Upload
suci-d-putri
View
323
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
referat
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Prurigo ialah erupsi opular kronik dan rekurens. Terdapat berbagai macam prurigo, yang
tersering terlihat ialah prurigo Hebra. Disusul oleh prurigo nodularis. Sedangkan yang
lain jarang dijumpai. Istilah prurigo menunjuk pada suatu lesi kulit sangat gatal yang
sampai kini belum diketahui penyebab pastinya. Penyakit ini biasanya dianggap sebagai
salah satu penyakit kulit yang paling gatal dan lesinya dapat diikuti dengan timbulnya
penebalan dan hiperpigmentasi pada kulit tersebut. 1,2,3,4,5
KOCSARD pada tahun 1962 mendefinisikan prurigo papul sebagai papul yang
berbentuk kubah dengan vesikel pada puncaknya. Vesikel hanya terdapat dalam waktu
yang singkat saja, karena segera menghilang akibat garukan, sehingga yang tertinggal
hanya papul yang berkrusta. Papul berkrusta lebih sering terlihat dibandingkan papul
primer dengan puncak vesikel. Likenifikasi hanya terjadi sekunder akibat proses
kronik. La membagi prurigo menjadi 2 kelompok: yaitu prurigo simplex dan
dermatosis pruriginosa. Namun terdapat juga bentuk prurigo lain yang juga terdeteksi
secara klinis, yaitu prurigo nodularis (tergolong dalam neurodermatitis), prurigo
pigmentosa, dan prurigo aktinik. 1,2,3,4,5,7,8
Dalam referat ini akan dibahas mengenai beberapa jenis prurigo yang terdapat di masyarakat, yaitu
Prurigo Simpleks, Prurigo Pigmentosa, Dermatosis Pruriginosa Prurigo Hebra, dan Prurigo Nodularis.
[1]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PRURIGO SIMPLEKS
Sinonim
Nama lain dari prurigo simpleks adalah Prurogo Mitis. Jika warnanya lebih gelap, dapat
disebut prurigo pigmentosa.1,2
Epidemiologi
Prurigo simpleks bisa mengenai anak-anak maupun dewasa. Prurigo papul tampak dalam
macam-macam tingkat perkembangan dan ditemukan paling sering pada orang
dengan usia pertengahan.2,3
Predileksi
Tempat yang sering terkena ialah badan dan bagian ekstensor ekstremitas, terbanyak
pada tungkai dan bokong. Muka dan bagian kepala yang berambut juga dapat terkena
tersendiri atau bersama-sama dengan tempat lainnya. 1,2,3
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dapat bervariasi. Lesi biasanya muncul dalam kelompok-kelompok,
sehingga papul-papul, vesikel-vesikel dan jaringan-jaringan parut sebagai tingkat
perkembangan penyakit terakhir dapat terlihat pada saat yang bersamaan. Tampak
terdistribusi simetris, kecil, gatal yang terus menerus, dan terlihat sebagai papul beratap
seperti kubah dan kadang terdapat lepuh. Gatal yang parah dapat membuat pasien terus
menggaruk sehingga memberikan gambaran papul yang ekskoriasi disertai likenifikasi atau
penebalan pada kulit. Dapat menyebabkan stres karena rasa sangat gatal hingga sering
membuat sulit tidur 1,2,3
Beberapa variasi prurigo pemah dilaporkan. Prurigo melanotik Pierini dan Borda terjadi
[2]
pada wanita usia pertengahan berupa pruritus bersamaan dengan sirosis biliaris primer.
Lesi berupa hiperpigmentasi retikular, sangat gatal, terutama mengenai badan. Prurigo
kulit kepala yang berambut dapat terjadi secara sendiri atau bersama-sama dengan lesi
prurigo di tempat lain.1
Pengobatannya simtomatik, diberikan obat untuk mengurangi gatal seperti antihistamin,
baik sistemik (sedativa) maupun topikal.1 Lesi juga berespon terhadap pemberian
kortikosteroid topikal, dan terapi UVA dan UVB untuk kasus tertentu. Terdapat
penelitian pada kasus prurigo simpleks subakut diterapi dengan ‘foil bath PUVA’
pada konsentrasi 0.5 mg 8-methoxypsoralen/l. Terapi tersebut dinyatakan aman
dan dapat ditoleransi dengan baik untuk prurigo simpleks subakut.17
B. DERMATOSIS PRURIGINOSA 1,3,4,5
Pada kelompok penyakit ini prurigo papul terdapat bersama-sama dengan urtika,
infeksi piogenik, tanda-tanda bekas garukan, likenifikasi dan eksematisasi. Termasuk
dalam kelompok penyakit ini antara lain, ialah : strofulus, prurigo kronik multiformis
Lutz, dan prurigo Hebra.1,3,4,5
a. Strofulus
Penyakit ini juga dikenal sebagai urtikaria papular, liken urtikatus dan strofulus pruri-
[3]
Prurigo Simpleks
ginosis, sering dijumpai pada bayi dan anak-anak. Papul-papul kecil yang gatal
tersebar di lengan dan tungkai, terutama mengenai bagian ekstensor. Lesi muia-mula
berupa urticated papules yang kecil, akibat garukan menjadi ekskoriasi dan
mengalami infeksi sekunder atau likenifikasi Lesi-lesi muncul kembali dalam
kelompok, biasanya pada malam hari. Tetapi lesi dapat bertahan sampai 12 hari.
Semua tingkatan perkembangan dan regresi papul-papul dapat dilihat pada saat
yang bersamaan. Serangan dapat berlangsung bulanan sampai tahunan. Biasanya
tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening maupun gejala konstitusi. 1,3,4,5
Urtikaria papular merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap gigitan fleas *),
gnats **), nyamuk, kutu dan yang tersering ialah kepinding.
Gambaran histopatologiknya menyerupai reaksi gigitan artropod. Terdapat sebukan
infiltrat perivaskular yang superfisial dan dalam, yang terdiri atas limfosit,
histiosit dan eosinofil. 1,3,4,5
Pengobatan mencakup pemberantasan serangga yang mungkin dapat mengenai
anak, terutama fleas (cat & dog fleas, dan kuman fleas), serta kutu busuk.
Tempat-tempat tidur binatang peliharaan harus disemprot dengan insektisida. Juga
lemari-lemari, sela-sela rumah, permadani dan perkakas rumah tangga disemprot
dengan semprotan insektisida dua kali seminggu. Secara topikal penderita
diberikan losio antipruritus. Krim kortikosteroid dapat dipakai. Antihistamin per oral
dapat menghilangkan rasa gatal. 1,3,4,5
b. Prurigo kronik multiformis Lute
Kelainan kulitnya berupa papul prurigo, disertai likenifikasi dan eksematisasi. Di
samping itu penderita juga mengalami pembesaran kelenjar getah bening
(limfadenitis dermatopatik) dan eosinofilia. Pengobatan bersifat simtomatik. 1,3,4,5
[4]
C. PRURIGO HEBRA
Di antara berbagai bentuk, prurigo Hebra merupakan bentuk yang tersering terdapat. 1,3,4,5
DEFINISI
Prurigo Hebra ialah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak. Kelainan kulit
terdiri atas papul-papul miliar berbentuk kubah sangat gatal, lebih mudah diraba
daripada dilihat, terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor.1,4,5
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini sering terdapat pada keadaan sosial-ekonomi dan higiene yang rendah.
Di Jakarta penderita wanita lebih banyak daripada laki-laki. Umumnya terdapat pada
anak. Di Eropa dan Amerika Serikat penyakit ini jarang. 1,4,5
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebabnya yang pasti belum diketahui. Umumnya ada saudara yang juga
menderita penyakit ini, karena itu ada yang menganggap penyakit ini herediter.
Sebagian para ahli berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga,
misalnya nyamuk. Mungkin antigen atau toksin yang ada dalam ludah serangga
menyebabkan alergi. Di samping itu juga terdapat beberapa faktor yang berperan,
antara lain : suhu, investasi parasit (misalnya Ascaris atau Oxyruris). Juga infeksi
fokal, misalnya tonsil atau saiuran cerna, endo-krin, alergi makanan. Pendapat lain
mengatakan penyakit ini didasari faktor atopi. 1,4,5
GEJALA KLINIS
Mulainya penyakit sering pada anak berumur di atas satu tahun. Kelainan yang khas
ialah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba
daripada dilihat. Garukan yang terus menerus menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta,
[5]
hiperpigmentasi dan likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah
kronik tampak kulit yang sakit lebih gelap kecotdatan dan berlikenifikasi. 1,4,5
Tempat predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, dapat meluas ke
bokong dan perut, muka dapat pula terkena. Biasanya bagian distal lengan dan
tungkai lebih parah dibandingkan bagian proksimal. Demikian pula umumnya
tungkai lebih parah daripada lengan. 1,4,5
Kelenjar getah bening regional biasanya membesar, meskipun tidak disertai
infeksi, tidak nyeri, tidak bersupurasi, pada perabaan teraba lebih lunak.
Pembesaran tersebut disebut bubo prurigo. Keadaan umum penderita biasanya
pemurung atau pemarah akibat kurang tidur, kadang-kadang nafsu makan
berkurang sehingga timbul anemia dan malnutrisi. 1,4,5
Untuk menyatakan berat-ringannya penyakit dipakai istilah prurigo mitis, jika
ringan, bila berat disebut prurigo feroks (agria). Prurigo mitis hanya terbatas di
ekstremitas bagian ekstensor serta sembuh sebelum akil balik. Sebaliknya prurigo
feroks, lokasi lesi lebih luas dan berlanjut sampai dewasa. 1,4,5
[6]
Prurigo Hebra
HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologik tidak khas, sering ditemukan akantosis, hiperkeratosis,
edema pada epidermis bagian bawah, dan dermis bagian atas. Pada papul yang
masih baru terdapat pelebaran pembuluh darah, infiltrasi ringan sel radang seki-tar
papul dan dermis bagian atas. 1,4,5
Bila telah kronik infiltrat kronis ditemukan di sekitar pembuluh darah serta
deposit pigmen di bagian basal. 1,4,5
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis prurigo Hebra terutama berdasarkan gambaran klinis ialah adanya
papul-papul miliar, berbentuk kubah terutama terdapat di ekstremitas bagian
ekstensor. Keluhannya ialah sangat gatai, biasanya pada anak. Sebagai diagnosis
banding ialah skabies. Pada penyakit tersebut gatal terutama pada malam hari,
orang-orang yang berdekatan juga terkena. Kelainan kulit berupa banyak vesikel
dan papul pada lipatan-lipatan kulit.1,4,5
PENGOBATAN
Karena penyebab prurigo belum diketahui, maka tidak ada pengobatan yang tepat.
Penatalaksanaannya ialah menghindari hal-hal yang ada kaitannya dengan
prurigo, yakni menghindari gigitan nyamuk atau serangga, mencari dan
mengobati infeksi fokal, memperbaiki higiene perseorangan maupun lingkungan.
Pengobatan berupa simtomatik, yakni mengurangi gatal dengan pemberian
sedativa. Bila terdapat infeksi sekunder diobati. 1,4,5
Contoh pengobatan topikal ialah sulfur 5-10% dapat diberikan dalam bentuk
bedak kocok atau salap. Untuk mengurangi gatalnya dapat diberikan mentol 0,25 -
1% atau kamper 2 - 3%. Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik
topikal. Kadang- kadang dapat diberikan steroid topikal untuk menekan inflamasi
bila kelainan tidak begitu luas. 1,4,5
[7]
PROGNOSIS
Sebagian besar akan sembuh spontan pada usia akil balik. 1,4,5
D.PRURIGO NODULARIS
SINONIM
Hyde prurigo nodularis, Nodul Picker, Liken Simpleks Kronis, Neurodermatitis
Sirkumskripta Bentuk Nodular Atipik, Liken Corneus Obtusus. 13,14
DEFINISI
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit inflamasi kronik, pada orang dewasa,
ditandai oleh adanya nodus kutan yang sangat gatal, terutama terdapat di
ekstermitas bagian ekstensor (lengan atau tungkai).1,10,12,13,14,15
SEJARAH
Pada 1909, Hyde dan Montgomery pertama kali menggambarkan prurigo
nodularis sebagai nodul yang gatal di permukaan ekstensor ekstremitas bawah
pada wanita usia pertengahan.13,15
ETIOLOGI
Kausa penyakit ini belum diketahui, walaupun kondisi lain dapat menginduksi
Prurigo Nodularis. Kondisi tersebut meliputi HIV (berhubungan dengan jumlah
CD4 yang rendah) 10 dan penyakit imunodefisiensi lain, kolestasis, penyakit tiroid,
polisitemia rubra vera, uremia, penyakit Hodgkin, keganasan, penyakit hati, gagal
ginjal, anemia, gigitan serangga, memiliki kondisi alergi seperti asma, dermatitis,
[8]
atau demam hay, atau memiliki keluarga yang memiliki kondisi tersebut, dan
penyakit psikiatri (serangan-serangan gatal timbul bila terdapat atau mengalami
ketegangan emosional), meski beberapa penelitian terkini menyangkal psikiatri
sebagai penyebab dari Prurigo Nodularis.1,11,12,13,14,15
Sumber lain mengatakan kaitan terjadinya Prurigo Nodularis dengan Hepatitis C,
Mucobacteria, Helicobacter pylori ,dan Strongyloides stercoralis. 10,15
Lockshin et al menghubungkan Prurigo Nodularis dengan Nevus Becker, Torchia
et al mengubungkannya dengan penyakit yang berkaitan dengan IgA, kondisi
autoimun, dan Sonkoly et al menghubungkannya dengan sel T. 13,14
Sumber lain menyatakan faktor pemicu Prurigo Nodularis dapat berasal dari
penyakit kulit lain, seperti eksim, pemfigoid bulosa, dan dermatitis herpetiformis. 12
EPIDEMIOLOGI
Kondisi ini muncul pada pasien yang memiliki kondisi-kondisi tertentu sebagai
pemicu, namun belum ada survei terhadap prevalensi pada populasi umum. 10,13 Dapat
ditemukan pada semua ras. 15 Ditemukan dalam jumlah besar pada wanita
dibandingkan dengan pria 10,13,15, walau belum ada dokumentasi mengenai hal tersebut. 15 Terutama pada usia pertengahan dan oarang yang lebih tua walaupun dapat terjadi
pada semua usia.10,13,15
Sekitar 80 % pasien memiliki riwayat personal/keluarga terhadap dermatitis atopi,
asma, atau demam fever (prevalensi hanya 25 % pada populasi umum ). 10,15
Prurigo nodularis bersifat jinak dan tidak meningkatkan angka kematian, namun
angka kesakitan yang parah dapat terjadi jika tidak diobati dengan baik dan bahkan
untuk yang sudah diobati sekalipun. 15 Gatal yang sangat parah pada permukaan tubuh
menyebabkan pasien tidak dapat bekerja secara maksimal dalam aktivitas sehari-
[9]
harinya. 11,15
Beberapa kondisi yang dihubungkan dengan prurigo nodularis dapat menyebabkan
kematian. Dalam dokumentasi, Prurigo Nodularis dapat muncul pada populasi
HIVatau kondisi imunokompromais lain. Beberapa ditemukan dengan keganasan
internal dan gangguan fungsi ginjal yang parah. 15
PATOFISIOLOGI
Trauma mekanis kronis terhadap kulit menyebabkan penebalan pada kulit.
Penggarukan, penggosokan, dan penyentuhan yang berulang menghasilkan plak atau
likenifikasi nodular dan hiperkeratosis hingga perubahan pigmen (hiperpigmentasi).
Jika tidak ditangani dengan baik, akan terjadi lesi ekskoriasi yang berskuama, krusta,
atau membentuk keropeng. Penjelasan dari rasa gatal masih belum diketahui.15
Sel mast dan netrofil ditemukan lebih banyak dibandingkan nilai normal, namun
produk degranulasi tidak meningkat. Eosinofil tidak meningkat, namun produk
granula protein (seperti protein dasar besar, protein kation eosinofilik, dan neurotoxin
derivat eosinofil) secara signifikan mengalami peningkatan jumlah. Nervus papilar
dermal dan sel Merkel merupakan nervus sensoris yang ditemukan pada dermis dan
epidermis, keduanya mengalami peningkatan jumlah pada Prurigo Nodularis. Ini
merupakan reseptor neural terhadap rangsang sentuhan, temperatur, nyeri, dan gatal.
Gen kalsitonin—berhubungan dengan peptida dan nervus imunoreaktif substansi P
dinyatakan meningkat pada kulit dengan prurigo nodularis dibandingkan dengan kulit
normal. Neuropeptida ini akan memediasi inflamasi meurogenik kutaneus dan
pruritus. Interleukin 31, a sel T-derivat sitokin yang menyebabkan pruritus berat dan
dermatitis juga mengalami peningkatan. 15
PREDILEKSI
Dapat muncul di seluruh bagian tubuh, namun yang terbanyak muncul pada
[10]
ekstermitas bagian ekstensor (lengan atau tungkai), pada permukaan anterior
paha, dan dapat pula timbul pada batang tubuh; seperti punggung, bokong, dada,
dan bahu.1,10,11,12,13,14,15
GEJALA KLINIS
Lesi berupa nodus atau papul 1,6,10,13,14,15
Biasanya simetris, bersisik, hiperpigmentasi atau purpura, dan keras 10,13,14,15
Dapat tunggal atau multiple 1
Lebih besar dari 0,5 cm dan kurang dari 2 cm (3-20 mm 15), ukurannya
menetap, jarang membesar atau mengecil, dan tidak spontan berubah 10,12,13,14,15
Jumlahnya semakin bertambah, bisa mencapai ratusan 10,15
Lesi ekskoriasi biasanya datar, mencekung, atau terdapat krusta diatasnya 10,13,14,15
Bila perkembangannya sudah lengkap, maka lesi tersebut akan berubah
menjadi verukosa atau mengalami fisurasi.1
[11]
Prurigo Nodularis
Nodus awalnya dapat muncul di folikel rambut 13,14
Pola nodus dapat berbentuk folikular 13,14,15
Pada Prurigo Nodularis, nodus terbentuk sebelum rasa gatal muncul
kemudian menjadi sangat gatal 13,14
Rasa gatal dapat membuat sulit tidur saat maalam dan menganggu
aktivitas saat siang 11
Dapat berdarah, luka, dan terinfeksi jika terus menerus digaruk 11
HISTOPATOLOGI 1
Gambaran histologik akan memperlihatkan:
1. Penebalan epidermis, sehingga tampak hiperkeratosis, hipergranulosis,
akantosis yang tak teratur atau disebut juga sebagai hiperplasi psoriasiformis yang
tak teratur.
2. Penebalan stratum papilaris dermis, yang ter-diri atas kumpulan serat kolagen kasar,
yang arahnya tegak lurus terhadap permukaan kulit (disebut sebagai collagen in
vertical streaks).
3. Sebukan sel-sel radang sekitar pembuluh darah yang melebar di dermis bagian
atas. Sel-sel tersebut terutama terdiri atas limfosit dan histiosit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penyaring darah (seperti FBC, CRP, iron, U&Es, LFTs, TFTs, serum kalsium,
dan glukosa) untuk membantu deteksi adanya penyakit penyerta pada ginjal, hepar, atau
penyakit metabolik dan infeksi yang berhubungan 10
Biopsi lesi disarankan untuk eksklusi penyakit lain seperti, karsinoma sel skuamosa, infeksi
mikrobakterial, infeksi jamur, dan limfoma kutaneus. 10,12,14 Biopsi juga akan memperlihatkan
peningkatan jumlah eosinofil untuk Prurigo Nodularis 14
Kultur pada lesi akan mengeksklusi infeksi staphylococcus 16
Tes patch untuk tes sensitivitas 10
PENGOBATAN
[12]
Sebagian besar pengobatan tunggal memiliki hasil mengecewakan, sehingga dibutuhkan kombinasi
terapi.
Pengobatan lokal meliputi :
Emolien – penggunaan secara berkala untuk mendinginkan dan
menyejukkan kulit yang gatal; mentol dapat ditambahkan 10
Krim antihistamin; seperti Zonalon, Pramoxine 12
Steroid digunakan untuk meringankan inflamasi dan gatal, dan untuk
melembutkan nodus, biasanya topikal, namun dapat diberikan intralesi
atau oral. Responnya bervariasi. 10,11,12,14
o Lesi kulit memberikan respons cepat terhadap penyuntikan
kortikosteroid intralesi. Biasanya dipakai suspensi triamsinolon
asetonid 2,5 sampai 12,5 mg per ml. Dosisnya 0,5, sampai 1 ml per cm2
dengan maksimum 5 ml untuk sekali pengobatan. 1
Oinment coal tar kadang digunakan sebagai alternatif dari steroid 10,11
Oinment calcipotriol terkadang lebih efektif dibandingkan dengan steroid
topikal 10
Krim capsaicin dapat menghentikan gatal. Pemberian diulang 4 – 6 kali
per hari 10
Krioterapi; membekukan luka dengan cairan nitrogen dapat menyusutkan
nodus dan mengurangi gatal 10,12,14
Laser denyut dapat mengurangi vaskularitas lesi 10
Menutup dengan plester untuk mengurangi frekuensi menggaruk 11
Terapi Sistemik meliputi :
Antihistamin untuk mengkontrol rasa gatal. 10,11 Antihistamin standar
biasanya tidak cukup membantu untuk kondisi ini, tapi kadangn
pengobatan dengan amitriptyline dapat nermanfaat. Amitrityline biasanya
digunakan sebagai antidepresan namun juga memiliki efek antihistamin. 11
[13]
Steroid oral 10,11,12 seperti prednisolone 11
Thalidomide terbukti cukup efektif untuk beberapa kasus berat namun
dapat menyebabkan teratogenik dan resiko neuropatik perifer 10,14
o Dosisnya 2 x 100 mg per hari dan pengobatan dilanjutkan sampai 3
bulan.1
Opiat – reseptor antagonis, seperti naltrexone, terbukti efektif mengatasi
gatal 10
Retinoid sistemik, seperti acitretin, dapat menyusutkan nodus dan
mengurangi gatal 10
Terapi sinar UVA dengan psoralen (PUVA) 10,12 Terapi dilakukan 2 kali
seminggu, selama beberapa minggu 11
Terapi sinar UVB 11,13,14 Dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu selama
beberapa minggu.11
Ada beberapa jenis obat yang memberikan respon baik pada manifestasi
klinis berat, seperti makrolid, roxithromycin, dikombinasikan dengan anti-
fibroblas, tranilast 10
Gabapentin dapat digunakan namun bersifat sedatif bagi pasien 10
Pada kasus yang ditemukan infeksi staphylococcus, pemberian antibiotik
terbukti efektif 14
Horiuchi et al melaporkan perbaikan signifikan pada Prurogo Nodularis
dengan terapi antibiotik 14
PROGNOSIS
Lesi tidak dapat membaik secara spontan. Keparahan mungkin dapat berkurang dengan
terapi namun cenderung menetap untuk beberapa waktu. 10 Penyakit ini bersifat kronis dan
setelah sembuh dengan pengobatan biasanya residif.1
KOMPLIKASI
[14]
Prurigo Nodularis bersifat jinak. Namun, dalam beberapa kasus dapat menyebabkan
gangguan fungsional dan kesakitan pada yang tidak ditangani dengan baik.Beberapa lesi
dapat menjadi hiperpigmentasi yang permanen dan meninggalkan jaringan parut.10
DIFERENSIAL DIAGNOSIS 10
Sarkoidosis
Pemfigoid bulosa
Scabies
Amyloidosis Kutaneus
Dermatitis Artefacta
Mycosis Fungoides (Limfoma Sel-T Kutaneus)
Actinic Keratosa
Atipical Fibroxanthoma
Gigitan serangga
Keratoacanthoma
Molluskum Contangiosum
Infeksi kulit Mycobacterium Marinum
E. PRURIGO PIGMENTOSA
Definisi
Prurigo pigmentosa adalah penyakit kulit inflamasi berulang yang langka dengan
penyebab yang belum diketahui.16,17,18,19,20,21,23
Prurigo pigmentosa adalah prurigo simpleks atau prurigo mitis dengan warna yang lebih
gelap.11
Sejarah
Ruam pada kulit yang jarang ditemukan ini pertama kali digambarkan di Jepang
oleh seorang Ahli Dermatologi bernama Nagashima. 16,22,25
[15]
Etiologi
Penyebabnya masih belum diketahui. 16,17,18,19,20,21,23
Beberapa penulis menduga bahwa kontak beberapa alergen dapat menjadi patogen
atau faktor pemicu, namun hampir semua percobaan untuk mengidentifikasi
alergen belum berhasil. Dilaporkan sebuah kasus dari prurigo pigmentosa yang
diinduksi oleh kontak alergi terhadap bahan krom pada detergen, yang
mendukung kesimpulan bahwa kontak alergi seperti krom memiliki peranan
dalam menginduksi terjadinya prurigo pigmentosa.19
Epidemiologi
Biasanya muncul saat musim semi dan musim panas. 19
Di Jepang telah dilaporkan sekitar 200 kasus penderita Prurigo Pigmentosa. Di
luar Jepang, hanya 7 kasus yang diketahui. Prevalensi lebih banyak ditemukan
pada orang Asia. Tercatat juga kasus serupa terjadi di Cina.16,22 Penulis lain
menyebutkan ditemukan sekitar 20 kasus di luar Jepang 20 dan lainnya
menyebutkan berjumlah 28 pasien. 22 Ditemukan pada populasi Turki dan Sisilia.
Kesemua dari mereka sebelumnya pernah didiagnosis memiliki berbagai tipe
berbeda dari dermatitis.20,25
Dilaporkan beberapa kasus dihubungkan dengan anorexia nervosa. Penemuan ini
dibuktikan dengan produksi ketosis yang terjadi pada anorexia nervosa dapat
mengkontribusi terjadinya patogenesis dari prurigo pigmentosa.17
Di Jepang, terdapat pula kasus eksaserbasi diabetes mellitus yang diduga memiliki
korelasi dengan timbulnya prurigo pigmentosa berupa pembentukan sejumlah
vesikel dan bula pada pasien tersebut. Selanjutnya erupsi mereda saat glukosa urin
dan nilai keton terkontrol oleh pemberian glibenklamid.18
Predileksi
Lesi terdistribusi simetris dan biasanya muncul di punggung, leher,dan regio
clavicula.17,22
[16]
Manifestasi Klinis
Wujudnya dapat berupa papul, vesikel, dan papulovesikel dengan pola retikuler
berwarna kemerahan yang sangat gatal, dan normalnya dalam beberapa hari akan
berubah menjadi hiperpigmentasi retikular dan akan sembuh sendiri 15,17,18,22,23
Dalam kasus yang berat dapat berbentuk edema plak infiltrat, tanpa adanya
vesikel atau bula.18 Dapat teerjadi eksaserbasi dan rekurensi. 22
Histopatologi
Prurigo pigmentosa diawali dengan infiltrat perivaskular superfisial pada netrofil.
Dalam waktu cepat, netrofil meyebar dalam papila dermis dan kemudian menjalar
dengan cepat melalui epidermis dan terbentuk spongiosis, penggembungan, dan
keratosis nekrosis. Dalam perjalanannya, abses dapat terbentuk di dalam
permukaan epitel. Selanjutnya, eosinofil dan limfosit datang mendominasi netrofil
dalam infiltrat dermis yang membentuk pola seperti bentuk liken tidak sempurna
(Pinkus). Vesikel intradermal yang mengikuti spongiosis dan penggembungan,
terkadang, vesikel subepidermal pada batas vakuola di pertemuan dermis-
epidermis. Sejalan dengan epidermis yang menjadi hiperplastik, parakeratosis,
dan sedikit hiperpigmentasi, melofag mulai muncul di dermis. 22,23,26
Penelitian secara imunofluoresens menunjukkan hasil negatif. 22,23
Pengobatan
[17]
Prurigo Pigmentosa
Beberapa terapi medikamentosa terbukti efektif mengatasi keluhan, seperti
Dapson, Minosiklin dan Doksisiklin. 18,20,22,23 Dapson dan Minosiklin dapt
menghambat migrasi dan/atau fungsi dari netrofil.22
Sebuah penelitian terhadap pemberian Minosiklin dengan dosis 100 mg/hari
selama 1 bulan menginduksi hilangnya erupsi papul dan gatal pada 2 pasien
dengan perbaikan pada pembentukan hiperpigmentasi retikular. Pada pasien ke-3
tidak terdapat perubahan setelah 2 bulan terapi, namun kondisinya secara
signifikan mengalami perbaikan setelah 1 bulan mendapat terpai
diaminodiphenylsulfone (DDS) 100 mg/hari. 25
Pemberian sulfamethoxazole disebutkan juga memberikan respon baik. Efek dari
sulfamethoxazole pada produksi dari Oxygen Intermediates (Ois) dalam sistem
mediasi sel dan sistem oksidase xanthine-xanthine. Ditemukan bahwa dosis
terapeutik secara signifikan dapat menurunkan level hidroksil radikal, salah satu
oksidan terkuat yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Penemuan ini
memberikan kemungkinan bahwa produksi OIs oleh sel-sel infiltrat terlibat dalam
proses inflamasi dari prurigo pigmentosa dan penggunaan sulfonamide sebagai
anti-inflamasi berefek pada pembentukan Ois dimana hasilnya berupa proteksi
melawan reaksi jaringan seperti bentuk liken. 26
DAFTAR PUSTAKA
[18]
1. Wiryadi, Benny. Prurigo. dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Djuanda A. dkk. (Ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.2007: 272-275.
2. Prurigo. Februari 14, 2011 (cited March 24, 2011) Available at
http:// dermnetnz / Prurigo .html
3. Principles of Pediatric Dermatology chapter 36. Prurigo. (cited March 24,
2011) Available at http:// prurigo/chapter36 / Prurigo.htm
4. Prurigo. 2010 (cited March 24, 2011) Available at http:// dinar’s-
site / Prurigo .htm
5. Prurigo. August 10, 2011 (cited March 24, 2011) Available at
http:// medical-journal / Prurigo .htm
6. Siregar R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2005: 16-17.
7. Actinic Prurigo. January 15, 2009 (cited March 24, 2011) Available at
http:// webmd / Prurigo .htm
8. Actinic Prurigo. April 21, 2010 (cited March 24, 2011) Available at
http:// wikipedia / Prurigo .htm
9. American Journal of Dermatopathology. (cited March 24,2011) Available
at http:// histopathology / Prurigo.htm
10. Prurigo Nodularis. November 17, 2009 (cited March 24, 2011) Available
at http:// Patient.co.uk / Prurigo Nodularis
11. Nodular Prurigo. November, 2010 (cited March 24, 2011) Available at
http:// Bupa.uk / Nodular Prurigo
12. American Osteopathic College of Dermatology. Prurigo Nodularis. 2011
(cited March 24, 20011) Available at http:// AOCD / Prurigo Nodularis.html
[19]
13. Prurigo Nodularis. January, 2008 (cited March 24, 2011) Available at
http:// wikidoc / Prurigo Nodularis.htm
14. Prurigo Nodularis. December 30, 2010 (cited March 24, 2011) Available
at http:// wikipedia / Prurigo Nodularis.htm
15. Prurigo Nodularis. July 9, 2010 (cited March 24, 2011) Available at
http:// webmd / Prurigo Nodularis.htm
16. MT,Liu and Wong CK. Prurigo Pigmentosa. Department of Dermatology,
National Yang-Ming Medical College. Republic of China. Dermatology
1994; 188 (3);219-221 Abstract quote.
17. T,Nakada and Sueki H and Iijima M. Prurigo Pigmentosa (nagashima)
Associated with Anorexia Nervosa. Department of Dermatology, Showa
University School of Medicine, Tokyo. Japan. Clin Exp Dermatol 1998
Jan; 23 (1):25-7 Abstract quote.
18. Y,Kubota and Koga T and Nakayama J. Bullous Prurigo Pigmentosa and
Diabetes. Department of Dermatology School of Medicine, Fukuoka
University. Japan. Eur J dermatol 1998 Sep;8(6):439-41 Abstract quote.
19. MH,Kim et al. Prurigo Pigmentosa from Contact Allergy to Chrome in
Detergent. Department of Dermatology, College of Medicine, Ewha
Womans University. Korea. Contact Dermatitis 2001 May;44(5):289-92
Abstract quote.
20. G,Gur-Toy et al. Prurigo Pigmentosa. Department of Dermatology,
Ankara Numune Education and research Hospital, Turkey. Int J Dermatol
2002 May;41(5):288-91 Abstract quote.
21. Ap,Joyce and Horn TD and Anhalt GJ. Prurigo Pigmentosa Report in Case
and Review of Literature. Department of Dermatology National Naval
Medical Center, Bethesda. Arch Dermatol 1989 Nov;125911):1551-4
Abstract quote.
22. A,Boer et al. Prurigo Pigmentosa: A Distinctive Inflammatory Disease of
the Skin. Am J Dermatopathol 2003 Apr;25(2):117-29 Abstract quote.
[20]
23. H,Shimizu et al. Prurigo Pigmentosa case report with an electron
microscopic observation. J Am Acad Dermatol 1985 Jan;12(1 pt 2):165-9
Abstract quote.
24. C,Matsumoto et al. Vesicular Prurigo Pigmentosa Cured by Minocycline.
Department of Dermatology, Surugadai Nihon University Hospital. Japan.
J Eur Acad Dermatol Venereol 2001 Jul;15(4):354-6 Abstract quote.
25. C,Schepiz et al. Prurigo Pigmentosa: A Misdiagnosed Dermatitis in Sicily.
Unit of Dermatology, Oasi Institute for Research on Mental Retardation
and Brain Aging (IRCCS). Italia. Cutis 1999 Feb; 63(2):99-102 Abstract
quote.
26. Y,Miyachi et al. Prurigo Pigmentosa: A Possible Mechanism of Action of
Sulfonamides. Dermatologica 1986;172(2):82-8 Abstract quote.
[21]