Referat Sle Ppt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhh

Citation preview

Slide 1

Referat

SYSTEMIK LUPUS ERYTHEMATOSUS

Pembimbing : dr. lidya Dewi, Sp.PD

Disusun oleh : Devianda, S.ked Kiki Mainanda P, S.ked Nurul Hidayah, S.kedSYSTEMIK LUPUS ERYTHEMATOSUS

PENDAHULUANPenyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) adalah salah satu dari penyakit kronis autoimun sistemik yang di tandai atau manifestasi dari adanya autoantibody terhadap autoantigen. Diagnosis SLE harus didasarkan pada penelitian yang tepat dari temuan klinis dan bukti laboratorium. The American College of Rheumatology (ACR) mengusulkan beberapa kriteria pada tahun 1982 dan direvisi pada tahun 1997, memberikan gambaran yang dapat membantu dalam diagnosis, kondisi ini tergantung pada keparahan penyakit dan keterlibatan organ. Pengujian laboratorium sangat penting untuk mendeteksi tanda-tanda dan gejala keterlibatan system organ dan untuk memantau reaksi negative terhadap terapi.

DEFINISILupus Eritematosus Sistemik adalah penyakit sistemik kronik yang di tandai dengan adanya autoantibody terhadap autoantigen atau berupa kelainan autoimun yang asal usulnya belum diketahui, dimana sistem imun menyerang sel tubuh dan jaringan sehingga menyebabkan peradangan, yang ditandai dengan adanya luka dibeberapa sistem tubuh secara imunologi.

ETIOLOGISLE adalah proses imun kompleks yang disebabkan oleh disregulasi B-dan T-limfosit, produksi auto-antibodi, dan pembentukan Sitokin. Sistem imun tubuh dianggap memainkan peran kunci dalam SLE, namun sejauh manapun penelitian yang telah dilakukan, asal usul dan perkembangan lupus masih tidak jelasKita ketahui bahwa sistem kekebalan tubuh memainkan peran dalam perkembangan penyakit, apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk berfungsi normal tidak diketahui.

EPIDEMIOLOGILupus Eritematosus Sistemik (SLE) merupakan penyakit yang tidak menular, namun penyebabnya spesifik terjadinya penyakit belum diketahui. kebanyakan penyakit autoimun, pengidap SLE diderita oleh wanita dibanding pria, dengan rasio 9 : 1, dikarenakan kehadiran 2 kromosom X pada wanita dan 1 kromosom X pada pria dimana kromosom Y diketahui tidak bermutasi berhubungan dengan penyakit autoimun.

PATOGENESIS

Ada empat faktor yang menjadi perhatian bila membahas pathogenesis SLE, yaitu : Faktor genetik Faktor lingkunganKelainan sistem imun, danHormon. Faktor genetik memegang peranan pada banyak penderita lupus dengan resiko yang meningkat pada saudara kandung dan kembar monozigot. Studi lain mengenai faktor genetik ini yaitu studi yang berhubungan dengan HLA (Human Leucocyte Antigens) yang mendukung konsep bahwa gen MHC (Major Histocompatibility Complex) mengatur produksi autoantibodi spesifik. Penderita lupus (kira-kira 6%) mewarisi defisiensi komponen komplemen, seperti C2,C4, atau C1q dan imunoglobulin (IgA), atau kecenderungan jenis fenotip HLA (-DR2 dan -DR3). Faktor imunopatogenik yang berperan dalam LES bersifat multipel, kompleks dan interaktif. Kekurangan komplemen dapat merusak pelepasan sirkulasi kompleks imun oleh sistem fagositosit mononuklear, sehingga membantu terjadinya deposisi jaringan. Defisiensi C1q menyebabkan fagositis gagal membersihkan sel apoptosis, sehingga komponen nuklear akan menimbulkan respon imun. Faktor lingkungan dapat menjadi pemicu pada penderita lupus, seperti radiasi ultra violet, obat-obatan, virus. Sinar UV mengarah pada self-immunity dan hilang toleransi karena menyebabkan apoptosis keratinosit. Selain itu sinar UV menyebabkan pelepasan mediator imun pada penderita lupus, dan memegang peranan dalam fase induksi yanng secara langsung merubah sel DNA, serta mempengaruhi sel imunoregulator yang bila normal membantu menekan terjadinya kelainan pada inflamasi kulit. Pengaruh obat memberikan gambaran bervariasi pada penderita lupus, yaitu meningkatkan apoptosis keratinosit. Faktor lingkungan lain yaitu peranan agen infeksius terutama virus rubella, sitomegalovirus, dapat mempengaruhi ekspresi sel permukaan dan apoptosis. Faktor imunologis, selama ini dinyatakan bahwa hiperaktivitas sel limfosit B menjadi dasar dari pathogenesis lupus eritematosus sistemik. Beberapa autoantibodi ini secara langsung bersifat patogen termasuk dsDNA (double-stranded DNA), yang berperan dalam membentuk kompleks imun yang kemudian merusak jaringan. Selama perjalanan penyakit lupus tubuh membuat beberapa jenis autoantibodi terhadap berbagai antigen diri. Di antara berbagai jenis autoantibodi yang paling sering dijumpai pada penderita lupus adalah antibodi antinuklear (autoantibodi terhadap DNA, RNA, nukleoprotein, kompleks protein-asam nukleat). Umumnya titer antiDNA mempunyai korelasi dengan aktivitas penyakit lupus. Hormon steroid tidak menyebabkan SLE, namun mempunyai peran penting dalam predisposisi dan derajat keparahan penyakit. Penyakit LES terutama terjadi pada perempuan antara menars dan menopause, diikuti anak-anak dan setelah menopause. Namun, studi oleh Cooper menyatakan bahwa menars yang terlambat dan menopause dini juga dapat mendapat LES, yang menandakan bahwa pajanan estrogen yang lebih lama bukan risiko terbesar untuk mendapat LES. Adanya defisiensi relatif hormon androgen dan peningkatan hormon estrogen merupakan karakteristik pada LESIMMUNOPATOLOGI PENYAKITKomplemen C1q adalah penyebab genetik terkuat terhadap terjadinya Sistemik Lupus Erythematosus atau SLE. Komplemen C1q adalah protein yang terbentuk dari 6 sub unit homotrimerik yang berfungsi dalam respon Innate imun untuk membasmi pathogen dengan mengaktivasi komplemen, juga berkontribusi untuk pembersihan Imun Kompleks sel dan Apoptotic sel dari sirkulasi darah, sebuah aktivitas yang sangat penting untuk menjaga toleransi imun terhadap self-antigen. C1q juga ditemukan dapat menghalangi monosit untuk mengdiferensiasi DC, aktivasi DC dan produksi interferon oleh DC plasmasitoid, terlebih juga memainkan peran utama dalam mencegah penyimpangan fungsi dari Innate imun dan respon adaptif imun. Pasien dengan anti-DNA atau anti-RNP antibodi yang mengalami peradangan sistemik, dengan peningkatan ekspresi dari Interferon tipe-1(IFN), menginduksi gen pada periferal mononuklear sel darah. Mengakibatkan teraktivasinya Sel Dendrit Plasmasitoid (pDCs), sekresi dari IFN merupakan bagian penghubung asam nukleat yang mengandung imun kompleks yang secara internal diaktifkannya Reseptor FC (FcRs).

KARAKTERISTIK Gejala : Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun kronis yang gejalanya meliputi arthritis, kelainan imonologi, kelainan darah, serositis, kerusakan ginjal, gangguan neurologi.Gejala yang lebih spesifik lagi mencakup abnormalitas jantung, gejala gangguan pernafasan dan termasuk nyeri dada pada inspirasi karena pleuritis atau perikarditis . Penyakit kardiovaskular ( misalnya , infark otot jantung ) sangat mendukung untuk mempercepat aterosklerosis dan risiko lainnya ( hipertensi , hiperkolesterolemia , hipertrigliseridemia , diabetes , dan gagal jantung ) yang juga dapat memperburuk penyakit kardiovaskuler pada SLE. Risiko rawat inap untuk infark Otot jantung akut adalah 2,27 kali lebih besar untuk pasien lupus berusia 18 hingga 44 tahun daripada pasien non lupus.

Komplikasi LES pada anak meliputi:

Hipertensi (41%)Gangguan pertumbuhan (38%)Gangguan paru-paru kronik (31%)Abnormalitas mata (31%)Kerusakan ginjal permanen (25%)Gejala neuropsikiatri (22%)Kerusakan muskuloskeleta (9%)Gangguan fungsi gonad (3%).

FAKTOR RESIKO

1. Coronary Artery Disease (CAD) / Penyakit Arteri Koroner.SLE meningkatkan resiko Infark otot jantung/myokardial (MI) pada beberapa populasi penderita SLE.

2. Congestive Heart Failure (CHF)/ Gagal jantung kongestif.Pasien dengan SLE memiliki resiko tinggi untuk mengalami arterisklerosis, yang jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan mengakibatkan kematian.

3.Cerebrovascular Disease (CVD)/ gangguan cerebro vascular. SLE meningkatkan resiko terjadinya stroke ketika dibandingkan dengan populasi kontrol

4.Hyperlipidemia.SLE dihubungkan dengan peningkatan total kolesterol 1 hingga 2 kali lipat pada pasien dengan SLE serta bersamaan dengan peningkatan trigliserida dalam darah.

5.Jenis Kelamin.Kebanyakan penderita SLE didominasi oleh wanita dibanding pria, akan tetapi pria penderita SLE memiliki resiko lebih tinggi untuk mengidah CVD (Penyakit Cerebro Vaskular)6.Kebiasaan merokok.Hasil studi di Swedia, diketahui bahwa tindakan merokok meningkatkan resiko CVD pada pasien dengan SLE kurang lebih 7% dari populasi penderita SLE yang meningkatkan resiko pasien menderita stroke.

Kriteria diagnosis lupus menurut ACR (American College of Rheumatology).

1.Bercak malar (butterfly rash)2.Bercak diskoid3.Fotosensitif4.Ulkus mulut5.Artritis6.Serositif a. Pleuritis b. Perikarditis

7.Gangguan ginjal a. Proteinuria persisten > 0,5 g/hr atau pemeriksaan +3 jika pemeriksaan kuantitatif tidak dapat dilakukan. b. Cellular cast : eritrosit, Hb, granular, tubular atau campuran8.Gangguan saraf9.Gangguan darah10.Gangguan imunologi11.Antibodi antinuklearTes ANA (+)

TERAPI

Obat-obat yang sering digunakan pada penderita LES

1. Antimalaria2. Kortiko-steroid3. Obat imuno-supresif4. Non-steroidal anti-inflam-matory drugs (NSAIDs)5. Suplemen Kalsium dan vitamin D6. Anti-hipertensi

Pada pasien Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) kronis atau berat, diberikan glukokortikoid dan obat imunosupresan lain, akan tetapi pemberian glukokortikoid dosis tinggi sangat erat hubungannya dengan peningkatan aktivitas penyakit, maka dosis tertentu telah diterapkan dan dibatasi. Terapi lainnya adalah menggunakan Hydroxychloroquine, yang erat kaitannya dengan peningkatan angka harapan hidup pasien pengidap SLE. Sampai saat ini belum ditemukan terapi yang dapat menyembuhkan SLE, sehingga SLE belum dapat disembuhkan secara keseluruhan.

KESIMPULAN

Lupus eritematosus didefinisikan sebagai gangguan autoimun, dimana sistem tubuh menyerang jaringannya sendiri. Gejala klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Jenis penatalaksanaan ditentukan oleh beratnya penyakit. Luas dan jenis gangguan organ harus ditentukan secara hati-hati. Dasar terapi adalah kelainan organ yang sudah terjadi.

TERIMA KASIH