantung pada umur meliputi 14-16 D (saat lahir), 7-8 D (pada usia
25 tahun) dan 1-2 D (pada usia 50 tahun). 3
Gambar 1.Bentuk dari lensa dan posisinya pada bola mata
STRUKTUR 4
1. Kapsula Lensa.
Merupakan bagian yang tipis, transparan dan dikelilingi membran hyaline yang lebih
tebal pada bagian anterior dibandingkan posterior lensa.Kapsula lensa paling tebal
pada regio preekuator (14 μ) dan paling tipis pada kutub posterior (3 μ).
2. Epitel Lensa.
Merupakan lapisan sel kuboid tunggal yang terletak lebih dalam dari kapsula anterior.
Pada area ekuator, sel ini berubah menjadi kolumnar yang secara aktif membelah dan
memanjang untuk membentuk serat lensa baru sepanjang masa hidup. Tidak ada
epitel pada bagian posterior karena sel ini mengisi kavitas sentral lensa selama
periode pembentukan lensa.
3. Nukleus dan Korteks Lensa
Sel epitelial memanjang membentuk serat lensa yang memiliki struktur yang rumit.
Serat lensa yang matur adalah sel yang telah kehilangan inti. Karena serat lensa
dibentuk sepanjang usia kehidupan, lensa ini tersusun dan akan membentuk suatu
barisan teratur sebagai nukleus dan korteks dari lensa.
i. Nukleus.
Merupakan bagian pusat lensa yang mengandung serat lensa yang paling tua.
Nukleus tersusun atas zona yang berbeda yang tersusun sesuai dengan perlangsungan
perkembangan lensa. Melalui cahaya slit lamp, area ini akan terlihat sebagai zona
yang tidak bersambung. Bergantung pada waktu perkembangannya, zona pada lensa
meliputi:
- Nukleus Embrionik. Merupakan bagian nukleus yang paling dalam yang
terbentuk pada trimester pertama kehamilan. Bagian ini mengandung serat
lensa primer yang dibentuk dari elongasi sel dari dinding posterior vesikel
lensa.
- Nukleus Fetal. Tersusun diatas nukleus embrionik dan terbentuk sejak dari
trimester pertama hingga kelahiran bayi, Seratnya bertemu pada suatu sutura
dimana pada bagian anterior beberntuk Y dan bagian posterior berbentuk Y
terbalik.
- Nukleus Infantil. Terbentuk sejak lahir hingga mencapai pubertas
- Nukleus Dewasa. Terbentuk mulai dari pubertas hingga sepanjang hidup
ii. Korteks.
Merupakan bagian perifer yang mengandung serat lensa yang paling muda
Gambar 2. Anatomi Lensa
4. Zonula Zinn
Juga disebut sebagai zonula siliaris yang terbentuk dari sekelompok serat yang berasal
dari badan siliar hingga ke lensa. Serat ini akan menahan lensa pada posisi tertentu dan
memungkinkan otot siliaris menggerakkannya. Serat ini digolongkan dalam tiga
kelompok:
a. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior ora serrata berjalan anterior
menuju ke equator anterior.
b. Serat yang berasal dari prosesus siliaris yang berlawanan dengan bagian anterior
berjalan secara posterior menuju ke bagian posterior equator
c. Kelompok serat yang ketiga yang berjalan dari bagian tengah prosesus siliaris
menempel langsung ke equator.
Struktur kristalin lensa merupakan struktur transparan yang memainkan peran penting
dalam proses pengelihatan. Aspek fisiologinya meliputi:
1. Transparansi lensa
2. Aktivitas metabolik lensa
3. Daya Akomodasi
Transparansi Lensa4
Faktor yang memiliki peranan signifikan dalam mempertahan kejernihan dan
transparansi lensa adalah:
1. Avaskularitas
2. Sel lensa yang tersusun sangat rapat
3. Pengaturan protein lensa
4. Karakterisitik kapsula lensa yang semipermeabel
5. Mekanisme pompa pada pemukaan serat lensa untuk mengatur keseimbangan air dan
elektrolit untuk menjaga proses dehidrasi
6. Proses Autooksidasi dan tingginya kadar glutathion pada lensa yang mempertahankan
protein lensa pada strukturnya dan mempertahakan integritas pompa pada membran
Metabolisme4
Lensa membutuhkan suplai energi yang berkesinambungan (ATP)
Untuk transpor aktif ion dan asam amino, mempertahankan dehidrasi lensa dan
untuk sintesis protein dan glutation yang berkelanjutan. Sebagian besar energi yang
dibentuk digunakan oleh epitel yang menjadi tempat untuk semua proses transpor aktif.
Hanya sekitar 10-20% ATP yang dibentuk digunakan untuk mensintesis protein
Sumber suplai nutrisi.
Lensa yang merupakan struktur avaskular menggantungkan proses
metabolismenya pada pertukaran zat kimia pada humor aquos. Komposisi kimia lensa
yang berasal dari humor aquos dan proses pertukaran zat kimia.
Jalur Metabolisme Glukosa
Glukosa sangat penting untuk kinerja lensa yang normal.Aktivitas metabolik
lensa terbatas hanya pada epitelium dan korteks sedangkan nukleus cenderung tidak
aktif.Pada lensa, 80% glukosa dimetabolisme secara anaerobik melalui jalur
glikolitik.15% melalui jalur heksosa pentosa monofosfat dan sebagian kecil melalui
siklus kreb asam sitrat.Jalur sorbital sangat tidak umum terjadi namun peranannya dalam
menimbulkan katarak pada pasien diabetes dan dan galaktosemia sangat tinggi.
Gambar 3. Komposisi kimia lensa
III. ETIOLOGI
Katarak senilis pada dasarnya adalah proses penuaan. Meskipun etiopathogenesis
tidak jelas, berbagai faktor yang terlibat adalah sebagai berikut: 4,5
A. Faktor yang mempengaruhi usia jenis dan pematangan katarak senilis.
1. Keturunan. Hal ini memainkan peran yang cukup besar dalam kejadian, usia dan
pematangan katarak senil dalam keluarga yang berbeda.
2. Radiasi ultraviolet. Paparan radiasi sinar UV yang berlebihan dari sinar matahari telah
terlibat untuk kejadian lebih awal dan pematangan katarak senilis.
3. Faktor makanan. Diet dengan kekurangan protein tertentu,asam amino, vitamin
(riboflavin, vitamin E, vitamin C), dan unsur-unsur penting juga menyebabkan
kejadian yang lebih awal dan pematangan katarak senil.
4. Krisis Dehydrational. Sebuah asosiasi dengan sebelumnya episode krisis
dehydrational berat (karena diare, kolera dll) dan kejadian yang lebih awal dan
pematangan katarak juga dapat mempengaruhi.
5. Merokok juga telah dilaporkan memiliki beberapaefek pada proses timbulnya katarak
senilis. Merokok menyebabkan akumulasi pigmen molekul-3 hydroxykynurinine dan
kromofor yang menyebabkan menguning. Sianida pada asap rokok karena
carbamylation dan denaturasi protein.
Berdasarkan usia katarak diklasifikasikan menjadi 3,6
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun.
Berdasarkan morfogi katarak diklasifikasikan menjadi 3,5,6
1. Katarak Kortikal (soft cataract), kekeruhan lensa yang terjadi pada bagian
korteks. Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah
dalam pola radial di sekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral.
2. Katarak Nuklear (hard cataract), merupakan tipe yang paling banyak ditemukan
pada katarak senilis, kekeruha pada lensa berada pada daerah nukleus lensa, tipe
ini merupakan akibat perubahan alami metebolisme lensa. Gejala yang paling dini
mungkin berupa membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata (“penglihatan
kedua”). Ini merupakan akibat meningkatnya kekuatan fokus lensa bagian sentral,
menyebabkan refraksi bergeser ke miopia (penglihatan dekat). Gejala lain dapat
berupa diskriminasi warna yang buruk atau diplopia monokular. Sebagian besar
katarak nuklear adalah bilateral.
3. Katarak Subkapsular posterior, terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior
bagian sentral. Gejala antara lain “glare” dan penurunan penglihatan pada kondisi
pencahayaan yang terang. Kekeruhan lensa dapat timbul akibat trauma,
pengguanna kortikosteroid (topikal atau sistemik), peradangan atau pajanan
radiasi pengion.
Gambar 4. Klasifikasi berdasarkan morfologi katarak senilis
Berdasarkan maturitas katarak dikalsifikasikan menjadi: 3,6
1. Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal).Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degenerative (benda morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama 3,6.
2. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapisan
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningginya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
cembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma
sekunder 3,6
3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan lensa telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bias terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa akan kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh
lensa yang bila mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif 3,6.
4. Katarak hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenarasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Mata lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.Pada pemeriksaan
terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.Kadang-kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses
katarak berlanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang bergenerasi
dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu diserati dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa
karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni 3,6.
Selain klasifikasi tadi, sekarang lebih cenderung menggunakan Lens Opacities
Classification System (LOCS) dimana lensa dinilai dari warna nuklear (NC) dan opasitas
nuklear (NO), katarak kortikal (C), dan katarak sub-kapsular posterior(P).
IV. MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis yang cermat merupakan langkah yang penting untuk mendiagnosis katarak
senil.
Gejala dari kekeruhan lensa mungkin hadir tanpa menyebabkan gejala apapun, dan mungkin
ditemukan pada pemeriksaan mata rutin. Gejala utama katarak adalah sebagai berikut: 3,4, 7
Penurunan visus (visual acuity)
Katarak menyebabkan penurunan visus secara progresif yang tidak menimbulkan rasa
nyeri. Secara klinis katarak menyebabkan penurunan visus jarak jauh maupun jarak dekat.
Silau
Keluhan ini mencakup semua penurunan sensitivitas kontras pada lingkungan yang terang
maupun pada lingkungan yang gelap .Gangguan seperti ini sering sekali ditemukan pada
pasien katarak subkapsular dan katarak kortikal. Sedangkan pada katarak nuklear, lebih
jarang.
Pergeseran Miopi
Perkembangan katarak dapat menyebabkan peningkatan kekuatan dioptrik lensa yang
dapat mengakibatkan pergeseran miopi. Konsekuensinya, pasien presbiopi yang
mengalami katarak justru mengalami peningkatan penglihatan dekat dan kadang tidak
membuthkan lagi kacamata, hal ini disebut juga sebagai second sight. Namun hal ini
hanya berlangsung sementara dan begitu kualitas optik lensa semakin memburuk, maka
second sight ini akan hilang.
Monokular diplopia
Perubahan pada nuklear lensa akan terkonsentrasi pada lapisan dalam, hal ini
mengakibatkan terjadi gangguan pada area refraksi di tengah lensa. Hal ini dapat
mengakibatkan terbentuknya bayangan ganda pada retina.
Setelah melakukan anamnesis, maka pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis katarak antara lain pemeriksaan visus, iluminasi oblik, pemeriksaan iris
shadow, oftalmoskopi dan pemeriksaan slit lamp.4
Tanda katarak yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik, yakni: 1,3
Penurunan visus
Derajat penurunan visus tergantung pada tipe katarak dan kondisi saat
pemeriksaan. Pemeriksaan visus juga sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan pinhole untuk mengeliminasi efek refractive error. Ini dapat
diperiksa dengan menggunakan Snellen chart atau reading card.
Penurunan refleks merah pada oftalmoskopi
Ketika oftalmoskop digunakan untuk melihat segmen posterior mata, maka
biasanya akan terlihat pantulan fundus yang dikenal sebagai red reflex. Bila
terdapat kekaburan antara kornea dan retina, maka refleks merah ini akan
berkurang atau menghilang.
Perubahan penampakan lensa
Ini dapat kita periksa dengan menggunakan penlight sederhana atau slit lamp,
dimana ditemukan lensa yang keruh.
Gambar 5. Tanda-tanda katarak senil
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lain yang biasanya dilakukan sebagai bagian dari tindakan preoperatif
untuk menentukan kelayakan operasi, teknik operasi, pemasangan IOL, maupun untuk
evaluasi postoperatif.4,5
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, fungsi ginjal, dan fungsi hati perlu dilakukan untuk
mengetahui layak tidaknya seseorang dioperasi.
Pemeriksaan tonometri
Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya penyulit seperti glaukoma.
Biometri
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kekuatan dioptri lensa inta okular (IOL)
yang sebaiknya dipasangkan pada pasien.5
V. DIAGNOSIS
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar katarak
tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur)
dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling
dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca
pembesar, atau slit lamp.5
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya
kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya
telah matang dan pupil mungkin tampak putih.5
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah (slit-
lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan
prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva,
karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.5
VI. PENATALAKSANAAN
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan
kaca mata untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanyadengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata
bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu
biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan. Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3
kelompok:1
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
operasi katarak seharusnya dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika
prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus, namun
kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien muda,
maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam
meskipun pengelihatan tidak akan kembali.
a. Persiapan Bedah Katarak
Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan
dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent. Pra bedah diperlukan pemeriksaan
kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi
halangan untuk dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan memberikan informasi
rencana pembedahan selanjutnya.
Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:8
- Gula darah
- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan
- Tekanan darah
- Elektrokardiografi
- Riwayat alergi obat
- Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik
prabedah
- Tekanan bola mata
- Uji Anel
- A-scan Ultrasonografi: untuk mengukur panjang bola mata yang bersama dengan
mengukur. Pada pasien tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang
harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa
yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.
- Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina, khususnya makula,
diperiksa dengan alat retinometri
- Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur kekuatannya ( dioptri )
dengan alat biometri.
- Keratometri untuk mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi
dapat menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam
b. Teknik-Teknik Pembedahan Katarak4,5
Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan bedah.
Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi
katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi
katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah metode yang umum digunakan
pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE, SICS dan phacoemulsifikasi.
1. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular
ICCE merupakan teknik pembedahan dengan cara mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinnia yang telah rapuh atau
berdegenerasi dan mudah putus. Teknik ini telah jarang digunakan. Indikasi
utama yaitu jika terjadi subluksasi atau dislokasi lensa. Kontraindikasi pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligament hialoidea
kapsular.4,5
Kurangnya instrumen yang digunakan memungkinkan ICCE untuk digunakan
dalam berbagai kondisi. Rehabilitasi visual, dengan menggunakan kacamata
afakik sementara dapat dilakukan segera setelah operasi. Masalah yang ditemui
setelah ICC adalah karena ukuran insisinya, menyebabkan penyembuhan yang
lebih lambat dan astigmatisma, hilangnya barrier antara segmen anterior dan
posterior, serta terbatasnya pilihan dan posisi IOL.4,5
2. Operasi katarak ekstrakapsular
Teknik ini memiliki beberapa kelebihan dibanding ICCE, antara lain:
a) Trauma yang minimal pada endotel kornea
b) Kurangnya astigmatisma
c) Insisi yang lebih stabil dan aman
Selain itu, kapsul posterior masih intak sehingga mengurangi resiko hilangnya
vitreus selama operasi memungkinkan fixasi IOL, adanya barrier yang
mencegah pertukaran molekul antara aquous dan vitreus, mengurangi
kemungkinan infeksi pada vitreus, mencegah komplikasi terkait perlekatan
vitreus terhadap iris, kornea, dan insisi.4,5
3. SICS
Small Incision Cataract Surgery (SICS) merupakan salah satu teknik pilihan yang
dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik ini
dilakukan dengan adanya tunnel sklerokorneal untuk mengeluarkan lensa yang
katarak. Teknik ini lebih menjanjikan dengan insisi konvensional karena
astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.4,5
4. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi menggunakan getaran ultrasonik untuk menghancurkan nukleus
sehingga material nukleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.
Fakoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak terbaik yang pernah ada
saat ini. Teknik ini di tangan operator yang berpengalaman menghasilkan
rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih cepat, kurang menginduksi
astigmatisme, memberikan prediksi refraksi pasca operasi yang lebih tepat,
rehabilitasi yang lebih cepat dan tingkat komplikasi yang rendah.4
Gambar 6 : Operasi Phakoemulsifikasi.
Intraokular Lens (IOL)
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan
(berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat
terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik. 4
Metode fiksasi dari IOL pada mata, adalah sebagai berikut: 4
1. Anterior Chamber IOL
Lensa diletakkan di depan iris dan ditopang di sudut ruang anterior. ACIOL dapat
disisipkan setelah ICCE atau ECCE. Ini tidak terlalu populer karena kejadian dari
keratopathy bulosa yang relatif lebih tinggi.
2. Iris-supported lenses
Lensa ini tetap pada iris dengan bantuan jahitan, loop atau cakar. Metode ini tidak
populer karena tingginya insiden komplikasi pasca operasi.
3. Posterior chamber lenses
PCIOLs diletakkan sepenuhnya di belakang iris. Lensa mungkin ditopang oleh sulkus
ciliary atau kantong kapsuler. Tren terbaru adalah digunakan 'in-the-bag-fixation'.
Model yang umum digunakan PCIOLs dimodifikasi C loop.
Terapi bedah untuk katarak infantilis dan katarak pada masa kanak-kanak awal adalah
ekstraksi lensa melalui insisi limbus kecil dnegan menggunakan alat irigasi-aspirasi mekanis.
Jarang diperlukan fakoemulsifikasi. Berbeda denga prosedur ekstraksi lensa dewasa, banyak
ahli bedah mengangkat kapsul posterior dan karpus vitreus anterior dengan menggunakan alat
mekanis pemotong-penyedot (suction-cutting instrument) vitreus. Hal ini mencegah
pembentukan kekeruhan kapsul sekunder, atau after cataract. Dengan demikian,
pengangkatan primer kapsul posterior menghindari perlunya dilakukan tindakan bedah
sekunder dan memungkinakan koreksi optik dini. Maka penatalaksanaan yang tepat sesuai
indikasi adalah pelaksanaan ekstraksi lensa dengan menggunkaan alat irigasi aspirasi.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.5
Dengan menggunakan teknik-teknik bedah canggih yang terkini, komplikasi
intraoperasi dan pascaoperasi akan serupa dengan yang terjadi pada prosedur untuk katarak
dewasa. Koreksi optik dapat berupa pemakaian kacamata pada anak afakia bilateral yang
usianya lebih tua, tetapi kebanyakan operasi katarak pada anak akan diikuti oleh koreksi
dengan lensa kontak. Penggunaan lensa intraokular pada anak usia muda menjadi semakin
sering saat ini. Hal ini akan mengurangi kesulitan rehabilitasi optik yang berkaitan dengan
lensa kontak pada anak, tetapi didapatkan kesulitan untuk menentukan besar kekuatan lensa
intraokular yang diperlukan, yang mungkin memerlukan perubahan karena mata anak masih
berkembang.5
VII. KOMPLIKASI
Berikut ini adalah komplikasi-komplikasi yang dapat timbul dari penanganan operasi katarak:
1. Komplikasi preoperatif
2. Komplikasi intraoperatif
3. Komplikasi dini pasca operatif
4. Komplikasi lambat pasca operatif
5. Komplikasi yang berhubungan dengan IOL
Komplikasi preoperatif 4
Ansietas, nausea, gastritis, Konjungtivitis iritatif atau alergi, abrasi kornea, komplikasi
akibat anestesi lokal seperti perdarahan retrobulbar, refleks okulokardiak, perforasi
bola mata, perdarahan subkonjungtiva dan dislokasi lensa spontan.
Komplikasi Intra Operatif 4
Laserasi m. rectus superior, perdarahan, insisi ireguler, cedera pada kornea, cedera
pada iris dan iridodialisis, ruptur kapsul posterior dan lain-lain
Komplikasi dini pasca operatif 4
o Hifema, pengumpulan darah pada bilik mata depan akibat pecahnya pembuluh
darah konjungtiva atau sklera
o Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang
tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
o Striae keratopati, ditandai denga edema kornea sedang disertai dengan lipatan
lapisan descemet
o Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
o Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
o Uveitis anterior
o Endoftalmitis bakteri
Komplikasi lambat pasca operatif 4
o Edema makula cystoid
o Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah
yang terperangkap dalam kantong kapsuler
o Keratopati pseudofaki bullosa, akibat dari edema kornea pasca operasi yang
berterusan
o Ablasi retina
VIII. PROGNOSIS
Terkait usia katarak senil biasanya progresif yang lambat selama bertahun-tahun dan
kematian dapat terjadi sebelum diperlukannya operasi. Jika operasi diindikasikan, ekstraksi
lensa dapat meningkatkan ketajaman visual dalam lebih dari 90% kasus. Pasien telah terjadi
kerusakan retina atau mengalami komplikasi pasca operasi serius tidak dapat mencegah
perbaikan visual yang signifikan, misalnya, glaukoma, ablasi retina, perdarahan intraokular,
atau infeksi. Lensa intraocular yang telah dibuat untuk penyesuaian setelah operasi katarak
jauh lebih mudah daripada kacamata katarak yang tebal atau lensa kontak aphakic yang
tersedia.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Idu fk, Ajayi ob. Prognosis Of Senile cataract Extractionwith Increasing Age. JNOA
2003; vol :10.
2. Brian G. Cataract blindness – challenges for the 21st century. Bulletin of the World
Health Organization, 2001, 79 (3)
3. Lang G. Lens. In Ophthalmology: A Pocket Text Book Atlas.Second edition. Thieme
Stuttgart : Germany. 2006.p.170-5
4. Khurana AK. Diseases of the Lens. In Comprehensive Ophthalmology. Fourth edition.
New Age International (P) Limited: India; 2007. P.170
5. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2007). Oftalmologi umum. Edisi 17. McGraw hill’s :
United Kingdom. Chapter 8.
6. Ilyas, Sidarta, prof.dr.SpM. Yulianti, Sri Rahayu dr. SpM. Penglihatan Turun Perlahan
Tanpa Mata Merah. In Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. FKUI: Jakarta.
7. Olver J,, Cassidy L. Ophthalmologu at a Glance. Blackwell Science : Australia. 2005. P
72-74
8. Ocampo VVD. Cataract. [Online].2011. [cited 2014 Januari 18. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview