SLE Referat

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 SLE Referat

    1/34

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun yang

    melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari yang

    ringan sampai berat. Pada keadaan awal, sering sulit dikenal sebagai SLE, karena

    manifestasinya  sering tidak terjadi bersamaan. Sampai saat ini penyebab SLE belum

    diketahui. erdapat  dugaan faktor genetik, infeksi, dan lingkungan ikut berperan

     pada patofisiologi SLE (Sukmana,!""#).

    Prevalensi SLE bervariasi di tiap negara. $i %ndonesia sampai saat ini belum

     pernah dilaporkan. Pada dekade terakhir, terlihat adanya kenaikan kasus yang

     berobat di  &S' akarta. Salah satu faktor adalah kewaspadaan dokter yang

    meningkat. *ntuk ini  perlu upaya penyebarluasan gambaran klinis kasus SLE yang

     perlu diketahui sehingga  diagnosis lebih dini dan pengobatan lebih adekuat. +aron

    dkk melaporkan keterlibatan ginjal  lebih sering ditemukan pada SLE dengan onset

    usia kurang dari - tahun. Sedangkan  pada  penelitian ont dkk, lesi diskoid dan

    serositis lebih sering ditemukan sebagai manifestasi  awal pasien SLE laki/laki,

    sedangkan artritis lebih jarang.(Sukmana,!""#)

    Prevalensi SLE sangat bervariasi, semua suku bangsa dapat terkena tetapi

    lebih sering pada ras kulit hitam dan ada tendensi familiar. %nsidensi tidak diketahui,

    dapat  ditemukan pada semua usia. $ua puluh persen kasus SLE mulai pada masa

    anak/anak, biasanya anak yang telah berusia lebih dari - tahun. Samanta dkk  pada

  • 8/18/2019 SLE Referat

    2/34

    !

     penelitian populasi 0sia dan kulit putih di %nggris melaporkan kelainan ginjal lebih

    sering ditemukan di populasi 0sia. 1anita lebih sering terkena dibanding laki/laki,

    dengan perbandingan perempuan dan laki/laki -2, dan umumnya pada kelompok 

    usia produktif  (Sukmana,!""#3 4adang,556).

    engingat pentingnya manfaat pengetahuan mengenai penyakit SLE, maka

     pada makalah ini akan dipaparkan semua hal yang berkenaan dengan SLE, dengan

    tujuan untuk   memudahkan memahami patofisiologi penyakit, diagnosis, dan

    tatalaksana yang tepat.

    1.2 Tujuan

    Penulisan makalah tinjauan kepustakaan ini bertujuan memberikan

    informasi mengenai penyakit lupus eritematosus sistemik, yang merupakan salah

    satu penyakit yang sukar didiagnosis se7ara dini.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    3/34

    8

    BAB II

    ISI

    2.1 Pengertian dan Epidemiologi

    Systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan suatu penyakit autoimun

    dimana organ dan sel mengalami kerusakan yang disebabkan oleh tissue-binding 

    autoantibodi dan  kompleks imun. Sembilan puluh persen pasien adalah wanita umur 

    subur, walaupun semua  jenis kelamin, umur, dan kelompok ras dapat terkena.

    Prevalensi SLE di 0merika Seikat  adalah 6/6" dari "".""" penduduk, prevalensi

    tertinggi di antara kelompok etnis  pada  penilitian ini adalah kelompok 0frika

    0merika (9egro) (:ahn et al,!""6).

    Penyakit Systemic Lupus Erythethematosus adalah suatu penyakit yang

    menyerang seluruh organ tubuh mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut, yang

    disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh manusia, dan lebih dikenal penyakit

    sebagai  autoimun. Penyakit ini sebenarnya telah dikenal sejak jaman ;unani kuno

    oleh :i pokrates,  namun pengobatan yang tepat belum diketahui. Penyakit ini tidak 

    menular, tetapi didapatkan  hampir seluruh penderita Systemic Lupus Erythematosus

    adalah perempuan (-"

  • 8/18/2019 SLE Referat

    4/34

    #

    (!) 0mbang aktivasi sel imun adaptif yang menurun (Limfosit antigen/spe7ifi7 dan

    Limfosit +)3 (8) &egularitas dan inhibisi Sel '$#? dan '$-? dan (#)

     berkurangnya klirens sel apoptotik dan kompleks imun. Self-antigen (protein>$90

    nukleosomal3  &90>protein pada Sm, &o, dan La3 fosfolipid) dapat ditemukan oleh

    sistem imun  pada  gelembung permukaan sel apoptotik, sehingga antigen,

    autoantibodi, dan kompleks  imun tersebut dapat bertahan untuk beberapa jangka

    waktu yang panjang, menyebabkan  inflamasi dan penyakit berkembang se7ara

    lambat (:ahn et al,!""6).

    "am!ar 1. Patogenei SLE. %nteraksi gen/lingkungan menghasilkan respons imun

    abnormal  yang menghasilkan autoantibodi patogen dan deposisi

    kompleks imun pada jaringan, komplemen aktif, menyebabkan inflamasi

    dan lama kelamaan mengakibatkan kerusakan organ irreversible.#eterangan$ 0g,  antigen3 '@, 7omplement system3 '8, 7omplement

    7omponent3 '9S, 7entral  nervous system3 $', dendriti7 7ell3 E+A,

    Epstein/+arr virus3 :L0, human leuko7yte antigen3 7&,

    immunoglobulin 7/binding  re7eptor3 %L, interleukin3 +L, mannose/

     binding ligand3 'P, mono7yte 7hemota7ti7 protein3 PP9,

     phosphotyrosine phosphatase3 *A, ultraviolet

  • 8/18/2019 SLE Referat

    5/34

    6

    0ktivasi imun dari sel yang bersirkulasi atau yang terikat jaringan diikuti

    dengan peningkatan sekresi proinflammatorik tumor ne7rosis fa7tor (9) dan

    interferon tipe  dan ! (%9s), dan sitokin pengendali sel +,  B lymphocyte stimulator 

    (+LyS) serta %nter leuk in  (%L)/". Peningkatan regulasi gen yang dipi7u oleh

    interferon merupakan suatu  petanda  genetik SLE. 9amun, sel lupus dan natural 

    killer (94) gagal menghasilkan %L/! dan  transforming growth factor (=) yang

    7ukup untuk memi7u '$#? dan inhibisi  '$-?. 0kibatnya adalah produksi

    autoantibodi yang terus menerus dan terbentuknya  kompleks imun, dimana akan

     berikatan dengan jaringan target, disertai dengan aktivasi  komplemen dan sel

    fagositik yang menemukan sel darah yang berikatan dengan %munoglobulin. 0ktivasi

    dari komplemen dan sel imun mengakibatkan  pelepasan  kemotoksin, sitokin,

    kemokin, peptida vasoaktif, dan enBim perusak. Pada keadaan  inflamasi kronis,

    akumulasi  growth factors dan sel imun akan memi7u pelepasan kemotoksin, sitokin,

    kemokin, peptide vasoaktif, dan enBim perusak. Selain itu, akumulasi dari  growth

     factor dan produk oksidase kronis berperan terhadap kerusakan jaringan ireversibel

     pada glomerulus, arteri, paru/paru, dan jaringan lainnya. (:ahn et al,!""6)

    enis kelamin wanita sering terkena SLE3 betina dari semua spesies mamalia

    memang memiliki respons antibodi yang lebih kuat daripada pejantan. 1anita yang

    terpapar kontraseptif oral yang mengandung estrogen atau terapi sulih hormone

    memiliki peningkatan risiko SLE (,! hingga ! kali lipat). Estradiol berikatan dengan

    reseptor  pada  limfosit dan +, kemudian akan meningkatkan aktivasi dan daya

    tahan dari sel ini,  sehingga menunjang respons imun yang memanjang (:ahn et

    al,!""6).

  • 8/18/2019 SLE Referat

    6/34

    C

    +eberapa rangsangan lingkungan dapat mempengaruhi kemun7ulan SLE

    ("am!ar 1). Paparan terhadap 7ahaya ultraviolet akan menyebabkan serangan SLE

     pada sekitar D"< pasien, kemungkinan terjadi akibat peningkatan apoptosis pada sel

    kulit atau  adanya perubahan $90 dan protein intraseluler dan membuatnya menjadi

    antigenik.  Sepertinya, beberapa infeksi memi7u respons imun yang normal dan

    mengandung beberapa sel dan + yang mengenal  self-antigen;  pada SLE, sel/sel

    tersebut tidak   beregulasi dengan baik dan produksi autobodi kemudian terjadi.

    4ebanyakan  pasien  SLE  mempunyai autoantibodi hingga 8 tahun bahkan lebih

    sebelum gejala  per tama  penyakit ini, menandakan bahwa regulasi mengendalikan

    derajat autoimun untuk    beberapa tahun sebelum kualitas dan kuantitas dari

    autoantibodi dan sel + dan yang  patogen 7ukup untuk menyebabkan gejala klinis.

    Airus Eipsten +arr mungkin merupakan  agen  infeksi yang dapat memi7u SLE pada

    seseorang yang memiliki predisposisi genetik.  0nak dan orang dewasa dengan SLE

    7enderung terinfeksi E+A dibandingkan kelompok   kendali umur, jenis kelamin, dan

    etnis. E+A mengaktivasi dan menginfeksi limfosit + dan  bertahan pada sel tersebut

    dalam beberapa dekade3 %a juga mengandung sekuens asam  amino yang mirip

    dengan sekuens pada spil7eosome manusia (&90>antigen protein yang  dikenali oleh

    autoantibodi pada seseorang dengan SLE). Sehingga, interaksi antara  predisposisi

    genetik, lingkungan, jenis kelamin, dan respons imun abnormal akan mengakibatkan

    autoimunitas (:ahn et al,!""6).

    2.% &or!idita dan &ortalita

    Perjalanan alamiah penyakit SLE sangat bervariasi dari penyakit dengan

    gejala ringan hingga penyakit yang progresif 7epat dan fatal. Sebagian besar  pasien

  • 8/18/2019 SLE Referat

    7/34

    D

    yang terdiagnosis berusia #/C# tahun, dan gejala SLE biasanya hilang timbul selama

    hidup penderita. Pasien dengan kelainan kulit dan muskuloskeletal saja memiliki

    angka harapan  hidup yang lebih tinggi dibanding penyakit dengan keterlibatan renal

    dan susunan saraf   pusat. eski terdapat perbaikan angka harapan hidup, pasien

    dengan SLE tetap memilik i  risiko kematian 8 kali lebih tinggi dibanding populasi

    umum (+artels,!""-).

    0ngka harapan hidup " tahun saat ini telah mendekati 5"

  • 8/18/2019 SLE Referat

    8/34

    -

    multifaktorial, yaitu disfungsi endotel, mediator inflamasi, atherogenesis akibat

    steroid, dan dislipidemia akibat gangguan renal. Lupus aktif (8#

  • 8/18/2019 SLE Referat

    9/34

    5

     bisa komplit atau tidak komplit yang dapat terjadi se7ara as7ending, daerah yang

    terlibat sering pada torakal %%%/ F%, serta inkontinensia urin dan alvi. Lokasi

    kelainan di  torakal 6/- lebih sering karena pembuluh darah dan kolateral lebih

    terbatas, sehingga lebih mudah mengalami gangguan (onam,!""#).

    ekanisme patofisiologi mielopati pada SLE merupakan degenerasi

    subtansia alba se7ara multipel. 1alaupun mekanismenya belum jelas, kemungkinan

    menunjukkan suatu proses autoantibodi, depot kompleks imun yang menyebabkan

    kerusakan parenkim, juga interaksi antara membran fosfolipid dengan antibodi

    antifosfolipid yang  dapat juga menyebabkan terjadinya vaskulitis dan trombosis,

    sehingga terjadi  proses  iskemia, infak, dan nekrosis. Suatu hal yang sangat menarik 

     bahwa prevalensi sindroma  antifosfolipid (aPL ) menunjukkan pada mielopati SLE

    lebih tinggi dari SLE umumnya. Lavalle dkk. melaporkan " dari kasus memiliki

    aPL positif dan pada penelitian lain dilaporkan sebanyak C#< penderita aPL positif.

    $engan demikian, dianjurkan se7ara rutin  pemeriksaan antibodi kardiolipin (0'0)

    dan lupus antikoagulan (L0) harus diperiksa  pada  kasus yang melibatkan sistem

    saraf (onam,!""#).

    Pada SLE, biopsi dari kulit yang terkena memperlihatkan deposisi %g pada

    lapisan  antara dermal dan epidermal (dermal-epidermal unction>$E), jejas pada

    keratinosit  basal,  dan peradangan yang didominasi oleh limfosit pada $E dan

    sekitar pembuluh darah  serta pada sebagian ke7il dari lapisan dermal. 4ulit yang

    tidak terkena se7ara klinis  juga dapat memperlihatkan deposisi %g pada $E (:ahn et

    al,!""6).

  • 8/18/2019 SLE Referat

    10/34

    "

    Pada biopsi ginjal, pola dan keparahan jejas sangat penting dalam diagnosis

    dan memilih penatalaksanaan yang tepat. Penelitian klinis lupus nephritis yang

     banyak dipublikasi kebanyakan menggunakan klasifikasi 1orld :ealth GrganiBation

    (1:G). etapi, The !nternational Society of "ephrology (%S9) dan  #enal $athology

    Society (&PS) telah  mempublikasikan klasifikasi yang terbaru dan menyerupai

    klasifikasi 1:G (Ta!el 1)  yang kemungkinan akan mengganti standar 1:G.

    4elebihan dari klasifikasi %S9>&PS  adalah penambahan HaI untuk perubahan aktif 

    dan H7I untuk kronis, sehingga  memberikan  informasi kepada seorang dokter 

    mengenai prognosis dari penyakit ini  (dapat reversible atau irreversible). Semua

    klasifikasi berfokus pada penyakit glomerular,  walaupun keberadaan penyakit

    tubular interstitial dan vaskuler juga penting dalam  manifestasi klinis. Pada

    umumnya, penyakit kelompok %%% dan %A, begitu pula dengan  penyakit kelompok A

    yang disertai dengan kelompok %%% atau %A, sebaiknya ditangani dengan imunosupresi

    yang agresif jika memungkinkan, karena terdapat risiko tinggi gagal ginjal  tahap

    akhir (end-stage renal disease>ES&$) jika pasien tidak ditangani atau terlambat

    ditangani. Penanganan lupus nefritis tidak dianjurkan pada pasien dengan penyakit

    kelopok %  dan %% atau dengan perubahan irreversible yang luas. Pada anak, diagnosis

    SLE dapat ditegakkan berdasarkan gambaran histologis renal walaupun tanpa kriteria

    diagnosis lainnya  (:ahn et al,!""6).

  • 8/18/2019 SLE Referat

    11/34

    Ta!el 1. 4lasifikasi nefritis lupus menurut %nternational So7iety of  9ephrology

    (%S9) dan &enal Pathology So7iety (&PS)

    )la I$ &inimal &eangial Lupu Nep*riti

    =lomerulus normal dengan mikroskop biasa, namun deposit imun mesangial nampak

    dengan immunofluoresensi

    )la II$&eangial Proli(erati+e Lupu Nep*riti

    :iperselularitas mesangial murni dengan derajat apapun atau perluasan matriks

    mesangial dengan mikroskop biasa disertai dengan deposit imun. +eberapa deposit

    subepitel dan subendotel samar dapat terlihat dengan immunofluoresensi atau

    mikroskop elektron namun tidak tampak dengan mikroskop biasa.

    )la III$ ,o-al Lupu Nep*riti

    =lomerulonephritis fokal aktif atau inaktif, segmental atau global endokapilar atau

    ekstrakapiler terjadi pada J6"')2 Lesi aktif dan kronis / fo7al proliferative dan s7lerosing lupus

    nephritis

    'lass %%% (')2 Lesi inaktif kronis disertai dengan jaringan parut glomerularfo7al

    s7lerosing lupus nephritis

    )la I$ Di((ue Lupu Nep*riti

    =lomerulonephritis difus aktif atau inaktif, segmental atau global endo atau

    ekstrakapiler yang melibatkan 6"< dari seluruh glomerulus, biasanya dengan deposit

    imun yang difus, disertai atau tanpa perubahan mesangial. 4elas ini dibagi atas lupus

    nephritis segmental difus (%A/S) jika 6"< dari glomerulus yang terkena memiliki lesi

    yang segmental dan lupus nephritis difus global (%A/=) jika 6"< dari glomerulus yang

    terlibat memiliki lesi yang global. Segmental  diartikan sebagai lesi glomerulus yang

    melibatkan tidak lebih dari setengah dari unit glomerulus. 4elas ini termasuk kasus

    dengan deposisi pada loop yang difus namun dengan sedikit atau tanpa proliferasi

    glomerulus.

    'lass %A/S (0)2 Lesi aktif Lupus nephritis diffuse segmental  proliferative

    'lass %A/= (0)2 Lesi aktif Lupus nephritis diffuse global proliferative

    'lass %A/S (0>')2 Lesi aktif dan kronik lupus nephritis diffuse segmental

     proliferative dan lupus nephritis s7lerosing

    'lass %A/= (0>')2 Lesi aktif dan kronik lupus nephritis diffuse global proliferative

    dan lupus nephritis s7lerosing

  • 8/18/2019 SLE Referat

    12/34

    !

    'lass %A/S (')2 Lesi inaktif kronis dengan jaringan parut lupus nephritis diffuse

    segmental s7lerosing

    'lass %A/= (')2 Lesi inaktif kronis dengan jaringan parut lupus nephritis diffuse

    global s7lerosing

    )la $ &em!ranou Lupu Nep*riti

    $eposit imun subepitel global atau segmental atau dengan sekuele morfologis dilihat

    dari pemeriksaan mikroskop dan dengan immunofluoros7en7e atau mikroskop

    elektron, disertai atau tanpa perubahan mesangial. Lupus nephritis kelas A dapat

    terjadi dengan kombinasi kelas %%% dan %A, dimana pada kasus ini keduanya dapat

    didiagnosis. Lupus nephritis kelas A dapat memperlihatkan s7lerosis yang sudah berat.

    )la I$Ad+an-ed S-leroti- Lupu Nep*riti

    5"< dari glomerulus telah mengalami s7lerosis se7ara global tanpa aktivitas residual

    4elainan hematologik berupa anemia hemolitik dengan retikulositosis,

    lekopeni, limfopeni dan trombositopeni sering terjadi, bahkan  purpura

    trombositopeni idiopatik sering merupakan manifestasi pertama SLE. (4adang,

    556).

    2./ Diagnoi dan Pemerikaan

    $iagnosis SLE ditegakkan berdasarkan kriteria  %merican &ollege of  

     #heumatology '%) 5-! yang telah direvisi, yaitu jika paling sedikit ditemukan #

    dari   kriteria yang ada. 4riteria tersebut dapat dilihat pada ta!el 2  berikut

    (onam,!""#)2

  • 8/18/2019 SLE Referat

    13/34

    8

    Ta!el 2. 4riteria diagnostik untuk SLE

    No "ejala Penjelaan

    alar &ash (+utterf ly

    rash)

    0danya eritema berbatas tegas, datar, atau

     berelevasi pada wilayah pipi sekitar hidung

    (wilayah malar)

    ! $is7oid rash +er7ak eritematous berelevasi sirkuler disertai

    dengan sisik keratotik adherent. aringan  parut

    atropi dapat terjadi.

    8 otosensitivitas Paparan terhadap sinar *A yang dapat

    menimbulkan ber7ak/ber7ak 

    # *lkus oral ermasuk ulkus oral dan nasofaring yang dapat

    ditemukan

    6 0rthritis 0rthritis nonerosif pada dua atau lebih sendi

     perifer disertai rasa nyeri, bengkak, atau efusi

    C Serositis Pleurits atau perikarditis yang ditemukan melalui

    E'= atau bukti adanya efusi pleura

    D =angguan =injal Proteinuria K",6 g>hari atau 8?, atas serpihan

    seluler 

    - =angguan neurologik  Psikosis atau kejang tanpa penyebab yang jelas

    5 =angguan hematologik  0nemia atau leukopenia hemolitik 

    " =angguan %munologis 0nti/ds$90, anti/Sm, dan>atau anti/phospholipid

    0ntibodi 0ntinuklear  umlah 090 yang abnormal ditemukan dengan

    immunofluoros7en7e atau pemeriksaan serupa

     jika diketahui tidak ada pemberian obat yang

    dapat memi7u 090 sebelumnya.

    $iagnosis SLE berdasarkan 7iri khas gejala klinisnya dan adanya

    autoantibodi. 4riteria terkini untuk klasifikasi telah dijelaskan pada ta!el 2 dan

    sebuah algoritme klasifikasi terdaftar pada gam!ar 2. 4riteria ini bertujuan untuk 

    mengkonfirmasi  diagnosis SLE pada pasien yang termasuk dalam suatu penelitian3

     penyusun  penilitian  menggunakan kriteria ini pada beberapa individu untuk menilai

    ke7enderungan ter  jadinya  SLE. 4ombinasi # dari kriteria, yang terdokumentasi

  • 8/18/2019 SLE Referat

    14/34

    #

     pada saat apapun dalam riwayat medis pasien, membuat pasien 7enderung memilik i

    SLE (spesifitas dan sensitivitas se7ara berurutan 56< dan D6

  • 8/18/2019 SLE Referat

    15/34

    6

    "am!ar 2. 0lgoritma diagnosis dan penatalaksanaan SLE

  • 8/18/2019 SLE Referat

    16/34

    C

    P e m ba h a s an u m u m d a n a ni f e s ta s i siste mik 

    Pada onsetnya, SLE dapat melibatkan satu atau beberapa sistem organ.

    $alam selang waktu tertentu, gejala tambahan dapat terjadi. +eberapa autoantibodi

    spesifik dapat  ditemukan pada saat mun7ulnya gejala klinis. ingkat keparahan SLE

     beragam mulai dari  ringan dan intermediate sampai parah dan fulminan. +eberapa

     pasien mengalami  eksaserbasi  diantarai oleh masa yang relatif tenang3 remisi

     permanen sempurna  (:ilangnya gejala tanpa pengobatan) jarang terjadi. =ejala

    sistemik, utamanya malaise  dan mialgia>arthralgia, sering didapatkan. Penyakit

    sistemik yang berat memerlukan terapi  glukokortikoid dapat terjadi dengan demam,

    letih, berat badan berkurang, dan anemia disertai  atau tanpa manifestasi organ target

    lainnya (:ahn et al,!""6).

    anif estasi uskuloskeletal

    4ebanyakan pasien SLE memiliki poliarthritis intermitten, berderajat mulai

    ringan hingga ke7a7atan, ditandai dengan pembengkakan jaringan lunak dan nyeri

     pada sendi,  paling sering pada tangan, pergelangan tangan, dan lutut. $eformitas

    sendi (tangan dan  kaki) terjadi hanya pada "< pasien. Erosi pada gambaran M/ray

    sendi jarang ditemukan.  4eberadaannya menandakan peradangan arthropati non

    lupus seperti rheumatoid arthritis.  +eberapa ahli memperkirakan bahwa erosi dapat

     juga terjadi pada SLE. ika nyeri  bertahan  pada satu sendi, seperti lutut, bahu, atau

     pinggang, diagnosis nekrosis iskemik tulang  perlu  dipertimbangkan, terutama jika

    tidak ada manifestasi SLE aktif lainnya (:ahn et al,!""6).

    Prevalensi nekrosis iskemik tulang meningkat pada SLE, terutama pada

     pasien yang ditangani dengan glukokortikoid sistemik. yositis dengan kelemahan

  • 8/18/2019 SLE Referat

    17/34

    D

    otot klinis, peningkatan kadar kreatinin kinase, &% S7an positif, dan nekrosis otot

    dan  peradangan pada biopsi dapat terjadi, walaupun kebanyakan pasien mengalami

    myalgia tanpa  myositis yang jelas. erapi glukokortikoid dan antimalaria dapat juga

    menyebabkan kelemahan  otot. Efek samping ini mesti dibedakan dari penyakit aktif 

    (:ahn et al,!""6).

    ani f e s t asi Pen y akit 4 ulit

    Lupus dermatitis dapat diklasifikasikan sebagai discoid lupus erythematosus ($LE),

     ber7ak sistemik,  subacute cutaneous lupus erythematosus (S'LE), atau lainnya. Lesi

    diskoid merupakan lesi kasar sirkuler disertai dengan sedikit peninggian, lingkaran

    eritematosa  hiperpigmentasi bersisik, dan pusat depigmentasi dengan atropi dimana

    semua  bagian  demal  se7ara permanen rusak. Lesi dapat memperburuk estetik,

    terutama   pada wajah dan kulit kepala. Pengobatan utamanya merupakan

    kortikosteroid topikal atau  injeksi lokal dan antimalaria sistemik. :anya 6< individu

    dengan $LE memiliki SLE  (walaupun setengahnya memiliki 090 yang positif)3

    namun, di antara individu dengan  SLE, sebanyak !"< memiliki $LE. 4ebanyakan

     ber7ak SLE yang umum bersifat fotosensitif, eritema sedikit meninggi, bersisik, pada

    wajah (utamanya pada pipi dan sekitar hidung   the  Ibuterfly rashI), telinga, dagu,

    daerah A pada leher, punggung atas, dan bagian ekstensor dari  lengan. emberatnya

     ber7ak ini kadang disertai dengan serangan penyakit sistemik. S'LE  mengandung

     ber7ak merah bersisik mirip dengan psoriasis atau lesi sirkuler datar   kemerahan.

    Pasien dengan manifestasi ini sangat fotosensitif3 kebanyakan memiliki  antibodi

    terhadap &o (SS/0). +er7ak SLE lainnya termasuk urtikaria rekuren, dermatitis

    li7hen planus/like, bullar, dan pannikulitis (Hlupus profundusI). +er7ak dapat ringan

  • 8/18/2019 SLE Referat

    18/34

    -

    atau berat, dan dapat menjadi manifestasi utama penyakit ini. *lkus ke7il dan nyeri

     pada mukosa oral dan nasal umum pada SLE, lesinya mirip dengan ulkus pada

    sariawan (:ahn et al,!""6).

    ani f e s t asi &e n al

     9ephritis biasanya manifestasi SLE yang paling berat, terutama karena nephritis dan

    infeksi merupakan penyebab utama mortalitas pada dekade pertama penyakit ini.

    4arena nephr itis  asimptomatik pada kebanyakan pasien SLE, urinalisis sebaiknya

    dilakukan pada  pasien  yang di7urigai mengalami SLE. 4lasifikasi dari lupus

    nephritis berdasar dari gambaran  histologis (ta!le 1). +iopsi renal berguna untuk 

    meren7anakan terapi terkini atau di  masa  akan datang. Pasien dengan bentuk 

    kerusakan glomerulus proliferatif  berbahaya  (%S9 %%% dan %A) biasanya memiliki

    hematuria dan proteinuria mikroskopik (K6"" mg  per   !# jam). Sekitar setengah

     pasien mengalami sindrom nephrotik, dan kebanyakan terjadi  hipertensi. ika

    glomerulonephritis proliferatif difus ($P=9) tidak ditangani, kebanyakan  pasien

    akan mengalami ES&$ dalam ! tahun diagnosis. Sehingga, imunosupresi agresif 

    diindikasikan (kebanyakan kortikosteroid sistemik disertai dengan obat sitotoksik),

    ke7uali kerusakan irrversibel. Etnis 0frika/0merika lebih 7enderung mengidap

    ES&$ dibandingkan dengan ras 4aukasia, bahkan dengan kebanyakan terapi terkini.

    $i 0merika  Serikat, sekitar !"< individu dengan lupus $P=9 meninggal atau

    mengalami ES&$  setelah " tahun diagnosis ditegakkan. %ndividu tersebut

    membutuhkan  pengendalian  SLE yang agresif dan dari komplikasi penyakit ginjal.

    Segelintir pasien SLE dengan  proteinuria (biasanya nephrotik) memiliki perubahan

    glomerulus membranous tanpa proliferasi pada pemeriksaan biopsi gin jal.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    19/34

    5

    Prognosisnya lebih baik daripada mereka dengan $P=9, namun  proteinuria

    7enderung merupakan keadaan yang berkelanjutan, disertai dengan serangan yang

    membutuhkan penanganan ulang selama beberapa tahun. *ntuk kebanyakan orang

    dengan lupus nephritis, per7epatan aterosklerosis menjadi penting setelah beberapa

    tahun, perhatian  berlebih diberikan untuk mengendalikan tekanan darah,

    hiperlipidemia, dan hiperglikemia (Sukmana,!""#3 :ahn et al,!""63 +artels,!""-).

    ani f e stasi Sist e m S a raf 

    0da banyak manifestasi sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer pada SLE,

     pada beberapa pasien tertentu hal ini merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas.

    Penting untuk   melakukan pendekatan diagnostik dengan menanyakan apakah

    gejalanya   akibat SLE atau penyakit lain (seperti infeksi pada individu

    immunocompromised ). ika gejala berhubungan dengan SLE, sebaiknya ditentukan

    apakah mereka disebabkan oleh proses difus atau penyakit oklusif vaskuler.

    anifestasi klinis  SSP paling umum adalah disfungsi kognitif, termasuk kesulitan

    dalam mengingat dan  memberikan alasan. Sakit kepala juga umum terjadi. ika

    terjadi mendadak berat, maka ini  menandakan serangan SLE, jika lebih ringan, sulit

    dibedakan dengan migraine atau sak it kepala tipe tegang (=risolia,!""6).

    4ejang dari beberapa tipe dapat disebabkan oleh lupus,  penanganan

    seringkali membutuhkan antiseiBure dan immunosupresif. Psikosis dapat men jadi

    manifestasi dominan pada SLE. :al ini mesti dibedakan dengan psikosis akibat

    glukokortikoid. ;ang terakhir biasanya terjadi pada minggu pertama  pemberian

    glukokortikoid, pada dosis prednisone #" mg harian atau sederajat. Psikosis sembuh

     beberapa hari setelah pemberian kortikosteroid diturunkan atau dihentikan.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    20/34

    !"

    yelopati tidak jarang dan seringkali menimbulkan ke7a7atan, terapi

    immunosupresif segera dimulai dengan glukokortikoid merupakan standar terapi

    (:ahn et al,!""63 =risolia,!""6).

    Gklusi A a skuler 

    Prevalensi dari transient ischemic attacks( stroke, dan infark myokard

    meningkat pada pasien SLE. 4ejadian vaskuler ini meningkat, namun tidak ekslusif,

     pada pasien SLE dengan antibodi terhadap fosfolipid (aPL). Sepertinya antibodi

    antifosfoli pid  ini berkaitan dengan hiperkoagulabilitas dan kejadian thrombotik akut,

    dimana penyakit kronis  berkaitan dengan per7epatan atheros7lerosis. %skemia pada

    otak dapat disebabkan oleh  oklusi fokal (baik noninflamasi atau berkaitan dengan

    vaskulitis) atau dengan embolisasi dari plak arteri karotid atau dari vegetasi fibrinous

    dari Libman/Sa7k endokarditis. Pemeriksaan  yang tepat untuk aPL (lihat dibawah)

    dan untuk sumber emboli sebaiknya dilakukan   pada  pasien seperti ini untuk 

    memperkirakan kebutuhan, intensitas, durasi dari terapi  antiinflamasi dan>atau

    antikoagulasi. Pada SLE, infark myokard merupakan manifestasi  utama pada

    atheros7lerosis. Peningkatan risiko kejadian vaskuler dapat men7apai D  hingga

    sepuluh kali lipat se7ara keseluruhan, dan lebih tinggi pada wanita. Peran dari terapi

    statin pada SLE masih dalam penelitian (:ahn et al,!""63 =risolia,!""6).

    anif estasi Pulmoner 

    anifestasi pulmoner yang paling sering terjadi pada SLE adalah pleuritis

    dengan atau tanpa efusi pleural. =ejala ini, jika ringan, dapat berespons dengan

     pemberian terapi  9S0%$ (nonsteroidal antiinflammatory drugs). ika lebih  berat,

  • 8/18/2019 SLE Referat

    21/34

    !

     pasien membutuhkan terapi glukokortikoid. %nfiltrat pulmoner dapat juga terjadi

    sebagai  manifestasi SLE aktif dan sulit dibedakan dari infeksi pada gambaran

    radiologi. anifestasi pulmoner yang membahayakan nyawa termasuk peradangan

    interstitial yang  menyebabkan fibrosis, sindrom paru menyusut, dan perdarahan

    intraalveolar. Semua  kemungkinan ini membutuhkan terapi immunosuppresif yang

    agresif se7ara dini, begitu pula dengan perawatan suportif (:ahn et al,!""6).

    ani f e stasi Pe n y akit a ntung

    Peri7arditis merupakan manifestasi kardiak yang paling umum terjadi3

     biasanya  ini berespon dari terapi antiinflamasi dan jarang mengakibatkan tamponade

     jantung.  anifestasi kardiak yang lebih berat adalah miokarditis dan endo7arditis

    Libman/Sa7ks fibrinous. 4eterlibatan endokardial dapat menyebabkan insufisiensi

    valvular, kebanyakan  katup mitral atau aorta, atau kejadian embolik. +elum terbukti

     bahwa terapi glukokortikoid  atau imunosuppressif dapat menyebabkan perbaikan

    lupus miokarditis atau endo7arditis,  namun umum dilakukan pemberian dosis tinggi

    steroid bersamaan dengan terapi suportif   yang tepat untuk gagal jantung, aritmia,

    atau kejadian embolik. Pasien dengan SLE  mengalami peningkatan risiko infark 

    miokard, biasanya akibat per7epatan terjadinya  atheros7lerosis, dimana kemungkinan

    diakibatkan oleh peradangan kronis dan>atau kerusakan oksidatif pada lipid dan pada

    organ (onam,!""#3 :ahn et al,!""63 =r isolia,!""6).

    anif est asi :e mato logi k 

    anifestasi hematologik yang paling sering pada SLE adalah anemia,

     biasanya normokromik normositik, menandakan adanya penyakit kronis. :emolisis

  • 8/18/2019 SLE Referat

    22/34

    !!

    dapat 7epat dalam onset dan beratnya, sehingga membutuhkan terapi glukokortikoid

    dosis tinggi, dan ini efektif pada kebanyakan pasien. Leukopenia juga sering dan

    hampir selalu  mengandung limfopenia, bukan granulositopenia. 4eadaan ini jarang

    memudahkan   terjadinya infeksi dan biasanya tidak membutuhkan terapi.

    rombositopenia merupakan masalah yang berulang. ika hitung platelet K#".""">L

    dan perdarahan abnormal  tidak terjadi. erapi glukokortikoid dosis tinggi (misal,

    mg>kg per hari dengan  prednison  atau yang seimbang) biasanya efektif untuk 

     beberapa episode  per tama   trombositopenia  berat. 0nemia hemolitik dan

    trombositopenia rekuren atau berkepanjangan, atau  penyakit yang membutuhkan

    dosis yang sangat tinggi dari glukokortikoid harian,  sebaiknya ditangani dengan

    strategi tambahan (onam,!""#3 :ahn et al,!""6).

    ani f e s t asi =astroin te stinal

    ual, seringkali dengan muntah, dan diare dapat menjadi manifestasi dari

    suatu serangan SLE, seperti nyeri abdominal difus yang disebabkan oleh peritonitis

    autoimun.  Peningkatan serum aspartate aminotransferase (0S) dan alanine

    aminotran f  erase  (0L) umum jika SLE sedang aktif. anifestasi ini biasanya

    membaik se7ara   perlahan selama pemberian terapi glukokortikoid sistemik.

    Aaskulitis yang melibatkan  usus dapat mengan7am nyawa. Perforasi, iskemia,

     perdarahan,   dan sepsis adalah komplikasi yang sering terjadi. erapi

    immunosuppressif dengan   glukokortikoid dosis tinggi disarankan untuk 

     pengendalian jangka  pendek,  terjadinya rekurensi merupakan indikasi dari terapi

    tambahan (onam, 556).

  • 8/18/2019 SLE Referat

    23/34

    !8

    2.0 Penatalakanaan

    idak ada terapi untuk menyembuhkan SLE, dan remisi sempurna jarang

    terjadi. Sehingga dokter sebaiknya meren7anakan untuk mengendalikan serangan

    akut yang  berat  dan kemudian mengembangkan strategi untuk menekan gejala pada

    kadar yang dapat  diterima dan men7egah kerusakan organ. Penatalaksanaan

    men7akup penatalaksanaan umum dan terapi konservatif (:ahn, !""6).

    +entuk penanganan umum pasien dengan SLE antara lain (Sukmana,!""#)2

    1. #elela*an

    :ampir setengah penderita SLE mengeluh kelelahan. Sebelumnya kita harus

    mengklarifikasi apakah kelelahan ini bagian dari derajat sakitnya atau karena

     penyakit  lain yaitu2 anemia, demam, infeksi, gangguan hormonal atau komplikasi

     pengobatan   dan  emotional stress. =ejala ini merupakan manifestasi yang

     berhubungan dengan disfungsi sitokin dalam proses inflamasi sehingga peningkatan

    keluhan dapat sebagai parameter aktivitas inflamasi. *paya mengurangi kelelahan di

    samping pemberian obat  ialah2  7ukup istirahat, batasi aktivitas, dan mampu

    mengubah gaya hidup.

    2.&erokok 

    1alaupun prevalensi SLE lebih banyak pada wanita, 7ukup banyak wanita  perokok.

    4ebiasaan merokok akan mengurangi oksigenisasi, memperberat fenomena &aynaud

    yang disebabkan penyempitan pembuluh darah akibat bahan yang terkandung pada

    sigaret>rokok.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    24/34

    !#

    %. )ua-a

    1alaupun di %ndonesia tidak ditemukan 7ua7a yang sangat berbeda dan

    hanya ada dua musim, akan tetapi pada sebagian penderita SLE khususnya dengan

    keluhan artritis  sebaiknya menghindari perubahan 7ua7a karena akan mempengaruhi

     proses inf lamasi.

    '. Stre dan trauma (iik 

    +eberapa penelitian mengemukakan bahwa perubahan emosi dan trauma fisik 

    dapat  mempengaruhi sistem imun melalui2 penurunan respons mitogen limfosit,

    menurunkan fungsi sitotoksik limfosit dan menaikkan aktivitas sel 94 ( "atural 

     )iller ). 4eadan stress  tidak selalu mempengaruhi aktivasi penyakit, sedangkan

    trauma fisik dilaporkan tidak   berhubungan dengan aktivasi SLE/nya. *mumnya

     beberapa peneliti sependapat  bahwa  stress dan trauma fisik sebaiknya dikurangi atau

    dihindari karena keadaan yang prima akan memperbaiki penyak itnya.

    /. Diet

    idak ada diet khusus yang diperlukan pasien LES, makanan yang berimbang

    dapat  memperbaiki kondisi tubuh. +eberapa penelitian melaporkan bahwa minyak 

    ikan ( fish oil )  yang mengandung eicosapentanoic acid dan docosahe*anoic acid 

    dapat menghambat  agregasi trombosit, leukotrien dan 6/lipoMygenase di sel monosit

    dan  polimorfonuklear.  Sedangkan pada penderita dengan hiperkolesterol perlu

     pembatasan makanan agar kadar  lipid kembali normal.

    0. Sinar mata*ari inar ultra +iolet2

    Seperti diketahui bahwa sinar ultra violet mempunyai tiga gelombang, dua

    dari tiga  gelombang tersebut (8!" dan #"" nm) berperan dalam proses fototoksik.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    25/34

    !6

    =elombang ini terpapar terutama pada pukul " pagi s>d pukul 8 sore, sehingga

    semua pasien SLE dianjurkan untuk menghindari paparan sinar matahari pada

    waktu/waktu tersebut.

    3. #ontraepi oral

    Se7ara teoritis semua obat yang mengandung estrogen tinggi akan

    memperberat LES, akan tetapi bila kadarnya rendah tidak akan membahayakan

     penyakitnya. Pada penderita SLE yang mengeluh sakit kepala atau tromboflebitis

     jangan menggunakan obat yang mengandung estrogen.

    Pengobatan farmakologis untuk SLE, antara lain (Sukmana,!""#3

    =risolia,!""63 +artels,!""-)2

    1. Steroid itemik 

    ;ang paling penting pada pengobatan SLE adalah pertimbangan untuk 

    memilih regimen pengobatan karena pengobatan akan berlangsung lama, dengan

     berbagai efek   samping yang akan terjadi. SLE dibagi dua kelompok besar ($ubois),

    yaitu 2

    / 4elompok ringan

    ermasuk pada kelompok ini ialah2 demam, artritis, perikarditis ringan, efusi

     pleura>perikard ringan, kelelahan dan sakit kepala.

    / 4elompok berat

    ermasuk pada kelompok ini ialah2 efusi pleura dan perikard masif, penyakit

    ginjal, anemia hemolitik, trombositopenia, lupus serebral, vaskulitis akut,

  • 8/18/2019 SLE Referat

    26/34

    !C

    miokarditis, lupus pneumonitis dan perdarahan paru. 4euntungan pembagian ini

    ialah untuk menentukan dosis steroid atau obat lainnya.

    2. Panduan umum derajat SLE ringan

    4 0spirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merupakan pilihan utama.

    4 $osis disesuaikan dengan derajat  penyakitnya.

    4 Penambahan obat anti malaria hanya dikhususkan bila ada skin rash dan lesi di

    mukosa membran.

    4 +ila pengobatan tersebut gagal, dapat ditambah prednison !,6 mg / 6 mg>hari,

    dapat dinaikkan se7ara bertahap !"< tiap /! minggu, sesuai kebutuhan.

    %. Panduan umum derajat SLE !erat

    / Pemberian steroid sistemik merupakan pilihan pertama.

    / Gbat anti inflamasi nonsteroid dan anti malaria tidak di berikan.

    / Pemberian prednison dan lama pemberian disesuaikan dengan kelainan organ

    sasaran yang terkena

    '. Pengo!atan pada kau4kau k*uu

    a. Anemia *emolitik autoimun.

    Prednison2 C"/-" mg>hari (/,6 mg>4g++>hari). +ila dalam beberapa hari

    sampai  minggu belum ada perbaikan maka dosis dapat ditingkatkan sampai ""

    mg/!" mg>hari. *mumnya respons penuh akan di7apai dalam -/! minggu.

    !. Trom!oitopenia autoimun.

    Prednison 2 C"/-" mg>hari (/,6 mg>4g++.>hari). +ila tidak ada respons dalam #

    minggu ditambahkan %munoglobulin intravena (%A%=) ",# mg>4g++.>hari selama

    6 hari berturut/turut.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    27/34

    !D

    -. akuli itemik akut.

    Prednison 2 C"/"" mg>hari, umumnya respons akan terlihat dalam beberapa hari3

    ke7uali pada kasus dengan komplikasi gangren di tungkai, respons terlihat dalam

     beberapa minggu. Pada keadaan akut diberikan steroid parenteral.

    d. Perikarditi

    - #ingan 2 obat anti inflamasi non steroid atau anti malaria. +ila dengan obat ini

    tidak  efektif dapat diberi prednison !"/#" mg>har i.

    - Berat 2 prednison mg >4g++.>hari.

    e. &iokarditi

    Prednison mg>4g++>hari, bila tidak efektif dapat dikombinasi dengan

    siklofosfamid.

    (. E(ui pleura

    Prednison 6/#" mg>hari. +ila efusi masif, lakukan pungsi pleura>drainage.

    g. Lupu pneumoniti

    Prednison /,6 mg>4g++.>hari selama #/C minggu.

    *. Lupu ere!ral

    etil prednisolon ! mg>4g++.>hari untuk 8/6 hari, bila berhasil dilan jutkan

     pemberian oral 6/D hari lalu diturunkan perlahan.

    etil prednisolon pulse dosis selama 8 hari berturut/turut.

    i. Lupu Ne(riti

    Penatalakanaan umum

    N

    +ila tidak ada kontraindikasi semua pasien dengan SLE sebaiknya dibiopsi.

    +iopsi dapat diulang jika dalam perjalanan pengobatan, gejalanya menetap atau

    memburuk.

    N $iet rendah garam jika ditemukan hipertensi, rendah lemak jika ada

    hiperlipidemia atau sindrom nefritis, begitu juga diet rendah protein disesuaikan

    dengan derajat penyakitnya. 4alsium dapat diberikan untuk mengurangi efek 

    samping osteoporosis karena steroid.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    28/34

    !-N $iuretika dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan.

    N Pemeriksaan rutin periodik meliputi pemeriksaan 2 Sedimen urin, *rin !# jam (

     protein)5 4reatinin dan ''5 0lbumin serum5 anti $90

    Pemeriksaan diulang sesuai dengan perkembangan penyakit2 pantau efek 

    samping steroid dan komplikasi yang terjadi selama pengobatan (infeksi dll), hindari

     pemberian salisilat dan obat antiinflamasi non steroid karena akan memperberat kerja

    ginjal, Penanganan  hipertensi  yang baik, hindari kehamilan bila L9 masih aktif.

    0spirin hanya diberikan selektif bila ada anti fosfolipid (Sukmana,!""#).

    Pengobatan L9 se7ara umum (memenuhi kriteria 0&0), yaitu Prednison2

    mg>4g++>hari untuk C/! minggu. Setelah itu dapat diturunkan se7ara  bertahap.

    Pengelolaan L9 sampai sekarang masih kontroversial. ujuan utamanya adalah

    men7egah perburukan penyakit.

    Panduan pengo!atan euai kela 6H7 (Sukmana,!""#)

    4elas % 2 idak ada pengobatan khusus.

    4elas %% 2 esangial (%%0) tidak memerlukan pengobatan.

    Pada pasien kelas %% +3 dengan protein lebih g, titer $90 tinggi,

    dan '8  rendah dapat diberi prednison !"mg>hari selama C minggu

    sampai 8 bulan, setelah itu diturunkan  bertahap.

    4elas %%% 2 *mumnya pemberian steroid digabung dengan siklofosfamid

    4elas %A 2 Prednison 2 mg>4g++> hari selama C/! minggu

    4elas A 2 *mumnya tidak diberi siklofosfamid.

    Protokol pemberian siklofosfamid $osis ",6/ g>m!

    luas permukaan  badan

    diberikan se7ara bolus (per infus) tiap bulan selama C bulan, selanjutnya tiap 8 bulan

    sampai /! tahun kemudian, atau total dosis men7apai " g. Protokol pemberian

     pulse metil  prednisolon $osis g %A (bolus) selama 8 hari berturut/turut.

    $iindikasikan  pada  oliguria akut 'renal failure+( lupus serebral dengan koma, dan

    lupus krisis (acute  ser ious SLE ) (Sukmana,!""#).

    2.3 ,ollo8 Up

  • 8/18/2019 SLE Referat

    29/34

    !5

    $iet khusus perlu diperhatikan dengan melihat keadaan ginjal, jantung, atau

    komplikasi SLE lainnya. Pembatasan aktivitas umum (berkendaraan,

    mengoperasikan mesin, berenang), terutama bila pada pasien dijumpai kejang.

    Pembatasan aktivitas juga dilakukan pada pasien dengan kelainan otak, mielopati,

    gangguan visual, dan sindrom neuromuskular (=r isolia,!""6).

    4omplikasi yang paling sering terjadi pada pasien SLE adalah infeksi

    oportunistik akibat terapi imunosupresan jangka panjang, osteonekrosis, dan

     penyakit  aterosklerosis dan infark miokard prematur. Prognosis penyakit sangat

  • 8/18/2019 SLE Referat

    30/34

    8"

     bervariasi. Prognosis lebih buruk bila terdapat kerusakan renal dan susunan saraf

     pusat (+artels,!""-).

    Edukasi yang penting bagi pasien adalah dengan menghindari pajanan sinar 

    matahari bila terdapat fotosensitivitas, meminimalkan penggunakan 9S0%$s dan

    salisilat, dan selalu rutin berkunjung ke dokter (+artels,!""-).

  • 8/18/2019 SLE Referat

    31/34

    8

    BAB III

    PENUTUP

    %. 1 #eimpulan

    4esimpulan dari penulisan makalah tinjauan kepustakaan ini antara lain 2

    . Systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan salah satu penyakit autoimun

    dengan kerusakan target organ dan sel yang disebabkan oleh tissue-binding 

    autoantibodi dan kompleks imun.

    !. $asar mekanisme patogenik dari SLE adalah adanya interaksi antara faktor gen

     predisposisi dan lingkungan yang menghasilkan respons imun yang abnormal.

    8. Perjalanan alamiah penyakit SLE sangat bervariasi dari penyakit dengan gejala

    ringan hingga penyakit yang progresif 7epat dan fatal.

    #. $iagnosis SLE ditegakkan berdasarkan kriteria  %merican &ollege o f  

     #heumatology '%) 5-! yang telah direvisi, dapat ditegakkan jika paling

    sedik it ditemukan # dari kriteria yang ada.

    6. Pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui ada

    tidaknya keterlibatan organ/organ vital, sehingga penanganan dan pen7egahan

    komplikasi dapat dilakukan se7epat/7epatnya.

    C. +elum ada terapi untuk menyembuhkan SLE, dan remisi sempurna jarang terjadi,

    sehingga dokter perlu meren7anakan untuk mengendalikan serangan akut yang

     berat dan kemudian mengembangkan strategi untuk menekan gejala  penyakit.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    32/34

    8!

    %.2 Saran

    Penatalaksanaan SLE masih terus berkembang, berbagai sentra melakukan

     penelitian dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien SLE. ersedianya sarana

    laboratorium dan diagnostik yang memadai memudahkan diagnosis dini. ingkat

    ekonomi  pasien perlu dipertimbangkan dengan bijak agar pembiayaan dapat ditekan

    seke7il/ke7ilnya dengan memilih pemeriksaan yang sangat diperlukan sesuai dengan

    skala prioritas.

  • 8/18/2019 SLE Referat

    33/34

    86

    DA,TA9 PUSTA#A

    . Sukmana, 9anang. Penatalaksanaan SLE pada +erbagai arget Grgan. &ermin

     ,unia )edokteran !""63#!2!D/8"

    !. 4adang, .4.3 0ndilolo,.4. Lupus Eritematosus Sistemik2 Laporan 4asus.

    &ermin ,unia )edokteran !""63-C2 #"/!

    8. :ahn, +evra :annahs. Systemi7 Lupus Erytematosus.  ,alam :arrisonOs

    Pr in7iples  of %nternal edi7ine, edisi ke/C. Editor2 4asper, $.L.3 +raunwauld,

    E.3 au7i, 0.3 :auser,S.3 Longo, $.3 ameson, L..3 et al . 7=raw/:ill

    Professional, !""6.

    #. &iyanto, :arun. Peniru *lung Lupus Eritematosus Sistemik. -emari

    !""-3-6(5)2

    6. &ahman 0, %senberg $0. e7hanisms of disease systemi7 lupus

    erythematosus. 9 Engl ed. !""-386-25!5/85.

    C. +artels, '..3 :ildebrand, . Systemi7 Lupus Erytematosus. Emergen7y

    edi7ine eMtbook. Editor2 LoBada, '.. et al . 1eb$, !""-. (0vailable at

    w w w.e edi7i n e . 7 o m, diakses pada tanggal C ebruari !"#).

    D. onam3 urana, ;uda3 oeliono .L. anifestasi 9eurologi pada Lupus

    Eritematosus Sistemik. &ermin ,unia )edokteran !""#3#!288/6

    -. =risolia, .S.3 Systemi7 Lupus Erytematosus. Emergen7y edi7ine eMtbook.

    Editor2 4ent, homas 0.3 et al . 1eb$, !""6. (0vailable at

    w w w.e edi7i n e . 7 o m, diakses pada tanggal C ebruari !"#).

    5. &ahman 0, %senberg $0. e7hanisms of disease systemi7 lupus erythematosus.

     9 Engl ed. !""-386-25!5/85.

    ". 0grawal S. Lupus nephritis2 an update on pathogenesis. %ndian &heumatol

    0sso7. !""63!2/6.

    . ok '', Lau 'S. Pathogenesis of systemi7 lupus erythematosus. 'lin Pathol.

    !""636C2#-/5".

    !. 'ervera &, ont . herapeuti7 perspe7tives in systemi7 lupus erythematosus.

    'urr &heuma &ev. !""632#6/D.

    8. $O'ruB $P. Systemi7 lupus erythematosus. +r ed .!""C388!2-5"/#.

    #. $avidson 0, $iamond +, 1ofsy $, $aikh $. +lo7k and ta7kle2 'L0#%g takes

    on lupus. Lupus. !""63#25D/!"8.

    http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/

  • 8/18/2019 SLE Referat

    34/34

    6. udd P0, eague +9, arris 0$. &egulatory 7ells and systemi7 lupus

    erythematosus. S7and %mmunol. !""C2C#2!/-.

    C. Aalen7ia F, ;arboro ', %llei =, Lipsky PE. $efi7ient '$#?'$!6 (high)

    regulatory 7ell fun7tion in patients with a7tive sys/ temi7 lupus

    erythematosus. %mmunol. !""D3D-2!6D5/--.

    D. 4ang :/4, i7haels 0, +erner +&, $atta S4. Aery low dose toleran7e with

    nu7leosomal peptides 7ontrols lupus and indu7es potent regulatory /7ell

    subsets. %mmunol. !""63D#28!#D/66.

    -. 1ong 44. he '$!->'L0#>+D pathway in immunologi7al regulation2 the

     basis of disease and the promise of therapy. *niv oronto ed .

    !""D3-#3828/6.