Upload
joe-by-bay
View
48
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
REFERAT
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
BENDA ASING DI SALURAN NAFAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT
FK UNDIP Semarang
Disusun oleh :
1. Novia Etty P.
2. Setiawati
G 2A098125
G 2A098162
Pembimbing :
dr. Dwi Antono, Sp.THT
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2002
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Diagnosis dan Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Nafas
Disusun oleh : 1. Novia Etty P.
2. Setiawati
Pembimbing : dr. Dwi Antono, Sp THT
Referat ini telah disetujui dan diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang diberikan.
Semarang, Oktober 2002
Pembimbing
Dr. Dwi Antono, Sp THT
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan referat dengan judul Diagnosis dan
Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Nafas dapat diselesaikan.
Penyusunan referat ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh Program
Pendidikan Profesi di Laboratorium Ilmu Kesehatan THT, Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dwi Antono, Sp THT selaku dosen penguji referat.
2. Para dosen dan residen bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK UNDIP.
3. Mbak Narti dan Pak Tauchid atas pinjaman buku perpustakaannya.
4. Orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan dukungan moral
dan spiritual.
5. V18S crew yang telah membantu kami dalam pengetikan dan pengumpulan
data.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Semarang, Oktober 2002
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Perumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................... 1
D. Manfaat ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 2
A. Anatomi dan fisiologi .................................................................. 2
B. Etiologi......................................................................................... 6
C. Patofisiologi ................................................................................. 6
D. Manifestasi Klinis ........................................................................ 7
E. Diagnosis...................................................................................... 9
F. Penatalaksanaan ............................................................................ 10
G. Komplikasi.................................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 14
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Benda asing dalam saluran nafas merupakan keadaan relatif gawat yang harus
segera ditangani secara cepat dan tepat.1 Benda asing dalam saluran nafas ini dapat
terjadi pada semua umur terutama pada anak-anak. Benda asing yang masuk dalam
saluran nafas pada bayi kurang dari 1 tahun merupakan penyebab utama kematian.2
Kacang atau biji tumbuhan lebih sering teraspirasi pada anak yang berumur antara 2-4
tahun karena belum mempunyai gigi molar yang lengkap dan belum dapat menguyah
makanan dengan baik.
Gejala dan tanda sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung
pada lokasi benda asing, derajat sumbatan ( total atau sebagian), sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Menegakkan diagnosis benda asing di saluran nafas terkadang
sulit,3 karena seringkali tidak menunjukkan gejala dan tanda yang khas sehingga terjadi
keterlambatan dalam mendiagnosis dan menangani penderita dengan benda asing di
saluran nafas.
Untuk itu diperlukan suatu diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat untuk
mencegah dan mengurangi kemungkinan penyulit-penyulit yang lebih berat akibat
masuknya benda asing dalam saluran nafas.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : “Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan benda asing di saluran
nafas?”
C. Tujuan
1. Menjelaskan diagnosis benda asing di saluran nafas
2. Menjelaskan penatalaksanaan benda asing di saluran nafas
D. Manfaat
Referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca
tentang cara mendiagnosis adanya benda asing dalam saluran nafas dan
penatalaksanaannya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Benda asing di saluran nafas dapat dibedakan atas benda asing eksogen dan
benda asing endogen.2 Benda asing eksogen adalah benda asing yang berasal dari luar
tubuh, terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat
organik, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, tulang dan zat anorganik seperti paku,
jarum, peniti dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang
bersifat iritatif, seperti zat kimia dan benda cair non iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
Benda asing endogen adalah benda asing yang berasal dari dalam tubuh, dapat berupa
sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, membran difteri dan bronkolit.4
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan nmempunyai sifat higroskopik,
mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, sehingga bila berada dalam saluran
nafas dalam waktu 6-12 jam dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas secara total.
Sedangkan benda asing anorganik tidak bersifat higroskopik sehingga menimbulkan
reaksi jaringan yang lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan
radiologik karena umumnya benda asing anorganik bersifat radioopak.2 Benda asing di
saluran nafas menurut lokasinya dapat dibagi menjadi benda asing di laring, trakea dan
bronkus.
A. Anatomi dan Fisiologi Saluran Nafas
1.a. Anatomi Laring
Laring atau organ pembentuk suara merupakan bagian dari jalan nafas bagian
atas dan terletak antara trakea dan pangkal lidah. Dari luar bagian atas leher depan,
laring membentuk suatu tonjolan yang disebut jakun atau Adam’s apple.5
Bentangan tegak laring adalah dari vertebra servikalis IV sampai VI.2Pada
dinding posterior melekat esofagus, sedang pada kedua sisinya dibatasi pembuluh darah
besar, di depannya melekat glandula tiroid.
Permukaan laring bagian dalam dilapisi epitel torak berlapis yang bersilia,
kecuali bagian laring di sekitar apertura laring dilapisi permukaannya oleh epitel gepeng
berlapis.
2
Laring dibagi menjadi 3 bagian, yaitu5,6 :
1. Supraglotis, disebut juga vestibulum laring yang meliputi epiglotis, plika
ariepiglotika, aritenoid dan plika ventrikularis.
2. Glotis, adalah daerah laring setinggi plika vokalis. Daerah ini meliputi plika vokalis,
rima glotis dan komissura anterior serta komissura posterior.
3. Subglotis, adalah daerah dibawah plika vokalis sampai tepi bawah kartilago krikoid.
Laring mendapat suplai makanan dari arteri Laringeus superior yang
merupakan cabang arteri Tiroid superior dan arteri Laringeus inferior yang merupakan
cabang dari arteri Tiroid inferior.5 Keduanya mendarahi mukosa dan otot-otot laring dan
saling beranastomose. Sedangkan aliran vena melalui vena laringeus superior dan vena
laringeus inferior yang letaknya sejajar dengan arteri laringeus superior dan inferior dan
kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
Pembuluh limfe untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vokal. Disini
mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan vokal
pembuluh limfe dibagi dalam golongan superior dan inferior.2
Laring disyarafi oleh cabang-cabang nervus Vagus, yaitu nervus Laringeus
superior dan nervus Laringeus inferior. Keduanya merupakan campuran syaraf motorik
dan sensorik. Nervus Laringeus superior bercabang menjadi 2 yaitu ramus internus yang
bersifat sensorik dan mensyarafi derah supraglotik dan menembus membrana tirohioid
dan ramus eksternus yang bersifat motorik dan mensyarafi muskulus Krikotiroid.
Nervus Laringeus inferior mensyarafi otot-otot intrinsik laring selain m. Krikotiroid.
b. Fisiologi Laring
Laring mempunyai berbagai macam fungsi, antara lain2 :
1) Proteksi, yaitu mencegah makanan dan benda asing masuk dalam trakea dengan
jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.
2) Batuk, yaitu jika ada benda asing yang masuk dalam trakea maka akan ada reflek
batuk dari laring untuk mengeluarkannya.
3) Respirasi, yaitu dengan mengatur besar kecilnya rima glotis
4) Sirkulasi, dengan terjadinya tekanan udara dalam traktus trakeobronkhial akan
mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus sehingga mempengaruhi sirkulasi darah
tubuh.
3
5) Menelan, dengan melalui 3 mekanisme yaitu gerak laring bagian atas ke bawah,
menutup aditus laring dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring.
6) Emosi, yaitu untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis,
dan lain-lain.
7) Fonasi, yaitu untuk membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada.
2.a. Anatomi Trakea
Trakea merupakan suatu organ berbentuk tabung kondromembran,berupa cincin
berjumlah 20, tersusun vertikal kebawah berbentuk huruf U terbuka pada bagian
posterior. Pada bagian ini ditutupi oleh jaringan fibrous dan otot.1
Trakea merupakan lanjutan dari laring yang kemudian kebawah bercabang
menjadi bronkus kanan dan kiri setinggi vertebra thoraks V. Panjang trakea orang
dewasa kira-kira 10 cm (normal 9-15 cm), pada laki-laki lebih besar daripada wanita.
Trakea mempunyai penampang 2-2,5 cm.1
Lapisan mukosa trakea merupakan lanjutan dari mukosa laring, sedangkan
submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah dan
syaraf.5
Trakea mendapat perdarahan dari arteri Tirioidea inferior dan arteri Bronkhus,
sedangkan aliran vena melalui pleksus Tiroidea dan vena Tiroidea inferior
Aliran limfe melalui limfonodi paratrakhea dan limfonodi pretrakea. Otot-otot
trakea mendapat persyarafan nervus rekurens laringeus yang juga membawa serabut
sensoris untuk mukosa trakea. Serabut simpatik berasal dari ganglion servikalis media
yang berhubungan dengan nervus rekurens laringeus.5
b. Fisiologi Trakea
Trakea yang mempunyai bentuk sebagai tabung kondromembran, tulang
rawannya berperan dalam mempertahankan lumen trakea agar tetap terbuka.
Ligamentum akan mencegah peregangan trakea yang berlebihan, sedangkan otot trakea
berfungsi untuk saling mendekatkan tulang rawannya. Reflek batuk terjadi pada saat
otot berkontraksi yang disertai dengan penyempitan lumen, dengan demikian akan
terjadi penambahan udara ekspirasi.5
3.a. Anatomi Bronkhus
4
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus bercabang menjadi bronkus
kanan dan kiri setinggi vertebra thorak V. Bronkus kanan mempunyai ukuran yang lebih
besar, lebih pendek dan lebih vertikal dibandingkan dengan bronkus kiri. Bronkus
kanan mempunyai panjang 2-3 cm, penampang rata-rata 17,0 mm pada laki-laki
dewasa, sedangkan pada wanita mempunyai ukuran lebih kecil.1,5Bronkus masuk ke
hilus paru setinggi batas bawah vertebra thoraks V, terletak di bawah vena Azygos dan
di depannya melintas arteri pulmonalis kanan.
Bronkus kanan bercabang menjadi 3 yaitu :
1) Bronkus lobus kanan atas yang bercabang lagi menjadi 3 segmen.
2) Bronkus lobus kanan tengah yang bercabang menjadi 2 segmen.
3) Bronkus lobus kanan bawah yang bercabang menjadi 5 segmen.
Sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi 2 yaitu :
1) Bronkus lobus kiri atas yang bercabang menjadi 2 bagian yaitu bagian superior yang
mempunyai 3 segmen dan bagian inferior yang mempunyai 2 segmen.
2) Bronkus lobus kiri bawah yang bercabang menjadi 4 segmen.
Bronkus mendapat pendarahan dari arteri Bronkus. Pengaliran darah kembali
melalui vena bronkus yang berakhir di vena Azygos atau vena Hemiazygos superior.
Persyarafan pada bronkus berasal dari serabut simpatis dan parasimpatis sistem
autonom dari n. Vagus. Serabut simpatik eferen berfungsi sebagai bronkodilator dan
vasokonstriktor.5
b. Fisiologi Bronkus
Trakea dan bronkus mempunyai tugas utama menghantarkan udara ekspirasi ke
dalam paru-paru. Adanya tekanan negatif dari ruang pleura mempengaruhi diameter
trakea dan bronkus. Otot-otot dan ligamen keduanya akan mempengaruhi gerakan
tulang rawan pada trakea dan bronkus sehingga terjadi elongastio bronkiolus pada saat
inspirasi. Ekspirasi yang berikutnya akan menyababkan kontraksi yang berarti
memendeknya diameter bronkus dan bronkiolus, mengeluarkan seluruh udara dalam
sistem respirasi.5
B. Etiologi
5
Benda asing yang masuk ke saluran nafas dapat disebabkan oleh beberapan
faktor antara lain2 :
1) Faktor manusia, yang meliputi : umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, dan
tempat tinggal.
2) Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain keadaaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme dan epilepsi.
3) Faktor fisik, yaitu kelainan dan penyakit neurologik.
4) Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5) Faktor gigi-geligi, medikal dan surgikal antara lain : tindakan bedah, ekstraksi gigi,
belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur kurang dari 4 tahun.
6) Faktor kejiwaan antara lain : emosi dan gangguan psikis.
7) Ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.
8) Faktor kecerobohan antara lain : meletakkan benda asing di mulut, persiapan
makanan yang kurang baik, makan atau minum yang tergesa-gesa, makan sambil
bermain (pada anak-anak), memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi
molarnya belum lengkap.
C. Patofisiologi
Benda asing dalam saluran nafas ada yang hanya memberikan reaksi ringan,
bahkan ada yang tidak memberikan reaksi. Benda asing yang berasal dari logam,
tumbuh-tumbuhan, bahan-bahan kimia atau alergen lain serta yang berasal dari karet
alam atau sintetis akan memberikan reaksi yang sama terhadap jaringan yang
ditempatinya.2
Reaksi yang terjadi yaitu adanya iritasi yang mengakibatkan udema mukosa
sehingga menyumbat lumen saluran nafas. Dari berbagai macam asal benda asing
tersebut, benda asing yang berasal dari logam yang paling cepat memberikan reaksi.2
Perubahan patologis jaringan adalah sebagai berikut1 :
1) Benda asing lunak maupun keras dengan permukaan halus dan non obstruktif, hanya
menyebaban kongesti lokal yang sifatnya ringan pada sebagian mukosa.
2) Benda asing dengan permukaan kasar dan obstruktif atau yang bersifat korosif dan
menyebabkan inflamasi lokal dengan akibat membengkaknya mukosa sehingga
dapat terjadi reaksi penyumbatan yang sempurna.
6
3) Benda asing yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat menyebabkan bronkitis pada
bayi dan anak-anak dalam waktu beberapa hari. Proses yang terjadi di sini yaitu
pembengkakan mukosa, obstruksi atau atelektasis yang dengan cepat diikuti oleh
hidrothoraks.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik benda asing dalam saluran nafas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda
asing.2
Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung,
nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala
sampai kematian sebelum diberi pertolongan akibat sumbatan total.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing dalam saluran nafas akan
mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan, yaitu batuk-batuk
hebat secara tiba-tiba(violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa
tersumbat di tenggorok (gaugging), bicara gagap (sputtering) dan obstruksi jalan nafas
yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh
interval asimptomatik. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, reflek-reflek akan
melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering
menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan
aspirasi benda asing karena gejala dan tanda tidak jelas. Pada stadium ketiga, telah
terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi
terhadap benda asing sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses
paru.2
Benda Asing di Laring
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat
biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai
afonia, apneu dan sianosis. Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan gejala
suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak (croupy cough),
odinofagia, mengi, sianosis, hemoptosis dan rasa subyektif dari benda asing (pasien
7
akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing itu tersangkut) dan dispneu
dengan derajat bervariasi.2
Benda Asing di Trakea
Di samping gejala batuk dengan tiba-tiba yang berulang-ulang dengan rasa
tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), terdapat gejala
patognomonik, yaitu audible slap, palpatory thud dan asthmatoid wheeze (nafas
berbunyi pada saat ekspirasi). Selain itu terdapat juga gejala suara serak, dispneu dan
sianosis.2
Sebagai patokan berat ringannya sumbatan jalan nafas atas dapat digunakan
perasat Jackson, yaitu1 :
Perasat I : sesak nafas dan stridor inspirasi ringan. Retraksi suprasternum ringan,
belum ada sianosis.
Perasat II : sesak nafas dan stridor inspirasi, retraksi suprasternum, supraklavikula,
infraklavikula dan epigastrium ringan. Penderita merasa gelisah.
Perasat III : sesak nafas dan stridor inspirasi hebat, retraksi suprasternum,
supraklavikula, infraklavikula. Terlihat retraksi interkosta dan retraksi
epigastrium dalam. Sianosis bertambah, penderita semakin gelisah.
Perasat IV : Tanda-tanda perasat III lebih hebat. Penderita sangat gelisah dan
berusaha menghirup udara pernafasan, menolak segala pemberian, wajah
penderita tampak tegang dan berwarna abu-abu. Terjadi paralisis pusat
pernafasan dan akhirnya koma.
Benda Asing di Bronkus
Benda asing di bronkus lebih banyak masuk ke bronkus kanan, karena bronkus
kanan hampir merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri membuat
sudut dengan trakea. Pasien dengan benda asing di bronkus yang datang ke rumah sakit
kebanyakan berada pada fase asimptomatik. Pada fase ini keadaan umum pasien masih
baik.
Pada keadaan akut, penderita tiba-tiba batuk, merasa tersumbat dan tercekik.
Sedangkan pada keadaan kronik dapat terjadi batuk-batuk yang produktif, hemoptisis,
jari tabuh, penderita makin kurus, kolaps ataupun rasa sakit pada dada bila daerah
pleura ikut terkena. Bila benda asing yang berada pada saluran nafas tidak memberi
8
gejala, disebut interval tanpa gejala. Gejala baru akan terlihat apabila benda asing itu
masuk ke cabang bronkus yang lebih kecil. Hal ini dapat berlangsung setelah beberapa
minggu atau setelah beberapa bulan.1,7
E. Diagnosis
Diagnosis klinis benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena kasus aspirasi benda asing
sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Adanya riwayat teraspirasi
benda asing, tersedak, batuk-batuk, rasa tercekik dan sianosis harus tetap jadi
kecurigaan adanya benda asing di saluran nafas.7
Gejala-gejala biasanya akan timbul pada aspirasi benda asing kurang dari 24
jam, tetapi keluhan sumbatan bisa juga timbul setelah beberapa hari kemudian setelah
kejadian.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda fisik akan timbul bilamana terjadi sumbatan jalan nafas di laring
atau trakea, tak begitu jelas bila sumbatan berada di salah satu bronkus atau cabang-
cabangnya. Tanda-tanda tersebut misalnya sesak nafas, retraksi di daerah suprasternal,
supraklavikular, interkosta dan atau epigastrium. Retraksi ini merupakan tanda yang
khas adanya sumbatan di saluran nafas di bagian atas sampai percabangan bronkus.
Bilamana benda asing tersebut masih bisa bergerak atau pindah tempat karena pengaruh
tekanan udara pernafasan, maka akan terdengar “audible slap” pada laring atau trakea
dan suara pernafasan biasanya berbunyi ( wheezing ). Bila benda asing menyumbat
salah satu bronkus akan terlihat gerakan dada tidak simetris.3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
Dengan pemeriksaan radiologik dapat diketahui bentuk dan lokasi benda asing
di saluran nafas, khususnya benda asing anorganik karena akan memberikan gambaran
9
radioopak. Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan
lunak leher dan pemeriksaan toraks posterior anterior dan lateral sangat penting pada
aspirasi benda asing.2
Pemeriksaan Laringoskopi direk
Perlu dilakukan terutama sebelum trakeostomi, agar dapat ditentukan letak
benda asing secara tepat.
Pemeriksaan Fluoroskopi
Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran nafas secara keseluruhan, dapat
mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial.3
Pemeriksaan Bronkoskopi
Bronkoskopi merupakan tindakan diagnosis sekaligus berlaku sebagai tindakan
terapi bila diperlukan.1,7
Pemeriksaan ini berguna untuk benda asing radiolusen serta diperlukan untuk
menilai bronkiektasis akibat benda asing yang lama berada di bronkus.2
F. Penatalaksanaan
Hal pertama yang harus dilakukan apabila ada pasien dengan gejala sumbatan
jalan nafas karena benda asing adalah dengan menenangkan penderita dan keluarganya,
rasa panik justru memperberat keadaan penderita dan menyulitkan dalam penanganan
selanjutnya. Prinsip penanganan benda asing dalam saluran nafas adalah mencegah
asfiksia, karena itu sangat penting untuk menjaga jalan nafas agar air way tetap terjaga.
Untuk mengeluarkan benda asing bisa dengan cara non endoskopik, trakeostomi dan
bronkoskopi.1
1) Non Endoskopik
a) “Heimlich Hug”, penderita dipegang tepat dibawah sternum, kemudian abdomen
ditekan dengan kuat sehingga benda asing akan terlempar keluar. Cara lain dengan
memegang bahu penderita pada posisi terbalik ( kepala dibawah).
b) Penderita dibaringkan dalam posisi trendelenburg, badan dimiringkan kearah
tertentu kemudian dada penderita dipukul-pukul. Dengan refleks batuk diharapkan
benda asing dapat keluar.
c) Atau dengan cara pengambilan langsung dengan jari melalui mulut penderita.
10
Tapi cara-cara non endoskopi ini lebih baik dihindari pada obstruksi parsial
karena justru dapat menyebabkan obstruksi menjadi total.
2) Trakeostomi
Sebelum dilakukan trakeostomi, perlu dilakukan laringoskopi direk untuk
menentukan apakah benda asing tersangkut di laring atau tidak.
Prinsip mengeluarkan benda asing dalam saluran nafas adalah adanya refleks
batuk yang kuat. Pada waktu melubangi trakea akan terjadi rangsangan pasda mukosa
trakea sehingga timbul refleks batuk. Dengan adanya refleks batuk ini benda asing dapat
terlempar keluar melalui lubang trakeostomi.
Bila benda asing tetap tidak dapat terlempar keluar oleh refleks batuk, maka
pengambilan dilakukan dengan forsep disertai bantuan sinar lampu atau dilakukan
bronkoskopi inferior melalui lubang trakeostomi. Tindakan ini dapat dilakukan dengan
mudah karena lubang trakeostomi lebih besar dari rima glotis.1,7
Beberapa kesulitan yang dapat timbul dengan cara ini adalah7 :
Refleks batuk lemah atau tidak ada, terutama pada anak-anak umur <1 tahun dengan
daya tahan tubuh kurang, bila ditambah dengan batuk yang terus-menerus maka
refleks batuk cepat menjadi lemah atau hilang.
Telah terjadi infeksi, oedem akan menyebabkan benda asing terjepit.
Benda asing lunak dan mengembang sehingga terjepit atau melunak.
Trakeostomi sendiri merupakan trauma operasi yang dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti infeksi, perdarahan, stenosis trakea dan emfisema.
3) Bronkoskopi
Tindakan ini dapat dilakukan bila penderita sudah dalam keadaan relaksasi
dengan respirasi yang tetap terjaga di bawah pengawasan. Keadaan ini dapat dicapai
dengan mempergunakan premedikasi yang cukup memadai dengan anestesi lokal
maupun general.5
Bronkoskopi merupakan cara paling ideal untuk mengeluarkan benda asing di
bronkus karena dapat mengetahui macam dan bentuk dari benda asing tersebut .4
Bronkoskopi tersedia dalam bermacam-macam ukuran dan tempat yang paling
sempit sebagai jalan udara adalah introitus laring, oleh karena itu harus dipilih ukuran
yang sesuai agar tidak menegangkan pita suara.
11
Beberapa kesulitan yang dapat timbul selama tindakan bronkoskopi4 :
1. Alat-alat kurang lengkap
2. Gangguan ventilasi oleh karena obstruksi mekanik
3. Hipoventilasi (biasanya karena kerja sama yang kurang baik antara ahli anestesi
dan ahli endoskopinya) dapat menyebabkan takikardi dengan pernafasan
asidosis atau hipoksia diikuti oleh aritmia atau jantung berhenti berdenyut.
4. Tindakan yang terlalu lama atau bronkoskop yang terlalu besar akan
menyebabkan udem laring.
G. Komplikasi
Bila terlalu lama di bronkus, dapat timbul penyakit paru kronik supuratif,
bronkiektasis, abses paru dan jaringan granulasi yang menutupi benda asing. Sumbatan
benda asing yang berlangsung lebih dari 5 menit pada dewasa akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak dan henti jantung.6
12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Benda asing baik yang berasal dari dalam atau dari luar tubuh harus segera
diambil, karena bisa menyebabkan gangguan jalan nafas yang dapat
membahayakan jiwa penderita.
2. Faktor terbanyak penyebab benda asing dalam saluran nafas adalah karena
kelalaian manusia, terutama untuk benda asing dari luar tubuh.
3. Diagnosis untuk menegakkan adanya benda asing dalam saluran nafas
berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
4. Ada berbagai cara untuk penanganan adanya benda asing dalam saluran nafas,
diantaranya dengan cara nonendoskopi, trakeotomi dan bronkoskopi.
5. Diagnosis dan penanganan yang tepat sangat diperlukan agar penderita tidak
jatuh ke dalam penyulit yang lebih berat.
B. Saran
Hendaknya tenaga kesehatan dapat lebih jeli dalam mendiagnosis sumbatan
benda asing dalam saluran nafas, sehingga pertolongan yang tepat dapat segera
diberikan dan penderita dapat terselamatkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Prasetyawan, Minarti. Pengelolaan benda asing di trakea dan bronkus. Semarang
: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1991.
2. Junizaf MH. Benda asing di saluran nafas. Dalam : Buku ajar ilmu penyakit
telinga, hidung, tenggorok. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1998; 218-223.
3. Soejitno S. Benda asing dalam bronkus seorang penderita dewasa yang tidak
segera terdiagnosis. Dalam : Kumpulan karya ilmiah. Semarang :
Laboratorium/UPF THT Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1990;
78-91.
4. R Mansjoer A, Triyanti A, dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3, jilid satu.
Jakarta : Media Aescularis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000;
132-134.
5. Boies. Buku ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok. Edisi ke-6. Jakarta : EGC,
1997; 369-376.
6. Hasibuan R. Laringoskopi. Semarang : Laboratorium/UPF THT Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
7. Rusdianto WS. Pengambilan benda asing di saluran nafas dengan bantuan
fluoroskopi. Dalam : Kumpulan karya ilmiah. Semarang : Bagian/SMF THT
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1998.
14