31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirasi corpus alienum (benda asing) masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak. Sampai saat ini diagnosis dan penatalaksanaan benda asing di saluran nafas masih merupakan tantangan bagi dokter ahli Telinga Hidung Tenggorok (THT), namun dengan perkembangan teknologi bronkoskop dan teknik anestesi telah mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat komplikasi dari tindakan pengeluaran benda asing di jalan nafas. Aspirasi benda asing paling sering terjadi pada anak umur kurang dari 3 tahun. Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak penulis telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti, kacang, serpihan tulang, paku, mainan, uang logam, gigi, tutup pena, namun penulis belum nenemukan laporan teraspirasi batu kerikil. Aspirasi benda asing memberikan gambaran klinis yang bervariasi, dari gejala yang minimal sampai keadaan gawat nafas bahkan kematian. Gejala klinis yang 1

REFRAT THT 01-10-2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

THT

Citation preview

Page 1: REFRAT THT 01-10-2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspirasi corpus alienum (benda asing) masih merupakan penyebab

morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak. Sampai saat ini diagnosis

dan penatalaksanaan benda asing di saluran nafas masih merupakan tantangan

bagi dokter ahli Telinga Hidung Tenggorok (THT), namun dengan perkembangan

teknologi bronkoskop dan teknik anestesi telah mengurangi angka kesakitan dan

kematian akibat komplikasi dari tindakan pengeluaran benda asing di jalan nafas.

Aspirasi benda asing paling sering terjadi pada anak umur kurang dari 3

tahun. Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak penulis telah

melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti,

kacang, serpihan tulang, paku, mainan, uang logam, gigi, tutup pena, namun

penulis belum nenemukan laporan teraspirasi batu kerikil. Aspirasi benda asing

memberikan gambaran klinis yang bervariasi, dari gejala yang minimal sampai

keadaan gawat nafas bahkan kematian. Gejala klinis yang timbul tergantung pada

ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing di

jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan bronkoskopi. Bronkoskopi adalah

merupakan cara yang aman untuk mengeluarkan benda asing di trakeobronkial,

meskipun dalam beberapa kasus harus dilakukan torakotomi.

Perkembangan teknologi bronkoskop dan peralatan penyertanya,

ditemukannya forsep yang disertai teleskop (optical forceps) telah mempermudah

ekstraksi benda asing saluran nafas.

1

Page 2: REFRAT THT 01-10-2015

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang disebut corpus alienum ?

2. Bagaimana gejala, diagnosis, dan terapi Corpus alienum yang berada di

hidung, faring, laring dan bronkus ?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat terhadap

corpus alienum yang terdapat didalam hidung, faring, laring dan bronkus sesuai

dengan standart yang harus dikuasai oleh dokter umum menurut Peraturan

Menteri Kesehatan nomor 5 tahun 2014.

1.4 Manfaat penulisan

Manfaat referat ini bagi peneliti adalah memperoleh wawasan pengetahuan

dan informasi mengenai corpus alienum pada hidung, faring, laring dan bronkus

serta mampu mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari

2

Page 3: REFRAT THT 01-10-2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFENISI

Corpus alienum (benda asing) di dalam suatu organ ialah benda yang

berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak

ada.Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen,

biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam

tubuh, disebut benda asing endogen.1

Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas. Benda asing

eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan, tulang dan zat

anorganik seperti jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair

dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair

non-iritatif yaitu cairan dengan PH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret

kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan

amnion, mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat

proses persalinan.2

2.2. EPIDEMIOLOGI

Aspirasi benda asing dapat terjadi pada semua umur, terbanyak pada anak,

khususnya anak usia 1-3 tahun, hal ini terjadi karena : a) anak-anak umur tersebut

sedang mengekplorasi lingkungan sekitarnya dengan kecenderungan meletakkan

sesuatu di mulut sambil bermain dan berlari b) pertumbuhan gigi molar yang

belum lengkap sehingga proses mengunyah belum sempurna, c) belum dapat

membedakan yang dapat dimakan dengan yang tidak dan d) koordinasi menelan

dan penutupan glotis yang belum sempurna.3

Aspirasi benda asing pada dewasa biasanya berhubungan dengan retardasi

mental, penggunaan alkohol dan sedatif, tindakan medik di daerah mulut dan

faring, gangguan kesadaran, trauma maksilofasial, gangguan neurologis dan

dimensia senilis.4

3

Page 4: REFRAT THT 01-10-2015

Kejadian aspirasi benda asing dari berbagai laporan lebih sering terjadi

pada laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2 : 1. Jenis

benda asing yang teraspirasi bervariasi, dengan frekwensi tertinggi dari berbagai

laporan berupa bahan makanan seperti kacang, biji-bijian, bagian dari sayuran dan

benda anorganik lain seperti jarum, peniti, tutup pena, mainan anak-anak dll.

Perbedaan geografis, variasi makanan dan lingkungan mempengaruhi hal ini.4

Kekerapan aspirasi benda asing bervariasi dari berbagai laporan, Iskandar

pada laporannya dibagian THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusomo selama 4 tahun

dari Januari 1990 sampai Desember 1993 mendapatkan 70 kasus aspirasi benda

asing di traktus trakeobronkial. Lokasi benda asing tersering (62,86 %) di bronkus

utama kanan.5

2.3. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam

saluran napas antara lain :

1. Faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat

tinggal).

2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (kelainan tidur, kesadaran

menurun, alkoholisme, epilepsi).

3. Faktor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik).

4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.

5. Faktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi,

belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur <4 tahun).

6. Faktor kejiwaan (antara lain emosi, gangguan psikis).

7. Ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.

8. Faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di mulut, persiapan

makanan yang kurang baik, makan atau minum yang tergesa-gesa, makan

sambil bermain (pada anak-anak), memberikan kacang atau permen pada anak

yang gigi molarnya belum lengkap.1

4

Page 5: REFRAT THT 01-10-2015

2.4. GEJALA KLINIS

Aspirasi benda asing dapat memberikan gambaran klinis yang bervariasi,

dari gejala yang minimal, sehingga tidak jarang pasien dibawa berobat bukan pada

hari pertama kejadian, seperti dilaporkan Cohen et al yang dikutip Friedman EM,

dari 143 kasus aspirasi benda asing pada anak hanya 41% yang datang berobat

pada hari pertama kejadian,sampai keadaan gawat nafas bahkan menyebabkan

kematian.6

Gejala klinis yang timbul akibat aspirasi benda asing di jalan nafas

tergantung pada ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa,

lama benda asing di jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi.7

Gejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :

1. Fase awal yaitu saat benda asing teraspirasi, batuk-batuk hebat secara tiba-

tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, wheezing dan obstruksi nafas,

dapat juga disertai adanya sianosis terutama perioral, kematian pada fase ini

sangat tinggi.

2. Fase asimptomatik yaitu interval bebas gejala terjadi karena benda asing

tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi dari beberapa menit sampai

berbulan-bulan setelah fase pertama. Lama fase ini tergantung lokasi benda

asing, derajat obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis benda asing yang

teraspirasi serta kecenderungan benda asing untuk berubah posisi.

3. berupa pneumonia, atelektasis paru, abses dan hemoptisis.8

Benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama usia 1-4

tahun. Berdasarkan jenisnya benda asing pada hidung dibagi menjadi dua.

benda asing hidup (benda organik) seperti lalat, lintah, cacing dll. Benda asing

tak hidup (benda anorganik) yang paling sering ditemukan adalah sisa

makanan, permen, manik-manik, baterai logam, kancing baju dan kertas.

Biasanya dijumpai hidung tersumbat oleh secret mukopurulen yang

banyak dan berbau di salah satu rongga hidung tempat adanya benda asing.

Disertai nyeri, demam, epistaksis dan bersin.1

5

Page 6: REFRAT THT 01-10-2015

Gambar 2.1 Letak predileksi Gambar 2.2 Benda asing dalam hidung

Benda asing dihidung

Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut antara lain di

tonsil, dasar lidah, valekula, sinus piriformis yang menimbulkan rasa nyeri pada

waktu menelan (odinofagia), baik makanan maupun ludah, terutama bila benda

asing tajam seperti tulang ikan, tulang ayam. Untuk memeriksa dan mencari benda

itu di dasar lidah, valekula dan sinus piriformis diperlukan kaca tenggorok yang

besar (no 8-10).Benda asing di sinus piriformis menunjukkan tanda Jackson yaitu

terdapat akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda asing tersangkut. Bila

benda asing menyumbat introitus esofagus, makan tampak ludah tergenang di

kedua sinus piriformis.1

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita

suara atau berada di subglotis.Gejala sumbatan laring tergantung pada besar,

bentuk dan letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan

keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam

waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala

antara lain disfonia sampai afonia, apneu dan sianosis. Sumbatan tidak total di

laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang

disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari

benda asing dan dispneu dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda ini jelas bila

6

Page 7: REFRAT THT 01-10-2015

benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke

trakea, tetapi masih meninggalkan rekasi laring oleh karena edema laring.1

Gambar 2.3 Benda asing di laring Gambar 2.4 Duri ikan pada laring

pada Rontgen

Benda asing di bronkus, lebih banyak masuk ke dalam bronkus kanan,

karena bronkus kanan hampir merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan

bronkus kiri membuat sudut dengan trakea. Pasien dengan benda asing di bronkus

yang datang ke rumah sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik.Pada fase

ini keadaan umum pasien masih baik dan foto rontgen toraks belum

memperlihatkan kelainan.Pada fase pulmonum, benda asing berada di bronkus

dan dapat bergerak ke perifer.Pada fase ini udara yang masuk ke segmen paru

terganggu secara progresif, dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memanjang di

sertai mengi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkannya

bervariasi, tergantung pada bentuk, ukuran dan sifat benda asing dan dapat timbul

emfisema, atelektasis, serta abses paru.1

7

Page 8: REFRAT THT 01-10-2015

Gambar 2.5 Benda asing pada bronkus principalis dekstra

2.5. DIAGNOSIS

Diagnosis aspirasi benda asing di jalan nafas ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan

endoskopi.1

Anamnesis yang cermat mengenai adanya riwayat tersedak atau

kemungkinan tersedak sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Meskipun

memang tidak selalu ada yang melihat saat kejadian. Dari anamnesis perlu

ditanyakan adanya gejala klasik berupa rasa tercekik yang tiba-tiba yang

diikuti episode batuk-batuk, mengi dan bahkan stridor, karena lebih dari 90%

pasien yang teraspirasi benda asing terdapat satu atau lebih gejala klasik di

atas.9

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda sumbatan jalan nafas

dalam berbagai variasi sesuai dengan ukuran, lokasi, derajat sumbatan,

sianosis, wheezing, berkurang atau hilangnya suara nafas, meskipun tidak

adanya tanda-tanda ini tidak menyingkirkan adanya aspirasi benda asing.

8

Page 9: REFRAT THT 01-10-2015

Gambar 2.6 Pemeriksaan dengan fleksibel serat optik pada laring dengan

dokumentasi video.

Pada setiap pasien yang diduga mengalami aspirasi benda asing harus buat

foto thorak postero anterior (PA) dan lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran

benda asing. Benda asing radioopak dapat dengan mudah diidentifikasi,

sedangkan pada benda asing radiolusen, kemungkinan yang akan tampak berupa

efek samping yang timbul pada paru seperti atelektasis, hiperinflasi unilateral,

gambaran infiltrat, dan pergeseran mediastinum. Foto thorak yang diambil dalam

waktu 24 jam pertama setelah aspirasi benda asing radiolusen biasanya

menunjukkan gambaran normal.10

Gambar 2.7 A. Foto thorax posteroanterior yang menunjukkan benda asing

radioopak pada cabang bronkus utama dextra. B. Foto thorax lateral.

Benda asing kecil yang tidak menimbulkan emfisema dan atelektasis,

dibuat foto thorak anteroposterior inspirasi dan ekspirasi, dari foto ini akan

tampak mediastinum bergeser ke arah yang normal saat ekspirasi dan paru yang

terlibat akan hiperaerasi karena udara terperangkap di sana.11

9

Page 10: REFRAT THT 01-10-2015

Gambar 2.8 Gambaran hiperinflasi sekunder lapang paru kiri pada

obstruksi oleh kacang di cabang bronkus utama kiri.

2.6. PENATALAKSANAAN

Benda asing disaluran nafas harus dikeluarkan segera dalam kondisi

optimal dengan trauma yang minimal untuk mencegah komplikasi. Ada beberapa

faktor yang menentukan keberhasilan penatalaksanaan benda asing di saluran

nafas antara lain:

a) tim yang berpengalaman dalam ekstraksi benda asing di saluran nafas,

b) tim anestesi yang berpengalaman,

c) Perawat dan teknisi yang familiar dengan alat yang tersedia dan

d) ketersediaan peralatan sesuai dengan yang dibutuhkan.1, 2

Bronkoskopi merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing di saluran

nafas, disamping juga digunakan untuk diagnosis pada kasus kecurigaan benda

asing. Jenis bronkoskop yang digunakan sampai saat in masih merupakan

perdebatan apakah rigid atau fiberoptic, pengambilan keputusan tergantung

pilihan operator, lokasi benda asing dan ukuran pasien (umur), meskipun untuk

anak dan sebagian besar dewasa penggunaan bronkoskop rigid merupakan pilihan

10

Page 11: REFRAT THT 01-10-2015

untuk ekstraksi benda asing karena ventilasi lebih terjamin melalui tube

bronkoskop selama tindakan disamping juga operator dapat memasukkan

peralatan seperti forsep dan optical telescope.9

Benda asing di laring.Pasien dengan benda asing di laring harus diberi

pertolongan dengan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya

beberapa menit. Pada anak dengan sumbatan total pada laring, dapat dicoba

menolongnya dengan memegang anak dengan posisi terbalik, kepala ke bawah,

kemudian daerah tengkuk/punggung dipukul, sehingga diharapkan benda asing

dapat dibatukkan ke luar.Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang

menyumbat di laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich dapat

dilakukan pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing

masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh

oleh udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol

itu, maka sumbatannya akan terlempar ke luar.1

Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru.Caranya ialah,

bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien,

kepalan tangan kanan penolong diletakkan di atas prosesus xifoid, sedangkan

tangan kirinya diletakkan di atasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakang

dan ke atas paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar

ke luar dari mulut pasien. Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka

penolong bersetumpu pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan di

letakkan di bawah prosesus xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan

ke arah paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar ke

luar mulut pasien.pada tindakan ini posisi muka pasien harus lurus, leher jangan

ditekuk ke samping, supaya jalan napas merupakan garis lurus.1

11

Page 12: REFRAT THT 01-10-2015

A

B

Gambar 2.9 A.Perasat Heimlich pada pasien sadar B. Perasat Heimlich pada

pasien tidak sadar.

Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung

atau hati dan fraktur iga. Oleh Karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya

tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari

kanan dan kiri.1

12

Page 13: REFRAT THT 01-10-2015

Pada sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat Heimlich tidak

dapat digunakkan. Dalam hal ini pasien masih dapat dibawa ke rumah sakit

terdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau

bronkoskop, atau kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi. Pada waktu

tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi Trendelenburg, kepala lebih

rendah dari badannya, supaya benda asing tidak turun ke trakea.1

Gambar 2.10 Perasat Heimlich pada bayi dan anak

Benda asing di bronkus.Untuk mengeluarkan benda asing dari bronkus

dilakukan bronkoskopi, menggunakan bronkoskop kaku atau serat optic dengan

memakai cunam yang sesuai dengan benda asing itu.Tindakan bronkoskopi harus

segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organic. Benda asing yang

tidak dapat dikeluarkan dengan cara bronkoskopi, seperti benda sing tajam, tidak

rata dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan servikotomi atau torakotomi.1

Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan

endoskopi pada ekstraksi benda asing.Fisioterapi dada dilakukan pada anak kasus

pneumonia, bronchitis purulenta dan atelektasis. Pasien dipulangkan 24 jam

setelah tindakan, jika paru bersih dan tidak demam.1

Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak

menghilang. Gejala-gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru,

13

Page 14: REFRAT THT 01-10-2015

obstruksi jalan napas atau odinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan

pengobatan yang tepat dan adekuat.1

Persiapan Ekstraksi Benda Asing

Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya, dengan

peralatan yang lengkap, forsep dengan berbagai ukuran harus tersedia, ukuran dan

bentuk benda asing harus diketahui dengan membuat duplikat dan mencobanya

dengan forsep yang sesuai, sesaat menjelang dilakukan brokoskopi dibuat foto

thorak untuk menilai kembali letak benda asing.

Komunikasi antara operator dengan dokter anestesi untuk menentukan

rencana tindakan juga sangat penting.Pemberian steroid dan antibiotika pre

operatif dapat mengurangi kompikasi seperti edema jalan nafas dan infeksi.1

14

Page 15: REFRAT THT 01-10-2015

Gambar 2.11 A. Bronkoskopi Rigid. B. Flexible Fiberoptic Bronchoscopy.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bronkoskopi

Bronkoskopi dengan menggunakan bronkoskop rigid dilakukan dalam

anestesi umum. Ada beberapa variasi teknik intubasi bronkoskop tergantung pada

keterampilan ahli bronkoskopi, anatomi dan keadaan klinis pasien, yaitu:

1. Teknik intubasi tanpa laringoskop (teknik klasik).

2. Teknik intubasi bronkoskop dengan laringoskop.

3. Teknik intubasi bronkoskop dengan pipa endotrakeal, dan

4. Teknik bronkoskopi kombinasi.2

Gambar 2.12 Penggunaan Bronkoskopi.

Cara yang dipilih harus didiskusikan dengan ahli anastesi, termasuk resiko

anastesi. Pada kasus ini menggunakan teknik ke-2. Teknik ini menggunakan

laringoskop lurus untuk melihat epiglotis.Setelah tampak epiglotis, dasar lidah

diangkat dengan spatula laringoskop, sehingga epiglotis sedikit

terangkat.Bronkoskop dipegang dengan tangan kanan dan ujung bronkoskop

15

Page 16: REFRAT THT 01-10-2015

dimasukkan sedikit di bawah epiglotis. Pada saat ini pandangan dipindahkan pada

bronkoskop, bronkoskop dimasukkan ke laring bersamaan dengan mengeluarkan

laringoskop.2

Ujung bronkoskop harus berjalan diantara kedua pita suara dengan

memutar bronkoskop 900 searah jarum jam. Setelah memasuki trakea bronkoskop

diputar kembali 900, sehingga ujung bronkoskop kembali mengarah ke anterior.

Kemudian sungkupanastesi dipasang pada lubang ventilasi di samping

bronkoskop untuk oksigenisasi dan sekret dihisap. Trakea dilihat dengan optik

Hopkins, jika memilliki kamera dapat dipasang, sehingga gambaran endoskopi

dapat dilihat dengan monitor. Bronskoskop diteruskan ke distal dengan gerakan

membelok (twisting motion) dan bronkoskop dipegang dengan jari tangan seperti

memegang tongkat bilyard. Untuk memasuki bronkus kanan kepala pasien diputar

sedikit ke kiri, bronkoskop diteruskan dengan gerakan membelok (twisting

motion) melalui karina. Untuk memasuki bronkus kiri kepala pasien diputar ke

arah bahu kanan. Mengeluarkan bronkoskop selalu dilakukan dengan melihat

lumen dengan hati-hati dan gerakan membelok (twisting motion), bronkoskop

berhenti beberapa millimeter diatas karina menunggu pernafasan spontan,

kemudian ekstubasi dengan sekali gerakan (one single movement).2

Sekret tenggorok dihisap secara hati-hati dengan bantuan laringoskop,

mandibula diangkat untuk membantu pernafasan spontan, sekret di hidung dihisap

dan menunggu pasien batuk. Jika menggunakan teleskop, ujung distal teleskop

harus berada di dalam lumen bronkoskop, lebih kurang 1,5 cm dari ujung distal

bronkoskop. Bila sekret menghambat pandangan harus dihisap, ujung distal

teleskop diberi zat anti embun (anti fog). Bila bronkoskop tidak dapat masuk

dengan mulus, jangan menggunakan tenaga, lebih baik menggganti bronkoskop

dengan ukuran yang lebih kecil. Penyangga gigi (bite block) dapat diletakkan

antara gigi dan bronkoskop, sehingga tangan operator dapat lebih bebas.2

Pada beberapa kasus namun sangat jarang, benda asing tidak dapat

dikeluarkan dengan bronkoskopi, dalam hal ini dilakukan torakotomi. Pada kasus

16

Page 17: REFRAT THT 01-10-2015

lain mengharuskan bronkotomi dan reseksi parenkim paru yang terdapat benda

asing.12

Gambar 2.13 Bronkoskopi.

Faktor penyulit pada petalaksanaan benda asing di bronkus antara lain

Faktor penderita, lamanya benda asing teraspirasi, lokasi benda asing,

kelengkapan alat, kemapuan tenaga medis dan paramedis dan anestesi.2

17

Page 18: REFRAT THT 01-10-2015

Gambar 2.14 Skema yang menunjukkan, trakeobronchial tree, segmen

bronkopulmoner, dan endoscopic landmark

2.8. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin terjadi pada aspirasi benda asing di

trakeobronkial berhubungan dengan benda asing sendiri dan tindakan

bronkoskopi. Komplikasi akibat benda asing yang paling sering berupa infeksi

paru dan kelainan lain seperti edema, tracheitis, bronkitis atau timbulnya jaringan

granulasi, dan atelektasis.Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan

bronkoskopi (intra operatif) paling sering aritmia jantung, bronkospasme, edema

laring, trauma pada gigi, bibir, gusi dan laring.13

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

18

Page 19: REFRAT THT 01-10-2015

Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya

pada bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa

mengalami keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan

dan interaksi dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan

berjalan, anak mulai berinteraksi dengan banyak benda yang biasanya anak suka

memasukan benda-benda tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan

sampai tenggorokan.

Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat

kesengajaan atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga,

ataupun benda asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan

yang darurat maka perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda

asing tersebut. Namun terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda

asing dalam THT. Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari

benda asing sendiri, dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan

kerjasama dari pasien.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: REFRAT THT 01-10-2015

1. Junizaf MH. 2003. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Kesehatan THT-Kepala Leher, Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2. Adam GL, Boies LR, Higler PA. 1997. Boeis Buku Ajar THT, Edisi 6.

Jakarta: EGC.

3. Murray AD. Foreign Bodies of the Airway. Available from:

http://www.emedicine.com. Accessed 11 May 2015.

4. Munter DW. Foreign Bodies. Accessed from http://www.emedicine.com.

Accessed 11 May 2015.

5. Iskandar N. Ingested and Inhaled Foreign Bodies in Dr. Cipto Mangunkusumo

Hospital, Jakarta, Indonesia. Med J ORLI, 1994; 25: 311-8.

6. Jackson C, Jackson CL. 1964. Bronchoesophagology. Philadelphia: WB

Saunders.

7. Scanlon VC, Sanders T, Davis FA. 2007. Essential of Anatomy and

Physiology. 5thed.

8. Fong EW. Foreign Body Aspiration. Accessed from:

http://www.hawaii.edu/medicine/pediatrics/pedtext/s08c06.html. Accessed 11

May 2015.

9. Rovin JD, Rodgers BM. Pediatric Foreign Body Aspiration. Pediatrics in

Review. 2000; 21:86-90.

10. Huchton DM, Marsh B. 2000. Foreign Bodies in the Upper Aerodigestive

Tract. In: Eisele DW, McQuone SJ. Emergencies of the Head and Neck.

Missouri: Mosby.

11. Miller RH, Wang RC, Nemechek AJ. 2001. Airway Evaluation and Imaging.

In: Bailey BJ, Calhoun KH, eds. Head and Neck Surgery-Otolaryngology, 3 rd

ed vol. 1. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

12. Warshawsky ME. Foreign Body Aspiration. Accessed from:

http://www.emedicine.com. Accessed 11 May 2015.

13. Gibson SE. 1999. Aerodigestive Tract Foreign Body. In: Catton RT et al.

Practical Pediatric Otolaryngology. Philadelphia: lippincott-Raven.

20

Page 21: REFRAT THT 01-10-2015

21

Page 22: REFRAT THT 01-10-2015

22