11
Refleksi Kasus Disfagia Orofaring Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokan, Kepala Leher Rumah Sakit Umum Daerah “Saras Husada” Purworejo Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Preceptor : dr. Tolkha Amaruddin, M.Kes, Sp.THT,KL Oleh : Harnugrahanto S 20070310078 Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan, Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Refleksi Kasus Disfagia Orofaring

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Refleksi Kasus Disfagia Orofaring tht

Citation preview

Page 1: Refleksi Kasus Disfagia Orofaring

Refleksi KasusDisfagia Orofaring

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorokan, Kepala Leher

Rumah Sakit Umum Daerah “Saras Husada” PurworejoFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Preceptor :

dr. Tolkha Amaruddin, M.Kes, Sp.THT,KL

Oleh :

Harnugrahanto S 20070310078

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan, Kepala dan Leher

Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

2013

Page 2: Refleksi Kasus Disfagia Orofaring

KASUS YANG DIKAJI

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. W

Umur : 24 th

Alamat : Pangen Gudang, RT 03/02, Purworejo

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi

ANAMNESIS

Keluhan utama

Nyeri saat menelan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak ± 4 hari yang lalu SMRS pasien merasakan keluhan nyeri saat menelan. Keluhan terasakan saat pasien makan dan minum setiap harinya, keluhan ini juga di sertai batuk dan pilek. Pasien setiap makan dan minum mengalami agak susah untuk menelan, batuk dan tersedak sehingga pasien sering memuntahkan makanan dan minuman yang di telannya.

Pasien sebelumnya belum pernah mengobati keluhannya, keluhan dirasakan semakin memberat pasien memutuskan memeriksakan diri ke poli THT RSUD Sarashusada Purworejo.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Riwayat Sesak nafas dan Asma disangkal Riwayat penyakit yang sama di sangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

RESUME ANAMNESIS :

Nyeri telan

Batuk

Muntah

Tersedak

PEMERIKSAAN FISIK :

Page 3: Refleksi Kasus Disfagia Orofaring

A. KU : Baik

B. Kesadaran : compos mentis

C. Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : afebris

D. Kepala : Mesocephal Mata : konjungtiva anamis (-/-), sclera ikterik (-/-)THT : Lihat status lokalis

E. Leher : trakea di tengah tidak ada pembesaran limfonodiF. Thorax :

Cor : S1 > S2 reguler, bising (-).Pulmo : Simetris, retraksi (-)SD : VesikulerST : Ronkhi (-), wheezing (-)

G. Abdomen : Soefel, datar Hepar/lien tidak teraba Peristaltik usus normal

H. Ekstremitas : Tidak ada kelainan

STATUS LOKALIS :A. Telinga

Inspeksi : Aurikula : AD : hiperemis (-), Nyeri tekan (-) Edema (-)

AS : hiperemis (-), Edema (-) Kanalis auditorius : AD : Pus (-), serumen (-), liang sempit (-)

AS : bersih, serumen (-), liang sempit (-)Palpasi :

Nyeri tekan tragus : AD (-) AS : (-) Neri tekan auricular : AD (-) AS : (-)

Otoskopi : Membrane timpani :

AD : Hipremis (-), retraksi (-), cone of light (+), Pus (-) AS : utuh, warna putih mengkilat, cone of light (+),

retraksi (-), hiperemis (-)B. Hidung dan paranasal

Inspeksi : Deviasi seprum (-), tidak ada deformitas, rinorhea (-)Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Page 4: Refleksi Kasus Disfagia Orofaring

Rhinoskopi anterior : mukosa licin, discharge (-), konka hipertrofi (-), deviasi septum (-), dasar cavum nasi dan meatus nasi dbn.

Rhinoskopi anterior : tidak dilakukan pemeriksaanTransluminasi : tidak dilakukan pemeriksaan

C. Tenggorokan Inspeksi : Mulut :

Bibir : labioskisis (-), radang (-), tumor (-) Gigi-ginggiva : caries dentis (+) Lidah : lidah kotor (+), hilang rasa kecap (+) radang (-), foetor ex

ore (-) Palatum mole : bengkak (-), hiperemis (-) Uvula : hiperemis (-), bengkak (-) Faring : hiperemis (-), refleks menelan (-)

Tonsil dextra : pembesaran (-), permukaan licin (-), hiperemi (-), membran (-)

Tonsil sinistra : pembesaran (-), permukaan licin (-), hiperemi (-), membran (-)

D. DIAGNOSIS KERJA :

Disfagia Orofaring

E. PENATALAKSANAAN :

Memodifikasi makanan ( misal dengan mengubah tekstur makanan agar dapat ditelan dengan aman ).

Memodifikasi fisik ( makan dengan posisi duduk, jika makanan tiba – tiba berhenti maka cobalah untuk berdiri meregangkan bagian atas tubuh. Jangan makan sambil berbaring, jika otot – otot rahang dan lidah lemah perlu di latih agar kuat ).

Pembedahan

o Gastrostomy

o Cricofaringeal myotomy

MASALAH YANG DIKAJI :

Bagaimanakah Etiologi, Tanda dan Gejala, Serta penatalaksanaan Disfagia Orofaring ?

Page 5: Refleksi Kasus Disfagia Orofaring

PEMBAHASAN

Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan. Disfagia biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat mejadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas. Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada populasi dengan kondisi neurologis dan non neurologis.

EPIDEMIOLOGI

Gangguan menelan neurologis ditemui lebih sering pada unit rehabilitasi medis daripada spesialisasi kedokteran lainnya. Stroke adalah penyebab utama dari disfagia neurologis. Sekitar 51-73% pasien dengan stroke mengalami disfagia, yang merupakan faktor resiko bermakna berkembangnya pneumonia;

FISIOLOGI MENELAN

Tiga Fase Menelan

Fase Oral

Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai. Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik. Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring.

Fase Faringeal

Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan faringeal yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase ini melibatkan rentetan yang cepat dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid dan laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat ke belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong kebelakang dan kebawah menuju faring untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang melakukan gerakan untuk mendorong makanan kebawah.

Fase Esophageal

Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai bolus makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian atas, sphincter bagian bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik. Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam menodorong bolus ke dalam lambung.

Page 6: Refleksi Kasus Disfagia Orofaring

ETIOLOGI

Anamnesa yang lengkap membantu dokter dalam menentukan bermacam penyebab dari disfagia. Penyebab yang sering dari disfagia adalah sebagai berikut:

Stroke atau cedera otak traumatik (TBI)

Motor neuron disease (amyotrophic lateral sclerosis [ALS])

Parkinson disease dan penyakit degeneratif lainnya (apraxia)

Poliomyelitis

Faringectomy, esophagectomy rekonstruksi dengan penarikan gastric

Pembedahan kepala dan leher

Collar Cervical, spondilosis cervical

Ventilator-dependent patient

TANDA DAN GEJALA

Disfagia Oral atau faringeal

oBatuk atau tersedak saat menelan

oKesulitasn pada saat mulai menelan

oMakanan lengket di kerongkongan

oSialorrhea

oPenurunan berat badan

oPerubahan pola makan

oPneumonia berulang

oPerubahan suara (wet voice)

oRegusgitasi Nasal

Disfagia Esophageal

oSensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada

oRegurgitasi Oral atau faringeal

oPerubahan pola makan

PENATALAKSANAAN

Berbagai pengobatan telah diajukan unutk pengobatan disfagia orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan.

Modifikasi diet

Page 7: Refleksi Kasus Disfagia Orofaring

Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat.

Jka fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-padat sampai konsistensi normal.

Suplai Nutrisi

Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan malnutrisi

Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.

Hidrasi

Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi

Pembedahan

oPembedahan gastrostomy

Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal.

oCricofaringeal myotomy

Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan unutk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot utama dari PES.

Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arsyad, Efiaty soepardi dkk.. disfagia. In : buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung teggorok kepala&leher.sixth ed. Jakarta : balai pnerbit FK UI 2008, p: 271-274

2. Adams, Boeis, Higler, 1996, Boeis, Buku Ajar Penyakit THT, edisi   ,EGC, Jakarta

3. Soepardi, EA danIskandar, Nurbaiti, 2001, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala Leher ,ed ke-5, FKUI, Jakarta