Referat Tennis Elbow

  • Upload
    bismoo

  • View
    430

  • Download
    34

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neurologi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah lawn tennis elbow yang merujuk pada suatu sindroma pada siku yang ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian disingkat menjadi tennis elbow. Namun menurut data epidemiologi terbaru, para penderita penyakit ini mayoritas justru berasal dari orang-orang yang bukan pemain tenis. (1)Insidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis elbow. Oleh karena itu penggunaan istilah tennis elbow sebenarnya kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya justru bukan pemain tennis dan hal ini didukung menurut data epidemiologi terbaru.(1)Dulu, tennis elbow dikenal juga dengan istilah epikondilitis lateral, karena ada dugaan bahwa inflamasi berperanan penting dalam timbulnya gejala. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan istilah tersebut kurang tepat, karena secara umum, ketika dilakukan pemeriksaan mikroskopik tendon, tidak ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, namun yang ada justru degenerasi angiofibroblast dan kolagen-kolagen yang tersusun secara tidak beraturan. (1)Tendon relatif hipovaskuler pada daerah proksimal hingga pada daerah insersi tendon. Hipovaskularitas ini kemungkinan besar menjadi predisposisi degenerasi tendon hipoksik, yang berimplikasi pada etiologi tendinopati. Patologi primer tersering kelainan ini adalah tendinosis pada tendon extensor carpi radialis brevis (ECRB) 1-2 cm dari arah distal perlekatannya pada epikondilus lateral.(1)BAB IIANATOMI DAN FISIOLOGISendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama.(2)Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni flexi/extensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan flexi dan extensi terjadi antara tulang humerus dan lengan bawah (radius dan ulna), pronasi dan supinasi terjadi karena radius berputar pada tulang ulna, sementara itu radius juga berputar pada poros bujurnya sendiri. Sendi radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radioulna dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat pergelangan tangan.(2)

Gambar 1. Bagian Sendi Siku yang terkena pada Tennis Elbow.Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi yaitu ligamentcollateral medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius. Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii, pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot yang berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot extensor carpi radialis longus yang berfungsi sebagai penggerak utama extensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis cabang saraf servikal 6 - 7, otot extensor carpi radialis brevis,berfungsi sebagai penggerak utama extensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6 servikal 7. (2)Tabel 1. Anatomi otot-otot yang menyusun Lateral Compartement of the Elbow (2)OtotFungsiOrigoInsersio

Extensor carpi radialis longusExtensi dan abduksi pergelangan tanganAspek distal dari lateral supra-condylar ridge humerus Dan septum intermuscular lateral Aspek dorsal dari basis tulang metakarpal kedua

ECRBEktensi pergelangan tanganTendon extensor communis dari epikondilus lateral humerusAspek dorsal dari basis tulang metakarpal ketiga

Extensor digitorum communisEktensi pergelangan tangan, jari kedua-jari kelima pada sendi MCP Tendon extensor communis dari epikondilus lateral humerusDorsum jari kedua-jari kelima

Extensor carpi ulnarisExtensi dan adduksi pergelangan tanganCaput humeral: Tendon extensor communis dari epikondilus lateral humerus, caput ulnaris: aspek dorsal dari mid ulnaAspek ulnar dari basis tulang metakarpal kelima

Extensor digitiminimiEktensi phalanx proximal jari kelima pada sendi MCP dan membantu extensi pergelangan tanganTendon extensor communis dari epikondilus lateral humerusArea dorsal jari kelima

AnconeusMemperkuat kapsul sendi dan bertindak sebagai extensor lemah pada elbowAspek posterior epikondilus lateral humerusAspek radial olecranon dan ulna proksimal

SupinatorSupinasi lengan bawahCaput humeri: epikondilus lateral; caput ulnaris: aspek lateral olecranon (krista supinator)Aspek lateral dan anterior radius proksimal hingga medial

Gambar 2. Otot-otot pada aspek lateral elbow, yang berdekatan dengan origo tendon epikondilus lateral. CET= common extensor tendon, ECRB= extensor carpi radialis brevis, ECRL= extensor carpi radialis longus, ECU= extensor carpi ulnaris, EDC= extensor digitorum communis.

Gambar 3. Anatomi ligamentum elbow dari aspek lateral. AL= annular ligament, LUCL= lateral ulnar collateral ligament, RCL= radial collateral ligament.Epikondilitis lateral berhubungan erat dengan cedera kapsuler, penebalan serta robekan pada lateral ulnar collateral ligament (LUCL) dan radial collateral ligament (RCL). Kompleks lateral collateral ligament terdiri atas RCL, ligamen annular, ligamen accessory lateral collateral, dan LUCL. RCL berasal dari epikondilus lateral bagian anterior dan bergabung dengan fiber ligamentum annular dan fascia otot supinator. Ligamentum annular, stabilisator utama sendi proximal radioulnar, melancip di bagian distal dan mengelilingi caput radial yang berbentuk corong. Gangguan atau robekan pada ligamentum ini dapat menyebabkan instabilitas radioulnar. Ligamentum accessory lateral collateral membantu menstabilkan ligamentum annular namun ligamentum ini tidak selalu bisa ditemukan. Fiber ligamentum accesory berasal dari krista supinator, di sepanjang aspek lateral ulna. LUCL berkontribusi dalam memberikan konstrain ligamentum guna melawan stres varus. LUCL berasal dari epikondilus lateral sebagai persambungan dari RCL, namun LUCL berjalan di sepanjang aspek lateral dan posterior radius lalu masuk ke tuberkel krista supinator ulna. Gangguan pada LUCL akan menyebabkan instabilitas rotasi posterolateral elbow.(2)

BAB IIITENNIS ELBOW DEFINISITennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul sebagai akibat dari extensi pergelangan tangan yang berlebihan. Nyeri siku dapat berupa sebagai tennis elbow (lateral epicondylitis) ketika terjadi cedera pada tendon bagian luar.(1)

Gambar 4. Group otot yang termasuk adalah otot ektensor pergelangan tangan, terutama otot ektensor carpi radialis brevis yang menimbulkan gejala pada tennis elbow ini.

Gambar 5. Robekan ligamentEPIDEMIOLOGIInsidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis elbow. Oleh karena itu penggunaan istilah tennis elbow sebenarnya kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya justru bukan pemain tenis. (1,3,4)Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya. Kelainan ini sering ditemukan pada orang-orang berkulit putih, pada tangan yang dominan, dan insidensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi puncak pada usia 30 hingga 50 tahun, serta usia rata-rata penderitanya adalah 42 tahun. (1,3,4)

PATOFISIOLOGISelain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena trauma langsung. Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis, terutama pada mereka yang tidak profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik. Epikondilitis lateral terjadi karena kontraksi repetitif pada otot-otot extensor lengan bawah, terutama pada origo ECRB, yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis.(1)

Gambar 6. Gerakan backhand pada tenis yang menimbulkan tarikan pada epikondilus lateral.

Selain gaya mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada ECRB, posisi anatomi tendon ECRB yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah mengalami abrasi berulang selama proses extensi elbow. Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi dalam proses degenerasi dan tendinosis.

Gambar 7 : A. Gambaran histologis tendinosis angiofibroplastic ( angiofibroblastic tendinosis) pada tennis elbow, terjadi disorganisasi kolagen normal akibat invasi fibroblast. B. Tendon normal.

Pada pemeriksaan umum, tendon yang mengalami tennis elbow akan berwarna abu-abu dan rapuh. Awalnya, banyak yang menduga bahwa epikondilitis terjadi karena adanya proses inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial, synovium, dan ligamentum annular. Pada tahun 1979, Nirschl dan Pettrone menemukan adanya disorganisasi arsitektur kolagen normal akibat invasi fibroblast yang berhubungan erat dengan respon reparatif vaskuler yang imatur, yang disebut juga dengan istilah hiperplasia angiofibroplastik. Proses itu kemudian dikenal dengan nama tendinosis angiofibroplastik karena tidak ada satu pun sel radang yang teridentifikasi. Karena inflamasi bukanlah faktor yang signifikan dalam epikondilitis, maka istilah tendinosis merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan tennis Elbow.

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSISDari anamnesis, dapat diketahui bahwa pasien tennis elbow datang ke dokter karena keluhan utama nyeri di daerah lateral elbow, yang menjalar ke regio extensor. Pada umumnya mereka berusia antara 20-50 tahun, dan mayoritas berusia di atas 30 tahun. Pasien sering kali melaporkan bahwa onset timbulnya nyeri sulit diketahui, namun hal itu berhubungan erat dengan riwayat penggunaan tangan secara berlebihan (pada tangan dominan) tanpa adanya trauma spesifik. (1,3,4)Onset gejala biasanya timbul dalam 24-72 jam setelah melakukan aktivitas extensi pergelangan tangan secara berulang-ulang. Manifestasi gejala terlambat timbul karena adanya robekan mikroskopik pada tendon.(1,3,4)Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan semakin memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah pasien beristirahat. Pasien juga merasakan kondisi yang mengganggu saat melakukan aktivitas tertentu seperti ketika pasien melakukan pukulan backhand tenis atau menggunakan obeng secara berlebihan.(5,6)Nyeri biasanya bersifat tajam, intermiten, dan menjalar ke bawah melalui aspek posterior lengan bawah. Terkadang, pasien dapat menentukan lokasi nyerinya di sekitar 1,5 cm dari distal origo ECRB. Nyeri yang dialami oleh pasien bervariasi, mulai dari yang paling ringan (seperti rasa mengganggu ketika melakukan aktivitas berat seperti bermain tennis atau menggunakan alat tangan secara berulang-ulang), atau nyeri berat yang terpicu oleh aktivitas sederhana seperti hendak mengambil dan memegang gelas kopi. Secara umum, pasien tennis elbow akan mengeluhkan penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan menggenggam, supinasi, dan extensi pergelangan tangan. (1,3,4,5,6)Sekitar sepertiga kasus tennis elbow berhubungan dengan aktivitas hidup sehari-hari. Sehingga menanyakan riwayat pekerjaan dan aktivitas sehari-hari merupakan salah satu hal yang penting dalam menegakkan diagnosis. Selain tennis, aktivitas lain juga dapat menimbulkan tennis elbow. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Aktivitas yang berhubungan dengan epikondilitis lateralKegiatan atau OlahragaGerakkan

BermusikBisnis PertukanganPerlistrikanMekanikBisbolOlahraga raketAngkat BeratBerlayarPolitikSekretariatBermain biolaMengangkat tas yang beratMemalu atau memutar sekrupMemotong kabelGerakan repetitifPitchingPukulan backhandMengunci siku ketika dalam posisi extensiMendayungMenjabat tanganMengetik

PEMERIKSAAN FISIKINSPEKSIPada inspeksi, sulit untuk menegakkan diagnosis tennis elbow karena biasanya tidak ditemukan adanya hematoma maupun edema pada lateral elbow. Namun pada pasien tennis elbow yang sudah kronik, dapat ditemukan atrofi otot-otot extensor. Meskipun tidak mungkin menegakkan diagnosis tennis elbow hanya dengan inspeksi, kita tidak boleh mengabaikan pemeriksaan ini sebab jika kita menemukan adanya eritema, pembengkakan atau pun lesi lain pada elbow, maka hal tersebut justru akan menyingkirkan diagnosis tennis elbow.(3)

PALPASIDari palpasi, ada beberapa jenis pemeriksaan provokatif yang dapat dilakukan antara lain:

1. Penekanan pada lateral elbowNyeri maksimal dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada daerah sekitar 1-2 cm dari distal origo ECRB di epikondilus lateral. Apabila tanda ini tidak ditemukan, maka kita dapat menyingkirkan diagnosis tennis elbow. (3)

Gambar 8. Tes penekanan pada lateral elbow untuk mendiagnosis tennis elbow. Nyeri akan timbul apabila penekanan dilakukan pada daerah sekitar 1-2 cm dari distal origo ECRB di epikondilus lateral.

2. Tes MaudsleyPasien diminta untuk melakukan extensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu pemeriksa menahan extensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu akan menimbulkan ketegangan pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif terjadi apabila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. Bila positif, berarti pasien menderita tennis elbow. (1,3)

Gambar 9. Tes Maudsley.

3. Tes MillPemeriksa meminta pasien agar memflexikan elbow dan pergelangan tangan, sambil memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus lateral. Hasil positif bila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. (1,3,4)

Gambar 10. Tes Mill. 4. Tes CozenPemeriksa menstabilisasi elbow dengan cara meletakkan ibu jari pada epikondilus lateral. Lalu pasien diminta untuk mengepalkan tangan sambil mempronasikan lengan bawah secara radial lalu pasien mengextensikan pergelangan tangan sambil melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa. Atau pemeriksa dapat memflexikan dan mengextensikan lengan bawah pasien secara pasif. Semua tindakan itu akan menimbulkan nyeri apabila pasien menderita tennis elbow. (1,3,4)

Gambar 11. Tes Cozen.

5. Tes Mengangkat Kursi (Chair Test)Pasien diminta untuk mengangkat sebuah kursi dengan bahu di-adduksi, kemudian elbow diextensi, dan pergelangan tangan dipronasi. Tindakan seperti itu akan mempresipitasi nyeri Jika pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral, berarti chair test positif dan itu salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa pasien mengalami tennis elbow. (3,4)Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan ROM pada bahu, siku, dan pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM (range of movements) dan uji krepitus sendi radiohumeral dilakukan untuk mengeksklusi bursitis, osteokondritis, atau PIN entrapment. (3,4)Jika ditemukan penurunan ROM, maka kita dapat mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan radiologis untuk mengevaluasi sendi yang bermasalah.

PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan radiologis biasanya dijadikan alat diagnostik cadangan untuk kasus-kasus yang telah refrakter terhadap terapi non-bedah, untuk mengeksklusi abnormalitas lain, dan untuk memeriksa luasnya kerusakan tendon. Secara umum, pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah X-ray, CT-scan, MRI, dan USG.(1,3,4) 1. X-RayPemeriksaan X-ray biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengeksklusi abnormalitas lain. Gambaran yang dapat ditemukan dari pemeriksaan X-ray pada tennis elbow adalah deposisi kalsium (kalsifikasi) pada daerah yang berdekatan dengan epikondilus lateral.

2. USGSensitivitas USG untuk mendiagnosis tennis elbow adalah 72-88%, sedangkan spesifisitasnya adalah 36-62,5%, namun ada juga penelitian yang melaporkan bahwa spesifisitasnya mencapai 67-100%, terutama untuk pasien-pasien yang simptomatik. Dari pemeriksaan USG, diagnosis tennis elbow dapat ditegakkan apabila pada tendon extensor communis ditemukan salah satu gambaran berikut ini: Robekan linear intrasubtansi Penebalan tendon Kalsifikasi intratendinosus Iregularitas tulang pada yang berdekatan Fokal hipoekoik regional Enthesophytes pada insersi tendon Cairan peritendinosus

Gambar 12. Foto posisi elbow dan transducer pada evaluasi US.

Gambar 13. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda panah menunjukkan fokus hipoekoik linear yang sesuai dengan robekan intrasubstansi.

Gambar 14. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda panah yang atas menunjukkan tendon yang mengalami kalsifikasi, sedangkan tanda panah yang bawah menunjukkan iregularitas tulang yang dekat dengan tendon extensor communis.

Gambar 15. USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien tennis elbow, tanda bintang menunjukkan tendon yang terlepas dari tulang yang disertai dengan cairan peritendinosus, sedangkan tanda panah menunjukkan enterofit pada tulang.

3. MRI Posisi pasien dan pemelihan sekuensi yang tepat merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis tennis elbow dengan menggunakan MRI. Apabila digunakan dengan tepat, maka MRI memiliki sensitivitas sekitar 90-100% dalam mendiagnosis tennis elbow. Pasien yang akan menjalani pemeriksaan MRI sebaiknya berbaring dengan tangan terabduksi, elbow di-extensi, dan pergelangan tangan di-supinasi. Abnormalitas tendon dan ligamen sebaiknya diperiksa dengan menggunakan densitas proton weighted dan T2-weighted fast SE image (dengan atau tanpa saturasi lemak). Dengan pemeriksaan MRI, kita dapat melihat penebalan serta robekan fokal pada tendon.

Gambar 16. MRI tennis elbow. (a) tanda panah menunjukkan robekan full-thickness dan retraksi ECRB yang disertai dengan edema. (b) tanda panah menunjukkan cairan peritendinosus pada origo ECRB.

DIAGNOSIS BANDINGAdapun diagnosis banding tennis elbow adalah: (1,6)1. Sindrom radial tunnelPenyakit ini ditandai oleh adanya nyeri dan kelemahan pada sisi lateral siku setelah pasien melakukan aktivitas berupa extensi siku atau rotasi lengan bawah secara berlebihan. Gejalanya sangat mirip dengan epikondilitis lateral, hanya saja area nyeri pada sindrom radial tunnel adalah sekitar empat jari ke arah distal epikondilus lateral. Untuk benar-benar menyingkirkan diagnosis, kita dapat melakukan pemeriksaan elektromiografi.

2. Bursitis olekranonPada bursitis olekranon, biasanya gejala diawali oleh adanya riwayat trauma, perdarahan, sepsis atau riwayat rematik. Pada pemeriksaan fisis, kita dapat menemukan adanya efusi sendi siku dan eritema pada kulit siku, pada epikondilitis lateral kita tidak akan menemukan adanya tanda-tanda eritema. Pada bursitis olekranon, nyeri dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada olekranon sedangkan pada epikondilitis lateral, nyeri timbul saat dilakukan penekanan pada epikondilus lateral.

3. Epikondilitis medial (golfer elbow)Pasien epikondilitis medial biasanya memiliki riwayat aktivitas sering melakukan gerakan flexi seperti bermain golf. Nyeri siku yang timbul pada epikondilitis medial dipresipitasi oleh gerakan flexi dan supinasi, berbeda dengan tennis elbow yang justru dipicu oleh gerakan extensi dan pronasi.

4. Penyakit-penyakit intra-artikuler seperti artritis, dan osteokondritis dissecan pada capitelum.Penyakit-penyakit artikuler biasanya ditandai oleh gejala kontraktur flexi (pasien sulit melakukan extensi baik secara aktif maupun pasif) dan nyeri sering kali timbul di akhir gerakan extensi. Berbeda dengan epikondilitis lateral, di mana tidak ada keterbatasan gerakan flexi.

PENATALAKSANAANTerapi Fase AkutUntuk tennis elbow fase akut, maka kita harus memberlakukan regimen R.I.C.E seperti halnya cedera jaringan lunak lainnya. (1,3,5,6,7)Hal tersebut melibatkan prosedur: Rest (istirahat) Ice (es) Compression (kompres) Elevation (elevasi)

Gambar 17. Prosedur RICE untuk epikondilitis lateral.

Bila terapi tersebut tidak berhasil, maka kita dapat melanjutkannya dengan:Terapi KonservatifTerapi konservatif yang dapat diberikan pada pasien tennis elbow antara lain:1. NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory drugs)NSAID dapat digunakan sebagai analgesia untuk pasien tennis elbow. Ada banyak pilihan NSAID yang dapat digunakan yakni diclofenac, naproxen, ibuprofen, dan inhibitor siklooksigenase. Obat-obatan tersebut dapat digunakan secara topikal maupun sistemik. Meskipun memiliki banyak golongan, namun secara umum, profil khasiat NSAID hampir sama.(5)NSAID dapat menghambat inflamasi dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Meskipun tennis elbow bukanlah suatu proses inflamasi, namun berbagai penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan NSAID dapat mengurangi gejala tennis elbow. Namun penggunaan NSAID dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena adanya efek samping pada traktus gastrointestinal dan ginjal.(6)2. KortikosteroidJenis kortikosteroid yang digunakan untuk terapi tennis elbow sebaiknya yang memiliki efek anti-inflamasi yang kuat seperti triamcinolone dan betamethasone. Dan pemberiannya harus dilakukan secara intra-artrikuler untuk mengurangi efek sistemik.(6)

Gambar 18. Injeksi kortikosteroid pada epikondilus lateral.

Triamcinolone dan betametahsone dapat menurunkan inflamasi dengan cara menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler. Banyak dokter yang lebih suka menggunakan betamethasone karena agen ini tidak mengalami kristalisasi ketika dicampurkan dengan sediaan anestetik yang bebas paraben. (6)Terapi ini terkadang juga dikombinasikan dengan anestetik lokal; salah satu kombinasi yang sering digunakan adalah 0,5 cc Xylocaine 2% dan 0,5 cc methylprednisolone.

3. VasodilatorVasodilator dapat diberikan pada pasien tennis elbow karena agen ini dapat menstimulasi sintesis kolagen dan membantu proses penyembuhan. Selain itu vasodilator dapat mengurangi gejala nyeri. Vasodilator yang dianjurkan adalah nitrogliserin transdermal. Obat ini dapat menyebabkan relaksasi otot pembuluh darah dengan cara menstimulasi produksi guanosine monofosfat intraseluler. (6,7)

4. BotulinumBotulinum telah terbukti dapat menurunkan gejala nyeri dengan cara memblokade pelepasan asetilkolin, sehingga menimbulkan denervasi kimiawi pada sistem saraf simpatetik dan perifer. Namun penggunaan botulinum harus dilakukan secara hati-hati karena efek sampingnya dapat menimbulkan kelumpuhan pada otot-otot pernapasan. (6)

5. Terapi FisikBanyak ahli yang menyarankan terapi fisik untuk pasien-pasien tennis elbow dengan cara memberikan stressing pada insersi ECRB melalui latihan gerakan eksentrik dan konsentrik. Diharapkan dengan terapi ini maka akan terbentuk jaringan kolagen yang padat pada area insersi ECRB, sehingga rasa nyeri akan tereliminasi. (7)

Gambar 19. Latihan flexi elbow 90 (kontraksi konsentrik pada otot-otot extensor pergelangan tangan).

Gambar 20. Latihan extensi elbow 180 (kontraksi eksentrik pada otot-otot pergelangan tangan).

Terapi fisik seperti ini murah dan cukup efektif dalam mengatasi gejala tennis elbow. Namun sebelum melakukan gerakan-gerakan seperti itu, kita harus memberikan memberikan konseling pada pasien mengenai adanya efek eksarsebasi nyeri ketika sedang melakukan latihan. 6. Penggunaan Ortosis atau Bebat Counterforce (Counterforce bracing)Penggunaan bebat counterforce dilakukan untuk mengurangi gaya tension (tegangan) pada tendon extensor pergelangan tangan, dan ortotik jenis ini lebih unggul dalam mengatasi tennis elbow jika dibandingkan dengan bebat biasa. Bebat ini harus diletakan kira-kira 10 cm di arah distal sendi elbow. Penggunaan bebat counterforce selama tiga minggu pada epikondilitis lateral, dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kekuatan genggaman. Namun beberapa ahli menganggap bahwa terapi ini tidak memberikan manfaat sama sekali dalam mengatasi tennis elbow. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terapi ini masih kurang superior jika dibandingkan dengan terapi NSAID topikal dan injeksi kortikosteroid. (6,7)

Gambar 21. Counterforce bracing.

Terapi PembedahanJika semua terapi konservatif gagal dalam mengatasi tennis elbow, maka kita harus melakukan pemeriksaan radiologis guna menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan lain yang menyertai tennis elbow dan mempertimbangkan terapi pembedahan.(3)Ada dua jenis pembedahan untuk mengatasi tennis elbow, yakni operasi terbuka dan operasi dengan bantuan arthroskopi. Operasi TerbukaOperasi terbuka merupakan jenis pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengatasi tennis elbow. Ada beberapa teknik operasi terbuka yang dapat dilakukan untuk mengatasi tennis elbow yakni: - teknik ablasi origo extensor communis,- teknik melepaskan aponeurosis extensor dari epikondilus lateral (Hohmann), - reseksi ligamentum orbikularis (Bosworth),- denervasi sendi radiohumeral (Kaplan)- prosedur Nirschl

Prosedur Nirschl Prosedur Nirschl yang dimodifikasi merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan. Teknik ini memang tidak bisa mengeksplorasi sendi radiohumeral, namun perdarahan pada teknik ini lebih minimal, prosedurnya lebih singkat, dan biayanya lebih murah.(3)

Gambar 22. Foto intraoperatif prosedur Nirschl. Tanda panah menunjukkan adanya robekan pada origo ECRB. Diskolorisasi abu-abu keputihan pada tendon mengindikasikan adanya degenerasi.

Prinsip utama prosedur Nirschl adalah memperpanjang origo muskulofascial pada pergelangan tangan dan extensor jari tangan. Prosedur ini diawali dengan memisahkan extensor digitorum brevis dan extensor carpi radialis untuk memudahkan akses ke ECRB. Bagian ECRB yang mengalami degenerasi dan sisi extensor digitorum brevis yang ada di dekatnya dieksisi. ECRB yang telah dipotong tidak perlu disambung kembali karena struktur ini didukung oleh perlekatan fascia yang ada di dekatnya sehingga bisa mencegah retraksi distal. Lalu kita membuat lubang di epikondilus, dan semua traksi spur disingkirkan. Kemudian extensor carpi radialis longus dan extensor digitorum communis diperbaiki, setelah itu luka ditutup.(3)

RehabilitasiSetelah menjalani pembedahan, terutama operasi terbuka, tangan yang dioperasi harus diimobilisasi dengan menggunakan bebat. Setelah 1 minggu, bebat dan jahitan dapat dilepaskan. Jika bebat telah dilepaskan, maka kita harus segera memulai latihan fisik dengan melakukan gerakan peregangan siku dan mengembalikan flexibilitas siku. Latihan penguatan siku dapat dimulai dalam 2 bulan setelah pembedahan. Sedangkan untuk latihan atletik yang jauh lebih berat, biasanya akan dimulai dalam 4 hingga 6,minggu setelah operasi.(8)

Alur Penatalaksanaan Tennis Elbow

Gambar 22. Alur penatalaksanaan tennis elbow menurut American Family Physician. American Family Physician (AFP) merekomendasikan suatu alur penatalaksanaan untuk mengatasi tennis elbow. Bila anamnesis dan pemeriksaan fisis sudah konsisten dengan diagnosis epikondilitis lateral, maka pendekatan terapi yang pertama kali dianjurkan adalah pengendalian inflamasi dengan memberikan NSAID topikal atau oral, modifikasi gaya hidup, koreksi biomekanik dan implementasi latihan fisik. Untuk melakukan hal tersebut, kita dapat mempertimbangkan penggunaan bebat counterforce.Jika gejala tennis elbow tidak mengalami perbaikan, maka kita dapat melanjutkan terapi fisik yang lebih lanjut dan mempertimbangkan injeksi kortikosteroid selama latihan fisik berlangsung. Selama latihan fisik ini, kita juga dapat menggunakan strategi terapi kontemporer berupa penggunaan nitrogliserin topikal dan akupuntur. Apabila gejala tennis elbow masih tetap bertahan, maka kita harus segera merujuk pasien ke dokter ahli bedah ortopedi untuk mendapat penanganan yang lebih lanjut. (6,7)

KOMPLIKASIKomplikasi pada penyakit ini berkaitan erat dengan terapinya, baik itu terapi konservatif maupun terapi pembedahan. Penggunaan obat-obatan NSAID dan kortikosteroid dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan hati, ginjal, dan traktus gastrointestinal. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan antara lain infeksi, penurunan ROM, serta kekakuan.(1,4)

PROGNOSISAngka kesembuhan pasien dari penyakit ini cukup tinggi, sekitar 95%, meskipun tanpa terapi pembedahan. Meskipun begitu, epikondilitis lateral memiliki potensi menjadi masalah kronik terutama jika tidak tertangani dengan baik. Untuk menurunkan resiko kronik, maka pasien dianjurkan menjalani modifikasi aktivitas dan koreksi biomekanik. (8,9)

BAB IVKESIMPULAN

Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul sebagai akibat dari extensi pergelangan tangan yang berlebihan. Insidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3% dari populasi umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50% pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis yang terkena penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis elbow. Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama banyaknya dengan usia rata-rata penderitanya adalah 42 tahun. Manifestasi klinis nyeri di daerah lateral elbow, yang menjalar ke regio extensor, timbulnya nyeri sulit diketahui, namun hal itu berhubungan erat dengan riwayat penggunaan tangan secara berlebihan (pada tangan dominan) tanpa adanya trauma spesifik. Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan semakin memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik setelah pasien beristirahat. Pengobatan pada Tennis elbow pada fase akut dapat diterapkan dengan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) seperti halnya cedera jaringan lunak lainnya. Bila tindakan tersebut tidak juga dapat mengurangi gejala, makan dapat dilakukan terapi konservatif ataupun dapat dilakukan terapi pembedahan bila diperlukan. Komplikasi pada penyakit ini berkaitan erat dengan terapinya, baik itu terapi konservatif maupun terapi pembedahan. Angka kesembuhan pasien dari penyakit ini cukup tinggi, sekitar 95%, meskipun tanpa terapi pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Walrod BJ. Lateral epicondylitis. Medscape. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/96969-overview. Accesed on 2012 July 29.2. Snell Richard S., Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. EGC:2010.3. Surgeons AAOS. Tennis Elbow (Lateral Epicondylitis). OrthoInfo. Available at: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00068 . Accessed on 2009 July 31.4. Tegner WS. Tennis Elbow. London: The London Hospital; 1959.5. Geoffroy P, Yaffe MJ, Rohan I. Diagnosis and treating lateral epicondylitis. Canadian Family Physician. 1994 January; 46.6. Walz DM, Newman JS, Konin GP, Ross G. Epicondylitis: Patho-genesis, Imaging, and Treatment. RSNA. 2010 February; 30(1): p. 167-184.7. Suharto. Fisioterapi pada Tennis Elbow tipe II. CDK. 2000; 129.8. Connell D, Burke F, Coombes P, McNealy S, Freeman D, Pryde D, et al. Tennis injuries: occurrence, aetiology, and prevention. AJR. 2001 September; 40(5).9. Pluim BM, Staal JB, Windler GE, Jayanthi N. Tennis injuries: occurrence, aetiology, and prevention. Brit J Sports Med. 2006 January; 40: p. 415-423.32