27
BAB I PENDAHULUAN Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah. Darah biasanya mengandung sekitar 150.000-350.000 trombosit/mL. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL 1 Penyakit hati kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah sampai pada keadaan irreversibel.Penyakit hati kronik adalah suatu penyakit nekroinflamasi hati yang berlanjut dan tanpa perbaikan paling sedikit selama 6 bulan. Penyakit hati kronik dapat asimtomatik atau disertai gejala-gejala seperti mudah lelah, malaise dan nafsu makan berkurang. Serum aminotransferase dapat meningkat secara sementara atau menetap. Ikterus sering tidak ditemukan, kecuali pada kasus - kasus stadium lanjut. Keadaan ini dapat disertai splenomegali, limfadenopati, berkurangnya berat badan, dan demam. 2 Fibrosis hati adalah suatu respon penyembuhan luka yang ditutupi oleh matriks ekstraselluler atau parut. Fibrosis hati merupakan keadaan lanjutan dari hepatitis kronis yang berlanjut menjadi sirosis. Fibrosis hati juga sebagai akibat dari kerusakan hati kronik oleh karena beberapa penyebab termasuk hepatitis B dan C, minum alkohol yang berlebihan, 1

REFERAT TROMBOSITOPENIA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REFERAT TROMBOSITOPENIA

BAB I

PENDAHULUAN

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari

pembekuan darah. Darah biasanya mengandung sekitar 150.000-350.000 trombosit/mL. Jika

jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun

biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL1

Penyakit hati kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak

diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru

terdeteksi ketika fibrosis telah sampai pada keadaan irreversibel.Penyakit hati kronik adalah

suatu penyakit nekroinflamasi hati yang berlanjut dan tanpa perbaikan paling sedikit selama 6

bulan. Penyakit hati kronik dapat asimtomatik atau disertai gejala-gejala seperti mudah lelah,

malaise dan nafsu makan berkurang. Serum aminotransferase dapat meningkat secara

sementara atau menetap. Ikterus sering tidak ditemukan, kecuali pada kasus - kasus stadium

lanjut. Keadaan ini dapat disertai splenomegali, limfadenopati, berkurangnya berat badan,

dan demam. 2

Fibrosis hati adalah suatu respon penyembuhan luka yang ditutupi oleh matriks

ekstraselluler atau parut. Fibrosis hati merupakan keadaan lanjutan dari hepatitis kronis yang

berlanjut menjadi sirosis. Fibrosis hati juga sebagai akibat dari kerusakan hati kronik oleh

karena beberapa penyebab termasuk hepatitis B dan C, minum alkohol yang berlebihan,

steatohepatitis-non alkoholik (NASH) dan kelebihan besi. Kerusakan hati menyebabkan sel

stellata hati menjadi hiperaktif dan memicu peningkatan sintesis matriks ektrasellular.

Hepatitis kronik B dan C sering menyebabkan terjadinya fibrosis hati. Dengan

meningkatnya pengetahuan terhadap mekanisme terjadinya fibrosis hati bersama-sama

dengan strategi pengobatan yang efektif, maka membuka peluang untuk upaya mengevaluasi

progresivitas dari fibrogenesis penyakit hati kronik.

Kerusakan hati akan mempengaruhi pembentukan trombopoeitin, suatu hormon

glikoprotein yang dihasilkan oleh hepatosit, sedikit pada ginjal, paru, sum-sum tulang dan

otak yang bekerja sebagai pengatur utama produksi trombosit dengan cara menstimulasi

megakariopoesis dan maturasi trombosit sehingga akan menyebabkan terganggunya

keseimbangan antara destruksi dan produksi trombosit yang mengakibatkan trombositopenia.

Pada penyakit hati kronik terjadi kerusakan sel, sel yang mengalami cedera, akan diikuti

dengan pengeluaran enzim aminotransferase memasuki aliran darah yang dalam keadaan

normal berada di intrasel. AST akan dibebaskan dalam jumlah yang lebih besar pada

1

Page 2: REFERAT TROMBOSITOPENIA

gangguan hati kronis yang disertai kerusakan progresif. Hal ini terjadi karena pada gangguan

yang kronis, proses kerusakan dan kehancuran sel hati yang pada awalnya akan

meningkatkan kadar Alanin aminotransferase (ALT) serum, namun kemudian AST akan

dilepaskan ke dalam sirkulasi dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari ALT oleh karena

banyaknya sel hati yang hancur, dimana 80 % konsentrasi AST hepatosit berada di dalam

mitokondria.

Pada refarat ini kita akan membahas tentang mekanisme trombositopenia pada

penyakit hati kronik mulai dari definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,

dan mekanismenya.

2

Page 3: REFERAT TROMBOSITOPENIA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trombositopenia

2.1.1 Fisiologi Trombosit1,2,3

A. Trombopoiesis

Trombosit adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4 mm yang

berasal dari megakariosit. Hitung trombosit normal di dalam darah tepi adalah

150.000-400.000/µL dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam

sumsum tulang. Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang (stem sel) yang

berdiferensiasi menjadi megakariosit. Megakariosit ini melakukan replikasi inti

endomitotiknya kemudian volume sitoplasma membesar seiring dengan

penambahan lobus inti menjadi kelipatannya. Kemudian sitoplasma menjadi

granular dan trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet/keping-keping. Enzim

pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin yang dihasilkan di hati

dan ginjal, dengan reseptor C-MPL serta suatu reseptor lain, yaitu interleukin-11.

Trombosit berperan penting dalam hemostasis, penghentian perdarahan dari

cedera pembuluh darah.

B. Struktur Trombosit 2,4

Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang berisi organel-

organel sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor glikoprotein yang

digunakan untuk reaksi adhesi & agregasi yang mengawali pembentukan sumbat

hemostasis. Membran plasma dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami invaginasi

membentuk sistem kanalikuler. Membran plasma ini memberikan permukaan

reaktif luas sehingga protein koagulasi dapat diabsorpsi secara selektif. Area

submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem skeleton, yaitu protein

kontraktil yang bersifat lentur dan berubah bentuk. Sitoplasma mengandung

beberapa granula, yaitu: granula densa, granulaa, lisosom yang berperan selama

reaksi pelepasan yang kemudian isi granula disekresikan melalui sistem

kanalikuler. Energi yang diperoleh trombosit untuk kelangsungan hidupnya

berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam mitokondria) dan glikolisis anaerob.

3

Page 4: REFERAT TROMBOSITOPENIA

C. Fungsi Trombosit3,4

Fungsi trombosit adalah :

Mencegah kebocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil dengan cara

adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi (hemostasis).

Sitotoksis sebagai sel efektor penyembuhan jaringan.

Berperan dalam respon inflamasi.

Cara kerja trombosit dalam hemostasis dapat dijelaskan sebagai berikut,

adanya pembuluh darah yang mengalami trauma maka akan menyebabkan sel

endotelnya rusak dan terpaparnya jaringan ikat kolagen (subendotel). Secara

alamiah, pembuluh darah yang mengalami trauma akan mengerut (vasokontriksi).

Kemudian trombosit melekat pada jaringan ikat subendotel yang terbuka atas

peranan faktor von Willebrand dan reseptor glikoprotein Ib/IX (proses adhesi).

Setelah itu terjadilah pelepasan isi granula trombosit mencakup ADP, serotonin,

tromboksan A2, heparin, fibrinogen, lisosom (degranulasi). Trombosit

membengkak dan melekat satu sama lain atas bantuan ADP dan tromboksan A2

(proses agregasi). Kemudian dilanjutkan pembentukan kompleks protein

pembekuan (prokoagulan). Sampai tahap ini terbentuklah hemostasis yang

permanen. Pada suatu saat bekuan ini akan dilisiskan jika jaringan yang rusak

telah mengalami perbaikan oleh jaringan yang baru.

Proses pembentukan trombosit terjadi di sumsum tulang yang dimulai dari

pluripotent stem cell yang berdiferensiasi menjadi colony forming granulocyte,

erythroid, monocyte, megakaryocyte (CFU-GEMM) dengan bantuan

thrombopoetin. CFU-GEMM berdiferensiasi lagi menjadi CFU-MEG yang

dipengaruhi oleh IL-3, IL-6, IL-11, GCFS, dan thrombopoetin. Kemudian CFU-

MEG berkembang menjadi megakarioblast dibantu oleh TPO, EPO, IL-3, IL-6,

dan IL-11. Selanjutnya megakarioblast berkembang menjadi megakariosit,

sitoplasma megakariosit terfragmentasi, dan terbentuklah trombosit. Sebuah sel

megakariosit mampu menghasilkan 4000 trombosit1.

Interval waktu dari diferensiasi stem sel sampai dihasilkan trombosit sekitar

7-10 hari dan dalam keadaan normal angka trombosit menunjukkan 150.000-

400.000/μL. Volume trombosit berkurang saat matang dalam sirkulasi karena

trombosit muda dapat memakan waktu 24-36 jam dalam limfa setelah dibebaskan

dari sumsum tulang dan sampai sepertiga pengeluaran trombosit sumsum tulang

dapat dijerat pada satu waktu dalam limfa normal2.

4

Page 5: REFERAT TROMBOSITOPENIA

Struktur trombosit:

Bulat kecil/ cakram oval, bikonveks, diameter 2-4µm, tidak berinti

Bagian Granulomer/ chromatomer : di bagian tengah, lebih tebal, membias

sinar lebih kuat, terdapat granula alfa (protein pembekuan darah), delta (ion Ca

2+, ADP, ATP), dan lambda (enzim lisosom), mitokondria, dan glikogen.

Bagian Hialomer : di bagian tepi, lebih tipis, homogen (biru pucat), terdapat

filament untuk mempertahankan bentuk trombosit, proses retraksi bekuan darah

dan pembentukan pseudopodia.

Mengandung aktin & myosin yang menyebabkan kontraksi sehingga dapat

membuat sumbatan bila terjadi perdarahan

Granula dalam trombosit banyak berisi serotonin, epinefrin, ADP, kalsium,

kalium dan faktor-faktor untuk penjendalan darah3.

2.1.2 Definisi Trombositopenia

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari

pembekuan darah. Darah biasanya mengandung sekitar 150.000-350.000 trombosit/mL.

Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun

biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL1.

2.1.3. Etiologi Trombositopenia3,4,5

Penyebab terjadinya trombositopenia adalah sebagai berikut:

a. Jumlah trombosit yang rendah ini dapat merupakan akibat berkurangnya

produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit. Namun, umumnya tidak ada

manifestasi klinis hingga jumlahnya kurang dari 100.000 / mm3 dan lebih lanjut

dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain yang mendasariatau yang menyertai, seperti

leukimia atau penyakit hati. Jika jumlahtrombosit dalam darah perifer turun sampai

dibawah batas tertentu, penderita mulai mengalami perdarahan spontan, yang

berarti bahwatrauma akibat gerakan normal dapat mengakibatkan perdarahan yang

luas.

b. Keadaan trombositopenia dengan produksi trombosit normal

biasanyadisebabkan oleh penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan. Segala

kondisi yang menyebabkan splenomegali (lien yang jelas membesar) dapatdisertai

trombositopenia, meliputi keadaan seperti sirosis hati, limfoma,dan penyakit-

penyakit mieloproliferatif. Lien secara normal menyimpansepertiga trombosit yang

dihasilkan tetapi dengan splenomegali, sumber ini dapat meningkat hingga 80%,

dan mengurangi sumber yang tersedia.

5

Page 6: REFERAT TROMBOSITOPENIA

c. Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi antibodi yang diinduksi oleh

obat, seperti yang ditemukan pada qunidin atau oleh autoantibodi (antibodi yang

bekerja melawan jaringannya sendiri). Antibodi-antibodi ini dapat ditemukan pada

penyakit-penyakit seperti lupus eritematosus, leukimia limfositis kronis, limfoma

tertentu, dan purpura trombositopenik idiopatik (ITP). ITP, terutama ditemukan

pada perempuan muda, bermanifestasi sebagai trombositopenia yangmengancam

jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari100.000 / mm3. Mekanisme

trombositopenia pada ITP adalahditemukannya antibodi IgG pada membran

trombosit, sehinggamenyebabkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatnya

pembuangan dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag.

d. Trombositopenia dapat timbul akibat perusakan atau penekanan pada sumsum

tulang, (misalnya, karena keganasan atau beberapa macam obat) yang berakibat

kegagalan pembentukan trombosit.

e. Trombositopenia juga bisa disebabkan oleh kemoterapeutik yang bersifat toksik

terhadap sumsum tulang, sehingga produksi trombosit mengalami penurunan2.

Penyebab lain trombositopenia:

1. Sumsum tulang menghasilkan sedikit trombosit

Leukemia

Anemia aplastik

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

Pemakaian alkohol yang berlebihan

Anemia megaloblastik

Kelainan sumsum tulang

2. Trombosit terperangkap di dalam limpa yang membesar

Sirosis disertai splenomegali kongestif

Mielofibrosis

Penyakit Gaucher

3. Trombosit menjadi terlarut

Penggantian darah yang masif atau transfusi ganti (karena platelet tidak dapat

bertahan di dalam darah yang ditransfusikan)

Pembedahan bypass kardiopulmoner

4. Meningkatnya penggunaan atau penghancuran trombosit

Purpura trombositopenik idiopatik (ITP)

6

Page 7: REFERAT TROMBOSITOPENIA

Infeksi HIV

Purpura setelah transfusi darah

Obat-obatan, misalnya heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang

mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas, rifampin

Leukemia kronik pada bayi baru lahir

Limfoma

Lupus eritematosus sistemik

Keadaan-keadaan yang melibatkan pembekuan dalam pembuluh darah,

misalnya komplikasi kebidanan, kanker, keracunan darah (septikemia) akibat bakteri

gram negatif, kerusakan otak traumatik

Purpura trombositopenik trombotik

Sindroma hemolitik-uremik

Sindroma gawat pernafasan dewasa

Infeksi berat disertai septikemia1.

2.1.4 Gejala Trombositopenia

Perdarahan kulit bisa merupakan pertanda awal dari jumlah trombosit yang kurang.

Bintik-bintik keunguan seringkali muncul di tungkai bawah dan cedera ringan bisa

menyebabkan memar yang menyebar. Bisa terjadi perdarahan gusi dan darah juga bisa

ditemukan pada tinja atau air kemih3.

Pada penderita wanita, darah menstruasinya sangat banyak. Perdarahan mungkin

sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa berakibat fatal. Jika jumlah

trombosit semakin menurun, maka perdarahan akan semakin memburuk1.

Jumlah trombosit kurang dari 5.000-10.000/mL bisa menyebabkan hilangnya

sejumlah besar darah melalui saluran pencernaan atau terjadi perdarahan otak (meskipun

otaknya sendiri tidak mengalami cedera) yang bisa berakibat fatal3.

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan darah yang

menunjukkan jumlah trombosit dibawah normal. Pemeriksaan darah dengan mikroskop

atau pengukuran jumlah dan volume trombosit dengan alat penghitung elektronik bisa

menentukan beratnya penyakit dan penyebabnya. Aspirasi sumsum tulang yang kemudian

diperiksa dengan mikroskop, bisa memberikan informasi mengenai pembuatan trombosit4.

2.1.6 Penatalaksanaan

7

Page 8: REFERAT TROMBOSITOPENIA

Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka menghentikan pemakaian obat

tersebut biasanya bisa memperbaiki keadaan. Jika jumlah trombositnya sangat sedikit

penderita seringkali dianjutkan untuk menjalani tirah baring guna menghindari cedera.

Jika terjadi perdarahan yang berat, bisa diberikan transfusi trombosit4.

2.2 Hubungan Trombositopenia dengan Penyakit Hati KronIk 2,4,5

Penyakit hati kronik adalah suatu penyakit nekroinflamasi hati yang berlanjut dan tanpa

perbaikan paling sedikit selama 6 bulan. Penyakit hati kronik dapat asimtomatik atau disertai

gejala-gejala seperti mudah lelah, malaise dan nafsu makan berkurang. Serum

aminotransferase dapat meningkat secara sementara atau menetap. Ikterus sering tidak

ditemukan, kecuali pada kasus - kasus stadium lanjut. Keadaan ini dapat disertai

splenomegali, limfadenopati, berkurangnya berat badan, dan demam.

Fibrosis hati adalah suatu respon penyembuhan luka yang ditutupi oleh matriks

ekstraselluler atau parut. Fibrosis hati merupakan keadaan lanjutan dari hepatitis kronis yang

berlanjut menjadi sirosis. Fibrosis hati juga sebagai akibat dari kerusakan hati kronik oleh

karena beberapa penyebab termasuk hepatitis B dan C, minum alkohol yang berlebihan,

steatohepatitis-non alkoholik (NASH) dan kelebihan besi. Kerusakan hati menyebabkan sel-

sel hati menjadi hiperaktif dan memicu peningkatan sintesis matriks ektrasellular.

Hepatitis kronik B dan C sering menyebabkan terjadinya fibrosis hati. Dengan

meningkatnya pengetahuan terhadap mekanisme terjadinya fibrosis hati bersama-sama

dengan strategi pengobatan yang efektif, maka membuka peluang untuk upaya mengevaluasi

progresivitas dari fibrogenesis penyakit hati kronik.

Pada penyakit hati kronik terjadi kerusakan sel, sel yang mengalami cedera, akan diikuti

dengan pengeluaran enzim aminotransferase memasuki aliran darah yang dalam keadaan

normal berada di intrasel. AST akan dibebaskan dalam jumlah yang lebih besar pada

gangguan hati kronis yang disertai kerusakan progresif. Hal ini terjadi karena pada gangguan

yang kronis, proses kerusakan dan kehancuran sel hati yang pada awalnya akan

meningkatkan kadar Alanin aminotransferase (ALT) serum, namun kemudian AST akan

dilepaskan ke dalam sirkulasi dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari ALT oleh karena

banyaknya sel hati yang hancur, dimana 80 % konsentrasi AST hepatosit berada di dalam

mitokondria.

Kerusakan hati akan mempengaruhi pembentukan trombopoeitin, suatu hormon

glikoprotein yang dihasilkan oleh hepatosit, sedikit pada ginjal, paru, sum-sum tulang dan

otak, bekerja sebagai pengatur utama produksi trombosit dengan cara menstimulasi

8

Page 9: REFERAT TROMBOSITOPENIA

megakariopoesis dan maturasi trombosit sehingga akan menyebabkan terganggunya

keseimbangan antara destruksi dan produksi trombosit yang mengakibatkan trombositopenia,

disamping juga penurunan jumlah trombosit akibat splenomegali dan penekanan sum-sum

tulang oleh karena infeksi virus Hepatitis C.

2.2.1 Trombositopenia pada penyakit Hepatitis

Trombositopenia adalah kondisi dimana trombosit berada pada level yang rendah

( <100.000 mm3). Penyebabnya terbagi atas penyakit autoimun, infeksi, efek samping

obat, kanker, dan defisiensi zat. Virus Hepatitis C (VHC) adalah salah satu penyebab

penyakit hati kronik terbesar di dunia. Beberapa penelitian menghubungkan antara

infeksi VHC dengan kejadian trombositopenia. Hal ini disebabkan karena hepar atau

hati adalah salah satu sumber trombopoetin yang berfungsi untuk merangsang produksi

sel darah di sumsum tulang. Fibrosis hepar, sirosis, atau kerusakan hati lainnya dapat

mengurangi produksi trombopoetin ini dan berujung pada gangguan pembentukan sel

darah. Selain itu, penyakit hati kronik dapat meningkatkan platelet turn-over atau

penghancuran platelet berkaitan dengan hipersplenisme atau pembesaran dari limpa

sebagai tempat penghancuran sel darah. Patofisiologi trombositopenia di dalam infeksi

Hepatitis C memang sangat kompleks.

Namun perlu diwaspadai bahwa trombositopenia pada hepatitis C berjalan

seiringan dengan keganasan penyakit, kejadian sirosis hati, dan fibrosis hati. Penelitian

membuktikan bahwa prevalensi trombositopenia meningkat sebanyak 9 kali pada mereka

dengan penyakit hati kronik. Penelitian yang berjudul Implications from a Survey of a

Community with Hyperendemic HCV Infection  dan dipublikasikan oleh Clinical

Infectious Diseasestahun 2004 menyebutkan bahwa orang yang berusia > 65 tahun dan

memiliki penyakit hari kronik berpotensi 4 kali lipat untuk mengalami trombositopenia

dibandingkan mereka yang berusia lebih muda. 

Trombositopenia merupakan suatu gangguan hematologi yang paling sering terjadi

pada pasien-pasien dengan penyakit hati kronik. Mekanisme patogenesis yang

menyebabkan gangguan ini masih belum sempurna diketahui. Berdasarkan beberapa

literatur, hal ini dihubungkan dengan sekuestrasi dan penghancuran trombosit dalam

limpa yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang mengompensasi peningkatan

produksi trombosit. Hipersplenisme terjadi pada pasien-pasien penyakit hati lanjut

dengan suatu gambaran yang bervariasi dan merupakan komplikasi yang umum dari

hipertensi portal. Pembelokan aliran darah portal ke limpa menyebabkan suatu keadaan

9

Page 10: REFERAT TROMBOSITOPENIA

Hepatitis Virus C

Hepatitis Akut

RNA-HCV 2-7 hari

Sembuh/ResolusiRNA-HCV (-)

IgM anti HCV (-)ALT Normal

Carier Hep CRNA-HCV (+)

IgM anti HCV (-)ALT Normal

Hep C KronisRNA-HCV (+)

IgM anti HCV (+)ALT Meninggi

20-30% 20-30%60-80%

Sirosis / Hepatoma Sirosis

Hepatoma

20%

Anti HCV 6-12 bln

perpindahan yang berlebihan (hyper-inflow) yang kemudian dapat menyebabkan

peningkatan konsentrasi trombosit limpa .

Gambar. 2.1 Mekanisme perjalanan penyakit hepatitis C

Perpindahan trombosit dari sirkulasi perifer ke limpa tersebut dapat menyebabkan

trombositopenia meskipun masa hidup trombosit normal, total massa tubuh normal, dan

produksi trombosit tidak terganggu. Usaha untuk melakukan koreksi trombosit yang

rendah dengan pintasan portosistemik dan splenektomi belum memberikan hasil yang

baik. Demikian juga prosedur dekompresi portal telah gagal memperbaiki jumlah

trombosit secara konsisten dalam jangka waktu yang lama meskipun tekanan portal

10

Page 11: REFERAT TROMBOSITOPENIA

berkurang. Hipotesis lain menyebutkan, bahwa peningkatan trombosit yang dihubungkan

dengan immuno- globulin terjadi pada pasien - pasien dengan hepatitis kronik dan

kemungkinan mekanisme ini juga terlibat. Walaupun kadar trombosit dihubungkan

dengan immunoglobulin, hubungannya dengan trombositopenia belum begitu jelas

karena peningkatan kadar ini mungkin ditemukan pada pasien hepatitis kronik dengan

jumlah trombosit yang normal. Ada faktor lain di samping splenomegali dan destruksi

mediated immunologically yang mungkin berperan dalam patogenesis trombositopenia

pada penyakit hati kronik, faktor lain itu adalah trombopoietin (TPO). Pada hepatitis C

kronik terjadinya trombositopenia masih belum jelas, diduga karena terjadinya fibrosis

hati di daerah sentral. Prevalensi trombositopenia meningkat sembilan kali lebih tinggi

pada infeksi HCV kronik daripada penyakit hati kronik yang lain. Trombositopenia pada

penyakit hati kronik yang disebabkan oleh HCV, diduga terjadi karena gangguan fungsi

hati dan beratnya fibrosis sehingga mempengaruhi pembentukan trombopoietin yang

didominasi oleh sitokin yang mengontrol pembentukan megakariosit dan trombosit. Hal

ini mengidentifikasi trombositopenia pada HCV kronik sangat berhubungan dengan

aktifitas penyakit dan progresivitas jangka panjang.

Olariu dkk menyatakan bahwa hepatitis C kronik dihubungkan dengan

trombositopenia berdasarkan 3 proses patologis seperti yang diperlihatkan pada gambar

2.2 (Olariu, 2010). Sedangkan Nagamine dkk telah melaporkan pada hepatitis B kronik

bahwa trombositopenia berhubungan dengan PAIgG (Platelet-associated

immunoglobulin G).

11

Page 12: REFERAT TROMBOSITOPENIA

Gambar 2.2 Mekanisme trombositopenia pada hepatitis C kronik

AST merupakan prediktor terhadap penyakit hati ringan sampai berat.

Peningkatan AST berhubungan dengan kelainan hati yang meningkatkan pelepasannya

dari mitokondria dan penurunan klirens akibat fibrosis.

2.2.2 Trombositopenia pada fibrosis hati 5,6,7

Fibrosis disebabkan oleh penumpukan protein matriks ekstraseluler (MES) yang

berlebihan. Penumpukan protein matriks ekstraseluler yang berlebihan akan

menyebabkan gangguan arsitektur hati, terbentuk jaringan ikat yang diikuti regenerasi sel

hepatosit.6,7.

Penentuan derajat fibrosis mempunyai peranan penting dalam hepatologi karena pada

umumnya penyakit hati kronis berkembang menjadi fibrosis dan dapat berakhir menjadi

sirosis. Penentuan derajad fibrosis sangat diperlukan untuk memberikan pengobatan dini

dan benar, penting untuk prognosis, juga penentuan derajat fibrosis hati dapat

mengungkapkan riwayat alamiah penyakit dan faktor faktor resiko yang berkaitan dengan

progresifitas penyakit untuk dijadikan panduan variasi terapi antifibrotik. Fibrosis hepar

merupakan tanda histopatologis utama pada individu dengan penyakit hati kronis dan

sirosis hepatis. Derajad fibrosis ditentukan berdasarkan hasil biopsi hepar yang menjadi

gold standart terhadap penilaian dan penegakkan diagnosis penyakit hati kronis.8,9,10,

Biopsi hati merupakan salah satu baku emas dalam menegakkan diagnosis fibosis

hati. Dimana biopsi hati dapat menilai, mendeteksi dan memonitoring fibrosis hati.

12

Page 13: REFERAT TROMBOSITOPENIA

Karena begitu banyak hambatan-hambatan yang dialami dengan metode invasif ini,

banyak penelitian yang mencoba mendiagnosis derajat fibrosis dengan metode

noninvasif. Banyak studi yang kuat menunjukkan bahwa akibat keterbatasan dan risiko

dari biopsi, biomarker noninvasif telah memberikan kemajuan dalam diagnosis. Biopsi

hati tidak boleh lebih lama lagi dianggap sebagai lini pertama penilaian fibrosis pada

sebagian besar penyakit hati kronik.

Grading aktivitas penyakit hati dapat dievaluasi dari gejala klinis, serologi serum

aminotransferase dan histopatologi biopsi hati. Secara histologis, patolog dapat melihat :

inflamasi, kerusakan interlobular dan nekrosis. Dalam praktek sehari-hari, laporan yang

adekuat mencakup estimasi yang akurat berupa lesi minimal, mild, moderate atau severe.

Namun untuk perbandingan biopsi pre dan post-treatment dan untuk mengevaluasi trial

terapeutik, maka digunakan scoring systems. Berbagai jenis sistem skoring telah dipakai

untuk menilai staging fibrosis hati seperti skor METAVIR oleh Poynard dkk, Knodell

dkk, skor Ishak, dan analisis biopsi dengan morfometri komputer menggunakan

pewarnaan jaringan. Salah satu klasifikasi histologik untuk menilai aktivitas peradangan

yang terkenal adalah Histological Activity Index (HAI), yang ditemukan oleh Knodell

pada tahun 1981.

13

Page 14: REFERAT TROMBOSITOPENIA

Staging ini berguna dalam memperkirakan waktu progresifitas hepatitis. Dapat dilakukan

dengan melihat luasnya fibrosis dan perkembangan sirosis, oleh karena itu dibutuhkan

connective tissue stains.

Serum marker dapat digunakan untuk fibrosis hati. Serum marker untuk fibrosis hati

dibagi atas 2 kelompok yaitu petanda langsung dan tidak langsung.

A. Petanda tidak langsung

Studi studi sebelumnya telah mengevaluasi petanda non invasive untuk memprediksi

keberadaan fibrosis atau sirosis pada penderita hepatitis kronis, seperti :

1. Rasio AST/ALT ( indeks AAR: Rasio AST/ALT lebih besar dari 1 dengan kuat

menyarankan sirosis dengan sensitivitas 78% dan spesifisitas 97%

2. Skor PGA: Kombinasi pengukuran indeks protombin, GGT dan apolipoprotein A1

(PGA).

3. Fibrotest, pemeriksaan melibatkan alfa-2 makroglobulin, alfa2 globulin, gamma

globulin, apolipoprotein A1, gamma GT, dan bilirubin total.

4. Acti Test, pemeriksaan memodifikasi Fibrotest dengan menyertakan ALT

5. Skor Forns ( indeks Forns), berdasarkan 4 variabel umum dijumpai di kloinik

meliputi jumlah trombosit, umur, level kolesterol, dan GGT.

6. Rasio AST/trombosit (indeks APRI), model ini konsisten dan objektif pada

laboratorium rutin pasien pasien dengan hati kronis.

7. Fibroindex menggunakan variable trombosit, AST dan YGlobulin.

8. Kombinasi AST, INR, trombosit ( indeks GUCI)

B. Penanda langsung (direct marker)

Penanda langsung seperti : Collagen type IV, Hyaluronic acid, Procollagen III

peptide, Platelet. Skor APRI merupakan petanda fibrosis hati non invasive, pertama kali

dikemukakan oleh Wai dkk, dengan menggunakan variable AST dan jumlah trombosit.

Rumus untuk menghitung skor adalah

14

Page 15: REFERAT TROMBOSITOPENIA

2.2.3 Trombositopenia pada penyakit Sirosis Hepatitis 2,3,4

Trombosit merupakan komponen darah yang mempunyai fungsi homeostasis.

Jumlah trombosit yang ada dalam sirkulasi darah normalnya berada dalam

kesetimbangan antara destruksi, dan produksi dalam sumsum tulang. Trombositopenia

merupakan salah satu kelainan darah yang paling sering ditemukan pada sirosis hati.

Mekanisme terjadinya trombositopenia ini secara klasik diduga akibat adanya

pooling dan percepatan penghancuran trombosit akibat pembesaran dan kongesti limfa

yang patologis yang disebut hipersplenisme. Namun dari pengalaman klinis, banyak

pasien sirosis hati dengan splenomegali memiliki jumlah trombosit normal.

Sebaliknya banyak diantara mereka mengalami trombositopenia tanpa adanya

pembesaran limfa. Sehingga muncul dugaan bahwa ada mekanisme lain dalam

pathogenesis terjadinya trombositopenia pada sirosis hati.

Trombopoesis merupakan proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

sitokin dan trombopoetin. Trombopoetin merupakan hormon glikoprotein yang

dihasilkan oleh hepatosit, sedikit pada ginjal, limfa, paru, sumsum tulang dan otak.

Trombopoetin adalah pengatur utama produksi trombosit. Trombopoetin bekerja dengan

cara menstimulasi megakariopoesis dan maturasi trombosit. Kerusakan hati akan

mempengaruhi pembentukan trombopoetin sehingga mengakibatkan gangguan

keseimbangan antara destruksi dan produksi trombosit dengan akibat trombositipenia.

Hal ini dibuktikan oleh Goulis dkk yang melakukan penelitian pada 23 pasien

dewasa dengan sirosis hati yang menjalani transplantasi hati dibandingkan dengan 21

pasien normal. Setelah dilakukan transplantasi hati didapatkan peningkatan jumlah

trombopoetin dan jumlah trombosit yang bermakna dibandingkan saat sebelum

transplantasi. Rasio jumlah trombosit / diameter spleen. Rasio jumlah trombosit /

diameter spleen dianggap sesuai sebagai parameter splenomegali yang berimplikasi

terjadinya trombositopenia pada penderita sirosis hati, dimana ukuran diameter spleen

berbanding terbalik dengan jumlah trombosit.

TPO adalah suatu sitokin yang berperan sebagai regulator utama dalam proses

trombopoiesis, bekerja mestimulasi sumsum tulang sehingga terjadi proliferasi,

diferensiasi dan pematangan sel-sel progenitor megakariosit sampai terbentuk trombosit.

Sel hati merupakan penghasil utama TPO. Hati fetus manusia mengandung 95% mRNA

TPO, sedikit ditemui pada ginjal, limpa, paru, sumsum tulang dan otak. Pada SH terjadi

defek sintesis TPO yang disebabkan oleh sel-sel hepatosit telah berubah menjadi jaringan

fibrotik.

15

Page 16: REFERAT TROMBOSITOPENIA

BAB III

KESIMPULAN

Trombositopenia merupakan suatu gangguan hematologi yang paling sering terjadi

pada pasien-pasien dengan penyakit hati kronik. Mekanisme patogenesis yang

menyebabkan gangguan ini masih belum sempurna diketahui. Berdasarkan beberapa

literatur, hal ini dihubungkan dengan sekuestrasi dan penghancuran trombosit dalam

limpa yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang mengompensasi peningkatan

produksi trombosit. Hipersplenisme terjadi pada pasien-pasien penyakit hati lanjut

dengan suatu gambaran yang bervariasi dan merupakan komplikasi yang umum dari

hipertensi portal. Pembelokan aliran darah portal ke limpa menyebabkan suatu keadaan

perpindahan yang berlebihan (hyper-inflow) yang kemudian dapat menyebabkan

peningkatan konsentrasi trombosit limpa .

Kerusakan hati akan mempengaruhi pembentukan trombopoeitin, suatu hormon

glikoprotein yang dihasilkan oleh hepatosit, sedikit pada ginjal, paru, sum-sum tulang

dan otak yang bekerja sebagai pengatur utama produksi trombosit dengan cara

menstimulasi megakariopoesis dan maturasi trombosit sehingga akan menyebabkan

terganggunya keseimbangan antara destruksi dan produksi trombosit yang

mengakibatkan trombositopenia.

16

Page 17: REFERAT TROMBOSITOPENIA

DAFTAR PUSTAKA

1. Davis GL. Hepatitis C. In: Shiff ER (eds). Shiff’s Diseases of the liver. 11 th ed.

Philadeplhia: Lippincott; 2011.p.757-91.

2. Akbar, Nugroho. Diagnosis dan penatalaksanaan hepatitis autoimun. Pertemuan

Ilmiah Tahunan 2001. Jakarta. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Penyakit

Dalam FKUI. Hal 27-29.

3. Sherlock S, Dooley J. Drugs and the liver. In: Diseases of the liver and billiary

system. 12th ed. London: Blackwell; 2011.p.322-356

4. http://www.emedicinehealth.com/thrombocytopenia_low_platelet_count/

article_em.htm

5. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=12&iddtl=773

6. Price, Sylvia Anderson, RN, PHD & Wilson, Lorraine, Mc carty, RN,

PHD.Transliterasi Penlit, Brahm U, dr. dkk. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

7. Slamet Suyono, Prof. DR. H. SpPD. KE, dkk. 2001. Buku ajar ilmu penyakit

dalam jilid II edisi ketiga. Jakarta: EGC

8. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11110614

17

Page 18: REFERAT TROMBOSITOPENIA

18