Upload
doanduong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT PENANGANAN KONFLIK, TENURIAL DAN HUTAN ADAT
DIREKTORAT JENDERAL PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
T AHUN 2015 - 2019
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………….……….……………….. ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Kondisi Umum ................................................................... 1
B. Dukungan Kelembagaan ..................................................... 3
C. Capaian Hingga Tahun 2015 ............................................... 6
D. Potensi dan Permasalahan .................................................. 8
BAB II. VISI, MISI DAN SASARAN ................................................. 10
A. Visi dan Misi ...................................................................... 10
B. Tujuan dan Sasaran ........................................................... 12
BAB III. ARAH DAN KEBIJAKAN STRATEGIS ................................. 14
A. Arah Kebijakan .................................................................. 14
B. Strategi Pencapaian ........................................................... 16
C. Kerangka Regulasi ............................................................. 22
D. Kerangka Kelembagaan ...................................................... 23
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ............. 24
A. Komponen Kegiatan ........................................................... 24
B. Target Kinerja ................................................................... 25
C. Kerangka Pendanaan ......................................................... 26
BAB V. PENUTUP .............................................................................. 28
RENSTRA PKTHA 2015-2019 1
I. PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum
Rencana Strategis (Renstra)
Direktorat Penanganan Konflik,
Tenurial dan Hutan Adat (PKTHA)
2015 – 2019 ini merupakan satu
kesatuan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Nasional Tahun 2015-2019,
sekaligus penjabaran dari Renstra
Direktorat Jenderal Perhutanan
Sosial dan Kemitraan Lingkungan
(PSKL) Tahun 2015 – 2019. Renstra Direktorat PKTHA Tahun 2015-2019 ini juga merupakan
acuan umum bagi perencanaan dan pelaksana kegiatan pembangunan di lingkup Direktorat
PKTHA dan UPT yang berada di bawahnya.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 3 huruf
d, bahwa penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang
berkeadilan dan berkelanjutan dengan meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan
lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan
terhadap akibat perubahan eksternal. Selanjutnya dalam Pasal 23 juga disebutkan bahwa
pengelolaan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan
seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya.
Lebih lanjut dijelaskan dalam penjelasan Pasal 23 bahwa hutan sebagai sumberdaya
nasional harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi masyarakat sehingga tidak boleh terpusat
pada seseorang, kelompok atau golongan tertentu. Oleh karena itu, pemanfaatan hutan harus
didistribusikan secara berkeadilan melalui kegiatan peran serta masyarakat, sehingga
masyarakat semakin berdaya dan berkembang potensinya. Manfaat yang optimal bisa terwujud
apabila kegiatan pengelolaan hutan dapat menghasilkan hutan yang berkualitas tinggi dan lestari
serta bebas dari konflik pengelolaan sumber daya alam.
RENSTRA PKTHA 2015-2019 2
Pendahuluan
Perhutanan sosial dilaksanakan melalui pemberian akses legal kepada masyarakat
setempat berupa HKm, HD, HTR, Kemitraan, Pengembangan Hutan Rakyat, dan pemberian akses
pembiayaan melalui pinjaman dana bergulir untuk meningkatkan modal dan akses pasar yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan, jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Kegiatan-kegiatan
dilapangan antara lain fasilitasi usulan areal, verifikasi usulan, peningkatan kapasitas dan
penguatan kelembagaan; devolusi dan desentralisasi kewenangan Menteri sampai ditingkat
tapak seperti perencanaan kawasan, penguatan usaha.
Pada tahun 2012 Mahkamah Konstitusi menerbitkan putusan MK Nomor 35 Tahun
2012 yang membatalkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 bahwa hutan
adat bukan merupakan hutan negara. Sedangkan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tidak dibatalkan. Dalam Pasal 67 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan
bahwa masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui
keberadaanya berhak melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
sehari masyarakat adat yang bersangkutan, melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan
hukum adat yang berlaku dan tidak bertengtangan dengan undang-undang, dan mendapatkan
pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Untuk pengaturan masyarakat
hukum adat telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.
Sementara itu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.18/Men.
LHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
dalam Pasal 1005 mengamanatkan bahwa Direktorat Jenderal PSKL mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan
hutan, penanganan hutan adat,
dan kemitraan lingkungan.
Dalam menyelenggarakan tugas
dan fungsinya, Direktorat
Jenderal PSKL didukung dengan
perangkat organisasi yang
terdiri dari: (1) Sekretariat
Direktorat Jenderal PSKL; (2)
Direktorat Penyiapan Kawasan
RENSTRA PKTHA 2015-2019 3
Pendahuluan
Perhutanan Sosial; (3) Direktorat Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat; (4) Direktorat
Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Hutan Adat; (5) Direktorat Kemitraan Lingkungan.
B. Dukungan Kelembagaan
Selanjutnya, Pasal 1051 mengamanatkan bahwa Direktorat Penanganan konflik, Tenurial
dan Hutan Adat melaksanakan tugas penyiapan perumusan, pelaksanaan, koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan, bimbingan teknis, evaluasi bimbingan teknis, dan supervisi pelaksanaan
urusan di daerah bidang penanganan konflik pengelolaan hutan, penanganan tenurial dan hutan
adat. Dalam melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud dalam Pasal 1051, Direktorat
Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat menelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. perumusan kebijakan di bidang penanganan konflik pengelolaan hutan, penanganan
tenurial dan hutan adat, serta perlindungan kearifan lokal;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penanganan konflik pengelolaan hutan, penanganan
tenurial dan hutan adat, serta perlindungan kearifan lokal;
c. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang penanganan konflik pengelolaan
hutan, penanganan tenurial dan hutan adat, serta perlindungan kearifan lokal;
d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penanganan
konflikpengelolaan hutan, penanganan tenurial dan hutan adat, serta perlindungan
kearifan lokal;
e. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang
penanganan konflik pengelolaan hutan, penanganan tenurial dan hutan adat, serta
perlindungan kearifan lokal;
f. pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan urusan penanganan konflik pengelolaan
hutan, penanganan tenurial dan hutan adat, serta perlindungan kearifan lokal; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Untuk itu, sebagaimana amanat pasal 1052, Direktorat Penanganan Konflik, Tenurial dan
Hutan Adat, di lengkapi dengan beberapa subdirektorat sebagai berikut::
a. Subdirektorat Pemetaan Konflik;
b. Subdirektorat Penanganan Konflik;
c. Subdirektorat Penanganan Tenurial;
d. Subdirektorat Pengakuan Hutan Adat dan Perlindungan Kearifan Lokal;dan
e. Subbagian Tata Usaha.
RENSTRA PKTHA 2015-2019 4
Pendahuluan
Dari penjabaran di atas dapat digambarkan dalam Gambar 1 di bawah ini struktur
organisasi Direktorat :
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Direktorat PKTHA
Direktorat PKTHA merupakan unit eselon II yang baru terbentuk di bawah Direktorat
Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (Ditjen. PSKL) sebagai konsekuensi
penggabungan Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup berdasarkan
penggabungan kedua Kementerian tersebut membawa konsekuensi adanya penggabungan dan
pembagian Sumberdaya Manusia (SDM). Sesuai dengan Surat Keputusan penempatan pegawai,
jumlah pegawai Diretorat PKTHA adalah 32 orang. Berikut ini kondisi SDM Direktorat PKTHA :
Tabel 1. Kondisi Kepegawaian Direktorat PKTHA Berdasarkan Status Kepegawaian
No. STATUS KEPEGAWAIAN JUMLAH %
1 PNS/ CPNS 26 81,25
2 Pegawai Harian Lepas 6 18,75
Total 32 100,00
Sumber: Data kepegawaian November 2015
RENSTRA PKTHA 2015-2019 5
Pendahuluan
Tabel 2. Kondisi Kepegawaian Direktorat PKTHA Berdasarkan Distribusi
No. DISTRIBUSI JUMLAH %
1 Direktur PKTHA 1 3,13
2 Subdit Pemetaan Konflik 6 18,75
3 Subdit Penanganan Konflik 8 25,00
4 Subdit Penanganan Tenurial 6 18,75
5 Subdit Hutan Adat dan Perlindungan Kearifan Lokal
7 21,87
6 Subbag Tata Usaha 4 12,50
Total 32 100,00
Sumber: Data kepegawaian November 2015
Tabel 3. Kondisi Kepegawaian Direktorat PKTHA Berdasarkan Jabatan
No. JABATAN JUMLAH %
1 Struktural 14 43,75
2 Fungsional Umum 12 37,50
3 Non Fungsional 6 18,75
Total 32 100,00
Sumber: Data kepegawaian November 2015
Tabel 4. Kepegawaian Direktorat PKKTHA Berdasarkan Jenjang Pendidikan
No. PENDIDIKAN JUMLAH %
1 SLTA 0 0
2 Diploma III (D3) 3 9,38
3 Sarjana (S.1)/ Diploma IV (D IV) 19 78,12
4 Pascasarjana (S.2) 10 31,25
5 Doktor (S.3) 0 0
Total 32 100,00
Sumber: Data kepegawaian Oktober 2015
RENSTRA PKTHA 2015-2019 6
Pendahuluan
Tabel 5. Kondisi Kepegawaian Direktorat PKTHA Berdasarkan Usia
No. USIA JUMLAH %
1 >55 0 0
2 50 - 55 4 12,50
3 45 - 50 3 9,38
4 40 - 45 9 28,12
5 35 - 40 3 9,38
6 30 - 35 5 15,62
7 25 - 30 8 25,00
8 <25 0 0
Total 32 100,00
Sumber: Data kepegawaian Oktober 2015
C. Capaian Hingga Tahun 2015
Direktorat Penanganan Konflik, Tenuriual dan Hutan Adat merupakan Derektorak yang baru
setelah adanya penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Likungan Hidup
menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, sehinggan
pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerja tahun 2014 belum ada.
Pada tahun 2015, capaian kinerja didasarkan pada 3 indikator kunci. Indikator kunci
pertama (IKK 1) mengacu pada luas areal konflik tenurial yang terselesaikan dalam kaitannya
dengan pengelolaan Perhutanan Sosial dan Hutan Adat. Indikator kunci kedua (IKK 2) mengacu
pada Pengembangan kebijakan penanganan konflik tenurial dan hutan adat berupa Keputusan
Menteri LHK, Draf Peraturan Menteri LHK, peraturan dirjen dan draft peraturan dirjen.
Sedangkan indicator kunci ketiga (IKK 3) mengacu pada peningkatan kapasitas asesor dan
mediator konflik.
RENSTRA PKTHA 2015-2019 7
Pendahuluan
Tabel 6. Capaian kinerja IKK 1 Tahun 2015
No. Kegiatan Target (Ha) Realisasi (Ha) (%) Keterangan
1. Penanganan konflik tenurial dalam kaitannya dengan Perhutanan Sosial
200.000
108.302
54,15
2. Pengakuan hutan adat dan kearifan lokal
-
1.050 -
Berdasarkan tabel di atas terdapat 2 (dua) bentuk realisasi/ hasil kegiatan sesuai dengan
IKK 1, yaitu realisasi yang sudah selesai berupa : telah ada MoU, selesai dengan pernyataan/
rekomendasi dan berupa pengakuan hutan adat dari target seluas 200.000 Ha yang dapat
diselesaikan seluas 109.352 Ha atau 54,68 %. Namun realisasi masih dalam proses karena
penanganan konflik tenurial dan penetapan hutan adat perlu waktu dan berproses seluas
182.414,81 Ha atau 91,21 %.
Tabel 7. Capaian kinerja IKK 2 Tahun 2015
Kegiatan Target (Regulasi)
Realisasi (Regulasi)
(%) Keterangan
Pengembangan kebijakan penanganan konflik tenurial dan hutan adat berupa Keputusan Menteri LHK, Draf Peraturan Menteri LHK, peraturan dirjen dan draft peraturan dirjen.
7
7
100
1. Peraturan Menteri LHK tentang Hutan Hak
2. Peraturan Menteri LHK tentang penanganan konflik tenurial Kawasan Hutan
3. Rancangan Peraturan Menteri LHK tentang kearifan Lokal
4. Peraturan Direktur Jenderal PSKL tentang Verifikasi dan Validasi Hutan Hak
5. Peraturan Direktur Jenderal PSKL tentang Asesmen Konflik Tenurial
6. Peraturan Direktur Jenderal PSKL tentang Penanganan Konflik.
7. Peraturan Direktur Jenderal PSKL tentang Penanganan Tenurial
Berdasarkan tabel 7 di atas target kinerja IKK 2 tahun 2015 sebanyak 7 (tujuh) regulasi
(peraturan menteri, draft peraturan menteri, peraturan dirjen dan draft peraturan dirjen) dapat
direalisasikan sebanyak 7 regulasi atau 100 %. Untuk draft peraturan menteri dan draft
peraturan dirjen yang belum ditandatangani akan dilanjutkan pembahasannya pada tahun 2016.
RENSTRA PKTHA 2015-2019 8
Pendahuluan
Tabel 8. Capaian kinerja IKK 3 Tahun 2015
Kegiatan Target (Org) Realisasi (Org) (%) Keterangan
Peningkatan kapasitas asesor dan mediator
50 50 100 Terdiri dari 25 orang asesor dan 25 orang mediator
Berdasarkan tabel 8 di atas target kinerja IKK 3 tahun 2015 sebanyak 50 Orang (25 orang
asesor dan 25 orang mediator) dapat direalisasikan sebanyak 50 Orang (25 orang asesor dan 25
orang mediator) atau 100 % dari target yang telah ditetapkan.
D. Potensi dan Permasalahan
Potensi dan permasalahan dalam rangka pelaksanaan mandat, tugas dan fungsi
Direktorat PKPS dapat diidentifikasi dan diekstraksi dari isu-isu strategis yang berkembang,
baik internal maupun eksternal. Berikut ini beberapa isu strategis yang berkembang saat ini.
1. Komitmen Pemerintah pada kabinet kerja periode 2015-2019 yang cukup tinggi.
2. Dukungan Mitra Kerja cukup tinggi.
3. Kesiapan Perhutanan Sosial sebagai tool untuk penyelesaian konflik tenurial.
4. Dukungan dari Pemerintah Daerah yang cukup tinggi.
5. Dukungan dari Masyarakat yang cukup tinggi.
6. Harapan publik yang cukup tinggi.
7. Dibentuknya Satgas Pengakuan Hutan Adat oleh Presiden
8. Potensi pemberian akses kelola Perhutanan Sosial yang tidak tepat sasaran (free rider).
9. Belum tersedia kelembagaan pusat di tingkat tapak (UPT) dalam mengawal kebijakan
Penanganan Konflik Tenurian dan Hutan Adat
Berdasarkan ekstraksi dari isu-isu strategis di atas, serta hasil-hasil identifikasi,
monitoring dan evaluasi,maka lingkungan strategis Direktorat PKTHA dapat dipetakan
menurut kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, sebagaimana yang tercantum dalam table
berikut:
RENSTRA PKTHA 2015-2019 9
Pendahuluan
Tabel 9. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan
KEKUATAN KELEMAHAN
Komitmen Politik Nasional tinggi (RPJMN 2015-2019)
Dibentuknya Satgas Pengakuan Hutan Adat oleh Presiden
Dukungan dari pemerintah daerah
Dukungan dari kalangan LSM dan masyarakat
Partisipasi aktif dari para pihak dalam pengaduan kasus-kasus konflik tenurial
Kultur kerja multi pihak
Belum memiliki UPT
Minimnya NSPK
Perencanaan dan Dukungan anggaran yang minim dan belum efektif / tepat sasaran
Kompetensi SDM yang belum multi background
Keterpaduan lintas kementerian masih lemah
Koordinasi dan komunikasi dengan daerah
Informasi kasus-kasus konflik tenurial dan hutan adat masih terbatas
PELUANG ANCAMAN
Konflik tenurial dan hutan telah menjadi isu nasional
Adanya inisiatif dari daerah untuk membentuk unit kerja penanganan konflik
Adanya dukungan politik lokal untuk melakukan pengakuan hutan adat
Tersedianya tenaga asesor dan mediator untuk penanganan konflik tenurial
Jumlah kasus konflik tenurial di tingkat
nasional sangat besar
Ketersediaan data untuk penanganan konflik tenurial dan pengakuan hutan adat masih terbatas
Inkonsistensi pendampingan baik oleh Pemerintah maupun LSM
Adanya potensi konflik dengan kelompok yang memiliki kekuatan politik dan modal
RENSTRA PKTHA 2015-2019 10
II. VISI, MISI, DAN SASARAN
A. Visi dan Misi
Melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015 – 2019,
Presiden menetapkan kebijakan dan
agenda pembangunan nasional
selama 5 (lima) tahun masa
pemerintahannya. RPJMN 2015 –
2019 disusun sebagai penjabaran Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla—dengan menggunakan rancangan teknokratik yang disusun Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional – Bappenas dan berpedoman pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025. Visi pembangunan nasional untuk tahun 2015 –
2019 adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-royong”.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut—ditempuh melalui pelaksanaan 7 (tujuh) Misi
Pembangunan—yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
RENSTRA PKTHA 2015-2019 11
Visi, Misi dan Sasaran
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
RPJMN 2015 – 2019 juga menetapkan Strategi Pembangunan Nasional yang meliputi Norma
Pembangunan, Dimensi Pembangunan, kondisi yang diperlukan, dan quickwins (hasil
pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya).
Gambar 2. Strategi Pembangunan Nasional
Selain itu, dirumuskan pula 9 (sembilan) agenda prioritas—yang akan menjadi jalan
perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan. Kesembilan agenda prioritas—yang disebut NAWA CITA—
tersebut adalah:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman kepada seluruh warga negara.
RENSTRA PKTHA 2015-2019 12
Visi, Misi dan Sasaran
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
RPJMN 2015 – 2019 juga mengarahkan pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Nasional yang
mencakup (1) Sasaran Makro; (2) Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat; (3) Sasaran
Pembangunan Sektor Unggulan; (4) Sasaran Dimensi Pemerataan; (5) Sasaran Pembangunan
Wilayah dan Antarwilayah; dan (6) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.
B. Tujuan dan Sasaran
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan merumuskan tujuan pembangunan tahun
2015 – 2019—yaitu memastikan kondisi lingkungan
berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk
kehidupan manusia dan sumberdaya berada pada
rentang populasi yang aman, serta secara paralel
meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk
memberikan sumbangan bagi perekonomian
nasional. Berdasarkan tujuan pembangunan tersebut, peran utama Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan meliputi (1) menjaga kualitas lingkungan hidup yang memberikan daya
dukung, pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai), keanekaragaman
hayati, serta pengendalian perubahan iklim; (2) menjaga luasan dan fungsi hutan untuk
kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered
species; (3) memelihara kualitas lingkungan hidup, menjaga hutan, dan merawat keseimbangan
ekosistem dan keberadaan sumberdaya.
RENSTRA PKTHA 2015-2019 13
Visi, Misi dan Sasaran
Sementara itu, sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015
– 2019 adalah (1) menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung
lingkungan, ketahanan air, dan kesehatan masyarakat; (2) memanfaatkan potensi sumberdaya
hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat yang berkeadilan; dan (3) melestarikan keseimbangan ekosistem dan
keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan.
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: P.18/MenLHK-II/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (Bab XI)—Direktorat Penanganan Konflik, Tenurial, dan Hutan Adat
(PKTHA) merupakan salah satu bagian dari Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan (PSKL). Ditjen PSKL memiliki Sasaran Program dan Indikator Kinerja
Program (IKP) sebagai berikut:
1. Meningkatnya akses pengelolaan hutan oleh masyarakat (S3.P4.1).
Indikator Kinerja Program: luas hutan yang dikelola masyarakat meningkat setiap
tahun (S3.P4.1.IKP).
2. Meningkatnya upaya penyelesaian konflik dan tenurial di kawasan hutan (S3.P4.2).
Indikator Kinerja Program: luas hutan yang diselesaikan konfliknya meningkat
setiap tahun (S3.P4.2.IKP).
3. Meningkatnya perilaku peduli lingkungan dan kehutanan (S3.P4.3).
Indikator Kinerja Program: jumlah role model peduli lingkungan dan kehutanan
meningkat setiap tahun (S3.P4.3.IKP).
Direktorat Penanganan Konflik, Tenurial, dan Hutan Adat (PKTHA) akan berperan dalam
mewujudkan Sasaran Program ke dua (S3.P4.2)—yaitu “meningkatnya upaya penyelesaian
konflik dan tenurial di kawasan hutan”. Adapun—Sasaran Kegiatan Penanganan Konflik,
Tenurial, dan Hutan Adat—adalah meningkatnya penyelesaian konflik bidang lingkungan hidup
dan kemitraan (S3.P4.K4). Indikator Kinerja Kegiatan PKTHA meliputi (1) luasan areal konflik
yang terselesaikan dalam kaitannya dengan pengelolaan HTR – Hutan Tanaman Rakyat, HKm –
Hutan Kemasyarakatan, HD – Hutan Desa, HR – Hutan Rakyat, dan Kemitraan sampai dengan
tahun 2019 seluas 12,7 juta hektar (S3.P4.K4.IKKa); (2) seluruh (100 %) hutan adat
diidentifikasi, dipetakan dan ditetapkan pengelolaannya oleh masyarakat adat (S3.P4.K4.IKKb).
RENSTRA PKTHA 2015-2019 14
III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan
Mengacu pada Indikator
Kinerja Kegiatan yang tercantum
dalam Rencana Strategis
Pembangunan Perhutanan Sosial
dan Kelola Lingkungan, maka arah
kebijakan penanganan konflik,
tenurial dan hutan adat
dirumuskan ke dalam dalam 5
paket sebagai berikut:
1. Paket I. Kelembagaan dan Prosedur
Di dalam paket ini arah kebijakan penaganan konflik, tenurial, dan hutan adat didorong
untuk melakukan penyiapan berbagai regulasi yang diperlukan dan juga pedoman yang
dibutuhkan.
a. Penyiapan segenap regulasi setingkat menteri dan dirjen yang mendukung proses
penaganan konflik, tenurial dan hutan adat
b. Penyiapan segenap pedoman yang akan menjadi standar operasional penangnan
konflik, tenurial dan hutan adat
2. Paket II. Organisasi dan Pendukung
Di dalam paket ini arah kebijakan didorong untuk melakukan pengembangan organisasi
di tingkat tapak dan pusat beserta pendukungnya yang akan menjadi basis operasional
penanganan konflik, tenurial, dan hutan adat. Paket ini akan diarahkan untuk melakukan:
a. Penyiapan segenap desk konflik di tingkat propinsi dan UPT yang akan menjadi unit
layanan konflik, tenurial, dan hutan adat di daerah.
b. Penyiapan asesor dan mediator untuk memenuhi kebutuhan tenaga penanganan
konfli, tenurial, dan hutan adat di tingkat lapangan.
3. Paket III. Penanganan Konflik dan Tenurial
Di dalam paket ini arah kebijakan didorong untuk melakukan proses penanganan konflik
dan tenurial sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, dan mengacu pada tarket
RENSTRA PKTHA 2015-2019 15
Arah Kebijakan dan Strategi
yang telah ditetapkan dalam renstra Direktorat Perhutanan Sosial dan Kemitraan
Lingkungan. Paket ini akan diarahkan untuk melakukan:
a. Pemetaan konflik dan tenurial sebagai upaya untuk pengumpulan data dan informasi
terhadap kasus-kasus yang telah tercatat. Pencatatan kasus bisa ditempuh dengan
dua mekanisme, yaitu pasif dan aktif. Mekanisme pasif dilakukan melalui pengaduan
masyarakat, sedangkan mekanisme aktif dilakukan melalui mekanisme pemantauan
oleh unit-unit penanganan konflik di tapak maupun di pusat.
b. Penyelesaiaan konflik dan tenurial sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan
target yang sudah ditetapkan dalam renstra Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial
dan Kemitraan Lingkungan. Penyelesaian konflik dan tenurial bisa dilakukan melalui
mekanisme mediasi atau negosiasi. Rekomendasi bisa berupa pilihan-ilihan yang
mengacu pada skema Perhutanan Sosial, Penegakan Hukum atau opsi-opsi lain.
4. Paket IV. Penanganan Hutan Adat
Di dalam paket ini arah kebijakan
didorong untuk melakukan
pengakuan hutan adat sesuai dengan
prosedur dan mekanisme yang telah
ditetapkan. Terdapat dua arah
kebijakan yang akan dialkukan dalam
kompenen ini:
a. Verifikasi dan validasi hutan adat
yang sebelumnya telah diusulkan
oleh masyarakat adat. Kebijakan ini
diarahkan sebagai upaya untuk memperoleh gambarah utuh dan presisi memadai
terhadap potensi hutan adat yang diusulkan, tidak terkecuali potensi para
pengelolanya. Verivikasi dan validasi dilakukan sesuai dengan pedoman yang telah
diatur oleh peraturan perundangan.
b. Penetapan hutan adat sebagai bentuk pengakuan pemerintah terhadap alas hak
komunal masyarakat atas sumber dayanya. Sebagaimana verifikasi dan validasi,
penetapan hutan adat juga didasarkan atas mekanisme yang ada di dalam peraturan
perundangan, dan ditujukan untuk memenuhi target sebagaimana yang tercantum
dalam Renstra Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan.
5. Paket V. Pengelolaan Pengetahuan dan Sistem Informasi
Di dalam paket ini arah kebijakan didorong untuk mengembangkan pengelolaan
pengetahuan dan system informasi yang terkait dengan penanganan konflik, tenurial dan
hutan adat. Dalam rangka itu, maka paket ini memiliki dua arah kebijakan, yaitu:
RENSTRA PKTHA 2015-2019 16
Arah Kebijakan dan Strategi
a. Pengelolaan pengetahuan, yaitu bagaimana mengembangkan model pembelajaran
dalam penanganan konflik, tenurial dan hutan adat yang berbasis pada praktik-
praktik unggulan. Pengelolaan pengetahuan diarahkan untuk menjadi basis referensi
bagi perbaikan tata penyelenggaraan penangan konflik, tenurial, dan hutan adat.
b. Pengembangan system informasi sebagai bagian dari upaya pembangunan basis data
pendukung bagi penanganan konflik, tenurial dan hutan adat yang transparan dan
bisa diakses oleh publik. Pengembangan system informasi juga diarahkan sebagai
media strategis untuk melakukan promosi kepada publik tentang praktik-praktik
unggulan dalam penanganan konflik, tenurial dan hutan adat.
Gambar 3. Diagram arah kebijakan penanganan konflik, tenurial dan hutan adat
B. Strategi Pencapaian Strategi pencapaian indikator kinerja penanganan konflik, tenurial dan hutan adat secara
umum mengacu pada strategi pencapaian yang telah dirumuskan dalam Rencana Strategis Ditjen
Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan 2015-2019. Jika strategi pencapaian di tingkat
Ditjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) diarahkan pada tingkatan program,
strategi pencapaian Direktorat Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat (PKTHA)
dirumuskan pada tingkatan kegiatan dan komponen, sebagaimana tergambar di bawah ini:
IKK1 dan IKK2P1: Kelembagaan
dan Prosedur
P2: Organisasi dan
Pendukung
P3: Penanganan
Konflik dan Tenurial
P4: Penanganan
Hutan Adat
P5: Pengelolaan
Pengetahuan dan
Sistem Informasi
RENSTRA PKTHA 2015-2019 17
Arah Kebijakan dan Strategi
Gambar 4. Strategi Pencapaian Direktorat PKTHA
Berdasarkan diagram alir di atas, tergambar tiga level arsitektur program dan tiga level
organisasi, yaitu level Kementerian/Lembaga (Kementerian LHK), Level Program (Ditjen PSKL)
dan Level Kegiatan (Direktorat PKTHA). Berikut ini akan disajikan keterkaitan antara Agenda
Nasional, Sasaran Strategis Kemen LHK, Sasaran Program, Sasaran Kegiatan, dan IKK Kegiatan
Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat (PKTHA)
Tabel 10. Keterkaitan antara Agenda Nasional, Sasaran
Strategis Kemen LHK, Sasaran Program, Sasaran Kegiatan, dan IKK Kegiatan PKTHA.
Agenda/ Sub Agenda
Sasaran Strategis Kemen LHK
Sasaran Program PSKL
Sasaran Kegiatan PKTHA
Indikator Kinerja Kegiatan
Agenda ke-7: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara (A1)
Pemberantasan tindakan penebangan liar, perikanan liar dan penambangan liar dengan strategi peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengamanan
Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, dengan
Meningkatnya upaya penyelesaian konflik dan tenurial di kawasan hutan (S3.P4.2)
Meningkatnya penyelesaian konflik bidang lingkungan hidup dan kemitraan(S3.P4.K4)
IKK1: Luasan area konflik yang terselesaikan dalam kaitannya dengan pengelolaan HTR, HKm, HD, HR, dan Kemitraan sampai dengan tahun 2019
LEVEL DIREKTORAT PKTHA
RENSTRA PKTHA 2015-2019 18
Arah Kebijakan dan Strategi
hutan melalui kemitraan, termasuk pengembangan hutan adat.
indikator kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun.
seluas 12,7 ha(S3.P4.K4.IKK.a) IKK2: Seluruh (100%) hutan adat diidentifikasi, dipetakan dan ditetapkan pengelolaannya oleh masyarakat adat (S3.P4.K4.IKK.b)
Berdasarkan tabel di atas, Kegiatan PKTHA memiliki dua Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
sebagaimana yang ada di bawah ini:
1) IKK 1: Luasan area konflik yang terselesaikan dalam kaitannya dengan
pengelolaanHutan Tanaman Rakyat ( HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan
Desa (HD), Hutan Rakyat (HR), dan Kemitraan sampai dengan tahun 2019 seluas 12,7.
2) IKK 2 : Seluruh (100%) hutan adat diidentifikasi, dipetakan dan ditetapkan
pengelolaannya oleh masyarakat adat.
Strategi pencapaian kedua Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) tersebut dilaksanakan oleh Satker
pusat (Direktorat PKTHA) dan Satker UPT lingkup PSKL, dengan pembagian tugas dan
kewenangan sebagai berikut:
RENSTRA PKTHA 2015-2019 19
Arah Kebijakan dan Strategi
KEWENANGAN
Satker Pusat Satker UPT 1. Penyusunan NSPK 2. Supervisi 3. Koordinasi level Nasional 4. Bimbingan Teknis 5. Sosialisasi level Nasional 6. Peningkatan kapasitas
kelembagaan 7. Monev level Nasional 8. Pelaporan level Kegiatan
1. Identifikasi dan Inventarisasi potensi konflik
2. Fasilitasi penanganan dan penyelesaian konflik
3. Peningkatan kapasitas asesor dan mediator
4. Koordinasi level Prov/Kab Sosialisasi level Prov/Kab.
5. Monev level Satker 6. Pelaporan level satker
Gambar 5. Skema organisasi pelaksana kegiatan di lingkungan PKTHA
Desk
konflik
Penapisan Desk
Review
Verifikasi
lapangan
AnalisisRekomen
dasi
Pemantauan Gakum
HA
PS
Advokasi
tenurial
Pengaduan
kasus
Mekanisme pasif
Mekanisme aktif
Asesor
Asesor
UPT
UPT
Penyiapan
Penyiapan
Mediator
MediatorUsulan HA
Usulan HA
Mediasi
Opsi lain
Gambar 6. Alur kerja prnanganan konflik, tenurial dan hutan adat
Berikut ini adalah rumusan strategi pencapaian pada masing-masing Indikator Kinerja
Kegiatan sebagaimana yang sudah disinggung di muka. Strategi pencapaian masing-masing IKK
diarahkan pada 2 tingkatan satker, yaitu Satker Pusat dengan wilayah kerja nasional dan Satker
UPT dengan wilayah kerja regional.
IKK 1 IKK2
DESK PENANGANAN KONFLIK
DUKUNGAN MITRA KERJA
RENSTRA PKTHA 2015-2019 20
Arah Kebijakan dan Strategi
Tabel 11. Strategi pencapaian Kinerja Kegiatan penanganan konflik dan tenurial pada IKK 1.
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Strategi Pencapaian Kinerja Satker Pusat
Strategi Pencapaian Kinerja Satker UPT
IKK 1: Luasan area konflik yang terselesaikan dalam kaitannya dengan pengelolaan HTR, HKm, HD,HR, dan Kemitraan sampai dengan tahun 2019 seluas 12,7 ha
1. Penyusunan Rencana Strategis Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat
1. Penyusunan rencana teknis jangka panjang dan jangka pendek penanganan konflik, tenurial dan hutan adat.
2. Penyusunan peraturan setingkat menteri tentang penanganan konflik, tenurial, dan hutan adat
2. Penyiapan unit layanan penanganan konflik tenurial di tingkat tapak
2. Penyusunan peraturan setingkan dirjen tentang tata cara asesmen dan mediasi konflik tenurial
3. Penyiapan tenaga asesor dan mediator untuk penanganan konflik tenurial di tingkat regional
4. Penyusunan pedoman tata cara (metode) asesmen dan mediasi konflik tenurial
4. Penanganan konflik tenurial di tingkat regional
5. Penyiapan strategi nasional pengembangan unit penanganan konflik dan tenurial di tingkat tapak (desk penanganan konflik)
5. Pengelolaan pengetahuan dan system informasi penanganan konflik dan tenurial di tingkat regional
6. Penyiapan peta potensi konflik tenurial di tingkat nasional
6. Penyiapan peta potensi konflik tenurial di tingkat regional
7. Penyiapan tenaga asesor dan mediator untuk penanganan konflik dan tenurial
7. Koordinasi lintas kelembagaan di tingkat regional untuk mendorong percepatan penanganan konflik tenurial
8. Penanganan konflik tenurial untuk kasus-kasus prioritas.
9. Monitoring dan evaluasi kegiatan penanganan konflik dan tenurial di tingkat regional
10. Pengelolaan pengetahuan dan system informasi penanganan konflik dan tenurial di tingkat nasional
11. Koordinasi lintas kelembagaan di tingkat nasional untuk mendorong percepatan penanganan konflik tenurial
12. Monitoring dan evaluasi kegiatan penanganan konflik dan tenurial di tingkat nasional
RENSTRA PKTHA 2015-2019 21
Arah Kebijakan dan Strategi
Tabel 12. Strategi pencapaian Kinerja Kegiatan penanganan konflik dan tenurial pada IKK 2.
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Strategi Pencapaian Kinerja Satker Pusat
Strategi Pencapaian Kinerja Satker UPT
IKK 2: Seluruh (100%) hutan adat diidentifikasi, dipetakan dan ditetapkan pengelolaannya oleh masyarakat adat
1. Penyusunan peraturan setingkan dirjen tentang tata cara verifikasi dan validasi hutan adat
1. Penyusunan rencana teknis jangka panjang dan jangka pendek penanganan konflik, tenurial dan hutan adat.
2. Penyusunan pedoman tata cara pengusulan dan penetapan hutan adat
2. Penyiapan peta pencadangan hutan adat di tingkat regional
3. Penyusunan pedoman tata cara perlindungan kearifan lokal dalam pengelolaan hutan adat
3. Penyiapan unit layanan pengusulan hutan adat di tingkat tapak
4. Penyiapan peta pencadangan hutan adat di tingkat nasional
4. Penyiapan tenaga asesor daerah untuk verfikasi dan validasi usulan hutan adat
5. Penyiapan strategi layanan pengusulan hutan adat di tingkat regional (UPT)
5. Verivikasi dan validasi usulan hutan adat
6. Penyiapan tenaga asesor nasional untuk verifikasi dan validasi usulan hutan adat
6. Pengelolaan pengetahuan dan system informasi pengelolaan hutan adat di tingkat regional
7. Verivikasi, validasi dan pengukuhan usulan hutan adat
7. Koordinasi lintas kelembagaan di tingkat regional untuk mendorong percepatan penetapan hutan adat
8. Pengelolaan pengetahuan dan system informasi pengelolaan hutan adat
8. Monitoring dan evaluasi kegiatan verifikasi dan validasi usulan hutan adat
9. Koordinasi lintas kelembagaan di tingkat nasional untuk mendorong percepatan penetapan hutan adat
10. Monitoring dan evaluasi kegiatan verifikasi, validasi dan penetapan hutan adat di tingkat nasional
RENSTRA PKTHA 2015-2019 22
Arah Kebijakan dan Strategi
C. Kerangka Regulasi
Untuk mencapai target kinerja Direktorat Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat
(PKTHA), diperlukan regulasi yang mendukung dan mengakomodir strategi pencapaian kinerja
dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip: menyesuaikan dengan struktur organisasi Direktorat
PKTHA, mempercepat dan mensederhanakan proses dengan tetap menjamin agar aman dan
tepat sasaran, dan regulasi pelaksanakan kegiatan teknis operasional di lapangan. Mengingat
PKTHA adalah direktorat baru, maka kerangka yang diperlukan seluruhnya mengacu pada
regulasi-regulasi baru. Berikut ini kerangka regulasi baru yang diperlukan untuk menopang
pencapaian target kinerja Direktorat PKTHA.
Tabel 13. Kerangka regulasi di lingkungan Direktorat PKTHA
No. Kebutuhan Regulasi Tingkatan Regulasi Keterangan
1. Peraturan tentang tata cara penanganan konflik, tenurial dan hutan adat dan unit-unit layanannya di tingkat tapak
Peraturan setingkat menteri
Peraturan ini adalah manifestasi dari kehadiran negara dalam layanan penanganan konflik, tenurial dan hutan adat, karena itu harus mengedepankan prinsip murah, mudah dan cepat, serta mengakar hingga ke tingkat tapak.
2. Peraturan tentang tata cara melakukan pemetaan dalam penanganan konflik, tenurial dan hutan adat
Peraturan setingkat Dirjen
Peraturan ini harus mengedepankan prinsip-prinsip asesmen yang transparan dan obyektif dalam melakukan penggalian data dan informasi.
3. Peraturan tentang tata cara melakukan mediasi dalam penanganan konflik, tenurial dan hutan adat
Peraturan setingkat Dirjen
Peraturan ini harus bisa menjamin proses mediasi yang mengedepankan prinsip kepastian hukum, keadilan ekonomi, dan keadilan ekologi.
4. Peraturan tentang hutan hak, termasuk di dalamnya hutan adat
Peraturan setingkat Dirjen
Peraturan ini memastikan keberadaan hutan adat sebagai hutan hak, sebagaimana amanat MK 35.
5. Peraturan tentang tata cara melakukan verifikasi dan validasi hutan adat
Peraturan setingkat Dirjen
Peraturan ini akan akan memastikan alas hak pengelolaan hutan adat oleh masyarakat.
6. Peraturan tentang tata cara perlindungan kearifan lokal dalam pengelolaan hutan adat
Peraturan setingkat Dirjen
Peraturan ini akan memberikan jaminan keberadaan kearifan lokal sebagai modal sosial
RENSTRA PKTHA 2015-2019 23
Arah Kebijakan dan Strategi
masyarakat dalam pengelolaan hutan adat
D. Kerangka Kelembagaan
Pelaksanaan kegiatan Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat dimandatkan kepada
Direktorat PKTHA, sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Berdasarkan peraturan tersebut telah ditetapkan kegiatan-
kegiatan dan penanggungjawabnya, sebagaimana table di bawah ini.
Tabel 14. Kegiatan dan Penanggungjawab kegiatan
No. Kegiatan Penanggungjawab
1. Pemetaan konflik Sub Direktorat Pemetaan Konflik
2. Penanganan konflik Sub Direktorat Penanganan Kondlik
3. Penanganan Tenurial Sub Direktorat Penanganan Tenurial
4. Pengakuan hutan adat dan perlindungan kearifan lokal
Sub Direktorat Pengakuan hutan adat dan perlindungan kearifan lokal
Tabel 15. Kewenangan Satker Pusat dan Satker UPT
KEWENANGAN
Satker Pusat Satker UPT
1. Penyusunan NSPK 2. Supervisi 3. Koordinasi level Nasional 4. Bimbingan Teknis 5. Sosialisasi level Nasional 6. Peningkatan kapasitas kelembagaan 7. Monev level Nasional 8. Pelaporan level Kegiatan
1. Identifikasi dan Inventarisasi potensi konflik
2. Fasilitasi penanganan dan penyelesaian konflik
3. Peningkatan kapasitas asesor dan mediator
4. Koordinasi level Prov/Kab Sosialisasi level Prov/Kab.
5. Monev level Satker 6. Pelaporan level satker
RENSTRA PKTHA 2015-2019 24
IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. Komponen Kegiatan
Mengacu pada dokumen
RPJMN 2015-2019, Renstra
Kementrian LHK 2015-2019,
dan Renstra Ditjen PSKL 2015-
2019, Direktorat Penanganan
Konflik, Tenurial dan Hutan
Adat (PKTHA) mengemban 1
(satu) kegiatan yaitu:
“Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat”
Sebagaimana yang tercantum dalam Renstra Ditjen PSKL 2015-2019, sasaran kegiatan
tersebut adalah: Meningkatnya penyelesaian konflik bidang lingkungan hidup dan kemitraan
(S3.P4.K4). Indikator Kinerja Kegiatan terdiri dari:
1. Luasan area konflik yang terselesaikan dalam kaitannya dengan pengelolaan HTR, HKm,
HD, HR, dan Kemitraan sampai dengan tahun 2019 seluas 12,7 ha (S3.P4.K4.IKK.a).
2. Seluruh (100%) hutan adat diidentifikasi, dipetakan dan ditetapkan pengelolaannya oleh
masyarakat adat (S3.P4.K4.IKK.b).
Tabel 16. Sasaran, Komponen, dan Indikator Kinerja Kegiatan PKTHA Tahun 2015-1019
Kegiatan Sasaran Kegiatan Komponen Indikator Kinerja
Kegiatan
Penanganan konflik,
tenurial dan hutan adat.
Meningkatnya
penyelesaian konflik
bidang lingkungan
hidup dan kemitraan
Pemetaan konflik IKK 1:
Luasan area konflik yang
terselesaikan dalam
kaitannya dengan
pengelolaan HTR, HKm,
HD, HR, dan Kemitraan
Penanganan konflik
Penanganan tenurial
RENSTRA PKTHA 2015-2019 25
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
sampai dengan tahun
2019 seluas 12,7 ha
Pengakuan hutan
adat dan
perlindungan kearifan
lokal
IKK 2:
Seluruh (100%) hutan
adat diidentifikasi,
dipetakan dan
ditetapkan
pengelolaannya oleh
masyarakat adat
B. Target Kinerja
Untuk mencapai sasaran kegiatan tersebut, dirancang serangkaian komponen pekerjaan
yang dilaksanakan oleh satuan kerja setingkat Eselon 3. Pada dasarnya, rangkaian komponen
pekerjaan tersebut berupa pengerahan sumberdaya, baik berupa personil (sumberdaya
manusia), barang modal, termasuk peralatan dan teknologi, dana, dan/atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut. Komponen-komponen pekerjaan di
lingkungan Direktorat Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat terdiri dari:
1. Pemetaan Konflik
2. Penanganan Konflik
3. Penanganan Tenurial
4. Pengakuan Hutan Adat dan Perlindungan Kearifan Lokal
Komponen-komponen itulah yang akan menopang pencapaian target kinerja kegiatan.
Adapun, target dari masing-masing Indikator Kinerja Kegiatan dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 17. Target Kinerja IKK 1 Tahun 2015-2019
IKK / OUTPUT TARGET (000 HA)
KET.
2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
Luasan area konflik yang
terselesaikan dalam kaitannya
dengan pengelolaan HTR,
HKm, HD, HR, dan Kemitraan sampai dengan
tahun 2019 seluas 12,7 ha.
200
2.700
5.700
9.200
12.700
12.700
Komulatif
200
2.500
3.000
3.500
3.500
12.700
Per-tahun
RENSTRA PKTHA 2015-2019 26
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
Tabel 18. Rincian Target IKK1 Tahun 2015-2019
SUB OUTPUT TARGET (000 HA)
KET.
2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
1. Konflik terpetakan 100 1.000 1.500 1.500 1.500 5.600 Per-tahun
2. Konflik tertangani 50 800 800 1.000 1.000 3.650
3. Tenurial tertangani 50 700 700 1.000 1.000 3.450
JUMLAH 200 2.500 3.000 3.500 3.500 12.700
Tabel 19. Target Kinerja IKK 2 Tahun 2015-2019
IKK / OUTPUT TARGET (%)
KET.
2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
Seluruh (100%) hutan adat
diidentifikasi, dipetakan dan
ditetapkan pengelolaannya
oleh masyarakat adat
10
30
50
80
100
100
Komulatif
10
20 20 30 20 100 Per-tahun
Tabel 20. Rincian Target IKK 2 Tahun 2015-2019
SUB OUTPUT TARGET (%)
KETERANGAN
2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
1. Pencadangan Hutan Adat
5 15 15 20 15 70
Per-tahun
2. Pengukuhan Hutan Adat
5 5 5 10 5 30
JUMLAH 10 20 20 30 20 100
C. Kerangka Pendanaan
Secara indikatif, kebutuhan pendanaan pelaksanaan Kegiatan Penanganan Konflik
Tenurial dan Hutan Adat dalam tahun 2015-2019 adalah sebesar Rp. 196.690.000.000,- Apabila
RENSTRA PKTHA 2015-2019 27
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
target pendanaan tahunan tidak dapat dipenuhi, maka target capaian kinerja serta target
pendanaannya akan dialihkan menjadi target tahun berikutnya.
Rincian kebutuhan pendanaan pelaksanaan Kegiatan Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial
Tahun 2015-2019 tersaji dalam tabel di bawah ini.
Tabel 21. Jenis Kebutuhan Pendanaan Tahun 2015-2019 (dalam ribuan)
No.
TAHUN
JENIS KEBUTUHAN PENDANAAN
JUMLAH
Belanja Pegawai (Rp.000)
Operasional Perkantoran (Rp.000)
Belanja Kinerja (Rp.000)
1. 2015 - 1.278.485 24.291.215 25.569.700
2. 2016 - 1.770.210 33.633.990 35,404.200
3. 2017 - 2.163.590 41.108.210 43.271.800
4. 2018 - 2.261.935 42.976.765 45.238.700
5. 2019 - 2.360.280 44.845.320 47.205.600
2015-2019
9.834.500
186.855.500
196.690.000
RENSTRA PKTHA 2015-2019 28
V. PENUTUP
Rencana Strategis Direktorat PKTHA
Tahun 2015-2019 menjabarkan strategi
pencapaian sasaran dan target kinerja dari
Kegiatan Penanganan Konflik, Tenurial dan
Hutan Adat. Strategi tersebut meliputi
sasaran kegiatan, indikator kinerja
kegiatan, target kinerja kegiatan, lokasi
target kinerja secara indikatif, serta
gambaran tentang proses atau komponen
input upaya pencapaian output.
Rencana Strategis ini disusun sebagai
amanat dari Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, dan dimaksudkan
sebagai pedoman serta acuan bagi satker
pusat dan satker Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di lingkup Ditjen PSKL dalam
melaksanakan langkah-langkah strategis pencapaian sasaran kegiatan Penanganan Konflik,
Tenurial dan Hutan Adat. Rencana ini juga disusun sebagai bagian dari upaya untuk
meningkatkan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan pembangunan lingkungan hidup dan
kehutanan bidang PKTHA. .
Sebagaimana yang terumuskan dalam Reencana Strategis Ditjen PSKL 2015-2019,
Direktorat PKTHA mengemban tugas penyiapan perumusan, dan pelaksanaan kebijakan,
bimbingan teknis, evaluasi bimbingan teknis, dan supervisi pelaksanaan urusan di daerah bidang
penanganan konflik, tenurial, dan hutan adat. Sasaran dari kegiatan tersebut adalah:
meningkatnya penyelesaian konflik bidang lingkungan hidup dan kemitraan. Sasaran ini akan
mendukung sasaran program PSKL yang ketiga yaitu meningkatnya upaya penyelesaian konflik
di kawasan hutan. ***
Direktorat Penanganan Konflik , Tenurial dan Hutan Adat
Gedung Pusat Kehutanan “ Manggala Wanabakti ” Blok IV Lantai 4
Jl. Gatot Subroto – Senayan , Jakarta Pusat , Tlp : (021) 5703265
Kotak Pos No. 11 JKWB 10270 Email: [email protected]