Upload
samudra-andi
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ilmu penyakit saraf
Citation preview
DEFINISI
Nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak berkaitan
yang dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi, atau dijelaskan
berdasarkan keputusan tersebut.
JENIS NYERI
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan durasinya dan juga berdasarkan jenisnya.
Berdasarkan durasinya nyeri dibagi menjadi akut dan kronik. Berdasarkan jenisnya nyeri
dapat dibagi menjadi nosiseptif, neuropati dan campuran. Berikut tabel dibawah menjelaskan
karakteristik nyeri akut dan kronik.
Tabel 1. Karateristik Nyeri Akut dan Kronik
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronik
Awitan dan durasi Awitan mendadak, durasi
singkat, kurang dari 6 bulan
Awitan bertahap, menetap,
lebih dari 6 bulan
Intensitas Sedang sampai parah Sedang sampai parah
Kausa Spesifik, dapat diidentifikasi
secara biologis
Kausa mungkin jelas,
mungkin tidak
Respons fisiologik Hiperaktivitas autonom yang
dapat diperkirakan:
meningkatnya tekanan
darah, nadi dan nafas;
dilatasi pupil; kepucatan;
perspirasi; mual dan/atau
muntah
Aktivitas autonom normal
Respons emosi/perilaku Cemas; tidak mampu
berkonsentrasi; gelisah;
mengalami distres tetapi
optimis bahwa nyeri akan
hilang
Depresi dan kelelahan;
imobilitas dan inaktivitas
fisik; menarik diri dari
lingkungan sosial; tidak
akan melihat harapan
kesembuhan,
memperkirakan nyeri akan
berlangsung lama
Respons terhadap analgesik Meredakan nyeri secara Sering kurang dapat
efektif meredakan nyeri
Sumber :
Berdasarkan jenisnya, nyeri dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu: neuropatik, nosiseptif dan
campuran:
a) Nyeri nosiseptif
Nyeri nosiseptif muncul ketika cedera pada jaringan mengaktivitasi reseptor nyeri
spesifik yaitu nosiseptor. Nosiseptor merupakan saraf aferen primer untuk menerima
dan menyalurkan rangsang nyeri. Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi
sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu, listrik atau kimiawi
yang menimbulkan nyeri. Distribusi nosiseptor bervariasi diseluruh tubuh, dengan
jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot rangka
dan sendi. Nyeri nosiseptif dapat dibagi lagi menjadi nyeri somatik dan nyeri viseral
tergantung dari lokasi teraktivasinya nosiseptor.
a. Nyeri somatik
Nyeri somatik dapat dibagi menjadi nyeri somatik superfisial (kulit)
dan nyeri somatik dalam. Pada nyeri somatik superfisial, nyeri berasal dari
struktur-struktur superfisial kulit dan jaringan subkutis. Stimulus yang efektif
untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu,
kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan
seperti menyengat, tajam, mengiris, atau seperti terbakar; tetapi apabila
pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi
berdenyut.
Pada nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari
otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur tersebut
memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri sering tidak
jelas. Nyeri akibat suatu cedera akut pada sendi memiliki lokalisasi yang jelas
dan biasanya dirasakan seperti rasa tertusuk, terbakar atau berdenyut. Pada
peradangan kronik sendi (artritis), yang dirasakan adalah nyeri pegal-tumpul
yang disertai seperti tertusuk apabila sendi bergerak. Nyeri tulang berasal dari
stimulasi reseptor nyeri di periosteum dan lokalisasinya relatif kurang jelas;
nyeri ini sering dirasakan sebagai rasa pegal-tumpul atau linu. Nyeri otot
rangka juga memiliki lokalisasi yang kurang jelas dan dirasakan sebagai rasa
pegal-tumpul atau kram. Nyeri otot rangka akan terasa menghebat saat otot
berkontraksi dalam keadaan iskemia.
b. Nyeri Visera
Nyeri visera merupakan nyeri yang berasal dari organ dalam tubuh.
Nyeri viseral biasanya menjalar dan mengarah ke daerah permukaan tubuh
jauh dari tempat nyeri namun berasal dari dermatom yang sama dengan asal
nyeri. Sering kali, nyeri viseral terjadi seperti kontraksi ritmis otot polos.
Nyeri viseral seperti keram sering bersamaan dengan gastroenteritis, penyakit
kantung empedu, obstruksi ureteral, menstruasi, dan distensi uterus pada tahap
pertama persalinan.
Nyeri viseral, seperti nyeri somatik dalam, mencetuskan refleks
kontraksi otot- otot lurik sekitar, yang membuat dinding perut tegang ketika
proses inflamasi terjadi pada peritoneum. Nyeri viseral karena invasi malignan
dari organ lunak dan keras sering digambarkan dengan nyeri difus,
menggrogoti, atau keram jika organ lunak terkena dan nyeri tajam bila organ
padat terkena.
Penyebab nyeri viseral termasuk iskemia, peregangan ligamen,
spasme otot polos, distensi struktur lunak seperti kantung empedu, saluran
empedu, atau ureter. Distensi pada organ lunak terjadi nyeri karena
peregangan jaringan dan mungkin iskemia karena kompresi pembuluh darah
sehingga menyebabkan distensi berlebih dari jaringan.
Rangsang nyeri yang berasal dari sebagian besar abdomen dan toraks
menjalar melalui serat aferen yang berjalan bersamaan dengan sistem saraf
simpatis, dimana rangsang dari esofagus, trakea dan faring melalui aferen
vagus dan glossopharyngeal, impuls dari struktur yang lebih dalam pada pelvis
dihantar melalui nervus parasimpatis di sakral. Impuls nyeri dari jantung
menjalar dari sistem saraf simpatis ke bagian tengah ganglia cervical, ganglion
stellate, dan bagian pertama dari empat dan lima ganglion thorasik dari sistem
simpatis. Impuls ini masuk ke spinal cord melalui nervus torak ke 2, 3, 4 dan
5. Penyebab impuls nyeri yang berasal dari jantung hampir semua berasal
dari iskemia miokard.
b) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural
pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen
sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk.
Gangguan pada otak dan korda spinalis, seperti multiple sclerosis, stroke dan
spondilitis atau mielopati post traumatik, dapat menyebabkan nyeri neuropatik.
Aktivasi nervus simpatetik yang abnormal, pelepasan katelokamin dan aktivasi free
nerve endings atau neuroma dapat menimbulkan sympathetically mediated pain.
Penyebab nyeri neuropatik yang paling sering adalah:
Nyeri neuropatik perifer :
Poliradikuloneuropati demielinasi inflamasi akut dan kronik
Polineuropati diabetik
Polineuropati oleh karena kemoterapi
Sindrom nyeri regional kompleks
Carpal tunnel syndrome
Neuropati sensoris oleh karena HIV
Neuralgia iatrogenik (misalnya, nyeri post mastektomi atau nyeri post
thorakotomi)
Neuropati sensoris idiopatik
Kompresi atau infiltrasi saraf oleh tumor
Neuropati diabetik
Neuralgia trigeminal
Radikulopati (servikal, torakal atau lumbosakral)
Nyeri neuropatik sentral :
Mielopati kompresif dengan stenosis spinalis
Mielopati HIV
Multiple sclerosis
Penyakit parkinson
Mielopati post iskemik
Mielopati post radiasi
Nyeri post stroke
Nyeri post trauma korda spinalis
Siringomelia
Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang
baik terhadap analgesik opioid.
Daftar Pustaka
1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC