169
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA DINAS KEHUTANAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI UNIT XXIV GULARAYA JL. ALAM RIA NO. 73 TLP 082188054799 DS. ANDUNA KEC. LAEYA KAB. KONAWE SELATAN Email : [email protected] RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL UNIT XXIV GULARAYA DI KABUPATEN KONAWE SELATAN DAN KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL UNIT XXIV GULARAYA KENDARI, MARET 2014

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DINAS KEHUTANAN

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

UNIT XXIV GULARAYA JL. ALAM RIA NO. 73 TLP 082188054799 DS. ANDUNA KEC. LAEYA KAB. KONAWE SELATAN

Email : [email protected]

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN

JANGKA PANJANG KPHP MODEL UNIT XXIV GULARAYA

DI KABUPATEN KONAWE SELATAN DAN KOTA KENDARI

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL UNIT XXIV GULARAYA

KENDARI, MARET 2014

Page 2: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL UNIT XXIV GULARAYA

Digandakan dan dijilid oleh : Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV

Tahun 2014

Page 3: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

HALAMAN JUDUL

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG

KPHP MODEL UNIT XXIV GULARAYA DI KABUPATEN KONAWE SELATAN DAN KOTA KENDARI

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor : SK. 3694/Menhut-II/Reg.4-1/2014

Tanggal : 9 Mei 2014

Page 4: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, menyebutkan bahwa

pembangunan kehutanan diselenggarakan berdasarkan azas manfaat dan lestari,

kerakyatan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan dengan tujuan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan pembangunan kehutanan, adalah : (1).

Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang

proporsional; (2). Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem termasuk

perairannya yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu dan non

kayu, jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan social, budaya dan

ekonomi yang seimbang dan lestari; (3). Meningkatkan daya dukung daerah aliran

sungai; (4). Mendorong peran serta masyarakat; dan (5). Menjamin distribusi

manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Sesuai dengan amanat pasal 13 ayat (1) PP No 6 TAHUN 2007 JO PP No

3 TAHUN 2008 bahwa Kepala KPH , menyusun Rencana Pengelolaan Hutan dan

pada ayat (3 ) disebutkan bahwa Rencana Pengelolaan Hutan jangka panjang

disusun oleh Kepala KPH. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun

oleh Kepala KPH dinilai oleh Gubernur dan disahkan oleh Menteri dan menjadi

pedoman dan acuan seluruh kegiatan pengelolaan hutan diwilayah KPH yang

bersangkutan .

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun dari hasil tata hutan

dan mengacu pada rencana kehutanan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota

serta memperhatikan aspirasi , nilai Budaya masyarakat setempat dan kondisi

lingkungan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang memuat unsur – unsur

1) Tujuan yang akan dicapai 2) Kondisi yang dihadapi , 3)Strategi serta kelayakan

pengembangan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan, pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan

dan konservasi alam, 4)Arahan kegiatan pembangunan jangka panjang KPH.

Selanjutnya Rencana Pengelolaan Hutan jangka Panjang dituangkan dalam

dokumen “ Buku Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang “

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang dilakukan untuk

mendesain fungsi-fingsi manajemen KPHP Unit XXIV Gularaya sejak tahun 2013-

Page 5: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 iii

2023 yaitu perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan

(actuating) dan pengawasan (controlling) ditinjau dari aspek SDM (man),

pembiayaan/anggaran (money), metodologi (methods), material (materials),

peralatan (machine).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK 61/Menhut–II/ 20011

ditetapkan KPHP Model Unit XXIV Konawe Selatan–Kota Kendari seluas 134.

419 ha atau % dari total wilayah KPH di Sultra (sebelum revisi tata ruang 2011) ,

terletak antara 4º 01′ 09" s.d 4º 31′ 15" Lintang Selatan dan 122º 07′ 57" s.d 122º

46′ 07" Bujur Timur dan secara administrasi Wilayah Kelolanya meliputi kabupaten

Konawe Selatan dan Kota kendari. KPHP unit XXIV ini merupakan KPH lintas

sehingga kewenangan berada pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Organisasi KPHP model unit XXIV dibentuk melalui Peraturan Gubernur

Sulawesi Tenggara nomor 42 tahun 2011, merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas

(UPTD) Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara yang strukturnya terdiri

atas Kepala UPTD KPH, Kepala Seksi Penataan Pemanfaatan dan Penggunaan

Kawasan Hutan, Kepala Seksi Rehabilitasi dan Perlindungan kawasan Hutan, dan

Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan unit Pengelolaan ( Resort ).

Visi UPTD KPHP Unit XXIV Gularaya adalah “ Menjadi Pengelola Hutan Lestari

Tingkat Tapak Yang Mandiri dan Berdaya Saing Tahun 2014 – 2023 “

Untuk mewujudkan visi diatas maka ditetapkan misi sebagai berikut :

1. Mengelola SDH dengan prinsip pengelolaan hutan lestari berdasarkan

Karakteristik dan daya dukung DAS

2. Meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa

lingkungan, serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna

menghasilkan keuntungan untuk menjamin kemandirian KPHP Gularaya

secara berkelanjutan.

3. Mengembangkan KPHP Gularaya yang profesional dan handal berbasis

kearifan lokal

4. Membangun kelas kelas perusahaan seperti KP HHK-HA, KP HHK-HT, KP

HHK- HHBK , KP JASLING

5. Melaksanakan pengelolaan Wilayah tertentu sesuai dengan peruntukan

lahan dan arah pengelolaan

6. Melaksanakan bisnis berbasis kehutanan dan menerapkan PPK BLUD

Page 6: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 iv

7. Memberdayakan masyarakat Hkm , HTR , HD melalui peningkatan peran

multipihak

8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

9. Memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah ( Kabupaten / Kota ,

Provinsi ) dan Nasional melalui Peningkatan Pelayanan Umum ,

Kesejahteraan Masyarakat, PAD dan penyelesaian permasalahan

lingkungan

Adapun tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHP gularaya

pada akhir jangka pengelolaan tahun 2023 adalah :

1. Terselenggaranya pengelolaan hutan lestari pada wilayah kelola KPHP

gularaya

2. Terwujudnya bisnis bidang kehutanan dengan core bisnis KP HHK HT jati

unggul seluas 31.024,61 Ha, KP HHBK bambu seluas 10.136,87 Ha ,

budidaya dan pemungutan madu serta, Terapi tropis Wallacea berbasis

lebah seluas 10,06 Ha.

3. Meningkatnya pelayanan masyarakat

4. Meningkatkan pemberdayaanmasyarakat melalui skema HTR, Hkm ,HD

dan kemitraan

Dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang mengacu

pada Visi Misi KPH, Rencana Strategis Kehutanan Tingkat Nasional 2009-2014,

Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi 2011-2030 ,Rencana Strategi Dinas

Kehutanan Sulawesi Tenggara 2009-2013, dan permasalahan, hambatan atau

kendala yang diprediksi terjadi kedepan. Permasalahan Utama yang muncul

sebagai KPH yang baru akan beroperasi adalah belum ada alokasi sumber daya

KPH, belum bergeraknya fungsi fungsi manajemen ,tidak tersedianya data yang

akurat, kurang lengkap dan tidak tertata dengan baik terkait dengan penyusunan

Rencana tersebut. Disamping itu adanya pemekaran wilayah kabupaten kota turut

mempersulit dalam pengumpulan data informasi yang dibutuhkan. Sedangkan

permasalahan teknis yaitu belum mantapnya kawasan hutan, perambahan,

pembalakan/illegal loging, banyaknya lahan kritis, kemiskinan dan tekanan

terhadap hutan cukup tinggi.

Berdasarkan visi, misi dan permasalahan tersebut, disusun Program

Pokok yang direncanakan selama tahun 2014-2023 yaitu Alokasi suberdaya

Page 7: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 v

(SDM, Dana , sarpras dll), menggerakkan fungsi dan unsur manajemen KPH,

Pemantapan Kawasan Hutan, Tata hutan dan penyusunan Rencana Pengelolaan

Jangka panjang & jangka pendek KPH, Rehabilitasi lahan kritis, Pemanfaatan dan

penggunan kawasan hutan, Pemberdayaan masyarakat, Optimalisasi peran dan

fungsi DAS sebagai daya Dukung ,Perlindungan hutan dan konsevasi alam .

Program-Program tersebut dijabarkan menjadi kegiatan kegiatan pada setiap tahun

menurut skala prioritas, sehingga diharapkan pada pada tahun 2022 menjad KPH

Mandiri .

Pelaksanaan kegiatan Tata hutan yaitu inventarisasi potensi, inventarisasi

social budaya telah dilasanakan bulan februari-maret 2012 dengan sumber dana

dari BPKH wil VII Makasar. Menyusul kegiatan Penyusunan Rencana Pengelolaan,

pemenuhan Sarpras ( bangunan kantor, kendaraan roda 4, roda dua, perlengkapan

kantor, komputer/laptop) akan dialokasikan pada tahun 2012 dengan sumber dana

yang sama. Pada tahun 2012 ini belum ada dukungan dana dari APBD mengingat

lembaga ini baru terbentuk , namun demikian akan diupayakan pada APBD-P.

Prioritas kegiatan lain adalah pemantapan kawasan untuk mendapat

kepastian hukum tentang kawasan hutan yang menjadi wilayah kelola

KPH,Pembagian blok/ Zonasi , rehabilitasi ,Perlindungan dan pengamanan hutan ,

mendorong pemegang izin HTR,HKm, HD ,HTI mendapat sertifikasi sebagaimana

yang telah dicapai oleh Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) pada hutan Rakyat,

Perdagangan Karbon, meningkatkan kualitas SDM dll. Untuk melaksanakan

kegiatan dalam implementasinya peran koordinasi dengan para stakeholder dan

menghidupkan forum multi pihak menjadi sangat penting.

Monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis

lapangan secara umum sudah berjalan, akan tetapi belum optimal sesuai standart

operating system (SOP) yang baku sesuai indikator pencapaian kinerja yang

ditetapkan dalam rencana tahunan, meliputi indikator masukan/input, indikator

keluaran/output, indikator hasil/outcome; indikator manfaat/benefit, indikator

dampak/impact pada setiap jenjang manajemen yang sudah tertuang dalam DPA-

APBD. Kondisi tersebut karena belum tertampungnya seluruh struktur aparatur

pelaksana Balai KPH (BDH, RPH, Kepala Pabrik dan Mandor) dalam tatanan

struktur dan jabatan organisasi Balai KPH.

Page 8: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 vi

P E T A S I T U A S I

Page 9: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan

Karunia-Nya, sehingga Laporan Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Jangka

Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) unit XXIV Gularaya

Provinsi Sulawesi Tenggara dapat diselesaikan sesuai rencana.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun dari hasil tata hutan

dan mengacu pada Rencana Kehutanan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota

serta memperhatikan aspirasi , nilai Budaya masyarakat setempat dan kondisi

lingkungan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang memuat unsur – unsur

1) Tujuan yang akan dicapai 2) Kondisi yang dihadapi , 3)Strategi serta kelayakan

pengembangan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan, pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan

dan konservasi alam, 4)Arahan kegiatan pembangunan jangka panjang KPH.

Selanjutnya Rencana Pengelolaan Hutan jangka Panjang dituangkan dalam

dokumen “Buku Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang“.

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang bertujuan untuk

memberikan pedoman dan acuan seluruh kegiatan pengelolaan hutan diwilayah

KPH dan juga acuan dalam melakukan evaluasi proses pembangunan KPH,

sehingga proses pembangunan KPH model Gularaya dapat berjalan secara

sistimatis dan terarah menuju pencapaian target pembangunan KPH

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu, sehingga terselesaikannya Buku Rencana Pengelolaan Hutan Jangka

Panjang KPHP Model Unit XXIV Gularaya Sulawesi Tenggara

Demikian laporan ini semoga dapat bermanfaat

Kendari, Februari 2014

K E P A L A Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

(KPHP) Gularaya

Ir. H. Fajar Sudrajat, MS NIP.19620914 199203 1 004

Page 10: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 x

DAFTAR ISI

SAMPUL .. ........... i

HALAMAN JUDUL .. ....... ... ii

LEMBAR PENGESAHAN .. ....... ... iii

PETA SITUASI .. ........ . iv

RINGKASAN EKSEKUTIF .......... . v

KATA PENGANTAR .. ....... .... ix

DAFTAR ISI .. ......... ..... x

DAFTAR TABEL .. ....... ... xii

DAFTAR GAMBAR .. ............. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .. ....... ... xv

DAFTAR LAMPIRAN PETA ... ....... ... xvi

I. PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang������������...������......���.. 1

B. Tujuan Pengelolaan����������..�����...�����. 4

C. Sasaran���������������..������......���.. 5

D. Ruang Lingkup�����������..��.......��������. 5

E. Batasan Pengertian���������..�������.......���. 6

II. DESKRIPSI KAWASAN

12

A. Risalah Wilayah���������������.......�..�����. 12

1. Letak, Luas dan Keadaan Wilayah������..........�����.

2. Kondisi Biofisik Areal KPH���������..��..�����.

a. Fungsi kawasan����������������.....���

b. Kondisi topografi��������������.�..����

c. Jenis tanah����������������..�..����.

3. Aksesiblitas Kawasan��������������.....����.

4. Sejarah Wilayah kelola KPHP Gularaya�����..�..����..

5. Pembagian Blok pada Wilayah KPH Gularaya���.....����..

12

14

14

15

15

18

19

23

B. Potensi Wilayah KPH���������������............��... 26

1. Penutupan Vegetasi��������������............��.. 26

2. Potensi Kayu����������������..��..����

3. Potensi Non Kayu��������������..��...����

27

30

4. Keberadaan Flora Fauna�����������.........����.. 31

5. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam���..........����.. 34

C. Sosial Budaya�����������������....������. 36

D. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan����..........������ 39

E. Posisi KPHP Gularaya dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan

Pembangunan Daerah�������������..���..���..

43

F. Isu Stategis, Kendala dan Permasalahan�����...���..���.. 44

Page 11: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 xi

III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN������......���...��.. 51

IV ANALISIS DAN PROYEKSI�������������......�...���. 54

A. Analisis Data dan informasi�����������...��...����

1. Pemantapan batas kawasan hutan���������...����

2. Pemanfaatan potensi sumber daya hutan���..��...����..

a. Kondisi tutupan lahan����������..����...��..

b. Potensi kayu, bukan kayu dan jasling����..���..��...

3. Pembinanaan pemegang izin���������..���..���

4. Pemberdayaan masyarakat���������...���..���..

5. Rehabilitasi kawasan hutan����������...�...����.

6. Konservasi sumber daya alam��������..��..����..

7. Perlindungan dan pengamanan hutan����..��.�����.

8. Optimalisasi pemanfaatan wilayah tertentu dan penerapan PPK

BLUD�����������������.........�...�����

54

54

57

57

58

61

63

64

66

69

71

B. Proyeksi Kondisi wilayah����������....���..�����

1. Proyeksi peluang kelas perusahaan strategis, kemitraan dan konservasi ���������������...���..����..

2. Proyeksi peluang pendanaan�������...........................�. 3. Proyeksi kapasitas internal���������..���..���� 4. Proyeksi potensi resiko����������.���..����..

71

71

72

73

73

74

V. RENCANA KEGIATAN��������������..���..���.. 75

A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan

Hutannya............................................................................................

1. Inventarisasi berkala 5 tahunan.....................................................

2. Rekontruksi batas luar wilayah KPH..............................................

3. Penataan batas blok pada wilayah KPH.........................................

75

75

78

79

B. Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu....................................... 80

C. Pemberdayaan Masyarakat................................................................. 87

D. Pembinaan Izin dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang

telah ada Izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan

Hutan�����������.................................................���

a. Pinjam pakai kawasan����������...����..����

b. Perubahan peruntukan kawasan hutan���..�����..��...

c. Perubahan fungsi kawasan hutan�����......����..���

97

99

102

102

E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal Diluar Izin..........................

1. Dasar hukum dan acuan pelaksanaan rehabilitasi hutan................

2. Lokasi penyelenggaraan rehabilitasi areal KPHP Gularaya.............

3. Kegiatan teknis rehabilitasi hutan...................................................

a. Reboisasi.................................................................................

b. Pemeliharaan tanaman.............................................................

c. Pengayaan tanaman.................................................................

d. Penerapan teknik konservasi...................................................

4. Model rehabilitasi hutan dan lahan.................................................

a. Pola agroforestry......................................................................

104

104

106

108

108

109

109

110

110

110

Page 12: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 xii

b. Pola pengayaan.......................................................................

c. Pola hutan campuran sistem jalur.............................................

d. Pola hutan tanaman campuran/hutan serbaguna......................

5. Civil teknis dalam RHL...................................................................

111

111

111

112

F. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pelaksanaan Rehabilitasi

dan Reklamasi pada areal yang sudah ada hak atau izin pemanfaatan

dan penggunaan kawasan hutannya........................�.........................

112

G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam..�.........

a. Perlindungan hut an dari kebakaran hutan�����..���

b. Perlindungan hutan atas hasil hutan�������..����

c. Perlindungan hutan dari gangguan ternak����..�..��..

d. Perlindungan hutan dari daya-daya alam������..���

e. Perlindungan hutan dari hama dan penyakit����....���

f. Polisi kehutanan�����������������..��..

114

120

121

122

122

123

123

H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar pemegang

izin.......................................................................................................

125

I. Koordinasi dan Sinergi dengan instansi dan Pemangku

kepentingan������������������..............���.

128

J. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM����...............��.

a. Persyratan jabatan.........................................................................

b. Kompetensi SDM pengelola KPH..................................................

c. Penataan dan pengembangan personil..........................................

128

129

130

132

K. Penyediaan Pendanaan���������.............��..����� 134

L. Penyediaan Sarana dan Prasarana�������...............���� 135

M. Pengembangan Data Base������������...............��..

a. Pengelola data base KPH Gularaya................................................

b. Arahan dan pencapaian pengembangan data base KPH Gularaya.

136

137

138

N. Rasionalisasi Wilayah Kelola............................................................... 139

O. Review Rencana Pengelolaan ( minimal 5 tahun sekali )..................... 140

P. Pengembangan investasi�������������..............��.

a. Masalah........................................................................................

b. Sasaran.........................................................................................

c. Prioritas arah kebijakan.................................................................

d. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan........................................

141

141

141

141

142

VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ............ . 143

VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ............ . 144

VIII

.

PENUTUP .............. .. 145

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 146

LAMPIRAN ..........

Page 13: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 xiii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1 Sebaran Wilayah Administrasi Pada Wilayah KPH Gularaya.......... 13

2 Perincian Luas KPHP Gularaya berdasarkan Fungsi Kawasan.............. 14

3 Kondisi Topografi di Wilayah KPH Gularaya............................. 15

4 Sebaran Jenis Tanah di Wilayah KPH Gularaya.......................

16

5 Jaringan Jalan yang berada di sekitar Wilayah KPHP Gularaya... 19

6 Luas Kawasan Hutan Wilayah Kelola Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Gularaya Berdasarkan Kelompok

Hutan...................................................................................

20

7 Perkembangan Tata Batas Pengukuhan Kawasan Hutan wilayah Kelola Kesatuan Pengelolaan hutan Produksi (KPHP)

Gularaya Berdasarkan Berita Acara Tata Batas BIPHUT Sultra...

21

8 Sebaran Pembagian Blok Pada Wilayah KPH Gularaya..............

24

9 Sebaran Penutupan Lahan Di Wilayah KPH Gularaya................

26

10 Produksi Kayu Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya

tahun 2006 – 2010...........................................................

28

11 Produksi Kayu Kota Kendari Menurut Jenisnya tahun 2006 – 2010.....................................................................................

28

12 Potensi Luas Tanaman Jati Menurut Kecamatan dan Desa di

Areal KPHP Gularaya tahun 2004 ...........................................

29

13 Produksi Hasil Hutan Bukan kayu tahun 2009 – 2010............... 31

14 Jenis Tumbuhan yang Ditemukan di Wilayah KPH Gularaya....... 32

15 Persebaran Penduduk Kota Kendari Menurut Kecamatan tahun

2010...............................................................................

37

16 Persebaran Penduduk Kabupaten Konawe Selatan Menurut

Kecamatan tahun 2010.......................................................

38

17 Rata Rata Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Konawe Selatan Menurut Kecamatan tahun 2005 – 2011.................................

39

17 Kondisi Potensi Wilayah dan Penutupan Lahan Wilayah Kelola KPHP Gularaya Unit XXIV.........................................................................

55

Page 14: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 xiv

No Keterangan Halaman

18 Realisasi Tata Batas di Kabupaten Konawe Selatan hingga

tahun 2010......................................................................

56

19 Sebaran Penutupan Lahan Di Wilayah KPH Gularaya............... 57

20 Produksi Kayu Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya tahun 2006 – 2010...............................................................

59

21 Penggunaan Lahan di Kabupaten Konsel dan Kota Kendari....... 62

22 Luas Wilayah kecamatan, Jumlah desa di wilayah KPHP Gularaya...... 63

23 Penyebaran lahan Kritis di Kawasan Hutan Kab Konsel dan Kota Kendari.....................................................................................

65

24 Uraian Kegiatan Inventarisasi Berkala Pada Wilayah KPHP Gularaya...............................................................................

77

25 Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Rekonstruksi Batas Luar KPH Gularaya....................................................

78

26 Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Tata Batas Blok pada KPH Gularaya............................................................

79

27 Pembagian Blok dan Penentuan Wilayah Tertentu...................

81

28 Sebaran Lokasi Wilayah Tertentu Dan Rencana Program

Kegiatan Pada Wilayah Tertentu KPH Gularaya.......................

82

29 Rekapitulasi Rencana Kegiatan Strategis Pemanfaatan Pada Wilayah Tertentu KPH Gularaya dan Target Capainnya.................................

86

30 Kondisi Tutupan Lahan, Luas dan Letak Blok pemberdayaan KPH Gularaya pada Wilayah Administrasi Kabuapten Konawe Selatan dan Kota Kendari..............................................................

87

31 Rekapitulasi Rencana Kegiatan Pemberdayaan Masyarakati KPH Gularaya jangka 2014-2023...................................................

91

32 Sebaran Desa-Desa Sasaran Kegiatan Pemberdayaan pada

Blok Pemberdayaan masyarakat KPH Gularaya........................

95

33 Areal Kph yang Telah ada Izin Pemanfaatan Maupun Penggunaan Kawasan Hutan dan dalam proses perijinan tersebut.......................

97

34 Rekapitulasi Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan pada areal yang telah ada hak atau izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan KPHP Gularaya jangka 2014 – 2023......

103

35 Sebaran Lokasi Prioritas Sasaran Rehabilitasi pada Wilayah KPH Gularaya........................................................................................

106

Page 15: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 xv

No Keterangan Halaman

36 Rekapitulasi rencana Penyelenggaraan Rehabilitasi pada areal diluar izin KPH Gularaya jangka 2014 – 2023..........................

110

37 lokasi Potensial Rehabilitasi Dan Reklamasi Pada Areal Yang

Sudah Ada Hak Atau Izin Pemanfaatan Dan Penggunaan Kawasan Hutannya Berdasarkan Tutupan Lahannya Di Wilayah Kph Gularaya.........................................................................

113

38

kapitulasi rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada areal yang sudah Ada Hak atau izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan KPH Gularaya jangka 2014-2023..........................................................................

114

39

Areal Blok inti dan Blok Perlindungan yang Perlu dilakukan Program Kegiatan Perlindungan dan Konservasi Alam..............

114

40

Rekapitulasi Rencana Kegiatan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam pada KPH Gularaya jangka 2014-2023....................................

124

41

Ruang Lingkup Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Antara Pemegang Izin di Wilayah Kelola KPHP Gularaya..............................

126

42

Penyelenggaraan Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi antara Pemegang Izin di Wilayah Kelola KPHP Gularaya..............................

127

43

Persyaratan Administrasi Minimal SDM KPH.............................. 129

44 Kelompok Kompetensi Jabatan Struktural dan Kepala Unit........ 131

45

Pengelola (Resort) pada Organisasi KPHP Gularaya (unit

XXIV)............................................................................. Kebutuhan pegawai selema periode 2014 – 2023............................

132

Page 16: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 xvi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Peta Situasi iv

Page 17: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1

Page 18: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 xviii

DAFTAR LAMPIRAN PETA

No Halaman

1 Peta Wilayah KPHP Gularaya

2 Peta Penutupan Lahan KPHP Gularaya

3 Peta Daearah Aliran Sungai KPHP Gularaya

4 Peta Sebaran Potensi KPHP Gularaya

5 Peta Blok/Petak KPHP Gularaya

6 Peta Penggunaan Lahan KPHP Gularaya

7 Peta Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan

Hutan

8 Peta Tanah, Iklim dan Geologi

9 Peta Pemanfaatan Wilayah Tertentu KPHP Gularaya

Page 19: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 1

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengamanahkan

pembangunan Kehutanan diselenggarakan berdasarkan azas manfaat dan

lestari,kerakyatan,kebersamaan,keterbukaan dan keterpaduan dengan tujuan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk

itu, tujuan pembangunan kehutanan diarahkan untuk : (1) Menjamin keberadaan

hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional;(2)

Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem termasuk perairannya yang

meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu dan non kayu, jasa

lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang

seimbang dan lestari; (3) Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai; (4)

Mendorong peran serta masyarakat; dan (5) Menjamin distribusi manfaat yang

berkeadilan dan berkelanjutan.

Fenomena pemanfaatan sumberdaya hutan yang berkelanjutan belum

membuahkan hasil yang menggembirakan, bahkan setelah lebih dari ± 40 tahun,

sumber daya alam hutan dimanfaatkan secara berlebihan, sehingga menimbulkan

laju degradasi dan deforestasi hutan yang sangat tinggi. Tingkat degradasi dan

deforestasi di Indonesia ini merupakan ancaman keberlanjutan yang tidak hanya

mengancam secara sektoral kehutanan,namun dapat berdampak pada aspek

kehidupan yang lebih luas. Berdasarkan data State of the World’s Forest 2007 yang

dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization ( FAO ),angka deforestasi

Indonesia pada periode 2000 – 2005 mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang

menempatkan Indonesia sebagai top rangking negara dengan daya rusak tercepat

didunia versi Guiness Book of The Record.

Page 20: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 2

Laju deforestasi hutan di Indonesia dipicu oleh kegiatan sektor kehutanan

dan non kehutanan yang berada dalam kawasan hutan. Pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan kerap mengabaikan fungsi kawasan hutan sehingga

laju deforestasi cenderung tidak terkendali. Berbagai hasil kajian menyebutkan,

kerusakan hutan yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor,antara lain

penyalahgunaan HPH, HPHH dan IPK yang diberikan sehingga mengarah pada

pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik per

tahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan)

sebagaimana yang direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World

Bank adalah 22 juta meter kubik per tahun.

Perkembangan pembangunan yang pesat di berbagai sektor, pertumbuhan

penduduk yang memerlukan ruang lebih besar serta adanya dinamika perubahan

kebijakan dan politik dalam sistem pemerintahan berimplikasi terhadap kondisi

kawasan hutan yang kian memprihatinkan. Meningkatnya laju deforestasi, illegal

loging, illegal trade, lemahnya pengawasan di lapangan, kebakaran hutan, alih

fungsi hutan menjadi Lahan non kehutanan, penyerobotan Lahan hutan, rendahnya

pendapatan masyarakat di dalam dan sekitar hutan serta meningkatnya luas

kawasan hutan yang tidak terkelola secara baik merupakan indikasi merosotnya

kualitas dan kuantitas kawasan hutan.

Dalam lingkungan global, isu-isu internasional semakin gencar seperti climate

change dan global warming serta meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Dampak negatif perubahan iklim telah dirasakan banyak negara termasuk

Indonesia, seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, badai iklim serta kenaikan

permukaan laut yang secara signifikan akan mempengaruhi ketenangan hidup

manusia di bumi. Hutan dipandang tidak hanya sebagai penghasil kayu, tetapi juga

sebagai penyelamat ekosistem bumi karena kemampuannya dalam menyerap dan

menyimpan karbon.

Hal-hal yang menyebabkan pengelolaan hutan dimasa lampau gagal

mewujudkan kelestarian sumberdaya hutan dan tujuan pembangunan kehutanan

antara lain (1) Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan belum didukung

Page 21: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 3

oleh kepastian batas-batas kawasan hutan yang mantap dan diakui oleh semua

pihak terkait; (2) Dalam memanfaatkan sumberdaya alam hutan telah terjadi

pengambilan potensi hasil-hasil hutan yang melebihi kemampuan/potensi yang

dimiliki oleh hutan tersebut (kayu dan non kayu); (3) Kerusakan sumberdaya hutan

yang terjadi selama periode pengelolaan dan pemanfaatan hutan tidak segera

diperbaiki, direhabilitasi, dan diselesaikan dengan baik; (4) Pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya hutan tidak dievaluasi secara periodik oleh semua pihak

terkait (baik kondisi fisik hutan maupun sosial budaya) dan (5) Tidak adanya

organisasi tingkat tapak yang mengelola sumber daya hutan secara lestari sesuai

fungsi dan peruntukannya.

Berdasarkanhaltersebutdiatas keberadaan organisasitingkat tapak menjadi

sangat penting peranannya sebagai pengelola kawasan yang mengetahui kondisi

tingkat tapak sehingga dapat melaksanakan pemanfaatan hutan, penggunaan

kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi serta perlindungan hutan dan

konservasi alam secara optimal.

Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan serangkaian

proses perencanaan/penyusunan desain kawasan hutan, yang didasarkan atas

fungsi pokok dan peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan

lestari. KPH menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional,

provinsi dan kabupaten kota, yang pembentukannya ditujukan untuk menyediakan

wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari.

Sasaran pembentukan KPH antara lain: memberikan kepastian areal kerja

pengelolaan hutan, kepastian wilayah tanggung jawab pengelolaan dari suatu

organisasi pengelolaan tertentu, memastikan satuan analisis dalam penyusunan

perencanaan pembangunan dan pengelolaan hutan, sebagai dasar dalam rencana

pengembangan usaha, penguatan legitimasi status, sebagai sarana perolehan

kepastian hukum wilayah pengelolaan hutan, terlaksananya penerapan kriteria dan

standar pengelolaan hutan lestari, serta terbentuknya institusi pengelola

(organisasi) KPH.

Page 22: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 4

Strategi pembentukan KPH, dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan

lestari meliputi: manajemen kawasan (pemantapan, penataan, dan pengamanan

kawasan), pengelolaan hutan (kelola produksi, lingkungan dan sosial), dan

manajemen kelembagaan (penataan organisasi, sumberdaya manusia, keuangan,

materil, metode dan waktu).

Berdasarkan Permenhut Nomor P.06/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar,

Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), salah satu tugas dan

fungsi organisasi KPHL dan KPHP adalah penyusunan tata hutan dan rencana

pengelolaan hutan, agar pembentukan KPH dapat memenuhi target yang

ditetapkan sekaligus menjadi pedoman pelaksanaan pengelolaan hutan bagi KPH.

Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Gularaya Provinsi Sulawesi Tenggara

difokuskan pada target dan rencana pengelolaan yang disusun melalui analisis

proyeksi, target pencapaian sebagai dasar dalam penyusunan kegiatan yang

terencana pada setiap blok-blok pengelolaan. Dengan demikian, rencana

pengelolaan KPHP Gulayara diharapkan dapat membentuk arah dan perencanaan

kerja, yang melibatkan semua pihak dalam upaya pengembangan KPH di Provinsi

Sulawesi Tenggara.

B. Tujuan Pengelolaan

Tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHP Gularaya hingga

tahun 2023 adalah :

1. Terwujudnya manajemen pengelolaan hutan KPHP Gularaya sehingga

mengarah pada kelestarian hutan.

2. Terwujudnya bisnis bidang kehutanan dengan core bisnis Kelas

Perusahaan HHK-HT jati unggul seluas 31.024,61Ha, Kelas Perusahaan

HHBK bambu seluas 10.136,87Ha,Kelas Perusahaan Jasa Lingkungan

ekowisata Wallacea Health Center seluas 10,06 Ha.

3. Peningkatan luasan penutupan Lahanhutan untuk terwujudnya

pelayanan masyarakat dari bahayabanjir dan erosi.

Page 23: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 5

4. Terselenggranya pemberdayaan masyarakat melalui skema HTR,

HKm/HD, dan kemitraan.

5. Terwujudnya pengamanan kawasan hutan melalui pemberdayaan

masyarakat didalam dan sekitar hutan.

C. Sasaran

Sasaran kegiatan periode 2014 – 2023 (10 tahun) adalah :

1. Terwujudnya kelas perusahaan hutan tanaman jati unggul seluas

31.024,61Ha.

2. Terwujudnya kelas perusahaan bambu 10.136,87Ha.

3. Terwujudnya kelas Perusahaan Wallacea Health Center ( WHC ) seluas

10,06 Ha.

4. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat HTR seluas 7.512,91Ha.

5. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat HKm seluas 1.723,97Ha.

6. Terwujudnya pencadangan HTR dan HKm/HD seluas 8.524,60Ha.

7. Terwujudnya Perencanaan Jangka Panjang Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu Hutan Alam Restorasi Ekosistem, pada Arahan blok HHK HA Hutan

Produksi dan Pemanfaatan HHBK, Jasling dan penjualan karbon (carbon

trading)pada arahan blok pemanfatan HL.

8. Penyelesaian masalah konflik tenurial.

9. Terwujudnya kemandirian KPHP Gularaya melalui penerapan PPK BLUD

dengan core businesshutan tanaman, hutan bambu, terapi tropis

Wallacea.

10. Terbinanya pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan

hutan.

11. Terjaminnya perlindungan dan pengamanan hutan dalam wilayah kelola

KPHP Gularaya secara berkelanjutan.

Page 24: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 6

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Rencana Pengelolaan meliputi :

1. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutan.

2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu.

3. Pemberdayaan masyarakat.

4. Pembinaan dan pemantauan pada areal yang telah ada izin pemanfaatan

dan penggunaan kawasan hutan.

5. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal diluar izin.

6. Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi

padaareal yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan

hutan.

7. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam.

8. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin.

9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.

10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM.

11. Penyediaan pendanaan.

12. Pengembangan data base.

13. Rasionalisasi wilayah kelola.

14. Review rencana pengelolaan.

15. Pengembangan investasi.

E. Batasan Pengertian

1. Hutan adalah kesatuan ekosistem pada suatu hamparan Lahan yang

berisikan sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

persekutuan dengan alam lingkungannya, dimana antara satu dengan

yang lain tidak dapat dipisahkan.

2. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi utama

sebagai pendukung kelestarian ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS)

Page 25: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 7

dan sebagai pendukung bagi upaya optimalisasi fungsi sumberdaya

buatan yang ada pada bagian hilir DAS.

3. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok

memproduksi hasil hutan.

4. Hasil hutan adalah aneka produk berupa barang dan atau jasa yang

diperoleh atau berasal dari sumberdaya hutan yang dapat dimanfaatkan

dan atau diperdagangkan.

5. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daratan yang merupakan suatu

kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak sungai yang melintasi

daerah tersebut, yang berfungsi untuk menampung dan menyimpan air

hujan ataupun air yang berasal dari sumber lainnya, serta mengalirkan

air termaksud ke laut melalui badan-badan sungai.

6. Sub DAS adalah bagian wilayah dari DAS yang dibatasi oleh pemisah

topografi berupa punggung bukit yang menerima air hujan dan

mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama.

7. Degradasi hutan adalah penurunan luasan dan kualitas sumberdaya

hutan, yang berakibat pada penurunan potensi, nilai manfaat, dan

fungsi hutan yang bersangkutan.

8. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau

ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai

hutan tetap.

9. Kehutanan adalah sistem pengurusan hutan, kawasan hutan, dan hasil

hutan yang diselenggarakan secara terpadu.

10. Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, jenis dan

tahapan kegiatan, serta penentuan perangkat yang diperlukan dalam

pengurusan hutan, yang diharapkan dapat mendasari dan sekaligus

menjadi pedoman dan pemberi arah bagi penyelenggaraan kehutanan

sehingga sumberdaya hutan dapat didayagunakan sebesar-besarnya bagi

kemakmuran rakyat, secara berkeadilan dan berkelanjutan.

Page 26: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 8

11. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah unit pengelolaan hutan

terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang diharapkan dapat

mendukung dan atau menjamin pengelolaan sumberdaya hutan secara

efisien dan lestari.

12. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang diharapkan dapat

dikembangkan secara bertahap menuju situasi dan kondisi KPH aktual

pada tingkat tapak, yang diindikasikan oleh kemampuan dalam

menyerap tenaga kerja dan investasi, serta memproduksi barang dan

jasa kehutanan secara melembaga dalam sistem pengelolaan hutan yang

efisien dan lestari.

13. Arahan pencadangan KPH adalah suatu kebijakan yang diwujudkan

melalui surat keputusan dan peta pencadangan KPH, yang ditetapkan

oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan a.n. Menteri Kehutanan

berdasarkan hasil pengkajian rancang bangun KPH dengan

memperhatikan kriteria dan standar pembentukan KPH.

14. Model adalah perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau situasi

aktual, yang juga dapat dimaknai sebagai bentuk atau wujud

penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks.

15. Pembentukan KPH adalah proses pengembangan kesepahaman dan

kesepakatan pihak-pihak terkait dalam hal penjabaran arahan

pencadangan KPH ke dalam unit pengelolaan hutan pada suatu wilayah,

yang dapat meliputi satu wilayah kabupaten/kota tertentu, ataupun

meliputi wilayah beberapa kabupaten/kota, yang hasilnya dituangkan

dalam bentuk buku dan peta KPHP.

16. Penetapan KPH adalah rangkaian akhir dari pembentukan KPH berupa

pengesahan KPH oleh Menteri Kehutanan.

17. Rancang bangun KPH adalah rancangan makro KPH yang memuat hasil

identifikasi dan delinasi areal yang akan dibentuk menjadi KPH dalam

bentuk buku dan peta.

Page 27: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 9

18. Kriteria dan standar pembentukan KPHP adalah ukuran yang menjadi

dasar penilaian atau penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan.

19. Komoditas andalan kehutanan adalah produk kehutanan yang dapat

dikelola dan lebih dikembangkan menjadi kekuatan utama untuk

mendukung pertumbuhan wilayah, yang dicirikan oleh daya serap tenaga

kerja yang relatif tinggi, kontribusi terhadap pendapatan daerah yang

relatif besar, serta daya mengangkat atau daya dorong terhadap

pertumbuhan sektor non kehutanan yang relatif kuat.

20. Core Business KPHP Gularaya adalah usaha HHK-HT jati unggul, usaha

HHBK tanaman bambu dan jasa lingkungan ekowisata Wallacea Health

centeryang merupakan komoditas unggulan serta memliki nilai komersial

dan konservasi.

21. Komoditas komersial kehutanan adalah hasil-hasil hutan yang memiliki

keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif untuk diusahakan

atau dimanfaatkan sebagai komoditas bisnis berbasis kehutanan.

22. Komoditasunggulan kehutanan adalah produk kehutanan yang mampu

bersaing dengan komoditas serupa yang berasal dari provinsi atau

negara lain, baik pada pasar nasional maupun pada pasar internasional.

23. Konservasiadalahupayamempertahankan,meningkatkandanatau

mengembalikan daya dukung Lahan hutan, untuk menjamin kelestarian

fungsi dan manfaat Lahan hutan yang bersangkutan, melalui

pemanfaatan secara bijaksana.

24. Perlindungan dan pengamanan hutan adalah upaya-upaya untuk

melindungi dan mengamankan sumberdaya hutan dari berbagai

gangguan seperti, kebakaran hutan, serangan hama dan penyakit,

perambahan dan pencurian hasil hutan, perburuan liar, dan lain-lain.

25. Kemitraan adalah suatu kerjasama yang sinergis diantara para

pemangku kepentingan yang didasari prinsip-prinsip:saling

ketergantungan,saling membutuhkan, saling mempercayai, saling

Page 28: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 10

mendukung dan saling melindungi, demi terwujudnya tujuan dan sasaran

pengembangan.

26. Konflik adalah ketegangan atau ketidakharmonisan hubungan antar

individu atau kelompok-kelompok sosial sebagai akibat dari adanya

perbedaan pemahaman, perbedaan persepsi dan atau perbedaan

kepentingan dalam upaya pencapaian tujuan atau sasaran

pengembangan.

27. Jejaring adalah sistem komunikasi yang dikembangkan dan

memungkinkan semua stakeholder untuk saling berinteraksi (bertukar

informasi) secara langsung ataupun tidak langsung, dengan

menggunakan beragam media (multi-media), dalam kedudukan yang

setara atas dasar saling membutuhkan dan saling ketergantungan.

28. Masyarakat lokal adalah kelompok masyarakat di dalam suatu kawasan

geografis tertentu, meliputi penduduk asli atau penduduk tradisional dan

para pendatang yang melakukan pemukiman swakarsa.

29. Stakeholders adalah pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dengan suatu program atau kegiatan.

30. Peranmultipihak adalah fungsi,kedudukan dan tugas yang seharusnya

diemban oleh masing-masing stakeholder dalam kaitan dengan

pembentukan dan pengembangan KPH.

31. Pengembangansumberdaya manusia (SDM) adalah segala upaya yang

ditujukan untuk peningkatan mutu, baik dalam kualifikasi maupun

produktivitas SDM, pada hakekatnya diwujudkan melalui kegiatan-

kegiatan pemberdayaan masyarakat.

32. Pengusahaanhutanadalahupaya pemanfaatan sumberdaya hutan

berdasarkan azas kelestarian fungsi dan azas perusahaan yang meliputi

penanaman, pemeliharaan dan pengamanan, pemanen hasil,serta

pengoLahan dan pemasaran hasil hutan.

33. RehabilitasiHutandanLahanadalahupaya-upaya pemulihan, dan

peningkatan fungsi Lahan dan hutan sehingga daya dukung,

Page 29: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 11

produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga

kehidupan tetap berjalan.

34. Social forestry adalah sistem pengelolaan kawasan hutan negara dan

atau hutan hak, melalui pelibatan masyarakat setempat sebagai pelaku

dan atau mitra utama dalam rangka peningkatan kesejahteraan mereka

dan perwujudan kelestarian hutan.

35. Wilayah pengelolaan hutan pada tingkat kabupaten/kota adalah

himpunan unit-unit pengelolaan hutan di wilayah kabupaten/kota.

36. Wilayah pengelolaan hutan pada tingkatprovinsi adalah himpunan

wilayah-wilayah pengelolaan hutan pada tingkat kabupaten/kota dan unit

pengelolaan hutan lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi.

37. Wilayah tertentu antara lain adalah wilayah hutan yang situasi dan

kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan

pemanfaatannya berada diluar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan.

Page 30: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 12

A. Risalah Wilayah

1. Letak dan Luas Wilayah KPH Gularaya

KPHP Gularaya merupakan KPH lintas administratif yang melintasi 2 wilayah

administrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kabupaten Konawe Selatan dan

Kota Kendari. Secara Geografis, Wilayah KPH pada Kabupaten Konawe Selatan

terletak pada 4° 01’ 09” sampai 4°31’ 15” Lintang Selatan, dan antara 122° 07’ 57”

dan 122° 46’ 07” Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut :

• Bagian Utara : Kabupaten Konawe dan Kota Kendari

• Bagian Timur : Laut Banda dan Laut Maluku

• Bagian Selatan : Kabupaten Muna

• Bagian Barat : Kabupaten Kolaka

Adapun batas KPH Gularaya yang masuk dalam wilayah administrasi Kota

Kendari sebagai berikut :

• Bagian Utara : Kabupaten Konawe

• Bagian Timur : Laut Kendari

• Bagian Selatan : Kabupaten Konawe Selatan

• Bagian Barat : Kabupaten Konawe Selatan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.61/Menhut-II/2011

tangga 28 Pebruari 2011 seluas ± 134.419 Ha, Secara administratif KPHP Gularaya

merupakan KPH lintas yang meliputi Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari,

Selanjutnya tahun 2012 kawasan hutan provinsi Sulawesi Tenggara mengalami

perubahan luas dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

SK.465/Menhut-II/2011 tanggal 9 Agustus 2011 tentang Perubahan Peruntukan

Page 31: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 13

Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan dan Perubahan Antar Fungsi

Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara sehingga luas kawasan

hutan wilayah kelola Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Gularaya

menjadi ± 115.363,01Ha, terdiri dari Kabupaten Konawe Selatan seluas

112.439,13Ha dan Kota Kendari seluas 2.923.88Ha. Secara keseluruhan wilayah

KPHP Gularaya meliputi 22 kecamatan dan 160 desa. Selengkapnya disajikan pada

tabel di bawah ini.

Tabel 1. Sebaran Wilayah Administrasi Pada Wilayah KPHP Gularaya

No Kecamatan Luas (Ha) Persentase Jumlah Desa

1 Andolo 79,90

0.07 1

2 Abeli 969,83

0.84 8

3 Angata 2790,32

2.42 8

4 Baito 8502,31

7.37 5

5 Baruga 342,16

0.30 1

6 Benua 563,64

0.49 4

7 Buke 7998,76

6.93 5

8 Kolono 16876,26

14.63 18

9 Konda 4614,36

4.00 7

10 Laeya 14412,09

12.49 13

11 Lainea 10147,92

8.80 13

12 Landono 4742,65

4.11 6

13 Laonti 388,37

0.34 3

14 Moramo 11060,21

9.59 14

15 Moramo Utara 8516,33

7.38 9

16 Mowila 2018,06

1.75 2

Page 32: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 14

No Kecamatan Luas (Ha) Persentase Jumlah Desa

17 Palangga 2218,82

1.92 4

18 Palangga Selatan 1680,03

1.46 9

19 Poasia 1611,89

1.40 4

20 Ranomeeto 2327,36

2.02 6

21 Tinanggea 2856,07

2.48 13

22 Wolasi 10644,95

9.23 7

Jumlah 115363,01

100,00 160

Sumber : Hasil Analisis GIS, 2013

2. Kondisi Biofisik Areal KPHP

a. Fungsi Kawasan

Kawasan hutan pada KPHP Gularaya menurut fungsinya terdiri atas Hutan

Lindung, Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas dan DPCLS. Total luas KPHP

Gularaya adalah 115.363,01Ha, dengan perincian menurut fungsi kawasannya

dapat dilihat pada Tabel 2, sedang penyebarannya secara spasial disajikan pada

Lampiran.

Tabel 2. Perincian Luas KPHP Gularaya Berdasarkan Fungsi Kawasan

No Fungsi Hutan

Jumlah Keterangan

Ha %

1 Hutan Lindung 43.688,38 37.86

2 Hutan Produksi Tetap 65.920,85 57.16

3 Hutan Produksi Terbatas 3.643,72 3.15

4 Dampak Penting Cakupan Luas Strategis 2.110,06 1.83

Proses Persetujuan DPR RI

5 Total 115363.01 100.00

Sumber : Hasil Ananlisis SIG, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa KPHP Gularaya memiliki kawasan hutan

produksi yang relatif cukup luas yakni ± 60.31% dari seluruh wilayah

Page 33: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 15

KPHPGularaya, yang terdiri atas kawasan hutan produksi tetap seluas 65.920,85Ha

dan hutan produksi terbatas seluas 3.643,72Ha. Dari segi luasan, kawasan hutan

produksi ini cukup potensil untuk memproduksi hasil hutan, khususnya kayu,

asalkan dikelola dengan baik. Hanya saja kondisi kawasan hutan produksi

termaksud, pada saat ini, umumnya merupakan hutan sekunder dengan potensi

kayu yang sangat rendah. Hasil peninjauan di lapangan menunjukkan bahwa kayu-

kayu yang ada dalam hutan produksi ini umumnya berdiameter di bawah 30 cm.

Jika tidak dilakukan upaya-upaya antisipatif maka diperkirakan akan terus

mengalami penurunan, mengingat adanya indikasi maraknya ilegal logging yang

terjadi. Oleh karena itu, agar kawasan hutan produksi termaksud dapat

menghasilkan kayu dan atau hasil hutan lainnya secara optimal dan

berkesinambungan, maka perlu dilakukan tindakan-tindakanrehabilitasi,

pemeliharaan dan pengamanan, yang didahului dengan tindakan penataan.

b. Kondisi Topografi

Gambaran tentang kondisi topografi di wilayah KPHP Gularaya dapat dilihat

pada Tabel 3 di bawah ini, sedang penyebarannya secara spasial disajikan pada

Lampiran.

Tabel 3. Kondisi Topografi di Wilayah KPH Gularaya

No Kelerengan Luas (Ha) Persentase Keterangan

1 0% - 5 % 11522,20 9.99 Datar

2 5% - 8% 2812,74 2.44 Landai

3 8% - 15 % 8489,14 7.36 Bergelombang

4 15% - 25% 59076,17 51.20 Agak Curam

5 > 25% 33462,04 29.01 Curam

Jumlah 115363,01 100

Sumber : Hasil Analisis SIG, 2013

Page 34: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 16

Tabel di atas menunjukkan bahwa wilayah KPHP Gularaya didominasi oleh

topografi yang agak curam(51.20%) dan curam (29.01%), dengan luas masing-

masing 59.076,17Ha dan 33.462,04Ha. Dengan kondisi tersebut maka kedepannya

sebagai KPH produksi maka dalam pengelolaannya perlu dilakukan secara bijak

dengan teknik dan pola pengelolaan yang tepat, mengingat kondisi topografinya

yang sangat rentan untuk terjadinya erosi dan degradasi Lahan akibat faktor

topografi.

c. Jenis Tanah

Gambaran mengenai jenis tanah di wilayah KPHP Gularaya diperoleh dengan

memanfaatkan data tanah pada peta Land System Report dan analisis SIG.

Sebaran jenis tanah pada KPHP Gulararaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini,

sedang penyebarannya secara spasial disajikan pada Lampiran.

Tabel 4. Sebaran Jenis Tanah di Wilayah KPH Gularaya

No Tanah Luas (Ha) Persentase

1 Dystropepts 73.048,12 63,32

2 Eutropepts 4.736,73 4,11

3 Fluvaquens 340,94 0,30

4 Hydraquens 6.636,65 5,75

5 Rendolls 3.830,20 3,32

6 Tropaqueps 1.229,70 1,07

7 Tropudults 25.539,96 22,14

Jumlah 115.363,01 100

Sumber : Hasil Analisis SIG, 2013

Berdasarkan angka-angka pada tabel di atas maka terlihat bahwa wilayah

KPHP Gularaya didominasi oleh jenis Dystropept dengan luas 73.048,12Ha atau

Page 35: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 17

63,32% dari total luas wilayah KPH kemudian jenis Tropudults dengan luas

25.539,96 Ha atau 22,14% dari total luas wilayah KPH. Selanjutnya pada posisi

ketiga dan keempat masing-masing terdapat jenis Hydraquens seluas 6.636,65Ha

(5.75%) dan jenis Eutropepts seluas 4.736,73Ha (4.11%).

Karakteristik dari jenis-jenis tanah yang disebutkan diatas (keempat jenis

tanah yang dominan) dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis dystropept merupakan jenis tanah yang perkembangannya baru

pada tahap awal (inceptum). Jenis ini umumnya terbentuk dari assosiasi

batuan induk serpentinit, perioditit dan dunit yang tergolong dalam

klasifikasi batuan ultra basic. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa

kurang dari 50% dan umumnya menunjukkan reaksi masam. Struktur

tanahnya gumpal dengan ratio liat debu 1 : 10. Akumulasi aluminium di

lapisan bawah pada kisaran kedalaman 50-100 cm dan dapat menjadi

kendala bagi komoditas perkebunan utamanya kakao. Tanaman kakao

yang diusahakan pada tanah distropept potensil mengalami stagnasi

pertumbuhan setelah perakarannya mencapai kedalaman 50 cm.

Pembukaan Lahan pada jenis tanah ini akan menjadikan lapisan

permukaan tanah akan mengeras diikuti dengan penurunan laju infiltrasi

secara nyata. Lokasi keberadaan jenis ini sering berasosiasi dengan

kondisi topografi yang bergunung pada kisaran lereng 41% sampai 60%

dan bahkan lebih dari 60%, sehingga sangat rentan terhadap erosi.

2. Jenis tropudult merupakan tanah yang tergolong telah mengalami

tingkat pencucian yang lanjut. Jenis tanah ini terbentuk pada bagian

wilayah bergunung dengan kemiringan lereng >60% dengan penutupan

Lahan hutan yang rapat pada kisaran curah hujan 2.737 mm per tahun.

Batuan induknya merupakan asosiasi batu pasir, batu lanau, batu

lumpur, serpih dan konglomerat. Lahan dengan jenis tanah ini umumnya

memiliki tingkat kesuburan yang rendah dengan tingkat kemasaman

yang tinggi.

Page 36: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 18

3. Jenis tropaquepts terbentuk dari bahan sedimen pada topografi datar

dengan kisaran lereng 0 sampai 2% sehingga pembentukannya dijenuhi

air. Pada lapisan atas dijumpai lapisan tanah yang berwarna kelabu dan

pada lapisan bawah dijumpai bercak-bercak berwarna coklat. Tanah ini

terbentuk dari bahan induk alluvium dengan tingkat kesuburan yang

sangat bergantung pada sumber sedimen itu berasal.

4. Jenis eutropepts merupakan jenis yang mempunyai kejenuhan basa

sekurang-kurangnya 50% sehingga tingkat kemasamannya lebih rendah

dibandingkan dengan dystropepts. Menyebar pada bentuk wilayah

bergunung dengan kemiringan lereng 41% sampai 60%. Fungsi kawasan

termasuk dalam hutan lindung. Eutropepts banyak mengandung liat

silikat tetapi tidak keseluruhannya termasuk tipe liat kaolinit. Jenis ini

umumnya mempunyai kemampuan menyediakan air dan hara yang

cukup. Bahan induk pembentuk eutropepts adalah batuan sedimen kapur

(limestone).

Uraian tentang sifat-sifat jenis tanah yang telah dikemukakan diatas

mengindikasikan bahwa KPHP Gularaya didominasi oleh jenis tanah yang

sebenarnya tidak sesuai diolah untuk pengembangan jenis-jenis tanaman

perkebunan, utamanya pada bagian wilayah dengan tingkat kelerengan di atas

41%. Jika dipaksakan untuk mengusahakan tanaman perkebunan pada bagian

lokasi ini, maka tanaman tersebut akan mengalami stagnasi pertumbuhan pada

tingkat tertentu sehingga berkonsekuensi pada tidak berproduksinya tanaman

secara baik. Implikasi lanjutan dari kondisi ini ialah gairah pemiliknya untuk

memelihara tanaman yang diusahakan akan menurun dan bahkan hilang, sehingga

tanaman akan diterlantarkan, dan akhirnya akan berkonsekuensi pada kerugian,

baik dari aspek sosial ekonomi maupun dari aspek ekologi.

Page 37: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 19

3. Aksesibilitas Kawasan

Wilayah KPHP Gularaya dari aspek aksesibilitas tergolong wilayah yang

mudah untuk diakses dari ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut karena

wilayah KPHP Gularaya meliputi wilayah Kota Kendari yang merupakan ibukota

Provinsi dan Kabupaten Konawe Selatan yang ibukotanya hanya berjarak ± 75 km

dari Kota Kendari dengan akses jalan provinsi. Wilayah terjauh KPHP Gularaya

pada bagian selatan berjarak ± 55 km dari ibukota provinsi, sebelah barat ± 85 km

dan sebelah timur ± 80 km (Analsis SIG, 2013).

Untuk mencapai wilayah KPHP Gularaya terdapat 5 jalur utama yang berada

dalam wilayah maupun sangat dekat dengan wilayah KPHP Gularaya. Yaitu (1) Jalur

Kendari – Moramo, (2) Jalur Kendari – Lainea – Kolono, (3) Kendari – Punggaluku –

Andolo, (4) Kendari – Torobulu – Tinanggea, (5) Kendari – Boro-Boro – Motaha.

Berikut disajikan uraian aksesibiltas jalan yang berada di wilayah KPHP Gularaya

dan sekitarnya yang dapat dimanfaatkan untuk mengakses wilayah KPHP Gularaya.

Tabel 5. Jaringan Jalan yang berada di sekitar Wilayah KPHP Gularaya

No Uraian Panjang (Km) %

1 Jalan Primer 185.60 25.37

2 Jalan Sekunder 197.20 26.96

3 Jalan Tersier & Tani 348.71 47.67

Jumlah 731.51 100.00

Sumber : Hasil Analisis GIS, 2013

Dari tabel diatas maka terlihat bahwa wilayah KPHP Gularaya dapat dikatakan

memiliki aksesibilitas yang tinggi, hal ini tentu akan memberikan dampak pada

potensi kerusakan hutan akibat perambahan dan illegal logging. Indikasi tersebut

sudah mulai nampak melalui analisis SIG yang menunjukkan areal dengan tutupan

hutan sekunder rawan perambahan dan illegal logging dengan indikator banyaknya

tutupan non hutan berupa pertanian Lahan kering campuran dan semak belukar,

yang memerlukan kegiatan rehabilitasiLahan.

Page 38: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 20

4. Sejarah Wilayah Kelola KPHP Gularaya

Sejarah kawasan hutan yang menjadi wilayah kelola Kesatuan Pengelolaan

Hutan Produksi (KPHP) Gularaya dimulai dengan penunjukan berdasarkan surat

Swapraja Laiiwoi pada tahun 1934, dan pada tahun 1982 diperkuat berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 639/Kpts-II-Um/1982 tanggal 1 September

1982 tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan, selanjutnya pada tahun 1999 wilayah

kelola KPHP Gularaya ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan dan Perkebunan Nomor 454/Kpts-II/1999 tanggal 16 Juni 1999 tentang

Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Gularaya Sulawesi Tenggara

ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.61/Menhut-II/2011

tangga 28 Pebruari 2011 seluas ± 134.419 Ha. Selanjutnya tahun 2012 kawasan

hutan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami perubahan luas berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.465/Menhut-II/2011 tanggal 9 Agustus

2011 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan

Hutan dan Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sulawesi

Tenggara sehingga luas kawasan hutan wilayah kelola Kesatuan Pengelolaan hutan

Produksi (KPHP) Gularaya menjadi ± 115.363,01Ha, secara rinci luas kawasan

hutan wilayah kelola Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Gularaya

disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Luas Kawasan Hutan Wilayah Kelola Kesatuan Pengelolaan

Hutan Produksi (KPHP) Gularaya Berdasarkan Kelompok Hutan

No Kelompok

Hutan

Hutan Lindung HPT HP KLHS

JUMLAH

Daratan Mangrove HP HL

1 Wolasi 22.244,63 - 2.892,56 25.420,36 629,6 28.942,52 22.244,63

2 Papalia 11.250,75 5.411,07 751,16 39.944,02 640,89 41.336,07 16.661,82

3 Torobulu - 4.781,93 -

556,47 839,57 1.396,04 4,681.93

Jumlah 33.495,38 10.193,00 3.643,72 65.920,85 2.110,06 71.674,63 43.688,38

115.363,01

Page 39: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 21

Berdasarkan tabel diatas luas kawasan hutan produksi seluas 25,08%(28.492,52Ha)

merupakan potensi pemanfaatan HHBK/Jasling, HHK-HT, HHK-HA dan

pemberdayaan masyarakat pola HKm/HD, HTR, serta kawasan hutan lindung

seluas 37,87 %(43.688,38Ha) merupakan potensi pemanfaatan HHBK dan Jasa

Lingkungan.

Berdasarkan Berita Acara Hasil Tata Batas pengukuhan dan penatagunaan

kawasan hutan BIPHUT Kendari status kawasan hutan wilayah kelola Kesatuan

Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Gularaya sebagian besar telah ditatabatas dan

dikukuhkan, secara rinci hasil tata batas pengukuhan kawasan hutan disajikan pada

tabel 7.

Tabel 7. Realisasi Tata Batas di Kabupaten Konawe Selatandan Kota Kendari Hingga Tahun 2010

Kawasan

Hutan

Kabuaten

/ Kota

Fungsi

Hutan

Tahun

Pelaksanaan

Panjang

Batas

(Km)

Keterangan

Wolasi Konsel

HP,HPT,HL 69/70 175,5 BL

Papalia Konsel HP 89/90 168,5 Batas l HTI

Papalia Konsel HP,HPT,HL 90/91 214,5 BL

Torobulu Konsel HP 92/93 124,3 BL

Wolasi Konsel HL,HP 93/94 144,8 BF ( HL/HP)

Papalia Konsel HL,HPT,HP 94/95 66,2 BF

Wolasi Konsel HL,HPT 94/95 38,1 BF(HL,HTI)

Torobulu Konsel HL 96/97 74,2 BL(Mangrove)

Torobulu Konsel HL 97/98 49,6 BL(Mangrove)

Papalia Konsel HL 97/98 37,8 BL(Mangrove)

Papalia Konsel HL 98/99 45,4 BL(Mangrove)

Torobulu Konsel HL 98/99 70,0 BL(Mangrove)

Page 40: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 22

Kawasan

Hutan

Kabuaten

/ Kota

Fungsi

Hutan

Tahun

Pelaksanaan

Panjang

Batas

(Km)

Keterangan

Papalia Konsel HL 2000 18,1 BL(Mangrove)

Papalia Konsel HL 2002 15,3 BL(Mangrove)

Papalia Kota

Kendari HP,HPT,HL 90/91 46,6 BL

Papalia Kota

Kendari HP,HL 94/95 19,4 BF

1.039.895

Sumber : Statistik Dishut Prov Sultra 2011

KPHP Gularaya merupakan institusi pengelola hutan yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara nomor 42 tahun 2011 tanggal

27 Oktober tahun 2011 tentang Pembentukan Organissi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya (Unit XXIV)

Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara di Kota

Kendari,dengan tugas pokok dan fungsi antara lain :

1. Pelaksanaan Pengelolaan Hutan di Wilayah UPTD KPHP Gularaya yang

meliputi : tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,

pemanfaatan hutan, penggunan kawasan hutan, rehabilitasi dan

reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam;

2. Penjabaran kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten/kota

untuk diimplementasikan diwilayah kerja KPHP Gularaya;

3. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan diwilayah kerja KPHP Gularaya

mulai dari, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan serta pengendalian;

4. Pelaksanaan pemantauan dan penilaian atas pelaksanan kegiatan

pengelolaan hutan diwilayah kerja UPTD KPH Gularaya;

5. Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan

pengelolaan hutan diwilayah kerja UPTD KPHP Gularaya.

Page 41: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 23

Berdasarkan pembagian wilayah DAS, KPHP Gularaya berada pada 3 Daerah

Aliran Sungai (DAS) yaitu : DAS Wanggu, DAS Laeya dan DAS Roraya. Cakupan

wilayah DAS tersebut menjadi pertimbangan nomenklatur KPHP Unit XXIV Sulawesi

Tenggara yang didasarkan pada Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara nomor 42

tahun 2011 tanggal 11 Oktober 2011. Nama KPHP GULARAYA yang merupakan

akronim dari GU (DAS WANGGU), LA (DAS LAEYA) dan RAYA (DAS RORAYA).

Nomenklatur KPHP unit XXIV ini sengaja menggunakan pendekatan Daerah Aliran

Sungai dengan harapan dalam pengelolaannya selalu memperhatikan peranan dan

fungsi strategis ekosistem DAS dalam mewujudkan kelestarian hutan.

5. Pembagian Blok pada Wilayah KPH Gularaya

Pengertian blok di kehutanan digunakan untuk berbagai pengertian dan tujuan

yang berbeda. Dalam kegiatan pemanfaatan hutan kayu, blok digunakan untuk

satuan luas tebangan rencana karya lima tahun dan rencana karya tahunan.

Pengertian ini berbeda dengan konsepsi blok dalam rangka tata hutan dalam KPH.

Dalam tata hutan pada KPH, blok diartikan bagian dari wilayah KPH dengan

persamaan karakteristik biogeofisik dan sosial budaya, bersifat relatif permanen

yang ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen. Dengan

demikian pembentukan blok didasarkan faktor biogeofisik dan sosial budaya.

Faktor-faktor biogeofisik yang berpengaruh antara lain penutupan Lahan, potensi

sumber daya hutan, bentang alam, topografi dan ekosistem. Faktor sosial budaya

yang berpengaruh antara lain jumlah penduduk, mata pencaharian, pemilikan

Lahan, jarak pemukiman, pola-pola pemanfaatan hutan oleh masyarakat,

keberadaan hutan adat, dsb. Terminologi blok ini digunakan pada hutan produksi,

hutan lindung dan kawasan konservasi selain taman nasional. Untuk taman

nasional, terminologi yang digunakan adalah zona.

Berdasarkan petunjuk dan kriteria yang telah ditetapkan dalam petunjuk

teknis tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan di wilayah KPH, maka

wilayah KPH Gularaya dikelompokkan dalam 9 blok pengelolaan yaitu (1) Blok

Page 42: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 24

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (HHK – HA), (2) Blok Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu Hutan Tanaman (HHK – HT), (3) Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa

Lingkungan dan HHBK, (4) Blok Pemberdayaan Masyarakat, (5) Blok Perlindungan,

(6) Blok Khusus HP, (7) Blok Inti, (8) Blok Pemanfaatan HL, (9) Blok Khusus HL.

Berikut disajikan sebaran Blok di wilayah KPH Gularaya.

Page 43: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 24

Tabel 8. Sebaran Pembagian Blok Pada Wilayah KPH Gularaya

No Arahan Blok Kelas Hutan Arahan Kegiatan lOKASI Luas (Ha)

Keterangan

1

2.

Blok Pemanfaatan HHK-HT Blok Pemanfaatan HHBK

Kelas Hutan Produksi Hutan Tanaman Kelas Hutan Produksi Pemanfaatan HHBK

Pencadangan Pengusahaan Hutan Tanaman, Tanaman Jati Eks HTI Model Kemitraan dengan Investor

Komplek Hutan Papalia dan Wolasi

31.024,61

Pengusahaan Hutan Tanaman HHBK Usaha Bambu

Komplek Hutan Papalia dan Wolasi

10.136,87

3 Blok Pemanfaatan HHK-HA

Kelas Hutan Produksi Hutan Alam

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Alam Restorasi Ekosistem

Komplek Hutan Papalia dan Wolasi

12.129.36

4 Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling dan HHBK

Kelas HutanP emanfatan kawasan

Areal Penggunaan Kawasan Batu Moramo Pola pemberdayaan

Komplek Hutan Papalia

744,74

Areal Penggunaan Kawasan Izin Pinjam Pakai Non Kehutanan

Komplek Hutan Papalia

962,44

5 Blok Pemberdayaan Masyarakat

Kelas Hutan Produksi Hutan Tanaman

Pengusahaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman,-HTR, (Izin KHJL)

Komplek Hutan Papalia, Wolasi

4.639,95

Fasilitasi Pengusahaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman,-HTR, (area pencadangan HTR)

Komplek Hutan Wolasi

2.872,95

Pengusahaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam HKm Gapoktan Teorumbu

Komplek Hutan Wolasi Kab. Konsel

160

Pengusahaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam HKm/HD (SK Pencadangan) di Kab. Konsel

Komplek Hutan Papalia, Wolasi dan Torobulu

870

Pengusahaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam HKm/HD (SK Pencadangan)

Komplek Hutan Papalia, Wolasi dan Torobulu

693,97

Fasilitasi Pengusahaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan Tanaman,-( HKM/HD dan HTR)

Komplek Hutan Papalia, dan Wolasi

2.822,51

5 Blok Khusus HP Kelas Hutan Khusus untuk Hutan Pendidikan

Hutan pendidikan Komplek Hutan Papalia

352,98

Kelas Hutan Khusus untuk Penelitian dan Pengembangan (Kebun

Penelitian dan Pengembangan (Kebun Raya)

Komplek Hutan Papalia

64,62

Page 44: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014 – 2024 25

No Arahan Blok Kelas Hutan Arahan Kegiatan lOKASI Luas (Ha)

Keterangan

Raya)

6 Blok Perlindungan HL Kelas Hutan Non Produksi untuk Perlindungandan Pengawetan Tata Air serta Orologi

Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi

Komplek Hutan Papalia dan Wolasi

4.534,18

7 Blok Inti Kelas Hutan Non Produksi untuk Perlindungan dan Pengawetan Tata Air serta Orologi

Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi

Komplek Hutan Papalia, Wolasi

17.961,44

8 Blok Pemanfaatan HL Kelas Hutan Produksi Lestari, Pemanfaatan Melalui Peningkatan Fungsi

Pemanfaatan HHBK , UsahaMelalui Peningkatan Fungsi, Prod Karbon & Jasling

Komplek Hutan Papalia, Wolasi dan Torobulu

25.654,47

9 Blok Khusus HL

Kelas Hutan Khusus untuk Penelitian dan Pengembangan (Kebun Raya)

Penelitian dan Pengembangan (Kebun Raya)

Komplek Hutan Papalia, di Kota Kendari

72,47

Total 115.363.01

Sumber : Hasil Analisis GIS, 2013

Page 45: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 26

B. Potensi Wilayah KPH

1. Penutupan Vegetasi

Kelas Penutupan Lahan di KPHP Unit XXIV Gularaya berdasarkan peta

penutupan Lahan Provinsi Sulawesi Tenggara hasil penafsiran citra landsat 7

ETM+ tahun 2011, menunjukkan bahwa wilayah KPHP Gularaya terdiri dari 20

kelas penutupan Lahan. Selengkapnya Peta Penutupan Lahan secara keseluruhan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 9. Sebaran Penutupan Lahan Di Wilayah KPHP Gularaya

No Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase

(%)

Daemeter

Klas Luas

1 Hutan Primer 2,91 0,003

Forest 41,998

2 Tubuh Air 9,19 0,008

Water 4,150

3 Transmigtrasi 43,23 0,037

4 Pemukiman 56,11 0,049

Settlement 366

5 Sawah 77,73 0,067 Paddy

fields 66

6 Hutan Mangrove Sekunder 143,13 0,124

Mangrove 3,229

7 Semak Belukar Rawa 181,60 0,157

8 Padang Rumput/Savana 264,62 0,229

9 Pertanian Lahan Kering

Campur 266,69

0,231 Mixed

agriculture

+ Oil palm

17,802 +

31

10 Perkebunan 377,25 0,327

Teak 16,084

11 Tanah terbuka 628,70 0,545

12 Tambak 1.080,56 0,937

Ponds 1,489

13 Hutan Tanaman 1.086,54 0,942

14 Hutan Sekunder 2.233,81 1,936 Degraded

forest 22,417

15 Pertanian Lahan Kering 2.820,82 2,445

Savana 408

16 Hutan Lahan Kering

Primer

5.653,39 4,901

Page 46: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 27

No Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase

(%)

Daemeter

Klas Luas

17 Hutan Mangrove Sekunder 6.862,81 5,949

18 Pertanian Lahan Kering

Campur Semak 14.480,82 12,552

19 Semak /Belukar 22.424,61 19,438

Scrub 7,341

20 Hutan Lahan Kering

Sekunder

56.667,79 49,122

Jumlah 115.363,01 100,000

Sumber : Analisis SIG, 2013

Dari Tabel di atas terlihat bahwa kelas penutupan Lahan yang masih

berhutan terdiri dari 7 kelas tutupan lahan yaitu;(1) Hutan Primer, (2) Hutan

Mangrove Primer, (3) Hutan Tanaman, (4) Hutan Sekunder, (5) Hutan Lahan

Kering Primer, (6) Hutan Mangrove Sekunder, (7) Hutan Lahan Kering Sekunder

dengan luas keseluruhan72.516,44Ha atau 62,86% dari total luas wilayah KPH

Gularaya. Informasi ini mengindikasikan besarnya potensi kayu yang dapat

dimanfaatkan secara lestari di wilayah KPHP Gularaya.

Berdasarkan kondisi penutupan, yang didominasi oleh hutan sekunder, maka

salah satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan KPHP Gularaya adalah

kegiatan rehabilitasi dan pengamanan kawasan hutan. Sehubungan dengan itu

perlu dilakukan inventarisasi dan pemetaan secara detail terhadap kondisi

penutupan kawasan. Berdasarkan hasil inventarisasi dan pemetaan detail tersebut

diharapkan dapat dibuat skala prioritas bagi lokasi-lokasi yang akan direhabilitasi,

dalam artian bahwa pada lokasi dengan skala prioritas yang lebih tinggi perlu

dilakukan tindakan rehabilitasi terlebih dahulu. Penentuan skala prioritas tersebut

didasarkan pada tingkat kekritisan lokasi dan tingkat pengaruh lokasi yang

bersangkutan terhadap kelestarian ekosistem KPH secara keseluruhan.

2. Potensi Kayu

Berdasarkan Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

2011. Potensi kayu semua jenis dalam wilayah KPHP Gularaya pada Hutan Produksi

Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah sebanyak 2.948.786,3

Page 47: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 28

m3dengan asumsi potensi rata rata per hektar 31,02 m3. Untuk jenis kayu

perdagangan sebanyak 2.094.189,6 m3dengan asumsi potensi kayu rata-rata per

hektar 22,03 m3. Berdasarkan Laporan penyusunan potensi jati Konawe Selatan

Tahun 2004, terdapat tanaman jati seluas 24.538,29 Ha, namun hingga tahun

2004, luasnya tinggal 8.596,83 Ha atau 35,03 % kondisi baik dan 64,97 % kondisi

rusak.

Hasil inventarisasi UPTD BIPHUT Dinas Kehutanan Provinsi Sultra di

Kabupaten Konsel tahun 2004 dengan intensitas sampling 2% diperoleh data

potensi jati dengan luasan tersebut memiliki kerapatan tegakan 565 batang/Ha

atau total 4.570.777 batang dan rata rata volume 10,65m3/Ha.

Berdasarkan data statistik Kabupaten Konawe Selatan dalam angka tahun

2011 dan Kota Kendari dalam angka tahun 2011, potensi kayu disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 10. Produksi Kayu Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya

tahun 2006 – 2010

Jenis Kayu Tahun Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Jumlah

Kayu

Bulat (M3) Gergajian

(M3) Kayu

Rimba (M3) Gergajian

(M3) ( Ton ) ( M3 )

2010 2.310,85 1.250,63 2.046,17 531,00 600,00 1.781,63 2009 2.710,75 3.981,30 3.055,15 6.260,40 6.246,00 10.241,91 2008 6.199,47 3.244,28 14.731,81 3.000,00 499,95 20.931,28 2007 1.596,17 4.283,37 7.114,00 1.271,85 681,00 12.993,54 2006 8.459,79 9.810,59 6.467,60 805,29 2.546,90 24.737,98

Jumlah 21.277,03 22.570,17 33.414,73 11.868,54 10.573,85 70.686,34

Sumber : Kabupaten Konawe Selatan dalam angka tahun 2011

Tabel 11.Produksi Kayu Kota Kendari Menurut Jenisnya tahun 2006 – 2010

Jenis

Kayu

Tahun Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Jumlah Kayu Bulat

( M3) Gergajian

( M3 ) Kayu Bulat

( M3 ) Gergajian

( M3) ( ton

)

2010 2.070,17 0 0 0 2070,17 2009 382,71 0 4.104,87 0 0 4.487,57 2008 75,25 0 7.758,17 0 0 7.833,43 2007 1.119,85 0 4.453,48 0 0 5.573,33 2006 234,41 0 4.969,41 0 0 5.203,82

Sumber : Dinas Kehutanan Prov Sultra dalam angka 2011

Page 48: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 29

Tabel 12.Potensi Luas Tanaman Jati Menurut Kecamatan dan Desa

di Areal KPHP Gularaya, tahun 2014

No Kecamatan Desa Dalam Areal KPHP Luas (Ha)

1 KEC. BAITO Amasara 13,98

BAITO 24,86

Wonuaraya 98,44

Wonuaraya1 724,31

Wonuaraya2 8,03

JUMLAH 869,62

2 KEC. BUKE Adayu Indah 813,51

3 KEC. LAINEA Kaindi 146,72

4 KEC. KOLONO Adinete 241,43

Alosi 371,43

KOLONO 549,27

Maletumbo 0,05

Mataiwoi 516,1

Puupi 1072,7

Sawa 849,04

Silea 420,09

Tiraosu 642,92

UPT Puupi 52,93

Ulusena Jaya 702,67

Wawoosu 345,59

Waworano 1045,89

JUMLAH 6.810,11

5 KEC. LAEYA Aepodu 223,2

Ambesea 658,43

Ambolodangge 164,49

Anduna 248,17

Lambakara 420,29

Lamong Jaya 411,93

Ombu-Ombu Jaya 239,8

Punggaluku 16,06

Ramburambu 167,97

JUMLAH 2.550,34

6 KEC. LAINEA Areo 220,99

Kalo-Kalo 182,92

Lainea 493,27

Lalonggombu 523,79

Page 49: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 30

No Kecamatan Desa Dalam Areal KPHP Luas (Ha)

Molinese 236,87

Ngapa Jaya 732,08

Pangan Jaya 431,95

Polewali 523,11

Watumeeto 128,53

JUMLAH 3.473,51

7 KEC. MORAMO Bakutaru 77,95

Wawodengi 396,99

JUMLAH 474,94

8 KEC. PALANGGA Asole 759,06

Eewa 0,03

Kapujaya 34,07

JUMLAH 793,16

9 KEC. WOLASI Aoma 35,54

Lelekaa 2,66

Matawolasi 11,78

WOLASI 101,97

JUMLAH 151,95

TOTAL 16.083,86

Sumber : Peta Penutupan Lahan 2013 (Daemeter) dan Analisis SIG 2014

Potensi sebaran jati diwilayah KPHP tersebar pada 9 kecamatan yang terdiri dari 45

desa dengan total luas 16.083,86Ha. Luasan terbesar berada di Kecamatan Kolono

6.810,11Ha dan diikuti Kecamatan Lainea 3.473,51 Ha. Dengan asumsi 1 Ha dapat

menghasilkan 5 m3 kayu, maka potensi jati eksisting diwilayah KPHP Gularaya saat

ini adalah 80.419.30m3.

3. Potensi Non Kayu

Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem

sumberdaya yang bersifat multi fungsi, multi guna dan multi kepentingan serta

pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa produk HHBK merupakan salah

satu sumber daya yang memiliki keunggulan komparatif paling menyentuh dengan

kehidupan masyarakat di dalam dan disekitar hutan. HHBK dapat memberikan

dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat didalam dan disekitar hutan

dan memberikan kontribusi positif terhadap PAD.

Page 50: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 31

Mengacu kepada Peraturan Menteri Kehutanan no P.35/Menhut-II/2007 telah

ditetapkan jenis jenis HHBK yang terdiri dari 9 kelompok HHBK yang terdiri dari

557 spesies tumbuhan dan hewan. Menurut statistik Dishut Prov Sultra tahun 2011

potensiHasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) jenis rotan sebanyak 11.615,63ton pada

kawasan hutan produksi dan hutan lindung seluas 31.990,63 Ha dengan asumsi

potensi rata rata 0,36 ton/Ha.

Data produksi HHBK Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari tahun

2009 dan 2010 disajikan pada Tabel dibawah ini.

Tabel 13. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu tahun 2009 – 2010

Kab/ kota/

Tahun

Rotan Batang

(ton)

Rotan Lamban

g

( Ton)

Rotan Tohiti

( ton)

Rotan Torum

pu

( ton )

Madu Sagu Jumlah

( ton )

2009 Kab.Konsel 214 299 7 - - - 520 Kota Kendari 5 10 - - - - 15

2010 Kab Konsel 480 -- - - - - 480 Kota Kendari 67,07 - - - - - 67,7 Jumlah 766,07 309 7 - 1.082,7

Sumber : Statistik Dishut Prov Sultra 2011

Beberapa komoditas HHBK (rotan, bambu, lebah madu, sagu dll) diusahakan

dalam skala rumah tangga, kelompok dan skala usaha kecil. Inisiatif imbal jasa

hutan sebagai pengatur tata air dan jasa lingkungan lainnya belum dilakukan

secara optimal oleh Pemerintah Daerah.

4. Keberadaan Flora Fauna

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari hasil survey tahun 2009,

diwilayah Tambang PT. Wijaya Inti Nusantara yang berada dalam wilayah KPHP

Gularaya. Sedikitnya terdapat 58 Jenis tumbuhanHabitus pohon, 5 jenis semak, 1

jenis palem, 2 jenis liana, dan 6 jenis rumput-rumputan. Berikut disajikan tabel

jenis tumbuhan yang berhasil didata.

Page 51: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 32

Tabel 14. Jenis Tumbuhan yang Ditemukan di Wilayah KPH Gularaya.

NO Nama Lokal Nama Latin Status Kelindungan

Habitus ; Pohon 1 Agel C orypHa utan Tidak dilindung 2 Angsana Ptercarpus indicus Tidak dilindung 3 Archidendron Archidendron pauciflorum Tidak dilindung 4 Aren Arenga pinata Tidak dilindung 5 Arytera Arytera littoralis Tidak dilindung 6 Batu-Batu Pternandra caerulescens Tidak dilindung 7 Bitti Vitex coffacuss. Reinw Tidak dilindung 8 Cleistantus Cleistanthus sumatranus Tidak dilindung 9 Denge Dillenia ochreata Tidak dilindung 10 Dysoxilum Dysoxylum alliaceum Tidak dilindung 11 Eha Castanopsis buruana Tidak dilindung 12 Gamal Gliricidia sepium Tidak dilindung 13 Bawah daun coklat Geuncia cinamomea Tidak dilindung 14 Gersen Tidak dilindung 15 Guioa Guioa cf. Diplopetala Tidak dilindung 16 Horsfielda Horsfielda glabra Tidak dilindung 17 Jambu mete Anacardium ocidentale Tidak dilindung 18 Jambu-Jambu Syzygium acuminatissimum Tidak dilindung 19 Jati Tectona grandis. LF Tidak dilindung 20 Kaliandra Leguminoceae spp. Tidak dilindung 21 Kayu Besi Metrosideros petiolata Tidak dilindung 22 Kayu Kolaka Syzygium sp. 1 Tidak dilindung 23 Kayu Kuku Pericopsis mooniana Tidak dilindung 24 Kemiri Aleurites molucana Tidak dilindung 25 Kersen-Kersen Tidak dilindung 26 LeseoHa Santiria laevigata Tidak dilindung 27 Litsea firma Litsea firma Tidak dilindung 28 Londrong Koordersiodendron pinnatum Tidak dilindung 29 Longkida Nauclea oreontalis Tidak dilindung 30 Macaranga gigantea Macaranga gigantea Tidak dilindung 31 Malotus Malotus sp Tidak dilindung 32 Mangga Mangifera indica Tidak dilindung 33 Melastoma Melastoma sp Tidak dilindung 34 Mengkudu Moringga citrifolia Tidak dilindung 35 Mirip Denge Paracroton pendulus Tidak dilindung 36 Mirip Gersen Tidak dilindung 37 Mirip Jati Putih Tidak dilindung 38 Mirip Ketapang Semecarpus cuneiformis Tidak dilindung 39 Mirip Rambutan Tidak dilindung 40 Olimbute Sterculia heterophylla Tidak dilindung 41 Oloho Tidak dilindung 44 Pondo Cinnamomum subavenium Tidak dilindung 45 Pulai Alstonia scolaris Tidak dilindung 46 RaHa-RaHa/Waio Cryptocarya infectoria Tidak dilindung 47 Roramo Ficus anulata Tidak dilindung 48 Sioh Tidak dilindung 49 Sisio Cratoxylon formosum Tidak dilindung

Page 52: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 33

NO Nama Lokal Nama Latin Status Kelindungan

50 Sukun Artocarpus comunis Tidak dilindung 51 Syzigium Syzygium sp. Tidak dilindung 52 Syzigium Syzygium acuminatissimum Tidak dilindung 53 Tabarnae montana Tabernaemontana cf. Remota Tidak dilindung 54 Tirotasi Alstonia macrophylla Tidak dilindung 55 Tolihe Gardenia anisophylla Tidak dilindung 56 Umera Macaranga celebica Tidak dilindung 57 Uroko Euphobiaceae sp1/puroko Tidak dilindung 58 Vitex quinata Vitex quinata Tidak dilindung Habitus ; Semak 1 Rodu Melastoma Sp. Tidak dilindung 2 Komba-Komba EupHatorium odoratum L. Tidak dilindung 3 Ponda Pandanus sp2 Tidak dilindung 4 Pandan-pandan Freycinetia sp. Tidak dilindung 5 Bambu tamiang Schizostachyium blumei Tidak dilindung Habitus ; Palm 1 Palm Hutan Palmaceae sp2 Tidak dilindung Habitus ; Liana 1 Bambu rambat Dinochloa sp Tidak dilindung 2 Liana Tidak dilindung Rumput 1 Teki Cyperus rotundus Tidak dilindung 2 Harendong Melastoma malabathcricum Tidak dilindung 3 Alang-Alang Imperata Cylindrica Tidak dilindung 4 Pakis tanah/ Paka Glechenia linearis Tidak dilindung 5 Pulutan Urene lobata Tidak dilindung 6 Putri malu Mimosa invisa Tidak dilindung

Sumber : Dokumen Amdal PT. Wjaya Inti Nusantara, 2009.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa di wilayah KPHP Gularaya tidak

ditemukan vegetasi alami yang dilindungi keberadaannya. Meskipun demikian tidak

menutup kemungkinan masih terdapat jenis-jenis lain yang belum terdata dan

kemungkinan jenis yang dilindungi keberadaanya, mengingat wilayah KPH Gularaya

yang sangat luas.

Jika dilihat secara spasial wilayah kerja KPHP Gularaya sangat berdekatan

atau berbatasan langsung dengan kawasan konservasi khususnya yang berada di

Kabupaten Konawe Selatan yaitu SM Tanjung Peropa 38.937 Ha (anoa, mangrove),

SM Tanjung Amolengo 610 Ha (anoa, monyet hitam) dan SM Tanjung Batikolo 4

hektar (anoa, maleo) dan untuk kawasan pelestarian alam yang berada di wilayah

Page 53: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 34

Konsel termasuk Kolaka dan Bombana, yaitu TN Rawa Aopa Watumohai seluas

105.194 Ha (rusa, anoa, babi rusa, mangrove, danau). Di kota Kendari terdapat

Tahura Nipa nipa seluas 7.877,50 Ha (flora pohon besar seperti Eha,Sisio,Tamate,

Dao Toho, Lara wila dll dan tanaman penutup tanah, tanaman obat, tanaman

sebagai bahan baku makanan, sedangkan jenis fauna Anoa, Rusa, Kuskus, Monyet,

Bajing, Babi hutan, Biawak). Dengan kondisi tersebut maka tidak menutup

kemungkinan ada dari flora maupun fauna yang dilindungi tersebut berada dalam

wilayah KPHP Gularaya.

Adapun kegiatan penangkaran jenis fauna yang dilindungi di Kabupaten

Konawe Selatan saat ini adalah rusa sebanyak 43 ekor sedangkan di Kota Kendari

sebanyak 48 ekor (BKSDA Sultra).

5. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Manfaat hutan sebagai penyedia jasa lingkungan sangat memberikan

kontribusi yang nyata karena kemampuannya dalam menyediakan sumberdaya air,

memasok oksigen, menyerap karbon, jasa wisata alam, perlindungan

keanekaragaman hayati, pengatur iklim global dan sebagainya. Segala manfaat

tersebut bisa dicapai dengan syarat kelestarian hutan tetap terjaga, antara lain

melalui upaya rehabilitasi maupun reforestasi.

Potensi Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam di wilayah KPHP

Gularaya yang dapat dikembangkan seperti ekowisata air terjun Moramo,

ekowisata permandian air panas Kaendi dan potensi jasa lingkungan lainnya.

Sehingga memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah dari sektor wisata.

- Air Terjun Moramo; Air terjun ini terletak di sebelah selatan Kabupaten

Konawe Selatan, dengan jarak sekitar ± 65 Km dari arah Kota Kendari.

yang terletak di Kecamatan Moramo, Desa Sumber Sari. Air terjun ini

memiliki 7 undakan/terap utama dan sekitar 60 undakan penunjang.

Selain itu sekitar wilayah tersebut akan ditemui berbagai pemandangan

eksotis berupa bentangan pohon-pohon kHas hutan hujan tropis yang

berusia ratusan tahun dan air terjun mini yang sangat jernih dan indah.

Selain itu komposisi pohon-pohon yang menjulang tinggi juga ikut

menguatkan image panorama yang indah tersebut.

Page 54: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 35

- Air Terjun Nanga-Nanga; Air Terjun Nanga-Nanga adalah salah satu air

terjun yang menjadi obyek wisata Kota Kendari. terletak di desa Nanga-

Nanga, Kecamatan Poasia, Kelurahan Kambu. Untuk sampai ke lokasi ini,

kita menempuh sekitar 20 menit perjalanan dari pusat Kota Kendari,

dengan menggunakan kendaraan pribadi/sewa kendaraan umum.

- Permandian air panas Kaendi. Tempat wisata ini terletak di Desa Kaendi

Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan dengan jarak sekitar 70

km dari Kota Kendari. Selain wisata pemandian air panas di tempat ini

menyimpan berbagai potensi antara lain potensi terapi kesehatan

tropis berbasis lebah dan semut, tracking dlsb.

- Potensi jasa lingkungan lainnya;

Penyedia Sumberdaya Air,Peran hutan dalam menyediakan air melalui

kemampuannya sebagai regulator air ini bermula dari fungsi hutan

sebagai penyerap air hujan. Proses ini dimulai dari tajuk sampai dengan

sistem perakaran di dalam tanah yang bekerja secara sinergis dalam

menyimpan air. Selain berperan dalam proses penyimpanan air, sistem

stratifikasi tajuk yang bervariasi juga memungkinkan air hujan tidak

langsung jatuh ke tanah sehingga dapat mencegah erosi permukaan.

Serasah yang terdapat di permukaan tanah hutan juga berperan dalam

membantu meredam aliran air permukaan sehingga air hujan dapat

diserap dengan baik oleh tanah. Oleh karena itu, beberapa penelitian

memperlihatkan bahwa keberadaan dan luasan hutan berbanding lurus

dengan jumlah sumber mata air. Gambaran tersebut semakin

memperjelas fungsi penting dari hutan sebagai penyedia jasa lingkungan

berupa sumberdaya air yang sangat dibutuhkan oleh manusia.

Penyedia Jasa Wisata Alam, Keindahan bentang alam hutan diminati

sebagai tempat rekreasi sekaligus relaksasi. Dalam bentuk ekowisata,

bentang alam hutan dengan keunikan panoramanya ini merupakan jenis

wisata alternatif yang menawarkan banyak kelebihan, antara lain:

sifatnya yang alami, relatif murah dan tentu saja ramah lingkungan

(Kirsfianti, 2006). Selain itu, hutan yang baik mampu menciptakan iklim

Page 55: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 36

mikro di dalamnya sehingga menjanjikan kenyamanan dan kesejukan

bagi penikmat wisata alternatif ini.

Sebagai Penyerap Karbon, Paradigma tentang peran hutan sebagai

penyimpan karbon sudah lama didengungkan. Setiap tahun sekitar 7,2

giga ton CO2 dilepas ke atmosfer. Dari jumlah tersebut, sekitar 2 giga

ton yang diserap oleh hutan (Mercer, 2000). Protokol Kyoto tahun 1997

menghasilkan sebuah mekanisme baru dimana negara industri dan

negara pengHasil polutan terbesar harus menurunkan emisinya dengan

penerapan teknologi tinggi dan diberi kesempatan untuk membayar

kompensasi kepada negara berkembang yang memiliki potensi

sumberdaya hutan untuk mencadangkan hutan yang mereka miliki

sehingga terjadi penyimpanan sejumlah besar karbon. Emisi (buangan)

karbon ini umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran baHan bakar

fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga.

C. Sosial Budaya

Ditinjau dari aktifitas keseHarian ada perbedaan yang mendasar antara

kondisi sosial masyarakat Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan.

Masyarakat Kota Kendari banyak dipengaruhi oleh kultur industri jasa dan barang

serta perdagangan yang menuntut dinamika relatif lebih tinggi dibandingkan

kabupaten lainnya, sedangkan masyarakat Kabupaten Konawe Selatan masih relatif

memegang tradisi desa yang tuntutan dinamikanya relatif lebih rendah.

Ditinjau dari sebarannya, masyarakat Kota Kendari cenderung berkelompok

dalam wilayah-wilayah pemukiman. Hal ini bisa dipahami karena ketersediaan

lahan untuk pemukiman dikota sangat sempit, sementara pertumbuhan jumlah

penduduk yang cukup tinggi baik dari peningkatan angka kelahiran maupun arus

urbanisasi .Tipe pemukiman masyarakat di Konawe Selatan lebih tersebar karena

kecukupan lahandiwilayah mereka masih cukup tersedia. Terdapat selisih 59%

lebih tinggi persebaran penduduk Kota Kendari dibandingkan penduduk Kabupaten

Konawe Selatan yang hanya rata-rata 12.266 jiwa/kecamatan dari 22 kecamatan

Page 56: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 37

sedangkan penduduk Kota Kendari rata-rata 29.574 jiwa/kecamatan dari 10

kecamatan.

Dari aspek budaya, keberadaan suku Muna di Kota Kendari cukup

mendominasi menyusul suku pendatang lainnya seperti Bugis Makasar, Buton dan

Jawa. Sedangkan suku Tolaki sebagai suku asli kota Kendari masih relative lebih

sedikit. Suku yang mendominasi di Kabupaten Konawe Selatan adalah suku Tolaki.

Suku Tolaki merupakan suku asli masyarakat Konawe secara umum. Dilihat dari

perbandingan kedua wilayah tersebut, maka aktifitas keseharian masyarakat

dikedua wilayah tersebut sangat berbeda. Suku Tolaki masih memegang tradisi

bertani dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam. Hal

ini dapat dilihat pada penguasaan lahan sebagai sumber penghidupan mereka

seperti kebun sagu dan lahan pertanian lainnya. Pada sisi lain sumber utama

masyarakat Kabupaten Konawe Selatan disekitar kawasan hutan sangat

bergantung dengan keberadan hutan disekitarnya. Mereka masih memandang

hutan sebagai sumber ekonomi mereka dengan memungut kayunya untuk

kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan ekonomi mereka dengan cara

memanfaatkan Hasil hutan dalam bentuk kayu untuk dijual.

Sebagian kecil lainnya dari masyarakat Kabupaten Konawe Selatan masih

menggantungkan hidupnya dengan cara memanfaatkan hasil hutan seperti sagu,

madu hutan, jamur dan rotan.Demikian halnya dengan masyarakat Kota Kendari

yang berada disekitar kawasan hutan, bagi mereka hutan adalah sumber

penghidupan mereka dengan cara memanfatkan hasil kayunya. Hutan juga bagi

masyarakat dikedua wilayah tersebut dipandang sebagai alternatif lahan untuk

bertani dan berkebun.

Berikut ini data persebaran penduduk Kota kendari dan Kabupaten Konawe

Selatan.

Tabel 15.Persebaran Penduduk Kota Kendari Menurut Kecamatan tahun 2011

Kecamatan Jumlah penduduk Persebaran ( % )

Mandonga 36.884 12,47

Baruga 19.755 6,68

Puwatu 28.301 9,57

Kadia 40.026 13,53

Page 57: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 38

Kecamatan Jumlah penduduk Persebaran ( % )

Wua Wua 24891 8,42

Poasia 25.474 8,61

Abeli 22.884 7,74

Kambu 27.674 9,36

Kendari 26.065 8,81

Kendari Barat 43.783 14,80

J u m l a h 295.737 100,00

Sumber : Kota Kendari Dalam angka tahun 2012

Tabel 16. Persebaran Penduduk Kabupaten Konawe Selatan Menurut Kecamatan tahun 2011

Kecamatan Jumlah penduduk Persebaran ( % )

Tinanggea 21.772 8,07

Lalembuu 15.882 5,89

Andoolo 16.580 6,14

Buke 13.485 5,00

Palangga 12.526 4,64

Palangga Selatan 6.273 2,32

Baito 7.745 2,87

Lainea 9.068 3,36

Laeya 19.410 7,19

Kolono 13.931 5,16

Laonti 9.615 3,56

Moramo 13.225 4,90

Moramo Utara 7.362 2,73

Konda 18.464 6,84

Wolasi 4.815 1,78

Ranometo 16.573 6,14

Ranometo Barat 6.651 2,46

Landono 11.724 4,34

Mowila 11.386 4,22

Angata 15.229 5,64

Benua 9.846 3,65

Basala 8.291 3,07

Jumlah 269.853 100,00

Sumber : Konawe Selatan Dalam angka tahun 2012

Page 58: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 39

Tabel 17. Rata Rata Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Konawe Selatan Menurut Kecamatan tahun2005 –2011

Kecamatan

Tahun 2005/ 2006

Tahun 2006/2007

Tahun

2007/ 2008

Tahun

2008/ 2009

Tahun

2009/ 2010

Tahun 2010/ 2011

Tinanggea 1,23 3,96 0,84 2,12 8,71 2,13

Lalembuu - - 0,93 1,64 -2,22 1,79

Andoolo 1,24 9,74 0,86 1,33 -2,08 1,62

Buke - - 1 1,71 12,7 1,88

Palangga 1,24 3,23 0,99 1,86 14,21 1,95

Palangga Selatan

- - 1.03 1,67 15,92 2,18

Baito - - 0,95 1,63 9,93 2,42

Lainea 1,24 -4,25 0,95 1,95 10,99 2,23

Laeya - - 0,9 1,95 14,03 2,13

Kolono 1,24 3,45 0,83 1,26 -3,02 2,42

Laonti 1,25 -1,1 0,8 1,63 3,78 1,81

Moramo 1,24 -3,06 0,85 2,07 9,42 1,92

Moramo Utara - - 0,87 1,96 12,3 2,62

Konda 1,23 -4,84 0,86 1,29 19,88 1,84

Wolasi - - 0,8 1,08 9,52 1,80

Ranometo 1,24 -0,07 0,88 2,24 24,02 2,16

Ranometo Barat

- - 1,11 2,04 4,34 2,06

Landono 1,23 3,99 0,96 1,39 -1,21 2,21

Mowila - - 0,84 1,31 7,74 1,77

Angata 1,24 1,58 0,85 1,82 8,5 2,17

Benua - - 0,82 1,34 2,6 1,15

Basala - - 1,08 1,24 14,52 1,67

Jumlah 1,24 1,5 0,9 1,66 8,42 1,99

Sumber : Konawe Selatan Dalam angka tahun 2012

D. Pemanfaatan Dan Penggunaan Kawasan

Pemanfaatan kawasan hutan pada wilayah KPHP Gularaya melalui kegiatan

perhutanan sosial dengan skema HTR dan HKm. Pencadangan areal kerja HTR di

Kabupaten Konawe Selatan seluas ± 9.835 hektar berdasarkan SK menteri

Kehutanan nomor SK.435/Menhut-II/2008, tanggal 26 November 2008.

Perkembangan HTR di Kabupaten Konawe Selatan pasca Pencadangan areal

adalah adanya IUPHHK–HTR seluas ± 4.639,95 hektar dengan pemegang ijin atas

nama Koperasi Hutan Jaya Lestari berdasarkan Surat Keputusan Bupati Konawe

Page 59: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 40

Selatan nomor 1353 Tahun 2009 tanggal 10 Juni 2009 tentang Pemberian ijin

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam hutan

tanaman kepada Koperasi Hutan Jaya lestari (KHJL) sisa luas pencadangan tinggal

2.872,95Ha karena sebagian berubah status menjadi APL sesuai kebijakan RTRW.

Pasca keluarnya ijin IUPHHK HTR dan pengesahan RKU oleh Dinas

Kehutanan Kabupaten Konawe Selatan, kegiatan KHJL stagnan/tidak ada aktifitas

selama kurang lebih 3 tahun dengan berbagai permasalahan yang muncul pada

Hal selama ini KHJL sudah berpengalaman dalam mengelola hutan rakyat. Kendala

utama yang muncul adalah tidak tersedianya dana operasional untuk pelaksanaan

tatabatas yang menjadi kewajiban pemegang ijin. Saat ini RKU KHJL dan RKT nya

sudah disyahkan oleh KPHP Gularaya setelah terlebih dahulu mengajukan revisi.

Pemanfaatan kawasan dengan skema HKm di wilayah KPHP Gularaya telah

diberikan status ijin IUPHHKHKm kepada KTH Teporumba Desa Ambololi

kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan seluas 160 Ha dengan jumlah KTH

6 kelompok dengan anggota 150 KK dan KTH Desa Tanea seluas 740 Ha dalam

proses usulan pencadangan areal dari Bupati Konawe Selatan kepada Menteri

Kehutanan serta di Kota Kendari yang sudah memasuki tahapanverifikasi oleh

Ditjen RLPS terhadap usulan penetapan areal kerja oleh kelompok tani. Verifikasi

areal kerja HKm diwilayah KPHP Gularaya di Kota Kendari dilakukan terhadap 5

kelompok tani seluas 798 hektar masing-masing KTH Nambo 100 hektar, KTH

Sambuli 120 Ha, KTH Tobimeita 200 Ha, Gapoktan Mataiwoi 298 Ha dan KTH Abeli

80Ha.Di Kabupaten Konawe Selatan yang telah diverifikasi untuk penetapan areal

kerjanya adalah Gabungan Kelompok Peserta (GKP) Graha Lestari Kec. Palangga

seluas 500 Ha, GKP HKm Mopokoaso 500 Ha, dan 6 KTH yang belum membentuk

kelembagaan seluas 150 hektar. Berdasarkan RTRW bahwa areal HKm tersebut

masuk APL. Untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan pembangunan non

kehutanan, kementrian kehutanan telah menetapkan ketentuan yang mengatur

perubahan peruntukan kawasan hutan, dimana kawasan hutan yang dapat dirubah

peruntukan kawasan hutannya adalah kawasan hutan produksi (HP) dan Hutan

Produksi yang dapat di Konversi (HPK).

Sampai dengan saat ini dalam area kelola KPHP Gularaya terdapat beberapa

izin dengan skema pemberdayaan masyarakat dan termasuk yang sudah

Page 60: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 41

dicadangkan oleh Menteri Kehutanan (HKm,HD dan HTR) seluas 6.930,85 terdiri

dari Hutan Lindung 72,47 Ha dan Hutan Produksi 6.858,38 Ha.

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan diluar kegiatan secara

permanen (Pemukiman, Transmigrasi, Perkebunan desa) diselenggarakan melalui

mekanisme pelepasan kawasan hutan dan relokasi fungsi, serta tukar menukar

kawasan hutan. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan luar kehutanan

secara sementara dilakukan melalui prosedur pinjam pakai kawasan hutan tanpa

mengubah status, fungsi serta peruntukannya.

Penggunaan kawasan di Kabupaten Konawe Selatan untuk keperluan diluar

kehutanan adalah dalam bentuk Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan sebagai berikut:

1. PT Telkom berdasarkan SKB Ka Kanwil II Dephut Sultra dengan Kandatel

No 610/7034/KWL-PHKA/1992 tanggal 20-07-1992 pada HPB dengan

penggunaan Remute Area PT Telkom desa Wolasi luas 0,25 hektar.

2. PT Telkom berdasarkan SKB Ka Kanwil II Dephut Sultra dengan

Kandatel No 610/7034/KWL-PHKA/1992 tanggal 20-07-1992 pada HPB

dengan penggunaan Remute Area PT Telkom desa Punggaluku luas

0,25 hektar.

3. PT Telkom berdasarkan Rekomendasi Gubernur No 522/862/ tahun2006

tanggal 22-03-2006 pada HPB dengan penggunaan Pemancar Tower

BTS luas 0,093 hektar.

4. PT Telkom berdasarkan Rekomendasi Gubernur No 522/862/ tahun2006

tanggal 22-03-2006 pada HPB dengan penggunaan Pemancar Tower

BTS luas 0,211 hektar.

5. PT PLN Berdasarkan SKB Kakanwil II Dephut Sultra dengan kepala PLN

Kendari no tgl 26-08-1997 pada HPB dengan penggunaan Jaringan

listrik seluas 6,76 Ha.

6. PT Triple Eight Energy berdasrkan SK Menhut no 384/Menhut-II/2010

tanggal 30 Juni 2010 pada Hutan Lindung dengan penggunaan jalan

angkutan nikel dan penyangga jalan seluas7,69 hektar.

7. PT Baula Putra Utama,berdasarkan SK Menhut nomor SK 533/Menhut-II

/2009 TANGGAL 11 September 2009 pada Hutan Lindung seluas 19,14

Ha dengan peruntukan jalan angkutan tambang.

Page 61: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 42

Tabel 18. Ijin Penggunaan Kawasan Hutan di Areal KPHP Gularaya Untuk Keperluan Diluar Kehutanan, Tahun 2005-2010

No Uraian Luas (Ha)

1 PT Telkom berdasarkan SKB Ka Kanwil II Dephut

Sultra dengan Kandatel No 610/7034/KWL-

PHKA/1992 tanggal 20-07-1992 pada HPB dengan

penggunaan Remute Area PT Telkom desa Wolasi

0.25

2 PT Telkom berdasarkan SKB Ka Kanwil II Dephut

Sultra dengan Kandatel No 610/7034/KWL-

PHKA/1992 tanggal 20-07-1992 pada HPB dengan

penggunaan Remute Area PT Telkom desa

Punggaluku

0,25

3 PT Telkom berdasarkan Rekomendasi Gubernur

No 522/862/ tahun2006 tanggal 22-03-2006 pada

HPB dengan penggunaan Pemancar Tower BTS

luas 0,093 hektar.

0,093

4 PT Telkom berdasarkan Rekomendasi Gubernur

No 522/862/ tahun2006 tanggal 22-03-2006 pada

HPB dengan penggunaan Pemancar Tower BTS.

0,211

5 PT PLN Berdasarkan SKB Kakanwil II Dephut

Sultra dengan kepala PLN Kendari no tgl 26-08-

1997 pada HPB dengan penggunaan Jaringan

listrik

6,76

6 PT Triple Eight Energy berdasrkan SK Menhut no

384/Menhut-II/2010 tanggal 30 Juni 2010 pada

Hutan Lindung dengan penggunaan jalan

angkutan nikel dan penyangga jalan.

7,69

7 PT Baula Putra Utama,berdasarkan SK Menhut

nomor SK 533/Menhut-II /2009 TANGGAL 11

19,14

Page 62: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 43

No Uraian Luas (Ha)

September 2009 pada Hutan Lindung peruntukan

jalan angkutan tambang.

Total Luas 34,394

Sumber Data Dishut Prov Sultra 2013

Selain izin pinjam pakai yang sudah ada, terdapat beberapa Izin Usaha

Pertambangan (Eksplorasi) yang diterbitkan oleh Bupati selaku Kepala Daerah

Otonom dan selanjutnya berpotensi menjadi izin pinjam pakai seluas 952,38 ha.

E. Posisi KPHP Gularaya dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan

Pembangunan Daerah

Pembangunan nasional berkelanjutan selain akan memerlukan berbagai

sumberdaya juga menghendaki ketersediaan Lahan yang cukup antara lain untuk

memenuhi ekspansi pembangunan pertanian,perkotaan,pemukiman, perhubungan

dan pertambangan. Keperluan akan Lahan tersebut secara bertahap akan diperoleh

melalui konversi Lahan hutan menjadi non hutan. Berdasarkan Undang undang

Tata Ruang no 26 tahun 2007 penetapan tata ruang dilakukan melalui kajian teknis

dan analisa kebutuhan dari berbagai sektor diwilayah tersebut. Sekalipun demikian

seringkali Hasil akhir ditentukan melalui konsensus antar sektor yang

berkepentingan.

Hal lain yang mendorong terus mengemukanya isu tata ruang adalah

penataaan ruang yang memberi peluang pengkajian tataruang provinsi dan

kabupaten/kota dalam setiap lima tahun sekali. Selain itu seiring dengan

meningkatnya dinamika pembangunan daerah yaitu munculnya pemekaran daerah

kabupaten sehingga makinmempersulit penataan ruang provinsi dan berimplikasi

pada ketidakpastian alokasi lahan diwilayah tersebut yang pada akhirnya

menghambat pembangunan nasional secara umum dan khususnya pembangunan

daerah termasuk pembangunan kehutanan di KPHP Gularaya .

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan nomor 61/menhut-II/2009 KPHP

Gularaya merupakan KPH lintas memiliki luas kawasan hutan 134.419 Ha yang

Page 63: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 44

berada pada dua wilyah administrasi pemerintahan yaitu Kabupaten Konawe

Selatan dan Kota Kendari. Kemudian pada tahun 2012 ada kebijakan mengenai

RTRW berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No.465 tahun 2012 sehingga

luas wilayah kelola berubah menjadi 115.363,01Ha.Menurut rencana pemerintah

Kabupaten Konawe Selatan bahwa eks kawasan hutan tersebut yang statusnya

berubah menjadi APL akan dijadikan areal perkebunan tebu untuk mendukung

pembangunan pabrik gula. Sedangkan untuk wilayah Kota Kendari akan ada

pembangunan kebun raya seluas 137,09Ha pada komplek hutan Papalia (Nanga –

Nanga).

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Konawe Selatan dan Kota

Kendari hingga saat ini belum memiliki RKTP dan RKTK kabupaten/kota,untuk

Rencana KehutananTingkat Provinsi baru diprogramkan tahun 2014 menyusul

Rencana kehutanan Tingkat Kabupaten dan Kota.Dengan demikian posisi wilayah

kelola KPHP Gularaya masih ditentukan oleh kebijakan provinsi, kabupaten dan

kota. Meskipun demikian wilayah kelola KPHP Gularaya masih sinkron dengan

RKTN dalam hal arahan pengelolaan.Maka dalam melaksanakan pembangunan

hutan dan kehutanan senantiasa berkaitan langsung dengan pemanfaatan

ruang/wilayah dan sumber daya lainnya, terkait dengan pemanfaatan ruang maka

Harusmemperhatikan koordinasi dan kebijakan penataan ruang/wilayah dan

pelaksanaan pembangunan daerah baik kebijakan pembangunan Pemerintah

Provinsi Sulawesi Tenggara, Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan maupun

Pemerintah Kota Kendari sehingga dalam implementasinya senantiasa terjadi

sinergisitas dan sinkronisasi tidak terjadi tumpang tindih program/kegiatan

sehingga tidak mengorbankan kepentingan pembangunan pada umumnya.

F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan

Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan pengelolaan hutan perlu

rumusan isu-isu strategis yang berkembang, tetapi sebelumnya perlu dilakukan

analisis SWOT terhadap keberadaan KPHP Gularaya sebagai berikut :

Page 64: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 45

Kekuatan

1. Potensi luas wilayah kelola/Lahan 115,363,01Hayang terdiri dari hutan

alam dan hutan tanaman.

2. Potensi hasil hutan kayu (jati, Pinus, Rimba campuran).

3. Potensi HHBK (Rotan, bambu, sagu,madu, , durian, mangrove).

4. Potensi Kawasan Hutan Mangrove.

5. Potensi JASLING (air terjun moramo, air panas Kaendi, Kebun Raya

Nanga -Nanga).

7. Komitmen Pengelola KPH.

KelemaHan

1. Belum mantapnya kawasan hutan.

2. Minimnya data dan informasi potensi wilayah kelola KPHP Gularaya.

3. Belum memadainya kuantitas dan kualitas SDM untuk mencapai visi

dan missi KPH.

4. Terbatasnya penganggaran untuk KPH.

5. Status KPHP Gularaya belum SATKER tersendiri.

6. Belum lengkapnya SARPRAS Pengamanan dan Perlindungan Hutan.

7. Belum adanya tenaga Penyidik PPNS.

8. Belum adanya tata batas blok dan petak.

9. KPHP Gularaya belum menerapkan PPK BLUD.

10. Belum optimalnya kelembagaan masyarakat.

11. Kurangnya sinergisitas pembangunan antar stakeholder.

Peluang

Page 65: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 46

1. Komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan

pengelolaan hutan lestari dalam bentuk suporting regulasi, kebijakan

pendanaan dll.

2. Adanya Permenhut No. P.47/Menhut–II/2013 tentang Standar Kriteria

pemanfaatan Wilayah Tertentu.

3. Tingginya minat investasi dalam memanfaatkan potensi kawasan

hutan.

4. Banyaknya ragam investasi Produk barang dan Jasa dari KPHP

Gularaya antara lain. HHK, HHBK, JASLING, Carbon trade dll.

5. Status KPHP Gularaya sebagai KPH MODEL.

6. Tingginya partisipasi masyarakat/potensi pemberdayaan masyarakat

dalam membangun hutan dan kehutanan melalui HTR, HKm dan

kemitraan.

7. Terbentuknya forum multi pihak (Dishut Provinsi, Dishut Kab Konsel,

Distanhut Kota Kendari, BKSDA Sultra, BPDAS Sampara, BPKH wil XXII

Kendari, TN Rawa Aopa, BIPHUT, UPTD PerbeniHan Dishut Prov,

Bidang bidang Dishut Prov, Perguruan Tinggi, Pemegang Iijin HTR KHJL,

pemegang ijin HKm KTH teporombu, LSM JAUH, LEPMIL, SCF, Yascita).

8. Adanya Isu pemanasan Global dan GRK.

Ancaman / tantangan

1. Luasnya jumlah Lahan kritis mencapai 24.000 Ha.

2. Tingginya laju degradasi dan deforestasi.

3. Maraknya pembalakan dan kegiatan ilegal loging.

4. Banyaknya perambaHan dan konflik tenurial (sertifikat diatas kawasan

hutan).

5. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peran dan fungsi hutan

untuk kehidupan.

Page 66: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 47

6. Masih adanya Anggapan bahwa keberadaan/operasionalisasi KPHP

Gularaya akan membebani APBD.

7. Peningkatan pelayanan masyarakat dan PAD.

Didalam penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh KPHP model Gularaya

untuk 10 tahun kedepan terdapat beberapa isu-isu strategis yang berkembang

pada tatanan kehutanan Sulawesi Tenggara khususnya kehutanan Konawe Selatan

dan Kota Kendari sebagai wilayah kelola KPHP Gularaya. Beberapa isu strategis

yang menjadi dasar sasaran pelaksanaan kegiatan selama periode 2014-2023

antara lain :

1. Ketidakjelasan batas wilayah kelola KPHP Gularaya

2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pososi

dan peran KPHP Gularaya

3. Komunikasi dengan stakeholder masih lemah

4. Meningkatnya ancaman gangguan keamanan hutan seperti ilegal

logging, perambaHan kawasan hutan, dan bahaya kebakaran hutan

yang berdampak pada meluasnya bahaya banjir

5. Masih adanya konflik tenurial dalam wilayah kelola KPHP Gularaya

6. Kurangnya pelibatan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengamanan

dan pengelolaan hutan

7. Lemahnya Kapasitas Internal KPHP Gularaya

8. Belum adanya hubungan transaksional dengan mitra KPH seperti KHJL,

Investor, masyarakat

9. Belum adanya pengembangan bisnis disektor industri kehutanan

10. Lemahnya kapasitas monitoring dalam wilayah Kelola KPHP Gularaya.

11. Belum adanya strategi peningkatan produktivitas pada berbagai tipe

ekosistem hutan.

12. KPHP Gulraya belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dalam rangka menuju kemandirian

kelembagaan KPH.

Mencermati analisis SWOT tersebut diatas dapat diambil benang merah

permasalahan pokok yang dihadapi KPHPGularaya yakni bagaimana

Page 67: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 48

mengembangkan/mengelola potensi sumberdaya hutan secara optimal dan

bijaksana untuk mencapai pengelolaan hutan lestari (PHL) mandiri sehingga ada

keseimbangan fungsi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.

Berdasarkan hasil inventarisasi potensi dan inventarisasi sosial budaya bahwa

kondisi potensi kayu jenis rimba campuran masih baik dengan tutupan lahan 65 %

tetapi untuk jenis jati kondisinya sudah rusak tinggal 30 % dari luas 24.000 Ha.

Kondisi sosial budaya masyarakat dalam dan sekitar hutan masih tergolong

marjinal dengan tingkat pendidikan yang masih rendah dan mata pencaharian

menggantungkan pada keberadaan hutan.

Secara lebin rinci permasalahannya antara lain (1) Aspek pengelola hutan

tingkat tapak menghadapipermasalahankelembagaan, sarana prasarana,

sumberdaya manusia.(2) Aspek organisasi permasalahannya adalah bagaimana

lembaga KPHP Gularaya dapat berjalan efektif, efisien sesuai visi misi dan tujuan.

(3) Aspek sarana prasarana permasalahannya adalah bagaimana terpenuhinya

sarpras dasar operasional, sarpras pengelolaan hutan dan sarpras perlindungan

hutan. (4) Aspek keberadaan sumberdaya manusia dengan kuantitas dan kualitas

yang memadai sehingga secara sinergi dapat mengelola hutan dengan baik.

Kondisi kawasan hutan yang selama ini tidak terkelola sesuai prinsip prinsip

pengelolaan hutan lestari (kelola ekonomi,kelola sosial, kelola lingkungan)

memunculkan isu penting yang berpotensi untuk mendudkung visi misi tujuan

KPHP Gularaya berupa peluang sekaligus tantangan bagaimana menjadikan KPH

sebagai unit pengelola hutan tingkat tapak yang melaksanakan bisnis kehutanan

dengan menerapkan PPK BLUD dan memaksimalkan peningkatan pelayanan

masyarakat. Untuk menjawab isu tersebut saat ini ada komitmen dan dukungan

pemerintah pusat yang besar melalui pemenuhan sarpras dan regulasi sebagai

payung hukum operasionalisasi KPH.Regulasi yang memberikan kewenangan bagi

KPHP dalam memanfaatkan potensi hutan secara optimal yakni Permenhut No.

P.47/MENHUT-II/2013. Tentang pedoman, kriteria dan standar pemanfaatan hutan

diwilayah tertentu pada KPHL dan KPHP. Pemberian kewenangan dari Kementrian

Kehutanan ini merupakan modal dasar yang Harus dimanfaatkan sebaik baiknya

oleh KPH. Dukungan lain datang juga dari Pemerintah Provinsi, Dinas Kehutanan

Provinsi Sultra, Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan, Dinas Kehutanan

Page 68: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 49

Kabupaten Konawe Selatan, Pemerintah Kota Kendari, Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kota Kendari, perguruan tinggi dan masyarakat (swasta, LSM yang

tergabung dalam forum multi pihak), asosiasi KPH seluruh Indonesia (AKSI) yang

saat ini menunggu teralisasinya keberhasilan kebijakan optimalisasi pemanfaatan

hutan, bisnis kehutanan dan penerapan PPK BLUD.

Disamping peluang dan tantangan sebagaimana tersebut diatas, maka

dijumpai pula hambatan dan gangguan yang bersifat internal dan eksternal apalagi

KPHP Gularaya merupakan KPH lintas yang secara administratif wilayahnya berada

di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari. Hambatan internal yang mungkin

terjadi muncul dari tingkat kemampuan SDM pengelola dan dukungan pendanaan

operasional dan sarpras di tahun awal periode Rencana Pengelolaan.Hambatan

eksternal yang bakal terjadi yaitu faktor tata hubungan kerja antara stakeholder

khususnya Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Selatan dan Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kota Kendari yang kebetulan ada perbedaan esselonering sehingga

memerlukan koordinasi yang mantap,realisai konvergensi yang nampaknya masih

Harus ditingkatkan kordinasinya,kondisi sosial ekonomi masyarakat didalam dan di

sekitar hutan, penanganan permasalahan konflik lahan/tenurial, perambahan

kawasan hutan dll.

Tata hubungan kerja dengan stakeholder saat ini belum tertata sesuai

mekanisme yang menjamin adanya sinkronisasi, sinergisitas dan harmonisasi untuk

pencapaian program. Kebijakan Pemerinntah Kabupaten Konawe Selatan,

Pemerintah Kota Kendari seyogyanya harus sinkron dengan pemerintah provinsi.

Demikian juga hubungan dengan masyarakat (LSM, swasta) harus terjalin dengan

baik sebagai mitra dalam membangun KPH. KPH harus mampu memberdayakan

masyarakat, sebaliknya masyarakat juga harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan

pengelolaan hutan. Sesuai dengan skema pemeberdayaan yang ada.

Ditinjau dari aspek bisnis pengelolaan hutan isu spesifik KPHP Gularaya

bahwa dengan luas wilayah 115.363,01Hamemungkinkan untuk melaksanakan

sendiri berbagai skema kegiatan pemanfaatan hutan seperti HHK-HA, HHK-

HT,HHBK, JASLING dan menerapkan PPK BLUD yang merupakan kebutuhan yang

mendesak. Prioritas kegiatan pemanfaatan hutan yang dipilih yaitu membuat kelas

perusahaan hutan tanaman (KP HT) jati JUN daur 8 -10 tahun seluas

Page 69: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 50

31.024,61Ha, kelas perusahaan hasil hutan bukan kayu (KP HHBK) Bambu daur 3

– 5 tahun seluas 10.136,87 Ha dan KP JASLING Terapi tropis Wallacea berbasis

lebah seluas 10,06 Ha. Adapun Kelas perusahaan lain sebagaimana skema

tersebut akan dibuat setelah ada kajian rencana bisnisnya. Tiga kelas perusahaan

tersebut akan menjadi andalan KPHP Gularaya dalam kegiatan pemanfaatan hutan.

Dari data tersebut terbuka peluang investasi yang sangat luas bagi investor

dan masyarakat dalam bentuk kerjasama kemitraan. Dengan demikian KPH harus

mampu menggerakkan seluruh sumberdaya yang dimiliki termasuk menggerakkan

masyarakat yang berada didalam dan disekitar hutan agar turut serta dalam

kegiatan pengelolaan hutan sehingga masyarakat dapat mengambil manfaat dari

keberadaan hutan dan berfungsi sebagai unsur pelaku pengamanan mandiri.

Inilah yang Harus dikondisikan sehingga kegiatan Pembangunan Hutan Lestari

kedepan tidak diperHadapkan dengan permasalahan gangguan keamanan hutan

atau setidaknya dapat menurunkan tingkat gangguan keamanan hutan.

Page 70: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 51

Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan warisan kekayaan alam

yang tak ternilai harganya, oleh karenanya harus dikelola secara bijaksana,

terencana, optimal dan bertanggungjawab sesuai dengan daya dukungnya serta

memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup guna

menjamin pemanfaatan hutan bekelanjutan, yang ditujukan untuk sebesar besar

kemakmuran rakyat yang berkeadilan dimasa kini dan masa yang akan datang.

Jadi Pemanfaatan sumberdaya hutan harus dilaksanakan bedasarkan rasionalitas

danoptimalitas secara bertanggungjawab guna menjamin kelestarian dan

keseimbangan ekosistem serta pembangunan berkelanjutan secara berkeadilan.

Hutan bukan hanya sekedar sekumpulan pepohonan yang mampu

menyediakan kayu, akan tetapi sebagai ekosistem penyangga kehidupan bagi

manusia dimuka bumi karena hutan memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh

sumberdaya alam lainnya, yaitu :

1. Keanekaragaman Hayati.Berbagai macam spesies flora,fauna serta

system abiotik yang membentuk hutan, memberikan manfaat yang

sangat besar bagi kehidupan dimuka bumi sehingga untuk

mempertaHankan kelimpahan keanekaragaman hayati tersebut

memerlukan ruang dalam luasan tertentu agar mata rantai kehidupan

dapat berjalan normal.

2. Keragaman Peluang Pemanfaatan.

3. Kepentingan Antar Generasi.

4. Memerlukan Waktu yang Panjang.

5. Kepentingan Umum.

6. Interaksi dengan Masyarakat.

7. Pelayanan Masyarakat.

Karakter Sumberdaya hutan diatas menunjukkan bahwa hutan mempunyai

kedudukan fungsi dan peran yang sangat penting dan vital bagi kehidupan sosial

budaya, perekonomian serta kelestarian dan kualitas lingkungan hidup. Dengan

Page 71: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 52

demikian pengelolaan sumberdayahutan harus dilakukan secara lestari guna

memenuhi fungsi sosial, ekonomi dan ekologi secara optimal.

Strategi pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang tertuang

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2013 – 2018 adalah

membangun kesejahteraaan masyarakat BAHTERAMAS. Dengan visi Sulawesi

Tenggara yang Sejahtera, Mandiri dan berdayasaing 2013 – 2018. Berdasarkan

Karakteristik sumberdaya hutan, tupoksi KPH dan visi Sulawesi Tenggara

tersebut, maka visi KPHP Gularaya adalah :

“Menjadi Pengelola Hutan Lestari Tingkat Tapak Yang Mandiri dan

Berdaya Saing Tahun 2014 – 2023 “

Untuk mewujudkan visi diatas maka ditetapkan misi sebagai berikut :

1. Mengelola SDH dengan prinsip pengelolaan hutan lestari berdasarkan

karakteristik dan daya dukung DAS.

2. Meningkatkan manfaat hasil hutan kayu melalui pengembangan Kelas

Perusahaan Hutan tanaman jati seluas 31.024,61Ha.

3. Meningkatkan manfaat hasil hutan bukan kayu melalui pengembangan

Kelas Perusahaan Hutan tanaman bambu seluas 10.136,87 Ha.

4. Meningkatkan jasa lingkunganmelalui pengembanganKelas Perusahaan

Ekowisata Wallacea Health Center ( WHC ) di Kaendi Lainea seluas

10,06 Ha.

5. Melaksanakan bisnis berbasis kehutanan dan menerapkan PPK BLUD.

6. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui program kemitraan

dengan kelompok Tani Hutan HTR, dan HKm.

7. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui peningkatan fungsi DAS

Wanggu, Laeya dan Roraya untuk pencegahan bahaya banjir dan erosi.

8. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui core bisnis KPH.

Tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHP Gularaya pada akhir

jangka pengelolaan tahun 2023 adalah :

1. Merevitalisasimanajemen KPHP Gularaya sehinggga mengarah pada

kelestarian hutan.

Page 72: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 53

2. Terwujudnya bisnis bidang kehutanan dengan core bisnis Kelas Perusahaan

HHK-HT Jati unggul seluas 31.024,61Ha, Kelas Perusahaan HHBK bambu

seluas 10.136,87 Ha,Kelas Perusahaan Jasa Lingkungan ekowisata Wallacea

Health Centerseluas 10,06 Ha.

3. Peningkatan luasan penutupan lahan hutan untuk terwujudnya pelayanan

masyarakat dari bahaya banjir dan erosi.

4. Terselenggaranya pemberdayaan masyarakat melalui skema HTR, HKm,

dan kemitraan.

5. Terwujudnya pengamanan kawasan hutan melalui pemberdayaan

masyarakat didalam dan sekitar hutan.

Page 73: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 54

A. Analisa Data dan Informasi

Dalam Rencana kerja Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

2012 ditetapkan salah satu tujuan pembangunan kehutanan Provinsi Sultra yaitu

“Terwujudnya pemantapan pengelolaan Hutan di kabupaten/kota “dengan

strategii“ Percepatan Pembangunan KPH dan KPH Model “Hal ini memberikan

peluang pembangunan KPHP Gularaya hingga beroperasi.

Pencapaian tujuan KPHP Gularaya 10tahun kedepan ditentukan oleh

bagaimana strategi operasional yang diterapkan. Berdasarkan data dan informasi

yang ada diterapkan strategi pencapaian tujuan yaitu:(1) Pemantapan batas

kawasan hutan, (2) Pemanfaatan potensi sumberdaya alam, (3) Pembinaan

terhadap pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, (4)

Pemberdayaan masyarakat, (5) Rehabilitasi kawasan hutan, (6) Konservasi sumber

daya alam, (7) Perlindungan dan pengamanan hutan, (8) Optimalisasi

pemanfaatan wilayah tertentu dan penerapan PPK BLUD.

1. Pemantapan Batas Kawasan Hutan

Wilayah kelola KPHP Gularaya ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri

Kehutanan RI Nomor SK.61/Menhut-II/2011 tanggal 28 Februari 2011 tentang

Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Unit XXIV

di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara seluas

134.419 Ha terdiri dari Hutan lindung 41,405Ha, Hutan Produksi Terbatas 3.671

Ha.Hutan produksi Tetap 89.343 Ha. Dalam Pencitraan potensi wilayah kelola

ternyata ada perbedaan luas yaitu Hutan Lindung 39.358,19 Ha, Hutan Produksi

Tetap 90.279,33 Ha dan Hutan Produksi Terbatas 4.781,48 Ha dengan kondisi

penggunaan dan penutupan lahan sebagai berikut :

Tabel 19. Kondisi Potensi Wilayah dan Penutupan Lahan Wilayah

KelolaKPHP Gularaya

Jenis Penutupan

Lahan

Hutan Lindung

( Ha )

Hutan

Produksi Tetap(Ha)

Hutan

Produksi Tebatas (Ha)

Jumlah

( Ha )

Awan 8.729,24 17.765,5 1.962,24 3.7456,98

Page 74: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 55

Jenis Penutupan

Lahan

Hutan Lindung

( Ha )

Hutan

Produksi Tetap(Ha)

Hutan

Produksi Tebatas (Ha)

Jumlah

( Ha )

Semak Belukar 1.473,97 6.436,06 31,20 7.941,23

Hutan Mangrove Primer

1.931,15 - - 1.931,15

Hutan Mangrove Sekunder

3842,06 - - 3.842,05

Hutan Primer 13.790,21 12.197,86 870,46 26.858,53

Hutan sekunder 8.534,88 35.154,89 1.720,53 4.5410,4

Pertanian Lahan Kering Campur

152,08 8.150,3 1,7 7.304,08

Perkebunan - - 114,68 114,68

Pemukiman 0,03 212,08 - 212,11

Pertanian Lahan Kering

530,27 10.145,72 80,59 1.0756,58

Sawah - 49,36 - 49,36

Rawa 307,41 - - 307,41

Tanah Terbuka / Kosong

56,84 167,56 - 224,4

Tambak 10,1 - - 10,1

Jumlah Total 39.358,19 90.279,33 4.781,48 134.419

Sumber : Dishut Prov Sultra tahun 2010

Secara umum kawasan hutan wilayah kelola KPHP Gularaya masih

berdasarkan Kepmenhut Nomor 454/Kpts-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan

Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara, yang dikompilasi dengan hasil

kegiatan tata batas yang dilaksanakan secara bertahap sejak tahun 1969 sesuai

ketersediaan anggaran. Seiring dengan Review Rencana Tata Ruang di Provinsi

Sulawesi Tenggara, maka di Kabupaten Konawe Selatan berdasarkan Kepmenhut

Nomor SK. 465/Menhut-II/2011 terjadi penurunan status APL sehingga luas KPHP

Gularaya menjadi 115.363,01Ha. Dengan perubahan status kawasan tersebut

mengharuskan untuk melakukan kegiatan tata batas dan penetapan luas areal KPH

dari Menteri Kehutanan.

Proses pengukuhan kawasan hutan dilaksanakan melalui tahapan penunjukan

kawasan hutan, penataan kawasan hutan, dan penetapan kawasan hutan. Data

Hasil perubahan tata batas kawasan hutan wilayah kelola KPHP Gularaya

Berdasarkan SK.465/Menhut-II/2011 tanggal 9 Agustus 2011 belum tersedia

sehingga data yang ditampilkan dibawah ini adalah berdasarkan SK. 454/Kpts-

II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi

Page 75: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 56

Tenggara, realisasi tata batas Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari

sebagai berikut :

Tabel 20. Realisasi Tata Batas di Kabupaten Konawe Selatandan Kota Kendari hingga tahun 2010

Kawasan

Hutan

Kabuaten/

Kota

Fungsi

Hutan

Tahun

Pelaksanaan

Panjang

Batas (Km) Keterangan

G Wolasi Konsel

HP,HPT,HL 69/70 175,5 BL

Papalia Konsel HP 89/90 168,5 Batas l HTI

Papalia Konsel HP,HPT,HL 90/91 214,5 BL

Torobulu Konsel HP 92/93 124,3 BL

Wolasi Konsel HL,HP 93/94 144,8 BF ( HL/HP)

Papaia Konsel HL,HPT,HP 94/95 66,2 BF

Wolasi Konsel HL,HPT 94/95 38,1 BF(HL,HTI)

Torobulu Konsel HL 96/97 74,2 BL(Mangrove)

Torobulu Konsel HL 97/98 49,6 BL(Mangrove)

Papaia Konsel HL 97/98 37,8 BL(Mangrove)

Papaia Konsel HL 98/99 45,4 BL(Mangrove)

Torobulu Konsel HL 98/99 70,0 BL(Mangrove)

Papaia Konsel HL 2000 18,1 BL(Mangrove)

Papaia Konsel HL 2002 15,3 BL(Mangrove)

Papalia Kota

Kendari

HP,HPT,HL 90/91 46,6 BL

Papalia Kota

Kendari

HP,HL 94/95 19,4 BF

1.039.895

Sumber : Statistik Dishut Prov Sultra 2011

Berdasarkan data realisasi tata batas Wilayah KPHP Gularaya menunjukkan

bahwa batas luar dan batas fungsi sudah penetapan, terkecuali hasil perubahan

tata batas berdasarkan SK. 465/Menhut-II/2011 tanggal 9 Agustus 2011.

Page 76: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 57

Kegiatan yang harus dilakukan KPHP Gularaya adalah memperjelas batas-

batas luar kawasan yang sudah berumur 15 tahun dimana batas-batas tersebut

sebagian sudah tidak jelas di lapangan. Kegiatan selanjutnya memperjelas batas

tapak di dalam areal KPHP Gularaya terutama pada areal pembangunan hutan,

tanaman jati, hutan bambu, Wallacea Health Center, wilayah pemberdayaan

masyarakat dalam skema HTR, HKm dan kemitraan. Dengan demikian batas

kawasan hutan yang kondisinya tidak jelas pada wilayah kelola KPH akan

terpelihara dengan sendirinya bilamana pembangunan hutan tanaman jati, hutan

bambudan pemberdayaan masyarakat terlaksana dengan baik.

2. Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

a. Kondisi tutupan Lahan

Kelas Penutupan Lahan di KPHP Gularaya berdasarkan peta penutupan lahan

Provinsi Sulawesi Tenggara hasil penafsiran citra landsat 7 ETM+ tahun 2011,

menunjukkan bahwa wilayah KPH Gularaya terdiri dari 20 kelas penutupan lahan.

Selengkapnya Peta Penutupan Lahan secara keseluruhan dapat dilihat pada

dibawah ini :

Tabel 21. Sebaran Penutupan Lahan Di Wilayah KPH Gularaya

No Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Hutan Primer 2,91 0,003

2 Tubuh Air 9,19 0,008

3 Transmigtrasi 43,23 0,037

4 Pemukiman 56,11 0,049

5 Sawah 77,73 0,067

6 Hutan Mangrove Primer 143,13 0,124

7 Semak Belukar Rawa 181,60 0,157

8 Padang Rumput/Savana 264,62 0,229

9 Pertanian Lahan Kering Campur 266,69 0,231

10 Perkebunan 377,25 0,327

11 Tanah terbuka 628,70 0,545

12 Tambak 1.080,56 0,937

Page 77: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 58

No Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

13 Hutan Tanaman 1.086,54 0,942

14 Hutan Sekunder 2.233,81 1,936

15 Pertanian Lahan Kering 2.820,82 2,445

16 Hutan Lahan Kering Primer 5.653,39 4,901

17 Hutan Mangrove Sekunder 6.862,81 5,949

18 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 14.480,82 12,552

19 Semak /Belukar 22.424,61 19,438

20 Hutan Lahan Kering Sekunder 56.667,79 49,122

Jumlah 115.363,01 100,000

Sumber : Analisis SIG, 2013

Dari Tabel di atas terlihat bahwa kelas penutupan lahan yang masih berhutan

terdiri dari 7 kelas tutupan lahan yaitu;(1) Hutan Primer, (2) Hutan Mangrove

Primer, (3) Hutan Tanaman, (4) Hutan Sekunder, (5) Hutan Lahan Kering Primer,

(6) Hutan Mangrove Sekunder, (7) Hutan Lahan Kering Sekunder dengan luas

keseluruhan72.661,46 Ha atau 62,89% dari total luas wilayah KPH Gularaya.

Informasi ini mengindikasikan besarnya potensi kayu yang dapat dimanfaatkan

secara lestari di wilayah KPH Gularaya.

Berdasarkan kondisi penutupan, yang didominasi oleh hutan sekunder, maka

salah satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan KPHP Gularaya adalah

kegiatan rehabilitasi dan pengamanan kawasan. Sehubungan dengan itu perlu

dilakukan inventarisasi dan pemetaan secara detail terhadap kondisi penutupan

kawasan. Berdasarkan Hasil inventarisasi dan pemetaan detail tersebut diharapkan

dapat dibuat skala prioritas bagi lokasi-lokasi yang akan direhabilitasi, dalam artian

bahwa pada lokasi dengan skala prioritas yang lebih tinggi perlu dilakukan tindakan

rehabilitasi terlebih dahulu. Penentuan skala prioritas tersebut didasarkan pada

tingkat kekritisan lokasi dan tingkat pengaruh lokasi yang bersangkutan terhadap

kelestarian ekosistem KPH secara keseluruhan. Kegiatan pembangunan hutan

tanaman jati unggul dan bambu akan memperluas areal penutupan Lahan.

b. Potensi Kayu , Bukan Kayu dan Jasling

Berdasarkan Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun

2011. Potensi kayu semua jenis dalam wilayah KPHP Gularaya pada Hutan Produksi

Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah sebanyak 2.948.786,3

Page 78: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 59

m3dengan asumsi potensi rata rata per hektar 31,02 m3. Untuk jenis kayu

perdagangan sebanyak 2.094.189,6 m3 dengan asumsi potensi kayu rata rata per

hektar 22,03 m3. Berdasarkan Laporan penyusunan potensi Jati Konawe Selatan

Tahun 2004, terdapat tanaman Jati seluas 24.538,29 Ha, namun hingga tahun

2004, luasnya tinggal 8.596,83 Ha atau 35,03 % kondisi baik dan 64,97 % kondisi

rusak.

Hasil inventarisasi UPTD BIPHUT Dinas Kehutanan provinsi Sultra di Kab

Konawe Selatan tahun 2004 dengan intensitas sampling 2 % diperoleh data

potensi jati dengan luasan tersebut memiliki kerapatan tegakan 565 batang/Ha

atau total 4.570.777 batang dan rata-rata volume 105,6454 m3/Ha atau total

855.393,1747 m3.

Berdasarkan data statistik Kabupaten Konawe Selatan dalam angka tahun

2011 dan Kota Kendari dalam angka tahun 2011, potensi kayu disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 22. Produksi Kayu Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya

tahun 2006 – 2010

Jenis Kayu

Tahun Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Jumlah

Kayu Bulat

(M3) Gergajian

(M3) Kayu

Rimba (M3) Gergajian

(M3) ( Ton ) ( M3 )

2010 2.310,85 1.250,63 2.046,17 531,00 600,00 1.781,63

2009 2.710,75 3.981,30 3.055,15 6.260,40 6.246,00 10.241,91

2008 6.199,47 3.244,28 14.731,81 3.000,00 499,95 20931,28

2007 1.596,17 4.283,37 7.114,00 1.271,85 681,00 12993,54

2006 8.459,79 9.810,59 6.467,60 805,29 2546,90 24737,98

Jumlah 21.277,03 22.570,17 33.414,73 11.868,54 10.573,85 70.686,34

Sumber : Kabupaten Konawe Selatan dalam angka tahun 2011

Hasil inventarisasi potensi oleh BPKH wilayah VII Makassar pada tahun

2012 menunjukan data potensi jumlah batang 565 batang/Ha atau total 4.570.777

batang dan rata-rata volume 105,6454 m3/Ha atau total 855.393,1747 m3. Kondisi

saat ini tentunya potensinya jauh dari angka tersebut mengingat laju

degradasi/daya rusak hutan yang cukup tinggi. Jika laju degradasi hutan 1,5 %

/tahun maka potensi yang tersisa hingga saat ini diprediksi tinggal 7.909 hektar

atau 735.221 m3.

Page 79: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 60

Berdasarkan analisa SIG (Daemeter 2014), data tanaman jati existing

adalah seluas 16.000 Ha dengan asumsi potensi kubikasi jati trubusan sebesar 5

m3. Sehingga potensi jati hingga tahun 2014 ini adalah yang adalah 80.000 m3.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat kerusakan hutan

sangat tinggi dengan berbagai macam penyebab seperti illegal loging, perambahan

hutan, penjarahan hutan pada saat awal era reformasi dan sebagainya. Untuk

mengamankan potensi sumberdaya hutan tersebut maka harus diupayakan

perlindungan dan pengamanan hutan melalui peningkatan sarana prasarana

pengamanan, pendanaan yang memadai dan SDM, pengamanan yang

cukup.Selanjutnya diupayakan rehabilitasi hutan sesuai dengan jenis tanah dan

iklim setempat.

Kondisi kualitas tegakan akan meningkat dengan memberikan solusi

alternatif lapangan kerja bagi masyarakat melalui core bisnis KPH, kegiatan

pemberdayaan masyarakat dan kemitraan, sehingga pendapatan masyarakat

meningkat dan menurunkan tekanan penduduk terhadap pemanfaatan kawasan

hutan wilayah KPHP Gularaya. Keterkaitan yang bersifat simbiostik ini memberikan

peluang kepada kepastian usaha, keamanan dan kelestarian pengelolaan kawasan

hutan dalam jangka panjang.

Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai system

sumberdaya yang bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat multi kepentingan

serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar besar kemakmuran

rakyat. Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa produk HHBK merupakan

salah satu sumber daya yang memiliki keunggulan komparatif paling menyentuh

dengan kehidupan masyarakat didalam dan disekitar hutan. HHBK terbukti dapat

memberikan dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat didalam dan

disekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi PAD. Potensi Hasil

Hutan Bukan Kayu (HHBK) jenis rotan sebannyak 11.516,627 ton pada kawasan

hutan produksi dan hutan lindung seluas 31.990,63Ha dengan asumsi potensi rata

rata 0,36 Ton/Ha.

Angka potensi rotan tersebut sudah menurun dan keberadaannya sudah jauh

kedalam hutan sehingga dalam rangka pemanfaatan/pemanenan sulit mencari

tenaga kerja. Sehubungan Hal tersebut maka dalam rangka meningkatkan potensi

rotan tersebut perlu dilakukan upaya budidaya rotan yang intensif tetapi

berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi bahwa tingkat

keberhasilan budidaya rotan sangat rendah sehingga usaha ini sulit untuk

dilaksanakan kecuali kalau ada teknologi dan inovasii baru yang dapat mengatasi

kendala kegagalan tersebut. Jenis HHBK yang lainnya dapat pula dikembangkan

seperti sagu, bambu, madu, aren dll.

Page 80: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 61

Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam di wilayah KPHP Gularaya yang

mungkin dapat dikembangkan adalah ekowisata air terjun Moramo, ekowisata air

terjun Nanga Nanga, Wisata air panas Kaindi, situs sejarah jaman jepang di

Ranomeeto, keindahan panorama Teluk Kolono, perdagangan karbon (carbon

trade), dll. Langkah awal dalam pengembangan potensi tersebut Harus dilakukan

studikelayakan/Pengkajian lebih lanjut dan diupayakan pengelolannya baik

Pemerintah Daerah/BUMN/ BUMD/BUMS.

Keberadaan potensi jasa lingkungan di wilayah KPHP Gularaya memiliki

prospek untuk dikembangkan ke depan ditinjau trend perkembangan yang semakin

meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan masyarakat

Kendari dan Konawe selatan cukup pesat masing masing 2%/tahun, dan

kebutuhan rekreasi makin meningkat sehingga memberikan peluang usaha

pemanfaatan jasa lingkungan. Pengembangan potensi jasa lingkungan lainnya

yaitu perdagangan karbon (carbon trade) yang dapat dilakukan sebagai upaya

optimalisasi peran dan fungsi kawasan hutan dalam mitigasi dan adaptasi

perubahan iklim. Persyaratan dalam rangka memasuki era perdagangan karbon

diantaranya identifikasi lokasi yang potensial, mengkaji mekanisme tataniaganya

hingga proses penjualan.

3. Pembinaan Pemegang izin

Pemanfaatan kawasan hutan pada wilayah KPHP Gularaya melalui kegiatan

skema HTR. Pencadangan HTR di Kabupaten Konawe Selatan seluas ± 9.835

hektar berdasarkan SK menteri Kehutanan nomor SK.435/Menhut-II/2008, tanggal

26 November 2008. Perkembangan HTR di Kabupaten Konawe Selatan pasca

Pencadangan areal adalah adanya IUPHHK–HTR seluas ± 4.639,95hektar dengan

pemegang ijin atas nama Koperasi Hutan Jaya Lestari berdasarkan Surat

Keputusan Bupati Konawe Selatan nomor 1353 Tahun 2009 tanggal 10 Juni 2009

tentang Pemberian ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman

Rakyat dalam Hutan Tanaman kepada Koperasi Hutan Jaya lestari (KHJL) seluas

4.639,95 hektar di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara.Saat ini

RKU-RKT pemegang ijin IUPHHK HTR atas nama KHJL sudah disyahkan oleh KPH

dan telah melaksanakan kegiatan tatabatas serta penanaman berbagai jenis

komersial dalam bentuk demplot seluas 20 Ha atas dukungan AFD.

KHJL sebelumnya telah bergerak dihutan rakyat yang merupakan gabungan

kelompok tani dan telah menunjukan kinerja yang baik yaitu dengan diperolehnya

sertifikat Pengelollaan Hutan Lestari (S-PHL) skema sukarela (voluntary) Forest

Stewardship Council (FSC). Keberhasilan KHJL dalam pengelolaan hutan lestari

tersertifikasi ini diharapkan menjadi contoh pemegang ijin lainnya di wilayah KPHP

Gularaya baik Hutan Desa (HD), HTR dan HKm.dan menjadi icon HTR model di

Indonesia.

Page 81: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 62

Pemanfaatan kawasan hutan dengan skema HKm di wilayah KPHP Gularaya

sudah memasuki tahapanverifikasi oleh Ditjen RLPS terhadap usulan Penetapan

Areal kerja oleh kelompok tani. Verifikasi areal kerja HKm di wilayah KPHP Gularaya

di Kota Kendari dilakukan terhadap 5 kelompok tani seluas 798 Ha masing masing

KTH Nambo 100 Ha, KTH Sambuli 120 Ha, KTH Tobimeita 200 Ha, Gapoktan

Mataiwoi 298 Ha dan KTH Abeli 80Ha sedangkan yang berada di Kabupaten

Konawe Selatan yang telah diverifikasi untuk penetapan areal kerjanya adalah

Gabungan Kelopok Peserta (GKP) GraHa Lestari Kec. Palangga seluas 500 Ha, GKP

HKm Mopokoaso 500 Ha, dan telah terbit Izin Usaha Pemanfaatan Hutan

Kemasyarakatan (IUPHHKm) An. Gapoktan Teporombu Desa Ambololi Kec. Konda

Kab. Konawe Selatan seluas 160 Ha.Meskipun sudah direkomendasikan untuk

penetapan areal kerja HKm namun baru 1 (satu) yang telah terbit IUPHHKm oleh

Bupati. Bilamana Hal ini tidak segera ditindak lanjuti dikHawatirkan hilangnya

kepercayaan dari masyarakat. Pada Kementrian CQ Direktorat BPDAS & PS.

Untuk memenuhi kebutuan atau kepentingan pembangunan non kehutanan,

Kementerian Kehutanan telah menetapkan ketentuan yang mengatur perubahan

peruntukan kawasan hutan, dimana kawasan hutan yang dapat dirubah

peruntukan kawasan hutannya adalah kawasan hutan produksi (HP) dan Hutan

Produksi yang dapat di Konversi (HPK).

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan diluar kegiatan kehutanan

secara permanen (Pemukiman, Transmigrasi, Perkebunan dsb) diselenggarakan

melalui mekanisme pelepasan kawasan Hutan dan relokasi fungsi, serta tukar

menukar kawasan hutan. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan luar

kehutanan secara sementara dilakukan melalui prosedur pinjam pakai kawasan

hutan tanpa mengubah status, fungsi serta peruntukannya. Penggunaan Kawasan

Hutan di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari yaitu untuk kegiatan

perkebunan,pertambangan, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Kota dengan

perincian sebagai berikut :

Tabel 23. Penggunaan Lahan di Kabupaten Konsel dan Kota Kendari

No Penggunaan Luas (Ha)

Lokasi Jenis Penggunaan

Keterangan

1 PT PN XIV/PT Industri Gula Tinanggea

6.080 Kec. Tinanggea Perkebunan Tebu

2 PT Suber Madu Bukari 13.210 Kec Landono Kec Tinanggea

Perkebunan Tebu

3 PT Cipta Agung Manis 18.000 Tinanggea,Buke,Palangga

Perkebunan Tebu

4 PT Selaras 12.000 Angata,Mowila,Benua, Buke

Perkebunan Tebu

5 Hutan Kemasyarakatan 245 Desa nanga-nanga &

Tobimeita

Perkebunan Tebu

Pada HL,HP dan HPT

Page 82: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 63

No Penggunaan Luas

(Ha) Lokasi Jenis

Penggunaan Keterangan

6 Hutan Kota 43 Bumi Praja, UnHalu,Kantor

Walikota, Hutan Kota

Sumber : Statistik Dishut Prov Sultra 2011

Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Kabupaten Konawe Selatan dan Kota

Kendari adalah untuk kegiatan telekomunikasi, jaringan listrik dan jalan darat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :

1. PT Baula Petra Buana berdasarkan SK Menhut No. 533/Menhut-II/2009

tanggal 11-09- 2009 pada Hutan Lindung dengan penggunaan jalan

angkutan tambang seluas 19,14 hektar.

2. PT Triple Eight Energy berdasrkan SK Menhut No. 384/Menhut-II/2010

tanggal 30 Juni 2010 pada Hutan Lindung dengan penggunaan jalan

angkutan nikel dan penyangga jalan seluas7,69 hektar.

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Telekomunikasi, jaringan listrik PLN dan

jalan darat yang menyangkut kepentingan umum dapat dilakukan koordinasi untuk

kegiatan penggunaan kawasan berikutnya agar tidak merubah fungsi hutan.

Beberapa model pembinaan ke pemegang izin yang dapat dilakukan oleh

KPH, antara lain :

1. Melalui pola kemitraan,monitoring dan evaluasi bersama dalam

pengelolaaan hutan.

2. Pembinaan ke para pihak pemegang izin juga dilakukan melalui sosialisasi

kebijakan dan aturan yang akan disepakati bersama.

3. Pengamanan bersama wilayah kelola.

4. Pemberdayaan Masyarakat

Berdasarkan data Hasil rancang bangun KPH di Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2002, desa-desa yang berada didalam atau di sekitar wilayah kerja KPHP

Gularaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 83: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 64

Tabel 24. Luas Wilayah kecamatan, Jumlah desa di wilayah KPHP

Gularaya

No Kabupateen/

Kecamatan

Luas Kecamatan

( Km2 )

Jumlah

Desa

Keterangan

Kepadatan

Penduduk

1 Tinanggea Konsel 509,39 12 21.330

2 Palangga, konsel 495,18 9 12.286

3 Anngata, konsel 1341,19 9 14.991

4 Landono, Konsel 282,85 6 11.461

5 Ranometo, Konsel 172,09 4 16.240

6 Konda,Konsel 329,08 1 18.129

7 Lainea, Konsel 370,66 6 8.871

8 Moramo, Konsel 354,64 10 13.035

9 Poasia, Kota kendari 103,07 11 24.966

10 Baruga, Kota kendari 65,94 1 19.162

Jumlah 69

Sumber : Laporan Rancang Bangun KPHP Prov Sultra 2002

Berbagai elemen masyarakat didalam dan disekitar hutan telah merasakan

manfaat dari berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama

ini. Berbagai kebijakan dan program pemberdayaan masyarakat seperti Hutan

Kemasyarakatan (HKm)/Agroforestry, Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Kegiatan

Agroforestry telah dikembangkan sejak tahun 2000 dan pada tahun 2008 telah

dicadangkan areal oleh Menhut untuk alokasi kegiatan HTR, Tahun 2004 -2008

kegitan GERHAN, Peningkatan Usaha Masyarakat Sekitar Hutan Produksi.

(PUMSHP) dan lain lain.

Dimasa yang akan datang pelibatan masyarakat secara aktif dalam

pembangunan kehutanan terus didorong dengan meningkatkan akses masyarakat

pada hutan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui HTR, HKm. Hutan Desa dan

lain sebagainya sesuai kebijakan pemerintah. Hal ini ditunjang dengan komitmen

Pemerintah Daerah bahwa dalam rangka pengelolaan hutan, UPTD KPHP Gularaya

melakukan pendampingan penyusunan rencana dan pelaksanaan kerja dan

kegiatan pada tingkat unit Pengelolaan (Resort). Disamping itu KPHP Gularaya

dapat melakukan kemitraaan dan memfasiltasi terbentuknya forum multi pihak.

Page 84: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 65

Kualitas sumber daya manusia yang bermoral, professional, disiplin serta

beorientasi pada pelayanan masyarakat Harus ditingkatkan.

5. Rehabilitasi Kawasan Hutan

Berdasarkan data potensi wilayah KPHP Gularaya kondisi penutupan lahan

hutan primer 28.789,68 Ha (21,4% ), Hutan sekunder 49.252,46 Ha (36.64%)

dan tidak berhutan 56.376,86 Ha (41,94%). Kawasan tidak berhutan ini terdiri dari

belukar, Lahan pertanian, perkebunan, sawah, tambak, rawa, tanah kosong dan

pemukiman yang kondisinya ada yang tergolong Lahan kritis. Penetapan Lahan

kritis tersebut didasarkan pada tingkat kerusakan Lahan yang diakibatkan karena

kehilangan penutupan vegetasi sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya

sebagai penaHan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro dan

penyerap karbon. Berdasarkan tingkat kerusakan lahan dapat diklasifikasikan

sebagai sangat kritis, kritis, agak kritis, potensial kritis. Berdasarkan data dari

Dishut Prov Sultra sebaran luas kawasan hutan yang tergolong Lahan kritis di

Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari adalah sebagaimana tabel dibawah

ini :

Tabel 25. Penyebaran Lahan Kritis di Kawasan Hutan Kab Konsel

dan Kota Kendari

Tingkat Morfologi DAS DAS Prioritas Fungsi Hutan

Kekritisan

/ Hulu

(Ha)

Tengah

(Ha)

Hilir

(Ha)

Laeya-

Wanggu

(Ha)

Roraya

(Ha)

KonaweH

a

(Ha)

Hutan Hutan

Prioritas Lindung

(Ha)

Pruduksi

(Ha)

Sangat

Kritis/

Prioritas I

14,568.6

8

4,301.5

4

1,697.6

3

17,387.3

7

1,985.34

1,195.14

3,429.44

17,138.4

1

Kritis/

Prioritas II

16,637.9

6

6,473.9

7

2,060.4

7

22,416.0

0

1,094.30

682.91

14,181.9

2

10,990.4

8

Agak

Kritis/

Prioritas

III

58,297.5

9

8,486.1

7

6,770.1

2

53,400.5

3

10,183.9

2

9,969.43

27,203.1

9

46,350.6

9

Sumber : Analisis Peta RTk RHL DAS, BPDAS Sampara, 2004, diolah 2013

Luasnya lahan kritis pada kawasan hutan sebagaimana tabel tersebut dan

tingginya angka degradasi dan deforestasi mengHaruskan untuk melakukan

rehabilitasi atau penanaman kembali. Kegiatan penanaman yang telah

Page 85: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 66

dilaksanakan melalui kegiatan gerakan Indonesia menanam, yang diikuti oleh

gerakan aksi penanaman serentak, peliHara pohon dan OBIT.

Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai kasatuan ekoistem daratan dan sungai

mempunyai implikasi terhadap baik buruknya tata air. Pada kondisi DAS yang

secara ekologis masih baik maka tata air dalam kedaan baik dan demikian pula

sebaliknya. Di wilayah KPHP Gularaya mengalir 3 DAS, yaitu DAS Wanggu, DAS

Laeya dan DAS Roraya. Berdasarkan data Hasil Rancang Bangun KPHP, DAS

Roraya memilik luas 177.422 Ha yang berada di wilayah administratif Kendari

Selatan (Konawe Selatan) Kolaka, DAS Laeya Sambuli memiliki luas 261.047 Ha

terletak di wilayah administrative Kendari selatan (Konawe Selatan) Kota Kendari.

Kondisi DAS umumnya kritis sehingga perlu penanganan intensif. Hal ini

diindikasikan adanya bencana tanah longsor, banjir dan kekeringan. Data Lahan

kritis berdasarkan daerah aliran sungai berbeda dengan tutupan Lahan sehingga

dalam rangka rehabilitasi perlu ada Rencana Pengelolaan RHL (RP RHL) secara

terpadu pada seluruh wilayah kelola KPH.

6. Konservasi Sumber Daya Alam

Pengertian konservasi sumber daya alam hayati menurut pasal 1 ayat (2) UU

No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

dirumuskan bahwa ”pengelolalaan sumber daya alam hayati yang

pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan

persediannya dengan tetap memeliHara dan meningkatkan kualitas

keanekaragaman dan nilainya”. Dengan demikian konservasi dalam undang-

undang ini mencakup pengelolaan sumber alam hayati, yang termasuk didalamnya

hutan.

Sasaran konservasi yang ingin dicapai menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu:

1. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem

penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan

dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga

kehidupan);

2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe

ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu

pengetahuan, dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan

kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi

kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);

Page 86: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 67

3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati

sehingga terjamin kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang kurang bijaksana, belum harmonisnya penggunaan

dan peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi

secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat mengakibatkan

timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber

daya alam Hayati (pemanfaatan secara lestari).

Dalam upaya perlindungan terhadap hutan, harus dipandang sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dengan lingkungan atau ekosistem secara global.

lingkungan global adalah lingkungan hidup sebagai suatu keseluruhan, yaitu wadah

kehidupan yang di dalamnya berlangsung hubungan saling mempengaruhi

(interaksi) antara makhluk hidup (komponen biotik) dengan lingkungan setempat

(komponen abiotik).

Konservasi sumber daya alam di wilayah KPHP Gularaya dilaksanakan melalui

upaya perlindungan terhadap potensi keanekaragaman hayati. Potensi

keanekaragaman hayati ini mempunyai nilai yang positif bagi pengelolaan kawasan

terutama sebagai plasma nutfah, obyek penelitian dan pendidikan dan

pengembangan serta kegiatan untuk menunjang budidaya. Kepunahan jenis-jenis

ini akan merupakan hilangnya sumber genetik utama dalam keanekaragaman jenis

hayati Indonesia khususnya di wilayah Sulawesi Tenggara yang banyak memiliki

keanekaragaman Hayati yang endemik. Keanekaragaman Hayati dalam kawasan

KPHP Gularaya merupakan aset untuk menggali dan mengkaji fenomena-fenomena

alam yang dapat memberikan sumbangan berHarga bagi kehidupan masyarakat.

Untuk itu aset ini perlu dipertaHankan dan dimanfaatkan demi kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat pada umumnya di masa kini dan akan datang.

Perlindungan keanekaragaman hayati ini tidak terlepas juga dari perlindungan

terhadap keutuHan kawasan baik itu jenis maupun luasannya. Dengan melakukan

perlindungan terhadap keutuHan kawasan KPHP Gularaya berarti tetap menjamin

sistem penyangga kehidupan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya terutama

dalam mengatur sistem tata air (hidroorologi) maupun dalam mengatur stabilitas

iklim lokal dan regional yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia.

Selain itu dengan terjaminnya keutuHan kawasan ini akan mengurangi dampak dari

berbagai fenomena alam seperti banjir maupun tanah longsor yang sangat

merugikan kita.

Keadaan demikian tidak dapat dipertaHankan apabila faktor-faktor yang

mempengaruhi keanekaragaman Hayati tidak dikelola dengan baik dan terarah.

Page 87: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 68

Faktor yang mempengaruhi tersebut terdiri dari faktor internal berupa komponen-

komponen ekosistem tempat jenis-jenis flora maupun fauna tersebut hidup dan

berkembangbiak. Sedangkan faktor eksternal berupa aksesibilitas masyarakat ke

dalam kawasan. Kelangsungan sistem ekologi kawasan tersebut akan berlangsung

lestari apabila komponen-komponennya berada dalam keseimbangan sehingga

potensi keanekaragaman hayati dapat dipertahankan dan menjadi aset bagi

pembangunan daerah.

Konservasi sumber daya alam di wilayah KPHP Gularaya kedepan menjadi

sangat strategis, mengingat perspektif pembangunan daerah dihadapkan pada dua

pilihan antara perspektif ekonomi dan ekologi. Kegiatan konservasi sering dianggap

sebagai beban pembangunan, karena lebih menuntut biaya daripada pendapatan.

Kondisi seperti ini menyebabkan kegiatan konservasi menjadi terabaikan, dan

akibatnya perjuangan untuk melindungi ekosistem bumi dan plasma nutfah

menjadi semakin terancam. Sementara di kawasan tropis, yang menjadi andalan

penyeimbang sistem kehidupan di muka bumi ini, masih dihadapkan pada

kurangnya SDM yang tangguh serta terdesaknya kawasan untuk kepentingan

pembangunan ekonomi. MemaHami perspektif ekonomi dan ekologi secara

terintegrasi diperlukan untuk mencari keseimbangan kepentingan antara keduanya.

Dalam perspektif ekologi, proses alamiah merupakan dasar dari penggunaan

sumber daya, bagaimana menggunakan sumber daya tersebut sedemikian rupa

sehingga struktur dasar dari sistem alamiah tak berubah. Perspektif ekologi

menyatakan perlunya menguraikan proses-proses ekologi yang ada di alam sebagai

dasar pengelolaan sumberdaya alam, serta memahami berbagai konsekuensi

ekologis dari sekian banyak beban yang diberikan manusia pada sistem alam

(dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan).

Dalam perspektif ekonomi, sumberdaya alam adalah bahan baku dalam

sistem produksi sehingga berlaku sistem penawaran (supply) dan permintaan

(demand). Inti dari studi ekonomi adalah memahami karakteristik ekonomi

sumberdaya alam, nilai ekonomi sumberdaya alam, serta bagaimana sistem

ekonomi mempengaruhi pengelolaan (pemanfaatan) sumberdaya alam. Jadi

memahami sistem ekonomi adalah hal mendasar dalam konservasi sumberdaya

alam. Sumberdaya alam adalah komoditas, kita memberinya nilai atas apa yang

disediakannya untuk kebutuhan kita (makanan, pakaian, tempat tinggal, dll), cara

kita menilai sumberdaya alam berpengaruh pada cara kita mengelolanya.

Perspektif ekonomi dalam konservasi sumberdaya hutan memerlukan penilaian

secara ekonomi sumberdaya hutan. Menghitung ‘Harga’ dari sumberdaya hutan

khususnya yang memiliki sifat intangible bukanlah Hal yang mudah. Tidak semua

sumberdaya alam dapat ‘diHargai’ dengan nilai uang seperti udara bersih, air

bersih, Habitat flora fauna.

Page 88: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 69

Beberapa kegiatan yang mendukung upaya konservasi sumber daya alam

yang dapat dilakukan di KPHP Gularaya diantaranya yaitu peningkatan database

kawasan melalui kegiatan inventarisasi potensi flora dan fauna; pembinaan habitat

satwa; penilaian ekonomi kawasan; pemeliharaan pal batas kawasan dan lain-lain

kegiatan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan serta disesuaikan

dengan kemampuan anggarannya.

Paradigma baru pembangunan kehutanan lebih menitikberatkan terhadap

bagaimana memanfaatkan potensi sumber daya alam tanpa mengenyampingkan

upaya kelestariannya. Hal ini sesuai dengan visi Kementerian Kehutanan 2010 –

2014 “Hutan Lestari untuk Masyarakat yang Berkeadilan” yang lebih menekankan

pada aspek kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sehingga kawasan hutan

beserta keanekaragaman Hayati yang terkandung di dalamnya dapat dijadikan aset

pembangunan daerah demi kesejahteraan masyarakat pada umumnya kini dan

masa yang akan datang.

Seiring dengan aktifitas dikawasan hutan yang semakin semarak baik

kegiatan pemanfaatan hutan maupun penggunaan kawasan hutan serta

pengrusakan hutan maka sumber daya alam pada areal kawasan hutan Harus

tetap dijaga keberadaannya baik jenis maupun luasannya.

7. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Penyelenggaraan perlindungan dan pengamanan hutan bertujuan untuk

menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi

konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari. Kegiatan

perlindungan dan pengamanan hutan merupakan usaha untuk mencegah dan

membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan Hasil hutan yang disebabkan

oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, Hama serta

penyakit; kemudian mempertaHankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat,

dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, Hasil hutan, investasi serta perangkat

yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Intensitas gangguan terhadap kawasan hutan akhir-akhir ini semakin

meningkat. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan Lahan serta

berbagai Hasil hutan seperti kayu, rotan dll. Oleh karena itu upaya-upaya

pengamanan hutan menjadi sangat penting dalam menjaga keutuHan fungsi

kawasan. Upaya-upaya pengamanan kawasan hutan dapat dilakukan melalui

kegiatan-kegiatan yang bersifat preemtif, preventif dan represif.

Upaya preemtif adalah kegiatan dalam upaya penciptaan kondisi yang

kondusif dengan tujuan menumbuhkan peran aktif masyarakat dalam pengamanan

kawasan hutan. Kegiatan pengamanan hutan Hanya dengan mengandalkan patroli

Page 89: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 70

dan penegakkan hukum tak akan mampu menjamin keutuhan kawasan jika tidak

didukung dengan partisipasi aktif dari masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan

diantaranya sosialisasi, temu wicara serta pemberdayaan masyarakat.

Upaya preventif adalah segala kegiatan yang dilaksanakan untuk mencegah

terjadinya gangguan keamanan kawasan dan hasil hutan. Bentuk kegiatan

preventif, diantaranya pemeliharaan dan pengamanan batas kawasan hutan dan

penjagaan kawasan hutan yang dilakukan di pos-pos jaga.

Upaya represif adalah kegiatan penindakan dalam rangka penegakan hukum

dimana situasi dan kondisi gangguan keamanan kawasan hutan telah terjadi dan

cenderung terus berlangsung atau meningkat sehingga perlu segera dilakukan

penindakan terhadap pelakunya. Contohnya adalah operasi gabungan maupun

operasi yustisi.

Beberapa kegiatan yang diperlukan dalam upaya perlindungan dan

pengamanan kawasan hutan ini yaitu selain dari faktor SDM berupa ketersediaan

tenaga Polhut yang sebanding dengan luas kawasan KPHP yang dikelola, juga

sarana dan prasarana pendukung perlu disediakan seperti pos-pos jaga dan

kendaraan operasional/patroli. Dalam keadaan tenaga dan dana pengamanan

kawasan KPHP Gularaya sangat terbatas maka perlu dikembangkan pada pola

kerjasama/kemitraan dengan masyarakat sekitar yang saling menguntungkan

kedua belah pihak.

Pola perlindungan dan pengamanan kawasan hutan kedepan akan lebih

menitikberatkan pada pelibatan masyarakat sekitar yang memperoleh dampak

yang paling besar terhadap baik buruknya keutuHan kawasan hutan. Pelibatan ini

akan memberikan pemahaman serta kesadaran akan pentingnya menjaga

kelestarian kawasan hutan. Setiap ada upaya perusakan terhadap keutuHan

kawasan hutan, maka masyarakat yang sudah memiliki kesadaran akan pentingnya

menjaga keutuHan kawasan karena manfaat yang diHasilkan dari keberadaan

kawasan hutan ini, maka akan dengan serta merta akan berusaha mencegah setiap

ada gangguan terhadap kawasan hutan ini.

Namun demikian upaya pemberdayaan masyarakat berupa peningkatan

kesejahteraan perlu lebih ditingkatkan oleh pihak pengelola kawasan hutan,

terutama masyarakat yang memiliki ketergantungan terhadap kawasan hutan.

Sehingga keterpaduan antara masyarakat dengan pengelola KPHP dapat

diwujudkan melalui kemitraan yang saling menguntungkan. Dengan demikian visi

“Hutan Lestari untuk Masyarakat yang Berkeadilan” dapat terwujud.

Sehubungan dengan tingkat pengrusakan hutan yang tinggi maka dalam

rangka pengamanannya Harus meningkatkan frekwensi patroli rutin sekaligus

mengamati batas batas kawasan hutan. Mengenai jumlah tenaga jagawana perlu

Page 90: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 71

menambah jumlah SDM karena tidak sebanding dengan luasan hutan yang ada,

Disamping itu dari aspek pengadaan sarana dan prasarana perlu ditingkatkan

seperti POS pengamanan, Kendaraan patroli, Hal ini penting karena jumlahnya

sangat minim tetapi intensitas pengrusakan hutan cukup tinggi, Kegiatan ini

diarahkan pada daerah daerah yang rawan pencurian, perambahan dan

pengrusakan hutan lainnya.

8. Optimalisasi Pemanfaatan Wilayah Tertentu dan Penerapan PPK

BLUD

Dengan keluarnya peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.47/2013 tentang

wilayah tertentu memberikan peluang sekaligus dasar hukum KPH untuk

melakukan pemanfaatan potensi hutan. Pengelolaan wilayah tertentu ini menjadi

bagian yang sangat penting bagi kegiatan operasional KPHP Gularaya karena

wilayah tertentu adalah bentuk pelimpahan kewenangan Menteri Kehutanan

kepada KPH untuk melakukan berbagai kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu,

bukan kayu, jasa lingkungan. KPH dapat melakukan penjualan tegakan dan bisnis

kehutanan lainnya setelah menerapkan PPK BLUD. Kegiatan yang akan

dilaksanakan diwilayah tertentu antara lain. Pembangunan hutan tanaman jati

unggul yang berdaur pendek 10 tahun luas 31.024,61Ha, pembangunan

hutan bambu seluas 10.136,87 Ha dan ekowisata pengobatan terapi

Wallacea seluas 10,06 Ha.

Dasar hukum untuk melaksanakan bisnis atau untuk dapat melakukan

pengelolaan keuangan yakni menerapkan PPK BLUD. Lembaga yang dapat

menerapakan PPK BLUD setelah memenuhi tiga persyaratan yakni persyaratan

substantif, teknis dan administratif. Bila ketiga persyaratan tersebut dipenuhi KPH,

maka dengan mempertimbangkan rekomendasi tim penilai, Gubernur menetapkan

PPK BLUD kepada KPH.

B. Proyeksi Kondisi Wilayah

Berdasarkan analisa data diatas dapat diproyeksikan kondisi wilayah KPHP

Gularaya kedepan yakni proyeksi peluang (kelas perusahaan strategis, kemitraan,

konservasi), proyeksi peluang pendanaan, proyeksi ancaman strategis,resiko

eksternal, proyeksi kapasitas internal, dan proyeksi potensi resiko karena

kelemahan manajemen.

1. Proyeksi peluang kelas perusahaan strategis, kemitraan dan konservasi

Untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan sesuai potensi, kondisi

biofisik dan faktor sosial ekonomi maka dibuat kelas-kelas perusahaan strategis.

Page 91: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 72

Beberapa kelas perusahaan strategis yang direncanakan oleh KPH adalah:

a. Pada kelompok Hasil Hutan Kayu akan dibuat kelas perusahaan jati unggul

seluas 31.024,61Ha, Pembuatan kelas perusahaan ini merupakan hal yang

sangat mungkin dilakukan mengingat kondisi wilayah kelola KPH adalah eks

pengembangan tanaman jati HTI, Reboisasi dengan pertumbuhan yang

bagus sesuai dengan kondisi biofisik dan dilihat dari aspek pasar

merupakan produk unggulan yang digemari masyarakat (markettable)’.

Diproyeksikan dari sisa reboisasi dapat dimanfaatkan oleh KPH dengan 500

Ha dengan asumsi 5 m3/Hamaka KPH dapat menghasilkan sebesar 2,5

milyar/tahun (asumsi Harga Rp.1.000.000/m3), Diproyeksikan tahun ke 8

(delapan) KPH sudah dapat memproduksi kayu jati seluas 500 Ha dengan

potensi sebesar 300 m3/Ha.

b. Pengembangan kelompok Hasil Hutan Bukan Kayu akan dibuat kelas

perusahaan bambu mengingat produk bambu mudah tumbuh dan berdaur

pendek 3 - 5 tahun serta memiliki pangsa pasar tersendiri dimana

kebutuhan bambu nasional baru terpenuhi 10 %. Rendahnya supply bambu

karena masyarakat belum banyak mengetahui manfaat bambu yang begitu

besar jika dilihat dari aspek konservasi, peningkatan pendapatan

masyarakat. Diusia muda bambu menghasilkanrebung untuk kebutuhan

konsumsi makanan dan Hasil panen bambu dapat digunakan untuk

mendukung industri furniture dll. Diawal-awal kegiatan, KPH dapat memulai

dengan pemanfaatan bambu yang tumbuh secara alami, bila diproyeksikan

bambu dipanen sebesar 5000 batang/minggu dan Harga jual bambu

sebesar Rp.3000/batang maka pengHasillan KPH sebesar Rp.15.000.000/

minggu. Sedang potensi pendapatan dari Hasil budidaya bambu petung

pada tahun ke-4 diproyeksikan sebesar Rp. 20 Milyar.

c. Kelas perusahaan lain pada kelompok HHBK dan jasa lingkungan adalah

integrasi permandian air panas Kaindi dengan usahabudidaya lebah madu

dengan memanfaatkan ruang pada hutan produksi. Kelas perusahaan

dikembangkan dengan tujuan menyediakan sistem pengobatan tropis

berbasis lingkungan dalam bentuk unit usahaWallacea Health

Centreberbasis lebah.Pangsa pasar dari bisnis ini disamping pasar domestik

maka dirancang juga pasar manca negara. Mekansime pengembangan unit

usaha ini dengan pola kemitraan dengan pihak swasta. Sementara kelas

perusahaan jasa lingkungan lain yang potensi dikembangkan adalah wisata

air terjun Moramo, perdagangan karbon dan penangkaran rusa.

Page 92: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 73

2. Proyeksi peluang pendanaan

Berdasarkan pasal 17Permendagri Nomor 61 tahun 2010sumber pendanaan

untuk mendukung kegiatan KPH dapat berasal dari APBN,APBD dan atau sumber

dana lainnya yang syah dan tidak mengikat.Dukungan APBN yang telah

dilaksanakan diantaranya; (1) Fasilitasi SARPRAS dasar untuk KPH Model melalui

Ditjen Planologi seperti bangunan kantor KPH, perlengkapan kantor, kendaraan

operasional mobil motor, alat alat survey, Tata hutan. Penyusunan RP Dukungan

suply SDM teknis menengah lulusan SMK kehutanan dalambentuk tenaga kontrak,

peningkatan mutu SDM dengan berbagai jenis pelatiHan (diklat CKPH, diklat

perencanaan, diklat GIS dll; (2) Dukungan dana dekon dengan berbagai kegiatan

konvergensi; (3) Dana Alokasi Khusus/DAK yang baru berjalan satu tahun untuk

melengkapi sarpras pamhut, RHL dll.

Dalam kenyataannya dukungan APBN pada tahap awal adalah pemenuHan

sarpras dasar KPH model seperti pengadaan kantor KPH, mobil, motor,

peralatan survey dll. Selanjutnya dukungan anggaran APBN dilaksanakan dalam

bentuk konvergensi kegiatan esselon 1 yang dilaksanakan dibawa koordinasi

PUSDAL regional IV. Realisasi konvergensi diharapkan berjalan maksimal dan

sinkron dengan program KPH.

Proyeksi peluang pendanaan dapat bersumber dari kegiatan investasi yang

dilakukan oleh investor atau mitra dengan berbagai skema yang disepakati

bersama, termasuk juga program kemitraan denganberbagai komponen

masyarakat untuk secara bersama sama melaksanakan suatu jenis usaha tertentu

dibidang kehutanan atau bidang lain yang mendukung visi misi KPH.Proyeksi

peluang pendanaan juga direncanakan dari areal sisa reboisasi tanaman

jati dan HTI yang telah menjadi hutan trubusan jati,serta pemanfaatan

bambu dalam areal KPH.

3. Proyeksi ancaman strategis,resiko eksternal

Sebagai KPH lintas wilayah kelola KPHP Gularaya meliputi wilayah Kabupaten

Konawe Selatan dan Kota Kendari sehingga potensi ancaman kedepan yang

mungkin terjadi yakni meliputi gangguan keamanan hutan, berbagai masalah

sosial seperti rekruitmen ketanaga kerjaan,dan lain-lain.Ancaman gangguan

keamanan hutan diantaranya illegal loging dan perambahan kawasan hutan.

Berbagai faktor penyebab ilegal loging diantaranya adalah tingkat kebutuhan kayu

yang semakin meningkat dan kemiskinan masyarakat.Sedangkan perambahan

kawasan disebabkan karena tipologi masyarakat yang lapar lahan.

Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut perlu dilakukan koordinasi,

konsultasi dan sosialisasi/deseminasi secara terus menerus kepada seluruh

stakeholder termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh

pemuda dan lain-lain.

Page 93: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 74

4. Proyeksi kapasitas internal

Proyeksi kapasitas internal tidak lepas dari kondisi dan keberadaan sumber

daya yang dimiliki KPH Gularaya diantaranya sumber daya manusia. Hal ini terkait

dengan masih minimnya kemampuan KPH untuk membayar gaji karyawan murni

KPH/non PNS kecuali kalau kondisi KPH sudah menghasilkan yang diperkirakan

tahun ketiga dari usahabambu. Kemampuan/mutu SDM KPH dapat dipersiapkan

dengan kegiatan kursus, diklat, magang, studi banding, seminar dan lain

sebagainya.

Disamping tuntutan kualitas sebagamana disebutkan terdahulu, ternyata

ada faktor yang lebih penting lagi yaitu faktor integritas. Hal ini penting karena

dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan untuk mencapai visi misi tidak hanya

dituntut kualitas akan tetapi integritas menjadi faktor yang sangat penting untuk

mencegah tindakan korupsi.

5. Proyeksi potensi resiko kelemahan manajemen

Sebagaimana lazimnya berjalannya suatu organisasi sangat bergantung

pada keberadaan 6unsur manajemen manusia, dana, metoda, mesin,

dan dalam hal penyelenggaraannya harus mempertimbangkan faktor POAC

(Perencanaan, Organisasinya, Pelaksanaannya dan Pengawasannya).

Kondisi KPH Gularaya saat ini belum mendukung pelaksanaan manajemen

secara oprtimal mengingat berbagai sumber daya masih minim, namun demikian

seiring dengan dinamika yang berkembang manajemen KPHP Gularaya secara

bertahap akan diperbaiki sehingga penyelenggaraan pengelolaan hutan lestari

secara mandiri berlangsung optimal.

Page 94: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 75

Perencanaan Program dan Kegiatan KPHP Gularaya mengacu pada Rencana

Strategis Kementrian Kehutanan 2010 - 2014,Rencana Kehutanan Tingkat Propinsi

(RKTP) Sulawesi Tenggara Tahun 2011-2030,Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP) Dinas Kehutanan Sulawesi Tenggara Tahun 2007 - 2027,Rencana

Strategi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008-2013, Rencana

kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2013,Isu Strategis dan Permasalahan.

Berdasarkan Hal tersebut ditetapkan Visi Misi KPHP Gularaya untuk tahun

2014 - 2023 untuk selanjutnya dijabarkan dalam bentuk kegiatan - kegiatan guna

mencapai tujuan KPHP Gularaya yang ditetapkan hingga tahun 2023. Kegiatan KPH

Gularaya selama 10 tahun mulai tahun 2014 -2023 adalah sebagai berikut :

A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya

Inventarisasi yang dimaksudkan adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk

mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang sumberdaya, potensi

sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap dengan tujuan untuk

mendapatkan data dan informasi yang dipergunakan sebagai baHan perencanaan

dan perumusan kebijaksanaan strategi jangka panjang, jangka menengah dan

operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi

yang dilaksanakan.

Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,

mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe

ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.

Page 95: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 76

1. Inventarisasi berkala 5 tahunan

Inventarisasi berkala wilayah kelola KPH merupakan kegiatan berkala perlu

dilakukan untuk mengetahui dengan tepat perubahan yang terjadi diwilayah KPH

selama kurun waktu tertentu. Kegiatan berkala ini juga dapat mengakomodir

perubahan yang terjadi pada kondisi biogeofisik dan dinamika sosial ekonomi dan

budaya pada setiap blok pengelolaan hutan di wilayah KPH Gularaya.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk

memperoleh data update dan akurat pada masing-masing unit pengelolaan, blok

dan petak, Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan

sesuai arah kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan yang

dicapai. Inventarisasi hutan secara berkala pelaksanannya mengacu pada pedoman

inventarisasi hutan. Hasil inventarisasi ini memberikan gambaran tentang risalah

kondisi unit pengelolaan hutan secara berkala sebagai berikut:

• Kondisi Awal

• Kondisi 5 tahun berikutnya dan dilengkapai dengan (uraian peningkatan

dan penurunan serta permasalahan).

• Kondisi 10 tahun berikutnya dan dilengkapai dengan (uraian

peningkatan dan penurunan serta permasalahan).

Target kegiatan inventarisasi berkala ini menyebar pada 22 kecamatan di

Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari, yang mencakup 8 (delapan) blok

pengelolaan yaitu : Pada kawasan Hutan produksi yang terdiri dari : Blok

Pemanfaatan HHK – HA, Blok Pemanfaatan HHK – HT, Blok Pemanfaatan Jasling

dan HHBK, Blok Pemberdayaan Masyarakat dan Blok Perlindungan. Pada kawasan

Hutan Lindung terdiri dari Blok Inti, Blok Pemanfaatan dan Blok Khusus.

Selengkapnya uraian kegiatan inventarisasi pada wilayah KPHP Gularaya disajikan

pada tabel di bawah ini :

Page 96: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 77

Tabel 26. Uraian Kegiatan Inventarisasi Berkala Pada Wilayah KPHP Gularaya

No Kawasan - Arahan blok Jumlah Aktiitas Inventarisasi Berkala

1 Blok pemanfaatan HHK-HA (HP) 12.129,36 a) Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensi tutupan hutan (tinggi, sedang dan rendah)

b) Inventarisasi Jenis dan potensi tegakan kayu (m³/Ha) pada berbagai tutupan hutan.

c) Inventarisasi potensi HHBK d) Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi. e) Inventarisasi Carbon Trade (Petak Ukur Permanen)

2. Blok pemanfaatan HHK-HT (HP) 31.024,61 a) Inventarisasi Jenis dan potensi tegakan kayu (m³/Ha) pada berbagai potensi

tutupan hutan b) Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi

3

Blok pemanfaatan kawasan jasling dan HHBK (HP)

10.136,87 a) Inventarisasi Potensi HHBK b) Inventarisasi Restorasi Ekosistem c) Inventarisasi Areal yang Harus direhabilitasi d) Inventarisasi Potensi Jasling

4. Blok Khusus (HP) – Kebun Raya 64,62 Pihak Pemkot Kendari Blok Khusus (HP) – Hutan Pendidikan 288,35 Pihak Universitas Halu Oleo

5. Blok Pemberdayaan Masyarakat 12.534,18 a) Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensi tutupan hutan (tinggi, sedang dan rendah)

b) Inventarisasi Jenis dan potensi tegakan kayu (m³/Ha) pada berbagai tutupan hutan.

c) Inventarisasi potensi HHBK d) Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi. e) Inventarisasi Carbon Trade (Petak Ukur Permanen)

6. Blok Perlindungan 4.534.18 (a) Inventarisasi flora dan fauna yang endemik dan dilindungi (b) Inventarisasi areal tutupan hutan dan non hutan yang perlu rehabilitasi (c) Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensi tutupan hutan (tinggi, sedang dan

rendah) 7. Blok Inti HL 17.961,44

(a) Inventarisasi flora dan fauna yang endemik dan dilindungi (b) Inventarisasi areal tutupan hutan dan non hutan yang perlu rehabilitasi (c) Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensi tutupan hutan (tinggi, sedang dan

rendah) (d) Pembuatan PUP Carbon

8. Blok Pemanfaatan HL 25.654,48 a) Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan, Wisata Alam dan HHBK b) Inventarisasi area yang perlu di rehabilitasi c) Inventarisasi Carbon (PUP Carbon)

9. Blok Khusu HL 72,47 d) Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan, Wisata Alam dan HHBK e) Inventarisasi area yang perlu di rehabilitasi

Inventarisasi Carbon (PUP Carbon)

Page 97: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 78

2. Rekonstruksi Batas Luar Wilayah KPH

Kegiatan pembuatan batas luar wilayah KPH merupakan kegiatan riil fisik

dilapangan lanjutan dari sketch mapping yang telah dilakukan dengan pendekatan

GIS dan survey awal terhadap batas-batas kawasan budidaya penduduk/non

kawasan hutan yang ada di lapangan. Batas Luar KPH Gularaya memisahkan

Wilayah KPH dengan areal luarnya yang dapat berupa;

• Kawasan hutan yang termasuk KPH Lain,

• Wilayah non kawasan hutan,

• Kawasan hutan dengan fungsi lain seperti kawasan lindung, atau

kawasan konservasi dan enclave untuk wilayah peruntukan lain, seperti

Jalan, rumah karyawan, dan lain-lain.

Estimasi dan rencana pengukuran panjang trayek Rekonstruksi Batas Luar

wilayah Pengelolaan KPH Gularaya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 27. Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Rekonstruksi Batas Luar KPH Gularaya

Kawasan

Hutan

Kabuaten/

Kota

Fungsi

Hutan

Tahun

Pelaksanaan

Panjang

Batas (Km) Keterangan

G Wolasi Konsel

HP,HPT,HL 69/70 175,5 BL

Papalia Konsel HP 89/90 168,5 Batas l HTI

Papalia Konsel HP,HPT,HL 90/91 214,5 BL

Torobulu Konsel HP 92/93 124,3 BL

Wolasi Konsel HL,HP 93/94 144,8 BF ( HL/HP)

Papaia Konsel HL,HPT,HP 94/95 66,2 BF

Wolasi Konsel HL,HPT 94/95 38,1 BF(HL,HTI)

Torobulu Konsel HL 96/97 74,2 BL(Mangrove)

Torobulu Konsel HL 97/98 49,6 BL(Mangrove)

Papaia Konsel HL 97/98 37,8 BL(Mangrove)

Papaia Konsel HL 98/99 45,4 BL(Mangrove)

Page 98: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 79

Kawasan

Hutan

Kabuaten/

Kota

Fungsi

Hutan

Tahun

Pelaksanaan

Panjang

Batas (Km) Keterangan

Torobulu Konsel HL 98/99 70,0 BL(Mangrove)

Papaia Konsel HL 2000 18,1 BL(Mangrove)

Papaia Konsel HL 2002 15,3 BL(Mangrove)

Papalia Kota

Kendari

HP,HPT,HL 90/91 46,6 BL

Papalia Kota

Kendari

HP,HL 94/95 19,4 BF

1.039.895

Sumber : Statistik Dishut Prov Sultra 2011

3. Penataan Batas Blok pada Wilayah KPH

Tata batas blok dilaksanakan sebagai penataan lanjutan setelah tata batas

terluar kawasan pengelolaan. Pembagian blok dilakukan berdasarkan kesamaan

karakter fisiografi, kesamaan fungsi pengelolaan dan kemudahaan aksesibilitas,

sehingga blok dapat dikelola secara efektif dan efesien. Adapun jumlah

targetrencana pelaksanaan penataan batas blok pada KPH Gularaya disajikan pada

Tabel 28.

Tabel 28. Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Tata Batas Blok pada KPH Gularaya

NO Blok Panjang Trayek

(Km) Persentase (%)

1 Blok Pemanfaatan HHK-HA 30,92 5,88

2 Blok Pemanfaatan HHK-HT 113,54 21,60

3 Blok Pemanfaatan Jasling HHBK 102,37 19,48

4 Blok Pemberdayaan Masyarakat 0 0

5 Blok Perlindungan 49,81 9,47

6 Blok Khusus Hutan Produksi 4,14 0,78

7 Blok Inti HL 159,15 30,28

8 Blok Pemanfaatan hutan Lindung

62,61 11,91

9 Blok Khusus Hutan Lindung 3,20 0,60

Jumlah 525,75 100.00

Sumber : Hasil Analisis SIG, 2012

Page 99: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 80

Hasil yang diharapkan dari adanya kegiatan rekontruksi batas luar, penataan

blok adalah ;

• Adanya batasluar yang jelas mempunyai kepastian hukum yuridis

formal dilapangan wilayah KPH Gularaya yang meliputi tata batas unit

pengelolaan dan blok serta petak yang keberadaannya memperoleh

legalitas dan pengakuan oleh seluruh pemangku kepentingan dan

pemanfaatan kawasan hutan, sehingga menjamin kepastian areal

pengelolaan kawasan hutan untuk produksi kayu, non kayu dan jasa

lingkungan sebagai unit manajemen terkecil.

• Kepastian luasan kawasan budidaya non kehutanan sebagai buffer

lingkungan dan pembinaan sosial.

• Meningkatnya pengendalian dan kelestarian kawasan hutan sesuai

dengan fungsinya.

B. Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu

Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum

menarik bagi pihak ketiga atau belum diminati oleh pihak ketiga untuk

mengembangkan usaha pemanfaatanya. Wilayah kelola KPHP Gularaya yang belum

diminati oleh investor akan dikelola sendiri sesuai dengan fungsi hutan dan

potensinya. Pemanfaatan pada Wilayah tertentu akan dilaksanakan setelah KPHP

Gularaya menerapkan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dan

mendapat penunjukan dari Menteri Kehutanan.

Wilayah tertentu pada KPH Gularaya memiliki luas 84.984,16Haantara lain:

1. Usaha Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), Perlindungan Ekosistem,

Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Penyerapan dan Penyimpanan karbon pada

fungsi Hutan Lindung dan Hutan Produksi seluas 31.683,10 Ha.

2. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) tanaman

jati skema corporate seluas 25.323,00 Ha.

3. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) tanaman

jati unggulan lokal seluas 5.072 Ha.

4. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) Restorasi

Ekosistem (HPT,HP) seluas 12.129,00 Ha.

Page 100: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 81

5. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Pengembangan bambu

(HPT,HP) seluas 10.137,00 Ha.

6. Ekowisata Terapi Kesehatan Walacea Health Centre berbasis sarang semut dan

lebah madu (Air Panas Kaindi, HP). Seluas 10,06 Ha.25.65

6 model usaha sebagaimana tersebut diatas adalah yang direncanakan akan

menjadi wilayah yang akan dikelola oleh KPH Gularaya ke depannya baik dengan

pola swakelola maupun dengan kemitraan atau dengan investor, masyarakat

ataupun pihak lain yang berminat. Selengkapnya sebaran spasial, kelasperusahaan

dan rencana program kegiatan pada wilayah tertentu KPH Gularaya disajikan pada

tabeldi bawah ini.

Page 101: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 81

Tabel 29. Pembagian Blok dan Penentuan Wilayah Tertentu

FungsiHuta

n

Blok Izin/Pemanfaatan/

penggunaan

Luas (Ha) Tahun

Pelaksanaan

HL 1. Inti Wilayah Tertentu

-Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Perlindungan ekosistem dan

penyerapan karbon 17.961,44 Tahun 3

Skala Prioritas II

2. Blok Khusus - Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan,KHDTK (Kebun Raya

Kendari)

72,47

Tahun 1

Tahun 2

Skala Prioritas II

3. Pemanfaatan

a. Izin --

b. Wilayah Tertentu - UsahaPemungutan HHBK, perlindungan ekosistem, pemanfaatan jasa lingkungan dan penyerapan karbon

25.654,48 Tahun 2-10

Skala Prioritas II

HP dan HPT 1. Blok Perlindungan Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi 4.534,18 Tahun 1

2. Blok Khusus Hutan pendidikan

Kebun Raya

288,36

64,62

Tahun 2

Tahun 1

Skala Prioritas II

3. Pemanfaatan HHK-HT

Page 102: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 82

FungsiHuta

n

Blok Izin/Pemanfaatan/

penggunaan

Luas (Ha) Tahun

Pelaksanaan

a. Izin --- -

b. Wilayah Tertentu - Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (super teak/Tanaman jati lokasi eks HTI)

31.024,61 Tahun 1 – 10

Prioritas I

4. Pemanfaatan HHK-HA

a. Izin -

b. Wilayah Tertentu - HHK –HA , UsahaHasil Hutan kayu Hutan Alam Restorasi

Ekosistem

12,129,36 Tahun 2

Skala Prioritas II

5. PemanfaatanKawasan, lingkungan, HHBK

-

a. Izin -

b. Wilayah Tertentu - Usaha Pemanfaatan HHBK (Pengembangan bambu)

- Eko Wisata Terapi Kesehatan Wallacea Berbasis Budi daya Lebah

Madu (Air Panas Kaindi)

10.136.87

10,06

Tahun 1

Tahun I

Prioritas I

6. PemanfaatanKawasan, -

c. Izin -

d. Wilayah Tertentu - Usaha Penggunaan Kawasan Batu Moramo Pola Pemberdayaan

Masyarakat.

744,74 Tahun 3

Prioritas 2

Page 103: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 83

FungsiHuta

n

Blok Izin/Pemanfaatan/

penggunaan

Luas (Ha) Tahun

Pelaksanaan

7. Pemberdayaanmasyarakat Tahun 1

a. Izin - HTR KHJL

- HKm Ambololi

4.639,95

160

Tahun 1

Tahun 1

b. Wilayah Pencadangan Ijin - Izin Pencadangan HTR

- Izin Pencadangan HKm

- Izin Pencadangan HKm Kota

- Pemanfaatan Hutan Tanaman Melalui HKm/HD,HTR

2.872,95

870,00

693,97

2.822,51

Tahun 1-2

Tahun 1-2

Tahun 1-2

Tahun 2-3

Tabel 30. Sebaran Lokasi Wilayah Tertentu Dan Rencana Program Kegiatan Pada Wilayah Tertentu KPH Gularaya

No Arahan Blok Kelas Perusahaan Program Rencana Kegiatan Tahun

Pelaksanaan Lokasi

Jumlah

(Ha)

1 Blok Pemanfaatan HHK-HA

Kelas Perusahaan Produksi Hutan Alam

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Alam

- Usaha Pemungutan HHBK, perlindungan ekosistem, pemanfaatan jasa lingkungan dan penyerapan karbon

Tahun 3 Prioritas 2

Komplek Hutan Papalia dan Wolasi

12.129,36

2

Blok Pemanfaatan HHK-HT

Kelas Perusahaan Produksi Hutan Tanaman

Pengusahaan Hutan Tanaman, Model Kemitraan dengan Investor

Membuka peluang kerjasama kemitraan dengan Investor dalam Pembangunan Hutan Tanaman Jati eks HTI

Tahun 1-10 Prioritas 1

Komplek Hutan Papalia dan Wolasi

31.024,61

Page 104: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 84

No Arahan Blok Kelas Perusahaan Program Rencana Kegiatan Tahun

Pelaksanaan Lokasi

Jumlah

(Ha)

Pencadangan Pengusahaan Hutan Tanaman, Model Kemitraan dengan Investor

Membuka peluang kerjasama kemitraan dengan Investor dalam Pembangunan Hutan Tanaman HHBK Bambu

Tahun 1-5 Prioritas 1

Komplek Hutan Papalia dan Wolasi

10.136,87

3. Blok

Pemberdayaan

Kelas Perusahaan Hutan Taaman

Pengusahaan Hutan Kemasyarakatan

- Fasilitasi Pengelolaan HTR oleh KHJL .

Tahun 1 Komplek Hutan Papalia dan Wolasi

4.639,95

Fasilitasi Izin HTR pada areal Pencadangan HTR

Tahun 1 Komplek Hutan Papalia,Wulasi, Torobulu

2.872.95

Fasilitasi Pengelolaan HKm oleh Gapoktan Teporumbu Desa Ambololi

Tahun 1 Komplek Hutan Wolasi

160

Rencana Fasilitasi Izin HKm Tahun 1 Komplek Hutan Papalia,Wulasi, Torobulu Kab Konsel

870

Rencana Fasilitasi Izin HKm Tahun 1

Komplek Hutan Papalia, Kota Kendari

693.97

Page 105: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 85

No Arahan Blok Kelas Perusahaan Program Rencana Kegiatan Tahun

Pelaksanaan Lokasi

Jumlah

(Ha)

Pemanfaatan Hutan Tanaman elalui HKm/HD,HTR

Tahun 3-10 Komplek Hutan Papalia,Wulasi, Torobulu

2.822,51

4

Blok Perlindungan

Kelas Hutan Non Produksi untuk Perlindungan dan Pengawetan Tata Air serta Orologi

Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi

Perlindungan dan pengamanan sumber mata air yang terdapat di dalam wilayah hutan pada setiap desa.

Tahun 1

Komplek Hutan Papalia,Wulasi, Torobulu

4.536,98

5.

Blok Inti

Kelas Hutan Non Produksi untuk Perlindungan dan Pengawetan Tata Air serta Orologi

Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi

- Pemanfaatan jasa

lingkungan dan penyerapan karbon

Tahun 1

Komplek Hutan Papalia , Wolasi

17.961,44

umber : Hasil Analisis SIG, 2012

Page 106: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 86

Prioritas kegiatan pada pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu di dalam

wilayah KPH Gularaya direncanakan pada pengembangan 3 (tiga) core bisnis di

wilayah-wilayah blok yang telah ditentukan. Pengembangan usaha tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Tanaman Jati (commercial supertic)

2. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Bambu

3. Pengelolaan Jasa lingkungan Ekowisata Air Panas Kaindi dan Budidaya

Lebah Madu (Wallacea Health centre).

Tabel 31. Prioritas Kegiatan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu

di Wilayah KPH Gularaya

No Jenis Usaha Blok

Lokasi/

Kab/kota

Luas

(Ha)

Tahun

Pelaksanan

Arahan

Pencapaian

1 Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Hutan Tanaman Jati Unggul Nusantara (Commercial supertic) :

Wilayah tertentu

Konsel 31.024,61 Tahun 1-10 (Usaha Hutan Tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) Prioritas 1

Terbentuknya Usaha dan Kelembagaan Pengelola Hutan Tanaman Jati Unggulan Nusantara Terbangun usaha hutan tanaman JUN untuk mendukung baHan baku indutsri produk pengoLahan jati

Pemanfaatan Jati Trubusan Sisa Reboisasi dan Eks HTI, dilanjutkan dengan penanaman

Wilayah tertentu

KONSEL 6.284 Tahun 1-5 (500 Ha/tahun) Prioritas 1

Tanaman jati trubusan dan tegakan tinggal sisa tebangan liar dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan awal KPHP Gularaya

2 Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Bambu:

Wilayah tertentu

Konsel 10.136,87 Tahun 1 Prioritas 1

Terbentuknya Usaha Pengelolaan Bambu Terbangun usaha tanaman Bambu untuk mendukung baHan baku industri produk pengoLahan bambu

Page 107: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 87

No Jenis Usaha Blok Lokasi/

Kab/kota Luas (Ha)

Tahun Pelaksanan

Arahan Pencapaian

3 Wallacea Health centre

Wilayah Tertentu

Desa Lainea Kab Konsel

10,06 Tahun 1 Prioritas 1

Termanfaatkan nya jasa lingkungan untuk terapi pengobatan tropis yang seHat, aman, nyaman dan layak secara ekonomi

Sumber: Hasil analisis potensi di lapangan, 2013.

Selanjutnya untuk melaksanakan program-program kerja yang telah

diuraikan di atas maka terdapat beberapa kegiatan strategis yang perlu dilakukan

dalam pemanfaatan wilayah tertentu pada KPH Gularaya Periode 2014 – 2023.

Selengkapnya disajikan pada table dibawah ini :

Tabel 32. Rekapitulasi Rencana Kegiatan Strategis Pemanfaatan Pada Wilayah Tertentu KPH Gularaya dan Target Capainnya

No Uraian Kegiatan Target pencapaian

1 Inventarisasi hutan pada wilayah tertentu Tahun I

• Diperoleh data potensi baik kayu maupun non kayu • Diketahuinya penyebaran kelas diameter berbagai jenis

tegakan komersil dan non komersil. 3 Penataan hutan dan

penetapan areal kelola pemanfaatan wilayah tertentu KPHP Tahun II

• Ditetapkannya batas dan luas areal pemanfaatan, blok, petak dan anak petak pada areal pemanfaatan wilayah tertentu yang dikelola KPHP

• Berdasarkan Hasil inventarisasi dan penataan tersebut dapat dilakukan pengaturan Hasil berdasarkan etat luas dan berdasarkan etat volume

2. Prakondisi KPHP menerapkan pola Pengelolaan Badan Layanan Umum(BLU) Tahun I

• Penunjukan KPHP Gularaya mengelola wilayah tertentu oleh Mentri

• Penetapan KPHP sebagai lembaga yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD ) oleh Gubernur

4 Pembuatan Buisinessplan dan Penentuan kelas perusahaan ( KP )

Tersusunnya Buku Buisinesssplan dan Master plan Terbentuknya kelas perusahaan HHK , HHBK , JASLING

5. Oprasionalisasi Pengusahaan Hutan Tanaman dan Hutan Alam Tahun I

• Terlaksananya kegiatan Pengusahaan Hutan Tanaman pada areal wilayah tertentu

• Terbangunnya kemitraan dan kerjasama dengan investor dan atau masyarakat dalam kegiatan Pengusahaan Hutan

• Tersusunnnya buku Renstra Buisiness • Tersusunnya RKT/bagan kerja • Terbentuknya Operasionalisasi produksi dan pemasaran.

6. Operasionalisasi Usaha Wisata fauna Penangkaran Rusa Tahun IV

• Terlaksananya penangkaran rusa berbasis wisata dan kuliner • Terbangunya kerjasama dengan investor yang tertarik sebagai

mitra pada pengusahaan pariwisata tersebut. • Tersusunnya desain atau rancangan bangunan serta tata letak

prasarana dan sarana pendukung wisata fauna. • Adanya mekanisme pengelolaan wisata yang jelas dengan

pihak investor (apabila usaha tersebut dilakukan dengan kerjasama kemitraan)

• Mengembangkan sistem promosi pariwisata lokasi

Page 108: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 88

No Uraian Kegiatan Target pencapaian

bersangkutan melalui media oline (melalui internet), pamflet atau media lainnya

8 Operasionalisasi Usaha Ekowisata alam air terjun moramo dan pengobatan tropis Wallacea Tahun I

• Terlaksananya kegiatan Usaha eko wisata alam terbuka air terjun moramo

• Terbangunya kerjasama dengan investor yang tertarik sebagai mitra pada pengusahaan pariwisata tersebut.

• Tersusunnya desain atau rancangan bangunan serta tata letak prasarana dan sarana pendukung ekowisata alam air terjun moramo

• Adanya mekanisme pengelolaan wisata yang jelas dengan pihak investor (apabila usaha tersebut dilakukan dengan kerjasamaan kemitraan)

• Terlaksananya wisata terapi keseHatan Tropis Wallacea ( Wallacea health therapy )

9 Operasionalisasi Usaha Jasa Lingkungan Tahun I

Terlaksananya kegiatan usaha Jasling berbasis penjualan karbon pada hutan lindung

C. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan dan pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan

merupakan salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya hutan secara optimal dan

berkelanjutan. Upaya tersebut dapat dilakukan baik melalui pengembangan

kapasitas maupun pemberian akses pemanfaatan sumber daya hutan dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan disekitar hutan.

Pemberdayaan masyarakat setempat tersebut merupakan kewajiban pemerintah,

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang pelaksanaannya menjadi

tanggungjawab KPH.

Dalam implementasinya di wilayah KPH Gularaya terdapat Blok Pemberdayaan

masyarakat, yang lokasinya berada pada wilayah yang telah terdapat aktivitas

masyarakat di dalam kawasan hutan tersebut atau masyarakat memiliki akses yang

tinggi terhadap kawasan hutan tersebut dan berada di luar areal ijin pengusahaan

hutan. Secara spasial lokasi blok pemberdayaan masyarakat tersebar di 18

kecamatan dengan total luas 12.534.18Ha. Dengan perincian sebagai berikut :

1. Rencana Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR) seluas

7.513,00 ha.

2. Rencana Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) seluas 5.021,00 ha

Penutupan Lahan yang terdapat paling banyak pada blok pemberdayaan yaitu

berupa semak belukar (B), pertanian campuran (Pc) dan Hutan sekunder (HS).

Selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini :

Page 109: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 89

Tabel 33. Kondisi, Luas dan Letak Blok pemberdayaan KPH Gularaya pada Wilayah Administrasi Kabuapten Konawe Selatan dan Kota Kendari

No Arahan Blok Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Ha) Ket

1 Blok Pemberdayaan BAITO Amasara 21,31

Baito 1,34

3

Wonuaraya 0,37

4

Wonuaraya1? 317,43

5

Wonuaraya2? 7,70

6

BUKE Adayu Indah 317,77

7

KOLONO Adinete 11,17

8

Puupi 160,35

9

Sawa 45,19

10

Wawoosu 423,21

11

KONDA Ambololi 80,54

12

Amohalo 68,35

13

Lawoila 15,52

14

Tanea 18,25

15

LAEYA Aepodu 57,41

16

Ambesea 693,39

17

Ambolodangge 460,59

18

Anduna 85,71

19

Lambakara 349,37

20

Lamong Jaya 166,74

21

Ombu-Ombu

Jaya 109,87

22

Punggaluku 15,53

23

Ramburambu 170,30

24

LAINEA Areo 137,35

25

Kaindi 34,43

26

Lainea 42,52

27

Lalonggombu 138,61

28

Ngapa Jaya 421,41

29

Pangan Jaya 4,80

30

Polewali 336,30

31

Watumeeto 180,68

32

MORAMO

UTARA Lamboeya 780,90

33

PALANGGA Asole 752,46

34

Eewa 12,31

35

Kapujaya 44,18

36

Kiaea 22,02

37

ABELI Nambo 32,62

38

Petoha 123,08

39

Sambuli 30,91

40

Tobimeita 17,24

Page 110: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 90

No Arahan Blok Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Ha) Ket

41

Tondongeu 3,00

42

ANDOLO Potoro 47,51

43

ANGATA Angata 56,56

44

Matabondu 279,93

45

Puao 104,57

46

Pudambu 371,70

47

Puusanggula 354,83

48

Teteasa 0,02

49

BAITO Amasara 14,60

50

Wonuaraya1 3,92

51

BARUGA Baruga 342,21

52

BENUA Benua Utama 129,99

53

Horodopi 0,16

54

Lamara 245,93

55

Puosu 177,58

56

BUKE Adayu Indah 41,70

57

Asembu Mulya 206,28

58

Awalo 202,99

59

Adinete 0,00

60

KOLONO Kolono 0,34

61

Puupi 1,64

62

Sawa 1,02

63

Ulusena Jaya 0,01

64

KONDA Ambololi 22,97

65

Konda 232,19

66

Lambusa 437,06

67

Lamomeo 73,93

68

Tanea 18,44

69

LAEYA Aepodu 20,42

70

Ambesea 28,36

71

Ambolodangge 11,73

72

Anduna 1,43

73

Lambakara 6,50

74

Lamong Jaya 3,14

75

Ombu-Ombu

Jaya 23,81

76

Punggaluku 0,57

77

Ramburambu 2,57

78

LAINEA Areo 3,15

79

Kaindi 0,02

80

Lalonggombu 9,63

81

Ngapa Jaya 0,66

82

Watumeeto 7,66

83

LANDONO Amotowo 1,31

84

Arongo 0,20

85

Endanga 0,26

86

Lakomea 2,18

Page 111: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 91

No Arahan Blok Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Ha) Ket

87

LANDONO 0,22

88

Landono? 1,28

89

MORAMO Amohola 0,01

90

Bakutaru 139,20

91

Lakomea 2,85

92

Landipo 6,18

93

Marga Cinta 46,49

94

Pudaria Jaya 0,57

95

Watu Porambaa 0,12

96

MOWILA Pudahoa 2,44

97

PALANGGA Asole 36,91

98

Kapujaya 0,67

99

POASIA Andonouho 221,00

100

RANOMEETO Ambaipua 55,63

101

Amoito 10,93

102

Amoito Siama 152,82

103

Boroboro 0,54

104

TINANGGEA Moolo Indah 62,14

105

Wadonggo 233,80

106

Watumelewe 71,37

107

WOLASI Matawolasi 0,33

108

Wolasi 0,01

109

MORAMO Selabangga 4,86

110

MORAMO

UTARA Lamokula 110,25

111

Mata Wawatu 74,34

112

Mataiwoi 55,89

113

Mekar Jaya 385,95

114

Lalowaru 91,15

115

Lamboeya 448,86

116

Mataiwoi 0,01

117

Sanggula 113,46

JUMLAH

12.534,18

Sumber : Hasil Analisis SIG, 2012

Selanjutnya Rencana Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Blok

Pemberdayaan Masyarakat selama jangka 2014 - 2023 di KPHP Gularaya disajikan

pada tabel dibawah ini :

Tabel 34. Rencana Kegiatan Blok Pemberdayaan Masyarakat KPH Gularaya

No Rencana Kegiatan

Lokasi Tahun Pelaksanaan

Luas Wilayah

(Ha)

Indikator Pencapaian

Pendampingan Kelembagaan

1 Izin Hutan Tanaman Rakyat

Kompleks Hutan Paplia dan

2014 4.639,95 • Terbitnya Izin HTR

• Terbentuknya

• KHJL • KPH Gularaya

Page 112: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 92

No Rencana

Kegiatan Lokasi

Tahun

Pelaksanaan

Luas Wilayah

(Ha)

Indikator

Pencapaian

Pendampingan

Kelembagaan

wolasi Usaha Pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat pada hutan tanaman

2 Pencadangan Hutan Tanaman Rakyat

Kompleks Hutan wolasi dan Papalia Kab. Konsel

2014 2.872.95 • Terbentuknya Kelompok Tani HTR

• Terbentuknya UsahaPengelolaan HTR Pada Hutan Tanaman

• Kelompok Tani

• KPH Gularaya

3 Izin HKM Desa Ambololi Komplek Hutan Wolasi

2014 160 • Terbitnya Izin HKm

• Terbentuknya Usaha Pengelolaan HKm

• Gapoktan Teporumbu

• KPH Gularaya

4 Pencadangan areal HKM

Komplek Hutan Wolasi, Papalia dan Torobulu Kabupaten Konawe Selatan

2014 870,0 • Terbentuknya Kelompok Tani Ulat Sutra

• Terbentuknya Usaha Pengelolaan Ulat Sutra

• Kelompok tani Kab Konsel

• KPH Gularaya • LSM

5 Pencadangan areal HKM

Komplek Hutan Papalia Kota Kendari

2014 693.97 • Terbentuknya Kelompok Tani mangrove

• Terbentuknya Usaha Industri Pengelolaan Madu dalam skala Usaha Rumah Tangga

• Kelompok tani Kota Kendari

• KPH Gularaya • LSM

6. Area Persiapan pencadangan Pemeberdayaan pola HKm/HD dan HTR

Komplek hutan

2015 2.822,51 • Terbentuknya Kelompok Tani mangrove

• Terbitnya SK Pencadangan HKM/HD dan HTR

• Kelompok tani Kota Kendari

• KPH Gularaya • LSM

Untuk mendukung kegiatan pengembangan masyarakat pada blok

pemberdayaan secara lebih luas dari aspek kapasitas sumberdaya manusia, sosial

ekonomi, dan kelembagaannya, maka perlu diperluas dengan program kegiatan

Page 113: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 93

lainnya yang terukur. Kegiatan pendukung dalam meningkatkan kaspitas dan

kemampuan di dalam dan sekitar areal KPH Gularaya diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 35. Rekapitulasi Rencana Kegiatan Pendukung Dalam

Pemberdayaan MasyarakatKPH Gularaya Jangka 2014-2023

No Uraian Kegiatan Indikator /Target

1 Pengembangan Sumber daya Manusia (petani,Polhut,peneliti, pelaku bisnis,Birokrasi,LSM) ; • PelatiHan • Studi banding • Workshop/Seminar • Kursus / magang

Terlaksananya kegiatan pelatiHan,studi banding, workshop/seminar ,kursus dan magang

2 Pengembangan Kelembagaan ekonomiRakyat • Membuat Regulasi • Pembentukan Forum Multipihak • Pendampingan Kelembagaan

Terwujudnya regulasi , terbentuknya forum multi pihak dan terlaksananya pendampingan kelembagaan

3 Pengembangan kemampuan Permodalan • Membangun skema mikro finance untuk masyarakat

Terbangunnya skema mikro finance

4 Peningkatan Daya Saing • Sertifikasi produk • Industrialisasi produk berbasis masyarakat (home

industri)

Terwujudnya sertifikasi produk dan industrialisasi produk berbasis masyarakat

5 Pembinaan jejaring dan kemitraan • Kemitraan bisnis • Kemitraan Perlindungan dan konservasi hutan

Terlaksananya kemitraan bisnis ,perlindungan dan konservasi hutan

6 Membangun model kelembagaan masyarakat sekitar hutan produksi dalam rangka peningkatan usaha masyarakat sekitar hutan produksi

Terbangunnya model kelembagaan masyarakat sekitar hutan produksi

7 Fasilitasi Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Desa serta Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Terbangunnya HTR, HD dan HKm

8 Pengembangan centra HHBK unggulan Berkembangnya HHBK

Seperti yang terlihat pada tabel di atas pada poin 7 dan 8, secara teknis

program pembedayaan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan khusus

pada Blok Pemberdayaan Masyarakat pada KPH Gularaya, dapat dilakukan dengan

skema Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan dan

Pengembangan HHBK. Untuk menunjang upaya sinergisitas dan kerjasama antar

pihak, maka KPHP Gularaya memfasilitasi terbentuknya forum multi pihak.

Pembentukan forum ini dalam rangka mengakomodir aspirasi dari berbagai pihak

dan membangun jejaring kemitraan.

Page 114: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 94

Untuk kegiatan pemberdayaan yang direncanakan akan dilakukan dengan

skema Hutan Tanaman Rakyat (HTR) atau HKm, beberapa kegiatan pokok yang

perlu dilakukan, antara lain :

1. Mengembangkan skema Hutan Tanaman Rakyat (HTR) pola mandiri

atau pola developer, dan atau pola kemitraan pada kawasan hutan

produksi yang tidak produktif atau telah dirambah oleh masyrakat.

2. Fasilitasi pembentukan kelompok tani HTR atau HKm serta pengurusan

proses peroleHan ijin IUPHK-HTR dan IUPHHKm dilakukan secara

kemitraan antara lembaga pengelola KPHP Gularaya, kelompok tani HTR

dan HKm, Lembaga Dinas Kehutanan dan UPT kementerian kehutanan

yang membidangi HTR dan HKM.

Pelaksanaan kegiatan pada Blok Pemberdayaan Masyarakat bertujuan untuk

meningkatkan serapan tenaga kerja lokal, proses kemitraan dan penyediaan akses

usaha kehutanan dan ekonomi produktif lainnya bagi masyarakat. Diperlukan

prasyarat awal untuk melaksankan program kegiatan dan pencapaian tujuan dari

Rencana pengembangan blok pemberdayaan masyarakat di wilayah KPH Gularaya,

sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 115: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 95

Tabel 36. Rencana Pemberdayaan Masyarakat dalam Bentuk Penyerapan Tenaga Lokal, Kemitraan, Penyediaan Akses

Usaha Kehutanandan Ekonomi Produktif lainnya

No Kegiatan Tujuan Metode Lokasi Waktu Hasil

1 Sosialisasi KPH

(membangun kepercayaan

ke masyarakat dan

pemerintah desa)

memperkenalkan rencana kerja KPH

Gularaya dalam kaitannya dengan

pemberdayaan masyarakat di sekitar

kawasan KPH Gularaya

Pendekatan Interpersonal dan Kelembagaan

Prioritas lokasi Desa yang memiliki potensi

Tahun 1 KPH Gularaya dikenal oleh masyarakat di sekitar Wilayah KPH Gularaya dan SULTRA secara Umum

2. Mengumpulkan data desa

(monografi atau profil

desa)

- Data desa, data BPS, identifikasi

program-program yang masuk ke

desa.

- identifikasi institusi desa, tokoh

masyarakat, karang taruna,

kelompok tani, kelompok pengelolah

hutan, dll

Pendekatan Interpersonal dan Kelembagaan

Prioritas Lokasi Hutan Tanaman Jati dan Bambu

Tahun 1 Data Desa

3. Lokakarya atau pertemuan-

pertemuan kampung (desa)

Menghimpun data dari masyarakat/Kelompok, Sejarah Desa/Kelompok, Analisis potensi, Analisis Stakeholder, keterlibatan para pihak

FGD (Focus Group Discussion),

Prioritas Lokasi Hutan Tanaman Jati dan Bambui

Tahun 1 Historis Daerah, Potensi Desa (SDA) Jenis Program yang masuk, Terlibatnya pemangku kepentingan

Page 116: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 96

No Kegiatan Tujuan Metode Lokasi Waktu Hasil

Penilaian tentang

kebutuhan kapasitas

Peran serta Masyarakat dalam aktifitas kelompok, transformasi pengetahuan, membangun dalam upaya meningkatkan penghasilan kelompok/masyarakat. Menetukan komoditi prioritas berdasarkan pasar.

FGD (Focus Group Discussion),

Prioritas Lokasi HKm dan HTR

Tahun 1 Kelompok desa, ruang saling berbagi informasi, menilai komiditi yang menjadi prioritas desa

4. Jasa lingkungan :

- Permandian air panas

(terapi wallacea)

Menunjang nilai ekonomi

FGD (Focus Group Discussion),

Desa Desa Kaindi Kec. Lainea Kab Konsel

Tahun 1 Tata kelola berdasarkan jasa lingkungannya

Page 117: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 97

Dengan memanfaatkan Teknologi SIG maka dapat diketahui desa-desa

pada blok pemberdayaan yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan

masyarakat dalam mendukung pengelolaan hutan yang lestari dan

berkelanjutan di wilayah KPH Gularaya. Berikut ini disajikan tabel sebaran desa

sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat pada Blok Pemberdayaan KPH

Gularaya, baik yang kegiatannya telah berjalan saat ini maupun yang masih

tahap perencanaan atau pencadangan.

Tabel 37. Sebaran Desa-Desa Sasaran Kegiatan Pemberdayaan pada Blok Pemberdayaan Masyarakat KPH Gularaya

No PEMANFAATAN Kecamatan Desa/

KeluraHan Luas (Ha)

Jumlah

1 Rencana Pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKM) Pengembangan HHBBK Kota Kendari.

Abeli Nambo 32,62

PetoHa 123,08

Sambuli 30.91

Tobimeita 17,24

Tondonggeu 3.00

Baruga Baruga Baruga 342.21

2 Pengembangan HHBK-HTR

Andoolo Potoro 47.51

3. Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Angata Angata 56.56

Matabondu 279.93

Puao 104.57

Pudambu 371.70

Puusanggula 354.83

Teteasa 0.02

4. Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Baito Amasara 55.62

Baito 81.71

Wonuaraya 1.670,00

5. Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Benua Benua Utama 129.99

Horodopi 0.16

Lamara 245.93

Puosu 177.58

6. Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Buke Adayu Indah 1.734.06

Asembu mulya 206.28

Awalo 202.99

7. Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Kolono Adinete 11.17

Kolono 0.34

Puupi 161.99

Sawa 46.22

Ulusena Jaya 0.01

Wawoosu 423.21

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Konda Ambololi 103.50

AmoHalo 68.35

Konda 232.19

Page 118: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 98

No PEMANFAATAN Kecamatan Desa/

KeluraHan Luas (Ha)

Jumlah

Lambusa 4376

Lamomea 73.93

Lawoila 15.52

Tanea 36.69

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Laeya Aepodu 371.47

Ambesea 721.74

Ambolodangge 472.29

Anduna 87.14

Lambakara 355.87

Lamongjaya 169.88

Ombu-ombujaya 133.68

Punggaluku 16.10

Rambu rambu 339.19

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Lainea Aoreo 140.50

Kaindi 34.45

Lainea 42.52

Lalonggombu 148.23

Ngapajaya 422.07

Panganjaya 4.80

Polewali 336.30

Watumeeto 188.33

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Landono Amotowo 124.29

Arongo 202.69

Endanga 117.01

Lakomea 158.45

Landono 86.46

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Moramo Amohola 0.01

Bakutaru 139.20

L:akomea 2.85

Landipo 6.18

Margacinta 46.49

Pudariajaya 0.57

Watu Porambaa 0.12

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Moramo Utara Lalowaru 197.04

Lamboeya 1229.76

Mataiwoi 0.01

Tanjung Tiram 196.62

Wawatu 420.25

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK Mowila Pudahua 934.43

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Palangga Asole 968.08

Eewa 22.51

Kapujaya 44.85

Kiaea 22.02

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK Poasia Andounuhu 221.00

Rencana Pengembangan Ranomeeto Ambaipua 55.63

Page 119: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 99

No PEMANFAATAN Kecamatan Desa/

KeluraHan Luas (Ha)

Jumlah

HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Amoito 10.93

Amoito Siama 252.82

Boro-boro 29.55

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Tinanggea Moolo Indah 62.14

Wadonggo 233.80

Watumelewe 71.37

Rencana Pengembangan HHK-HTR,HKm/HD dan pengembangan HHBK

Wolasi Matawolasi 0.33

Wolasi 0.01

Jumlah 12.534,18 Sumber : Hasil Analisis SIG, 2012

D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang

telah ada Izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan Hutan

Pada prinsipnya semua hutan dan kawasan hutan dapat dimanfaatkan secara

optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan sifat,

karakteristik dan kerentanannya serta tidak dibenarkan mengubah fungsi pokok

hutan, fungsi konservasi, lindung dan produksi. Kesesuaian ketiga fungsi tersebut

sangat dinamis dan yang paling penting dalam pemanfaatan hutan dan kawasan

hutan harus tetap sinergi.

Secara umum pemanfaatan hutan pada hutan produksi dapat

diselenggarakan melalui kegiatan : (1) pemanfaatan kawasan, (2) pemanfaatan

jasa lingkungan, (3) pemanfaatan Hasil hutan kayu dan bukan kayu,(4). Sebaliknya

pemanfaatan hutan pada hutan lindung dibatasi pada jenis(1) pemanfaatan

kawasan,(2) pemanfaatan jasa lingkungan, dan (3) Pemungutan Hasil hutan bukan

kayu.

Tabel 38. Areal KPHyang Telah ada Izin Pemanfaatan Maupun

Penggunaan Kawasan Hutan dan Dalam Proses Perijinan tersebut

No Nama Izin Blok Kacamatan Luas(Ha) Jumlah

1 HKM Watudemba Palangga

Blok Pemberdayaan Masyarakat Kec. Palangga 22.29

22.29

2 Jalan Tambang PT.Baula

Blok Pemanfaatan HL Kec. Tinanggea 5.26

5.26

3 Jalan Tambang PT.Tripel

Blok Pemanfaatan HL

Kec. Palangga selata

1.11 1.11

7 HKM Ambololi

Blok Pemanfaatan HL Kec. Konda 49.98

148.65 Blok Pemberdayaan Masyarakat Kec. Konda 98.67

Page 120: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 100

No Nama Izin Blok Kacamatan Luas(Ha) Jumlah

8 HKM Andaluke Tanea

Blok Pemanfaatan HL

Kec. Moramo utara 0.97

870.00 Blok Pemberdayaan

Masyarakat

Kec. Konda 84.40 Kec. Moramo utara 784.63

9 HKM Kota Kendari

Blok Pemanfaatan HL Kec. Poasia 0.38

19.64 Blok Pemberdayaan

Masyarakat Kec. Abeli 9.71

Kec. Poasia 9.55

10 HTR KHJL Blok Pemberdayaan Masyarakat

Kec. Baito 338.84

4.585.10

Kec. Buke 316.98

Kec. Kolono 641.21

Kec. Laeya 1809.67

Kec. Lainea 780.58

Kec. Palangga 697.84

11 Kebun Raya Blok Khusus HL Kec. Poasia 73.62

138.24 Blok Khusus HP Kec. Poasia 64.62

12 Pencadangan HTR

Blok Pemberdayaan Masyarakat

Kec. Baito 1.380.56

.2872.34

Kec. Buke 531.87

Kec. Laeya 307.48

Kec. Lainea 530.70

Kec. Palangga 121.73

13

Remote Area PT.TELKOM

Blok Pemanfaatan HL Kec. Konda 0.30

1.18 Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling

dan HHBK

Kec. Wolasi 0.30

Kec. Laeya 0.57

14 Rencana Hutan Pendidikan

Blok Khusus HP

Kec. Abeli 269.08

274.38

Kec. Poasia 5.30

Kec. Lainea 311.13 Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling dan HHBK

Kec. Laeya, Palangga Selatan

249.54 3.00

Total 8.938,19

Sumber : Analisis Gis, 2013

Penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk mengatur penggunaan sebagian

kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan tanpa

mengubah fungsi pokok kawasan hutan, sedangkan perubahan peruntukan

kawasan hutan adalah perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan

dan perubahan fungsi kawasan hutan adalah perubahan sebagian atau seluruh

fungsi hutan dalam satu atau beberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan

hutan yang lain:

Page 121: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 101

(a) Pinjam pakai kawasan hutan

Implementasi Penggunaan kawasan hutan adalah sebagai berikut :

i) Hanya dapat dilakukan di dalam Kawasan Hutan Produksi dan atau

Kawasan Hutan Lindung.

ii) Dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan

iii) Mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta

kelestarian lingkungan.

iv) Kegiatan yang mempunyai tujuan strategis, dalam arti yang

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting

secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan keamanan

negara, pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan atau lingkungan

seperti :

- Religi,

- Pertambangan,

- Instalasi pembangkit, transmisi, distribusi listrik, teknologi energy

baru dan terbarukan,

- Pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar, radio,

stasiun relay televise,

- Jalan umum, jalan tol, jalur kereta api,

- sarana transportasi yang tidak dikatagorikan sebagai sarana

transportasi umum untuk keperluan pengakutan hasil produksi

- Sarana prasarana sumber daya air, pembangunan jaringaninstalasi

air, dan saluran air bersih dan atau air limbah,

- Fasilitas umum,

- Industri terkait kehutanan,

- Pertahanan keamanan, dan

- Prasarana penunjang keselamatan umum, penampungan sementara

korban bencana alam.

Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan dapat dilakukan

pada kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Pada hutan produksi

dapat dilakukan dengan : a) Pola pertambangan terbuka b) Pola pertambangan

bawah tanah. Sedangkan pada hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan

Page 122: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 102

dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang

mengakibatkan : a) Turunnnya permukaan air tanah, b) Berubahnya fungsi pokok

kawasan hutan secara permanen, c) Terjadi kerusakan akuiver air tanah.

Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan

hutan :

i) Izin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi lahan, untuk

kawasan hutan pada provinsi yang luas kawasan hutannya dibawah 30

% dari luasdaerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi, dengan

ketentuan kompensasi Lahan dengan rasio paling sedikit 1 : 1 untuk non

komersial dan paling sedikit 1 : 2 untuk komersial.

ii) Izin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi membayar

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) penggunaan kawasan hutan

dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran

sungai, untuk kawasan hutan pada propinsi yang luas kawasan

hutannya diatas 30 % dari luasdaerah aliran sungai,pulau dan atau

provinsi dengan ketentuan : 1) Penggunaan untuk non komersial

dikenakan kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan

dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran

sungai dengan rasio 1 : 1. 2) Penggunaan untuk komerial dikenakan

kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan

melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai

paling sedikit dengan rasio 1 : 1.

iii) Izin pinjam pakai kawasan hutan tanpa kompensasi lahan atau tanpa

kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan tanpa

melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai

dengan ketentuan hanya untuk : 1) Kegiatan pertahanan Negara, sarana

keselamatan lalu lintas laut dan udara, cek dam,embung,sabodan sarana

meteorology, klimatologi dan geofisika, 2)Kegiatan survey dan

eksplorasi.

Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan

hutan yang diberikan oleh Menteri Kehutanan. Penggunaan kawasan hutan untuk

Page 123: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 103

pertambangan yang berdampak penting dan cakupan luas dan bernilai strategis

harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Menteri menerbitkan persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan

sebelum menerbitkan izin pinjam pakai kawasan hutan kepada pemohon yang

memenuhi persyaratan. Persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan diberikan

untuk jangka waktu paling lama 2 tahun sejak diterbitkan dan dapat diperpanjang

berdasarkanHasil evaluasi.

Persetuan prinsip memuat kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemohon

yang meliputi :

i. Melaksanakan tata batas terhadap kawasan hutan yang disetujui dan

lahan kompensasi serta proses pengukuhnnya.

ii. Melaksanakan inventarisasi tegakan.

iii. Membuat pernyataan kesanggupan membayar penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP) Penggunaan kawasan hutan dan melakukan

penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai.

iv. Menyerahkan dan menghutankan lahan untuk dijadikan kawasan hutan

dalam hal kompensasi berupa lahan.

v. Melaksanakan kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Dalam hal pemegang persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan telah

memenuhi seluruh kewajiban, Menteri Kehutanan menerbitkan izin Pinjam

PakaiKawasan Hutan, yang didalam izin tersebut diantaranya berisi kewajiban

pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Yang meliputi :

i. Membayar Peneriman Negara Bukan Pajak (PNBP) penggunaan kawasan

hutan.

ii. Melakukan penanaman dalam rangka rehabiitasi daerah aliran sungai.

iii. Melaksanakan reboisasi pada lahan kompensasi.

iv. Menyelenggarakan perlindungan hutan.

v. Melaksanakan reklamasi dan atau reboisasi pada kawasan hutan yang

dipinjam pakai yang sudah tidak digunakan.

vi. Melaksanakan kewajiban lain yang ditetapkan oleh menteri.

Page 124: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 104

(b) Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya KPHP Gularaya tidak mempunyai

peran dalam perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, namunsesuai

dengan prinsip pengelolaan, maka setiap kegiatan yang berada diwilyah kelola

KPH, maka KPH wajib mengetahuinya.

Perubahan peruntukan kawasan hutan adalah perubahan kawasan hutan

menjadi bukan kawaan hutan. Perubahan peruntukan kawasan hutan dilakukan

untuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi

masyarakat dengan tetap berlandaskan pada optimalisasi distribusi fungsi, manfaat

kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan serta keberadaan kawasan hutan

dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.

Perubahan peruntukan kawasan hutan meliputi : Perubahan peruntukan

kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan. Perubahan peruntukan

Hanya dapat dilakukan pada hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas

melalui tukar menukar kawasan hutan yang dapat dilakukan secara parsial atau

untuk wilayah provinsi yang melalui tukar menukar kawasan hutan atau pelepasan

kawasan hutan.

Tukar menukar kawasan hutandilakukan untuk pembangunan diluar kegiatan

kehutanan yang bersifat permanen, menghilangkan enclave atau memperbaiki

batas kawasan hutan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Tetap terjaminnya luas kawasan hutan paling sedikit 30 % dari luas

daerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi dengan sebaran yang

proporsional.

2) Mempertahankan daya dukung kawasan hutan tetap layak kelola.

Perubahan peruntukan kawasan hutan untuk wilayah provinsi dapat

dilakukan pada hutan konservasi, hutan lindung atau hutan produksi

berdasarkan usulan dari gubernur kepada menteri.

(c) Perubahan Fungsi Kawasan Hutan

Perubahan fungsi kawasan hutan adalah perubahan sebagian atau seluruh

fungsi hutan dalam satu atau beberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan

hutan yang lain. Perubahan fungsi kawasan hutan dilakukan untuk memantapkan

dan mengoptimalisasikan fungsi kawasan hutan yang dapat dilakukan pada hutan

Page 125: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 105

dengan fungsi pokok : Hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi.

Perubahan fungsi dilakukan mengingat adanya keterbatasan data dan informasi

yang tersedia pada saat penunjukan kawasan hutan, dinamika pembangunan,

faktor alam maupun faktor masyarakat, maka perlu dilakukan evaluasi fungsi

kawasan hutan. Dalam penetapan perubahan fungsi kawasan hutan tetap mengacu

pada kriteria masing-masing fungsi hutan produksi, hutan lindung dan hutan

konservasi.

Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan pada areal KPHP Gularaya

yang telah ada Hak atau Izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan selama

jangka 2014-2023 di KPHP Gularaya disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 39. Rekapitulasi Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan pada areal yang telah ada Hak atau izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan KPHP Gularaya jangka 2014– 2023

No Uraian Kegiatan Target / Indikator

1 Inventarisasi izin-izin Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

1 kali setahun

2 Pembinaan,Monitoringdan evaluasi Pemanfaatan Hutan pada Hutan Lindung seperti :

1. Pemanfaatan kawasan, 2. Pemanfaatan jasa lingkungan 3. Pemungutan Hasil hutan bukan kayu

1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun

3 Pembinaan,Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Hutan pada Hutan Produksi seperti :

1. Pemanfaatan kawasan 2. Pemanfaatan Jasa lingkungan 3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan bukan

kayu (Pemanfaatan Hasil hutan kayu dalam hutan alam, Pemanfaatan Hasil Hutan kayu dalam hutan tanaman melalui HTR,HTI dan Pemanfaatan Hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam,Pemanfaatan Hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman)

4. Pemungutan Hasil hutan kayu dalam hutan alam,

5. Pemungutan Hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam,

6. Pemungutan Hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman

1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun

1 kali setahun

1 kali setahun

1 kali setahun

4 Pembinaan,Monitoring,Evaluasi dan pelaporan penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan, sarana perhubungan / jalan,sarana telekomunikasi /radio, Pinjam Pakai kawasan hutan, transmigrasi

1 kali setahun

Page 126: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 106

E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal Diluar Izin

1. Dasar Hukum dan Acuan Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan

Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan berpedoman pada PP 76 tahun 2008

tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan dan Permenhut Nomor P 39/Menhut-

II/2010 tentang pola umum, Kriteria dan Standar Rehabilitasi dan Reklamasi

Hutan.

Pola umum rehabilitasi hutan disusun dengan maksud memberikan kerangka

dasar dalam penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan yang memuat prinsip

dan pendekatan serta dengan tujuan agar diperoleh landasan bersama mengenai

pendekatan dasar, prinsip-prinsip pola penyelenggaraan dan mekanisme

pengendalian pelaksanaan, agar diperoleh hasil dan dampak yang efektif sesuai

dengan tujuan rehabilitasi hutan.

Prinsip penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan adalah :

a. Sistem penganggaran yang berkesinambungan (multi years)

b. Kejelasan kewenangan

c. Andil biaya (cost sharing)

d. Penerapan sistim insentif

e. Pemberdayaan masyarakat dan kapasitas kelembagaan

f. Pendekatan partisipatif

g. Transparasi dan akuntabilitas

Untuk keberhasilan penyelenggaraan rehabilitasi dilakukan pendekatan

melalui aspek Politik, Sosial, Ekonomi, Ekosistem dan Kelembagan & Organisasi.

Tujuan Rehabilitasi hutan adalah untuk memulihkan sumber daya hutan pada

hutan produksi dan hutan lindung yang rusak sehingga dapat berfungsi secara

optimal, mampu memberi manfaat kepada seluruh stakeholder, menjamin

keseimbangan lingkungan dan tata air DAS serta mendukung kelangsungan

industri Kehutanan. Rehabilitasi hutan dilaksanakan ketika pengelolaan hutan

lestari mengalami kegagalan dalam system perlindungan hutan khususnya dalam

Hal mengatasi perambaHan hutan, illegal loging dan alih fungsi hutan tidak

terencana sehingga dapat terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan.

Page 127: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 107

Rehabilitasi hutan merupakan bagian sistem pengelolaan hutan, yang

ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai (DAS) yakni suatu wilayah

daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya yang

dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit atau gunung yang

berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan dan

mengalirkannya kedanau atau laut secara alami.

Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau

optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional serta

praktek lainnya yang ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator

kunci kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran

(outlet) DAS, Jadi salah satu karakteristik DAS adalah adanya keterkaitan biofisik

antara daerah hulu dengan daerah hilir melalui daur hidrologi.

Tingkat Kekritisan suatu DAS ditunjukan oleh menurunnya penutupan

vegetasi permanen dan meluasnya Lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan

DAS dalam menyimpan air yang berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir,

erosi dan penyebaran tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada

musim kemarau. Kekritisan DAS ditunjukan dengan DAS Prioritas I, II dan III. DAS

Prioritas I adalah DAS yang prioritas pengelolaannya paling tinggi karena

menunjukan kondisi DAS paling ” kritis“ atau “tidak seHat“ Prioritas II adalah DAS

DAS yang prioritas pengelolaannya sedang, sedangkan DAS prioritas III dianggap

kurang prioritas untuk ditangani karena kondisi biofisik dan soseknya masih relative

baik (tidak kritis) atau DAS tersebut dianggap masih sehat.

Sasaran Rehabilitasi Hutan adalah hutan produksi dan hutan lindung yang

telah terdegradasi dan merupakan DAS Prioritas berdasarkan kriteria kondisi

spesifik biofisik, sosial ekonomi, Lahan kritis pada bagian hulu DAS dan wilayah

hutan yang rentan perubahan iklim. DAS Prioritas itu terutama pada :

a. Bagian hulu DAS yang rawan memberikan dampak bencana banjir,

kekeringan dan tanah longsor.

b. Daerah tangkapan air (catchment area) dari waduk, bendungan dan

danau.

c. Daerah resapan air (recHarge area) di hulu DAS.

d. Daerah sempadan sungai, mata air, danau dan waduk.

Page 128: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 108

e. Bagian hilir DAS yang rawan bencana tsunami, intrusi air laut dan abrasi

pantai.

2. Lokasi Penyelenggaraan RehabilitasiAreal KPHP Gularaya

Pada dasarnya kegiatan rehabilitasi yang akan diselenggarakan di KPHP

gularaya adalah pada areal diluar izin yang luasnya mencapai 45.740,00 ha

masing-masing berada di Hutan Produksi 31.025,00 Ha dalam rangka

pembangunan hutan tanaman jati dan Hutan Lindung 14.715,00 Ha Dalam rangka

pengaturan tata air, perlindungan tanah dan ekosistem. Rehabilitasi pada

hakekatnya adalah upaya untuk menghutankan kembali kawasan hutan agar dapat

berfungsi optimal sebagaimana peruntukannya. Rencana Lokasi Penyelenggaraan

Rehabilitasi, diarahkan pada areal-areal yang tutupan hutannya telah terbuka atau

yang berpenutupan semak belukar sebagai akibat aktivitas perambaHan

masyarakat. Namun prioritas kegiatan rehabilitasi lebih diarahkan pada blok

perlindungan dan blok inti dengan tutupan tutupan hutannya telah terbuka atau

yang berpenutupan semak belukar sebagai akibat aktivitas perambahan

masyarakat. Hal tersebut mengingat fungsi utama dari kedua blok ini yaitu sebagai

Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi. Lokasi rencana kegiatan

rehabilitasi pada Blok Inti dan Blok Perlindungan di Wilayah KPH Gularaya disajikan

pada tabel berikut :

Tabel40. Sebaran Lokasi Prioritas Sasaran Rehabilitasi pada Wilayah KPH Gularaya

ARAHAN BLOK PENUTUPAN LAHAN KEC LUAS (HA) JUMLAH

(HA)

BLOK INTI

Lahan Terbuka Kec. Laeya 77.63 3.087.49

Kec. Lainea 21.23

Kec. Palangga selatan 9.11

Kec. Tinanggea 373.69 Padang Rumput/Savana Kec. Tinanggea 0.18 Pemukiman Kec. Kolono 0.02

Kec. Lainea 3.14

Kec. Palangga selatan 26.44 Pertanian Lahan Kering Kec. Moramo utara 59.38

Kec. Palangga selatan 6.52

Kec. Poasia 13.09

Kec. Tinanggea 0.02

Page 129: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 109

ARAHAN BLOK PENUTUPAN LAHAN KEC LUAS (HA) JUMLAH

(HA)

Pertanian Lahan Kering Campur

Kec. Moramo 2.50

Kec. Laonti 0.60 Pertanian Lahan Kering Campur Semak

Kec. Kolono 0.73

Kec. Laeya 179.07

Kec. Lainea 24.97

Kec. Moramo 78.28

Kec. Moramo utara 415.53

Kec. Palangga selatan 4.04

Kec. Poasia 7.88

Kec. Tinanggea 0.01

Kec. Wolasi 35.20 Sawah Kec. Tinanggea 6.28 Semak Belukar

Kec. Baito 2.58

Kec. Kolono 154.89

Kec. Laeya 5.87

Kec. Lainea 14.25

Kec. Moramo 358.90

Kec. Moramo utara 92.29

Kec. Poasia 29.38 Semak Belukar Rawa Kec. Kolono 0.66

Kec. Laeya 36.89

Kec. Lainea 144.09 Tambak Kec. Kolono 21.06

Kec. Laeya 31.65

Kec. Lainea 265.37

Kec. Palangga selatan 13.90

Kec. Tinanggea 570.18 Blok Perlindungan Semak Belukar Kec. Kolono 826.5047

1.289.33 Kec. Laeya 119.9265

Kec. Lainea 342.8946

TOTAL 4.376.81

Sumber : Analisis SIG, 2013

Blok inti dan Blok perlindungan yang tutupan hutannya berupa semak

belukar dan belum dirambah masyarakat dilakukan rehabilitasilahan melalui

program Konvergensi RHL dengan sistem pembuatan tanaman dan pengkayaan

tanaman, sedang yang telah dirambah masyarakat dalam bentuk pertanian lahan

kering(PT) dan atau pertanian campur semak (PC) maka dilakukan rehabilitasi pola

agroforestry.

Page 130: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 110

Adapun rehabilitasi pada hutan produksi lebih pada tujuan ekonomis dengan

pertimbangan produktifitas Lahan yang dikelola dengan system bisnis.

Pelaksanaan rehabilitasi hutan pada wilayah KPH yang telah dibebani izin/hak

pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga, pelaksanaannya dilakukan oleh

pemegang izin/hak yang bersangkutan.Sedangkan rehabilitasi hutan pada wilayah

KPH yang wilayahnya tidak dibebani izin/hak pemanfaatan hutan kepada pihak

ketiga,pelaksanannya dilakukan oleh KPH.

Pelaksanaan rehabilitasi terkait dengan areal diluar izin dilakukan pada areal

sesuai kelas perusahaan, kegiatan kemitraan dan konservasi yang kondisi

lahannya tergolong kritis sehingga perlu direhabilitasi.

Hasil pengamatan lapang dan wawancara dengan masyarakat menunjukkan

bahwa masyarakat menginginkan pengembangan beberapa jenis komoditas baik

berupa kayu-kayuan maupun komoditas MPTS (Multi Purpose Tree Spesies) pada

pelaksanaan RHL. Berdasarkan pertimbangan keadaan di lapangan yaitu

masyarakat yang telah melakukan kegiatan usahatani di dalam kawasan hutan,

maka pola rehabilitasi yang diusulkan adalah pola agroforestry. Dengan demikian

masyarakat tersebut tetap akan mendapatkan kebutuhanhariannya, sementara

mereka juga akan membangun tegakan hutan dengan menanam tanaman jenis

kayu-kayuan. Jenis-jenis yang diinginkam oleh masyarakat antara lain Jati, Jabon,

Gmelina, Kemiri, Durian, Rambutan dan Langsat.

3. Kegiatan Teknis Rehabilitasi Hutan

Rehabilitasi hutan diwilayah KPH diselenggarakan oleh KPH yang

dilaksanakan melalui kegiatan : (a) Reboisasi, (b) Pemeliharaan tanaman, (c)

Pengayaan tanaman dan (d) Penerapan teknik konservasi tanah.

a. Reboisasi

Pelaksanaan Reboisasi dimulai dengan tahap persiapan yang berupa :

1) Penyiapan kelembagaan : Meliputi penyiapan organisasi pelaksana dan

koordnasi dengan pihak terkait untuk penyiapan lokasi, bibit dan tenaga

kerja yang akan melakukan penanaman.

Page 131: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 111

2) Penyiapan Sarana Prasarana seperti penyiapan rancangan pembuatan

tanaman, penyiapan dokumen-dokumen untuk pembuatan

tanaman,penyiapan bahan dan alat, penyiapan bibit tanaman.

3) Penyiapan areal seperti pembagian blok petak, pembuatan jalan

pemeriksaan, pelaksanaan penanaman.

Adapun teknik penanaman dapat dilakukan melalui 3 sistem yaitu system

cemplongan, system jalur dan system tugal (Zerro tillage).

b. Pemeliharaan Tanaman

Pada Prinsipnya pemeliharaan tanaman dilakukan sampai dengan tanaman

mencapai umur tebang. Pada umumnya pemeliharaanhanya dilakukan sampai

dengan tahun kedua. Hal ini semata karena keterbatasan dana yang disediakan

oleh pemerintah. Untuk itu KPH harus mampu menyediakan anggaran mulai tahun

ketiga sampai dengan tanaman siap dipanen. Pemeliharaan tanaman melalui

perawatan tanaman dan pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan oleh

KPHatau pemegang izin/hak untuk kawasan hutan yang telah dibebani hak atau

izin.

Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan sebagai berikut :

1) Pemeliharaan I, dilaksanakan pada tahun kedua dengan komponen

pekerjaan penyiangan,pendangiran, pemberantasan hama penyakit dan

penyulaman. Jumlah bibit untuk penyulaman pada pemeliharaan I

sebanyak 20 % dari jumlah yag ditanam semula. Pemeliharaan I dapat

dilakukan apabila prosentase tumbuh tanaman pada tahun I minimal 70

%.

2) Pemeliharaan II,dilaksankan pada tahun ketiga, dengan komponen

pekerjaan penyiangan, pendangiran dan pemberantasan hama penyakit.

Pemeliharaan II dapat dilakukan apabila prosentase tumbuh tanaman

setelah pemliharaan I minimal 80%.

3) Pemeliharaanlanjutan,untuk jenis-jenis tanaman tertentu pemeliharaan

dapat dilanjutkan sampai dengan tanaman siap dipanen sepanjang dana

memungkinkan.

Page 132: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 112

c. Pengayaan Tanaman

Istilah pengkayaan tanaman ditunjukan pada hutan alam yang telah dilakukan

penebangan pada pohon-pohon yang diizinkan. Pengkayaan tanaman adalah

kegiatan penambaHan anakan pohon pada areal hutan rawang yang memiliki

tegakan berupa anakan, pancang, tiang dan pohon 500 - 700 batang per hektar,

dengan maksud untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik kuallitas maupun

kuantitas sesuai fungsinya.Pengayaan tanaman ditujukan untuk meningkatkan

produktifitas hutan, dengan pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal melalui

jumlah dan keragaman jenis tanaman. Pengayaan tanaman dilaksanakan pada

hutan rawang baik dihutan produksi maupun hutan lindung.Pengayaan Tanaman

meliputi kegiatan persemaian, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan

pengamanan.

d. Penerapan Teknik Konservasi

Rencana Penyelenggaraan Rehabilitasi pada areal diluar izin selama jangka

2014 -2023 di KPHP Gularaya disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 41. Rekapitulasi rencana Penyelenggaraan Rehabilitasi pada areal diluar izin KPH Gularaya jangka 2013 - 2022

No Uraian Kegiatan Target

(satuan)

1 Identifikasi Lahan Kritis pada Lahan yang tidak dibebani Hak pada hutan produksi dan hutan lindung

1 kali setahun

2 Penyelenggaraan RHL seperti Reboisasi, pemeliharaan tanaman,pengayaan tanaman,penerapan teknik konservasi tanah di DAS Prioritas ( RHL kawasan Produksi, RHL Kawasan Lindung,RHL Kawasan Konservasi ,RehabilitasiLahan Kritis, Rehabilitasi Hutan Mangrove )

4.500 Ha per tahun

3 Kampanye Pengelolaan DAS Terpadu 1 kali setahun

4. Model Rehabilitasi Hutan dan Lahan

a. Pola Agroforestry

Pola agroforestry yang dapat dikembangkan antara lain Silvopasture dan

Agrisilviculture. Sistem penanaman dapat dilakukan dengan tumpangsari maupun

alley cropping. Alley cropping merupakan pola agroforestry yang sesuai untuk

Lahan datar sampai topografi agak miring. Dengan alley cropping tanaman pohon

Page 133: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 113

ditanam secara kelompok berselang-seling dengan tanaman perkebunan coklat

menurut kontur membentuk jalur-jalur tanaman. Pohon-pohon yang ditanam

secara berkelompok tersebut dapat berfungsi sebagai penahan erosi yang cukup

efektif disamping sebagai sumber bahan organik untuk mempertahankan dan

mengembalikan kesuburan tanah. Pada jalur tanaman kayu-kayuan ditanam jenis

pohon seperti mahoni, jati, karet, durian, rambutan, nangka dll.

b. Pola Pengayaan

Pola Pengayaan dilakukan pada kawasan hutan yang penutupan Lahannya telah

mengalami kerusakan secara setempat-setempat yang penutupannya semak belukar,

atau pada lahan pertanian Lahan kering campur semak (PLKCS), sehingga tidak

diperlukan penanaman secara menyeluruh. Pengayaan ini mengikuti model

spot/mosaik dengan jalan menanam jenis-jenis kayu unggulan setempat dan jenis-

jenis pohon penghidupan (MPTS) yang ditanam secara mengelompok maupun secara

campuran. Jenis-jenis pohon unggulan setempat seperti: kemiri, durian, langsat,

rambutan, nangka, petai, mangga, kapuk, dan sebagainya. Penanaman dapat

dilakukan secara campuran ataupun secara kelompok.

c. Pola Hutan Campuran Sistem Jalur

Hutan campuran sistem jalur merupakan pola yang sesuai untuk penutupan pada

lahan milik dan kawasan hutan yang penutupannya semak belukar. Penanaman secara

jalur dimaksudkan agar belukar yang ada tidak ditebang habis melainkan ditebang

secara jalur sehingga akan terdapat jalur tanaman dan jalur konservasi secara

berselang - seling.

Lebar jalur tergantung dari kondisi tanah, kemiringan lereng dan jenis tanaman.

Untuk menentukan berapa lebar jalur yang paling efektif perlu dilakukan penelitian dan

uji coba, melalui pembangunan plot coba (demplot Agroforestry).

d. Pola Hutan Tanaman Campuran/Hutan Serbaguna.

Pada pola ini beberapa jenis pohon, jenis kayu-kayuan untuk pertukangan dan

jenis MPTS dapat ditanam secara bercampur disesuaikan dengan kondisi lapangan,

lebar tajuk dan kebutuhan akan cahaya dari masing-masing jenis yang dipilih. Pola ini

cukup baik untuk diterapkan pada penutupan semak belukar, dan atau alang-alang.

Page 134: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 114

Kombinasi tanaman dapat dilakukan sesuai keinginan dan tujuan penekanan yang

diinginkan. Perbandingan antara kayu-kayuan dan jenis MPTS dapat dipilih antara lain :

70% :30%, 60% : 40%, 50% : 50% dan seterusnya. Model kebun campuran ini

adalah mengkombinasikan tanaman kayu-kayuan, MPTS, dan tanaman semusim.

Beberapa pola yang dapat dikembangkan pada lahan alang-alang adalah sebagai

berikut:

1) Pola Hutan Tanaman Penghasil Kayu dan Buah. Pola ini sesuai dilaksanakan

pada areal alang-alang dan tanah kosong untuk meningkatkan

produktifitasnya dengan menanam tanaman MPTS yang bermanfaat bagi

penduduk.

2) Hutan Tanaman Kayu Pertukangan. Hutan tanaman kayu pertukangan

diarahkan pada areal semak belukar, alang-alang dan tanah kosong pada

kawasan hutan atau lahan milik. Jenis yang dikembangkan adalah jenis

kayu yang disenangi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kayu

pertukangan. Tanaman kayu-kayuan ditanam pada jalur tersendiri dan

tanaman MPTS ditanam pada jalur tersendiri pula, sehingga terbentuk

sabuk-sabuk yang mengikuti kontur.

5. Civil Teknis dalam RHL

Pembangunan bangunan-bangunan civil teknis dalam RHL diperlukan pada

lokasi-lokasi di luar kawasan hutan yang karena kondisi fisik Lahan dan aktivitas

usahatani masyarakat pada lahan tersebut berpotensi untuk terjadinya degradasi

lahan. Berdasarkan kondisi areal sasaran RHL, maka dapat dipertimbangkan untuk

membangun teras dan rorak pada lokasi-lokasi sasaran RHL yang saat ini

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai areal pertanian lahan kering pada lokasi-

lokasi sasaran RHL yang mempunyai potensi menimbulkan erosi dan longsor pada

desa -desa yang terletak pada Hulu DAS.

Page 135: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 115

F. Pembinaan Dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan RehabilitasiDan Reklamasi Pada Areal Yang Sudah Ada Hak Atau

Izin Pemanfaatan Dan Penggunaan Kawasan Hutannya

Gambaran mengenai Areal yang diarahkan untuk rehabilitasi dan reklamasi

pada wilayah yang sudah ada Hak atau izin pemanfaatan dan penggunaan

kawasannya diperoleh dengan melakukan tumpang tindih antara peta izin

pemanfaatan kawasan pada wilayah KPH Gularaya dengan peta penutupan Lahan.

Berikut disajikan tabel sebaran lokasi potensial Rehabilitasi dan Reklamasi pada

areal yang sudah ada hak atau izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan

hutannya berdasarkan tutupan Lahannya.

Tabel42. lokasi Potensial Rehabilitasi Dan Reklamasi Pada Areal Yang Sudah Ada Hak Atau Izin Pemanfaatan Dan Penggunaan Kawasan Hutannya Berdasarkan Tutupan Lahannya Di Wilayah KPH

Gularaya

IZIN PEMANFAATAN KAWASAN TUTUPAN LAHAN LUAS

HKM Ambololi Pertanian Lahan Kering Campur Semak 119.56

HKM Andaluke Tanea Pemukiman 1.06

Pertanian Lahan Kering 105.12 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 236.18

Sawah 6.09

Semak Belukar 146.17 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 22.64

HKM Kota Kendari Pertanian Lahan Kering 4.97 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 8.26

HKM Watudemba Palangga Pertanian Lahan Kering Campur Semak 22.29

HTR KHJL Pertanian Lahan Kering Campur Semak 814.67

Sawah 28.03

Semak Belukar 2.638.18

Pertanian Lahan Kering 274.99 Jalan Tambang PT.Baula Lahan Terbuka 0.91

Tambak 2.05 Jalan Tambang PT.Tripel Pemukiman 0.46 Kebun Raya Pertanian Lahan Kering 2.70

Semak Belukar 28.88 Pencadangan HTR Pertanian Lahan Kering Campur 1.044.52

Page 136: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 116

IZIN PEMANFAATAN KAWASAN TUTUPAN LAHAN LUAS

Semak

Semak Belukar 1.479.43 Remote Area PT.TELKOM Pertanian Lahan Kering Campur

Semak 0.29

Semak Belukar 0.30 Rencana Hutan Pendidikan Pertanian Lahan Kering Campur

Semak 91.58

Semak Belukar 8.95 Jumlah 13.957.03

Sumber : Hasil Analisis SIG, 2013

Rencana kegiatan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan

reklamasi pada areal yang sudah ada Hak atau izin pemanfaatan dan penggunaan

kawasan selama jangka 2013-2022 di KPHP Gularaya secara detail disajikan pada

lampiran sedangkan rekapitulasi per kegiatan disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 43. Rekapitulasi rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada areal yang sudah Ada Hak atau izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan KPH

Gularaya jangka 2013-2022

No Uraian Kegiatan Target / indikator

1 Identifikasi lahan kritis pada lahanyang dibebani izin/Hak Pada hutan produksi dan hutan lindung.

Satu kali setahun

2 Pembinaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasihutan oleh pemegang izin pemanfaatan dan atau penggunaan kawasan hutan.

Satu kali setahun

3 Membuat rencana reklamasi hutan yang meliputi inventarisasi lokasi,penetapan lokasi reklamasi hutan.

Satu kali setahun

4 Pembinaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan reklamasi hutan oleh pemegang izin/Hak.

Satu kali setahun

5 Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan DAS (Penglolaan DAS Terpadu,Base Line DAS,Data dan Peta Lahan Kritis).

Satu kali Setahun

G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Page 137: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 117

Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam di arahkan pada

blok inti dan blok perlindungan. Lokasi-lokasi yang menjadi prioritas utama

perlindungan hutan dan konservasi alam, yaitu pada tutupan hutan yang masih

primer yang terletak pada daerah topografi berat. Berikut disajikan tabel prioritas

Lokasi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam :

Tabel 44. Areal Blok inti dan Blok Perlindungan yang Perlu dilakukan Program Kegiatan Perlindungan dan Konservasi Alam

Blok Penutupan Lahan Kecamatan Luas (Ha)

Jumlah (Ha)

Blok Inti

Hutan Lahan Kering Primer

Kec. Baito 2.173.449 23.803.28

Kec. Laeya 84.670

Kec. Wolasi 735.224

Hutan Lahan Kering Sekunder

Kec. Abeli 439.969

Kec. Baito 1.977.261

Kec. Buke 834.286

Kec. Kolono 262.463

Kec. Konda 43.689

Kec. Laeya 594.143

Kec. Landono 1.578.213

Kec. Moramo 1.413.891

Kec. Moramo utara 2.316.851

Kec. Poasia 1.153.431

Kec. Ranomeeto 657.860

Kec. Wolasi 2.803.443 Hutan Mangrove Primer Kec. Lainea 143.155

Hutan Mangrove Sekunder

Kec. Kolono 325.881

Kec. Laeya 1.306.141

Kec. Lainea 2.789.254

Kec. Moramo utara 0.008

Kec. Palangga se 908.290

Kec. Tinanggea 824.364

Hutan Sekunder Kec. Moramo 209.434

Kec. Laonti 218.714

Tubuh Air Kec. Kolono 0.001

Kec. Laeya 0.647

Page 138: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 118

Blok Penutupan Lahan Kecamatan Luas (Ha)

Jumlah (Ha)

Kec. Lainea 8.231

Kec. Palangga se 0.001

Kec. Tinanggea 0.320 Blok

Perlindungan

Hutan Lahan Kering Primer

Kec. Baito 1.601.415 4.991.14

Kec. Laeya 627.778

Kec. Wolasi 80.343

Hutan Lahan Kering Sekunder

Kec. Kolono 1.227.029

Kec. Laeya 670.424

Kec. Lainea 773.875

Kec. Wolasi 10.274

Jumlah 28.794.42 28.794.42

Sumber : Hasil Analisis SIG, 2013

Perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga dan memelihara hutan,

kawasan hutan dan lingkungannya agar berfungsi secara optimal dan lestari yang

dilaksanakan melalui upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan,

kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,

kebakaran, daya-daya alam, serta hama dan penyakit.

Kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan oleh pemerintah desa dan

masyarakatnya sangat diperlukan dalam bentuk kegiatan secara berkelanjutan dan

efektif. Bentuk perlindungan dan pengamanan yang diharapkan dapat dilakukan

oleh masyarakat melalui kelompok atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat

berupa :

1) Perlindungan dan pengamanan sumber mata air yang terdapat di dalam

wilayah hutan pada setiap desa.

2) perlindungan terhadaplahanusaha dari gangguan serangan hama dan

penyakit.

3) Perlindungan dan pengamanan hutan di desa atau dusun dari gangguan

pembukaan lahan atau penebangan tanpa sepengetahuan lembaga

pengelolaan hutan oleh desa.

Page 139: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 119

4) Pengendalian sistem budidaya yang destruktif terhadap tutupan hutan

oleh masyarakat pendatang berbentuk tata aturan budidaya agroforestry

konservatif yang dapat menghindari terjadinya banjir erosi dan longsor.

5) Program pengamanan hutan oleh desa dengan pembentukan

lembaga/satuan pengamanan hutan di setiap dusun.

6) Perlindungan dan pengamanan tersebut seharusnya dijabarkan secara

tertulis dalam bentuk peraturan desa dan peraturan daerah yang

pembentukannya difasilitasi oleh lembaga pengelola KPHP Gularaya.

Tahapantahapan kegiatan perlindungan hutan dan konservasi

Tahun 1 dan tahun 2

1. Mengumpulkan informasi ilmiah dan teknis tentang areal KPH, yang terkait

dengan :

- Wilayah Perlindungan dan pengamanan sumber mata air yang terdapat di dalam wilayah hutan pada setiap desa.

- Wilayah Perlindungan terhadap potensi erosi, longsor dan banjir - Wilayah Perlindungan dan pengamanan hutan di desa atau dusun dari

gangguan pembukaan Lahan atau penebangan - Wilauyah PErlindungan terhadap wilayah potensi kebakaran hutan - Wilayah perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi - Wilayah konservasi High Conservation Value Forest

2. Melakukan deliniasi terhadap wilayah wilayah diatas.

3. Menyusun rencana program kegiatan perlindungan.

4. Merumuskan tindakan teknis perlindungan dan konservasi yang tepat

terkait wilayah diatas.

5. Membuat peta lokasi kerawanan bencana (Banjir, Longsor, Erosi)

6. Menginventarisasi faktor penyebab kebakaran hutan.

7. Menyiapkan regu pemadam kebakaran.

8. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan.

9. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan.

Tahun 3

1. Meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan. 2. pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah perlindungan. 3. Memantau biofisik lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam. 4. Mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakatsekitar

wilayah perlindungan. 5. Membangun bangunan civil teknis.

Page 140: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 120

6. Melakukan pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat. 7. Menyelenggarakan penelitian hama dan penyakit tumbuhan dan satwa

Tahun 3- 10

1. Pelaksanaan kegiatan teknis perlindungan hutan pada wilayah-wilayah yang telah disebutkan.

Tahun 4

1. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan. 2. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan

hutan; dan atau mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum. Tahun 5

Evaluasi keberhasilan perlindungan wilayah perlindungan 5 tahun pertama.

Tahun 6

Menegakan sanksi terhadap pelaku pelanggaran hokum di wilayah

perlindungan.

Tahun 10

Evaluasi keberhasilan perlindungan wilayah perlindungan selama 10 tahun.

Prinsip perlindungan hutan yang sekaligus merupakan pengertian

perlindungan hutan adalah usaha untuk :

a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil

hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,

ternak,kebakaran,daya-daya alam, hama serta penyakit.

b. mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan

perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta

perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Menurut PP 6/2007 joPP 3/2008 bahwa yang termasuk kegiatan Perlindungan

hutan antara lain :

a. Mencegah adanya pemanenan pohon tanpa izin,

b. Mencegah atau memadamkan kebakaran hutan,

c. Menyediakan sarana dan prasarana pengamanan hutan,

d. Mencegah perburuan satwa liar dan atau satwa yang dlindungi,

Page 141: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 121

e. Mencegah penggarapan dan atau penggunaan dan atau menduduki

kawasan hutan secara tidak syah,

f. Mencegah perambahan kawasan hutan,

g. Mencegah terhadapgangguan hamadan penyakit,

h. Membangun unit satuan pengamanan hutan.

Perlindungan hutan diwilayah KPH diselenggarakan oleh KPH, pelaksanaan

perlindungan hutan pada wilayah yang telah dibebani izin/hak pemanfaatan hutan

dilakukan oleh pemegang izin/hak yang bersangkutan, sedangkan pada wilayah

yang tidak dibebani izin/hak pelaksanaannya dilakukan oleh KPH yang meliputi :

a. Mengamankan areal kerjanya menyangkut hutan, kawasan hutan dan

hasil hutan termasuk tumbuhan dan satwa.

b. Mencegah kerusakan hutan dari perbuatan manusia dan ternak,

kebakaran hutan, hama dan penyakit serta daya daya alam.

c. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan

keamanan hutan diareal kerjanya.

d. Melaporkan setiap adanya kejadian pelanggaran hukum diareal kerjanya

kepada instansi kehutanan setempat.

e. Menyediakan sarana dan prasarana, serta tenaga pengamanan hutan

yang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk mencegah, membatasi kerusakan hutan dan memperrtahankan serta

mennjaga kawasan hutan dan Hasil hutan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

unit Pengelolaan sebagai pelakana perlindungan hutan,melaksanakan kegiatan :

a. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang undangan

dibidang kehutanan.

b. Melakukan inventarisasi permasalahan.

c. Mendorong peningkatan produktifitas masyarakat.

d. Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat.

Page 142: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 122

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan

hutan.

f. Melakukan kerjasama dengan pemegang hak atau izin.

g. Meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan.

h. Mendorong terciptanya alternative mata pencaharian masyarakat.

i. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan

hutan.

j. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan

keamanan hutan.

k. Mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum.

Uraian di atas sudah cukup lengkap, namun sedikit ditambahkan mengenai

jenis-jenis kegiatan dalam tabel 27 Rekapitulasi Rencana Kegiatan Perlindungan

Hutan dan Konservasi Alam pada KPH Gularaya jangka 2014-2023, ada kegiatan

Pembinaan Habitat Satwa, dalam artian selain ada kegiatan inventarisasi satwa liar

yang dilindungi, juga ada kegiatan pembinaan habitatnya berupa perbaikan tempat

hidupnya maupun penyediaan kebutuhan akan pakan/makanannya, sehingga

kelestarian jenis satwa yang dilindungi tersebut dapat dipertahankan. Selain itu

kegiatan penilaian ekonomi kawasan, penting untuk mengetahui seberapa besar

nilai kawasan KPHP Gularaya Unit XXIV bila dilihat menurut aspek ekonomi,

sehingga upaya untuk mengkonversi kawasan menjadi peruntukan lainnya dapat

mempertimbangkan fungsi dan manfaat serta nilai ekonomi kawasan.

Untuk kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan, selain ada operasi yang

bersifat represif, harus ada kegiatan tindak lanjutnya berupa pemberkasan kasus

(penyidikan) oleh PPNS Kehutanan ataupun diperbantukan dari Polres maupun

Polda setempat, sehingga segala bentuk kegiatan illegal terhadap kawasan dapat

memberikan efek jera bagi pelaku dan mencegah masyarakat untuk melakukan

tindakan tersebut.

Page 143: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 123

a. Perlindungan Hutan dari Kebakaran Hutan

Untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan oleh

kebakaran, dilakukan kegiatan pengendalian yang meliputi pencegahan,

pemadaman, dan penanganan pasca kebakaran.

Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan menetapkan rencana kegiatan

pengendalian kebakaran hutan yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam

pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan, KPH sebagai unit Pengelolaan Hutan

membentuk lembaga pengendalian kebakaran hutan yang disebut brigade

pengendalan kebakaran hutan yang bertugas menyusun dan melaksanakan

program pengendalian kebakaran hutan.

1. Pencegahan

Pencegahan kebakaran hutan pada tingkat KPH. izin pemanfaatan hutan,

izin penggunaan kawasan hutan dan hutan hak, dilakukan kegiatan antara lain :

� Melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan.

� Menginventarisasi faktor penyebab kebakaran hutan.

� Menyiapkan regu pemadam kebakaran.

� Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan.

� Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan.

� Membuat sekat bakar.

2. Pemadaman.

Dalam rangka pemadaman, maka setiap pemegang izin pemanfaatan hutan,

pemegang izin penggunaan kawasan hutan, pemilik hutan hak dan atau kepala

KPH, berkewajiban melakukan rangkaian tindakan pemadaman dengan cara :

� Melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan.

� Mendayagunakan seluruh sumberdaya yang ada.

� Membuat sekat bakar dalam rangka melokalisir api.

� Memobilisasi masyarakat untuk mempercepat pemadaman.

Page 144: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 124

Pemegang izin pemanfaatan hutan, pemeggang izin penggunaan kawasan

hutan, pemilik hutan hak dan atau kepala KPH melakukan :

� Koordinasi dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat dalam rangka

mempercepat pemadaman, evaluasi, litigasi dan mencegah bencana.

� Pelaporan kepada bupati/walikota tentang kebakaran hutan yang terjadi

dan tindakan pemadaman yang dilakukan.

3. Penanganan Pasca Kebakaran

Penanganan pasca kebakaran hutan dilakukan upaya kegiatan meliputi

identifikasi dan evaluasi, rehabilitasi, penegakan hukum.

Kepala KPH, pemegang izin pemanfaatan,pemegang izin penggunaan

kawasan hutan melakukan kegiatan identifikasi dan evaluasi yang berupa :

� Pengumpulan data dan informasi terjadinya kebakaran hutan.

� Pengukuran dan sketsa lokasi kebakaran.

� Analisis tingkat kerusakan dan rekomendasi.

b. Perlindungan Hutan Atas Hasil Hutan.

KPH sebagai unit pengelola berkewajiban dalam melindungi hasil hutan dari

kegiatan illegal logging dan illegal trade. Perlindungan hasil hutan dilaksanakan

untuk menghindari pemanfaatan hutan secara berlebihan dan atau tidak syah dan

dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan, pengawasan dan penertiban.

Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan

apabila telah memiliki izin dari pejabat yang berwewenang. Kegiatan pemanfaatan

hutan yang tergolong tidak memiliki izin adalah :

� Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan diluar areal yang diberi

izin.

� Pemegang izin melakukan pemanfaatan melebihi target volume yang

diizinkan.

� Pemegang izin melakukan penangkapan/pengumpulan flora fauna

melebihi target/ quota yang telah ditetapkan.

Page 145: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 125

� Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan dalam radius dari lokasi

tertentu yang dilarang undang undang.

c. Perlindungan Hutan dari Gangguan Ternak.

Kepala KPH dapat menetapkan lokasi penggembalaan ternak dalam hutan

produksi untuk mencegah dan membatasi gangguan ternak. Sebaliknya juga

Kepala KPH mempunyai kewenangan untuk menutup lokasi penggembalaan ternak

untuk kepentingan konservasi dan rehabilitasi hutan, tanah dan air.

d. Perlindungan Hutan Dari Daya-Daya Alam

Usaha-usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang

disebabkan oleh daya alam yang berupa gunung meletus, tanah longsor, gempa,

badai, banjir dan kekeringan dilaksanakan kegiatan :

� Memantau biofisik lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana

alam.

� Membuat peta lokasi kerawanan bencana.

� Membangun bangunan civil teknis.

� Melakukan pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat.

� Menjaga kelestarian nilai dan fungsi hutan serta lingkungan.

� Menjaga mutu, nilai serta kegunaan hasil hutan.

e. Perlindungan Hutan dari Hama dan Penyakit.

Untuk mencegah dan membatasi kerusakan yang disebabkan oleh hamadan

penyakit, Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah :

� Menyelenggarakan penelitian hama dan penyakit tumbuhan dan satwa.

� Mengendalikan hama dan penyakit dengan metoda biologis,

mekanis,kimiawi dan atau terpadu.

� Hasil penelitian disampaikan kepada KPH untuk dilaksanakan.

Page 146: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 126

f. Polisi Kehutanan

Polisi Kehutanan memiliki wewenang memiliki tugas diwilayah hukumnya

yang meliputi :

� Mengadakan patroli/perondaan didalam kawasan hutan atau wilayah

hukumnya.

� Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan

pengangkutan hasil hutan didalam kawasan hutan atau wilayah

hukumnya.

� Menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang

menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

� Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang

menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

� Dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk

diserahkan kepada yang berwewenang.

� Membuat laporan danimenandatangani laporan tentang terjadinya tindak

pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

Rencana Kegiatan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam selama jangka

2014-2023 di KPHP Gularaya disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 45. Rekapitulasi Rencana Kegiatan Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam pada KPH Gularaya jangka 2014-2023

No Uraian Kegiatan Target (satuan) Anggaran

(Rp)

1. Sarana dan Prasarana antara lain • Pembangunan Pos Jaga 3 unit • Kendaraan roda 4 • Pickup, • Sepedamotor • senjata api laras panjang, • senjata api genggam • HT • Rig • GPS • Kompas • Kamera saku, • Tenda Regu, • Peralatan masak

3 unit 3 unit

pm

Page 147: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 127

No Uraian Kegiatan Target (satuan) Anggaran

(Rp)

2. Membentuk Brigade Pengamanan Hutan 1 brigade Pm

3. Patroli Pengamanan Hutan pada areal yang tidak dibebani izin

1 kali sebulan Pm

4. Penyusunan Rencana Penanggulangan Kebakaran Hutan antara lain melakukan Inventarisasi sumber air, pemukiman sekitar kawasan hutan, perladangan,tegakan hutan, patroli hutan ,pemadaman api .

1 buku per tahun Pm

5. Penyusunan Rencana Kerja Penanggulangan Pencurian Hasil Hutan antara lain melalui Pengumpulan baHan dan keterangan, pemeliharaan dan pengamanan batas hutan,penjagaan, patroli,operasi pengamanan, operasi yustisi

1 buku per tahun Pm

6. Penyusunan Rencana Penanggulangan PerambaHan Hutan yang meliputi inventarisasi ladang dan pemukiman dalam hutan,inventarisasi pemukiman sekitar kawasan hutan, Penurunan Perambah dari dalam kawasan hutan.

1 buku per tahun Pm

7 Penyusunan Rencana Penaggulangan Hama Penyakit meliputi inventarisasi tumbuhan eksotik dan gulma, inventarisasi satwa eksotik,inventarisasi satwa liar, monitoring keseHatan tegakan hutan.

1 buku per tahun Pm

8 Preemtif : Sosialisasi dan PenyuluHan Peraturan perundang undangan dibidang kehutanan

1 kali setahun Pm

9 Pembentukan kader konservasi 1 regu Pm

10 Bina Cinta Alam 1 regu Pm

11 Sosialisasi batas batas kawasan hutan 1 kali setahun Pm

12 Temu wicara tentang konservasi hutan dan kehutanan

1 kali setahun Pm

13 Koordinasi dengan instansi terkait 1 kali setahun Pm

14 Preventif : Pengumpulan BaHan dan Keterangan 1 kali setahun Pm

15 Pemeliharaan dan Pengamanan batas Kawasan Hutan

1 kali setahun Pm

16 Represif : Operasi Taktis 4 kali setahun Pm

17 Operasi Yustisi 2 kasus setahun Pm

H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar

pemegangizin

KPHP Gularaya berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di tingkat

tapak harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari sesuai

fungsinya. Keberadaan KPHP Gularaya sebagai institusi negara menyelenggarakan

kewenangan tertentu pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota sesuai mandat undang-undang yaitu hutan dikuasai negara dan

harus dikelola secara lestari.

Page 148: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 128

Sesuai dengan pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. Peraturan

Pemerintah No. 3 Tahun 2007 yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan

No. P.6/Menhut-II/2010 yang mengatur mengenai norma, standar, prosedur dan

kriteria pengelolaan hutan pada KPHL dan KPHP, dijelaskan bahwa fungsi kerja

KPH dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan secara operasional diantaranya

melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan hutan yang

dilaksanakan oleh pemegang izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan

hutan, termasuk dalam bidang rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan

hutan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, koordinasi dan sinkronisasi antara

pemegang izin dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan dilaksanakan dalam

rangka mencapai tujuan pengelolaan hutan di wilayah kelola KPHP Gularaya

sebagaimana termuat dalam Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Gularaya. Untuk itu

koordinasi dan sinkronisasi pemegang izin pemanfaatan hutan dan kawasan hutan

di wilayah kelola KPHP Gularaya dilaksanakan menurut arahan kerangka kerja

sebagai berikut :

1. Evaluasi dan sinkronisasi Rencana Kerja Usaha (RKU) dan Rencana Kerja

Tahunan ( RKT ) pemegang izin, mengacu pada Rencana Pengelolaan

Jangka Panjang dan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek KPHP

Gularaya.

2. Pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja pemegang izin mengacu

pada RKU, dan RKT pemegang izin yang bersangkutan.

3. Jenis perizinan dan ruang lingkup kegiatan yang menjadi kewenangan

KPHP Gularaya atas pemegang izin sebagai bahan evaluasi perencanaan,

sinkronisasi, pembinaan dan evaluasi disajikan pada tabel 28.

Berdasarkan Hasil analisa peraturan perundang-undangan, lingkup

perencanaan pemegang izin yang dapat dijadikan baHan evaluasi dan penilaian

kinerja pemegang izin meliputi pokok-pokok materi sebagai berikut :

1. Penyusunan Rencana Karya/Kerja 2. Penataan batas areal kerja 3. Pelaksanaan system silvikultur 4. Penggunaan peralatan pemanfaatan Hasil hutan 5. Penatausahaan Hasil hutan 6. Pengukuran atau pengujian Hasil hutan

Page 149: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 129

7. Perlindungan hutan 8. Penggunaan tenaga professional 9. Pemberdayaan masyarakat 10. Kondisi financial termasuk iuran kehutanan

Tabel 46. Ruang Lingkup Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Antara

Pemegang Izin di Wilayah Kelola KPHP Gularaya

No Jenis Perizinan

Pemanfaatan Hutan

Ruang Lingkup Kewenangan dalam rangka

Koordinasi dan Sinkronisasi

1.

IUPK a. Hutan Lindung (untuk HKM) b. Hutan Produksi

1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin

2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

3. Pemantauan dan Penilain Kinerja

2.

IUPJL a. Hutan Lindung b. Hutan Produksi

1. Prakondisi/penyiapan lokasi dan Master Plan IUPJL berdasarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya.

2. Pemantauan dan Penilian Kinerja

3.

IUPHHK a. Hutan Alam b. Restorasi c. Hutan Tanaman

1) HTI

1. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

2. Singkronisasi kewenangan : a. Pertimbangan Teknis b. Pengesahan RKT c. Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan Kegiatan d. Menerima laporan Hasil evaluasi 5 tahun RKU

3. Pemantauan dan Penilian Kinerja

2) HTR 3) HTHR

1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin.

2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

3. Pemantauan dan Penilain Kinerja 4. Singkronisasi kewenangan :

a. Pemberian Izin b. Pengesahan RKT c. Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan Kegiatan

IUPHHK e. HKm f. HD

1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin.

2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

3. Pemantauan dan Penilain Kinerja 4

1. IUPHHBK 2. IPHHK 3. IPHHBK a. Hutan Lindung b. Hutan Produksi

1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin.

2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

3. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

Page 150: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 130

No Jenis Perizinan

Pemanfaatan Hutan

Ruang Lingkup Kewenangan dalam rangka

Koordinasi dan Sinkronisasi

5 Izin Penggunaan Kawasan Hutan

1. Pertambangan 2. Non Kehutanan 3. Lainnya

1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin.

2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

3. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

Penyelenggaraan kegiatan dan arahan pencapaian koordinasi dan sinkronisasi

antara pemegang izin di wilayah kelola KPHP Gularaya selama 10 tahun disajikan

pada tabel 47.

Tabel47. Penyelenggaraan Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi antara Pemegang Izin di Wilayah Kelola KPHP Gularaya

No Ruang Lingkup

Kegiatan

Target Pencapaian Tahun Ke Indikator

I II III IV V VI VII VIII IX X

1.

Identifikasi perizinan, permasLahan dan koordinasi instansi terkait

Kesamaan Persepsi dan Konsepsi Pengelolaan

2.

Penyusunan Grand design Tata Kelola Perizinan di wilayah kelola KPHP Gularaya

ArahanTata Kelola Pengelolaan Hutan oleh Pemegang Izin

3.

Sinkronisasi Rencana Kerja Usaha Pemegangan Izin mengacu pada Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPHP Gularaya

Kesesuaian antara RPH-KPHP Gularaya dengan Rencana Kerja Usaha Pemegang Izin

4.

Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan Pengendalian

Pengelolaan Hutan Secara Lestari sesuai Fungsinya

Page 151: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 131

I. Koordinasi dan Sinergi dengan instansi dan Pemangku kepentingan

Dalam keberhasilan pelaksanaan tugas sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan seringkali menjumpai hebatan/kendala non teknis, dalam arti kendala

dari stake holder lain yang sudah barang tentu mereka juga sudah menetapkan

rencana, tujuan dan kegiatan yang sama sehingga terjadi tarik menarik

kepentingan. Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi yang mantap dengan para

stake holder sehingga program dan kegiatannya bersinergi.

Efektifitas koordinasi dan sinkronisasi program kegiatan diwadahi dengan

keberadaan lembaga forum Multi Pihak yang sudah terbentuk beberapa waktu

yang lalu. Anggota forum ini terdiri dari Unsur Dinas Kehutanan Propinsi Sultra,

BAPPEDA Sultra, Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Selatan, Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kota Kendari, BKSDA Sultra, BP DAS Sampara, BPKH Wil XXII Kendari,

BIPHUT Kendari, Fak Kehutanan Universitas Halu Oleo Kendari, STIPER Kendari

jurusan Kehutanan, LSM JAUH, LSM LEPMIL, LSM Yascita, Badan Pemberdayaan

Masyarakat Sultra. Kegiatan forum antara lain terlibat dalam penyusunan rencana

pengelolaan KPH dan rapat koordinasi yang diselenggarakan minimal setahun

sekali.

J. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

Untuk mencapai visi misi KPH Harus didukung dengan kuantitas dan mutu

SDM serta kompetensi yang dibutuhkan. Berdasarkan Permendagri Nomor 61

tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Keja Kesatuan Pengelolaan

Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi dan Peraturan Gubernur

Sulawesi Tenggara nomor42 tahun 2011 tentang Pembentukan organisasi dan Tata

kerja UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gularaya Sulawesi Tenggara dan

SK Gubernur nomor 329 tahun 2012, maka saat KPH memiliki struktur organisasi

dengan jumlah personil dan jabatan personil sebagai berikut :

No Jabatan Jumlah ( orang )

1 Kepala KPHP 1

2 KSBTU 1

3 Kasi P3 KH 1

Page 152: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 132

No Jabatan Jumlah ( orang )

4 Kasi RPKH 1

5 Polhut 1

6 Staf Seksi P3KH 3

7 Staf Seksi RPKH 3

8 Staf SBTU 4

Jumlah 15

( a ) Persyaratan Jabatan

Untuk menduduki jabatan struktural pada KPHP Gularaya disamping harus

memenuhi persyaratan umum PNS juga Harus memenuhi persyaratan khusus

sesuai Permenhut nomor 42 tahun 2011 sebagai berikut :

Tabel 48. Persyaratan Administrasi Minimal SDM KPH

No.

Persyaratan

Kepala

KPH

Kepala

Seksi

Kepala

SBTU

Kepala Unit

Pengelolaan/Resort

Staf

Adm.

Staf

Resort

Polhut

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pangkat/ Gol/

Ruang

Penata Tk I , Gol III/d

Penata Muda Tk I, Gol.III/b

Penata Muda Tk I ,Gol.III/b

Pengatur Tk I, Gol .II/b

- -

2 Hsl Penilaian Kinerja (DP-3)

Baik Baik Baik Baik Baik Baik

3 Tkt. Pendidikan

Formal

S1/D-IV Kehutana,

S1 non Kehutanan

berlatar belakang

pendidikan Kehutanan(SKMA/SM

K Kehutana, DIIIKehuta

nan) dengan

pengalaman dibidang kehutanan lima tahun

SKMA/SMK Kehutanan

D-IIIKehutan

an, D-III non Kehutanan

dengan pengelaman dibidang Kehutanan lima tahun

SLTA/ D-III

SKMA/SMK Kehutanan,

D-IIIKehutanan,

D-III non Kehutanan

dengan pengalaman

dibidang Kehutanan dua tahun

SLTA SLTA

Page 153: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 133

No.

Persyaratan

Kepala KPH

Kepala Seksi

Kepala SBTU

Kepala Unit Pengelolaan

/Resort

Staf Adm

.

Staf Resort

Polhut

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4 Diklat Kepemimpina

n

Diklatpim III

Diklatpim IV

Diklatpim IV

- - -

5 Diklat Teknis

Diklat CKPH

Kemenhut

Diklat Teknis

Kehutanan seperti

PEH,Polhut,dll

IV.a - - -

6 Esselon III.a IV.a IV.a - - - 7 Kebutuhan

Personil 1 2 1 1 8 5 27

Kebutuhan tenaga untuk jabatan struktural berdasarkan forrmasi pada

struktur organisasi yang berlaku namun untuk jabatan fungsional seperti tenaga

Polhut, (Jagawana), PEH dan tenaga teknis Kehutanan lainnya, kebutuhannya

didasarkan pada luasan hutan yang dikelola dan kemampuan tenaga yang

bersangkutan.

Analisis kebutuhan tenaga teknisi lapangan termasuk Jagawana didasarkan

pada pertimbangan bahwa setiap staf tenaga teknis pada tingkat seksi kemampuan

mengurus hutan adalah 10.000 Ha/orang, sedangkan pada tingkat lapangan

(Jagawana) adalah 3.000 – 4.000 Ha/orang (rasio Ditjen PHKA 2013). Luas areal

unit KPHP Gularaya ± 115.363,01Ha.

(b) Kompetensi SDM Pengelola KPH

Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa visi KPH dan salah satu misinya

adalah menjadi KPH mandiri dengan menerapkan PPK BLUD atau dengan kata

lain KPH akan melaksanakan binis dibidang kehutanan dengan core bisnis hutan

tanaman jati unggul, bambu dan terapi kesehatan berbasis lebah wallacea. maka

operasionalisasinya harus dilakukan oleh tenaga profesional bidang kehutanan,

pebisnis profesional sesuai dengan bidangnya. Tenaga profesional dibidang

kehutanan dan pebisnis dapat berasal dari sarjana kehutanan, diploma 3

kehutanan, dan tenaga teknis menengah yang meliputi lulusan sekolah kehutanan

menengah atas (SMK Kehutanan), serta tenaga-tenaga hasil pendidikan dan

Page 154: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 134

latihan kehutanan antara lain penguji kayu (grader), perisalah hutan (cruiser) dan

pengukur (scaler). Sedangkan pebisnis dapat berasal dari praktisi dan kalangan

profesional.

Tenaga teknis bidang kehutanan sudah diatur dalam Permenhut 42/2011

tentang stándar kompetensi bidang teknis kehutanan pada KPHP dan KPHL. Dan

kebutuhan tenaga struktural diatur dalam Pergub sulawesi tenggara no 42 tahun

2011. Pada KPHP Gularaya terdapat 5 jabatan strukural terdiri dari kepala KPH,

Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala seksi Penataan, pemanfaatan penggunaan

kawasan hutan, seksi RehabilitasiLahan dan perlindungan kawasan hutan, Kepala

Resor/Kepala unit Bisnis dan 7 jabatan fungsional antara lain jabatan fungsional

perencanaan, pemanfaatan dan pengggunaan kawasan hutan, Pemantauan

manfaat dan guna kawasan, Rehabilitasi dan reklamasi hutan, Pemantauan RRL,

Perlindungan hutan dan konservasi alam, pemberdayaan masyarakat. Namun

demikian secara administrasi pegawai KPH harus memenuhi syarat administrasi

meliputi pangkat, golongan/ ruang, hasil penilaian kinerja,dan tingkat pendidikan

formal atau dengan kata lain pegawai KPH Harus memiliki sertifikasi kompetensi

jabatan struktural atau fungsional yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi

dibidang kehutanan atau pengakuan oleh menteri. Sedangkan pebisnis profesional

disiapkan untuk melaksanakan kegiatan bisnis hutan tanaman jati, bambu, terapi

kesehatan wallacea dengan standar kompetensi tertentu.

Pada tabel disajikan kelompok kompetensi jabatan struktural dan kepala

resort pada Organisasi tipe A yang menunjukan kompetensi yang harus dimiliki

oleh pejabat struktural dalam organisasi KPH.

Tabel 49. Kelompok Kompetensi Jabatan Struktural dan Kepala Unit

Pengelola (Resort) pada Organisasi KPHP Gularaya (unit XXIV)

Kelompok Kompetensi

Jabatan

Ka KPH

Kasi P3KH

Kasi RPKH

Kepala

SBTU

Kepala UP/Resor

t

1 2 3 4 5 6

Kemampuan berpikir V v V V V

Pengelolaan tugas V v V V V Pengelolaan SDM V V V V V

Page 155: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 135

Kelompok Kompetensi

Jabatan

Ka

KPH

Kasi

P3KH

Kasi

RPKH

Kepal

a

SBTU

Kepala

UP/Resor

t

1 2 3 4 5 6

Karakter personal V v V V V Pengelolaan sarpras dan keuangan V v V V V

Pengelolaan program dan kegiatan V v V V Pengelolaan para pihak (komunikasi,negosiasi,konsultasi,fasilitasi, pengelolaan konflik ,dll )

V v V V

Pengelolaan usaha / bisnis V v V V Penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pngelolaan hutan

V v

a. Inventarisasi b. Penataan Hutan c. Penyusunan Pengaturan Hasil d. Penyusunan Rencana

Pengelolaan Hutan

V V V V

V V V V

Penyelenggaraan Pemanfaatan Hutan a. Pemanfaatan kawasan b. Pemanfaatan Jaa Lingkungan c. Pemanfaatan Hasil hutan kayu d. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan

Kayu e. Pemungutan Hasil Hutan Kayu f. Pemungutan Hasil Hutan non

Kayu

V V V V V V

V V V V V v

V V V V V V

V V V V V v

Penyelenggaraan Penggunaan Kawasan Hutan

V v V V

Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan

V V V

Penyelnggaraan Perlindungan Hutan dan konservasi alam

V V V

Pengelolaan informasi dan pengendalian manajemen hutan

V v V V

(c)Penataan dan Pengembangan Personil

Penataan dan pengembangan personil KPH dilakukan berdasarkan analisis

jabatan dan sesuai dengan perkembangan kegiatan. Kekosongan job struktural,

job fungsional dan pelaku bisnis akan diisi sesuai kebutuhan dan kemampuan

organisasi. Adapun rencana kebutuhan pegawai selama 10 tahun dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Page 156: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 136

Tabel 50.Kebutuhan pegawai selama periode 2014 – 2023

No Komponen

Job

2

0

1

4

2

0

1

5

2

0

1

6

2

0

1

7

2

0

1

8

2

0

1

9

2

0

2

0

2

0

2

1

2

0

2

2

2

0

2

3

STRUKTURAL

1 KKPH 1

2 KSBTU 1

3 Kasi P3KH 1

4 Kasi RPKH 1

5 KRPH ( 5 unit ) 1 1 1 1 1

Fungsional

6 Ka Unit Bisnis 1 1 1

7 Perencanaan 1 1

8 Polhut 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2

9 Penataan dan Penggunaan kawasan hutan

1

10 Pemantauan manfaat dan guna hutan

1

11

12

Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Pemantauan RRL

1 1

13 Perlindungan hutan dan konservasi alam

1

14 Pemberdayaan masyarakat

1

15 PEMETAAN/ GIS

1 1 1

16 BENDAHARA 1 1

Page 157: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 137

No Komponen

Job

2

0

1

4

2

0

1

5

2

0

1

6

2

0

1

7

2

0

1

8

2

0

1

9

2

0

2

0

2

0

2

1

2

0

2

2

2

0

2

3

17 PEH 1

18 Staf SBTU 2 1

19 Staf P3KH 2 1

20 Staf RPKH 2 1

21 Staf KRPH 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Jumlah 77 20 11 9 6 6 8 5 4 4 4

Pengadaan personil dapat berasal dari :

1. Permintaan personil yang ada di lingkup Pemda Provinsi Sulawesi

Tenggara dan atau Pemda Kabupaten Konawe Selatan dan Kota

Kendari ,

2. Tenaga Kontrak teknis Kehutanan menengah ( SMKK ) dari Kemenhut;

3. Tenaga Kontrak Basarhut dari Kementrian Kehutanan;

4. Tenaga Pemkab konsel dan Pemkot Kendari;

5. Tenaga Profesional.

K. Penyediaan Pendanaan

Berdasarkan pasal 10 PP no 6 tahun 2007 Pemerintah Pemerintah Provinsi

dan Pemerinah Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya bertanggungjawab

terhadap pembangunan KPH dan infrastrukturnya. Dana untuk pemmbangunan

KPH se-Sulawesi Tenggara berasal dari APBD dan sumber lain yang syah dan tidak

mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Perencanaan pembiayaan harus dilakukan secara terpadu antara pemerintah,

pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota untuk efisiensi

danmenghindari pengadaan suatu sarpras tumpang tindih.

Pembiayaan dengan sumber dana APBN, selain digunakan untuk pembangunan

sarana prasarana juga dimungkinkan untuk membiayai kegiatan pengelolaan

Page 158: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 138

hutan. Menggunakan KPH sebagai bagian penguatan system pengurusan hutan

dengan mewujudkan integrasi program atau konvergensi program kehutanan

nasional, provinsi dan kabupaten/kota (rehabilitasi, inventarisasi, pemberdayaan

masyarakat, dll), sehingga diperoleh sinergisitas kegiatan pembangunan

kehutanan. Dengan banyaknya aktivitas kegiatan kehutanan di lokasi KPH, maka

secara otomatis akan menarik para rimbawan muda untuk bekerja dilapangan.

Pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan yang diusulkan diharapkan

tersedia sesuai kebutuhan baik jumlahnya maupun waktu pelaksanaan kegiatan,

akan tetapi hal ini selalu menjadi masalah, karena sumber sumber pendanaan

pembangunan tidak pernah mencukupi dan selalu terbatas. Selama jangka waktu

pengelolaan 2014-2023 sumber pendanaan pembangunan KPHP Gularaya unit

XXIV diharapkan berasal dari APBN ( Konvergensi kegiatan , Dekonsentrasi), DAK

bidang kehutanan, DAU ( pendamping DAK ), APBD murni Prov Sultra.

Penggalian sumber pembiayaan dari sumber lain yang syah dan tidak

mengikat sangat dimungkinkan, dengan menyampaikan program peluang investasi

yang telah disusun sesuai dengan rencana pengelolaan jangka panjang kepada

lembaga donor. Cukup banyak lembaga donor yang bersedia membantu

pembangunan KPH karena diyakni dengan adanya KPH akan memberikan dampak

positip dalam pengelolaan hutan lestari. Organisasi KPH harus pandai membuat

jejaring dengan berbagai intitusi untuk mempromosikan atau menjual potensi yang

dimilikinya.

L. Penyediaan Sarana dan Prasarana

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, KPH memerlukan sarana prasarana

guna menunjang kegiatan KPH. Berdasarkan Permenhut No 41 tahun 2011 psal 3

dan PP 45 pasal 10 bahwa sarana prasarana KPH terdiri dari :

a. Bangunan kantor.

b. Kendaraan operasional yang meliputi kendaraan roda empat, kendaraan

roda dua dan atau kendaraan perairan.

c. Peralatan kantor yang meliputi : meja dan kursi kerja, lemari kantordan

peralatan elektronik kantor.

Page 159: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 139

d. Peralatan operasional meliputi alat komuknikasi dan perangkat lunak

computer.

e. Perangkat keras computer dan peralatan survey.

f. Sarana pendukung kegiatan pengelolaan hutan misalnya pembuatan pal

batas blok atau petak.

g. Pembuatan jalan pendukung pengelolaan hutan.

h. Perangkat yang berhubungan dengan penglolaan hutan antara lain pal

batas hutan, pos jaga, papan informasi, menara pengawas, sarana

komunikasi dan sarana transportasi.

i. Sarana perlindungan hutan dapat berupa alat pemadam kebakaran

hutan baik perangkat lunak maupun perangkat keras, alat komunikasi,

perlengkapan satuan pengaman hutan, tanda batas kawasan hutan

plang/tanda tanda larangan.

j. Prasarana perlindungan hutan dapat berupa asrama satuan pengaman

hutan, rumah jaga, jalan jalan pemeriksaan, menara pengawas dan parit

batas.

Rencana Kegiatan Penyediaan Sarana dan Prasarana selama jangka 2014 -

2023 di KPHP Gularaya disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 51. Rekapitulasi Rencana Kegiatan Penyediaan Sarana dan

Prasarana KPH Gularaya Jangka 2014– 2023

No Uraian Kegiatan Target

(satuan) Anggaran

(Rp)

1. Pembuatan kantor KRPH 5 unit Pm

2. Sarana Perlindungan hutan Pm Pm

3.. Prasarana perlindungan hutan pm Pm

4. Peralatan Kantor (Meja,kursi, Lemari kantor, elektronik Kantor)

Pm Pm

5.. Peralatan Operasional (alat komunikasi, Perangkat lunak Komputer,Perangkat Keras Komputer, Laptop dan Peralatan Survey)

pm Pm

6.

Sarpras Pendukung Kegiatan Pengelolaan Hutan :

- Pembuatan Pal Batas blok atau petak

- Pembuatan Jalan Pendukung pengelolaan hutan, pembuatan petak

- Pembuatan Pos Jaga, asrama satuan pengaman hutan,Papan Informasi

- Pembuatan menara pengawas

Pm Pm

Page 160: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 140

M. Pengembangan Data Base

Berdasarkan pasal 14, Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2004 tentang

Perencanaan Kehutanan, System Informasi Kehutanan disusun secara berjenjang

yang meliputi nasional, provinsi, kabupaten/kota dan unit pengelolaan atau KPH.

Pengembangan data base KPHP Gularaya merupakan bagian integral dari

pengembangan system informasi kehutanan melalui sinkronisasi dan integras data

kabupaten/kota dan provinsi.

(a) Pengelolaan Data Base KPHP Gularaya

Strategi pengembangan data base KPHP Gularaya adalah mengembangkan

system informasi wilayah kelola KPHP Gularaya yang cepat, akurat dan integratif

dan didukung oleh perangkat system informasi dan data base berbasis web yang

dapat diakses dengan mudah oleh seluruh stakeholders. Dengan demikian, data

base KPHP Gularaya akan menjadi pusat informasi mengenai kekayaan

sumberdaya hutan yang ada dalam wilayah kelola KPHP Gularaya. Dalam

penyelenggaraannya, pengelolaan data base KPHP Gularaya diarahkan menurut

peruntukan sebagai berikut :

a. Date base untuk mendukung system informasi kehutanan secara

berjenjang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 44

Tahun 2004.

b. Date base dengan peruntukan penyelenggaran pengelolaan hutan

ditingkat tapak sesuai tugas dan fungsi KPHP Gularaya.

Jenis data dan informasi wilayah kelola KPHP Gularaya untuk mendukung

system informasi kehutanan secara berjenjang dan terintegrasi meliputi jenis data

sebagaimana disajikan pada tabel 52 berikut ini

Tabel 52. Pengembangan Data Base KPHP Gularaya Dalam Mendukung System Informasi Kehutanan di Tingkat KPH

No Jenis Data Uraian Jenis Data

1. Kawasan dan Potensi Hutan

1. Luas dan letak wilayah kelola KPHP Gularaya 2. Potensi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu 3. Luas areal tertutup dan tidak tertutup hutan 4. Luas dan letak areal penggunaan kawasan hutan dan

pemanfaatan hutan 5. Jenis flora dan fauna 6. Gangguan kemanan hutan 7. Lokasi dan luas areal kebakaran hutan 8. Perlindungan hutan

2. RehabilitasiLahan Kritis 1. Lokasi dan luas Lahan kritis berdasarkan DAS

Page 161: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 141

No Jenis Data Uraian Jenis Data

2. Laju deforestasi dan degradasi 3. Hasil rehabilitasi hutan dan Lahan 4. Luas dan kegiatan reklamasi hutan 5. Pengembangan kegiatan perbeniHan

3. Pemberdayaan Masyarakat

1. Lokasi dan luas hutan desa 2. Jumlah, letak dan luas areal HTR, HKm. 3. Pengembangan PHBM dan Jasa Lingkungan 4.Pengelolaan ekonomi dan peningkatan usaha

masyarakat disekitar hutan. 4. Tata Kelola Kehutanan 1. Jumlah Personil (Pns Dan Non Pns)

2. Alokasi Dan Realisasi Anggaran 3. Sarana Dan Prasarana Pegelolaan Hutan 4. Pelaksanaan dan Pelaporan Audit Kinerja 5. PenyuluHan Kehutanan 6. Hasil Hasil Penelitian

Pengembangan date base dengan peruntukan penyelenggaran pengelolaan

hutan ditingkat tapak sesuai tugas dan fungsi KPHP Gularaya, meliputi jenis data

yang disajikan pada tabel 53 dibawah ini :

Tabel 53.Pengembangan Data Base KPHP Gularaya Untuk Mendukung Pengelolaan Hutan di Tingkat Tapak

No Jenis Data Uraian Jenis Data

1 Kegiatan Pengelolaan Hutan

1. Informasi dan Data Spasial Tata Hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

2. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) 3. Informasi Neraca Sumber Daya Hutan (INSDH) 4. Realisasi dan kemajuan Rencana Pengelolaan

Hutan Jangka Panjang 5. Realisasi dan kemajuan Rencana Pengelolaan

Hutan Jangka Pendek 2 Pencatatan kegiatan fisik

pengelolaan sumber daya hutan

Fungsi ini mengakomodasi pencatatan proses, prosedur dan pelaksanaan pengelolaan hutan baik yang dilaksanakan sendiri KPHP Gularaya atau pun pemegang izin, meliputi seluruh tindakan silvikultur pengelolaan hutan dan tindakan lainya menurut kaidah dan atau tujuan pengelolaan hutan lestari

3 Pencatatan pembiayaan pengelolaan sumber daya hutan

Fungsi ini melakukan pencatatan sumber-sumber pembiayaan dan realisasi, proses perhitungan biaya pengelolaan sumber daya hutan, penerimaan dan pengeluaran pada seluruh pemanfaatan hutan/penggunaan hutan

4 Laporan pelaksanaan pengelolaan sumber daya hutan

Fungsi ini menghasilkan laporan kegiatan fisik dan laporan keuangan dari proses pengelolaan sumber daya hutan yang menjamin akuntabilitas pengelolaan hutan dan keuangan.

Page 162: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 142

(b) Arahan dan Pencapaian Pengembangan Data Base KPHP Gularaya

Tujuan umum pengembangan sistem database dan informasi KPHP

Gularaya adalah :

1. Untuk menyediakan data dan informasi yang dapat diakses dengan

mudah oleh para stakeholders untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pembangunan kehutanan.

2. Sebagai materi promosi investasi dengan menyediakan data potensi

wilayah kelola KPHP Gularaya serta peluang investasi.

3. Untuk menyediakan data dan informasi dalam rangka penelitian dan

pengembangan wilayah kelola KPHP Gularaya.

Pencapaian pengembangan data base dalam rencana pengelolaan hutan

selama 10 tahun KPHP Gularaya diselenggarakan melalui kegiatan sebagai berikut :

Tabel54. Kegiatan Pengembangan Data Base KPHP Gularaya

No

Ruang Lingkup Kegiatan

Target Pencapaian Tahun Ke Indikator

I II

III

IV V VI

VII

VIII IX X

1.

Persiapan

Pembiayaan dan sarana Prasarana

2.

Pembuatan Website KPHP Gularaya

Website KPHP Gularaya

3

Pembuatan Perangkat Sistem Infor masi Teknologi Data Base KPHP Gularaya

Tersedianya system Informasi Teknologi pada KPHP Gularaya

4.

Pembuatan data base, sinkronisasi data dan Pelaporan

Data dan Laporan

Pencapaian pengembangan data base KPHP Gularaya pada aspek system data

dan informasi akan dikembangkan sampai pada tingkat informasi dan data setiap

pohon meliputi jenis, spesies, tempat tumbuh dan perkembangan

pertumbuhanannya, serta mutasi dan neraca sumberdaya hutan.

N. Rasionalisasi Wilayah Kelola

Permasalahan pada wilayah kelola KPHP Gularaya dapat dikatakan belum ada

karena lembaga ini baru akan beroperasi setelah ada alokasi dan mobilisasi

Page 163: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 143

suberdaya misalnya alokasi sumberdaya pendanaan, sumberdaya manusia,

mobilisasi sarana dan prasarana serta adanya rugulasi yang mengatur tentang

administrasi dan kegiatan KPH.

Strategi yang ditempuh adalah proaktif dalam melakukan koordinasi

penjemputan program dan alokasi sumberdaya tersebut. sehinga pemerintah

pusat, provinsi dan kabupaten/kota memaHami peran dan fungsi serta kebutuhan

KPHP yang mendesak. Namun demikian tantangannya adalah bahwa masih

kurangnya pemahaman tentang peran strategis dan pentingnya KPH terhadap

pembangunan daerah dan nasional. Disisi lain keterbatasan dana menjadi kendala

klasik yang harus senantiasa dicarikan solusinya.

O. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali)

Sesuai dengan ketentuan maka kegiatan ini dilakukan minimal 5 (lima) tahun

sekali dalam rangka penyusunn rencana pengelolaan dan peroleHan data terkini.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk

memperoleh data update dan akurat pada masing-masing unit pengelolaan, blok

dan petak, Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan

sesuai arah kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan yang

dicapai.

Kegiatan review Rencana Pengelolaan ini diarahkan untuk mengevaluasi :

1. Bagaimana tingkat keberhasilan kelas perusahaan hutan tanaman jati unggul

seluas 31.024,61Ha, dalam mendukung kemandirian KPH, meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, mendukung upaya pelestarian hutan dan

menciptakan iklim investasi yang kondusif.

2. Mengevaluasi keberhasilan kelas perusahaan bambu 10.136,87Ha.

3. Mengevaluasi keberhasilan kegiatan usaha jasa lingkungan terapi kesehatan

tropis Wallacea berbasis lebah dalam mendukung pelestarian lingkungan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kemandirian KPH.

4. Mengevaluasi Rencana pengelolaan Pemanfaatan Kawasan, HHBK,Jasa

Lingkungan dan carbon trade pada Blok Pemanfaatan Hutan Lindung.

Page 164: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 144

5. Mengevaluasi Rencana pengelolaan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam

Restorasi Ekosistem, Carbon Trade pada Blok Pemanfaatan HHK-HA Hutan

Produksi.

6. Mengevaluasi Pengelolaan HTR terhadap pemegang Izin (KHJL).

7. Mengevaluasi Terwujudnya Pemberdayaan masyarakat melaui skim HTR

terhadap araeal yang sudanh dicadangkan seluas 2.872,95 Ha.

8. Mengevaluasi terwujudnya Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat melalui skema

HTR dan HKm/HD pada areal Blok Pemberdayaan Hutan Produksi seluas

2.822,51Ha.

9. Mengevaluasi prospek penjualan karbon (carbon trading).

10. Mengevaluasi Penyelesaian masalah konflik tenurial yang berhasil difasilitasi

melalui pemberdayaan yang telah dilakukan oleh KPH.

11. Mengevaluasi pelaksanaan PPK BLUD dengan core buseness hutan tanaman

jati eks HTI, hutan bambu, terapi tropis Wallacea.

12. Mengevaluasi, aktifitas pembinaan dan kemitraan KPH Gularaya dengan

pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

13. Mengevaluasi efektifitas dan keberhasilan perlindungan dan pengamanan

hutan dalam wilayah kelola KPHP Gularaya yang telah dilakukan selama 5

tahun.

P. Pengembangan investasi

Pengembangan investasi diarahkan kepada para pemegang izin skala besar

maupun skala kecil seperti,IUPHHK-HTR. Disamping peserta HKm, Hutan Desa,

pelaku ekonomi lainnya terutama pelaku ekonomi berbasis kehutanan skala kecil,

dapat kami uraikan sebagai berikut :

a. Masalah

• Indikasi masih adanya praktek illegal dalam pemanfaatan hasil hutan.

• Peluang dan prospek investasi pada kawasan KPH belum diketahui luas

oleh calon investor.

• Kebijakan Investasi bidang usahapemanfaatan hasil hutan dan

penggunaan kawasan tertentu kurang menarik minat investor karena

Page 165: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 145

prosedur perijinan yang berbelit-belit dan biaya tinggi, lemahnya insentif

dan rendah kapastian hukum.

b. Sasaran

• Peningkatan investasi sektor usaha kehutanan yang dikelola secara

menguntungkan, lestari dan berkelanjutan.

• Menyerap investasi baik internal maupun eksternal (pihak ketiga) guna

pengembangan dan pengelolaan hutan pada wilayah tertentu.

c. Prioritas Arah Kebijakan

• Mengurangi biaya transaksi dan praktek ekonomi biaya tinggi baik untuk

tahap memulai maupun operasinal bisnis.

• Menata aturan main yang jelas dan pemangkasan birokrasi dengan

prinsip transparansi dan tata pemerintahan yang baik.

d. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanan

1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi meliputi:

• Penyerderhanaan prosedur pelayanan penanaman modal.

• Pemberian insentive yang menarik.

• Konsolidasi perencanaan peluang investasi.

• Pengembangan sistim informasi peluang investasi pada KPHP

Gularaya.

• Pengkajian regulasi bidang investasi sektor kehutanan.

• Melakukan kontrak kerjasama investasi pengelolaan hutan pada

wilayah tertentu.

2. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi meliputi:

• Penyediaan saran dan prasana daerah terkait investasi di sektor

usaha kehutanan.

• Fasilitasi terwujudnya kerjasama antara usaha besar dan UKM.

• Promosi Peluang dan Prospek investasi pada kawasan KPHP

Gularaya.

• Mendorong dan menfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama

di bidang investasi sektor usaha kehutanan dengan instansi terkait

dan dunia usaha.

Page 166: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 146

Berdasarkan PP 44 tahun 2004 pasal 32 menyatakan bahwa pada unit

pengelolaan hutan dibentuk institusi pengelola yang bertanggungjawab terhadap

penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi perencanaan pengelolaan,

pengorganisasian,pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian dan pengawasan.

Organisasi KPH adalah organisasi pemerintah daerah yang mempunyai fungsi

pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan hutan

diwilayahnya. Disisi lain organisasi KPH adalah organisasi pengelolaan hutan

ditingkat tapak yang perlu dibina oleh institusi pengurusan yaitu Kementrian

Kehutanan,Gubernur dan Bupati/Walikota.

Kepala KPHP Gularaya wajib melaksanakan pembinaan, pemantauan dan

evaluasi atas pelaksanaan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang izin

seperti izin pemanfaatan hutan, izin penggunaan kawasan hutan,pelaksanaan

rehabilitasi hutan, pelaksanaan reklamasi hutan diwilayah KPHnyadan wajib

melaporkan setiap 3 (tiga) bulan kepada menteri dengan tembusan kepada

gubernur dan bupati/walikota. Disamping itu kepala KPHP Gularaya juga

berkewajiban melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap

kegiatan sebagaimana tugas pokok dan fungsi dari organisasi KPH.

Page 167: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 147

Sistem monitoring dan evaluasi dalam wilayah pengelolaan hutan dalam suatu

wadah KPH merupakan salah satu komponen utama dalam system pemantauan

dan pengendalian. Sistem pemantauan dan pengendalian itu sendiri merupakan

suatu perangkat system yeng bertugas untuk membangkitkan dan menyediakan

informasi sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk

memberikan umpan balik sehingga seluruh dinamika system manajemen dapat

dijaga pada status dan kondisi yang diinginkan.

Sebagaimana dijelaskan pada tujuan, tugas pokok dan fungsi KPH, maka

system monitoring dan evaluasi yang dikembangkan Haruslah merupakan bentuk

umpan balik yang positip yaitu perangkat pemantauan dan pengendalian yang

mempunyai kapasitas untuk mengakses system manajemen dan melakukan

perubahanterhadap sitemnya sendiri apabila memang diperlukan.Dengan demikian

maka system monitoring dan evaluasi akan mencakup; (i) Seluruh tingkat (level)

dan perangkat organisasi, (ii)input,proses dan output yang dilaksanakan oleh KPH

(iii) fungsi fungsi yang dijalankan KPH.

Didalam proses manajemen monitoring dan evaluasi dapat mengambil

bagiandihampirseluruhtingkatan baikditingkat perencanaan,tingkatan operasional

kegiatan (implementasi) maupun tingkatan pasca implementasi. Evaluasi ditujukan

untuk membuat justifikasi terhadap rencana yang dibuat, pencapaian tujuan dan

pelaksanaan rencana serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan maupun

kinerja manajemen dilingkup KPH sendiri.

Page 168: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 148

Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Gularaya tahun 2014 -2023 inidiharapkan

dapat menjadi arah atau pedoman pengurusan/pembangunan kehutanan untuk

dapat mencapai kondisi dimana tahun 2023 nanti dapat terbangun sesuai dengan

visi dan misi pembangunan KPHP Gularaya.

Diawal beroperasinya KPHP Gularaya tentu banyak menjumpai berbagai

kendala seperti Sarpras yang kurang memadai, SDM handal masih minim,regulasi

yang belum lengkap disamping belum memiliki pengalaman dalam tindakan

pengelolaan hutan lestari.

Kondisi areal wilayah kerja seluas 115.363,01 hektar disamping menyimpan

potensi yang menjanjikan manfaat untuk pembangunan daerah,peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup,ternyata

juga berpotensi untuk terjadinya degradasi fungsi lahan, deforestasi sebagai akibat

dari kegiatan pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan untuk non

kehutanan dan aktifitas illegal dibidang kehutanan lainnya.

Arahan dalam Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Gularaya tahun 2014 -

2023ini sangat diharapkan dapat mewujudkan lembaga KPH yang mandiri, menjadi

KPHP percontoHan sesuai dengan SK-nya sebagai KPH Model di Indonesia dan,

dapat mewujudkan kawasan hutan yang mantap, pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan yang optimal, Laju rehablitasi yang harus melebihi laju

degradasi/deforestasi, menurunnya angka degradasi dan deforestasi, optimalnya

pengelolaan kawasan konservasi, dengan kesetaraan antara perlindungan hutan,,

pengawetan dan pemanfaatan,terinternaliasinya komitmen dan kesepakatan

daerah, nasional sektor kehutanan dalam kebijakan dan pelaksanaan pembanguan

kehutanan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Proses penyusunan rencana pengeloloaan hutan ini yang melibatkan berbagai

pihak dan sektor diharapkan dapat terbangun dukungan kuat dari para pihak dan

sektor terkait dalam implementasinya

Page 169: RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGkph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/RPHJP_GULARAYA.pdf · multipihak 8. Meningkatkan pelayanan masyarakat melalui optimalisasi fungsi hutan

RPHJP KPHP Model Gularaya 2014– 2024 149

PUSTAKA ACUAN

KementerianKehutanan(Kemenhut),2010.Rencana Kehutanan Tinkat Nasional Tahun 2010-2029. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

___________________ 2009a. kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman rakyat. Direktorat Bina Pembangunan HutanTanaman. Kementrian Kehutanan. Jakarta.

DKN (Dewan Kehutanan Nasional), 2008. Meniti Langkah Membangun Pilar Kehutanan:prioritas Revisi Regulasi Pengelolaan Hutan Alam dan Hutan Tanaman.Jakarta

___________________2009b.Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Direktorat Bina Pembangunan Hutan Tanaman. Kementrian Kehutana.Jakarta.

___________________________, 2009. Prioritas Pembangunan Kehutanan: Menyelamatkan Kekayaan Multi-fungi Hutan dan Mewujudkan Keadilan Alokasi Pemanfaatan Hutan. Jakarta

Ribot,J.C.and N. Peluso,2003. A Theory ofAccess. Rural Sociology 68 (2): 152-181.

Hawitt, sally. 2009. Discoure Analysis and Public policy research. Centre For Rural Economy, Discussion Paper series No. 24, 2009. New Castle University.

Shore,Crish dan Susan Wright. 1997. Policyfield of anthopology. Di dalam:logy of Policy; Critical Perspecive on Governan and power, (Cris Shore dan Susan Wright ,eds). Routledge. London and New York.