30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan bagian dari sistem pernafasan. Mulut juga merupakan gerbang masuknya penyakit. Di dalam rongga mulut terdapat saliva yang berfungsi sebagai pembersih mekanis dari mulut. Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorgnisme meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen apabila respon penjamu terganggu. Pembersihan mulut secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan saliva, bila tidak bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka. Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Anak dapat tejadi karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau kurangnya perawatan gigi. Gigi remaja adalah permanen dan memerlukan perhatian teratur untuk diet dan perawatan gigi dan mencegah masalah pada tahun-yahun berikutnya. Pada saat orang bertambah tua, praktek hygiene mulut berubah untuk mempengaruhi gigi dan mukosa lebih lanjut. Usia yang

referat perdarahan rongga mulut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perdarahan

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGMulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan bagian dari sistem pernafasan. Mulut juga merupakan gerbang masuknya penyakit. Di dalam rongga mulut terdapat saliva yang berfungsi sebagai pembersih mekanis dari mulut.Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorgnisme meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen apabila respon penjamu terganggu. Pembersihan mulut secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan saliva, bila tidak bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka.Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Anak dapat tejadi karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau kurangnya perawatan gigi. Gigi remaja adalah permanen dan memerlukan perhatian teratur untuk diet dan perawatan gigi dan mencegah masalah pada tahun-yahun berikutnya. Pada saat orang bertambah tua, praktek hygiene mulut berubah untuk mempengaruhi gigi dan mukosa lebih lanjut. Usia yang berhubunga dengan perubahan di dalam mulut, dikombinasi dengan penyakit kronis, ketikmampuan fisik, dan medikasi yang diresepkan memiliki efek samping pada mulut, menyebabkan perawatan mulut yang buruk.Efek pada ketidakcukupan perawatan yakni juga dapat menyebabkan pendarahan rogga mulut. Selain itu, pendarahan dapat disebabkan oleh penyakit sistemik yang ada sebelumnya, trauma rongga mulut, dan adanya kelainan darah. Pada Tulisan ini akan mengemukakan mengenai jenis-jenis trauma fisik dan kimia yang berhubungan dengan rongga mulut. Selain itu, akan dikemukakan juga mengenai epidemiologi, gambaran klinis, gambaran histopatologis, terapi dan prognosis dari masing-masing jenis trauma tersebut. Dengan mengetahui mengenai trauma fisik dan kimia yang terdapat pada rongga mulut, diharapkan angka morbiditas akibat trauma ini dapat menurun.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana anatomi dan fisiologi rongga mulut?2. Apakah definisi dari pendarahan rongga mulut?3. Bagaimana klasifikasi dari pendarahan rongga mulut?4. Bagaimana patofisiologi terjadinya pendarahan rongga mulut?5. Bagaimana penegakan diagnosis dari pendarahan rongga mulut?6. Apakah diagnosa banding dari pendarahan rongga mulut?7. Bagaimana penatalaksanaan dari pendarahan rongga mulut?8. Bagaimana komplikasi dari pendarahan rongga mulut?9. Bagaimana prognosis dari pendarahan rongga mulut?

1.3 tujuan1. Mengetahui anatomi normal rongga mulut2. Mengetahui definisi dari pendarahan rongga mulut3. Mengetahui klasifikasi dari pendarahan rongga mulut4. Mengetahui patofisiologi terjadinya pendarahan rongga mulut5. Mengetahui penegakan diagnosa dari pendarahan rongga mulut6. Mengetahui diagnosa banding dari pendarahan rongga mulut7. Mengetahui penatalaksanaan dari pendarahan rongga mulut8. Mengetahui komplikasi dari pendarahan rongga mulut9. Mengetahui prognosis dari pendarahan rongga mulut

1.4 Manfaat 1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis tentang pendarahan rongga mulut2. Sebagai perbandingan referensi pembaca tentang pengertian dan penatalaksanaan dari pendarahan rongga mulut.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Pada rongga mulut dapat timbul lesi yang salah satunya disebabkan karena adanya trauma. Biasanya trauma tersebut diakibatkan oleh kerusakan mekanik seperti kontak dengan makanan yang tajam, tergigit ketika makan, bicara, bahkan tidur. Lesi ini juga bisa terjadi akibat luka bakar benda panas, listrik atau kimia. Lokasi lesi traumatik bisa terjadi pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum dan tepi perifer dari lidah (Bricker dkk., 1994).Tanda dan gejala klinik yaitu tampak membran fibrin kekuningan dengan tepi eritema disertai rasa nyeri (Regezi dkk., 2003). Pada beberapa kasus tepi ulkus berwarna putih dikarenakan adanya hiperkeratosis Ulkus traumatik dapat sembuh dalam beberapa hari atau minggu setelah etiologi terjadinya ulkus dihilangkan. Rasa nyeri hilang dalam waktu 3-4 hari dan sembuh dalam waktu 10-14 hari (Wood dan Goaz, 1997).Ulkus traumatik dapat disebabkan oleh berbagai macam trauma, yaitu trauma fisik, trauma termal, trauma elektrik, trauma kimiawi, dan trauma radiasi (Bricker dkk., 1994).

2.1.TRAUMA SECARA UMUMLuka akibat trauma fisik pada kulit atau mukosa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:1) Abrasion(luka lecet)Merupakan luka di permukaan yang disebabkan karena kulit atau mukosa berkontak dengan benda tajam maupun permukaan kasar seperti jalan raya/beton (saat terjatuh) yang akan meninggalkan luka dangkal yang kasar dan berdarah. Luka ini dapat menyebabkan terlepasnya jaringan epitelium dan benda asing menempel sehingga sering terjadi infeksi. Luka seperti ini sering mengakibatkan rasa sakit, hal tersebut dikarenakan ujung saraf yang terbuka akibat luka.Perawatan yang dilakukan adalah membersihkan luka dengan sabun desinfektan pada kulit, sedangkan untuk gingiva dan mukosa oral dengan irigasi larutan saline. Antibiotik terkadang perlu diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi.2) Contusion(luka memar)Merupakan luka yang terjadi akibat pukulan atau tertimpa benda tumpul. Luka ini tidak merusak mukosa, namun hanya akan membuat darah berekstravasasi ke jaringan subkutan yang menyebabkan area membiru (ecchymosis) dan memar. Bentuk luka ini adalah perdarahan dari jaringan subkutan tanpa adanya kerusakan jaringan lunak di sekitarnya.Perawatan yang dilakukan adalah aplikasi kompres dingin pada area luka. Apabila gingiva yang mengalami luka seperti ini, dapat dilakukan perawatan dengan observasi, pembersihan lokal, dan pemberian antibiotik. Luka seperti ini yang terisolasi pada jaringan lunak dalam jangka waktu yang lama mungkin mengindikasikan adanya fraktur tulang.3) Laceration(luka gores)Merupakan luka dangkal maupun dalam pada jaringan lunak yang disebabkan tergores baik oleh benda tajam dan tumpul, tepi luka biasanya disertai memar. Luka ini mungkin akan mengganggu pembuluh darah, saraf, otot, dan kelenjar saliva. Area yang sering terlibat adalah bibir, mukosa oral, gingiva, dan lidah. Luka ini sering terjadi karena terobeknya mukosa atau kulit pada kecelakaan kendaraan bermotor. Perawatan yang dilakukan adalah pembersihan luka, pemberian antibiotik, dan terkadang perlu dilakukan penjahitan (suturing).Lacerationsmenurut bentuk lukanya dapat diklasifikasikan menjadi:a) Crescent shaped(bulan sabit): disebabkan oleh benda tumpul yang mempunyai tepi permukaan yang tajam (misalnya palu).b) Linear with Y shaped ends(garis dengan ujung huruf Y): disebabkan oleh benda sempit memanjang (batang besi, batang logam, pipa).c) Stellate(bintang): disebabkan oleh benda yang mempunyai permukaan tajam dengan ujung tumpul membulat.d) Triangular(segitiga): disebabkan olehpointed bayonet, seperti paku.4) Soft tissue avulsionLuka avulsi (hilangnya jaringan) merupakan luka yang terjadi karena gigitan hewan yang menimbulkan luka lecet yang sangat dalam dan lebar.5) Puncture wounds(luka tusuk)Merupakan luka tusukan yang disebabkan oleh penetrasi benda tajam langsung ke dalam kulit, seperti pisau dan tembakan senjata. Perawatan yang dilakukan adalah pembersihan luka dengan desinfektan, pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi, dan mungkin juga dilakukan penjahitan pada luka yang lebar. langsung ke dalam kulit, seperti pisau dan tembakan senjata. Perawatan yang dilakukan adalah pembersihan luka dengan desinfektan, pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi, dan mungkin juga dilakukan penjahitan pada luka yang lebar.2.2. TRAUMA RONGGA MULUTPenyebab lain terjadinya lesi dalam rongga mulut akibat trauma fisik di antaranya: malposisi gigi, menyikat gigi terlalu keras, tergigit, kebiasaan menggigit-gigit bibir atau pipi, pembuatan protesa gigi yang salah (bagianflangeyang terlalu menekan gingiva tau bagianbaseplateterlalu menekan palatum), restorasi gigi yang tajam, penggunaan instrumen kedokteran gigi (cotton roll, saliva ejector,bur).1) Linea AlbaLinea alba (white line)adalah kondisi yang paling sering muncul di sepanjang mukosa bukal setinggi dataran oklusal gigi rahang atas dan rahang bawah yang disebabkan adanya tekanan, iritasi gesekan, dan trauma dari permukaan gigi.Linea albaberbentuk garis putih keabuan memanjang di mukosa bukal, biasanya bilateral di kanan dan kiri, berawal dari sudut mulut hingga gigi posterior. Penampakan klinis berupa warna putih keabuan disebabkan hiperkeratosis epitel. Lesi ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan berarti.

2) Morsicatio BuccarumLesi putih pada rongga mulut ini disebabkan adanya iritasi kronis akibat mengisap-isap atau menggigit-gigit pipi. Hal tersebut akan menyebabkan area trauma menjadi lebih tebal, luka, dan lebih pucat daripada jaringan di sekitarnya. Lesi ini seringkali muncul pada orang yang sedang mengalami stress tinggi atau orang yang mempunyai kebiasaan menggigit-gigit pipi, bibir maupun lidah.Penampakan klinis dari lesi ini sering ditemukan bilateral pada mukosa bukal, namun ada juga yang unilateral dikombinasikan dengan adanya lesi pada bibir, lidah, atau keduanya. Area putih menebal seperti bekas cabikan didominasi dengan area eritematous dan permukaan yang kasar. Pemeriksaan histopatologis hasil biopsi menyatakan adanya hiperkeratosis yang menyebar dengan jumlah keratin yang banyak. Tidak ada perawatan yang perlu dilakukan selama lesi dirasa tidak mengganggu pasien. Apabila pasien memerlukan perawatan dapat dilakukan dengan membuat cetakan akrilik yang menutupi permukaan fasial gigi untuk menghindari akses mukosa bukal.

3) Frictional (Traumatic) KeratosisTraumatic keratosisdidefinisikan sebagai plak putih dengan permukaan kasar dan terluka yang disebabkan iritasi mekanis dari gigi tiruan yang kasar atau tepi gigi yang tajam. Pemeriksaan histologis menyatakan lesi dengan hiperkeratosis dan akantosis. Lesi ini tidak mengacu pada keganasan. Lokasi lesi biasanya pada mukosa bukal, bibir, dan lidah .

4) Toothbrush InjuryTrauma dari sikat gigi disebabkan iritasi mekanis dari bulu sikat gigi pada margin gingiva dan gingiva cekat. Lokasi lesi ini dapat ditemukan pada seluruh permukaan gingiva, namun yang paling sering terjadi pada gingiva rahang atas di antara gigi kaninus dan premolar (karena pada lokasi ini biasanya menggunakan tekanan maksimal selama menyikat gigi). Penampakan klinis lesi berupa erosi tunggal dengan area eritematous, berwarna putih atau merah, dan beberapa menyebabkan rasa sakit. Lesi ini tidak memerlukan perawatan, namun mengurangi faktor lokal dengan memperbaiki cara menyikat gigi .

5) Traumatic HematomaTraumatic hematomapada mukosa oral terjadi karena adanya tekanan mekanis yang menyebabkan perdarahan pada jaringan di rongga mulut. Penampakan klinis berupa lesi irreguler berwarna kemerahan. Lokasi yang paling sering terjadi lesi ini adalah lidah dan bibir, penyebab utamanya adalah tergigitnya mukosa oral dan penggunaan yang tidak benar dari instrumen kedokteran gigi. Tidak ada perawatan yang perlu dilakukan, lesi akan sembuh dalam waktu 4-6 hari (Laskaris, 2003).6) Cotton Roll StomatitisCotton rollsangat biasa diaplikasikan pada praktek kedokteran gigi untuk menjaga permukaan gigi tetap kering. Kekeringan yang berlebihan pada permukaan mukosa akan tampak setelah gulungan kapas dilepas. Penampakan klinis lesi adalah erosi yang tertutupi pseudomembran putih, yang akan sembuh dalam 4-6 hari dan tidak memerlukan perawatan yang berarti (Laskaris, 2003).7) Denture StomatitisDenture stomatitisataudenture sore mouthsering terjadi pada pasien yang menggunakan gigi tiruan dalam waktu lama. Lesi ini biasanya ditemukan pada palatum. Penampakan klinis berupa mukosa yang tertutup plat gigi tiruan edema berwarna merah dengan titik-titik putih yang merupakan akumulasiCandida albicansatau sisa makanan. Beberapa kasus tidak menimbulkan gejala pada pasien, namun ada beberapa yang mengeluhkan sensasi rasa terbakar dan nyeri. Penyebab yang biasa terjadi karena iritasi gigi tiruan, sisa-sisa makanan yang menumpuk di bawah permukaan plat gigi tiruan, dan infeksiC. albicans. Perawatan yang perlu dilakukan adalah memperbaiki gigi tiruan dan menjaga kebersihan mulut dengan baik (Laskaris, 2003).8) Traumatic Atrophic GlossitisTraumatic atrophic glossitisberupa area eritematous pada lidah yang disebabkan adanya iritasi atau trauma fisik, di antaranya restorasi gigi yang tidak tepat, gigi tiruan yang patah atau rusak, tepi insisal gigi yang tajam, kalkulus yang berlebihan pada gigi-gigi anterior rahang bawah, dan gigi yangcrowded. Lokasi lesi pada ujung dan lateral lidah dengan area yang terlibat trauma akan menipis dan berwarna merah, papilla filliformis menghilang, papilla fungiformis membesar dan memerah. Pemeriksaan histopatologis menyatakan adanya penipisan papilla lidah, vasodilatasi jaringan ikat di bawahnya dengan infiltrasi sel inflamasi kronis yaitu limfosit dan sel plasma. Perawatan yang dilakukan adalah mengurangi faktor iritasi dan meminimalisasi pergerakan lidah.

9) Traumatic UlcerationsUlkus traumatik paling sering terjadi di pipi, bibir, dan lidah. Tergigitnya lidah merupakan ulkus tunggal yang seringkali terjadi pada tepi lateral lidah Tanda dan gejala klinik yaitu tampak membran fibrin kekuningan dengan tepi eritema disertai rasa nyeri Lokasinya bisa bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah, tepi plat gigi tiruan atau ortodontik. Ulkus traumatik biasanya tunggal, ukurannya bervariasi, bentuknya bulat atau oval. Dasar lesi kekuningan, tepinya merah dan tidak ada indurasi. Ulkus traumatik sembuh dalam beberapa hari, setelah penyebabnya dihilangkan . Ulkus traumatik yang ditemukan pada area anterior lidah bayi disebabkan olehnatal teethdisebutRiga-Fede disease.Pemeriksaan histopatologis ulkus traumatik akut menunjukkan hilangnya permukaan epitelium yang digantikan oleh jaringan fibrin dengan neutrofil. Dasar ulkus terdiri dari kapiler yang melebar dan jaringan granulasi. Regenerasi epitelium dimulai dari tepi ulkus, dengan sel-sel proliferatif pindah dari dasar jaringan granulasi dan di bawah gumpalan darah .Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dari ulserasi yang terjadi ialah: Hindari makanan yang dapat menyakitkan ulserasi.Hindari makanan yang pedas dan asam yang dapat menyebabkan iritasi lebih lanjut. Lebih baik mengkonsusmsi makanan yang lebih lembut dalam potongan yang kecil-kecil sebagai gantinya. Sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan panas atau dingin karena dapat membuat rasa sakit ketika dimakan. Gunakan sedotan ketika minum.Penggunaan sedotan ketika minum akan membuat area luka aman terhadap cairan minuman. Minuman yang mengandung alkohol yang diminum tanpa menggunakan sedotan akan dapat menyebabkan luka teriritasi. Menjaga dan meningkatkan kebersihan mulut.Walaupun terdapat luka, tetapi kebersihan mulut harus tetap dijaga dan ditingkatkan seperti menyikat gigi dengan lebih hati-hati agar tidak memperparah ulserasi, berkumur beberapa kali sehari.10) Trauma Termal Dan Elektrika) Trauma TermalTrauma termal dapat disebabkan karena seseorang memakan pizza yang terlalu panas atau makanan dengan keju yang meleleh di atasnya sehingga menyebabkan luka bakar pada palatum atau ventral lidah Lesi akibat trauma termal biasanya terjadi pada palatum dan mukosa bukal posterior. Penampakan klinis lesi dengan area eritematous dan ulserasi dengan sisa jaringan epitel di sekelilingnya. Tidak ada perawatan khusus yang dilakukan untuk lesi ini karena akan sembuh dengan sendirinya b) Trauma ElektrikTrauma elektrik biasanya disebabkan oleh peralatan elektrik yang digigit dengan mulut. Lokasi yang biasa terjadi lesi akibat trauma elektrik adalah mukosa bibir dan sudut mulut. Mulanya tidak terasa adanya rasa sakit, area berwarna kekuningan dengan sedikit atau tidak ada perdarahan, terjadi edema setelah beberapa jam dan berlangsung hingga 12 hari. Pada hari ke-empat, lesi akan menjadi nekrosis dan mulai terjadi perdarahan. Area lipatan mukobukal, lidah, gigi di sekitarnya mungkin akan terlibat dan gigi menjadi non vital dengan atau tanpa nekrosis di sekitar tulang alveolar. Perawatan yang diberikan untuk pasien dengan lesi seperti ini adalah antibiotik profilaksis untuk mencegah adanya infeksi sekunder c) Trauma KimiawiTrauma kimiawi di dalam rongga mulut biasanya akibat bahan-bahan kedokteran gigi yang digunakan dalam praktek, misalnya aspirin, hidrogen peroksida, silver nitrat, fenol, larutan anestesi, dan bahan perawatan saluran akar. Trauma kimiawi dapat disebabkan karena pemakaian obat-obatan yang bersifat kaustik, seperti obat kumur yang tinggi kandungan alcohol, hydrogen peroksida, atau fenol, dan penggunaan obat aspirin baik tablet maupun topikal pada mukosa sebagai obat sakit gigi.Lesi biasanya terletak pada forniks atau lipatan mukobukal dan gingiva. Area yang terluka berbentuk ireguler, berwarna putih, dilapisi pseudomembran, dan sangat sakit. Area yang terlibat sangat mungkin meluas. Jika kontak dengan agen kimia terjadi cukup singkat, maka lesi yang terbentuk berupa kerut-kerut berwarna putih tanpa nekrosis jaringan. Kontak dalam waktu lama (biasanya dengan aspirin, sodium hipoklorid, dan fenol) dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan pengelupasan jaringan yang nekrosis. Mukosa non-keratinisasi yang tidak cekat lebih sering mengalami luka bakar dibandingkan mukosa cekat. AspirinAcetylsalicylic acid (aspirin) merupakan agen yang biasa menyebabkan trauma kimiawi dalam rongga mulut. Jaringan rongga mulut rusak ketika aspirin diisap pada area lipatan mukobukal dalam jangka waktu yang cukup lama untuk melegakan nyeri gigi. Silver NitratSilver nitrat biasa digunakan oleh dokter gigi sebagai agen kauterisasi untuk merawat kasus stomatitis aptosa. Bahan ini mampu meredakan gejala secara instan dengan membakar akhiran saraf pada ulkus. Namun, silver nitrat sering merusak jaringan di sekitarnya dan menghambat penyembuhan atau bahkan dapat menyebabkan nekrosis di lokasi aplikasinya (jarang terjadi). Oleh sebab itu, penggunaan silver nitrat sebaiknya dikurangi. Sodium HipokloridSodium hipoklorid atau bahan pemutihan gigi, sering digunakan untuk irigasi saluran akar dan dapat menyebabkan ulkus yang cukup parah akibat kontak dengan jaringan lunak di dalam rongga mulut. Hidrogen PeroksidaHidrogen peroksida sering digunakan sebagai bahan irigasi intraoral untuk pencegahan penyakit periodontal. Pada konsentrasi 3%, hidrogen peroksida dapat menyebabkan jaringan nekrosis.d) Pasta Gigi dan Obat KumurBeberapa kasus ulserasi dan luka jaringan di dalam mulut telah dilaporkan disebabkan karena salah penggunaan obat kumur dan pasta gigi komersial. Reaksi hipersensitivitas, ulserasi, dan pengelupasan epitel yang tidak biasa terjadi pernah dilaporkan terjadi pada penggunaan pasta gigi yang mengandung kayu manis (cinnamons). Bahan yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas diduga adalah kandungan aldehid. Reaksi ini tampak mirip dengan reaksi yang disebabkan oleh bahan kimia lain seperti aspirin dan hidrogen peroksida. Selain itu, ditemukan pula kasus luka bakar di bibir, mulut, dan lidah pada pasien yang menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol dan klorheksidin .e) Smokers MelanosisIndividu yang merokok mungkin akan timbul area hiperpigmentasi melanin pada mukosanya tergantung pada jumlah batang rokok sehari-hari. Smokers melanosis paling sering ditemukan di area gingiva anterior pada maksila maupun mandibula. Pigmentasi bervariasi dari warna coklat terang hingga gelap dan tampak difus. Perawatan yang dilakukan adalah biopsi, terutama pada area palatum. Smokers melanosis akan menghilang sedikit demi sedikit selama 3 tahun setelah berhenti merokok f) Anesthetic NecrosisKasus yang jarang terjadi, nekrosis fokal jaringan dapat timbul pada lokasi injeksi anestesi lokal. Predileksi terjadinya lesi pada palatum durum, yang jaringan mukosanya berikatan cekat dengan tulang di bawahnya. Biasanya lesi ini timbul sebagai lesi ulser yang bertepi reguler yang timbul beberapa hari setelah injeksi. Ulser terjadi akibat nekrosis iskemia yang kemungkinan disebabkan karena trauma langsung dari larutan anestesi, vasokonstriksi epinefrin, atau keduanya. Penyembuhan ulser memerlukan waktu beberapa minggu dan terkadang dapat menjadi kronis. Stimulus lokal, misalnya usapan sitologi, cukup untuk merangsang penyembuhan ulser g) Soft Tissue EmphysemaKasus ini merupakan fenomena yang jarang terjadi dimana udara atau gas masuk ke dalam jaringan lunak. Pada regio orofasial, soft-tissue emphysema sering terkait dengan penggunaansyringeudara atauhandpiecedimana udara ditiupkan pada lokasi pembedahan, laserasi, atau duktus kelenjar saliva. Kemungkinan penyebab lainnya adalah trauma, batuk keras, dan memainkan instrumen musik tiup. Udara dapat memasuki jaringan dan menyebabkan pembengkakan mendadak. Tanda klinis yaitu ditemukan krepitasi pada palpasi. Emfisema pada leher dapat menyebar ke bawah dan menyebabkan pneumomediastinum. Pasien dengansoft-tissue emphysemasebaiknya dirawat dengan antibiotik untuk pencegahan infeksi sekunder. Kebanyakan kasus sembuh dalam 12 minggu

2.3. PENDARAHAN / HEMORAGI RONGGA MULUTHemoragi intraoral disebabkan karena rupturnya pembuluh darah yang terjadi akibat trauma fisik (ekstraksi gigi, tergigit, fellatio, batuk kronis, muntah), trauma sekunder pasca pembedahan, dan kelainan perdarahan seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, dan terapi antikoagulan. Setiap orang pernah mengalami memar yang disebabkan oleh trauma minor. Hal ini terjadi ketika trauma tersebut menyebabkan perdarahan dan terkumpulnya darah di dalam jaringan. Jenis-jenis perdarahan berdasarkan ukurannya:1. Perdarahan sedikit di kulit, mukosa, atau serosa disebut ptekiae.1. Perdarahan yang melibatkan area sedikit lebih besar disebut purpura.1. Akumulasi perdarahan >2 cm disebut ekimosis.1. Akumulasi darah dalam jaringan yang memunculkan massa disebut hematoma.Trauma tumpul pada mukosa mulut terkadang mengakibatkan terbentuknya hematoma. Ptekiae dan purpura dapat muncul karena tekanan intratoraks tinggi yang lama dan berulang (maneuver valsalva), berkaitan dengan aktivitas seperti batuk yang berulang-ulang, muntah, kejang, atau bersalin. Dalam mendiagnosis perdarahan traumatik, harus dipertimbangkan kemungkinan perdarahan berasal dari penyebab bukan trauma seperti thrombositopenia, DIC, dan beberapa infeksi virus (infeksi mononucleosis dan campak). 2.3.1Gambaran Klinis Perdarahan mukosa terlihat datar , tidak pucat, atau berupa zona yang menonjol berwarna merah atau ungu kebiruan atau biru kehitaman. Lesi trauma paling sering terdapat di mukosa bibir atau pipi. Trauma tumpul pada muka dapat menyebabkan terjadinya hematoma, tetapi luka minor seperti gigitan pada pipi dapat juga menyebabkan hematoma atau purpura. Rasa sakit ringan dapat juga terjadi.Perdarahan yang berkaitan dengan tekanan intratoraks yang meningkat biasanya terdapat pada kulit wajah dan leher dan muncul sebagai ptekiae yang menyebar dan hilang dalam 24-72 jam. Perdarahan mukosa juga memunculkan gejala yang sama dan biasanya berupa ptekiar atau purpura di soft palateHemopoisis merupakan serangkaian proses pembentukan komponen seluler darah dari stem sel pluripotent, yang mulai dibentuk sejak masa embrio dan akan selalu beregeneresi sepanjang hidup. Proses ini akan dirangsang oleh faktor pertumbuhan hemopoisis, sehingga sel precursor akan merangsang sel progenitor untuk berkembang melalui jalur spesifik. Sel progenitor ini mempunyai rangkaian urutan pembelahan dan maturasi, dan berkembang menjadi sel myeloid maupun limfoid yang matur pada sirkulasi darah. Adapun perkembangan sel progenitor di sistem hemopoisis dapat dilihat pada gambar 1. Selama perkembangan sel progenitor ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang dapat mengakibatkan adanya kelainan darah.2.3.2. Etiologi1) LeukemiaLeukemia merupakan keganasan yang mempengaruhi SDP di sumsum tulang,dimana terjadi diferensiasi dan proliferasi system hemopoisis di sumsum tulang dan menekan sel darah normal. Hal ini menyebabkan anemia, thrombocytopenia, dan defisiensi fungsi normal leukosit. Penyebabnya tidak diketahui. Leukemia dibagi menjadi akut dan kronis.Leukemia akutLeukemia akut merupakan malignansi sel progenitor hemopoisis, dimana terjadi kegagalan sel untuk berdiferensiasi dan matur. Kelainan ini dibagi menjadi acute lymphocytic leukemia (ALL) dan acute myelogenous leukemia (AML). ALL terjadi pada 65% kasus, berupa gangguan pada limfosit B dan prekursornya, 20 % kasus berupa sel T, dan 15% berasal dari sel B dan T. AML merupakan kelanjutan dari preleukemia atau sindrom myelodysplastic dengan abnormalitas sumsum tulang, yang mempengaruhi SDP, SDM, dan platelet. ALL banyak ditemukan pada anak-anak, AML pada dewasa muda. Gejala dan tanda dikaitkan dengan anemia, thrombocytopenia, dan penurunan fungsi netrofil. Anemia berupa kepucatan, nafas pendek, dan mudah lelah. Trombositopenia berupa perdarahan spontan (petechiae, ecchymoses, epistaxis, melena, perdarahan menstruasi spontan, dan perdarahan gingival), purpura bleeding, dan jumlah platelet kurang dari 25,000/mm3, dan terkadang seperti DIC, sehingga terjadi koagulasi dan perdarahan. Chronic LeukemiaChronic leukemia ditandai dengan adanya sel yang berdiferensiasi pada sumsum tulang, pembuluh darah perifer dan jaringan dalam jumlah yang banyak. Jumlah sel imatur lebih dominan dibanding sel yang matur. Ada dua jenis leukemia kronis yaitu chronic granulocytic leukemia (CGL, atau chronic myelocytic leukemia [CML]) dan chronic lymphocytic leukemia (CLL). CGL sebagian besar disebabkan oleh radiasi sinar X dan bahan toksis yang ditandai CML. Biasanya terjadi pada kelainan kromosom philadelpia yaitu translokasi 22 ke 9. Manifestasi klinis yaitu terjadi pada usia 30 dan 50 tahun, tidak ada gejala, splenomegali, peningkatan jumlah SDP. Gejala dikaitkan dengan adanya anemia berupa lemah, lelah, sesak nafas, nyeri tulang dan perut pada kuadran atas kiri. Trombositopenia menyebabkan petechiae, ecchymoses, dan perdarahan. Terapi transpantasi sumsum tulang.CLL merupakan keganasan yang berjalan lambat dengan melibatkan proliferasi limfosit. 90 % kasus melibatkan sel limfosit B, dan 5 % limfosit T. manifestasi klinis banyak terjadi pada laki-laki usia 40 tahun, asimtomatis, gejala dikaitkan anemia dan trombositopenia, lymphadenopathy, splenomegaly, hepatomegaly, infiltrasi ke kulit atau mukosa, hypogammaglobulinemia.Manifestasi rongga mulut lifadenopati servikal, perdarahan rongga mulut, infiltrasi gingival, infeksi rongga mulut dan ulser rongga mulut. Bentuk ulser yaitu lebar, irregular, bau busuk, dikelilingi mukosa yang pucat. Yang perlu diperhatikan oleh dokter gigi adalah resiko infeksi rongga mulut dan perdarahan. Terapi yang diberikan topical collagen sponge, obat kumur, dan antibiotik.2) HemofiliaPenyakit gangguan perdarahan dapatan yang sangat sering adalah von Willebrands disease (vWD). Penduduk Amerika yang menderita penyakit ini kira-kira sebesar 1%, diturunkan melalui autosomal dominan. Pasien Hemofilia A mengalami defisiensi faktor VIII merupakan penderita dengan gangguan koagulasi, terjadi pada lebih dari 20.000 orang di Amerika. Hemofilia B (Christmas disease) mengalami defisiensi faktor IX didapatkan 1 orang setiap 30.000 kelahiran anak laki-laki. Data menunjukkan bahwa kira-kira 80% dari keseluruhan gangguan koagulasi turunan adalah Hemofilia A, 13% adalah Hemofilia B, dan 6% merupakan defisiensi faktor XI. Penderita leukemia kronis memiliki kecenderungan mengalami perdarahan akibat trombositopenia yang disebabkan oleh sel-sel kanker pada sumsum tulang sehingga tidak terdapat tempat bagi sel-sel darah merah dan prekursor platelet. Akibatnya pasien leukemia akan mengalami trombositopenia sebagai akibat dari efek toksik beberapa macam pengobatan kemoterapi yang digunakan. Gangguan perdarahan merupakan faktor resiko pada tindakan perawatan gigi dan mulut. Penderita mengalami waktu perdarahan yang panjang bahkan dapat pula mengalami perdarahan yang terus-menerus. Beberapa faktor pencetus penyakit-penyakit sistemik dan penggunaan obat-obatan dapat pula menjadi penyebab.Perawatan periodontal dapat menjadi salah satu pencetus terjadinya perdarahan. Pemberian periodontal dressing dengan atau tanpa topical antifibriolytic agents dapat merupakan cara dalam menghentikan perdarahan. Pemakaian obat kumur yang mengandung chlorhexidine gluconate dapat menjaga kebersihan mulut. Pemberian penerangan secara lengkap bagi pasien sebelum tindakan merupakan langkah awal yang baik, sehingga pasien akan mengerti kemungkinan komplikasi-komplikasi yang akan terjadi.3) Trauma minorPembahasan trauma minor sudah disampaikan pada subbab 2.1. tentang penyebab terjadinya trauma pada rongga mulut

2.3.3. Penangan Pendarahan Rongga Mulut1) Morcasio buccarum (chronic cheek chewing)Tidak ada pengobatan khusus pada penderita, dan tidak ada komplikasi. Bagi pasien yang menginginkan pengobatan, dapat diberikan oral acrylic shield yang akan menutupi permukaan gigi sehingga mencegah kontak antara gigi dan mukosa bukal. Sebagian peneliti juga menyarankan untuk melakukan psikoterapi.2) Ulkus Trauma (Traumatik Granuloma)Pasien ulkus trauma dengan sumber trauma yang dapat ditemukan maka harus sumber tersebut harus dihilangkan. Kemudian, dapat diberikan dyclorine HCl atau hydroxypropyl cellulose film untuk mengurangi rasa sakit. Jika sumber trauma tidak ditemukan atau pasien tidak memberikan respon terhadap terapi maka diindikasikan biopsi. Penggunaan kortikosteroid pada ulkus trauma masih kontrovesi, sebagian klinisi beranggapan bahwa kortikosteroid bisa menghambat penyembuhan, namun sebagian yang lain beranggapan penggunaan kortikosteroid dapat mengobati ulkus traumatic yang kronis.3) Luka Bakar Listrik Dan PanasPasien dengan luka bakar pada rongga mulut diberikan imunisasi tetanus. Sebagian besar dokter memberikan antibiotik propilaksis, biasanya penisillin, pada kasus yang berat untuk mencegah infeksi sekunder. Masalah utama pada luka bakar mulut adalah kintraktur mulut selama masa penyembuhan. Tanpa intervensi akann terjadi mikrostomia dan membatasi pembukaan mulut sehingga sulit untuk makan dan membersihkan mulut. Pada pasien yang tidak diobati akan terjadi luka parut yang luas dan cacat pada mulut.Untuk mencegah cacat dapat menggunakan bebat (splinT0 intraoral yang menutup sempurna sehingga dapat memfiksasi maksilla. Sedangkan luka bakar panas jarang menimbulkan akibat klinis yang parah dan sembuh tanpa pengobatan.4) Luka Kimia Pada Mukosa OralTerapi terbaik bagi luka kimia adalah pencegahan terpaparnya mukosa oral oleh agen penyebab. Area superfisial yang nekrosis akan sembuh sempurna tanpa parut dalam 10-14 hari setetlah penghentian agen penyebab. Sebagian dokter menggunakan pasta pelindung atau hydroxypropyl cellulose film untuk pelindung sementara. Dyclonin HCl topikal dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit walaupun hanya sementara. Apabila terdapat jaringan nekrosis yang luas maka diperlukan tindakan pembedahan dan antibiotic.5) Trauma Oral Dari Aktivitas SeksualLesi ini tidak membutuhkan terapi dan prognosisnya baik. Untuk pasien yang meminta saran, ptekiae palatum dapat dicegah dengan tidak mengurangi tekanan negative dan hindari mendorong terlalu kuat. Kemungkinan ulkus frenulum dapat dikurangi dengan melicinkan permukaan kasar insisal dari gigi seri mandibula.

BAB IVPENUTUP

Sebagian besar trauma fisik dan kimia pada rongga mulut dapat dicegah atau dihindarkan morbidaitas yang lebih parah jika penangannannya tepat dan cepat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui tentang trauma fisik dan kimia yang terdapat pada rongga mulut, pencegahannya serta penanganannya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, trauma fisik dan kimia pada rongga mulut dapat disebabkan oleh penyakit atau akibat yang beraneka ragam. Oleh karena itu kita juga harus mengetahui bagaimana penampilan fisik dari setiap trauma fisik dan kimia, sehingga kita dapat mengenali trauma tersebut untuk selanjutnya dapat memberikan penangana yang tepat.Mengingat trauma ini banyak disebabkan karena keteledoran maupun ketidaktahuan dari pasien maka sebaiknya kita sebagai petugas kesehatan dapat memberikan saran maupun pencegahan yang tepat kepada pasien. Dengan pencegahan dan saran yang baik, maka trauma akibat fisik dan kimia ini dapat diminimalisir, baik dari jumlah maupun dari tingkat keparahannya.