27
1 BAB I PENDAHULUAN Perdarahan antepartum terjadi 3% dari semua persalinan dan merupakan salah satu trias kematian ibu di Indonesia. Setiap perdarahan antepartum memerlukan rawat inap dan penatalaksanaan segera. Langkah pertama dalam menghadapi setiap pasien dengan perdarahan yang banyak adalah segera memberikan infus larutan Ringer-Laktat atau larutan garam fisiologik dan kecepatannya disesuaikan dengan kebutuhan setiap kasus, serta memeriksa Hb dan golongan darah. Langkah berikutnya adalah penyediaan darah segar senantiasa harus disiagakan berapa pun kadar Hb pasien mengingat perdarahan ulang atau yang tersembunyi sewaktu-waktu bisa mengancam. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb < 10 gram% karena perdarahan yang banyak kadar Hb baru nyata berkurang setelah beberapa jam kemudian. Bersamaan dengan langkah tersebut perlu dipantau dari waktu ke waktu tanda-tanda vital ibu hamil dan pemantauan kesejahteraan janin (fetal well-being), dianjurkan dengan mempergunakan KTG guna lebih akurat memantau keadaan janin. Kesempatan yang ada harus digunakan untuk konfirmasi diagnosis bila perlu dengan menggunakan peralatan yang ada seperti USG atau MRI dan konsultasi dengan pihak terkait dan 1

Referat-Perdarahan Antepartum2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat-Perdarahan Antepartum2

1

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan antepartum terjadi 3% dari semua persalinan dan merupakan salah

satu trias kematian ibu di Indonesia. Setiap perdarahan antepartum memerlukan rawat

inap dan penatalaksanaan segera.

Langkah pertama dalam menghadapi setiap pasien dengan perdarahan yang

banyak adalah segera memberikan infus larutan Ringer-Laktat atau larutan garam

fisiologik dan kecepatannya disesuaikan dengan kebutuhan setiap kasus, serta

memeriksa Hb dan golongan darah. Langkah berikutnya adalah penyediaan darah segar

senantiasa harus disiagakan berapa pun kadar Hb pasien mengingat perdarahan ulang

atau yang tersembunyi sewaktu-waktu bisa mengancam. Transfusi darah diberikan bila

kadar Hb < 10 gram% karena perdarahan yang banyak kadar Hb baru nyata berkurang

setelah beberapa jam kemudian.

Bersamaan dengan langkah tersebut perlu dipantau dari waktu ke waktu tanda-

tanda vital ibu hamil dan pemantauan kesejahteraan janin (fetal well-being), dianjurkan

dengan mempergunakan KTG guna lebih akurat memantau keadaan janin. Kesempatan

yang ada harus digunakan untuk konfirmasi diagnosis bila perlu dengan menggunakan

peralatan yang ada seperti USG atau MRI dan konsultasi dengan pihak terkait dan pihak

yang berkompeten. Semua personil dan fasilitas disiagakan jika tindakan operasi pada

ibu dan resusitasi janin sewaktu-waktu diperlukan.

Pemeriksaan darah lengkap termasuk pemeriksaan gangguan mekanisme

pembekuan darah perlu dilakukan terutama pada kasus yang ditengarai solusio

plasenta, dan juga pada ruptur uteri. Komunikasi yang baik dan penuh empati

antarsesama petugas kesehatan dan dengan pihak keluarga pasien sangat membantu

dalam penanggulangan pasien yang memuaskan semua pihak dan dalam

mempersiapkan rekam medik dan mendapatkan informed consent.

1

Page 2: Referat-Perdarahan Antepartum2

2

BAB II

ISI

Yang dimaksud dengan perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir

setelah kehamilan 28 minggu atau pada trimester terakhir kehamilan. Perdarahan

antepartum dapat bersumber dari plasenta atau bukan plasenta. Klasifikasi perdarahan

antepartum, yaitu:

1. Plasenta Previa

2. Solusio Plasenta

3. Belum jelas sumbernya (idiopatik) seperti ruptur sinus marginalis, plasenta letak

rendah, dan vasa previa.

PLASENTA PREVIA

Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui

pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:

1. plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh

jaringan plasenta

2. plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh

jaringan plasenta

2

Page 3: Referat-Perdarahan Antepartum2

3

3. plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat pada

pinggir pembukaan.

Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum

sampai menutupi pembukaan jalan lahir, disebut plasenta letak rendah. Pinggir plasenta

berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada

pembukaan jalan lahir.

Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan

fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa

totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis

pada pembukaan 8 cm. Tentu saja observasi seperti ini tidak akan terjadi dengan

penanganan yang baik.

Etiologi

Mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas

dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi

pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa,

tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati

untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Memang dapat dimengerti

bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti

pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan

permukaanya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.

Menurut Kloosterman (1973), frekuensi plasenta previa pada primigravida yang

berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan

3

Page 4: Referat-Perdarahan Antepartum2

4

primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun; pada grande multipara yang berumur

lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan grande multipara

yang berumur kurang dari 25 tahun.

Gambaran Klinik

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan

pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau

bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat

fatal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak daripada

sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun

perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang

pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah

terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan,

segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila

plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan

pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa

terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.

Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna segar, berlainan

dengan darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman.

Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari

dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tak

dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk

berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus

menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin

rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada

plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah, yang

mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.

Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang

karena adanya plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi kepala,

kepalanya akan didapatkan belum masuk ke dalam pintu atas panggul yang mungkin

4

Page 5: Referat-Perdarahan Antepartum2

5

karena plasenta previa sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa parsialis;

menonjol di atas simfisis karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin

sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak,

seperti letak lintang atau letak sungsang.

Nasib janin tergantung dari banyaknya perdarahan, dan tuanya kehamilan pada

waktu persalinan. Perdarahan mungkin masih dapat diatasi dengan transfusi darah, akan

tetapi persalinan yang terpaksa diselesaikan dengan janin yang masih prematur. Tidak

selalu dapat dihindarkan.

Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan karena sering

mengadakan perlengketan yang erat dengan dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir,

perdarahan post partum sering kali terjadi karena kekurangmampuan serabut-serabut

otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan dari bekas

insersio plasenta atau karena perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh

dan mengandung banyak pembuluh darah besar, yang dapat terjadi bila persalinan

berlangsung pervaginam.

Diagnosis

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa

penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.

Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa

nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat

dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.

Pemeriksaan Luar

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila

presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul atau

mengolak ke samping, dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul. Tidak jarang

terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang.

5

Page 6: Referat-Perdarahan Antepartum2

6

Pemeriksaan In Spekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari

ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosi porsionis

uteri, karsinoma porsionis uteri, poliposis servisis uteri, varises vulva, dan trauma.

Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus

dicurigai.

Penentuan letak plasenta tidak langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

radiografi, radioisotopi, dan ultrasonografi. Nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan

yang ahli, akan tetapi ibu dan janin pada pemeriksaan radiografi dan radioisotopi masih

dihadapkan pada bahaya radiasi yang cukup tinggi pula, sehingga cara ini mulai

ditinggalkan.

Penentuan letak plasenta dengan menggunakan ultrasonografi ternyata sangat

tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak menimbulkan

rasa.

Penentuan letak plasenta secara langsung

Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta

previa ialah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi

pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Oleh

karena itu, pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya dilakukan apabila penanganan

pasif ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaannya harus dilakukan

dalam keadaan siap operasi. Pemeriksaan dalam meja operasi dilakukan sebagai berikut:

1. Perabaan fornises

Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam presentasi

kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas panggul,

perlahan-lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya terasa

lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta; dan akan terasa

padat (keras) apabila antara jari dan kepala janin tidak terdapat plasenta.

6

Page 7: Referat-Perdarahan Antepartum2

7

Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang tipis

mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu mendahului

pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama ada

tidaknya plasenta previa.

2. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis

Apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk

dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, dengan tujuan kalau-kalau meraba

kotiledon plasenta. Apabila kotiledon plasenta teraba, segera jari telunjuk

dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan sekali-sekali berusaha menyelusuri

pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari

insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan banyak.

Penanganan

Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit

yang memiliki fasilitas melakukan transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi

pertama kali jarang sekali, atau boleh dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian,

asal sebelumnya tidak diperiksa dalam.

Apabila dengan penilaian yang tenang ternyata perdarahan yang telah

berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan atau

janinnya (yang masih hidup) dan kehamilannya belum cukup 36 minggu atau taksiran

berat janin belum sampai 2500 gr dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk

menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik lagi.

Penanganan pasif ini, pada kasus-kasus tertentu sangat bermanfaat untuk

mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas, asal jangan

dilakukan pemeriksaan dalam. Sebaliknya, kalau perdarahan yang telah berlangsung

atau yang akan berlangsung akan membahayakan ibu dan atau janinnya; atau

kehamilannya telah cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin telah mencapai 2500 gr

atau persalinan telah mulai, maka penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh

penanganan aktif. Dalam keadaan ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi

dalam keadaan siap operasi.

7

Page 8: Referat-Perdarahan Antepartum2

8

Penanganan pasif

Pada tahun 1945 Johnson dan Macafee mengumumkan cara baru penanganan

pasif beberapa kasus plasenta previa yang janinnya masih prematur dan perdarahannya

tidak berbahaya, sehingga tidak diperlukan tindakan pengakhiran kehamilan segera.

Penderita harus dirawat di rumah sakit sejak perdarahan pertama sampai pemeriksaan

menunjukkan tidak adanya plasenta previa, atau sampai bersalin. Transfusi darah dan

operasi harus dapat dilakukan setiap saat apabila diperlukan. Anemia harus segera

diatasi mengingat kemungkinan perdarahan berikutnya. Menilai banyaknya perdarahan

harus lebih didasarkan pada pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit secara

berkala,daripada memperkirakan banyaknya darah yang hilang per vaginam. Ada

tidaknya plasenta previa diperiksa dengan penentuan letak plasenta secara tidak

langsung.

Memilih Cara Persalinan

Pada umumnya memilih cara persalinan yang terbaik tergantung dari derajat

plasenta previa, paritas, dan banyaknya perdarahan. Beberapa hal lain yang harus

diperhatikan pula ialah apakah terhadap penderita pernah dilakukan pemeriksaan

dalam, atau penderita sudah mengalami infeksi.

Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea, tanpa

menghiraukan faktor-faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada primigravida sangat

cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak, apalagi yang berulang, merupakan

indikasi mutlak untuk seksio sesarea karena perdarahan itu biasanya disebabkan oleh

plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya daripada apa yang ditemukan pada

pemeriksaan dalam, atau vaskularisasi yang hebat pada serviks dan segmen bawah

uterus.

Multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, atau

plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi dengan

pemecahan selaput ketuban. Akan tetapi apabila ternyata pemecahan selaput ketuban

8

Page 9: Referat-Perdarahan Antepartum2

9

tidak mengurangi perdarahan yang timbul kemudian, maka seksio sesarea harus

dilakukan. Dalam memilih cara persalinan pervaginam hendaknya dihindarkan cara

persalinan yang lama dan sulit karena akan sangat membahayakan ibu dan janinnya.

Terdapat 2 pilihan cara persalinan, yaitu persalinan pervaginam dan seksio

sesarea. Persalinan per vaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan

plasenta dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga

perdarahan berhenti. Seksio sesarea bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber

perdarahan; dengan demikian, memberikan kesempatan kepada uterus untuk

berkontraksi menghentikan perdarahannya, dan untuk menghindarkan perlukaan

serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan

pervaginam.

Persalinan pervaginam

Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terbaik untuk melangsungkan

persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin akan menekan plasenta dan

bagian plasenta yang berdarah dan bagian plasenta yang berdarah itu dapat bebas

mengikuti regangan segmen bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta dari segmen

bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan.

Seksio Sesarea

Di rumah sakit yang serba lengkap, seksio sesarea akan merupakan cara

persalinan yang terpilih. Gawat janin, atau kematian janin tidak boleh merupakan

halangan untuk melakukan seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Akan tetapi, gawat ibu

mungkin terpaksa menunda seksio sesarea sampai keadaannya dapat diperbaiki, apabila

fasilitas memungkinkan.

Perdarahan yang berlebihan dari bekas insersio plasenta tidak selalu dapat

diatasi dengan pemberian uterotonika, apalagi kalau penderita telah sangat anemis.

Histerektomi totalis merupakan tindakan yang cepat untuk menghentikan perdarahan,

dan dapat menyelamatkan jiwa penderita; namun sebelumnya sebaiknya dicoba terlebih

dahulu untuk menghentikan perdarahan itu dengan jahitan. Apabila cara-cara tersebut

9

Page 10: Referat-Perdarahan Antepartum2

10

tidak berhasil mengatasi perdarahan, dianjurkan untuk menghentikan perdarahan

demikian itu dengan jalan mengikat arteria hipogastrika.

PrognosisDengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta

previa rendah sekali.

10

Page 11: Referat-Perdarahan Antepartum2

11

SOLUSIO PLASENTA

Terdapat beberapa istilah untuk penyakit ini yaitu abruptio plasenta, ablatio

plasenta, dan accidental hemorrhage. Istilah atau nama lain yang lebih deskriptif adalah

premature separation of the normally implanted placenta (pelepasan dini uri yang

implantasinya normal). Bila terjadi di bawah kehamilan 20 minggu gejala klinikmya

serupa dengan abortus iminens. Secara definitif diagnosisnya baru dapat di tegakan

setelah partus jika terdapat hematoma pada permukaan maternal plasenta.

Solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya dari pada plasenta previa bagi ibu

hamil dan janinnya. Pada perdaharan tersembunyi (cocealed hemorrhage) yang luas

dimana perdarahan retroplasenta yang banyak dapat mengurangi sirkulasi utero

plasenta dan menyebabkan hipoksia janin. Di samping itu, pembentukan hematom

uteroplasenta yang luas bisa menyebabkan koaguloti yang fatal bagi ibu.

Definisi

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal

plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium

sebelum waktunya yakni pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anaknya lahir.

Klasifikasi

Plasenta dapat terlepas pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat

pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsial), atau bisa seluruh permukaan maternal

plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak

kejadian akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap

dibawahselaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan kekanalis servikalis dankeluar

melalui vagina (revealed haemorrhage). Akan tetapi, ada kalanya, walaupun jarang,

perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina (concealed hemorrhage) jika:

Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim.

Selaput ketuban masih melekat di dinding rahim.

Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah ketuban pecah karenanya.

11

Page 12: Referat-Perdarahan Antepartum2

12

Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah

rahim.

Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik

sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu:

Solusio plasenta ringan

Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25 % / < 1/6 bagian

Jumlah darah <250 ml

Jumlah darah yang keluar sedikit sampai banyak

Warna darah kehitaman

Komplikasi belum ada

Solusio plasenta sedang

Luas plasenta yang terlepas melebihi 25% (kurang dari 50 %)

Jumlah darah >250 ml (<1000 ml)

Rasa nyeri pada perut terus menerus

Denyut jantung janin cepat, hipotensi dan takikardi

Solusio plasenta berat

12

Page 13: Referat-Perdarahan Antepartum2

13

Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50 %

Jumlah darah mencapai 1000 ml

Disertai syok

Janin dapat meninggal

Komplikasi koagulopati, gagal ginjal, oligouri

Etiologi

Sebab primer dari solusio plasenta tidak dketahui. Terdapat beberapa faktor

resiko yang dapat menyebabkan solusio plasenta, yaitu:

1. Hipertensi kronis

2. Merokok

3. Hipertensi kronik atau pre-eklampsia

4. Mioma uteri trauma obdomen

5. Gangguan sistem pembekuan darah

6. Tali pusat pendek

Patofisiologi

Solusio plasenta adalah suatu hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari

suatu keadaan yang dapat memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat

implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Dalam banyak kejadian

perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh iskemik dan

hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan pembentukan trombosis dalam

pembuluh darah desidua atau dalam vaskuler vili dapat berujung pada iskemi dan

hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan menyebakan

perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis

terlepas kecuali selapis tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan demikian,

pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa

menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi, dan kerusakan pada bagian plasenta

sekelilingnya yang berdekatan.

13

Page 14: Referat-Perdarahan Antepartum2

14

Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian

belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom

retroplasenta disebabkan putusnya arteri spinalis dalam desidua. Hematoma

retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi

maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematom yang terbentuk dengan cepat meluas dan

melepaskan plasenta lebih luas dan banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang

keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk selanjutnya keluar

melalui serviks ke vagina. Perdarahan tidak dapat berhenti karena uterus

yangmengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteri spiralis

yang terputus. Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam

uterus.

Terdapat keadaan yang secara teoritis dapat berakibat kematian sel karena

iskemia dan hipoksia pada desidua, yakni:

(1) pada pasien korioamnionitis, misalnya pada ketuban prematur, terjadi

pelepasan lipopolisakarida dan endotoksin lain yang berasal dari agen yang

infeksius dan menginduksi pembentukan dan penumpukan sitokin, eisikanoid,

dan bahan-bahan oksidan lain seperti superoksida. Semua bahan ini mempunyai

daya sitotoksik yang menyebabkan iskemia dan hipoksia yang berujung dengan

kematian sel. Salah satu kerja sitotoksik dari endotoksin adalah terbentuknya

NOS (nitric oxide synthase) yang berkemampuan menghasilkan NO (nitric oxide)

yaitu suatu vasodilator kuat dan penghambat agregasi trombosit. Metabolisme

NO menyebabkan pembentukan peroksinitrit suatu oksidan tahan lama yang

mampu menyebabkan iskemia dan hipoksia pada sel-sel endotelium pembuluh

darah. Oleh karena faedah NO terlampaui oleh peradangan yang kuat, maka

sebagai hasil akhir terjadilah iskemia dan hipoksia yang menyebabkan kematian

sel dan perdarahan. Kedalam kelompok penyakit ini termasuk autoimun

antibodi, antikardiolipin antibodi, lupus anti koagulan,semuanya telah lama di

kenal berakibat buruk pada kehamilan termasuk melatarbelakangi kejadian

solusio plasenta.

(2) kelainan genetik berupa defisiensi protein C dan protein S.

(3) pada pasien dengan penyakit trombofilia.

14

Page 15: Referat-Perdarahan Antepartum2

15

(4) pada keadaan hyperhomocystemia dapat menyebabkan kerusakan endotelium

vaskular yang berakhir dengan pembentukan trombosis pada vena yang

menyebabkan kerusakan pada arteria spiralis.

Gambaran klinik

Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya

perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina, rasa nyeri perut dan uterus yang

menegang terus-menerus mirip his partus prematurus. Sejumlah penderita bahkan tidak

menunjukan tanda atau gejala klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan prematur

saja.

Solusio plasenta ringan

Kurang lebih 30 % penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit sekali

melahirkan gejala. Pada keadaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom

yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta. Ini

dapat diketahui ecara retrospektif pada inspeksi plasenta setelah partus. Rasa nyeri

pada perut masih ringan dan darah keluar masih sedikit, sehingga belum keluar melalui

vagina. Nyeri yang belum terasa sulit membedakannya dengan plasenta previa kecuali

darah yang keluar merah segar pada plasenta previa. Tanda vital dan keadaan ibu dan

janin masih baik. Pada inspeksi dan auskultasi tidak di jumpai kelainan kacuali pada

palpasi sedikit tegang tetapi bagian-bagian janin masih dapat di kenali. Kadar fibrinogen

dalah dalam batasan-batasan normal 350 mg%. Pemeriksaan USG perlu untuk

menyingkirkan plasenta previa.

Solusio plasenta sedang

Gejala-gejala sudah jelas seperti rasa nyeri yang terus menerus, denyut jantung

janin biasanya telah menunjukan gawat janin, perdarahan yang tampak keluar lebih

banyak, takikardi, hipotensi kulit dingin dan keringatan, dan oligouri mulai ada. Rasa

nyeri dan tegang perut jelas sehingga bagian –bagian anak sukar ditentukan. Rasa nyeri

hilang timbul seperti his normal.

15

Page 16: Referat-Perdarahan Antepartum2

16

Solusio plasenta berat

Perut rasa nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai perdarahan yang

berwarna hitam. Palpasi bagian –bagian janin tidak mungkin di lakukan. Tinggi fundus

uteri lebih tinggi daripada seharusnya oleh karena telah terjadi penumpukan darah di

dalam rahim. Denyut jantung janin tidak terdengar lagi. Dapat memburuk disertai syok.

Diagnosis

Diagnosis solusio plasenta didasarkan adanya perdarahan antepartum yang

bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri. Setelah lahir di temukan adanya impresi

(cekungan) pada permukan maternal plasenta akibat tekanan dari hematom

retroplasenta.

Komplikasi

Di bagi dua:

1. Timbul dengan segera: perdarahan dan syok

2. Timbul agak lambat: kelainan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia dan

gangguan faal ginjal.

3. Apopleksi uteroplacentair (uterus couvelaire) yaitu pada solusio plasenta yang

berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium

kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan

gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau

ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.

Penanganan

Semua pasien yang tersangka solusio plasenta harus dirawat inap di rumah sakit

yang berfasilitas cukup. Ketika dirawat langsung diperiksa darah lengkap termasuk kadar

Hb dan golongan darah serta gambaran pembekuan darah dengan memeriksa faktor

pembekuan, waktu protombin, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen dan kadar

hancuran fibrin dalam plasma.

16

Page 17: Referat-Perdarahan Antepartum2

17

Persalinan mungkin pervaginam atau mungkin juga harus perabdominal

tergantung pada banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau

belum, dan tanda-tanda gawat janin. Penanganan pada solusio plasenta bisa bervariasai

sesuai keadaan tergantung berat ringannya penyakit,usia kehamilan, serta keadaan ibu

dan janinnya. Bilamana janin masih hidup dan cukup bulan dan bilamana pervaginam

belum ada tanda-tanda, umumnya dipilih persalinan melalui bedah sesar darurat.

Umumnya kehamilan diakhiri dengan induksi atau stimulasi partus pada kasus yang

ringan atau janin telah mati, atau dengan bedah sesar pada kasus yang berat atau telah

terjadi gawat janin.

Prognosis

Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih

buruk lagi bagi janin jika di bandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta yang

ringan masih memiliki prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian

dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih

buruk terutama terhadap janinnya karena mortalitas dan morbiditas yang tinggi di

samping morbiditas ibu, yang lebih berat. Solusio plasenta berat mempunyai

prognosisyang paling buruk terhadap ibu terlebih lagi terhadap janinnya. Umumnya

pada keadaan demikian janin telah mati dan mortalitas maternal meningkat akibat salah

satu komplikasi. Pada solusio plasenta sedang dan berat prognosisnya juga tergantung

pada kecepatan dan ketepatan bantuan medik yang diperoleh pasien. Transfusi darah

yang banyak dan segera dan terminasi kehamilan tepat waktu sangat menurunkan

morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.

17

Page 18: Referat-Perdarahan Antepartum2

18

BAB III

KESIMPULAN

Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu

atau pada trimester terakhir kehamilan.

Klasifikasi perdarahan antepartum, yaitu:

1. Plasenta Previa

2. Solusio Plasenta

3. Belum jelas sumbernya (idiopatik) seperti ruptur sinus marginalis, plasenta letak

rendah, dan vasa previa.

Perbedaan antara Plasenta Previa dengan Solusio Plasenta

Plasenta Previa Solusio Plasenta

Perdarahan

Tanpa nyeri

Banyak

Berulang sebelum partus

Dengan nyeri

Sedikit

Segera disusul partus

PalpasiBagian terendah masih

tinggi

Bagian anak sukar

ditentukan

Bunyi Jantung Anak Biasanya jelas Biasanya tidak ada

Pemeriksaan Dalam Teraba jaringan plasenta Tidak teraba plasenta

Ketuban menonjol

Cekungan Plasenta Tidak adaAda impresi pada jaringan

plasenta karena hematom

18

Page 19: Referat-Perdarahan Antepartum2

19

Selaput ketuban Robek marginal Robek normal

19

Page 20: Referat-Perdarahan Antepartum2

20

DAFTAR PUSTAKA

Mose, Johanes C.2005.Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi: Perdarahan

Antepartum.Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan: Perdarahan pada Kehamilan Lanjut dan

Persalinan.Jakarta: PT Bina Pustakaa Sarwono Prawirohardjo

http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?

page=Perdarahan+Antepartum+et+causa+Plasenta+Previa+pada+Primigravida+Hamil+A

term+dengan+Presentasi+Bokong

20